BAB 6 Wasantara

20
BAB VI WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK BANGSA INDONESIA 1. Dasar Pemikiran dan Pengertian Waasan N!santara Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah mengantar bangsa Indonesia ke alam kemerdekaan dengan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 pemerintah mengemban tugas !mission" sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu # $ Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan ba dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamai abadi dan keadilan sosial”. Untuk me%u&udkan cita'cita kehidupan berbangsa dibutuhkan per&uangan dari sat generasi ke generasi berikutnya dengan tidak mengenal berhenti dari satu tah yang lebih baik secara berkesinambungan( )etiap generasi sebagai penerus %a&i melaksanakan kelan&utan cita'cita per&uangan untuk men&amin kelangsungan dan kesinambungan per&uangan bangsa( PKn untuk mahasiswa kerma Pemprov Jabar – AMP Polban *5 T!"!an Pem#e$a"aran Um!m% +emahami konsep dan permasalahan geopolitik Indonesia serta upaya dalam menumbuhkembangkan %a%asan kebangsaan Indonesia, T!"!an Pem#e$a"aran K&!s!s% +elalui pemaparan dan pendekatan dialogis pada akhir pembahasan para mahasi diharapkan memiliki kemampuan # 1( +en&elaskan dasar pemikiran -a%asan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia dalam me%u&udkan kepentingan nasional( .( +enguraikan kedudukan /ungsi dan tu&uan -a%asan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia( 0( +enguraikan konsep dan makna -a%asan Nusantara )ebagai eopolitik 2angsa Indonesia( 4( +en&elaskan konsep dan pengertian geopolitik menurut pandangan para ahli( 5( +en&elaskan prinsip dasar eopolitik yang dianut bagi bangsa Indonesia( 3( +enguraikanlatar belakang/iloso/is -a%asan Nusantara sebagaikonsep geopolitik Indonesia( ditin&au dari alsa/ah Pancasila aspek ke%ilayahan nusantara aspek sosial budaya bangsa Indonesia dan aspek Kese&arahan ban Indonesia( *( +enguraikan unsur dasar konsepsi -a%asan Nusantara (+enguraikan konsep dan isi -a%asan Nusantara )ebagai -a%asan Pembangunan Nasional Indonesia( 9( +enguraikan asas dan sasaran dari implementasi -a%asan Nusantara( 16( +enguraikan implementasi prospek permasalahan dan tantangan -a%asan Nusantara dalam kehidupan bangsa Indonesia

description

dsa

Transcript of BAB 6 Wasantara

BAB VI

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK BANGSA INDONESIA

1. Dasar Pemikiran dan Pengertian Wawasan Nusantara

Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah mengantar bangsa Indonesia ke alam kemerdekaan dengan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, pemerintah mengemban tugas (mission) sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu : Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Untuk mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa dibutuhkan perjuangan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan tidak mengenal berhenti, dari satu tahap ke tahap yang lebih baik secara berkesinambungan. Setiap generasi sebagai penerus wajib melaksanakan kelanjutan cita-cita perjuangan untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungan perjuangan bangsa. Setelah menegara, dalam perjalanan kehidupannya bangsa Indonesia memiliki kondisi kehidupan yang serba aneka ragam (bhineka) ,(1) baik ditinjau dari segi ethnis, ras, kultur, agama, maupun bahasa daerah. Demikian pula (2) dalam hal geografis, wilayah nusantara yang didiami bangsa Indonesia begitu luasnya, dengan bentuk kepulauan membentang dari Sabang hingga Merauke. Dalam hal (3) sumber daya alam wilayah nusantara memiliki kekayaan alam yang melimpah, sehingga mempunyai konsekuensi disatu sisi merupakan modal keuntungan bagi kehidupan bangsa, tetapi disisi lain mengundang kerawanan yaitu mengundang bangsa lain tertarik kepadanya dan ingin menguasainya. Berkaitan dengan upaya mewujudkan kepentingan nasional, ketiga hal tersebut di atas merupakan modal yang juga sekaligus merupakan tantangan dalam kehidupan berbangsa Indonesia. Dari segi kebhinekaan, berbagai perbedaan itu bisa menjadi kendala dalam mencapai tujuan, apabila hal ini tidak dibina dengan baik dan bijaksana. Demikian pula dalam hal menjaga keutuhan dan luasnya wilayah negara (geografis) serta pemanfaatan sumber daya (kekayaan) alam yang melimpah, dibutuhkan kemampuan mengelola secara optimum dan bijaksana. Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan kehidupan berbangsa ada 3 (tiga) faktor penentu utama yang harus diperhatikan oleh suatu bangsa, yaitu:

