BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang -...

89
Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 1 BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang 6.1. Kebijakandan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi : 1. Pengembangan KawasanLindung 2. Pengembangan Kawasan Budidaya Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi : 1. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%. Strategi : a. meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan; b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi; c. Alih fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi terbatas menjadi hutan lindung; dan d. membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi kawasan lindung; e. menetapkan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS). 2. Menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan lindung. Strategi : a. Optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada kawasan lindung; c. Pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya; d. Rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung; e. Penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam hal alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di dalam kawasan lindung.

Transcript of BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang -...

Page 1: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 1

BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang

6.1. Kebijakandan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi :

1. Pengembangan KawasanLindung

2. Pengembangan Kawasan Budidaya

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi :

1. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%.

Strategi :

a. meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan;

b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi;

c. Alih fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi

terbatas menjadi hutan lindung; dan

d. membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk

menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi

kawasan lindung;

e. menetapkan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai

(DAS).

2. Menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan lindung.

Strategi :

a. Optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui

jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

b. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada

kawasan lindung;

c. Pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya;

d. Rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung;

e. Penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam hal

alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di dalam

kawasan lindung.

Page 2: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 2

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi :

1. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas

pertanianguna menjaga ketahanan pangan Jawa Barat dan nasional.

Strategi :

a. Pengukuhan kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis sebagai

kawasan lahan sawah berkelanjutan yang tidak dapat dialihfungsikan untuk

kegiatan budidaya lainnya.

b. Revitalisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi teknis yang tidak berfungsi optimal

untuk menjaga keberlangsungan pasokan air bagi lahan sawah.

c. Pemeliharaan jaringan irigasi teknis dan setengah teknis melalui kerjasama

antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan

masyarakat.

d. Peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan.

e. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dengan sistem pola

tanam yang mendukung pelestarian unsur hara dan kesuburan tanah, serta

disesuaikan dengan perubahan iklim global.

f. Stabilisasi pasokan dan harga sarana produksi pertanian serta harga jual gabah

untuk mempertahankan pertanian tanaman pangan.

g. Penyusunan dan penetapan pedoman pengendalian alih fungsi lahan sawah

berkelanjutan.

2. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil dengan pendekatan

keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan.

Strategi :

a. Penyiapan pranata pengelolaan pesisir, laut dan pulau kecil.

b. Penetapan batas zonasi laut.

c. Rehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan

perlindungan bencana pesisir.

d. Pengembangan perikanan budidayadan pemanfaatan hutan bakau secara

lestari dan terpadu.

e. Pengembangan perikanan tangkap.

f. Pengendalian eksploitasi barang muatan kapal tenggelam.

g. Pengendalian pencemaran di kawasan pesisir dan laut.

Page 3: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 3

h. Pengendalian penguasaan tanah timbul oleh masyarakat dan/atau kelompok

masyarakat.

3. Optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong

pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang karena

keterbatasan dayadukung dan dayatampung lingkungan.

Strategi :

a. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas serta pengembangan ekonomi di

kawasan budidaya wilayah tertinggal

b. Peningkatan akses kawasan budidaya ke jaringan arteri primer dan kolektor

primer

c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan lokal

perkotaan dan perdesaan

d. Peningkatan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan

keterkaitan hulu dan hilir.

4. Mengutamakan pembangunan hunian vertikal pada kawasan permukiman

perkotaan guna optimalisasi dan efisiensi ruang budidaya yang semakin terbatas,

terutama pada kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya.

Strategi :

a. Penyediaan lingkungan siap bangun untuk pembangunan hunian vertikal di

perkotaan dengan peran swasta dan masyarakat.

b. Pembangunan rumah susun bersubsidi bagi golongan masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah di kawasan perkotaan.

c. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh perkotaan menjadi kawasan hunian

vertikal.

d. Pemanfaatan hunian vertikal bagi golongan menengah ke atas di perkotaan.

e. Sosialisasi perubahan persepsi dan budaya masyarakat untuk dapat beradaptasi

dengan pola hidup pada hunian vertikal.

5. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

Strategi :

a. Menetapkan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan

Keamanan.

b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar

Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Keamanan.

Page 4: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 4

c. Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan budidaya tidak

terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional sebagai zona penyangga yang

memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun.

d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI.

6.2.Rencana Pengembangan Wilayah (WP) Provinsi Jawa Barat

Wilayah Jawa Barat ditetapkan menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan

(WP) yang merupakan ruang dalam menempatkan rencana pembangunan antar

wilayah dan antar sektor yang akan dilakukan hingga tahun 2029. Sudut pandang

pengembangan WP, pada awalnya merujuk pada isu strategis kewilayahan yang

terbagi dalam 5 (lima) wilayah kerja koordinasi pembangunan di Jawa Barat, yang

terdiri dari Wilayah Priangan Timur, Wilayah Cekungan Bandung, Wilayah Purwakarta,

Wilayah Bogor dan Wilayah Cirebon. Secara garis besar isu strategis kewilayahan ini

menggambarkan kondisi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam

hal ini kesenjangan antarwilayah baik antar Kabupaten/Kota maupun antara wilayah

perkotaan dan perdesaan. Selanjutnya ditetapkan kebijakan pembangunan

kewilayahan, dalam hal ini salah satunya adalah berdasarkan WP yang ditentukan

berdasarkan potensi wilayah, aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan dan

kegiatan produksi serta perkembangan daerah sekitarnya tetap dipertahankan. WP

juga mengacu pada skenario pengembangan wilayah sesuai target pencapaian

penataan ruang dan arah pengembangan ekonomi.

Wilayah Pengembangan (WP), ditetapkan dalam 6 (enam) wilayah, meliputi

WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur dan

Pangandaran, dan WP Sukabumi dan sekitarnya, serta WP Kawasan Khusus (KK)

Cekungan Bandung.

Rencana WP dilaksanakan berdasarkan penetapan tema, sektor unggulan,

fokus pengembangan, serta pengembanganinfrastruktur wilayah di setiap WP.

Rencana Wilayah Pengembangan dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan penentuan

Wilayah Pengembangan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Page 5: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 5

Gambar 6.1. Rencana Wilayah Pengembangan (WP)

Gambar 6.2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Barat

Page 6: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 6

Tabel 6.1. Penentuan Wilayah Pengembangan (WP)

Wilayah Pengembangan

(WP)

Tema Pengembangan Arah Pengembangan Sektor Unggulan dan

Potensial Wilayah

WP Bodebekpunjur Mengendalikan perkembangan fisik wilayah

Melengkapi fasilitas pendukung PKNp dan PKL

Pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata

Mengembangkan infrastruktur strategis

Mengembangkan perdagangan jasa, industri non polutan dan industri kreatif, pariwisata

Investasi padat modal yg efisien lahan, air baku, energi, teknologi tinggi, non-polutif

Pengendalian pemanfaatan lahan di kaw. konservasi, pelibatan swasta & masyarakat dalam kegiatan ekonomi, peningkatan SDM lokal

Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein hewani)

WP Purwasuka Mendorong pengembangan kawasan dengan tetap mengendalikan sawah di Pantura

Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL

Pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan.

