BAB I 15 APRIL

21
BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI JUDUL Judul yang diambil untuk mata kuliah seminar tugas akhir ini adalah Jakarta Grand Theater dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech Jakarta Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia tempat beradanya pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya.Jakarta memiliki potensi besar dalam pengembangan dan pelestarian budaya karena penduduknya yang mayoritas heterogensehingga lebih banyak peluang yang akan ditampilkan.(sumber: BPS 2010, http://jakarta.bps.go.id/index.php) Grand Theater and Exhibition Grand dalam bahasa indonesiamemiliki arti besar (kata sifat; besar, utama, special) ,sedangkan theater berasal dari kata Yunani, “theatron” yang artinya tempat atau gedung pertunjukan, serta exhibition yang berarti pameran.Sehingga Grand Theater dan Exhibition dapat didefinisikan sebagai gedung pertunjukan dan pameran yang memiliki kapasitas besar. (sumber: http://www.babla.co.id/bahasa-inggris-bahasa- indonesia/grand) Penelitian Tugas Akhir I -1 | Page

Transcript of BAB I 15 APRIL

Page 1: BAB I 15 APRIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI JUDUL

Judul yang diambil untuk mata kuliah seminar tugas akhir ini adalah

Jakarta Grand Theater dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech

Jakarta

Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia tempat beradanya pusat

pemerintahan, ekonomi, dan budaya.Jakarta memiliki potensi besar dalam

pengembangan dan pelestarian budaya karena penduduknya yang mayoritas

heterogensehingga lebih banyak peluang yang akan ditampilkan.(sumber:

BPS 2010, http://jakarta.bps.go.id/index.php)

Grand Theater and Exhibition

Grand dalam bahasa indonesiamemiliki arti besar (kata sifat; besar,

utama, special) ,sedangkan theater berasal dari kata Yunani, “theatron”

yang artinya tempat atau gedung  pertunjukan, serta exhibition yang berarti

pameran.Sehingga Grand Theater dan Exhibition dapat didefinisikan

sebagai gedung pertunjukan dan pameran yang memiliki kapasitas besar.

(sumber: http://www.babla.co.id/bahasa-inggris-bahasa-indonesia/grand)

Arsitektur High-Tech

Arsitektur High-Tech adalah sebuah gaya arsitektur yang muncul pada

tahun 1970-an yang menggabungkan elemen-elemen dari industri teknologi

dengan teknologi yang sedang berkembang ke dalam suatu desain

bangunan.

Sehingga pengertian judul Jakarta Grand Theater dengan Pendekatan

Arsitektur High-Tech adalah gedung pertunjukan aktivitas seni dan

pertunjukan yang berada di Jakarta dengan pendekatan Arsitektur

berteknologi terkini / High-Tech sebagai metoda desain.(sumber: Davies,

Colin, High tech Architecture, London : Thames and Hudson)

B. LATAR BELAKANG

Penelitian Tugas Akhir I -1 | P a g e

Page 2: BAB I 15 APRIL

1. Keberagaman seni budaya yang ada di Indonesia dan kurangnya apresiasi

masyarakat terhadap seni dan budaya

Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan pulau (17.508

pulau) dengan 34 provinsi di dalamnya. Hal ini menyebabkan Indonesia

memiliki beragam kebudayaan (1.340 suku bangsa) yang terbentang dari

Sabang hingga Merauke (Departemen Dalam Negri, 2006). Seperti dalam

TAP MPR No. II tahun 1998, yakni :

“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan

cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan

daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan

martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan

dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang

kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional

merupakan pembangunan yang berbudaya”

Kondisi budaya yang beragam ini menghasilkan banyak kesenian dan

kebudayaan yang lebih beragam. Dengan potensi yang sangat besar tersebut

terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan apabila terjadi kurangnya

pengawasan terhadap perkembangan budaya di Indonesia. Kelebihan atau

keuntungan dari budaya yang sangat beragam yaitu dapat menjadi magnet

pariwisata baik nasional maupun internasional untuk menjadi tujuan wisata

(terdapat 1.128 adat istiadat, survey BPS, 2010). Kondisi ini yang

menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap pengklaiman atau pengambil

alih kepemilikan budaya seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu

(klaim budaya reog Ponorogo oleh Malaysia, VIVAnews.com - 14 Juni

2012).