1. Bumi atau ruang di mana bangsa itu hidup.

2. Jiwa, tekad dan semangat manusianya atau rakyatnya.

3. Lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian untuk mengetahui isi serta arti pengaruh-pengaruh tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, diperlukan pendekatan dalam memandang dan tanggapan inderawi terhadap ketiga faktor di atas dalam wawasan nasional. Konsep dasar dan landasan dalam penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia adalah adanya pandangan (visi) dan persepsi terhadap kondisi kehidupan negara dan bangsa Indonesia, landasan yang dimaksud adalah bagaimana pandangan bangsa Indonesia terhadap segala permasalahan yang ada dalam dirinya dan lingkungan strategis sekitar yang akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Oleh karena itu diperlukan adanya wawasan nasional yang berpijak pada falsafah bangsa, konstitusi negara, demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Permasalahan yang mendasar yang perlu disikapi dan dicermati dalam kehidupan berbangsa Indonesia adalah bagaimana membina keanekaragaman dalam keserasian demi terwujudnya tujuan nasional Indonesia. Landasan inilah yang melahirkan wawasan nasional (wawasan kebangsaan) Indonesia, yang disebut Wawasan Nusantara. Yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia, sejarah, dan kondisi sosial budaya, untuk mewujudkan segala dorongan (drives) dan rangsangan (motives) ke dalam usaha pencapaian aspirasi bangsa, yang dirumuskannya dalam konsepsi perjuangan sebagai cita-cita nasional. Dengan demikian Wawasan Nusantara merupakan pedoman dan landasan dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. Wawasan Nusantara dalam kehidupan Nasional dikembangkan untuk:

1) Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras.

2) Menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam memanfaatkan lingkungan hidup bangsa, dengan tetap memelihara keseimbangan lingkungan hidup yang baik, di darat, di laut, maupun di udara dan ruang angkasa.

Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional menjadi kunci dalam membina bangsa Indonesia dalam keaneragaman untuk mencapai keserasian, terutama dalam hal visi dan persepsi sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Dari dasar pemikiran sebagaimana dipaparkan di atas, pengertian Wawasan Nusantara dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Menurut Tap. MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, menyatakan:

Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengnan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara Lemhanas (1999), menyatakan:

Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

3. Menurut Prof. Dr. Wan Usman (2000), menyatakan:

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Beliau juga menyebutkan bahwa Wawasan Nusantara merupakan geopolitik Indonesia.

Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional, bagi bangsa Indonesia harus dijadikan pedoman (visi dan persepsi) sebagai bangsa yang majemuk yang telah menegara, dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya, maupun hankamnya, selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah.

Wawasan nasional suatu bangsa dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianutnya2. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Bangsa Indonesia

2.1Pengertian GeopolitikGeopolitik adalah ilmu yang mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Secara harfiah geopolitik diartikan sebagai suatu politik yg tidak terlepas dari pengaruh kondisi & letak geografis bumi bagi sebuah negara, tempat yang menjadi wilayah hidup manusia di atas bumi. Sedangkan sebagai suatu ilmu geoplitik diartikan sebagai suatu ilmu penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan tujuan nasionalnya dengan menitikberatkan perhatian pada pengambilan keputusan & kebijakan negara yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan geografi tempat dimana rakyat suatu negara tersebut tumbuh dan berkembang.

2.2Konsepsi Geopolitik DuniaPandangan ajaran Frederich Ratzel (1844 1904).

Pandangan Ajaran Frederich Ratzel pada akhir abad ke 19 mengembangkan kajian geografi politik dengan dasar pandangan bahwa negara adalah mirip organisme (makhluk hidup). Negara adalah ruang yang ditempati oleh kelompok mayarakat politik (bangsa). Jika bangsa dan negara ingin tetap eksis dan berkembang, maka harus diberlakukan hukum ekspansi (pemekaran wilayah). Pokok-Pokok ajaran F.Ratzel adalah sebagai berikut:1) Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan mati.

2) Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut, makin besar kemungkinan kelompok politik itu tumbuh (teori ruang, konsep ruang).3) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup.

4) Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhan akan sumber akan sumber daya alam. Apabila wilayah/ruang hidup tidak mendukung, bangsa tersebut akan mencari pemenuhan kebutuhan akan kekayaan alam diluar wilayahnya (ekspansi). Pandangan Rudolf Kjellen (1864 1922)

Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan bahwa negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai prinsip dasar. Bahwa negara adalah organisme yang harus memiliki intelektual. Esensi ajaran Kjellen adalah sebagai berikut:

1. Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup, yang memiliki intelektual. Negara dimungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luas agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.

2. Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi bidang- bidang: geopolitik, ekonomi politik, demokrasi politik , sosial politik, dan krato politik (politik memerintah).

3. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya. Ke dalam untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang harmonis, ke luar untuk memperoleh batas-batas negara yang lebih baik.

Pandangan Karl Houshofer (1869 1946).

Pandangan dan pemikiran Karl Haushorfer mewarnai geopolitik Nazi Jerman di bawah pimpinan Adolf Hittler. Pemikiran Haushorfer di samping berisi paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat menguasai dunia. Pandangan semacam ini juga di dunia berkembang di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok-pokok teori Karl Haushofer ini pada dasarnya menganut teori Kjellen, yaitu:1. Kekusaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan imperium maritim untuk menguasai pengawasan di laut.

2. Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa Barat (Jerman dan Italia), serta Jepang di Asia Timur Raya.

