BAB I (2)

18
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan  Nasional yang berkesinambungan. 1 Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada program-program penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indikator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup  pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukkan rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit infeksi. 2 Sebagai salah satu indikator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara AKB yakni banyaknya bayi (umur 0-12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup (Data Statistik Indonesia, 2010). 1 WalaupunAngka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah relatif menurun dari 103% pada akhir Pelita II menjadi 90,3% pada akhir Pelita III, dan 76%  pada akhir P elita IV, AKB di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1000 kelahiran.Bila dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 16,39/1000 dan 2,3/1000 kelahiran hidup, maka AKB di Indonesia jauh lebih tinggi. Menyangkut hal ini, pemerintah telah berupaya menyusun berbagai program guna mencapai sasaran  Millenium Development Goals (MDGs) yaitu AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010). 2 Keterkaitan tingginya AKB di Indonesia dengan derajat kesehatan di Indonesia tampaknya sangat logis. Pada penelitian penyebab kematian pada Balita di Indonesia, ternyata 70% kematian balita disebabkan karena diare, radang akut pada saluran pernapasan dan  penyakit-penyakit yang d apat dicegah dengan imunisasi. Dari sini dapat di ketahui bahwa dengan meningkatkan derajat kesehatan dalam hal pencegahan penyakit dengan imunisasi, maka AKB dapat diturunkan (Depkes RI, 2010). 2  

description

medis

Transcript of BAB I (2)

Page 1: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 1/18

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan

 Nasional yang berkesinambungan.1

Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada program-program penurunan Angka

Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indikator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB

telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup

 pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukkan rendahnya

kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit

infeksi.2

Sebagai salah satu indikator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu

negara AKB yakni banyaknya bayi (umur 0-12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup

(Data Statistik Indonesia, 2010).1

WalaupunAngka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah

relatif menurun dari 103% pada akhir Pelita II menjadi 90,3% pada akhir Pelita III, dan 76%

 pada akhir Pelita IV, AKB di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup

artinya terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1000 kelahiran.Bila dibandingkan dengan

Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 16,39/1000 dan 2,3/1000 kelahiran hidup,

maka AKB di Indonesia jauh lebih tinggi. Menyangkut hal ini, pemerintah telah berupaya

menyusun berbagai program guna mencapai sasaran  Millenium Development Goals (MDGs)

yaitu AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010).2

Keterkaitan tingginya AKB di Indonesia dengan derajat kesehatan di Indonesia

tampaknya sangat logis. Pada penelitian penyebab kematian pada Balita di Indonesia, ternyata

70% kematian balita disebabkan karena diare, radang akut pada saluran pernapasan dan

 penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dari sini dapat diketahui bahwa dengan

meningkatkan derajat kesehatan dalam hal pencegahan penyakit dengan imunisasi, maka AKB

dapat diturunkan (Depkes RI, 2010).2 

Page 2: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 2/18

2

Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih dari 90% imunisasi dasar yang dikenal

sebagai Universal Child Imunization (UCI). Kemudian secara regional dilakukan imunisasi

terhadap Hepatitis B yang masih dalam pelaksanaan saat ini. Ditambah lagi dengan gerakan PIN

(Pekan Imunisasi Nasional) terhadap penyakit polio pada tahun 1995, 1996, 1997 secara

 berturut-turut dan serentak diseluruh tanah air yang kemudian ditambah dengan vaksinasi

terhadap tetanus neonatorum dan campak dengan harapan bahwa pada tahun 2003 Indonesia

 bebas dari penyakit polio dan tetanus pada bayi (Dinkes Banyuwangi, 2009).3

Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata agar selain PD3I (penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi) dapat ditekan, juga mencegah terjadinya kejadian luar 

 biasa (KLB). Berkaitan dengan hal ini, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans

epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan

segera diatasi. Dengan kata lain, jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk 

mencapai tingkat  population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat

memutuskan rantai penularan PD3I (Sinar Harapan, 2009).4

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat

memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan bayi dan anak, ibu serta masyarakat

lainnya.. 