2. Perlunya Pelestarian Budaya di Indonesia

Terus berkembangya zaman dan kemajuan teknologi semakin

memudahkan masyarakat Indonesia untuk menerima kebudayaan asing

tanpa tersaring oleh norma dan adat yang ada di Indonesia. Kondisi ini yang

memperburuk keadaan masyarakat Indonesia yang kemudian mulai

Penelitian Tugas Akhir I -2 | P a g e

Page 3: BAB I 15 APRIL

melupakan identitas bangsa mereka dan beralih mengikuti tren dari budaya

asing. Hal tersebut terjadi karena budaya dan seni di Indonesia dianggap

kuno dan ketinggalan zaman oleh sebagian besar masyarakat Indonesia saat

ini. Perlunya pelestarian seni dan budaya dalam media yang lebih

menyenangkan dan mengikuti perkembangan zaman sangat diperlukan agar

masyarakat tidak lupa dengan akar budaya Indonesia. Menurut Harold

Laswell dan Charles Wright (1959) membagi menjadi empat upaya (tiga

dicetuskan oleh Laswell dan yang ke empat oleh Wright). Keempat upaya

melestarikan budaya tersebut adalah:

a. Pengawasan (Surveillance)

b. Korelasi (Correlation)

c. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

d. Hiburan (Entertainment)

Melalui media dan teknologi yang berkembang secara cepat, cara

pelestarian melalui aktivitas yang nyata adalah dalam bentuk hiburan atau

(Entertaiment). Dari kesimpulan tersebut Jakarta merupakan kota di

Indonesia yang saat ini menjadi pusat industri hiburan di Indonesia dan

dengan pengaruhnya yang besar terhadap kota lain di Indonesia, diharapkan

dapat membuka peluang lebih besar dalam pengembangan dan pelestarian

budaya Indonesia.

3. Potensi Jakarta sebagai Ibukota yang memiliki pengaruh besar terhadap kota

lain di Indonesia

Jakarta ibukota Indonesia yang memiliki pengaruh sangat besar bagi

Indonesia karena merupakan pusat pemerintahan, perekonomian, kesenian,

dan bisnis. Hal ini menyebabkan apa yang terjadi di Jakarta akan

mempengaruhi kota atau daerah lain di Indonesia baik itu hal yang positif

atau negatif. Termasuk dalam hal kesenian dan pertunjukan.Beberapa waktu

lalu telah sukses pertunjukan seni yang berhasil menarik perhatian warga

Jakarta dan sekitarnya. Sebut saja seperti “Matah Ati”di Solo,” Ariah”di

Jakarta, Jak Jazz, Java Jazz, ”Sri Mimpi Indonesia” karya Guruh

Penelitian Tugas Akhir I -3 | P a g e

Page 4: BAB I 15 APRIL

Soekarnoputra, dan masih banyak lagi pertunjukan seni yang tidak di

sebutkan dalam media. (sumber: http://www.acara-jakarta.com/).

Pertunjukan seni tersebut merupakan karya anak bangsa yang patut

dilestarikan dan dikembangkan untuk lebih sering lagi ditampilkan tentunya

dengan inovasi dan kreasi-kreasi lain agar lebih menarik.Selain itu masih

banyak pertunjukan seni Indonesia lainnya yang belum tereksposdan

diketahui masyarakat Indonesia. Didukung penduduk Jakarta yang sebagian

besar merupakan masyarakat pendatang, dapat lebih memvariasikan

pertunjukan seni dan budaya yang akan di tampilkan.

4. Perlunya Wadah Kesenian dan Pertunjukan di Jakarta sebagai salah satu

dampak dari kurangnya wadah seni dan pertunjukan yang memadai di

Jakarta

Di Jakarta saat ini telah terdapat beberapa wadah aktivitas kesenian

dan pertunjukan antara lain adalah Teater Besar Taman Ismail Marzuki,

Teater IMAX Keong Mas, dan Simfonia Jakarta di Kemayoran yang

memiliki kapasitas tempat duduk lebih dari 1000 kursi. Akan tetapi terdapat

kekurangan dari nama-nama tersebut yang menyebabkan terjadinya kendala

dalam pemakaian dan persewaan fasilitas tersebut,yaitu; Teater IMAX

Keong Mas merupakan teater yang di khususkan untuk pertunjukan digital

atau fokus pada pemutaran seni perfilman, untuk Teater Jakarta Taman

Ismail Marzuki secara fasilitas dan teknologi pementasan sudah cukup

memadai akan tetapi jumlah kursi, areal parkir, instrument musical, rigging

system dan efek akustik belum sesuai dengan standart pertunjukan

internasional. Dan untuk Simfonia Jakarta, kendalanya adalah pementasan

yang dapat berlangsung didalamnya sebagaian besar adalah pertunjukan

musik.