3. Rumusan ajaran Karl Haushofer lainnya menganggap bahwa geopoltik adalah doktrin negara yang manitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan tekanan-tekanan kekuasaan dan sosial yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam di dunia. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan mendapatkan ruang hidup.

Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh (1554 1618) dan Alfred Thayer Mahan (1840 1914)

Kedua ahli ini mempunyai gagasan wawasan bahari, yaitu kekuatan di laut. Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai laut akan menguasai perdagangan. Menguasai perdagangan berarti menguasai kekayaan dunia sehingga pada akhirnya menguasai dunia.

Alfred Thayer Mahan, seorang Kepala Akademi AL AS, berwawasan luas dan modern berkat pengalamannya selama di AL. Melalui bukunya Influence Of The Sea Power menjelaskan bahwa kalau USA ingin menjadi negara adidaya, harus mengembangkan industri maritim modern. Industri maritim modern menghasilkan armada dagang untuk melancarkan perdagangan AS ke seluruh dunia, sekaligus membangun armada perang untuk melindunginya. Berbeda dengan Raleigh, menurutnya AS tidak perlu menguasai seluruh samudera dunia tetapi cukup menguasai jalur laut vital saja (Sea Lines of Communication / SLOC) yg terbentang dari:

SLOC I : Eropa Barat s/d Amerika Serikat

SLOC II : Afrika s/d AS

SLOC III : AS s/d Asia Timur

SLOC IV : AS s/d Australia

SLOC V : AS s/d Asia Tenggara

SLOC VI : AS s/d Timur Tengah (Jalur Energi)

SLOC VII : Samudera Atlantik Terusan Panama Samudera Pasifik

Pandangan Nicholas J. Spkyman (1893 - 1943)

Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan Teori Daerah Batas (rimland) yaitu teori wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat, laut, dan udara. Dalam pelaksanaannya, teori ini disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu negara.Pandangan Sir Halfold Mackinder (1861 1947)

Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut konsep kekuatan dan mencetuskan wawasan benua, yaitu konsep kekutan di darat. Ajarannya menyatakan : barang siapa dapat menguasai daerah jantung, yaitu Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan dapat menguasai pulau dunia, yaitu Eropa, Asia, dan Afrika.

Pandangan W. Mitchel , A. Saversky, Giulio Douhet (1869 1930) dan John Frederik Charles Fuller

Keempat ahli geopolotik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang paling menentukan. Mereka melahirkan teori wawasan dirgantara yaitu konsep kekuatan di udara. Kekuatan di udara hendaknya mempuyai daya yang dapat diandalkan untuk menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan menghancurkannya dikandangnya sendiri agar lawan tidak mampu lagi menyerang.

2.3Geopolitik Bangsa IndonesiaPandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur sebagaimana tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa yang berfalsafah dan berideologi Pancasila, bangsa menganut paham Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan . Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran mengenai kekuasaan dan adu domba, karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa : Ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografis Indonesia dengan segala aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya ditengah-tengah perkembangan dunia. Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan (nasionalisme) yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk menjalin kerjasama antar bangsa yang saling menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia yang abadi. Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan wawasan nasionalnya, bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia sendiri. 3Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara

Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam stratifikasi paradigma nasional kehidupan bangsa Indonesia sebagai berikut:

1) Pancasila yang merupakan falsafah dan ideologi negara berkedudukan sebagai landasan idiil

2) UUD 1945 berkedudukan sebagai landasan konstitusional

3) Wawasan Nusantara sebagai landasan visonal

4) Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional

5) Politik dan Strategi Nasional (merupakan kebijakan dasar nasional) sebagai landasan operasional.

Gambar 5: Bagan Piramida Kedudukan Wawasan Nusantara

Dalam Paradigma NasionalFungsi Wawasan Nusantara

Adalah sebagai pedoman, motivasi, dorongan dan rambu-rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan Wawasan Nusantara

Untuk mewujudkan nasionalisme disegala aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingnan pribadi, kelompok, maupun golongan, termasuk etnis atau kedaerahan. Namun bukan berarti menghilangkan kepentingan- kepentingan tersebut. Tetapi harus serasi, selaras, dan seimbang diantara keduanya.4Latar Belakang Filosofis Wawasan NusantaraWawasan nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai pemikiran pembinaan dan pengembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari :

a. Latar Belakang Pemikiran beradasarkan Falsafah Pancasilab. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahn Nusantarac. Latar belakang pemikiran aspek Sosial Budaya bangsa Indonesiad. Latar belakang aspek Kesejarahan bangsa Indonesia

1) Berdasarkan Falsafah Pancasila

Wawasan kebangsaan atau wawasan nasional yang disebut Wawasan Nusantara dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang merupakan pancaran dari sila-sila Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan kandungan nilai-nilai filosofis dari kelima sila dalam Pancasila, maka nampaklah bahwa Wawasan Nusantara menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa menghilangkan ciri, sifat, dan karakter dari kebinekaan unsur-unsur pembentuk bangsa.

