BAB I 16

download BAB I 16

of 15

Transcript of BAB I 16

  • 7/26/2019 BAB I 16

    1/15

    BAB I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel-sel mesotelial di atas dasar fibroelastik.

    Terbagi menjadi bagian viseral, menutupi usus dan mesenterium dan bagian pariental !ang

    melapisi dinding abdomen berhubungan dengan fasia muskular. Peritoneum parietal

    mempun!ai komponen somatik dan viseral dan memungkinkan stimulus !ang berbaha!a

    !ang menimbulkan defans muskular dan n!eri lepas.1

    Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa !ang melingkupi

    kavitas abdomen dan organ !ang terletak didalamn!ah. Peritonitis sering disebabkan oleh

    infeksi peradangan lingkungan sekitarn!a melalui perforasi usus seperti ruptur appendiks

    atau divertikulum karena a"aln!a peritonitis merupakan lingkungan !ang steril.

    1

  • 7/26/2019 BAB I 16

    2/15

    BAB II

    Pembahasan

    #.1 Anamnesis

    Anamnesis !ang teliti sangat penting dalam merumuskan diagnosis banding. $!eribiasan!a berasal dari suatu organ %n!eri pada garis tengah badan, jarang terlokalisir pada organ

    dalam !ang terkena& atau iritasi tongga peritoneum %terlokalisir pada organ tertentu&. Pasien

    dengan n!eri seringkali ketakutan. 'esabaran dan ketegasan dibutuhkan untuk mendapatkan

    diagnosis !ang kuat. Anamnesis sangatlah penting.#

    Tan!akan keluhan utama, keluhan pen!erta, ri"a!at pen!akit sekarang, ri"a!at

    pen!akit dahulu, onset dan durasi, sifat, lokasi n!eri. Perjalanan pen!akit membaik, memburuk,

    atau menetap. (ubungann!a dengan makan dan buang air besar. )ejala pen!erta seperti

    penurunan berat badan, buang air besar tidak seperti biasa . Ada pola-pola tertentu !ang

    mengarah ke sumber n!eri spesifik, "alaupun bisa didapatkan gejala !ang sama.#

    $!eri esofagus ada dua bentuk* dispepsia !ang berhubungan dengan refluk dan spasme

    esofagus, dirasakan di dada, !ang kadang-kadang sulit dibedakan dari n!eri jantung !ang

    penjalarann!a ke leher. $!eri bilier %+abang bilier dari kandung empedu& dirasakan di kuadran

    kanan atas dan sifatn!a kolik. Tan!akan tanda-tanda kolestatis %tinja ber"arna hitam&.#

    Pada n!eri peritonitis lebih terlokalisir karena peritoneum parietal ka!a akan

    persa!arafan sensoris. ontoh klasik n!eri peritonitis ditemukan pada apendisitis. ula-mula

    n!eri dirasakan di daerah periumbilikal dan bersifat kolik akibat peradangan organ viseral di

    daerah midgut. 'emudian peradangan men!ebar dan terjadi peritonisme lokal dengan n!eri

    tekan persisten pada fosa iliaka kanan. Bila kemudian perforasi akan menjadi peritonitis

    generalisata dengan n!eri hebat di seluruh perut jika tidak ditangani.#

    kenario*

    Pasien datang dengan keluhan n!eri hebat pada seluruh perutn!a sejak / jam !ang lalu.

    'eluhan pen!erta adalah demam !ang naik turun, terutama tinggi di malam hari sejak 10 hari

    !ang lalu. isertai mual, muntah, konstipasi, dan anoreksia. ari alloanamnesis diketahui bah"a

    sejak 2 hari !ang lalu pasien han!a berbaring saja di tempat tidur

    #.# Pemeriksaan 3isik

    Bila pasien tampil dengan n!eri abdomen, maka anamnesis suatu basis data untuk

    pembahasan kemungkinan kemungkinan diagnostik, tetapi keputusan tentang apakah dioperasi

    2

  • 7/26/2019 BAB I 16

    3/15

    atau tidak, dibuat atas dasar pemeriksaan fisik !ang harus dilakukan dalam +ara tertib dan

    sistematik. 4mpat gambaran utama pemeriksaan fisik men+akup %1& inspeksi, %#& auskultasi, %2&

    palpasi, %5& perkusi.2

    Inspeksi. Penampilan umum pasien bila memberikan petunjuk tentang sifat pen!akit.

