Bab F. Tehnik Sipil

45
F - 1 F . RE N C A N A K E RJ A & SY A RA T - S YA R A T TEKN I S PE K ER J AA N S T R UK T UR / S I P I L 1. LINGKUP PEKERJAAN SECARA UMUM 1.1. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan, berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan struktur secara lengkap serta mengadakan pengamanan, pelaksanaan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna. 1.2. Menjaga kebersihan area kerja dan sekitarnya selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjan selesai dengan sempurna. 1.3. Melakukan pemeriksaan / pengecekan terdiri dari : a. Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai referensi ketinggian permukaan yang telah ada di lapangan. b. Pengecekan ketinggian permukaan lantai struktur. c. Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada bangunan, dan pengecekan lainnya yang dapat mempengaruhi pekerjaan penyelesaian Arsitektur dan ME di kemudian hari. d. Bila ada ketidak sesuaian antara ukuran di lapangan dengan yang terdapat pada gambar kerja, Penyedia Jasa/Rekanan diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesain yang terbaik. 1.4. Melakukan koordinasi dengan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan. 1.5. Setiap perubahan spesifikasi material dari yang ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini harus atas persetujuan tertulis Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas 2. PEKERJAAN TANAH 2.1. Umum a. Pekerjaan tanah ini dilakukan sebelum pekerjaan struktur dimulai. b. Penyedia Jasa/Rekanan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pembersihan lokasi, galian dan pengurugan tanah, sesuai yang tercantum pada gambar kerja. c. Kondisi lapangan yang ditetapkan, harus dapat diperkirakan dan ditinjau, sebelum pekerjaan dilaksanakan d. Penyedia Jasa/Rekanan harus mengajukan metode kerja penggalian kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum melaksanakan pekerjaan tanah. e. Semua tenaga kerja dan peralatan, termasuk peralatan pengerukan, pengangkutan, pengangkatan, serta pemindahan, harus sesuai dengan material pekerjaan f. Semua peralatan pengurugan dan pemindahan tanah, harus mempunyai type yang sesuai dengan pekerjaan, dan harus selalu dirawat agar dapat digunakan setiap saat

description

ILMU SIPIL

Transcript of Bab F. Tehnik Sipil

Page 1: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1

F . RE N C A N A K E RJ A & SY A RA T - S YA R A T TEKN I S PE K ER J AA N S T R UK T UR / S I P I L

1. LINGKUP PEKERJAAN SECARA UMUM1.1. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan, berikut alat bantu lainnya untuk

melaksanakan bagian-bagian pekerjaan struktur secara lengkap serta mengadakan pengamanan,pelaksanaan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selamamasa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.

1.2. Menjaga kebersihan area kerja dan sekitarnya selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjan selesai dengan sempurna.

1.3. Melakukan pemeriksaan / pengecekan terdiri dari :a. Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai referensi ketinggian

permukaan yang telah ada di lapangan.b. Pengecekan ketinggian permukaan lantai struktur.c. Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada bangunan, dan

pengecekan lainnya yang dapat mempengaruhi pekerjaan penyelesaian Arsitektur dan ME dikemudian hari.

d. Bila ada ketidak sesuaian antara ukuran di lapangan dengan yang terdapat pada gambar kerja, Penyedia Jasa/Rekanan diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesain yang terbaik.

1.4. Melakukan koordinasi dengan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas sebelum suatupekerjaan dilaksanakan.

1.5. Setiap perubahan spesifikasi material dari yang ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat(RKS) ini harus atas persetujuan tertulis Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas

2. PEKERJAAN TANAH2.1. Umum

a. Pekerjaan tanah ini dilakukan sebelum pekerjaan struktur dimulai.b. Penyedia Jasa/Rekanan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pembersihan lokasi, galian

dan pengurugan tanah, sesuai yang tercantum pada gambar kerja.c. Kondisi lapangan yang ditetapkan, harus dapat diperkirakan dan ditinjau, sebelum pekerjaan

dilaksanakand. Penyedia Jasa/Rekanan harus mengajukan metode kerja penggalian kepada Pengguna Jasa / Tim

Teknis / Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum melaksanakan pekerjaan tanah.e. Semua tenaga kerja dan peralatan, termasuk peralatan pengerukan, pengangkutan, pengangkatan,

serta pemindahan, harus sesuai dengan material pekerjaanf. Semua peralatan pengurugan dan pemindahan tanah, harus mempunyai type yang sesuai dengan

pekerjaan, dan harus selalu dirawat agar dapat digunakan setiap saatg. Segala sisa kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tanah tersebut harus disingkirkan dari daerah

pembangunan oleh Penyedia Jasa/Rekanan sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas

2.2. Pekerjaan tanah ini meliputi :a. Pembersihan lokasi b. Galian tanahc. Urugan tanah dan pemadatan

2.3. Pembersihan Lokasi :a. Daerah yang ada sesuai dengan gambar dan kebutuhan area kerja, harus dibersihkan dari semua

benda-benda yang akan menghambat pembangunan seperti : pepohonan, sampah, tonggak, humus, lumpur, lubang, dan tempat-tempat lain sesuai petunjuk Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas

Page 2: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2

b. Benda-benda permanen di atas permukaan maupun di dalam tanah, seperti : bangunan pagar, dinding, jaringan pipa, dan sebagainya harus dilakukan mobilisasi

c. Daerah yang kondisi tanahnya ada sampah, humus, lumpur harus dikupas setidak-tidaknya hingga30 cm dari permukaan tanah. Tonggak pepohonan dan jalinan akar harus dibersihkan sampai kedalaman + 1,5 m di bawah muka tanah.

d. Bekas lubang dan sumur serta tanah lembek yang ada harus diambil, kemudian dilakukan pengurugan / pemadatan lapis demi

2.4. Galian Tanah :a. Penggalian dilakukan untuk mendapatkan penampang, ketinggian, pelurusan atau bentuk tertentu

sesuai gambar, rencana, maupun tujuan lain yang ditentukan oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis /Konsultan Pengawas.

b. Setelah dilakukan penggalian sesuai bentuk dan ukuran rencana, harus dijaga pada tampang dan elevasinya, serta harus bebas dari lumpur dan kotoran lain.

c. Galian tidak boleh diisi timbunan kembali, sebelum diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa / TimTeknis / Konsultan Pengawas.

d. Jika diperlukan perubahan, maka : skema detail, ketebalan dan prosedur serta penjelasan yang relevan harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk di- chek kembali sebelum pelaksanaan dimulai.

e. Jika terdapat lumpur / bahan lain pada dasar galian, maka harus dikeruk dan diganti dengan material timbunan yang baik.

f. Jika penggalian dilakukan terlalu berlebihan, maka dilakukan penimbunan kembali (re-filled) dengan material yang baik atau diberi lapis “lean concrete” untuk mendapatkan elevasi dasar bangunan (pondasi) seperti ketentuan pada gambar, dan harus disetujui Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

g. Jika pada lokasi penggalian terdapat fasilitas / jaringan yang tidak mungkin dipindahkan, maka pelaksanaan penggalian dilaksanakan dengan hati-hati.

h. Lebar alur pada dasar galian untuk pondasi harus sesuai dengan gambar pelaksanaan.i. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan dengan cara-cara yang baik , sehingga sisi galian tetap

stabil dari longsoran.j. Tanah galian harus ditempatkan pada lokasi yang ditentukan oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis /

Konsultan Pengawas.k. Tanah galian tidak boleh tercampur dengan humus dan kotoran lain. l. Area penempatan tanah galian harus datar dan kering.m. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk pekerjaan penggalian ini adalah kurang lebih 50

mm terhadap kerataan peil yang ditentukan.n. Penggalian dilaksanakan dalam keadaan kering, jika ternyata air tanah lebih tinggi dari level

penggalian, harus dilakukan dewatering sesuai dengan ketentuan.o. Penyedia Jasa/Rekanan harus mengajukan metoda kerja pelaksanaan penggalian, terutama

kemiringan galian dan metoda kerja dewatering. Seluruh akibat, baik di dalam site maupun di lingkungan sekitar pengalian selama proses menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Rekanan.

2.5. Urugan dan Pemadatan :a. Referensi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah :

ASTM D 1557 Standard Test Method for Moisture-Density Relation of Soils and Soils- Aggregate Mixture Using 10 lbs. (4.54 kg) rammer and 18 inch (457 mm) drop. Metode pengujian standard untuk hubungan antara kadar air dengan kepadatan pada tanah dan campuran tanah-batuan, dengan menggunakan penumbuk 4.54 kg tinggi jatuh 457 mm.

ASTM D 1556 Standard Method of Test for Density of Soils and Place by sand – Cone Method.Metode pengujian standard untuk kepadatan tanah dan kepadatan lapangan dengan menggunakan methode Sand – Cone.

b. Material timbunan dan pemadatan, dikelompokkan dalam kelas I, II atau III seperti uraian berikut :(1) Timbunan Kelas I : persyaratan pemadatan untuk timbunan kelas I adalah sebagai berikut

:

Page 3: Bab F. Tehnik Sipil

F - 3

JENIS MATERIAL TEST PEMADATANPEMADATAN

MINIMUM

Lempung

Berbutir

BerbutirLolos # 200 < 12%

D 1557

D 1557

D 2049

95 %

95 %

80 %

(2) Timbunan Kelas II : persyaratan pemadatan seperti pada kelas I, kecuali berikut ini:

JENIS MATERIAL PEMADATAN

Lempung

Granular

Clean Granular

90 %

90 %

90 %

(3) Timbunan Kelas III : pemadatan timbunan dengan peralatan penghamparan sampai dengan kepadatan tanah asli di area pekerjaan.