2) Berdasarkan Aspek Kewilayahan

Pada awal kemerdekaan, sejak 17 Agustus 1945 wilayah negara Republik Indonesia didasarkan pada peraturan yang tercantum dalam Territoriale Zee En Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939. Berdasarkan ketentuan tersebut lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah masing-masing pantai pulau Indonesia. Dengan demikian kondisi objektif wilayah/geografis Indonesia saat itu tidak menjamin kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi masih terpencar (terpisah-pisah) antara satu pulau dengan pulau lainnya. Hal demikian akan lebih terasa bermasalah apabila dihadapkan pada pergolakan-pergolakan yang rawan dan dapat mengancam keamanan nasional. Pengaturan wilayah laut dalam Ordonansi 1939 dipengaruhi oleh perkembangan pandangan yang berkenaan dengan hukum laut internasional, yang pada pokoknya terjadi perbedaan diantara dua konsep utama, yaitu:

1) Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut itu tak ada yang memilikinya, karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara.

2) Res Communis, yang menyatakan bahwa laut milik bersama masyarakat dunia, karena itu laut tak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.

Untuk kepentingan dalam usaha mencari perdagangannya dengan Indonesia, Belanda berusaha untuk mencarikan dasar hukum bagi tuntutannya bahwa laut adalah bebas untuk semua bangsa. Kemudian menunjuk ahlinya, Hugo de Groot (Grotius), untuk menulis buku Mare Liberum (laut bebas) tahun 1608, yang menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa. Sehingga menjadikan Grotius dianggap sebagai Bapak Hukum Internasional. Tulisan Grotius kemudian mendapat tantangan dari penulis Inggris, John Selden (1584-1654) yang membela kepentingan Inggris dengan menulis buku Mare Clausum: The Right and Dominion of the Sea, yang pada dasarnya bahwa laut sepanjang pantai suatu negara dapat dimiliki sejauh yang dapat dikuasai dari darat. Konsep pemilikan sebagian dari laut disempurnakan oleh Cornelis van Bynkershoek, seorang penulis Belanda dalam bukunya De Dominio Maris Disertatio (1703), yang menyatakan bahwa penguasaan dari darat itu berada sejauh yang dapat dikuasai oleh meriam dari darat, yang pada waktu itu diperkirakan sejauh lebih kurang 3 mil.

Konsepsi penting lainnya adalah Konferensi Geneva 1958, yaitu konsep archipelago dan konsep negara archipelago (archipelagic state), yang mengusulkan untuk menetapkan lebar laut wilayah 12 mil, walaupun usul tersebut belum dapat diterima oleh negara maritim besar karena mereka lebih beruntung bila selat-selat penting masih mempunyai jalur laut bebas.

Dalam perkembangan kehidupan berbangsa Indonesia, mengingat kondisi geografis, kepentingan nasional yang mencakup persatuan bangsa dan kesatuan wilayah demi terwujudnya kesejahteraan (kemakmuran) dan keamanan yang berkesinambungan menjadi tuntutan utama. Maka pemerintah Indonesia pada 13 Desember 1957 mengeluarkan Deklarasi Djuanda, yang berisi:

... berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala perairan disekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari pada wilayah daratan negara Indonesia dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/menggangu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia akan ditentutan dengan undang-undang.

Dengan keluarnya deklarasi ini tegaslah bahwa bentuk geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Deklarasi tersebut juga menyatakan demi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan negara yang terkandung di dalamnya, pulau-pulau serta laut yang ada di antaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk mengukuhkan asas negara kepulauan ini, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor : 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Adapun intisari dari Deklarasi Djuanda dan UU No. 4/Prp/1960 adalah:

(1) Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayah dan kesatuan ekonominya ditarik garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar;

(2) Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis pangkal lurus ini termasuk laut dan tanah di bawahnya maupun ruang udara di atasnya dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya;

(3) Jalur laut teritorial selebar 12 mil diukur terhitung dari garis pangkal lurus ini;

(4) Hak lintas damai kendaraan air (kapal) asing melalui perairan nusantara dijamin selama tidak merugikan kepentingan negara pantai dan mengganggu kemanan dan ketertibannya.

Sejak saat itu berubahlah luas wilayah dari semula 2 jutamenjadi 5 juta, dimana 65 % wilayahnya terdiri dari laut/perairan. Sedangkan yang 35 % lagi adalah daratan yang terdiri dari 17.508 buah pulau, berupa lima buah pulau besar, (Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua) dan 11.808 pulau-pulau kecil (termasuk yang belum diberi nama, yang sudah memiliki nama 6.044 pulau). Luas daratan dari seluruh pulau tersebut adalah 2.028.087 , luas lautan 3.166.163 , dengan panjang pantai 81.000 km. Topografi daratannya berupa pegunungan dengan gunung-gunung berapi yang masih aktif maupun yang tidak aktif lagi.