Fakta mengenai beragamnya potensi kesenian dan pertunjukan di

Jakarta, dapat membuka peluang untuk komunitas dan masyarakat yang

memiliki ketertarikan terhadap kesenian dan pertunjukan di Jakarta. Selain

itu hal ini sesuai dengan program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Penelitian Tugas Akhir I -4 | P a g e

Page 5: BAB I 15 APRIL

Kreatif (Kemenparekraf) sebagai institusi pemerintah yang secara langsung

menaungi ekonomi kreatif yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi

kreatif dalam lingkup seni dan budaya. Berikut visi, misi, dan tujuan

(Kemenparekaf):

Visi

Terwujudnya ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang bernilai

tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan untuk kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat Indonesia

Misi

Meningkatkan kontribusi ekonomi industry kreatif berbasisi seni dan

budaya

Meningkatkan apresiasi masyarakt terhadap pelaku dan karya kreatif

berbasis seni dan budaya

Mendorong penciptaan inovasi di sector ekonomi kreatif berbasis seni

dan budaya

Menciptakan tata pemerintahan, Ditjens EKSB yang responsive,

transparan dan akuntabel

Tujuan

Meningkatkan kontribusi PDB pada sector EKSB

Peningkatan kontribusi ekspor sector EKSB

Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja sector EKSB

peningkatan aktivitas usaha sector EKSB

Peningkatan perlindungan terhadap hak atas kekayaan

intelektual

peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif

berbasis seni dan budaya

Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sector

EKSB

Peningkatan layanan informasi dan analisis pasar wisata

Indonesia

Peningkatan kualitas kinerja segmentasi Ditjen EKSB

Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKSB

Penelitian Tugas Akhir I -5 | P a g e

Tabel.I-1.Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Program Pengembangan EKMDI

Page 6: BAB I 15 APRIL

Sasaran

strategis

Meningkatnya kontribusi PDB sector EKSB

Meningkatnya kontribusi ekspor sector EKSB

Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga

kerja sector EKSB

Menignkatnya aktivitas usaha

Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif bebrbasis

seni dan budaya

Meningktanya konsumsi masyarakat terhadap produk kreatif

berbasis seni dan budaya

Terciptanya ruang public bagi masyarakat

Meningkatnya kualitas perencanaan dan evaluasi program

DItjen EKSB

Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKSB

Menignkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB

Sumber : http://indonesiakreatif.net/creative-economy/programs/ekmdi-dan-eksb/

Dengan visi, misi, tujuan dan sasaran program EKMDI dari

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut, dapat menjadi salah

satu alasan dan latar belakang terwujudnya sebuah wadah kesenian dan

pertunjukan untuk kesenian dan kebuduayaan di Indonesia.

Tingginya potensi dan dukungan dari pemerintah serta aktivitas seni

yang positif membuka peluang yang besar untuk pengembangan seni dan

pertunjukan di Jakarta.Hadirnya Teater Jakarta dan Aula Simfoni Jakarta di

Kemayoran belum mampu mewadahi secara memadai karena hanya sebagai

wadah memperkenalkan dan pertunjukan tentang kesenian yang cenderung

bergaya kontemporer dan asing. Hal terebut belum cukup untuk

menampung segala aktivitas seni dan pertunjukan yang selalu berkembang

dan sangat luas.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung

segala aktivitas yang berhubungan dengan kesenian pertunjukan dan

pameran sehingga dengan hadirnya Jakarta Grand Theatre and Exhibition

Penelitian Tugas Akhir I -6 | P a g e

Page 7: BAB I 15 APRIL

di Jakarta akan meningkatkan aktivitas dan lebih mewadahi kreativitas,

inovasi, dan kesenian-kesenian di Indonesia agar dapat terus lestari dan

kembali menjadi identitas bangsa yang di banggakan oleh masyarkat

Indonesia. Jakarta sebgai pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya

di harapkan dapat membuat sebuah tren positif untuk daerah lain di

Indoensia untuk lebih memperhatikan tentang kebudayaan di daerah

masing-masing.