    Perubahan dalam keadaan mental, "arna, dan tumor kulit serta mata !ang +ekung bila

    manifestasi hipovalemi parah dan kolaps kardiovaskular menga+am. Pasien n!eri visera

    terlokalisir seperti !ang ditemukan pada obstruksi usus, bisa sering mengubah posisi, tetapi jika

    n!eri terlokalisir atau ada iritasi peritoneum generalisata, maka sering pasien menghindari

    gerakan.2

    Posisi anatomi pasien di ranjang patut diperhatikan. Pada peritonitis !ang luas sering

    memba"a lututn!a ke atas untuk merelaksasi tegangan abdomen. Pasien keadaan peradangan

    berkontak dengan muskulus psoas bisa memfleksi paha !ang berhubungan.2

    Auskultasi. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi karena palpasi dapat merubah sifat

    bising usus. Teknik auskultasi memerlukan penempatan lon+eng stetoskop dengan lambat di atas

    dinding abdomen anterior !ang dimulai dari kuadran kiri ba"ah kemudian dalam empat kuadran.

    asa auskultasi # sampai 2 menit diperlukan untuk menentukan bah"a tak ada bising usus.2

    6aktu ini juga memungkinkan observasi "ajah dan sikap pasien se+ara tak terputus.

    Bising usus bernada tinggi !ang timbul dalam dorongan !ang bersamaan dengan n!eri

    menunjukkan obstruksi usus halus. Pada peritonitis atau ileus obstruktif, bising usus berhenti

    sama sekali. Abdomen !ang sun!i merupakan abdomen !ang sakit. Pasien dengan peritonitis

    umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena

    peritoneal !ang lumpuh sehingga men!ebabkan usus ikut lumpuh atau tidak bergerak %ileus

    paralitik&. edangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal.2

    Palpasi. ari semua pemeriksaan fisik, palpasi mungkin paling penting untuk ahli bedah.

    Palpasi seharusn!a dimulai sejauh mungkin dari pusat n!eri dan ia harus lakukan dengan lembut

    dengan satu jari tangan. e+ara bertahap jari tangan seharusn!a bergerak ke arah area n!eri tekan

    maksimum. 'emudian perlu menentukan adan!a 7defense muskular7 atau 7spasme7. Tempatkan

    tangan dengan lembut di atas muskulus rektus dan tekan sedikit serta minta pasien menarik nafas

    dalam.2

    8ika spasme volunter, maka ahli bedah akan merasakan muskulus rektus relaksasi. Tapi

    jika ada spasme, maka akan terasa otot kaku tegang di seluruh siklus pernapasan. (al ini sering

    3

  • 7/26/2019 BAB I 16

    4/15

    ditemukan pada peritonitis. $!eri tekan dan defans muskular %rigidit!& menunjukkan adan!a

    proses inflamasi !ang mengenai peritoneum parietale %n!eri somatik&. efans !ang murni adalah

    proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot

    terhadap rangsangan tekanan.2

    Perkusi. Perkusi abdomen harus selalu dilakukan dengan sangat lembut. Ia bermanfaat

    dalam menilai jumlah distensi !ang men!ertai obstruksi usus dan dapat digunakan untuk

    men!ingkirkan adan!a vesi+a urinarius terdistensi sebagai sebab n!eri abdomen akut. ungkin

    !ang terpenting, perkusi bermanfaat dalam membangkitkan n!eri tekan angulus +ostovertebralis

    men!ertai infeksi traktus urinarius atau pen!akit vesi+a biliaris. Pada pasien dengan peritonitis,

    pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adan!a udara bebas

    tadi.2

    kenario*

    Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum buruk, respirator! rate meningkat,

    suhu tubuh !ang menunjukkan adan!a demam, serta frekuensi den!ut nadi !ang masih dalam

    batas normal. erta tampak adan!a distensi abdomen.