Pada tanggal 17 Pebruari 1969 pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi Landas Kontinen, yang pada intinya berisi:

(1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia adalah milik ekslusif negara Indonesia;

(2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan negara tetangga melalui perundingan;

(3) Jika tiada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen Indonesia adalah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan titik terluar wilayah negara tetangga;

(4) Klaim di atas tidak mempengaruhi sifat serta status perairan di atas landas kontinen Indonesia, maupun ruang udara di atasnya.

Sejumlah deklarasi sebagaimana dikemukakan di atas, baru merupakan klaim dari pihak pemerintah Indonesia, karena itu perlu diperjuangkan untuk memperoleh dukungan internasional. Pada konferensi hukum laut internasional pertama, 24 Pebruari 27 April 1958 di Jenewa yang diikuti 86 negara, prinsip negara kepulauan belum disetujui. Begitu pula pada konferensi kedua tahun 1960 belum berhasil diakui.Pada 21 Maret 1980 pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi Zona Ekonomi Eklusif yang intinya ZEE Indonesia adalah laut selebar 200 mil dari garis pangkal luar. Pada wilayah tersebut negara RI berhak mengeksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber kekayaan alam hayati laut.

Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III tahun 1982 di Jamaika, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nation Convention on the Law of the Sea). Kemudian Indonesia meratifikasi UNCLOS 82 melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 (31 Desember 1985). Dengan UNCLOS tersebut memberikan keuntungan bagi Indonesia yaitu bertambah luasnya perairan yurisdiksi nasional yang sekaligus menambah kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Sejak 16 Nopember 1993 UNCLOS 82 telah diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16 Nopember 1994.

Gambar 6: Peta Wilayah Indonesia

Pengertian Nusantara adalah kepulauan Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil yang berada pada batas-batas astronomis sebagai berikut:

Utara

: 06 08 LU

Selatan

: 11 15 LS

Barat

: 94 45 BT

Timur

: 141 05 BT

Jarak paling jauh antar dua tempat

Utara Selatan: 1.888 km

Barat Timur

: 5.110 km

Gambar 7: Ilustrasi Tentang Rezim Tata Laut

Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 UNCLOSTugas pemerintah Indonesia selanjutnya adalah memperjuangkan kedaulatan wilayah udara nasional Indonesia, termasuk persoalan Geo Stasionery Orbit (GSO). Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 82 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Hankam Negara, dalam penjelasan pasal 30 disebutkan bahwa wilayah dirgantara (terdiri atas ruang udara dan antariksa) termasuk Orbit Geo Stasioner, yang jaraknya 36.000 km. Namun pengakuan tersebut bertentangan dengan prinsip/teori yang dianut masyarakat internasional. Perhatikan gambar wilayah udara berikkut ini !

Gambar 8: Ilustrasi Tentang Batas Kedaulatan dan Batas Yurisdiksi Negara Indonesia Berdasarkan Konvensi InternasionalSecara kontekstual, geografis Indonesia mengandung keunggulan dan kelemahan. Karena itu kondisi dan konstelasi geografi ini harus dicermati secara utuh menyeluruh dalam perumusan kebijakan politik yang disebut Geopolitik Indonesia. Setiap perumusan kebijakan nasional harus memiliki wawasan kewilayahan atau ruang hidup bangsa yang diatur oleh politik ketatanegaraan. Karena itu Wawasan Nasional Kebangsaan Indonesia yang memperhatikan kodisi dan konstalasi geografis Indonesia mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakan wilayah, tetap dihargainya dan dijaganya ciri, karakter, serta kemampuan (keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah, dan diupayakannya pemanfaatan nilai lebih dari geografi Indonesia.

3) Berdasarkan Aspek Sosial Budaya

Sosial budaya sebagai salah satu aspek kehidupan nasional adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir dan batin yang memungkinkan berlangsungnya hubungan sosial di antara anggotanya. Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam dalam berbagai dimensinya, hal ini terjadi sebagai konsekwensi adanya perbedaan latar belakang ciri alamiah hingga perbedaan karakter masyakatnya yang mencolok. Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi negara Indonesia, tampak jelas betapa heterogen dan uniknya masyakat Indonesia dilihat dari suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, agama dan kepercayaan. Karena itu tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar kelompok masyakat mengandung potensi konflik yang sangat besar, terlebih lagi kalau kesadaran nasional masyarakat masih rendah. Karena itu perlu adanya proses sosial untuk menjaga dan memelihara nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan.

Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan visi dan persepsi di antara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sanngat beragam secara harmonis. Dengan adanya kesamaan persepsi ini dapat mengurangi perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.

4) Berdasarkan Aspek Kesejarahan

Berdasarkan tinjauan sejarah politik, lahirnya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa lepas dari keberadaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di bumi nusantara ini. Namun kedua kerajaan yang dikenal sebagai negara besar dan kuat itu ternyata akhirnya runtuh. Runtuhnya Sriwijaya maupun Majapahit antara lain disebabkan belum adanya (lemahnya) kesepakatan bersama untuk menjadi satu kesatuan bangsa dan wilayah dalam satu kesatuan negara yang utuh. Kondisi demikian menimbulkan konflik dan perpecahan diantara kelompok dan anak bangsa, kemudian dimanfaatkan oleh pihak asing untuk menguasainya, dan lahirnya penjajahan di bumi nusantara ini.