Untuk merealisasikan Jakarta Grand Theatre and Exhibition yang

sesuai dengan kebutuhan dan isu yang ada saat ini maka pendekatan High-

Tech merupakan pendekatan yang tepat untuk menjawab isu

berkembangnya zaman dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk

mewadahi aktivitas senirupa dan pertunjukan. Selain itu, dengan pendekatan

ini diharapkan akan lebih menarik perhatian masyarakat dan komunitas seni

baik di Jakarta , Indonesia , maupun dunia internasional.

C. PERUMUSAN PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

C.1. Rumusan Permasalahan

Bagaimana mewujudkan Jakarta Grand Theatre yang memberikan

kenyamanan, konektivitas ruang, dan ruang yang aplikatif terhadap

kebutuhan pertunjukan seni rupa dan pertunjukan melalui pendekatan

Arsitektur High tech.

C.2. Persoalan

1. Bagaimana memberikan kenyaman kepada pengunjung melalui

kualitas akustik, penghawaan, dan pencahayaan bangunan

2. Bagaimana mewujudkan konsep sirkulasi yang dapat mengatasi

permasalahan yang akan terjadi saat acara berlangsung dalam area

Jakarta Grand Theatre and Exhibition (traffic, kepadatan, in and out,

emergency exit, antrian pengunjung, dsb)

3. Bagaimana menyesuaikan konsep sirkulasi pada site dengan area

lingkungan (main entrance, loading entrance, pintu masuk artis, dsb)

Penelitian Tugas Akhir I -7 | P a g e

Page 8: BAB I 15 APRIL

4. Bagaimana membuat dan menerapkan konsep keterhubungan ruang

/pola hubungan ruang (linkage) dalam Jakarta grand theatre and

exhibition dengan menggunakan pendekatan Arsitektur High Tech.

5. Bagaimana konsep keterhubungan (connectivity) dapat diterapkan

sebagai respon bangunan terhadap lingkungan maupun bangunan

terhadap pengguna.

6. Bagaimana konsep bangunan Jakarta Grand Theatre and Exhibition

dengan menerapkan tema yang diangkat yaitu Arsitektur High-Tech

pada proses perancangan dan konsep bangunan

7. Bagaimana konsep penggunaan sistem struktur, utilitas, dan bentuk

dari bangunan Jakarta Grand Theatre dengan pendekatan Arsitektur

High-Tech.

8. Bagaimana konsep elemen Arsitektur High-Tech akan diterapkan

dalam bangunan Jakarta Grand Theatre and Exhibition.

D. TUJUAN DAN SASARAN

D.1. Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan Jakarta Grand

Theatre an Exhibition di Jakarta dengan pendekatan Arsitektur High-

Tech di Jakarta yang memiliki fungsi bangunan sebagai wadah kegiatan

kesenian, pertunjukandan pameran seni dan budaya Indonesia dengan

fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan pengguna.

Sehingga pada proses desain nanti akan sesuai antara kebutuhan ruang,

dimensi, kenyamanan, dan capabilitas bangunan untuk mewadahi

aktivitas seni di dalamnya.

D.2. Sasaran

Mewujudkan Jakarta Grand Theatre and Exhibition menjadi sebuah

bangunan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kenyaman dari kesenian

pertunjukan dan rupa yang akan meliputi:

