Bab 9 Ikan Kayong

download Bab 9 Ikan Kayong

of 4

description

bab 9

Transcript of Bab 9 Ikan Kayong

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan daerah tertinggal Kabupaten Kayong Utara

Identifikasi dan Pengembangan Infrastruktur Dasar Industri Perikanan daerah tertinggal Kabupaten Kayong Utara

BabREKOMENDASI9

Dampak positif dari pembangunan infrastruktur adalah peningkatan kesejahteraan rakyat dan pendapatan daerah tersebut sehingga tinjauan pelaksanaan dan perbaikan infrastruktur dasar khususnya industri perikanan di daerah harus memperhatikan lokasi, fungsi, dimensi, waktu dan kewenangan. Pertama, aspek lokasi. Dasar penilaian aspek lokasi adalah Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Kedua, aspek fungsi. Penilaian aspek fungsi didasarkan pada dokumen perencanaan yang ada. Baik itu RPJP Nasional, RPJM Nasional, Renstra Kementerian, RPJP dan RPJM Daerah maupun Renstra Instansi yang ada. Ketiga, aspek dimensi. Ukuran dimensi atau luasan dibagi berdasarkan pada Peraturan Menteri LH no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Keempat, aspek waktu. Nilai waktu menghubungkan antara proses perencanaan, termasuk didalamnya keberadaan dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL), dengan pelaksanaan konstruksi. Pembuatan dan penilaian dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) harus seiring dengan pelaksanaan perencanaan, baik yang saat masih berujud Masteplan ataupun DED. Kelima, aspek kewenangan. Aspek kewenangan yang ditinjau disini adalah kewenangan didasarkan pada tupoksi yang ada, apakah kegiatan pembangunan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau pemerintah daerah. PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah merupakan acuan yang digunakan termasuk didalamnya Peraturan Perundangan Bidang PU yang mengatur tentang pembagian kewenangan. Disamping itu, ada beberapa hal yang menjadi perhatian terkait infrastruktur dasar industri perikanan khususnya di Kabupaten Kayong Utara, antara lain:(i) Penambahan infrastruktur perikanan tangkap perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan selektivitas yang tinggi dengan memperhitungkan penataan jenis dan jumlah kapal perikanan, alat tangkap, alat bantu penangkapan, serta alur penangkapan dan wilayah penangkapan.(ii) Pengembangan infrastruktur perikanan budidaya berbasis perairan darat (tawar atau payau) dapat diarahkan melalui peningkatan produktivitas lahan atau mina padi, sedangkan marinekultur diarahkan pada pengembangan lahandan peningkatan produktivitas lahan. Sebaran penambahan infrastruktur budidaya diprioritaskan pada wilayah yang telah ditetapkan atau akan ditetapkan sebagai kawasan minapolitan.(iii) Peningkatan infrastruktur pengolahan harus memperhitungkan ketersediaan jumlah bahan baku dan perubahan komposisi produksi yang akan lebih besar, sedangkan peningkatan infrastruktur pemasaran terutama dilakukan untuk meningkatkan prasarana pemasaran dalam bentuk pengembangan depo pemasaran hasil perikanan.(iv) Pembangunan prasarana perikanan baru harus didasarkan atas data dan informasi yang akurat, berdasarkan potensi yagn ada melalui SIDCOM (Survey, Investigation, Design, Contruction, Operation, Maintenance) terlebih dahulu serta kecukupan dukungan sektor lainnya seperti jalan, air, dan listrik. Selain itu, diperlukan juga upaya menggali investasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur perikanan melalui kebijakan insentif dan disinsentif.(v) Peningkatan komitmen penyediaan anggaran operasional dan pemeliharaan dari pemerintah daerah dan pusat sebelum sarana dan prasarana dibangun serta adanya pembagian kewenangan yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. Buku Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. http://www.bappenas.go.id/files/1613/7890/3140/Buku-Evaluasi-Paruh-Waktu-RPJMN_Bappenas.pdfCiptakarya. 2013. Panduan Teknis: Identifikasi Lokasi Desa Terpencil, Desa tertinggal, dan Pulau-Pulau Kecil. http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/pedoman/panduan identifikasi_desa_terpecil.pdfDirektorat Kelautan dan perikanan. 2011. Strategi Pengembangan Infrastruktur Perikanan Dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing. Info Kajian Bappenas, Vol.8, No. 2, Desember 2011.Grigg, N. 1998. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley & Sons.Grigg, N. dan Fontane G. Darel. 2000. Infrastructure System Management & Optimization. International Seminar Paradigm & Strategy Of Infrastructure Management, Civil Engineering Department Diponegoro University.International Labour Organization (ILO). 2003. Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP): Mainstreaming Poverty Reduction Strategies. Third Expert Group Meeting. Report on 3rd Technical IRAP Meeting Introduction. ASIST Asia-Pacific. Bangkok.Kanyhama Dixon-Fyle. 1998. Accessibility Planning and Local Development: The application possibilities of the IRAP methodology. Development Policies Department, International Labour Office GenevaKeputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Umum Industrialisasi Kelautan dan Perikanan.Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia. 2005. Strategi nasional Pembangunan Daerah tertinggal.Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Kodoatie, R.J. 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Parikesit, D., dkk. 2003. Modul Pelatihan Perencanaan Infrastruktur Pedesaan. Kerjasama Universitas Gajah Mada dengan Kementrian Koordinator Bidang Ekonomi dan International Labour Organization.Rencana Kerja Pemerintah (RKP). 2012. Prioritas Pembangunan Bidang. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).Usman, Sunyoto. 2005. Manfaat Sosial Yang Dirasakan Masyrakat Dengan Terjaminya Pasokan Listrik dalam Seminar Nasional. Yogyakarta, 11 Agustus 2005. UGM

Laporan Akhir 9-1