Mengembangkan infrastruktur strategis

Mengembangkan pertanian tanaman pangan, agroindustri, industri manufaktur non polutif dan non ekstraktif, industri kreatif dan multimedia, bisnis kelautan yang berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor

WP Ciayumajakuning Mendorong pengembangan wilayah gerbang timur Jawa Barat

Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL

Agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan, periwisata

Mengembangkan infrastruktur strategis

Pola ruang PKN dalam bentuk ring (Ring 1: Jasa perdagangan dan transportasi, Ring 2: Industri berbasis lokal, Ring 3: Penyedia bahan baku)

Mengembangkan wisata budaya, religi dan alam

Mendorong agribisnis yang didukung sektor industri, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan & peternakan di kawasan pinggiran

Mendorong pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak

Pengendalian perikanan tangkap di kawasan pesisir

WP Priatim - Mendorong Melengkapi fasilitas pendukung Pertanian, perkebunan,

Page 7: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 7

Wilayah Pengembangan

(WP)

Tema Pengembangan Arah Pengembangan Sektor Unggulan dan

Potensial Wilayah

Pangandaran perkembangan PKW Tasikmalaya dan PKNp Pangandaran, serta pengembangan secara terbatas kawasan Daerah bagian Selatan.

PKW dan PKL perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, pertambangan mineral

Mengembangkan infrastruktur strategis

Mengembangkan pariwisata Pangandaran dsk

Mengembangkan sektor dan komoditas unggulan dengan meningkatkan akses sentra-sentra produksi

WP Sukabumi dsk Mendorong perkembangan koridor Sukabumi-Cianjur dan PKNp Palabuhanratu, serta membatasi perkembangan di bagian selatan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Melengkapi fasilitas pendukung PKW dan PKL

Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral.

Mengembangkan infrastruktur strategis

Mengembangkan agribisnis, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, wisata pantai dan agro, dan wisata minat khusus.

Pengembangan bisnis kelautan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan modal investasi untuk menghasilkan daya saing global

WP KK Cekungan Bandung

Mengendalikan pembangunan dengan mengoptimalkan fungsi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah

Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL

Pertanian hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, perkebunan dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas Kabupaten/Kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan percepatan perwujudan PKN Metropolitan Bandung Raya

Mengendalikan pengembangan kegiatan di kawasan perkotaan

Mengembangkan kawasan pinggiran PKN dengan tetap menjaga fungsi lindung kawasan

Mengembangkan pembangunan dan hunian vertikal

Sumber: Buku RTRW Provinsi Jawa Barat, BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Page 8: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 8

6.3. Rencana Pola Ruang

6.3.1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,

sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan.

Pengembangan kawasan lindung di Jawa Barat bertujuan untuk mewujudkan

kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan

menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses

pembangunan berkelanjutan di Jawa Barat.

Berdasarkan jenis dan kriteria kawasan lindung tersebut, maka rencana pola

ruang kawasan lindung Provinsi Jawa Barat 2029 adalah :

a. menetapkan kawasan lindung provinsi seluas 45% dari luas seluruh wilayah Daerah

yang meliputi kawasan lindung hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan,

serta ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018.

b. mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi

hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air

c. mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi

lindung.

Kawasan lindung Provinsi Jawa Barat meliputi :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri

atas:

1. kawasan hutan lindung

2. kawasan resapan air

b. kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:

1. sempadan pantai

2. sempadan sungai

3. kawasan sekitar waduk dan danau/situ

4. kawasan sekitar mata air

5. ruang terbuka hijau kota

c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri atas:

1. kawasan cagar alam

Page 9: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 9

2. kawasan suaka margasatwa

3. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

4. kawasan mangrove

5. taman nasional

6. taman hutan raya

7. taman wisata alam

8. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

d. kawasan rawan bencana alam, terdiri atas:

1. kawasan rawan tanah longsor

2. kawasan rawan gelombang pasang

3. kawasan rawan banjir

e. kawasan lindung geologi, terdiri atas :

1. kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars

2. kawasan rawan bencana alam geologi

3. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

f. kawasan lindung lainnya, terdiri atas :

1. taman buru

2. kawasan perlindungan plasma nutfah

3. terumbu karang

4. kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi

5. kawasan yang sesuai untuk hutan lindung tersebar di luar kawasan hutan

negara, yang memiliki skor > 175, yang dihasilkan dari analisis hutan lindung

kriteria SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980.