I.2 Rumusan Masalah

a.  Apakah cakupan imunisasi BCG di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011memenuhi

target yang ditetapkan?

 b.  Apakah cakupan imunisasi DPT di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi

target yang ditetapkan?

c.  Apakah cakupan imunisasi HB di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi target

yang ditetapkan?

d.  Apakah cakupan imunisasi polio di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011 memenuhi

target yang ditetapkan?e.  Apakah cakupan imunisasi campak di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011memenuhi

target yang ditetapkan?

Page 3: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 3/18

3

I.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui cakupan imunisasi dasar di Puskesmas Sei Selincahpada tahun 2011

1.3.2 Tujuan Khusus

a.  Mengetahui cakupan imunisasi BCG di PuskesmasSei Selincah pada tahun 2011,

 b.  Mengetahui cakupan imunisasi DPT di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011,

c.  Mengetahui cakupan imunisasi HB di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011,

d.  Mengetahui cakupan imunisasi polio di Puskesmas Sei Selincah pada tahun 2011,

e.  Mengetahui cakupan imunisasi campak diPuskesmas Sei Selincah pada tahun 2011

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari makalah ini, antara lain:

a.  Bagi mahasiswa

1.  Menambah pengetahuan mengenai manajemen program kesehatan ibu dan

anak(KIA) dan sebagai salah satu pengalaman yang akan bermanfaat saat bertugas

di puskesmas pada masa yang akan datang.

2.  Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh mahasiswa, sehingga dapat bermanfaat

 bagi pemantauan program puskesmas selanjutnya.

 b. Bagi puskesmas

Menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mengevaluasi dan meningkatkan

 pencapaian upaya pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak(KIA)

c. Bagi dinas kesehatan

Sebagai sarana informasi sehingga dapat memberikan dukungan terhadap upaya

 pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak(KIA) di Puskesmas Sei Selincah. 

Page 4: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 4/18

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Upaya Kesehatan Wajib dan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak 

Program kerja tentang kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu dari upaya

 pelayanan wajib dari suatu pusat kesehatan masyarakat atau yang kerap disebut

 puskesmas.Beberapa upaya wajib yang dilakukan adalah :4

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya perbaikan gizi

4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 

5. Upaya kesehatan ibu, anak & kb

6. Upaya pengobatan dasar 

Selain 6 (enam) upaya diatas, terdapat beberapa upaya pengembangan yang dilakukan di

suatu puskesmas. Diantaranya, usaha kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat,

kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan tradisional, dan lainnya.

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) menjadi topik yang

akan dibahas di dalam makalah ini. PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan

 pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan

tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir 

dengan komplikasi, bayi, dan balita.5

Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh

sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko komplikasi kebidanan dapat

ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.

Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi

kepada sector terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan

Page 5: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 5/18

5

 penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya :

 bumil KEK, rujukan kasus dengan resiko. Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi

dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA

dikembangkanuntuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian hasil rekapitulasinya

di tingkat puskesmas dan kabupatan dapat di pakai untuk menentukan puskesmas dan desa /

kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai

untuk menentukan kabupaten yang rawan.

Berikut adalah beberapa cakupan dari program di KIA.5

1.  Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

2.  Pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh tenaga kesehatan

3.  Pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh masyarakat

4.  Kunjungan Neonatus

5.  Kunjungan Bayi

6.  Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah

7.  Pelayanan Keluarga Berencana

8.  Pelayanan Imunisasi

Dengan contoh dari cakupan yang Kunjungan antenatal care yang dibagi menjadi Kunjungan 1

(K1) sebesar 95%, K4 sebesar 90%, pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh tenaga

kesehatan sebesar 20%, pendeteksian ibu hamil, bersalin, dan nifas oleh masyarakat sebesar 

75%.

2.2  Angka Kematian Bayi (AKB)6 

Angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup mengindikasikan

meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 1990, estimasi

angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan 71 per 1000 kelahiran, sedangkan

 berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun.