- Ketentuan penghamparan : Tebal penghamparan untuk timbunan kelas I dan kelas II tidak boleh lebih dari 200 mm sebelum dipadatkan. Tebal maksimum untuk kelas III, tidak boleh lebih dari 350 mm sebelum dipadatkan. Masing masing lapis penghamparan harus dipadatkan secaraseragam untuk mendapatkan kepadatan yang diharapkan.

- Type material : jika tidak ada ketentuan, material untuk timbunan kelas I dan kelas II harus terdiri dari pasir, lempung atau lanau, tergantung keberadaan material tersebut di lokasi pekerjaan. Material jenis lain dapat digunakan untuk timbunan jika disetujui oleh Pengguna Jasa/ Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

c. Jika tidak ada ketentuan lain pada gambar, kriteria berikut dapat digunakan untuk menentukan kelas timbunan dan type material timbunan(1) Timbunan kelas I, digunakan untuk :

a. Sebagai tanah dasar pada jalan beton dan slab pondasi. Selain itu juga sebagai tanah dasar pada bangunan tangki penyimpan (Tank Storage).Tebal tanah dasar (sub grade) ini tidak boleh kurang dari 200 mm, baik pada puncaktimbunan, pada permukaan tanah asli di bawah slab perkerasan maupun di bawah lapisan pasir-urug-padat di bawah pondasi.

b. Pada galian untuk pondasi telapak dan pondasi rakit, tebal-padat lapisan tidak boleh kurang dari 200 mm, kecuali jika dipasang lapisan lantai kerja.

(2) Timbunan kelas II, digunakan untuk :a. Konstruksi daik (dikes), parapet, bahu dan badan jalan.b. Untuk tanah isian pada penahan tanah, urugan pada sekeliling pipa, urugan pondasi, atau

penggunaan lain sesuai ketentuan pada gambar.(3) Timbunan kelas III, digunakan untuk :

a. Pada area yang tidak ditempati oleh peralataan/bangunan yang direncanakan untuk menambah elevasi sesuai gambar rencana, pada area dimana terjadinya settlement tidakdiperhitungkan.

b. Pasir, lempung dan lanau dapat digunakan sebagai bahan timbunan pada kelas ini. d. Penimbunan

Page 4: Bab F. Tehnik Sipil

F - 4

- Penimbunan tidak boleh dilakukan sebelum kotoran, semak-semak dan rumput di permukaan tanah dibersihkan serta dilakukan pengontrolan pada bangunan / jaringan yang ada di dalam tanah.

- Penimbunan harus dilakukan secara berlapis-lapis, tebal tiap lapisan tidak boleh kurang dari 30 cm sebelum dipadatkan

- Top soil atau material yang mengandung humus / vegetasi, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.

- Pemadatan harus dilakukan dengan peralatan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa / TimTeknis / Konsultan Pengawas.

- Material timbunan harus mempunyai kadar air tertentu untuk mendapatkan tingkat kepadatan yang sesuai dan dihamparkan secara hati-hati, dipadatkan sampai memperoleh kepadatan yangdiinginkan.

- Pada penimbunan kembali (re-fill) di daerah galian kabel / pipa bawah tanah, harus diperhatikan hal-hal berikut :(1) Digunakan bahan timbunan butiran (granular) ketebalan sampai 50 cm di atas kabel.(2) Material hasil galian dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan seperti di atas, jika

disetujui oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas- Material timbunan tidak boleh diletakkan pada dinding / lantai beton yang belum mengeras /

belum cukup untuk mendukung beban tanah timbunan. e. Penghamparan dan Pemadatan

(1) Penghamparan dilakukan berlapis-lapis, dengan tebal lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm,kemudian dipadatkan dengan peralatan yang ditentukan.

(2) Masing-masing lapis penghamparan tidak boleh kurang dari lebar timbunan rencana.(3) Arah dan kemiringan (slope) pemadatan harus sesuai dengan petunjuk gambar rencana. (4) Material harus dipadatkan sampai mencapai persyaratan seperti tertera pada butir (7)(5) Bagian timbunan yang tidak memenuhi ketentuan pada butir (7) harus diganti dan diperbaiki

sehingga memenuhi persyaratan butir (6)(6) Jika tidak ada ketentuan lain pada gambar, material timbunan harus dipadatkan sampai mencapai

kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering maksimum seperti ketentuan pada ASTM D 1557.

(7) Tanah di bawah pondasi atau bangunan harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering maksimum untuk pondasi telapak .

(8) Tebal lapisan maksimum sebelum dipadatkan serta jumlah lintasan pemadatan, ditentukan berdasar tes pemadatan lapangan ( paragraf 11 ) .Tebal lapis maksimum dan jumlah lintasan minimum tersebut harus disetujui oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

(9) Pengukuran berikut digunakan untuk mengontrol kadar air tanah kering :a. Tebal masing-masing lapis ditentukan berdasarkan batas ketebalan yang masih dapat

ditembus oleh air sampai dasar lapisan. Jika tanah menyerap lebih banyak air, pekerjaanpemadatan sebaiknya dimulai setelah kadar air sesuai dengan yang diperlukan untukpemadatan.

b. Sebelum dihamparkan, sebaiknya material dan air dicampur terlebih dahulu kedalam peralatan penghampar sampai dipadatkan kadar air optimum untuk pemadatan.

c. Metode lain dapat digunakan jika disetujui oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / KonsultanPengawas.

2.6. Persiapan SubGrade Untuk Jalan :a. Semua jalan sementara (temporary roads) yang digunakan untuk pelaksanaan kontruksi, harus

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sementara yang diperlukan. Jalan berikut fasilitasnya tersebut harus dapat digunakan selama pelaksanaan kontruksi, serta dapat dibongkar jika pelaksanaankontruksi telah selesai.

b. Jika jalan tanah (sementara) tersebut nantinya / pada akhir perencanaan akan diberi lapis perkerasan, sebaiknya diberi lapisan tanah dasar (sub-grade) dan lapisan pondasi jalan (sub-base). Semua pekerjaan di atas harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi. Harus dilakukan perbaikan struktur jalan yang diperlukan serta ketentuan batas dan kemiringan jalan seperti gambar rencana,sebelum lapis permukaan jalan dihamparkan.

Page 5: Bab F. Tehnik Sipil

F - 5

2.6. Persiapan SubGrade Untuk Pondasi :a. Tanah yang lunak dan jelek pada sub-grade harus dikeruk dan diganti dengan tanah yang baik yang

disetujui oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.b. Tanah dasar (sub-grade) harus dipadatkan sesuai ketentuan, sebelum material timbunan

dipadatkan.c. Sub-grade harus dibuat dengan arah dan kemiringan sesuai dengan gambar rencana.

2.7. Penggalian dan Penimbunan untuk Saluran/Pipa Tertanam :a. Penggalian dilakukan seperti uraian pasal 2.2.4b. Material yang jelek (labil) di bawah elevasi dan kemiringan rencana, diganti dengan material yang

baik dan dipadatkan.c. Saluran hasil galian harus dijaga dari aliran air, dengan cara yang ditunjukkan oleh Direksi Teknis

dan Konsultan Pengawas.d. Material timbunan di sekeliling pipa tertanam, harus setara dengan material timbunan kelas II .

Pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan kelas ini, dengan tebal padat 200 mm.e. Material timbunan / isian di sekelilingi pipa tertanam , harus mempunyai gradasi baik dan dipadatkan

sesuai ketentuan paragraf 3.3. Penghamparan dilakukan sesuai dengan gambar rencana.f. Saluran digali sampai elevasi yang ditunjukkan pada gambar rencana. Lebar galian sekurang-

kurangnya 150mm lebih dari diameter pipa.g. Gangguan terhadap tanah di bawah pipa dasar saluran harus dijaga seminimal mungkin, dan

permukaan galian harus rata untuk mendapatkan hasil hamparan seperti gambar rencana. Lapisan pasir dihamparkan pada dasar saluran sebagai pondasi pipa, dengan tebal lapisan minimal 15 cm,serta dipadatkan setara pemadatan timbunan kelas II

2.8. Drainasea. Untuk menghindari banjir pada area yang relatif datar, diperlukan saluran drainase.b. Drainase dapat berupa galian tanah terbuka yang memanjang sejajar jalan.c. Ukuran tampang dan kemiringan saluran drainase, direncanakan sedemikian, sehingga tidak ada

penggerusan dan pengendapan lumpur pada dasar saluran.d. Saluran drainase harus dijaga kelancaran pengalirannya, untuk mendukung lancarnya pekerjaan

tanah.e. Gorong-gorong dan saluran sementara yang diperlukan, harus diisi kembali dengan tanah yang baik

setelah pekerjaan tanah selesai.2.9. Toleransi, Pengawasan dan Kontrol

Jika tidak ada ketentuan lain, toleransi pada finishing permukaan pekerjaan tanah adalah sebagai berikut:(1) Dasar pondasi dan bangunan : + 15 mm. (2) Permukaan lapangan :

a. Area utility : + 30 mm b. Area lain : + 50 mm

(3) Penimbunan harus dilakukan berlapis-lapis, dengan tebal lapisan tidak melampaui ketentuan teballapis maksimum, serta dipadatkan seperti uraian paragraf 6.