Penelitian Tugas Akhir I -8 | P a g e

Page 9: BAB I 15 APRIL

1. Konsep penentuan lokasi site Jakarta Grand Theatre and Exhibition

yang strategis sesuai dengan konsep perencanaan dan perancangan

RTRW kota Jakarta

2. Konsep lansekap Jakarta Grand Theatre and Exhibition yang mampu

memenuhi konsep circulation, connectivity dan linkage terhadap

respon dari bangunan terhadap site dan lingkungan

3. Konsep bangunan Jakarta Grand Theatre and Exhibition yang mampu

memenuhi kenyamanan dan kebutuhan pengguna dan pementas

melalui pendekatan Arsitektur High-Tech

4. Konsep bentuk dan desain Jakarta Grand Theatre and Exhibition yang

sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan dengan menerapkan

konsep pendekatan Arsitektur High-Tech

5. Konsep perancangan yang sesuai dengan tema yang diangkat yaitu

arsitektur High Tech dengan objek yang dibuat yaitu Jakarta Grand

Theatre and Exhibition

6. Konsep sistem struktur, masa, dan utilitas yang sesuai dengan

kebutuhan, fungsi, dan estetitka sesuai dengan tema arsitektur High-

Tech

7. Konsep elemen arsitketur High-Tech yang akan di terapkan dalam

bangunan Jakarta Grand Theatre and Exhibition

E. STRATEGI DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

E.1. Pemilihan Jenis Kegiatan

Langkah awal dalam perancangan Jakarta Grand Theatre and

Exhibition adalah proses pemilihan kegiatan yang akan ditampung.

Kegiatan utama yang direncanakan adalah sebagai wadah aktivitas seni

berupa pementasan, pameran, pertukaran informasi, pembelajaran, dan

eksplorasi dalam pengembangan seni dan budaya. Contoh kegiatannya

seperti pementasan teater, pertunjukan music (baik klasik, tradisional,

ataupun kontemporer), pertunjukan drama dan opera, pameran karya, serta

Penelitian Tugas Akhir I -9 | P a g e

Page 10: BAB I 15 APRIL

sarana pertukaran, kerjasama, dan kolaborasi antar komunitas seni maupun

non-seni

F.2. Pemilihan Site

Perencanaan mengacu pada interaksi bangunan dan lingkungan.

Hal ini dimaksudkan agar keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi,

bentuk dan pengoprasiannya tidak mengganggu keadaan lingkungan

sekitar. Pertimbangan terhadap aspek pencapaian, keterlihatan dan daerah

jangkauan pengunjung menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan site.

F.3. Tipologi Massa dan Bentuk Bangunan

Pada dasarnya tipologi bangunan high tech adalah sebuah pabrik.

Padakenyataannya terdapat sejumlah pengaruh high tech pada desain

pabrik, sehingga muncul persepsi bahwa bangunan high tech adalah

bangunan pabrik. Tipe pabrik, yang diterjemahkan sebagai struktur

bentang lebar dengan penutup dinding yang sederhana, yang kemudian

diadopsikan pada fungsi lain seperti supermarket, pusat kebugaran, galeri

seni dan lain sebagainya.Pemakaian kaca jernih, transparan dan besar,

penempatan pipa-pipa, tangga struktur serta penekanan pada pergerakan

escalator dan elevator member karakter tersendiri bagi bangunan high

tech.

Contoh: Foster mengolah dan mengekspos kaca cermin di seluruh

permukaan gedung Wills Faber & Dumas. Pada siang hari gedung ini

tampak seperti cermin raksasa yang berdiri di tengah kota karena terlihat

Penelitian Tugas Akhir I -10 | P a g e

Gambar I-1.Wills Faber & DumasSumber: http://www.fosterandpartners.com/data/projects/0102/img0.jpg

Page 11: BAB I 15 APRIL

pantulan dari gedung-gedung sekelilingnya, namun malam hari seluruh

interiornya terlihatdari luar.

F.4. Penggunaan Sistem Struktur

Ekspos struktur dan utilitas merupakan dua hal penting yang

membedakan arsitektur high tech dengan yang lain, walaupun tidak semua

arsitek gerakan ini mengekspos struktur dan utilitas bangunannya. Fakta

inilah yang membedakan dua perintis arsitektur high tech asal Inggris

yaitu Richard Rogers dan Norman Foster. Richard Rogers selalu

meletakkan pipa-pipa dan saluran-saluran utilitas pada fasade

bangunannya, sedangkan Norman Foster selalu meletakkannya di

belakang dinding, di atas plafon atau di bawah lantai. Richard Rogers lebih

menyukai permukaan yang kasar dengan komposisi internal yang

terekspos, sementara Foster lebih menyukai permukaan yang licin dan

bersih. Tetapi keduanya mengekspresikan struktur, terutama baja.Baja

adalah salah satu dari sedikit bahan bangunan yang kuat dalam gaya tarik.