AKB Sumsel lebih tinggi dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup

(SUSENAS 2007).

Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran hidup. Persentase

Page 6: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 6/18

6

kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir (1.31%) dan Lahat (0.82%),

 persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%) dan Empat Lawang (0.13%). Angka

kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi),

sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4 (537 kematian bayi).

. Dari hasil survei yang dilakukan AKB telah menunjukkan penurunan dari waktu ke

waktu, namun demikianupaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih

membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.6 

Gambar 1 . Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita Nasional

Tahun 1898-2005

2.3 Pengertian Imunisasi 

Imunisasi berasal dari kata Imun sedangkan kata imun berasal dari bahasa Latin

„immunitas‟ yang berarti kekebalan. Dulu, kekebalan yang dimaksud ialah kekebalan yang

diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai

warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam perkembangan sejarah, istilah imun kemudian

Page 7: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 7/18

7

 berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan/kekebalan terhadap

 penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular.10

 

Imunisasi yang dikenal saat ini ialah imunisasi dasar lengkap yakni pemberian 5 vaksin

imunisasi (vaksin BCG, polio, DPT, hepatitis B, dan campak) sesuai jadwal yang telah

ditentukan untuk bayi dibawah 1 tahun.7,8,9

 

2. 4Tujuan Pemberian Imunisasi

Tujuan dari pemberian imunisasi secara umum ialah sebagai berikut:

a.  Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu sehingga menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada bayi akibat penyakit menular yang sebetulnya dapat

dicegah dengan program imunisasi.8,9

 

 b.  Setelah pemberlakuan imunisasi, apabila terjadi penyakit tertentu, gejalanya tidak akan

terlalu parah, apalagi sampai menimbulkan kecacatan dan kematian.

2. 5 Syarat-Syarat Imunisasi

Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya

dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa

imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Anak dalam kondisi berikut tidak boleh

diberikan imunisasi:

  Anak yang sedang sakit keras

  Keadaan fisik lemah

  Dalam masa tunas suatu penyakit

  Sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresif 

lainnya (Ranuh 2001 dan Rachman 1987).9 

Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu:10

 

  Diberikan pada bayi atau anak yang sehat (dalam kondisi terbaik)

  Vaksin yang diberikan harus baik 

  Vaksin disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya

  Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat

  Petugas mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang

telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan

Page 8: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 8/18

8

diberikan, mencatat nomor  batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta

memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan

tindakan imunisasi

  Petugas juga harus menjelaskan kepada orang tua si anak tentang manfaat dan efek 

samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah

 pemberian imunisasi.

2. 6 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar11,12,13,14

 

2. 6.1 Vaksin BCG

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin

 beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak 

terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah

dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus

lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan

harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari

langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertiga bagian lengan kanan atas.

Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan.

setelah 2-3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil yang menjadi luka dengan

garis tengah sekitar 10 mm. jangan diberi obat apapun, dan biarkan luka tetap terbuka. lukatersebut akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut yang kecil.

Vaksin BCG diberikan hanya 1 kali, saat bayi lahir (di RS) atau saat bayi berumur 

1 bulan.

Dosis: 0,05 cc.

Tempat penyuntikan: insersio m.deltoideus.

Efek samping: Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah, ulkus, luka dibiarkan (tidak 

 perlu diinsisi ataupun kompres)

Gejala-gejala TBC:

1.  Batuk lama (lebih dari 3 minggu), dapat disertai darah.

2.  Demam ringan

3.  Lesu dan tidak bergairah.

4.  Berat badan menurun drastis serta nafsu makan menurun.

Page 9: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 9/18

9

2. 6.2 Vaksin Polio 

Penyebab polio adalah virus. Vaksin yang digunakan oleh banyak negara

termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. Pemberian pada anak dengan

meneteskan pada mulut sebanyak 2 tetes. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.Vaksin polio diberikan paling sedikit sebanyak 4 kali dan dengan jarak pemberian minimal 1

 bulan sekali. (dapat diberikan saat bayi berumur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau

dapat mengikuti jadwal pada tabel yang telah diberikan di bawah).