(4) Pengontrolan pekerjaan pemadatan harus dilakukan sesuai persyaratan berikut :a. Kepadatan kering maksimum material timbunan ditentukan dengan ASTM D 1557b. Kepadatan kering lapangan diperoleh sesuai ASTM D 1556.c. Pemadatan dilakukan dengan nilai “C“ seperti dibawah ini, dan tidak kurang dari nilai yang

ditetapkan pada gambar.

WC = ---------------- x 100 %

W max

Dimana :W = Kepadatan kering, dari ASTM D 1556

Page 6: Bab F. Tehnik Sipil

F - 6

Wmax = Kepadatan kering maksimum, ASTM D 1557.

(5) Cara lain untuk menentukan kepadatan boleh dilakukan jika disetujui oleh Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas dan dilengkapi dengan data hubungan antar hasil akhir dari cara yang digunakan dengan kepadatan yang diperlukan.

(6) Setelah pengujian selesai dilakukan, segera laporan hasil pengujian diajukan ke Direksi Teknis danKonsultan Pengawas.

3. PEKERJAAN PONDASI3.1. Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan–bahan, peralatan dan alat bantu

lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini secara lengkap, meliputi :a. Pekerjaan pondasi Pelat Beton dan Poer b. Pekerjaan pondasi Tiang Pancangc. Pekerjaan pondasi Batu Kali

3.2. Pekerjaan Pondasi Plat Beton dan Poer:a. Spesifikasi teknis pondasi plat beton dan poer sesuai dengan Pasal 4 - Pekerjaan Beton dalam Bab

Spesifikasi Teknis Strukturb. Dimensi dan elevasi dasar pondasi (muka lantai kerja) harus sesuai dengan gambar.c. Lapisan tanah dasar harus mempunyai kepadatan sesuai persyaratan tanah padat. Setelah

persyaratan kepadatan tanah terpenuhi baru ditimbun dengan pasir urug setebal 10 cm padat(diratakan dan dipadatkan), kemudian dipasang lantai kerja tebal 5 cm dengan campuran 1 Pc : 3 Ps: 5 Kr.

d. Untuk kolom – kolom beton harus disediakan stek - stek tulangan dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada kolom dan harus tertanam dalam pondasi sesuai yang tertera pada gambar.

3.3. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang :a. Pondasi gedung menggunakan Tiang Pancang Precast dengan ketentuan bahan sbb :

- Dimensi : 40 cm (Prestressed)- Produk : PT. Jaya Beton Indonesia atau setara- Mutu beton : min K-500- Metode pemancangan :

- Sistem Injeksi- Sistem Preboring : Dalam Gambar Kerja adalah titik-titik pondasi di As A

b. Pemberian tanda- Tiap titik tiang pancang harus diberi tanda serta saat tiang pancang tersebut akan dipancang.

Titik – titik angkat yang tercantum pada gambar harus diberi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.

- Pengangkatan/pemindahan tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati–hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.

c. Pelaksanaan dan pemancangan tiang pancang dengan metode injeksi : Equipment Jacking :

- Data – data karakteristik dan spesifikasi dari alat – alat pancang yang akan dipakai harus diberikan kepada Direksi Pekerjaan minimum 2 minggu sebelum start pemancangan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan

- Tipe Pile Injector dengan kapasitas yang disesuaikan dengan daya dukung tanah, bahan tiang pancang dan beban rencana atau hambatan yang terjadi sesuai dengan soil investigation (Daya dukung tanah yang direncanakan : 115 Ton yang dicapai pada kedalaman - 20.00 m dari MTA)

- Tipe Counterweight disesuaikan dengan beban rencana.- Off Site titik pancang tidak boleh melebihi 100 mm terhadap referensi titik pancang- Tiang pancang diletakkan pada posisi yang benar terhadap titik pancang- Pukulan pada pemancangan pertama harus dilakukan hati-hati (slow jacking) untuk

memastikan bahwa arah pemancangan (vertically) sudah sesuai

Page 7: Bab F. Tehnik Sipil

F - 7

- Bila tiang pancang telah mencapai tanah lapisan keras, maka alat pancang akan terangkat sedikit, segera dicatat angka pressure yang ditunjukkan pada Main Hydrolic Cylinder

- Jacking berlebihan (over driving) harus dicegah/dihentikan agar tiang pancang tidak menagalami kerusakan dan hydraulic hose tidak pecah ataupun couple connector pada hydraulic hoses tidak bocor

- Urutan Jacking dilakukan dengan urutan yang sedapat mungkin meminimalkan efek naiknya permukaan tanah (Waving) dan perpindahan tanah lateral

Supervisi Jacking :- Pengoperasian clamp chuck harus diperhatikan sehingga gaya yang bekerja tidak melebihi

Specified Concrete Streght- Clump Chuck harus disesuaikan dengan jenis pile (Square Pile atau Spun Pile)- Tiang Pancang harus diletakkan pada titik pancang dengan akurat- Verticality harus diperiksa sebelum pemancangan pile dimulai- Verticality control harus dilakukan dari 2 (dua) arah. Dilakukan dengan alat Lot (Unting-Unting)

dengan panjang tali minimal 100 cm dan diletakkan minimal 10.00 m dari titik pancang Record :

- Setiap pelaksana di lapangan harus membuat data pressure pada setiap pile yang dipancang.Data Pressure tersebut harus dilampirkan pada driving record

- Driving Record harus memuat item-item sebagai berikut :1. Nama Proyek2. Tanggal Pemancangan3. Nomor dan Tanggal Produksi Tiang Pancang4. Nomor Titik Pancang5. Dimensi Pile6. Jenis Pile7. Panjang Pile8. Pressure9. Kedalaman Penetrasi10. Waktu Pelaksanaan11. Tipe Alat

- Data – data pemancangan dari semua tiang pancang harus diberikan paling lambat hari berikutnya sesudah hari pemancangan tiang yang bersangkutan

Splicing :- Pada umumnya penyambungan tiang adalah pengelasan joint platenya.- Tebal pengelasan minimal 8 mm atau sesuai dengan yang disyaratkan Pabrik Tiang

Pancang- Jenis Elektroda adalah RB 26/RD 260 atau ekivalen AWS E 6013 / JIS D 4313- Cara pengelasan, elevasi sambungan sebaiknya di atas sdemikian rupa, pengelasan

dilakukan dengan jumlah pass sebagai berikut :- 3.2 mm = 2 pass- 4.0 mm = 1 pass

- Permukaan pelat sambung harus dibersihkan, letakkan upper pile di atas bottom pile dengan hati-hati, posisi tiang harus lurus terhadap sumbu tiang bawah

- Pada dasarnya pekerjaan pengelasan Joint Plate Tiang Pancang ini tidak memerlukankeahlian dengan grade tertentu, sehingga welder dengan pengalaman 1 tahun bisa direkomendasikan untuk pekerjaan ini, dengan catatan bahwa welder tersebut tidak pernah mengalami idle lebih dari 3 bulan

- Record selama welding process disesuaikan dengan project/client Requirement &Spesification

Jika tiang pancang dicabut, karena kesalahan dalam pemancangan, dan tidak dipasang kembali, maka ruangan yang timbul harus diisi dengan batu – batu koral atau pasir tanpa biaya tambahan.

Bagian atas dari semua tiang – tiang harus berada disebelah atas dari elevasi potongan(setelah pemancangan), dimana beton akan dipotong sampai permukaan yang tepat 10 cm

Page 8: Bab F. Tehnik Sipil

F - 8

diatas sisi bawah pile caps dengan besi-besi betonnya tetap diteruskan sepanjang 40 kali diameter.

Bila ada batu-batu atau gangguan-gangguan lainnya yang menyulitkan pemancangan, Penyedia Jasa / Rekanan harus mengusahakan berbagai cara dengan persetujuan PenggunaJasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk mengatasinya ditanggung oleh Penyedia Jasa/ Rekanan.