Adapun kriteria setiap komponen kawasan lindung dapat dilihat pada tabel 6.2.

Sedangkan luas kawasan lindung kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 6.3.

Page 10: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 10

Tabel 6.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan di

Bawahnya Kawasan Hutan (Kesatuan Pemangku Hutan, Kawasan Resapan Air,

Kawasan Perlindungan Setempat)

PASAL 29 KAWASAN PERLINDUNGAN DIBAWAHNYA KAWASAN HUTAN

NO. KOTA/KABUPATEN KESATUAN PEMANGKU HUTAN Pasal 29

KAWASAN RESAPAN AIR

Pasal 29

KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT Pasal

30 WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V 2 Kabupaten Bogor Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 3 Kota Bekasi V 4 Kabupaten Bekasi V Sempadan Pantai 5 Kota Depok V 6 Kabupaten Cianjur Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V Sempadan Pantai 8 Kabupaten Karawang V Sempadan Pantai 9 Kabupaten Purwakarta Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V Sempadan Pantai 11 Kota Cirebon V Sempadan Pantai 12 Kabupaten Indramayu Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 13 Kabupaten Majalengka Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 14 Kabupaten Kuningan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V V 15 Kabupaten Sumedang Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 17 Kabupaten Tasikmalaya Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V 21 Kabupaten Sukabumi Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V Sempadan Pantai Sebagian Kabupaten Cianjur V WP KK Cekungan

Bandung

22 Kota Bandung Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 23 Kabupaten Bandung Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) V 24 Kabupaten Bandung Barat V 25 Kota Cimahi V

Page 11: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 11

Tabel 6.3. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan di

Bawahnya Kawasan Sekitar Waduk/Danau/Situ, Kawasan Sekitar Mata Air, RTH

PASAL 30 KAWASAN PERLINDUNGAN DIBAWAHNYA

NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN SEKITAR

WADUK DAN DANAU/SITU

KAWASAN SEKITAR

MATA AIR

RTH

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V V 2 Kabupaten Bogor Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ

Kemang, Waduk Lido dan Waduk Cikaret,

V V

3 Kota Bekasi V V 4 Kabupaten Bekasi Waduk Cibeureum V V 5 Kota Depok Situ Bojongsari V V 6 Kabupaten Cianjur Wdk. Cirata V V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V 8 Kabupaten Karawang Situ Kamojang V V 9 Kabupaten Purwakarta Wdk. Ir.H.Djuanda, Wdk. Cirata V V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon Waduk Sedong dan Situ Patok V V 11 Kota Cirebon V V 12 Kabupaten Indramayu Waduk Cipancuh dan Situ Bolang V V 13 Kabupaten Majalengka Waduk Sindang Pano, Waduk

Sangyang, Situ Anggrarahan dan Situ Rancabeureum

V V

14 Kabupaten Kuningan Waduk Darma, Waduk Wulukut dan Waduk Dadap Berendung

V V

15 Kabupaten Sumedang Waduk Jatigede V V WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut Situ Bagendit V V 17 Kabupaten Tasikmalaya V V 18 Kota Tasikmalaya Situ Gede V V 19 Kabupaten Ciamis V V 20 Kota Banjar V V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V V 21 Kabupaten Sukabumi V V Sebagian Kabupaten Cianjur V V WP KK Cekungan

Bandung

22 Kota Bandung V V 23 Kabupaten Bandung Wdk. Cileunca dan Situ

Sipatahunan V V

24 Kabupaten Bandung Barat Wdk. Cirata, Saguling, Situ Ciburuy, Situ Lembang

V V

25 Kota Cimahi V V

Page 12: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 12

Tabel 6.4. Kawasan Suaka Alam (Pasal 31)

PASAL 31 KAWASAN SUAKA ALAM NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN CAGAR