Efek samping:

1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,

2. Diare,

3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).

Gejala-gejala poliomyelitis:

1.  Demam

2.  Muntah dan sakit perut

3.  Lesu dan sensitif 

4.  Kram otot pada leher dan punggung

5.  Otot terasa lembek jika disentuh

6.  Kelumpuhan otot permanen

2. 6.3 Vaksin DPT

Terdiridari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid , kadang disebut

“triple vaccine”. Berisi vaksin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C

kemasan yang digunakan : Dalam - 5cc untuk DPT, 5cc untuk TT, 5cc untuk DT. Pemberian

imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa

suntikan pada lengan atau paha.

Kadang2 bayi menderita panas setelah mendapat vaksin ini. tetapi panas ini

umumnya akan sembuh dalam 1-2 hari. sebagian bayi merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. sedangkan sebagian bayi lainnya tidak. keadaan ini tidak 

 berbahaya dan tidak perlu pengobatan, akan sembuh sendiri.

Vaksin DPT diberikan saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan atau dapat

mengikuti jadwal pada tabel yang telah diberikan di bawah.

Dosis: 0,5 cc.

Page 10: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 10/18

10

Efek samping:

1.  Demam ringan - berikan kompres dan anti piretik 

2.  Rasa sakit di daerah suntikan 1-2 hari, perlu berikan analgetik 

3.  Demam tinggi atau kejang, tetapi jarang, berikan anti convulsan.

Gejala Difteri:

1.  Demam tinggi

2.  Pembengkakan pada amandel ( tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor makin lama

makin membesar dan dapat menutup jalan napas

Gejala Pertussis:

1.  Batuk terus menerus sukar berhenti

2.  Muka menjadi merah atau kebiruan

3.  Muntah kadang-kadang bercampur darah.

4.  Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan berbunyi melengking.

Gejala tetanus:

1.  Kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut)

2.  Pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung

3.  Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

2. 6.4 Vaksin Hepatitis BPenyebab hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus

yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin

hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik 

disimpan pada temperatur 2,8°C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar.

Vaksin hepatitis B dapat diberikan saat bayi berumur 0 bulan dan selanjutnya

dapat diberikan bersamaan dengan vaksin DPT.

Dosis: 0,5 cc.

Gejala-gejala hepatitis B:

1.  Demam

2.  Sakit perut

3.  Kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).

Page 11: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 11/18

11

2. 6.5 Vaksin Campak 

Penyebab campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup.

Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5

cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan

 pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini

 pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah

dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. Vaksin campak 

diberikan saat bayi berusia 9 bulan

Dosis: 0,5 cc.

Efek samping:

1.  Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,

2.   Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah

 penyuntikan, tidak berbahaya dan lakukan observasi.

Selain demam tinggi, gejala-gejala campak ialah:

1.  Bintik putih pada bagian dalam pipi sebelah depan gigi geraham

2.  Mata merah dan berair 

3.  Tenggorokan sakit, pilek, batuk kering.

4.  Muntah-muntah, diare, bintik merah di belakang telinga.

2. 7Saat yang Tepat Untuk Memberikan Vaksinasi

Secara umum semakin tua umur anak semakin baik response imunologinya karena sistem

 pembentukan antibodi semakin sempurna serta gangguan dari kekebalan ibu sudah tidak ada

lagi. Namun demikian harus diperhatikan faktor epidemiologi dari penyakit setempat. Pada

negara berkembang, dimana insidens penyakit menular sangat tinggi, pemberian vaksinasi harus

sedini mungkin, bila perlu diberikan booster (vaksin pengulangan) pada usia yang lebih tua

untuk mencapai tingkat kekebalan yang optimal. Pada vaksinasi yang memerlukan lebih dari 1

dosis untuk memperoleh imunisai dasar lengkap, semakin panjang intervalnya semakin baik,

sebaliknya semakin pendek intervalnya semakin tidak efektif. Oleh karena itu, pada jadwal

imunisasihanya dikenal interval minimal. Mengurangi jumlah dosis dengan memperpanjang

interval dapat menghasilkan tingkat kekebalan yang sama namun umur kekebalannya lebih

 pendek.