Jika dibutuhkan tambahan dalam penyelidikan tanah untuk menambah data-data mengenai stratifikasi lapisan-lapisan tanah, semua biayanya ditanggung Penyedia Jasa / Rekanan

Semua tiang harus dipancang secara kontiyu tanpa henti sampai tiang pancang mencapai lapisan yang diperlukan dengan daya dukung tiang yang disyaratkan

d. Pelaksanaan dan pemancangan tiang pancang dengan metode pre boring : Pekerjaan Pengeboran (Diameter 30 cm dengan kedalaman h= -19.00 m dari MTA)

- Sebelum memulai pekerjaan pengeboran, Penyedia Jasa/Rekanan terlebih dahulu membuat galian atau lubang sirkulasi untuk menampung air & lumpur

- Pada titik yang telah ditentukan, mulai dilakukan pemboran sesuai dengan diameter dan kedalaman tanah yang direncanakan, menggunakan mata bor yang sesuai dengan jenis tanah dan kondisi tanah setempat

- Tanah dibor dan dihancurkan terlebih dahulu. Sambil mata bor diputar, air dari bak sirkulasi disemprotkan dengan pompa air bertekanan tinggi melalui stang ke ujung mata bor. Hal inimengakibatkan tanah yang sudah hancur naik ke permukaan

- Perputaran mata bor menyebabkan percampuran antara air dan butiran tanah asal bercampur dan naik ke permukaan. Penyedia Jasa/Rekanan harus mengalirkan campuranini ke bak sirkulasi untuk diendapkan

- Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman yang direncanakan atau pengeboran akan dihentikan apabila alat sudah tidak bisa menembus lapisan tanah yang keras

- Apabila lubang sudah selesai dibuat, maka tiang pancang dimasukkan ke dalam lubang dan dilanjutkan pemancangan dengan metode injeksi (Metode pemancangan injeksi sesuai dengan butir c. Pelaksanaan dan pemancangan tiang pancang dengan metode injeksi)

Pekerjaan Pengelolaan Lumpur/Tanah Pengeboran- Pengelolaan lumpur /tanah hasil pengeboran akan dibuatkan suatu bak-bak penampungan

di sekitar lokasi pengeboran & harus dibuang secara berkala- Pengelolaan lumpur/tanah hasil pengeboran tidak boleh mengganggu/menghambat

jalannya pekerjaan- Penyedia Jasa/Rekanan harus membuat laporan tentang pengelolaan tanah/lumpur

kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.- Penyedia Jasa/Rekanan diwajibkan untuk meminimalkan gangguan lingkungan seperti

tercecernya lumpur/tanah hasil pengeboran pada proses pembuangannya.- Penyedia Jasa/Rekanan apabila dirasa perlu oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan

Pengawas diwajibkan membuat sistem pembersihan ban kendaraan truk pengangkut lumpur/tanah hasil pengeboran yang mekanismenya disesuaikan dengan kondisi lapangan

Lain-Lain :- Data – data pengeboran dari semua pondasi tiang harus diberikan paling lambat hari

berikutnya sesudah hari pengeboran pondasi tiang yang bersangkutan- Jika posisi pengeboran pondasi tiang tidak sesuai, karena salah posisi, maka ruangan yang

timbul harus diisi dengan batu–batu koral atau pasir tanpa biaya tambahan.- Bila ada batu-batu atau gangguan-gangguan lainnya yang menyulitkan pengeboran,

Penyedia Jasa / Rekanan harus mengusahakan berbagai cara dengan persetujuan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk mengatasinya ditanggung oleh Penyedia Jasa/Rekanan.

- Penyedia Jasa/Rekanan harus mencegah terjadinya keropos di bagian bawah pondasi tiang yang tidak terdeteksi secara visual dengan berbagai cara

e. Tiang Pancang Tambahan

Page 9: Bab F. Tehnik Sipil

F - 9

Suatu tiang pancang yang rusak pada saat pemancangan atau pengangkatan /pengangkutan yang mengakibatkan kebutuhan struktur tiang tidak dapat dipertanggung jawabkan, harus dicabut dan diganti atau dipakai tiang pancang tambahan dengan persetujuan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas tanpa tambahan biaya.

f. Posisi Tiang PancangTiang-tiang pancang tidak boleh menyimpang lebih dari 1,25 % kemiringan, dan bergeser tidak lebih dari batas toleransi dibawah ini :

Jumlah tiang Per Kelompok

(Buah)

Toleransi Sendiri

cm

Toleransi 1 Tiang Terhadap Lainnya

cm

Toleransi kelompok tiangTitik berat kenyataan terhadap beban

cm

1 5 - 52 5 7.5 44 5 7.5 45 5 7.5 4

Paling lambat 5 hari setelah pemancangan selesai dengan sepengetahuan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa/Rekanan harus mengirim data kemiringan dan letak akhir tiang pancang terhadap as bangunan kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

g. Perubahan PoerApabila ada perubahan poer akibat penambahan tiang dan/atau toleransi jarak antar tiang yang tidak dipenuhi, maka biaya tambahan pekerjaan poer menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Rekanan.

h. PenyambunganPenyambungan tiang dilakukan dengan pengelasan (welding) yang pelaksanaannya harus dilakukan sesuai standart ANSI/AWS D1.1-1990. Dalam hal ini semua biaya akibat perubahan tiang pancang, penyambungan tiang dan lain – lain alternatif pemecahan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Rekanan.

i. Panjang tiang dan daya dukung Berdasarkan hasil penyelidikan tanah maka diambil tiang pancang prestressed (bundar)-40

cm, panjang tiang : 20.00 meter dari MTA (Muka Tanah Asli – Existing) Apabila final set belum dapat dicapai pada kedalaman tersebut, maka Penyedia Jasa/Rekanan

harus melanjutkan pemancangan sampai mencapai tanah keras. Panjang tiang dan kedalam pemancangan pondasi bersifat lumpsum untuk jumlah tiang

mengikat sesuai dengan gambar kerja. Prosedur dan peralatan percobaan beban vertikal mengikuti prosedur ASTM 1143-81.

j. LaporanLaporan dari percoban penbebanan harus termasuk informasi – informasi berikut :- Kondisi tanah pada lokasi percobaan pembebanan.- Data alat pancang misalnya : berat hammer, energi blows, dan lain– lain- Pembacaan dari penurunan interval waktu tertentu setiap penambahan dan pengurugan beban.- Grafik yang mengunakan hasil pembebanan dalam bentuk kurva waktu VS penurunan kepala

tiang.- Catatan hal – hal yang tidak umum selama drifting test dan load test.

k. Persetujuan posisi pondasi tiangPosisi pondasi tiang akan diperiksa oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas selama masa pekerjaan berlangsung dan persetujuan akhir akan diberikan dalam waktu 2 hari setelah data– data posisi tiang akhir diberikan oleh Penyedia Jasa/Rekanan. Peralatan dan mesin tidak boleh dikeluarkan dari lapangan tanpa persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

3.4. Pekerjaan Pondasi Batu Kali :a. Batu Kali harus berkualitas baik dan dipecah dengan diamater antara 10 cm – 30 cm.

Page 10: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1010

b. Batu Kali harus disusun sedemikian rupa sehingga dudukannya kokoh. Antara Batu Kali satu sama lain harus terikat dengan adukan 1 Pc: 3 Ps.

c. Bentuk dan ukuran batu kali, dan tempat–tempat yang menggunakan pondasi Batu Kali harus sesuai dengan gambar.

d. Di atas pondasi Batu Kali dipasang sloof beton bertulang dengan ukuran sesuai gambar.3.5. Instalasi M & E :

a. Penyedia Jasa/Rekanan bertangung jawab atas semua klaim yang mungkin timbul karena kerusakan instalasi M & E bawah tanah atau di sekitar area kerja.

b. Penyedia Jasa/Rekanan supaya melaksanakan pekerjaannya begitu rupa sehingga bangunan, bagian dari bangunan dan pondasi bangunan tetangga tidak terganggu atau tidak rusak.

4. PEKERJAAN BETON4.1. Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :

a. Beton- Mutu beton untuk struktur utama menggunakan beton mutu K-350 (f’c=29.05 Mpa).- Adukan beton untuk struktur utama harus memakai campuran Mesin/Ready Mix.- Adukan beton untuk struktur sekunder (Kolom praktis, ring balok praktis, balok latai, dsb.)

memakai campuran 1 Pc : 2Kr : 3 Psr / Sitemix- Semen yang digunakan adalah semen yang memenuhi persyaratan SII 0013-77 “Semen

Portland” atau AASHTO M85 (Type I) kecuali ada petunjuk lain dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas

b. Agregat- Agregat halus (Pasir) untuk beton dapat berupa pasir alam atau pasir buatan. Pasir laut tidak

boleh digunakan dalam campuran beton.- Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, tidak pecah atau hancur oleh-

oleh pengaruh cuaca- Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur (Yang dimaksud lumpur dalam hal ini adalah

bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm) lebih dari 5% (Ditentukan terhadap beratkering). Apabila kadar lumpur di atas 5%, maka agregat harus dicuci.

- Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.- Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.- Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-

batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, umumnya memiliki ukuran butir lebih besar dari 5 mm

- Agregat kasar terdiri dari dari butir-butir yang keras (Pengujian kekerasan agregat kasar sesuai dengan PBI 1971 atau Peraturan Beton yang terbaru), kekal (Tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca) dan tidak berpori

- Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (Yang dimaksud lumpur dalam hal ini adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm) lebih dari 1% (Ditentukan terhadap beratkering). Apabila kadar lumpur di atas 1%, maka agregat harus dicuci.

- Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali

- Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada seperlima jarak terkecil antara bidang- bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal pelat, atau tigaperempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Hal ini bertujuan mencegahterjadinya sarang-sarang kerikil.

c. Air- Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,

garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum

- Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui kredibilitasnya.

d. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur atas bangunan ini adalah sebagai berikut :

Page 11: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1111

- Mutu baja tulangan sampai dengan diameter 12 mm adalah BJTD 24 (Tulangan Polos)- Mutu baja tulangan diameter 12 mm ke atas adalah BJTD 39 (Tulangan Ulir)- Merk baja tulangan yang digunakan adalah Krakatau Steel atau setara- Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat

persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.- Besi Beton harus berasal dari satu pabrik (manufactures). Tidak dibenarkan untuk

menggunakan merk besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini.- Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate / sertifikat pabrik yang membuat label dan

nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton tersebute. Bekisting untuk struktur utama bangunan memakai papan kayu meranti 2/20 dan diberi lapisan

plastik/minyak bekisting bila perlu. Bekisting dari papan kayu meranti tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Bekisting untuk struktur sekunder (Seperti balok latai pintu, balok latai jendela, kolompraktis dan balok praktis, dsb) menggunakan multipleks dengan ketebalan menyesuaikan atau sesuai petunjuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Penggunaan bekisting dari material selain kayu seperti karton, plastik, metal/baja harus mendapat persetujuan tertulis Direksi Teknis/Konsultan Pengawas

f. Bahan Pembantu- Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan

ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan pembantu (Bonding Agent, Admixture dsb.). Jenis dan jumlah bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan

- Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan dengan hasil-hasil percobaanlaboratorium.

- Penggunaan bahan-bahan pembantu tidak boleh mengurangi mutu beton- Selama bahan-bahan pembantu ini dipakai, harus dilakukan pengawasan yang cermat terhadap

pemakaiannya.- Bahan-Bahan Pembantu tersebut harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia

(SNI). Apabila persyaratan Bahan-Bahan Pembantu tersaebut tidak tercantum dalam SNI, makaBahan-Bahan Pembantu tersebut harus memenuhi “Specification for Chemical Admixtures forConcrete“ (ASTM C494)

- Bonding Agent menggunakan ex. SIKA Top 770 atau setara4.2. Kelas dan Mutu Beton

a. Kelas dan mutu dari beton harus standar peraturan beton Indonesia. (SNI) Bilamana tidak ditentukan lain kuat tekan beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh benda uji silinder test yangdiuji pada umur 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil yang lebih besar dari yang ditentukan.

4.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Betona. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton

dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi(perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untukmencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.

b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Direksi Teknis melalui pengujian biasa dengansilinder 15 - 30 cm dibuat dan diuji sesuai dengan SNI. Penyedia Jasa/Rekanan harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

c. Untuk pengujian beton. Benda uji diambil 4 sample dari setiap 15 m3, setiap sample terdiri dariminimal 2 benda uji silinder, yang diuji pada umur beton : 3, 7, 14 dan 28 hari.

d. Hasil uji kekuatan tekan harus memenuhi :1. Hasil rata-rata dari 2 benda uji lebih besar atau sama dengan fc’.

Page 12: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1212

2. Rata-rata dari hasil uji kekuatan tekan 4 sample berturut-turut lebih besar atau sama dengan f’c = 29,05 Mpa.

e. Apabila dijumpai hasil di bawah item point d harus dilakukan perubahan campuran dan dilakukan langkah-langkah persyaratan beton (SNI).

f. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara khusus adalahantara 9 – 11 cm untuk beton umumnya, sedangngkan cara pengujiannya sebagai berikut, Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (begisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.

4.4. Baja Tulangana. Semua baja tulangan beton yang didatangkan harus baru, tidak bekas, bebas karat dan

disimpan/diletakkan di tempat yang bersih, tidak basah dan terhindar dari segala kondisi yang dapat menyebabkan karat

b. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam berat :- Diameter lebih kecil dari 16 mm : - 5 %- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 4 %

c. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam diameter (Dihitung dari diameter terkecil) :- Diameter lebih kecil dari 16 mm : - 0.4 mm- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 0.5 mm

d. Mutu baja tulangan beton yang didatangkan harus benar, yang dinyatakan dengan surat/sertifikat keterangan dari distributor/pabrik pembuatnya. Untuk menjamin kualitas baja tulangan sesuai dengan perencanaan, maka harus dilakukan pemeriksaan pada laboratorium yang disetujui Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Pengambilan contoh bahan pada semua jenis diameter dan diambil secara random pada setiap datangnya material di lokasi. Biaya test dibebankan pada Penyedia Jasa/Rekanan.

e. Baja tulangan beton dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang merusak bahannya. Semua batang harus dibengkokan dalam keadaandingin, pemanasan dari besi beton hanya diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui olehDireksi Teknis/Konsultan Pengawas atau Perencana.

f. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bendrat) dengan bantalan balok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horisontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidakakan ada batang yang turun.

g. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel apabilla tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,5 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

h. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakaidimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini Penyedia Jasa/Rekanan diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

4.5. Selimut BetonPenempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap setiap bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar, makatebal selimut beton untuk satu sisi pada masing – masing konstruksi adalah sebagai berikut:

Lokasi / Tipe Struktur Selimut Beton Minimum

Page 13: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1313

Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah

7.00 cm

Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca :

Page 14: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1414

a. Batang D-19 s/d D-56b. Batang D-16, Jaring Kawat Polos P16 atau Kawat Ulir D16

dan yang kebih kecil5.00 cm4.00 cm

Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah :1. Pelat, Dinding, Pelat Berusuk

- Batang D-44 s/d D-56- Batang D-36 dan yang lebih kecil

2. Balok dan KolomTulangan Utama, Pengikat, Sengkang, Lilitan Spiral

4.00 cm2.00 cm

4.00 cm

Komponen Struktur Cangkang, Pelat Lipat :- Batang D-19 dan yang lebih besar- Batang D-16, Jaring Kawat Polos P16 atau Kawat Ulir D16

dan yang lebih kecil

2.00 cm11.50 cm

4.6. Sambungan Baja TulanganJika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat – tempat lain dari yang tunjukan pada gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan – sambungan tulangan minimal harus 40 x diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.

4.7. Perlengkapan MengadukPenyedia Jasa/Rekanan harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menempatkan dan mengawasi jumlah dari masing – masing bahan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.

4.8. Pengadukana. Bahan – bahan pengadukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu

bath mixer. Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata atau seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

b. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih – lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (batching mixing plant) harus diatur hingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasistas yang telah ditentukan.

4.9. Cetakan (Bekisting)a. Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran pada gambar rencana.b. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis/Konsultan

Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan tidak mengurangi tanggung jawab Penyedia Jasa/Rekanan terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan – kerusakan yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.

c. Sewaktu – waktu Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Penyedia Jasa/Rekanan harus segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

d. Semua proses pemotongan dan pembuatan bentuk kayu dikerjakan dengan menggunakan mesin kecuali untuk detail tertentu atas persetujuan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Proses pengerjaan tidak diperkenankan dilakukan ditempat pemasangan.

Page 15: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1515

e. Bentuk, ukuran, profil. Pola, nad dan peil yang tercantum dalam gambar kerja adalah hasil jadi/ selesai. Bila terjadi penyimpangan tanpa persetujuan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, Maka Penyedia Jasa/Rekanan harus membongkar dan memperbaiki kembali tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Penyedia Jasa/Rekanan, dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.

f. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker, dinabolt, fisher, sekrup paku dan lem perekat harus rapi dan sempurna, tidak diperkenankan mengotori bidang – bidang tampak. Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan dipasang dengan cara memaku, tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Lubang sekrup terlebih dahulu dibuat dengan bor. Kepala sekrup harus tertanam, kemudian lubang ditutup kembali dengan kayu sejenis yang dilem dengan lem kayu sesuaipersyaratan kemudian diratakan dengan amplas halus sehingga permukaanya rata dan halus serta tidak tampak bekas penutupan lubang. Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui toleransi kerataan 0,5 cm setiap 2 m.

g. Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak di atas tanah, maka di bawahnya harus dibuat lantai kerja yang rata. Jika tidak dtentukan lain, maka tebal lantai kerja minimum harus diambil 5 cm dengan campuran nominal semen, pasir dan kerikil dalam perbandingan isi 1 :3 :5

h. Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan perancah besi(scaffolding).Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur agar mudah diperiksa oleh DireksiPekerjaan/Konsultan Pengawas

4.10. Pengecorana. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan)

harus bersih dari air tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan- bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban /air dari beton yang baru dicor tidak akan diserap.

b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor terlebih dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

c. Semua kotoran, beton yang mengelupas atau bahan asing yang menutupinya harus dibersihkan dan dibuang, semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum betonbaru dicor.

d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistim struktur/penulangan yang ada.

e. Beton boleh dicor hanya bila Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta staf Penyedia Jasa/Rekanan yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.

f. Dalam semua hal, Beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja – baja tulangan, tidak diijinkan.

g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis perlapis horisontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi Teknis/KonsultanPengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.

h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau selama sedemikian rupa sehingga spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. Selain hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan

4.11. Pemadatana. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong –

kantong kerikil, dan menutup rapat – rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.