Dalam perjalanan sejarah lahirnya bangsa Indonesia, kesadaran berbangsa yang menegara dimulai pada awal 1900-an. Kehadiran penjajah menimbulkan penderitaan dan kepahitan yang sangat panjang, sehingga menumbuhkan semangat, rasa senasib sepenanggungan dan bertekad untuk memperoleh kemerdekaan sebagai suatu bangsa. Semangat kebangsaan yang dimaksud ditandai dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang dikenal sebagai Kebangkitan Nasional. Kemudian diikuti oleh lahirnya berbagai organisasi masa dan partai politik yang melahirkan semangat sebagai modal cara pandang (wawasan) kebangsaan yang dicetuskan melalui apa yang dikenal dengan Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) yang melahirkan kesepakatan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi Bahasa Persatuan Nasional Indonesia.

Dengan semangat kebangsaan yang kuat kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), yang berarti lahirlah Indonesia sebagai bangsa yang menegara. Tugas kita selanjutnya adalah mengisi, menjaga dan memelihara kemerdekaan yang sudah diperoleh, yaitu dengan semangat persatuan yang esensinya mempertahankan persatuan Bangsa Indonesia dan menjaga kesatuan Wilayah Negara Republik Indonesia.

Dalam rangka menjaga kesatuan wilayah negara RI, di bidang kebijakan hukum (yuridis) pemerintah melakukan usaha-usaha sebagai berikut: 1) Mengganti Ordonansi (Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordanantie) 1939 dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, yang dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 4/Prp/ 1960.

2) Mengeluarkan Deklarasi Landas Kontinen 17 Februari 1969 yang dikukuhkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1973, dan Deklarasi Zona Ekonomi Ekslusif tanggal 21 Maret 1980 yang dikukuhkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1983.

3) Memperjuangkan prinsip negara kepulauan (sesuai Deklarasi Djuanda 1957) dalam forum internasional melalui Konferensi Hukum Laut Internasional (KHLI 1958, 1960, dan akhirnya pada konferensi ketiga 1982). Pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut).

Dalam perjuangan doktrin politik nasional konsepsi Wawasan Nusantara dimulai melalui kajian Wawasan Hankamnas (hasil Seminar Hankam I 1966) yang menghasilan: Wawasan Nusantara merupakan konsepsi dalam memanfaatkan konstelasi geografi Indonesia di mana perlu ada keserasian antara Wawasan Bahari, Wawasan Dirgantara, Wawasan Benua, sebagai pengejawantahan segala dorongan (motives) dan rangsangan (drives) dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi bangsa dan tujuan negara Indonesia. Raker Hankam tahun 1967 memutuskan untuk menamakan Wawasan Hankamnas menjadi Wawasan Nusantara. Pada Nopember 1972 Lemhanas meneliti dan mengkaji segala bahan dan data Wawasan Nusantara untuk sampai pada rumusan yang lebih rinci agar dapat tegak sebagai wawasan nasional. Pada tahun 1973 Wawasan Nusantara diangkat dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1973 Tentang GBHN dalam Bab II huruf E, dan selalu dikukuhkan dalam setiap GBHN berikutnya. Terakhir dalam Tap. MPR Nomor II/MPR/1998 Tentang GBHN.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menginginkan terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.

5Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur dasar, meliputi: Wadah (contour), Isi (content), dan Tata Laku (conduct).

Wadah (Contour)

Yang menjadi wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara meliputi:

a. Seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan penduduk yang beragam budayanya.

b. Organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan (suprastruktur politik).

c. Wadah kehidupan kemasyarakatan (infrastruktur politik)

Isi (Content)

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dimana untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan cita-cita maupun tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan kehidupan nasional. Dengan demikian isi konsepsi Wawasan Nusantara yang esensial terdiri dari:

1) Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian citi-cita dan tujuan nasional

2) Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.

Tata laku (Conduct)

Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku bathiniah dan tata laku lahiriah.

1) Tata laku bathiniah, adalah cerminan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.

2) Tata laku lahiriah, adalah tercermin dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga kepada bangsa dan cinta tanah air sehingga menumbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

Gambar 9: Bagan Unsur Dasar Konsepsi Wawasan Nusantara

6Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional

Wawasan Nusantara dijadikan wawasan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional pertama kali ditetapkan didasarkan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 Tentang GBHN. Konsepsi Wawasan Nusantara sebagai wawasan pembangunan nasional terakhir tercantum dalam Tap. MPR Nomor II/MPR/1998 Tentang GBHN. (Seiring gerakan reformasi di Indonesia yang ditandai dengan diamandemennya UUD 1945, dimana MPR tidak lagi bertugas menetapkan GBHN).Wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan Undang Undang Dasar 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang mencakup:1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, dalam arti:

a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.

b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.

c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.

d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan banngsa menuju tujuannya.

e. Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

f. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentinngan nasional.

g. Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas dan aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional.