Page 12: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 12/18

12

2.8 Sasaran dan Jadwal Imunisasi

2.8.1 Sasaran Imunisasi

Penentuan sasaran program imunisasi terutama didasarkan pada patofisiologi penyakit, gambaran epidemiologis penyakit, potensi vaksin, respons imunologi, kemampuan

operasional di lapangan, serta statistik.

1.  Bayi (umur 0 – 11 bulan)

Bayi merupakan sasaran imunisasi karena angka kematian bayi cukup tinggi.

Proporsi kematian bayi menurut golongan umur sangat besar.

Page 13: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 13/18

13

2. 9.2 Jadwal Imunisasi

Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi-Anak 19

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.  Jadwal Imunisasi 2010, Rekomendasi Ikatan

 Dokter Anak Indonesia.[dikutip 12 Juni 2011]; Tersedia di: http://ayahbunda.co.id/imunisasi

Page 14: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 14/18

14

BAB III

PROFIL PUSKESMAS SEI SELINCAH PALEMBANG

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 

128/MENKES/SK/II/2004 puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja.Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional

yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal dengan menyelenggarakan upaya

kesehatan wajib dan pengembangan.6 

Selain peraturan diatas, ada juga peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang

 puskesams dan wilayah kerja administratifnya. Surat Keputusan Walikota Palembang tahun

2001 yang mengatur wilayah kerja masing-masingnya.

Puskesmas Sei Selincah terletak di Kecamatan Kalidoni tepatnya di kelurahan Sei

Selincah. Puskesmas ini terletak di Jalan Mayor Zen. Masyarakat yang ingin berobat dapat

menjangkaunya dengan berjalan kaki, angkutan umum, becak maupun menggunakan kendaraan

 bermotor.

Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi2 kelurahan yaitu kelurahan Sei Selincah

dan Sei Lais, dengan luas wilayah kerjanya ±2.365 Ha

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah

Tabel 2 Luas Wilayah Kerja Puskesmas

 No Nama Kelurahan Luas Wilayah

1 Kelurahan Sei Selincah 1515 Ha

2 Kelurahan Sei Lais 850 Ha

Total 2365 Ha

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah ini berbatasan dengan:

  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamandi

  Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Musi

  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Selayur 

  Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Musi

Page 15: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 15/18

15

Kondisi geografi wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa dan sungai

3.1 Visi, Misi, Moto, dan Nilai Puskesmas

Visi : Tercapainya Kelurahan Sei Selincah dan Sei Lais yang optimal

yang bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan

masyarakat.

Misi :

  meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

  meningkatkan pelayanan kesehatan dan profesionalitas provider 

 meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu prima

  menurunkan angka kesakitan dan kematian

Motto :

  Anda Sehat Kami Puas

  Pelayanan Prima Harapan Kami

  Ramahlah Satu Langkah Satu Senyuman

  Kreatiflah Satu Langkah, Satu Ide, Langsung Aksi

1.2  Letak Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi2 kelurahan yaitu kelurahan Sei Selincah

dan Sei Lais, dengan luas wilayah kerjanya ±2.365 Ha

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah

Tabel 3 Luas Wilayah Kerja Puskesmas

 No Nama Kelurahan Luas Wilayah

1 Kelurahan Sei Selincah 1515 Ha

2 Kelurahan Sei Lais 850 Ha

Total 2365 Ha

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Selincah ini berbatasan dengan:

Page 16: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 16/18

16

  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamandi

  Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Musi

  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Selayur 

  Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Musi

Kondisi geografi wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa dan sungai

3.3 Keadaan Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah meliputi 2 kelurahan dengan jumlah penduduk 

33.071 jiwa. Ditinjau dari tingkat sosial ekonomi penduduk yang berada di sekitar wilayah kerja

Puskesmas Sei Selincah meliputi mata pencaharian yang berbeda-beda, tetapi tidak ada yang

mendominasi. Mata pencaharian tersebut antara lain buruh kasar, pegawai negeri, pedagang,

 pensiunan, pengrajin, nelayan, petani dan lain-lain.