Page 16: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1616

b. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah, lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan bahan beton terpisah dengan yang airnya.

c. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran permenit ketika dibenamkan dalam beton.

d. Alat pemadat harus diletakkan sedemikian rupa sehingga kepala alat penggetar (vibrator) tidak menyentuh baja tulangan pada saat pemadatan

4.12. Waktu dan Cara Pembukaan Cetakana. Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, Penyedia Jasa/Rekanan harus membuat prosedur dan

jadwal untuk pembongkaran dan pasang kembali penopang beserta perhitungan beban-beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran.

b. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidakmengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.

c. Analisa struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan dan pembongkaran cetakan beserta penopang harus diserahkan Penyedia Jasa/Rekanan kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas

d. Tidak boleh ada beban konstruksi yang bertumpu pada; juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari; suatu bagian struktur yang sedang dibangun. Pengecualian dari ayat di atas adalah apabila bagian dari struktur tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang memadai untuk menopang berat sendirinya serta beban yang ditumpukan kepadanya

e. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan – cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan hati – hati dan permukaan – permukaan yang tidakberaturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Pengguna Jasa / Tim Teknis / KonsultanPengawas

f. Waktu untuk melepas acuan dan perancah tergantung dari cuaca, metoda pemeliharaan beton, kekuatan beton, tipe dari struktur dan beban rencana. Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan perancah ( jika struktur tanpa dibebani) tidak boleh kurang dari :

4.13. Perawatan Beton (Curing)

UnsurStrukturWaktumel

epasBekistiSampingbalok,dindin

g,kolom3ha

riPelat( acuansaja) 21hariBalok( acuansaja) 21hariPerancahpelatantara

balok21ha

riPerancahbalokdanflatslab

21hariPerancahkantilever 28haria. Semua beton harus dirawat (curred) dengan air seperti ditentukan dibawah ini. Direksi

Teknis/Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian – bagian pekerjaan.

b. Beton yang dirawat (curred) dengan air harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus segera sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan pipa–pipa yang berlubang–lubang. Penyiraman mekanis, atau

Page 17: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1717

cara–cara yang dibasahi yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi spesifikasi– spesifikasi air untuk campuran beton.

4.14. Perlindungan (Protection)a. Penyedia Jasa/Rekanan harus melindungi semua beton terhadap segala kerusakan sebelum

penerimaan terakhir oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawasb. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung, paling

sedikit 3 hari sesudah pengecoran.c. Perlindungan semacam itu harus dibuat secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.

4.15. Finishing Betona. Permukaan yang kelihatan

Beton yang permukaannya kelihatan (expose) harus difinish dengan adukan. Lubang – lubang yangterjadi pada beton harus diisi dengan adukan.

b. Untuk dinding penahan tanah , lubang pengikat acuan tidak diperkenankan. Lubang – lubang pada permukaan beton tidak boleh lebih dari 3 mm, lubang yang lebih besar dari diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh melebihi 0,5 % air permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih besar dari 20 mm tidak diperkenankan. Apabila terdapat lubang yang ternyata lebih besar dari 20 mm, harus dikosultasikan dengan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas

c. PelatPermukaan pelat harus merupakan permukaan yang rata tanpa adanya kelebihan adukan ataupunlubang – lubang pada permukaan pelat tersebut, diluar batas toleransi yang diijinkan. Apabila penambahan permukaan finishing tersebut langsung dilakukan sebelum beton mengeras total, semua kelebihan air, adukan maupun kotoran–kotoran lain harus dibersihan dengan cara disikat dengan hati–hati untuk mencegah ikut terbawanya agregat yang sudah dicorkan. Apabila pelat tidak difinising dengan adukan, permukaan beton tersebut harus dibuat kasar sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton tersebut harus diratakan sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati toleransi yang diinginkan.

4.16. Perbaikan Permukaan Betona Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang

direncanakan yaitu beton semi eksposed, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan spefisikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Penyedia Jasa/Rekanan atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi Teknis/Konsultan Pengawas memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambahan harus dikerjakakan seperti yang telah tercantum dalam pasal – pasal berikut.

b Kerusakan yang memperlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan – kerusakan karena cetakan, lubang–lubang karena keropos, tidak rata dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda.

c Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat. Lubang lubang pahatan harus diberi penggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat/terkunci ditempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan.

d Jika menurut pendapat Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, hal – hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat tidak cukup bila hanya tambal saja ( karena mengahasilkan sebidangdinding ) yang tidak memuaskan pengelihatan, Penyedia Jasa/Rekanan diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1 Pc : 3 PS ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm juga pada dinding yang perbatasan ( yang bersambungan ), sesuai dengan intruksi dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan ( pencengkungan atau pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari h/1000 untuk semua komponen

4.16. Water Stopa. Penyekat–penyekat air (waterstop) harus ditempatkan pada sambungan – sambungan bangunan

(Contruction Join) dan tempat–tempat yang kedap air seperti yang ditunjukan dalam gambar – gambar.

Page 18: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1818

b. Penyedia Jasa/Rekanan harus menyiapkan semua penyekat – penyekat air termasuk lem PVC, semen, mur-mur dan bahan bahan penyambung lainnya.

c. Penyedia Jasa/Rekanan harus membuat semua sambungan – sambungan (splices), penyatuan dan lengkungan – lengkungan ( join bends ), pasak – pasak untuk penyekat air, pertemuan – pertemuan, perpotongan – perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar – gambar atau seperti yang ditunjukkan perencana. Semua penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk–petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang disahkan oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.

d. Water stop yang digunakan harus dari produk yang telah ditentukan dalam buku RKS ini dengan bahan penyekat air PVC type polyvinyl Chroride dengan tebal 7 mm lebar 20 cm. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa/Rekanan harus mengajukan jenis material, metode pemasangan dan shop drawing pekerjaan water stop kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawasdan untuk mendapatkan persetujuan.

e. Waterstop yang dipasang horisontal seperti pada pertemuan dinding dan pelat yang terletak dibawah tanah harus ditempatkan pada as- nya.

f. Water stop yang akan digunakan untuk contruktion joint maupun expansion joint harus merupakan type yang memungkinkan terhadap pergerakaan. Water stop dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya pengecoran dan pemadatan beton.

4.17. Dilatasia. Letak – letak dan panjang dilatasi pada masing – masing bangunan harus sesuai dengan gambar

rencana dengan jarak celah dilatasi 5 cm.b. Penyelesaian pekerjaan beton pada bagian dilatasi harus dipersiapkan dan dikoordinasikan sebaik

mungkin. Bila ada hal – hal yang kurang jelas sebaiknya ditanyakan dahulu kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.

c. Pada bagian celah dilatasi sebelum pelaksanaan finishing dikerjakan, celah dilatasi harus ditutup terlebih dahulu sesuai gambar rencana.

d. Bahan yang dipakai sebagai penutup celah dilatasi adalah sealant, filler dan pelat tembaga tebal 4 mm, dengan bentuk, lebar serta panjang yang sesuai dengan gambar rencana.

e. Pelaksanaan penutup celah dilatasi tersebut harus betul – betul rapi dan baik sehingga konstruksi diatas bisa berfungsi sebagaimana yang dikehendaki.

4.18. Sealant dan FillerPekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas – batas sambungan beton yang dimaksudkan diatas. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, persiapan, pelaksanaan dan pemasangannya pada kontruksi joint maupun expansion joint semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada sambungan/ sudut yang bersifat struktural maupun tidak, antara material sejenis maupun yang berbeda untuk menghindari terjadinya celah / rembesan / kebocoran air maupun udara.

Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan/material, tahan cuaca, kedap air,tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan serta berdaya lekat tinggi dengan bahan dasar dari silicone material sealent yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :- Polysulphide base, dua komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia type non-sagging untuk joint

vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air secara kontinyu kemampuanpergerakan sampai dengan 15% dari lebar joint dan dapat berfungsi pada temperatur 4 – 27 OCdengan warna yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

- Silicon base, satu komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, memiliki kemampuan pergerakan sampai dengan 20% dari lebar joint dan dapat berfungsi dengan baik pada temperatur 4 – 27 OC, dengan warna yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

- Silicon base, 2 komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, memiliki kemampuan pergerakan sampai dengan 20% dari lebar joint, dapat bekerja pada temperatur 4 – 27 OC, uniform, homogen dan bebas dari lumpur dan material kasar ketika dicampur.

- Arcylic emulision base, 1 komponen, mempunyai kemampuan pergerakan lebih dari 7% dari lebarjoint, dapat berkerja dengan baik pada temperatur 4- 27 OC, non sagging.

Page 19: Bab F. Tehnik Sipil

F - 1919

- Polyurethan base, muli komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, type non sagging untuk joint vertikal, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air secara kontinyu, kemampuan pergerakan sampai dengan 15% dari lebar joint dan dapat berfungsi pada temperatur 4 – 27 OC, dengan warna yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

- Polyurethan base, satu komponen, pemeliharaan dengan bahan kimia, type non sagging untuk joint vertical, uniform, homogen dan bebas lumpur, dapat menahan air secar kontinyu kemampuan pergerakan sampai dengan 15% dari lebar joint dan dapat berfungsi pada temperatur 4 – 27 OC, dengan warna yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

Pelaksanaan pekerjaan sealant :- Persiapan permukaan

Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partekel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.

Permukaan harus sudah difinis- Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa/Rekanan harus memperhatikan cara pemasangan

dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam/ jenis material yaitu : material kemarik/ kaca/ material metal , material kayu, material beton permukaan adukan plestaran dll.

- Penyedia Jasa/Rekanan harus mengikuti semua persyaratan/ spesifikasi pabrik, sehingga menghasilkan pekerjaan yang rapi, halus, rata permukaan dan bersih dari noda.