2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi, dalam arti:

a. Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bengas, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.

b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.

c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas usaha kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya, dalam arti:

a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupanyang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkatbkemajuan bangsa.

b. Bahwa budya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, dengan tidak menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangnan dengan nilai budaya banggsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmatioleh bangsa.

4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan, dalam arti:

a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.

b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan negara dan bengsa.7Implementasi Wawasan Nusantara

7.1Asas Wawasan Nusantara

Asas Wawasan Nusantara merupakan kaidah dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya seluruh komponen bangsa Indonesia terhadap kesepakatan bersama. Asas-asas yang dimaksud adalah:

1) Kepentingan dan tujuan yang sama.

2) Keadilan, dalam arti kesesuaian pembagian hasil dengan andil, usaha, dan kegiatan.

3) Kejujuran, dalam arti keberanian berpikir, berkata, bertindak sesuai realita serta ketentuan yang benar.

4) Solidaritas, yang berarti diperlukan setia kawan dan berkorban tanpa meninggalkan ciri dan kharakter budaya masing-masing.

5) Kerjasama, dalam arti saling pengertian, koordinasi, sehingga tercipta sinergi yang lebih baik.

6) Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti yang cetuskan dan dirintis Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. 7.2Sasaran Implentasi Wawasan Nusantara

Implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut:

1) Dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

2) Dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Di samping itu mencerminkan tanggungjawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

3) Dalam kehidupan sosial dan budaya akan menciptakan sikap bathiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup. Selain itu juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal daerah, agama, serta golongan, dan status sosial.

4) Dalam kehidupan Hankam akan menumbuhkembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia sebagai modal utama menggerakan partisipasi dari warga negara dalam menghadapi setiap ancaman, atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara.7.3Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara

1)Pemberdayaan Masyarakat

John Naisbit dalam bukunya Global Paradox memberikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan peran yang sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat (dalam arti memberikan peran dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk mencapau tujuan nasional) hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang menjalankan Buttom up Planning, sementara pada negara-negara berkembang (termasuk di Indonesia) masih melaksasnakan program Top Down Planning karena keterbatasan kualitas SDM.

Persoalan lain di Indonesia adalah pembangunan nasional yang belum terealisasikan secara baik, terutama dalam hal pemerataannya yang menyebabkan ketimpangan antar daerah. Hal demikian merupakan ancaman bagi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama dengan adanya beberapa daerah yang tidak puas sehingga berkeinginan memisahkan dari dari NKRI.

Pesan Global Paradox dan kondisi nasional mengenai pemberdayan masyarakat sebagaimana diungkapkan di atas merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara. Pemberdayaan untuk kepentingan rakyat perlu mendapat prioritas utama mengingat Wawasan Nusantara bermakna persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan untuk mempererat kesatuan bangsa. 3) Dunia Tanpa Batas

Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat terutama bidang teknologi infeormasi, telekomunikasi, dan transfortasi menjadikan dunia seakan menyatu menjadi kampung dunia. Dunia menjadi transfaran tanpa mengenal batas. Hal ini dipertegas oleh pendapat Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless World dan The End of Nation State menjelaskan bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam suatu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri, dan konsuimen yang makin individualistis. Ia juga berpesdan bahwa untuk menghadapi hal itu suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Perkembangan IPTEKS dan masyarakat global yang berkaitan dengan dunia tanpa batas merupakan tantangan bagi Wasantara, karena akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat Indonesia yang apabila tidak diimbangi dengan peningkatan SDM, kita akan tertinggal dalam percaturan global. 4) Era Baru Kapitalisme

Penerapan kapitalisme yang semula ditujukan untuk mencari keuntungan diri sendiri sebesar-besarnya secara global kini telah bergeser ke arah era baru kapitalisme, yaitu keseimbangan antara paham individualis dan paham sosialis serta antara negara maju dengan negara bekembang (Lester Thuraw dalam bukunya The Future of Capitalism). Strategi baru tersebut untuk mempertahankan kapitalisme di era global, di mana negara-negara kapitalis berusaha mempertahankan eksistensinya di bidang ekonomi dengan menekan negara-negara berkembang melalui isu global yang mencakup dermokratisasi, HAM, dan lingkungan hidup.

Dari uraian di atas tanpak bahwa era baru kapitalisme dengan strategi keseimbangan guna mempertahankan kapitalisme di era global dengan menekan negara-negara berkembang melalui isu global. Ini merupakan tantangan yang harus diwaspadai bagi Wawasan Nusantara.5) Kesadaran Warga Negara

Persoalan yang mendasar dalam bela negara dewasa ini adalah kesadaran akan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Perkembangan yang ada nampak lebih ditekankan pada kesadaran akan haknya sebagai warga negara. Persoalan ini lebih jauh dapat melunturkan semangat mengutamakan kepentingan bersama, yang pada akhirnya mengurangi bahkan menghilangkan kesadaran persatuan dan kesatuan serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kondisi demikian juga merupakan tantangan bagi Wawasan Nusantara.