    #.2 Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misaln!a

    pemeriksaan darah, urin, dan feses. 'adang perlu juga dilakukan pemeriksaan 9oentgen dan

    endoskopi. Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan

    hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adan!a perdarahan atau dehidrasi. (itung leukosit dapat

    menunjukkan adan!a proses peradangan.5

    (itung trombosit dan dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga

    dapat membantu menegakkan demam berdarah !ang memberikan gejala mirip ga"at perut.

    Pen+itraan diagnostik !ang perlu dilakukan biasan!a foto abdomen 2 posisi %supine, upright and

    lateral de+ubitus position& untuk memastikan adan!a tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi,

    atau paralisis usus. 'adang-kadang, aspirasi +airan dengan jarum %peritoneal fluid +ulture& dapat

    digunakan untuk pemeriksaan laboratorium. imana +airan !ang diambil diperiksa untuk

    mengetahui organisme pen!ebab, sehingga dapat diketahui antibiotik !ang efektif !ang dapat

    digunakan. Prosedur ini +ukup sederhana, dan dapat dilakukan pada saat pasien berdiri atau pun

    berbaring.5

    4

  • 7/26/2019 BAB I 16

    5/15

    Test laboratorium menunjukkan adan!a leukositosis, hematokrit meningkat, kadar ureum

    darah meningkat. ari tes foto polos abdomen 2 posisi %anterior, posterior, lateral&, didapatkan*

    %1& Illeus merupakan penemuan !ang tak khas pada peritonitis, %#& :dara bebas dalam rongga

    abdomen terlihat pada kasus perforasi.5

    9adiologi abdomen pasien peritonitis sering memperlihatkan dilatasi intestinal, edema

    usus halus, +airan peritoneum, dan hilangn!a ba!angan psoas. Pasien perforasi usus se+ara

    radiogarfi dibuktikan dengan adan!a udara bebas di dalam rongga peritoneum. Aspirasi jarum

    pada +airan peritoneum sebaikn!a dilakukan jika di+urigai adan!a peritonitis atau jika pasien

    mengalami demam !ang tidak diketahui sebabn!a dan terdapat +airan dalam abdomen.5

    airan peritoneum !ang terinfeksi biasan!a mengandung kadar protein lebih dari

    200;mm

  • 7/26/2019 BAB I 16

    6/15

    )ejala klinis infeksi demam tifoid berupa demam %biasan!a ? = hari& tinggi terutama

    malam hari, rambut pasien tertentu bisa rontok, mengigil, n!eri;kembung abdomen, lidah kotor

    dengan tepian merah, sering konstipati selama beberapa hari. 'omplikasi infeksi dapat terjadi

    perforasi atau perdarahan.

    'uman Salmonella typhiterutama men!erang jaringan tertentu, !aitu jaringan atau organ

    limfoid, seperti limpa !ang membesar. 8uga jaringan limfoid di usus ke+il, !aitu plak Pe!eri,

    terserang dan membesar. embesarn!a plak Pe!eri ini tidak berarti ia tambah kuat sebalikn!a,

    jaringan ini menjadi rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan !ang melaluin!a. Inilah

    sebabn!a pada pasien tifoid diberikan diet makanan lunak, !aitu agar konsistensi bubur !ang

    melalui liang usus tidak sampai merusak permukaan plak Pe!eri ini. Bila tetap rusak, maka

    dinding usus setempat ikut rusak dan timbul perdarahan, !ang kadang-kadang +ukup hebat. Bila

    ini berlangsung terus, ada kemungkinan dinding usus itu tidak tahan dan pe+ah %perforasi&,

    diikuti peritonitis !ang berakhir fatal.

    'omplikasi didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah, dan peningkatan frekuensi

    nadi. Perforasi usus ditandai oleh n!eri abdomen lokal pada kuadran kanan ba"ah akan tetapi

    dilaporkan juga n!eri !ang men!elubung. 'emudian akan diikuti muntah, n!eri pada perabaan

    abdomen, defans muscular, hilangn!a keredupan hepar dan tanda-tanda peritonitis !ang lain.

    ari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang dapat diambil suatu diagnosis

    kerja berupa peritonitsi et +ausa demam tifoid.