4.19. Pekerjaan Groutinga. Bahan grouting harus kedap air, bersifat plastic tahan getaran dan kejutan, kedap air, tanah

terhadap minyak, olie, garam dan alkali, tidak mengandung bahan dasar metal, bersifat korosif, bebas klorida, tidak berkerut / non shrink, bersifat semen base. Bahan yang dipakai dari produk ex. SIKA Grout 215 atau setara yang disetujui Direksi Teknis/Konsultan Pengawas secara tertulis.

b. Pelaksanaan pekerjaan grouting.- Persiapan permukaan

Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air diatas permukaan tersebut waktu pelaksanaan grouting.

- Persiapan adukan grouting Perbandingan komponen grouting dengan air maupun pasir serta prosedur pencampuran

adukan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik. Selama pengadukan, air maupun pasir harus sudah dipersiapkan ditempat pengadukan

dengan volume cukup. Kualitas air maupun pasir harus memenuhi persyaratan sepertiterurai pada pekerjaan beton di bab lain pada buku ini.

Sebaiknya bahan grouting dipakai habis dalam satu kali waktu pengaduka.- Adukan grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang tertutup padat,

tidak rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat digunakan curong/alat lain.

- Untuk perawatan/curing dan perbaikan, permukaan adukan grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yangg terlalu cepat dengan ditutup kain basah.

4.20. Waterproofinga. Untuk basement, ruang lift, ramp dan tempat parkir, bahan yang dipakai water proofing coating

bitumen based produk SIKA atau setara yang disetujui Direksi Teknis/Konsultan Pengawas secara tertulis. Untuk tandon air sebelah dalam dan KM/WC memakai water proofing cement based yang bersifat non toxic, produk SIKA atau setara. Sedang untuk atap dan tandon air sebelah luar dipakai water proofing membran ( 3 mm ) produk SIKA atau setara.

b. Water proofing harus kedap air dan uap termasuk pada bagian overlap, memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan atau tekanan, dan perilaku material pada 100 OC harus tetap stabil.

c. Penyedia Jasa/Rekanan wajib mengajukan contoh bahan kepada Direksi Teknis/KonsultanPengawas untuk mendapat persetujuan

d. Pelaksanaan pekerjaan water proofing- Persiapan permukaan

1. Permukaan harus betul – betul kering sebelum pemasangan lapisan water proofing.

Page 20: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2020

2. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton, bagian – bagian yang menonjol tajam, permukan halus dan rata.

3. Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan adukan kedap air (campuran 1 Pc : 2 Ps ) hingga padat dan rata permukaan.

- Lapisan primer.Pelaksanaan dengan spray, roller, atau kuas dengan daya sebar 6 – 8 m/ liter. Lapisan primer harus langsung ditutup dengan lapisan water proofing. Jika dalam satu hari kerja ada area yang telah diberi lapisan primer tetapi belum sempat selasai, maka daerah tersebut harus diberi primer kembali pada hari kerja berikutnya.

- Lapisan water proofing1. Jika dipandang perlu, bahan dapat ditukar/ diganti dengan bahan – bahan pengganti yang

memenuhi syarat dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dan .

2. Cara – cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan atas petunjuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dan .

3. Bila ada hal apapun antara gambar kerja, spesifikasi dan lainnya, Penyedia Jasa/Rekanan harus segera melaporkan kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dan sebelumpekerjaan dimulai. Pekerjaan baru dapat dimulai setelah dapat persetujuan tertulis dariDireksi Teknis/Konsultan Pengawas dan .

4. untuk melaksanakan pekerjaan ini Penyedia Jasa/Rekanan harus menempatkan tenaga ahli ditempat pekerjaan pada saat pekerjaan tersebut sedang berlangsung.

5. Penyedia Jasa/Rekanan bertanggung jawab sepenuhnya atas kesempurnaan pekerjaan walaupun telah menpadat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dansampai dengan berakhirnya masa garansi. Pada bagian sambungan harus mempunyaioverlaping minimum 20 cm.

6. Penyedia Jasa/Rekanan wajib membuat shop drawing (gambar detai pelaksanaan)

berdasarkan gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan lapangan dan pada daerah – daerah yang menurut Direksi Teknis/Konsultan Pengawas dan perlu. Dalam shiop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, jenis bahan, cara pemasangan dan persyaratan khusus yang belum terkacup secara lengkap didalam gambar pelaksanaan/ dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.

- Lapisan pelindungLapisan pelindung menggunakan screed ketebalan + 3 cm atau seperti terterai dalam gambar kerja, termasuk arah kemiringannya.

- Pengujian lapisan water proofingSetelah semua pemasangan lapisan water proofing dan sebelum pelaksanaan lapisan pelindung, Penyedia Jasa/Rekanan harus melaksanakan pengujian kebocoran terutama untukpermukaan horisontal. Cara pengujian adalah dengan menuangkan air kearea yang tertutuplapisan water proofing hingga ketinggian minimum 50 mm dan dibiarkan selama 3 x 24 jam. Beri tanda bagian – bagian yang tidak sempurna atau bocor.

- Perbaikan lapisan water proofingBagian dari lapisan water proosing diatas kebocoran disobek secukupnya. Letakkan potongan lapisan water proofing baru sejauh 150 mm kesegala arah dihitung dari celah/ sobekan. Pekerjaan dilaksanakan setelah perujian permukaan dalam keadaan kering betul.

- Pengamanan PekerjaanPenyedia Jasa/Rekanan harus mengadakan pengamanan dan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan ataukerusakaan lainnya. Apabila terjadi kerusakaan yang disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa/Rekanan baik pada waktu pekarjaan ini dilakukan/ dilaksanakan maupun pada saat pekerjaan ini telah selesai, maka Penyedia Jasa/Rekanan harus memperbaiki/ mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis/Konsultan

Page 21: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2020

Pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab PenyediaJasa/Rekanan.

5. PEKERJAAN BAJA5.1. Persyaratan Umum Bahan :

Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan baja adalah sebagai berikut :a. Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut atau disesuaikan dengan Standard Peraturan

Perencana Bangunan Baja Indonesia 1983 atau yang telah diperbarui, dengan mutu baja ST 41.

b. Semua bahan yang dipakai harus disertai jaminan mutu dari pabrik atau sertifikat pengujian dari laboratorium yang disetujui Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

c. Bahan-bahan yang dipakai buatan dalam negeri yang dikenal baik, yang produknya memenuhi standarisasi industri yang berlaku.

d. Bahan struktur baja tidak boleh cacat atau begkok-bengkok, jadi harus betul-betul lurus. Profil yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail Konstruksinya ditunjukkan dalam gambar-gambar untuk itu.

e. Penyambungan dengan pengelasan harus dilaksanakan dengan ketepatan dan keahlian tinggi.

Pengelasan harus menggunakan las listrik untuk bagian-bagian yang struktural. Permukaan yang dilas harus sama dan rata dan kelihatan teratur. Las-lasan yang menunjukkan cacat harus dipotong dan dilas kembali atas biaya Penyedia Jasa.

f. Penyambungan dengan baut-baut dan mur harus dilakukan dengan seksama dan kokoh. Ukuran- ukuran baut-baut beserta ring-ringnya harus disesuaikan. Apabila tidak disebutkan lain digambar, makasemua baut yang digunakan dalam struktur baja adalah baut mutu tinggi (HTB) jenis A 325 atau Grade8.80 (Standard Spesification ANSI /ASME B 18.2.1. 1981). Anker-anker yang dipasang harus sesuai dengan spesifikasi teknis JIS G3112. Penyambungan dengan baut harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dengan baik tidak menimbulkan cacat. Mutu bahan baut yang dipergunakan harus memenuhi syarat mutu bahan standard pabrik dan rencana.

g. Pembakaran di bengkel atau dilapangan untuk pemotongan atau penyambungan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas . Dalam hal persetujuan diberikan, maka bagian yang dibakar tersebut harus diselesaikan dengan baik sehinga sama dengan hasil pemotongan.

h. Permukaan besi baja yang akan dicat harus dibersihkan dari korosi dengan semprotan pasir (sand blasting) atau semprotan butir baja atau cara lain yang sama efektifnya sehingga permukaan memperoleh warna metalik. Bekas las-lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatanlasnya.

i. Segera setelah dibersihkan seperti cara diatas, permukaan baja dicat dengan lapisan pelindung. Apabila ditentukan pekerjaan galvanisasi untuk pelat baja atau pipa-pipa maka yang dimaksud proses galvanisasi celup panas. Kawat las yang digunakan adalah ARCH – Welding dengan menggunakan Mild Steeel Electrode jenis Eutetic Rod Unimatic 6000(AC-DC) dengan tesile strength 68,000 psi = 4760pascal atau kawat las lain yang setera. Pengelasan kontruksi dan mengikuti prosedur yang berlaku seperti AWS atau AISC Spesification.

5.2. Perlindungan Material Baja :a. Semua pekerjaan baja, baut dan alat penyambung lainnya yang dipakai harus dilindungi dari

serangan karat. Perlindungan diadakan dengan pemberian lapisan cat / meni. Sebelum dicat, permukaan bahan baja harus disikat dengan sikat kawat baja sehingga betul – betul bebas dari karat dan sesudahdibersihkan segera dimeni. Semua permukaan bahan baja yang sukar dicapai setelah pemancangan harus diberi lapisan pelindung terhadap karat sebelum pemasangan diselenggarakan.

b. Kontraktor maupun sub kontraktor harus bertanggung jawab atas pekerjaan ini. Persetujuan yang diberikan oleh Perencana tidak berarti membebaskan kontraktor maupun sub kontraktor dari tanggung jawab.