Berdasarkan data jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Selincah pada tahun

2011 adalah :

1. Penduduk : 33.071 jiwa

2. Penduduk Wanita : 16.869 jiwa

3.  Penduduk Laki-Laki : 16.202 jiwa

4.  Bayi (0-11 bulan) : 733 jiwa

5.  Anak (1-3 tahun) : 1.754 jiwa

6.  Anak(3-5 tahun) : 883 jiwa

7.  Bumil : 810 jiwa

8.  Bulin : 777 jiwa

9.  PUS : 296 jiwa

10. WUS : 9.579 jiwa

11. KK : 7.141 jiwa

12. Posyandu : 24

3.4Ketenagaan

Page 17: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 17/18

17

Untuk kelancaran pelayanan kegiatan sehari-harinya, puskesmas Sei.Selincah dipimpin

oleh seorang pimpinan puskesmas sejak maret 2006 dijabat oleh dr.. Hj. Sri Mariawati yang

dibantu oleh 1 dokter umum, 1 orang dokter gigi, 7 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 6 orang

 bidan, 2 orang asisten apoteker, 2 orang sanitarium, 1 orang petugas gizi, dan 1 orang pegawai

laboratorium.

3.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Sei Selincah memenuhi kebutuhan masyarakat melalui enam program pokok 

Puskesmasbeserta 2 Program Spesifik yang ditentukan berdasarkan banyaknya permasalahan

kesehatan masyarakat setempat serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Enam program pokok Puskesmas tersebut antara lain:

1.  Promosi Kesehatan (Promkes)

2.  Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana (KIA/KB)

3.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)

4.  Kesehatan Lingkungan

5.  Perbaikan Gizi Masyarakat

6.  Pengobatan Dasar 

Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung difasilitasi dengan adanya ruang dan

 peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu ditingkatkan

kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.Fasilitas yang disediakan di

Puskesmas Sei selincah adalah sebagai berikut:

1.  Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 

a)  Ibu hamil,

 b)  Ibu bersalin,

c)  Ibu yang telah bersalin,

d)  Ibu menyusui

2.  Pelayanan Pengobatan

a)  Emergensi

 b)  Pengobatan umum

c)  Pengobatan gigi

Page 18: BAB I (2)

7/15/2019 BAB I (2)

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-2-56328047ad2c4 18/18

18

d)  Rujukan

3.  Pelayanan Laboratorium

a) 

Pemeriksaan urine rutin b)  Pemeriksaan darah rutin

c)  Tes kehamilan

4.  Klinik Sehat Gilingan Mas

a)  Pelayanan Gizi

i.  Pemberian Vit. A dan garam beryodium

ii.  Konsultasi balita BGM dan Obesitas

iii. 

Konsultasi bayi / balita sakitiv.  Konsultasi gizi rujukan dari BP Umum/KIA

 b)  Pelayanan Imunisasi

i.  BCG

ii.  Polio

iii.  DPT

iv.  Hepatitis

v.  Campak 

vi.  TT calon pengantin

vii.  Anti Tetanus Serum

c)  Pelayanan Sanitasi

i.  Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan

ii.  Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll

5.  Lain-lain

a)  Posyandu Balita di 23 Posyandu,

 b)  Posyandu Lansia di 3 Posyandu

c)  UKS/UKGS di 13 SD/MI

d)  UKGMD di 23 Posyandu

e)  Serta melakukan kunjungan rumah pasien bagi pasien-pasien yang membutuhkan.