Latihan/soalASebagai landasan visional, Wawasan Nusantara sebagai ajaran dasar yang melandasi kebijaksanaan dan strategi pembangunan nasional memiliki arti yang sangat penting ketika bangsa ini harus banyak menghadapi ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan dalam upaya mewujudkan kepentingan/tujuan nasional.

Pertanyaan :

1. Jelaskan dasar pemikiran Wawasan Nusantara sebagai konsep dalam mewujudkan kepentingan nasional.2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Wawasan Nusantara!

3. Jelaskan kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia.4. Uraikan latar belakang filosofis Wawasan Nusantara ditinjau dari Falsafah Pancasila, aspek kewilayahan nusantara, aspek sosial budaya bangsa Indonesia, dan aspek Kesejarahan bangsa Indonesia.5. Coba jelaskan apa saja unsur dasar konsepsi Wawasan Nusantara !6. Jelaskan arti dari Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu kesatuan Hankan!7. Jelaskan asas dan sasaran dari implementasi Wawasan Nusantara8. Peristiwa bersejarah lahirnya Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 akhirnya memperkenalkan pada dunia akan konsep Archipelago State Principle (diakui dalam forum Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 Sidang II UNCLOS). Jelaskan apa yang dimaksud dengan Archipelago State Principle dan arti penting konsep tersebut bagi bangsa Indonesia!9. Coba jelaskan prospek, permasalahan, dan tantangan Wawasan Nusantara dalam implementasi kehidupan bangsa Indonesia dewasa iniBKeadaan geografi sebuah negara tentulah sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek penyelenggaraan negara, misalnya dalam pengambilan keputusan negara, kebijakan politik luar negeri, hubungan perdagangan, dsb.

Pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengan Geopolitik?

2. Beberapa teori geopolitik yang dikenal dunia sepertinya melegitimasi terjadinya hukum ekspansi yang sekaligus memperkenalkan kepada dunia lahirnya berbagai teori kekuatan. Uraikan teori geopolitik menurut Ratzel (termasuk dengan hukum ekspansinya)!3. Jelaskan prinsip dasar geopolitik yang dianut bagi bangsa Indonesia.

-Ns2011- EMBED PBrush

WAWASAN NUSANTARA

KETAHANAN NASIONAL

UUD 1945

PANCASILA

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

Landasan IDIIL

Landasan KONSTITUSIONAL

Landasan VISIONAL

Landasan KONSEPSIONAL

Landasan OPERASIONAL

UNSUR DASAR

WAWASAN NUSANTARA

UNSUR DASAR

I S I

UNSUR DASAR

TATA LAKU

UNSUR DASAR

WADAH

BENTUK / UJUD

TATA INTI ORGANISASI

TATA KELENGKAPAN ORGANISASI

CITA-CITA

SIFAT / CIRI

CARA KERJA

TATA LAKU BATHINIAH

TATA LAKU LAHIRIAH

NUSANTARA POSISI SILANG

MANUNGGAL UTUH MENYELURUH

PEDOMAN

MAWAS DIRI / INTROSPEKSI DIRI

OLAH BUDI

MANUNGGAL UTUH MENYELURUH

PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

TATA PERENCANAAN

TATA PELAKSANAAN

TATA PENGAWASAN

LANDASAN FALSAFAH

SIKAP MENTAL

APARATUR NEGARA

KESADARAN POLITIK MASYARAKAT

MEDIA PERS

PARTISIPASI RAKYAT

BENTUK DAN KEDAULATAN

KEKUASAAN PEMERINTAHAN

SISTEM PEMERINTAHAN

SISTEM PERWAKILAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Memahami konsep dan permasalahan geopolitik Indonesia, serta upaya dalam menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan Indonesia;

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Melalui pemaparan dan pendekatan dialogis, pada akhir pembahasan para mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan :

Menjelaskan dasar pemikiran Wawasan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia dalam mewujudkan kepentingan nasional.

Menguraikan kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia.

Menguraikan konsep dan makna Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Bangsa Indonesia.

Menjelaskan konsep dan pengertian geopolitik, menurut pandangan para ahli.

Menjelaskan prinsip dasar Geopolitik yang dianut bagi bangsa Indonesia.

Menguraikan latar belakang filosofis Wawasan Nusantara sebagai konsep geopolitik Indonesia. ditinjau dari Falsafah Pancasila, aspek kewilayahan nusantara, aspek sosial budaya bangsa Indonesia, dan aspek Kesejarahan bangsa Indonesia.

Menguraikan unsur dasar konsepsi Wawasan Nusantara

Menguraikan konsep dan isi Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional Indonesia.

Menguraikan asas dan sasaran dari implementasi Wawasan Nusantara.

Menguraikan implementasi, prospek, permasalahan, dan tantangan Wawasan Nusantara dalam kehidupan bangsa Indonesia

PKn untuk mahasiswa kerma Pemprov Jabar AMP Polban93

_377348124.unknown

_377348099.unknown

_377337552.unknown

_377347805.unknown

_377348009.unknown

_377318736.unknown

_377337462.unknown

_377318845.unknown

_377318662.unknown

_377318688.unknown