    #.= ifferential iagnosis

    Pada kasus ini defferntial diagnosis diambil berdasarkan tipe dari peritonitis itu sendiri,

    antara lain*@

    a. Peritonitis PrimerPeritonitis primer adalah infeksi dalam rongga peritonieum akibat invasi

    mikroorganisme melalui darah atau saluran limfatik. Pen!ebab terban!ak dari

    peritonitis primer adalah peritonitis !ang disebabkan karena bakteri !ang mun+ul

    se+ara spontan %pontaneus Ba+terial Peritonitis& !ang sering terjadi karena pen!akit

    hati kronis. rganisme pen!ebab peritonitis keban!akan adalah gram negatif. 8arang

    disebabkan oleh basil gram negatif dan virus. Peritonitis primer jarang ditemukan.

    erupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial se+ara hematogen pada +avum

    peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Pen!ebabn!a bersifat

    6

  • 7/26/2019 BAB I 16

    7/15

    monomikrobial, biasan!a 4. oli, repto+o+us atau Pneumo+o+us. Peritonitis

    bakterial primer dibagi menjadi dua, !aitu* %1& pesifik * misaln!a Tuber+ulosis dan

    %#& $on spesifik* misaln!a pneumonia non tuber+ulosis an Tonsilitis

    b. Peritonitis bakterial akut sekunder %supurativa&.

    Peritonitis sekunder adalah infeksi di dalam rongga peritoneum !ang terjadiakibat ruptur organ intraabdomen atau perluasan abses. Pada anak-anak, pen!ebab

    tersering peritonitis sekunder adalah apendisitis. Pen!ebab lain adalah gangren usus,

    enterokolitis nekrotikans, dan perforasi gaster atau usus idiopatik. rganisme

    pen!ebab peritonitis adalah flora normal saluran gastrointestinal %)I& atau

    polimikrobial. Peritonitis sekunder dapat juga terjadi karena komplikasi pirau

    ventrikuloperitoneal dan pada pasien !ang mendapat dialisis peritoneal.

    'uman !ang masuk ban!ak, biasa dari )IT dan imun klien, kuman +ampuran,

    aerob dan anaerob, adan!a sumber infeksi intra peritoneal appendiksitis,

    divertikkulitis, salpingitis, kolesistitis, pankreasitis dan sebagain!a. apat dari trauma

    !ang men!ebabkan rupture pada )IT atau perforasi setelah endoskopi, biops!, atau

    polipektomi endoskopik. apat terjadi keganasan )IT. Tertelan benda asing dan

    tajam. angat n!eri. Tidak berani bergerak saat tidur serta napas pende. A"aln!a

    tensi turun sedikit dan nadi lebih +epat, kemudian masuk dalam renjatan dengan nadi

    ke+il dan lebih +epat

    Ab

    7

  • 7/26/2019 BAB I 16

    8/15

    8

    Tabel #.1 kuman

    pen!ebab peritonitis

    sekunder@

  • 7/26/2019 BAB I 16

    9/15

  • 7/26/2019 BAB I 16

    10/15

    +. Peritonitis tersier.Peritonitis !ang disebabkan oleh jamur. Peritonitis !ang sumber kumann!a tidak

    dapat ditemukan. erupakan peritonitis !ang disebabkan oleh iritan langsung,

    sepertii misaln!a empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urin. Biasan!a

    disebabkan oleh sistem imun tubuh !ang menurun. 8adi merupakan suatu

    kekambuhan.

    #./ 4tiologiPeritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan

    pen!ulitn!a misaln!a perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus

    abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma

    abdomen.@

    a. Bakterial * Ba+teroides, 4.oli, trepto+o+us, Pneumo+o+us, proteus, kelompok

    4nteroba+ter-'lebsiella, !+oba+terium Tuber+ulosa.b. 'imia"i * getah lambung,dan pankreas, empedu, darah, urin, benda asing.

    #.@ Patofisiologi

    9eaksi a"al peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarn!a eksudat fibrinosa.

