BAB 6 PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL

13
BAB 6 PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan istilah Indonesia sebagai identitas nasional; mengidentifikasi peran manifesto politik 1925 dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional; mengidentifikasi peran Kongres Pemuda 1928 dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional; mengidentifikasi peran Kongres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional.

description

BAB 6 PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL. TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan istilah Indonesia sebagai identitas nasional; mengidentifikasi peran manifesto politik 1925 dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional; - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB 6 PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL

Page 1: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

BAB 6 PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL

TUJUAN PEMBELAJARANDengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan istilah Indonesia sebagai identitas nasional; mengidentifikasi peran manifesto politik 1925 dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional; mengidentifikasi peran Kongres Pemuda 1928 dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional; mengidentifikasi peran Kongres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan nasional.

Page 2: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

PETA KONSEP

Page 3: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

J.R. Logan adalah orang yang dianggap pertama kali menggunakan kata Indonesia. J.R. Logan mengeluarkan karangan (1850) yang berjudul “The Etnology of the Indian Archipelago: embracing enquiries into the Continantal relations of the Indo-Pacific Inlanders”.

Pengertian Logan tentang Indonesia sama dengan arti kata pulau-pulau atau kepulauan Hindia dan penduduknya adalah bangsa Indonesia.

Sedangkan A. Bastian baru menggunakan kata Indonesia dengan judul bukunya “Indinesien ord die Inselndes Malaysichen Archiples” (1884), 34 tahun setelah karangan J.R. Logan dan maksud kata Indonesia tersebut menurut Bastian ialah Kepulauan Melayu (Hindia).

Page 4: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Nama Indonesia juga semakin populer ketika Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1913 mendirikan sebuah biro pers di Belanda. Biro pers tersebut diberi nama Biro Pers Indonesia (Indonesisch Pers-bureau).

Setelahnya, nama Indonesia dipakai oleh tokoh-tokoh nasional untuk memberi warna perjuangan politik dan ketatanegaraan.

Page 5: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

MANIFESTO POLITIK 1925

Pada tahun 1925, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan suatu pernyataan politik yang kemudian dikenal dengan nama Manifesto Politik (Manipol) 1925.

Isi Manipol itu adalah PI tetap menggunakan nama Indonesia sekaligus memakai nama Belanda yaitu Indonesische Vereeniging sebagai nama perkumpulannya.

Selengkapnya mengenai isi Manifesto Politik 1925 adalah sebagai berikut.

1. Menuntut Indonesia merdeka.2. Wilayah Hindia Belanda adalah wilayah Indonesia

yang merdeka.3. Penolakan undang-undang kolonial, dan menuntut

pemberlakuan hukum adat yang sudah ada di Indonesia sejak dahulu.

Page 6: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

MANIFESTO POLITIK 1925

Para anggota Perhimpunan Indonesia yang kemudian mengeluarkan pernyataan politik Manifesto Politik 1925.

Page 7: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

PERAN KONGRES PEMUDA 1928

Kongres Pemuda Indonesia yang pertama diadakan di Jakarta. Kongres tersebut bertujuan untuk menanamkan semangat kerja sama antara perkumpulan pemuda di Indonesia sebagai dasar bagi persatuan Indonesia.

Kemudian atas inisiatif Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), Kongres Pemuda Indonesia yang kedua diadakan di Jakarta. Tujuannya adalah untuk mempersatukan segala perkumpulan pemuda Indonesia dalam satu badan organisasi.

Kongres ini menghasilkan dan menyepakati Sumpah Pemuda. Dalam peristiwa Sumpah Pemuda tersebut, untuk pertama kalinya W.R. Supratman memainkan lagu ciptaannya yang berjudul “Indonesia Raya” dengan iringan biola.

Page 8: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

PERAN KONGRES PEMUDA 1928

Para panitia Kongres Pemuda II 1928. Di Kongres Pemuda II inilah Sumpah Pemuda dicetuskan.

Page 9: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

SUMPAH PEMUDAPertama:

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Page 10: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

GERAKAN WANITA Kaum perempuan

Indonesia sebenarnya sudah lama berkiprah dalam upaya pembentukan identitas nasional.

Kita dapat menelusurinya dari kiprah R.A. Kartini di Jepara (Jawa Tengah) dan R. Dewi Sartika (Jawa Barat).

Page 11: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

GERAKAN WANITAKartini mendirikan sekolah kepada gadis-gadis,

agar wanita dapat ikut serta dalam memajukan bangsanya.

Page 12: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

PERAN KONGRES PEREMPUAN PERTAMA

Pada tahun 1912, berdiri perkumpulan Poetri Merdika di Jakarta. Perkumpulan-perkumpulan yang sejenis juga muncul di tempat lain seperti Madjoe Kemoeliaan di Bandung, Pawijatan Wanito di Magelang, Wanito Soesilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Wanito Reokoen Santoso di Malang, dan Boedi Wanito di Surakarta.

Kaum wanita juga mulai mempunyai surat kabarnya sendiri seperti Poetri Hindia (1909) terbit di Bandung, Wanito Sworo (1913) terbit di Brebes, Soenting Melajoe terbit di Bukittinggi, Poetri Merdika (1914) terbit di Batavia, Penoentoen Istri (1918) terbit di Bandung, Isteri Oetomo terbit di Semarang, SoearaPerempoean terbit di Padang, dan Perempoean Bergerak terbit di Medan.

Page 13: BAB 6 PEMBENTUKAN  IDENTITAS NASIONAL

PERAN KONGRES PEREMPUAN PERTAMA

Organisasi-organisasi perempuan yang ada di daerah-daerah kemudian bersepakat untuk mengadakan kongres perempuan nasional di Jakarta.

Kongres ini kemudian berhasil membentuk organisasi nasional perempuan yang diberi nama Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI).

Pergerakan kaum perempuan Indonesia semakin nyata dalam pembentukan identitas nasional. Bukti ini dapat dilihat dengan berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia Pertama tanggal 22 Desember 1928.