Dengan kecenderungan arsitektur high tech untuk mendramatisir

fungsi teknis dari elemen-elemen bahan bangunan, maka tidak

mengherankan jika baja hampir selalu menonjol dari bangunan-bangunan

high tech. Juga menjadi kekhususan dari arsitektur high tech adalah

bangunan-bangunan bangsal atau gudang sederhana, dapat dikatakan

sebagai Arsitektur High Tech setelah diberikan dinding metal yang

mengkilat, warna-warna terang dan grafis, juga menggunaan struktur-

struktur kabel dekoratif. Contohnya karya Foster dan Roger Relliance

Controls Factory yang menerapkan bracing-bracing silang dari baja pada

bagian luar bangunan.

Pada awalnya, gaya arsitectur high tech secara sederhana hanya

menempatkan tiang-tiang penopang atap dengan rangka-rangka bidang di

atas bidang atap dan bukan di awahnya. Tetapi kemudian berkembang ke

arah bermacam-macam variasi pada struktur tiang dan gantung.Bangunan

high tech sering disama artikan dengan bangunan “inteligen/pintar”,

dimana keseluruhan proses kegiatan dalam bangunan dikarakterisasikan

Penelitian Tugas Akhir I -11 | P a g e

Page 12: BAB I 15 APRIL

sebagai integrasi dari beberapa sub sistem. Sub sistem ini menyangkut

pengontrolan ruangan, perawatan struktur, penerangan, plumbing, dan

akustik ruang. Bangunan pintar (IBS) ini biasanya terdiri dari

BuildingManagement System, Office Automation System, Central Plant

System, AirHandling and Distribution System, Building Skin System dan

IlluminationSystem

.

F. RUANG LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

G.1. Ruang Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan secara disiplin ilmu arsitektur yaitu pada aspek

fisik dan non fisik yang mendukung terjadinya lingkup arsitektur.

Sedangkan untuk ilmu atau hal-hal diluar bidang arsitektur, jika dianggap

mendasari dan menentukan faktor perancangan fisik, akan dibahas secara

garis besar dalam batas sebagai pertimbangan sesuai dengan porsi

keterlibatannya. Pembahasan diselaraskan pada data yang sesuai dengan

tujuan dan sasarannya.

G.2. Batasan Pembahasan

Batasan pembahasan dalam arsitektur adalah merumuskan konsep

perencanaan dan perancangan yang dapat digunakan dalam mendesain

sebuah Teater Besar di Kota Jakarta dalam lingkup nasional dan

internasional yang akan mewadahi aktivitas seni dan budaya pertunjukan

di Indonesia maupun dunia. Aktivitas lain selain yang disebutkan

selanjutnya dianggap sebagai fasilitas penunjang.

Penelitian Tugas Akhir I -12 | P a g e

Page 13: BAB I 15 APRIL

G. SISTEMATIKA

1. BAB 1: PENDAHULUAN

Mengungkapkan Latar Belakang, Permasalahan dan Persoalan,

Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai serta dilengkapi dengan

Lingkup dan Batasan Pembahasan, Metode Perencanaan dan

Perancangan, dan Sistematika Penulisan.

2. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Mengemukakan tinjauan obyek mengenai seni dan budaya,

aktivitas pertunjukan teater, karakteristik pertunkjukan dan seni,

gedung pertunjukan teater, serta tinjauan mengenai Arsitektur

High-Tech.

3. BAB 3 : TINJAUAN KOTA JAKARTA DAN GRAND THEATRE AND

EXHIBITION

Tinjauan mengenai Kondisi dan Potensi kota Jakarta sebagai lokasi

perancangan.Memberikan gambaran mengenai Jakarta Grand

Theatre yang direncanakan seperti pelayanan, status

kelembagaan, skala pelayanan, waktu operasional, dan sebagainya.

4. BAB4 : ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pendekatan program ruang yang meliputi analisa aktivitas serta

tuntutan ruang, studi tentang besaran/ modul ruang. Flow sirkulasi,

pola tata ruang serta pengorganisasian ruang, pemilihan site,

pendekatan terhadap penzoningan fasilitas, penampilan bangunan

yang mencerminkan fungsi bangunan, sistem struktur, sistem

utilitas serta detail-detail khusus.

5. BAB5 : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang

merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian

ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan sebagai

konsep perencanaan dan perancangan Jakarta Grand Theatre di

Jakarta dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech

Penelitian Tugas Akhir I -13 | P a g e