    'antong-kantong nanah %abses& terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, !ang menempel

    menjadi satu dengan permukaan sekitarn!a sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasan!a

    menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, !ang kelak

    dapat mengakibatkan obstuksi usus.=

    Peradangan menimbulkan akumulasi +airan karena kapiler dan membran mengalami

    kebo+oran. 8ika defisit +airan tidak dikoreksi se+ara +epat dan agresif, maka dapat menimbulkan

    kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misaln!a interleukin, dapat memulai respon

    hiperinflamatorius, sehingga memba"a ke perkembangan selanjutn!a dari kegagalan ban!ak

    organ. 'arena tubuh men+oba untuk mengkompensasi dengan +ara retensi +airan dan elektrolit

    oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi a"aln!a meningkatkan +urah

    jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.=

    10

  • 7/26/2019 BAB I 16

    11/15

    rgan-organ didalam +avum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami oedem.

    edem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi.

    Pengumpulan +airan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh

    organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal

    men!ebabkan hipovolemia. (ipovolemia bertambah dengan adan!a kenaikan suhu, masukan

    !ang tidak ada, serta muntah.Terjebakn!a +airan di +avum peritoneum dan lumen usus, lebih

    lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan

    menimbulkan penurunan perfusi.=

    Bila bahan !ang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi

    men!ebar, dapat timbul peritonitis umum. engan perkembangan peritonitis umum, aktivitas

    peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik usus kemudian menjadi atoni dan meregang.

    airan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, s!ok, gangguan

    sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus !ang meregang

    dan dapat mengganggu pulihn!a pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.=

    umbatan !ang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena

    adan!a gangguan mekanik %sumbatan& maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha

    untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana !aitu obstruksi usus !ang tidak

    disertai terjepitn!a pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi

    obstruksi disertai terjepitn!a pembuluh darah sehingga terjadi iskemi !ang akan berakhir dengan

    nekrosis atau ganggren dan akhirn!a terjadi perforasi usus dan karena pen!ebaran bakteri pada

    rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.=

    Tifus abdominalis adalah pen!akit infeksi akut usus halus !ang disebabkan kuman .

    T!phi !ang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan dan air !ang ter+emar. ebagian

    kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan men+apai

    jaringan limfoid plaue pe!eri di ileum terminalis !ang mengalami hipertropi ditempat ini

    komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasan!a

    terjadi pada penderita !ang demam selama kurang lebih # minggu !ang disertai n!eri kepala,

    batuk dan malaise !ang disusul oleh n!eri perut, n!eri tekan, defans muskuler, dan keadaan

    umum !ang merosot karena toksemia.=

    Bila perforasi terjadi dibagian atas, misaln!a didaerah lambung maka akan terjadi

    perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila

    11

  • 7/26/2019 BAB I 16

    12/15

    bagian ba"ah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme

    membutuhkan "aktu untuk berkembang biak baru setelah #5 jam timbul gejala akut abdomen

    karena perangsangan peritoneum

    #.C PenatalaksanaanPrinsip umum terapi peritonitis adalah penggantian +airan dan elektrolit !ang hilang !ang

    dilakukan se+ara intravena. Terapi antibiotika memegang peranan !ang sangat penting dalam

    pengobatan infeksi nifas. 'aren pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan "aktu, maka

    pengobatan dimulai tanpa menunggu hasiln!a. alam hal ini dapat diberikan penisilin dalam

    dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas, seperti ampisilin.

    Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi n!eri. Anti emetik dapat diberikan sebagai

    terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan

    distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. airan dalam rongga abdomen dapat

    men!ebabkan tekanan !ang membatasi ekspansi paru dan men!ebabkan distress pernapasan.5

    Tindakan bedah men+akup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki pen!ebab.

    Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi dengan

    atau tanpa anastomosis %usus&, memperbaiki pada ulkus peptikum !ang mengalami perforasi atau

    divertikulitis dan drainase pada abses.

    (ampir semua pen!ebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan %laparotomi

    eksplorasi&. Pertimbangan dilakukan pembedahan antara lain* pada pemeriksaan fisik didapatkan

    defans muskuler !ang meluas, n!eri tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa !ang n!eri,

    tanda perdarahan %s!ok, anemia progresif&, tanda sepsis %panas tinggi, leukositosis&, dan tanda

    iskemia %intoksikasi, memburukn!a pasien saat ditangani&. Pada pemeriksaan radiolog!

    didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, eDtravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena

    atau arteri mesenterika. Pada Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran +erna dan

    perdarahan saluran +erna !ang tidak teratasi.

    isamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi da!a

    tahan badan tetap perlu dilakukan. Pera"atan baik sangat penting, makanan !ang mengandung

    Eat-Eat !ang diperlukan hendakn!a diberikan dengan +ara +o+ok dengan keadaan penderita, dan

    bila perlu trasnfusi darah dilakukan.

    Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran +erna dengan memuasakan

    pasien, pemberian antibiotik !ang sesuai, dekompresi saluran +erna dengan penghisapan

    12

  • 7/26/2019 BAB I 16

    13/15

    nasogastrik atau intestinal, penggantian +airan dan elektrolit !ang hilang !ang dilakukan se+ara

    intravena, pembuangan fokus septik %apendiks& atau pen!ebab radang lainn!a, bila mungkin

    dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan n!eri. Prinsip umum

    dalam menangani infeksi intraabdominal ada 5, antara lain* %1& kontrol infeksi !ang terjadi, %#&

    membersihkan bakteri dan ra+un, %2& memperbaiki fungsi organ, dan %5& mengontrol proses

    inflamasi.

    #.10 Prognosis

    Angka mortalitas umumn!a adalah 50>. 3aktor-faktor !ang mempengaruhi prognosis,

    antara lain* %1& jenis infeksin!a;pen!akit primer, %#& durasi;lama sakit sebelum infeksi, %2&

    keganasan, %5& gagal organ sebelum terapi, %=& gangguan imunologis, %/& usia dan keadaan

    umum penderita.5

    'eterlambatan penanganan / jam meningkatkan angka mortalitas seban!ak 10-20>.

    Pasien dengan multipel trauma F0> pasien berakhir dengan kematian. Peritonitis !ang

    berlanjut, abses abdomen !ang persisten, anstomosis !ang bo+or, fistula intestinal

    mengakibatkan prognosis !ang jelek.5

    #.11 'omplikasi

    ua komplikasi pas+a operasi paling umum adalah eviserasi luka dan

    pembentukan abses. 4viserasi luka adalah keluarn!a organ-organ dalam melalui insisi.

    3aktor pen!ebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup "aktu

    pembedahan, ketegangan !ang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan

    muntah. 'omplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit.

    e+ara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian dimeja

    operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. 2,5

    $amun se+ara medis, penderita !ang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi

    membutuhkan pera"atan intensif !ang lebih lama. Pera"atan inilah !ang sering

    menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan ventilator, hingga

    sepsis.

    Bab III

    13

  • 7/26/2019 BAB I 16

    14/15

    Penutup

    2.1 'esimpulan

    Pria berusia #0 tahun dengan keluhan utama n!eri perut !ang hebat disertai dengan

    demam !ang naik turun, tinggi terutama malam hari didiagnosis mengalami peritonitis et

    +au+a perforasi tifoid. istensi abdomen !ang didapatkan dari pemeriksaan fisik adalah tanda

    khas !ang biasa dijumpai pada kasus peritonitis. erta demam !ang naik turun, dan terutama

    meninggi di malam hari juga merupakan tanda khas pada demam tifoid.

    aftar Pustaka

    14

  • 7/26/2019 BAB I 16

    15/15

    1. +h"artE, e!mour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. 4disi ke-/. 8akarta* 4) #002.

    h. 5FC.

    #. ave! P. At a glan+e medi+ine. 8akarta* Penerbit 4rlangga #00/. h. 5#-2.

    2. abiston . Buku ajar bedah bagian I. 8akarta* 4) #002. h. 5C1-#

    5. 9. jamsuhidajat, 6im de 8ong. Buku-ajar ilmu bedah. 4disi ke-#. 8akarta* 4) #005.

    h. 520-/.

    =. Pri+e, !lvia Anderson. Patofisiologi* konsep klinis proses-proses pen!akit. 4disi ke-5.

    8akarta* 4), #00/.

    /. oedarmo , )arna (, (adinegoro 9, 4ds. Buku ajar ilmu kesehatan anak. 4disi ke-1.

    8akarta* Badan penerbit 3':I #00#. h. 2/@-@=.

    @. i unduh dari http*;;emedi+ine.meds+ape.+om;arti+le;1F0#25-overvie"Ga"#aab/b#b5aa

    tanggal ## febuari #01=

    15

    http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aahttp://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aahttp://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aa