BAB I-1

download BAB I-1

of 5

description

bab 1

Transcript of BAB I-1

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat (Riskesdas, 2013). Salah satu dari penyakit jantung koroner adalah infark miokard. Infark merupakan kematian jaringan yang disebabkan oleh iskemia. Infark miokard (Myocardial Infarction = MI) akut terjadi saat iskemia miokard yang terlokalisasi menyebabkan perkembangan suatu regio nekrosis dengan batas yang jelas. MI paling sering disebabkan oleh ruptur lesi aterosklerotik pada arteri koroner. Hal ini menyebabkan pembentukan trombus yang menyumbat arteri, sehingga menghentikan pasokan darah ke regio jantung yang disuplainya. Pasokan darah ke jantung yang terus-menerus berkurang inilah yang akan memicu terjadinya iskemia pada jantung dan dapat berujung nekrosis atau infark pada miokardium (Aaronson & Ward, 2010).Berdasarkan hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen, dan di Sumatera Selatan sebesar 0,4 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), Sulawesi Barat (2,6%), dan Sumatera Selatan (0,7%) (Riskesdas, 2013).Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam hemostasis. Trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek (luka) dengan membentuk plug trombosit. Trombosit tidak mempunyai inti sel, berukuran 1 4 , dan sitoplasmanya berwarna biru dengan granula ungu-kemerahan. Trombosit merupakan derivat dari megakariosit, berasal dari fragmen-fragmen sitoplasma megakariosit. Jumlah trombosit adalah 150.000 450.000/L darah. Untuk berlangsungnya hemostasis, trombosit tidak hanya ada dalam jumlah normal, tetapi juga harus berfungsi dengan baik (Kiswari, 2014). Trombosis merupakan komplikasi utama dari proses aterosklerosis yang melibatkan aktivasi dan agregasi trombosit yang berkembang dari ulserasi plak aterom (Diener, 2006). Trombosit memainkan peranan yang penting dalam aterotrombosis, penyebab utama dari kebanyakan sindrom koroner tak stabil (Davi G., 2007). Trombosit menyekresikan dan mengekspresikan sejumlah besar substansi yang merupakan mediator krusial dari koagulasi, inflamasi, trombosis, dan aterotrombosis (Gawaz, dkk., 2005).Mean platelet volume (MPV) yang menunjukkan ukuran trombosit merupakan parameter fungsi trombosit diantaranya dalam menilai agregasi trombosit, pembentukan tromboxane A2 dan platelet factor 4 dan dalam sekresi tromboglobulin. MPV merupakan marker fungsi trombosit dimana trombosit dengan ukuran yang lebih besar mengandung granul yang lebih padat dan memproduksi tromboxane A2 yang lebih banyak. MPV dan hitung trombosit merupakan salah satu indeks hemostasis dan disfungsinya dapat menyebabkan trombosis (Kamath S. dkk, 2001; Papanas N. dkk, 2004; Nadar S. dkk, 2004).Penelitian terdahulu di luar negeri yang dilakukan oleh S. G. Chu dan J. S. Berger menemukan kemungkinan bahwa nilai MPV lebih tinggi pada pasien yang mengalami AMI dan pasien yang mengalami lanjutan restenosis setelah angioplasti koroner. Peningkatan nilai MPV juga berhubungan dengan peningkatan kematian setelah MI, yakni sebanyak 3184 pasien AMI dengan peningkatan kadar MPV memiliki resiko tinggi terhadap kematian pasca AMI yang signifikan dibandingkan pasien dengan nilai MPV yang normal (Chu, S. G. & Berger, J. S., 2008). Sementara itu, penelitian oleh Vagdatli, dkk (2010) mengemukakan bahwa MPV dan PDW (Platelet Distribution Width) meningkat ketika terjadi aktivasi trombosit, seperti yang telah dicek melalui analyzer hematologi otomatis sebelumnya. Selain itu, PDW kelihatannya juga sebuah indikator yang lebih spesifik terhadap aktivasi trombosit dibandingkan dengan MPV, karena PDW tidak meningkat ketika distensi tunggal trombosit oleh pembengkakan trombosit. Penggunaan kombinasi antara MPV dan PDW dapat memprediksi aktivasi dari koagulasi dengan lebih efisien (Vagdatli, dkk. 2010).Sejauh ini, belum ada begitu banyak penelitian terkait nilai MPV dan PDW serta korelasinya dengan resiko kematian pasca penyakit infark miokard akut di Palembang. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara nilai MPV dan PDW terhadap resiko kematian pasca infark miokard akut di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang.

1.2 Rumusan MasalahApakah ada hubungan antara nilai MPV dan PDW terhadap peningkatan resiko kematian pasca infark miokard akut? 1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan antara nilai MPV dan PDW terhadap peningkatan resiko kematian pasca infark miokard akut.

1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Mengetahui angka kejadian infark miokard akut dengan peningkatan nilai MPV dan PDW.1.3.2.2 Mengukur nilai MPV dan PDW pasien infark miokard akut.1.3.2.3 Mengetahui angka kematian pada pasien infark miokard akut dengan peningkatan nilai MPV dan PDW.

1.4 Hipotesis1.4.1.1 H0 = tidak ada hubungan antara nilai MPV dan PDW terhadap kejadian infark miokard akut 1.4.1.2 HA = ada hubungan antara nilai MPV dan PDW terhadap kejadian infark miokard akut

1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Manfaat Akademis Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian serta berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.Manfaat penelitian ini bagi institusi yaitu hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan antara MPV dan PDW terhadap peningkatan resiko kematian pasca infark miokard akut.

1.5.2 Manfaat PraktisPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar mendapatkan informasi dan meningkatkan pemahaman mengenai MPV dan PDW serta kaitannya terhadap penyakit infark miokard akut, sehingga masyarakat dapat mengetahui faktor resiko apa saja yang bisa menyebabkan penyakit ini, serta bagi dokter untuk dapat mendeteksi resiko kematian pasca penyakit infark miokard akut ini dengan lebih dini dan cepat karena MPV dan PDW ini merupakan marker yang cukup reaktif terhadap penyakit ini.