Page 22: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2121

c. Perubahan ukuran/ dimensi dari profil baja rencananya, harus disetujui oleh Konsultan Pengawas

Perencana.d. Kontraktor diharuskan membuat gambar Kerja ( shop drawing ) dari pekerjaan baja ini dan

perhitungan konstruksi apabila diadakan perubahan – perubahan praktis dari rencana semula. Gambar kerja dan perhitungan ini diserahkan kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

Page 23: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2222

e. Gambar kerja tersebut diatas meliputi seluruh bagian dari pekerjaan kostruksi seperti detail – detail pemasangan, penyambungan, lubang- lubang, baut – baut, las, pemotongan, pertemuan pada pemutusan, penguatan, ukuran - ukuran , dimensi dari bahan dan lain – lain yang secara teknis diperlukan. Gambar rencana berlaku sebagai gambar referensi untuk gambar kerja.

5.3. Fabrikasi5.3.1.Persyaratan Umum Farbrikasi

Persyaratan umum untuk fabrikasi adalah sebagai berikut :a. Tenaga – tenaga yang dipergunakan haruslah tenaga – tenaga ahli pada bidangnya dan dapat

melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk – petunjuk dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas, serta teliti sehingga menjamin bahwa seluruh bagian pekerjaan dapatcocok satu sama lain pada waktu pemasangan.

b. Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu pekerjaanpun dibongkar dan disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak danharus segera diperbaiki.

c. Sub kontraktor fabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri, semua alat – alat perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan. Sub kontraktor fabrikasi harus memperkenankan sub kontraktor montasi untuk sewaktu–waktu memerisa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara–cara dan lain–lain yang berhubungan dengan pemasangan ditempat pekerjaan. Sub kontraktor montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan intruksi –intruksi mengenai cara penyelenggaraan Fabrikasi.

5.3.2.Pola (Mal)a. Pola ( mal ) pengukuran dan peralatan- peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin ketelitian

pekerjaan harus disediakan kontraksi fabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita – pita baja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Ukuran – ukuran daripekerjaan baja yang tertera dalam gambar rencana dianggap ukuran pada suhu 25OC.

b. Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada plat maka semua alat plat harus diperiksa kerataannya, semua batang – batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, apabila diperlukan harus diperbaiki sehingga plat – plat disusun akan kelihatan rapi seluruhnya.

c. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara menggunting, menggergaji atau dengan las pemotong.

Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselasaikan siku terhadap bidang yang potong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

d. Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka pada pemotongan tersebut

terbuang metal diperkenankan sebanyak – banyaknya 3 mm pada plat yang tebalnya lebih kecil atau sama dengan 11 mm dan sebanyak – banyak 6 mm pada plat yang tebalnya lebih besar dari 11 mm. Las pemotong untuk Memotong digerakan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal sertabergerak dengan kecepatan tetap. Pinggiran yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih dan lurus dan untuk menghaluskannya harus digunakan gerinda. Gerinda bergerak searah dengan las pemotong, sedemikian rupa sehingga pinggiran tersebut bebas dari seluiruh bekas kotoran besi.

5.3.3.Pengelasana. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tenaga las, dibawah pengawasi langsung seorang yang menurut

anggap Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas mempunyai kemampuan dan pengalaman yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Page 24: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2323

b. Penyedia Jasa / Rekanan harus mengajukan cara pengelasan kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan dan persetujuan yang telah diberikan tidak dapat dirubah tanpa persetujuan lebih lanjut.

c. Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik) dengan ketentuan sebagai berikut :- Tebal las sudut minimum (tw) : min. 4 mm- Tebal bagian paling tebal (t) : 7 mm < t < 10 mm- Panjang las minimum : 70 mm- Panjang las maksimum : 40 x tebal

d. Kekuatan dari bahan las yang dipakai, minimal sama dengan kekuatan baja. Kelas E 60 atau grade

SAW –1 sesuai ASTM –A233.

Page 25: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2424

e. Detail-detail khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan, jenis dan ukuran elektroda, tebal masing – masing bagian yang dilas dan ukuran dari las serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan Peneydia Jasa/Rekanan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan las listrik tersebut dilakukan.

f. Ukuran elektroda arus dan tegangan listrik serta kecepatan busur listrik yang digunakan pada las listrik harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak dapat diadakan penyimpanganpenyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas .

g. Plat–plat yang akan dilas harus bebas dari kotor – kotoran besi, minyak, cat, karat atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susud, retak pada bagian dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.

h. Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan semua potongan–

potongan & sebagainya harus dijepit bersama–sama pada saat dilubangi, dibor sehingga mata bormenembus tebal secara sekaligus. Cara lain batang tersebut dilubangi sendiri–sendiri dengan menggunakan mal.

i. Setelah selesai dibor seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan apabila diperlukan plat–plat dan sebagainya dapat dilepas kembali. Diameter lubang untuk baut HTB adalah 1–1,5mm lebih besar dari pada diameter yang tertera dalam gambar rencana.

j. Dalam hal lubang tidak dibor sekaligus untuk seluruh tebal elemen – elemen lubang dapat dibor dengan ukuran yang lebih kecil dan diperbesar kemudia saat montase percobaan.

5.3.4.Pemasangan / Erectiona. Penyedia Jasa/Rekanan montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat –alat yang

diperlukan untuk pekerjaan pemasangan baut atau las dari seluruh pekerjaan baja tersebut.b. Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum cara & alat yang akan digunakan mendapat persetujuan

dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.c. Semua pekerjaan harus dikerjakan dengan hati – hati dan dipasang dengan teliti. Drift yang dipakai

mempunyai diameter lebih kecil dari lubang baut dan digunakan untuk membawa bagian – bagian padaposisinya yang tepat seperti disyaratkan dibawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan yang dapatmerusak atau menggangu material tidak diperkenankan.

d. Setiap kesalahan pada pekerjaan dibengkel yang menyulitkan pekerjaan montase serta menyulitkan pada saat pemasangan harus segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

e. Permukaan yang dikerjakan dengan mesin harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasang.

Struktur baja harus dipasang sedemikian rupa sehingga struktur tersebut dapat membentuk lawanlendut seperti yang tertera pada gambar rencana.

f. Pemasangan permanen baut tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan persetujuan dari Pengguna

Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.g. Sambungan–sambungan dibuat permanen setelah struktur baja terpasang.

5.3.5.Pengecatan Bajaa. Semua kontruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar yang telah disetujui

oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas kecuali pada bidang – bidang yang akan dikerjakkan dengan mesin perkakas seperti misalnya pada perletakan.

b. Pekerjaan pengecatan terdiri dari : Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang – bidang yang telah dicat akhir untuk seluruh bidang pekerjaan besi yang terbuka.

c. Seluruh permukaan pekerjaan baja harus dibersihkan dan dikupas dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui agar menjadi logam yang bersih,bebas, karat, lumpur dan lain – lain. Luas bidang

Page 26: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2525

permukaan yang dibersihkan harus segera ditutup dengan cat dasar, sebelum terjadi oksidasi. Bila terjadi oksidasi ( karat ), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.

d. Pengecatan dapat dilakukan dengan kuas tangan yang disetujui atau dengan cara yang disyaratkan oleh Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau berdebu atau pada cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan – tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Pengguna Jasa / Tim Teknis / KonsultanPengawas untuk menghindari pengaruh cuaca.

Page 27: Bab F. Tehnik Sipil

F - 2626

e. Permukaan yang dicat harus kering dan dan tidak berdebu,. Lapisan berikutnya tidak dilakukan sebelum lapisan cat sebelumnya kering betul.

f. lapisan penutup dilakukan diatas lapisan cat dasar dalam tempo kurang lebih enam bulan dan tidak boleh dilakukan lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi demikian, maka permukaan bahan perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi.

g. Cat ( termasuk penyemprotan ) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut – baut pada setiap sudut – sudut, sambungan pelat, lekuk – lekuk dan sebagainya.

h. Setiap bagian yang menampung air, atau dapat dirembesi air diisi dengan cat yang tebal atau digunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.

i. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama rata. Pemakaian cat yang rata ialah 11,5 m2 sampai 15 m2 perliter untuk cat dasar dan 15 m2 sampai 20 m2 untuk lapisan berikutnya. Cat untuk baja menggunakan produk ICI, Hempelindo atau yang setara.

j. Sebelum pengerjaan pengecatan dimulai, kontraktor harus mengajukan contoh material cat yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas .

6. PEKERJAAN SPARINGa. Bahan – bahan material sparing, letak letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar kerja

dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.b. Tempat – tempat dari sparing dilaksanakan bila tidak ada dalam gambar, maka kontraktor harus

mengusulkan dan minta persetujuan dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.c. Bilamana sparing (pipa, conduit dan lain – lain) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja

tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Pengguna Jasa / Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

d. Semua sparing – sparing (pipa conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

e. Sparing – sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.