ALAM KAWASAN

SUAKA MARGASATWA

KAWASAN SUAKA ALAM

LAUT

KAWASAN PANTAI

MANGROVE WP Bodebekpunjur 1 Kabupaten Bogor Cagar Alam Arca Domas,

Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, Cagar Alam Talaga Warna

2 Kabupaten Bekasi Muara Gembong 3 Kabupaten Cianjur Cagar Alam Talaga

Warna, Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas Malang, dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, Cagar Alam Gunung Simpang

WP Puwasuka 4 Kabupaten Subang Cagar Alam Gunung

Tangkubanparahu Muara Bobos dan

Blanakan 5 Kabupaten Karawang Tanjung Sedari 6 Kabupaten Purwakarta Cagar Alam Burangrang WP Ciayumajakuning 7 Kabupaten Cirebon Eretan 8 Kabupaten Indramayu Eretan 9 Kabupaten Sumedang Cagar Alam Gunung Jagat WP Priangan Timur -

Pangandaran

10 Kabupaten Garut Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamojang, Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang

Suaka Alam Laut Leuweung Sancang

11 Kabupaten Tasikmalaya Suaka Margasatwa Sindangkerta

12 Kabupaten Ciamis Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders

Suaka Margasatwa

Gunung Sawal

Suaka Alam Laut Pangandaran

WP Sukabumi 13 Kabupaten Sukabumi Cagar Alam Sukawayana,

Cagar Alam Cibanteng Suaka

Margasatwa Cikepuh

WP KK Cekungan Bandung

14 Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamojang, Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu

Page 13: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 13

Tabel 6.5. Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar Budaya

NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 32 KAWASAN PELESTARIAN ALAM PASAL 33 KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN ILMU

PENGETAHUAN PELESTARIAN ALAM TAMAN WISATA ALAM

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V Istana Bogor, Batu Tulis dan

Gedung Negara Badan Koordinasi Pemerintahan dan

Pembangunan Wilaya 2 Kabupaten Bogor Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan

Taman Wisata Alam Gunung Pancar

Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang,

Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak

3 Kota Bekasi V V 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok Taman Hutan Raya

Pancoran Mas V V

6 Kabupaten Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Taman Wisata Alam Jember

Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang dan Kawasan Makam Rd. Aria Wiratanudatar

di Cikundul WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Taman Wisata Gunung

Tangkubanparahu v

8 Kabupaten Karawang Taman Wisata Alam Curug Santri

Kawasan Situs Candi Jiwa, Makam Syech Quro dan

Komplek Monumen Rengasdengklok

9 Kabupaten Purwakarta V Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri dan Gedung Negara Badan Koordinasi

Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah II

WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V Makam Sunan Gunungjati 11 Kota Cirebon V Gua Sunyaragi, Keraton

Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan,

Makam Sunan Gunung Jati dan Gedung Negara Badan

Koordinasi Pemerintahan Wil.III

12 Kabupaten Indramayu V Pulau Biawak 13 Kabupaten Majalengka Taman Nasional

Gunung Ciremai V V

14 Kabupaten Kuningan Taman Nasional Gunung Ciremai

Taman Wisata Alam Linggarjati

Museum Linggarjati

15 Kabupaten Sumedang Taman Hutan Raya Gunung Kunci dan Palasari

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun dan Komplek Makam Dayeuh

Luhur WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut Taman Wisata Alam Kawah Kamojang,

Taman Wisata Alam

Candi Cangkuang, Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin dan Gedung Negara

Page 14: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 14

Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga

Bodas

Badan Koordinasi Pemerintahan dan

Pembangunan Wilayah IV

17 Kabupaten Tasikmalaya V V 18 Kota Tasikmalaya V Kampung Naga dan Kawasan

Makam Syech Abdul Muchyi Pamijahan

19 Kabupaten Ciamis Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran

Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong

Panjalu, dan Kampung Kuta 20 Kota Banjar V V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V V 21 Kabupaten Sukabumi Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Taman Wisata Alam Sukawayana

Kampung Ciptagelar

Sebagian Kabupaten Cianjur

V V

WP KK Cekungan Bandung

22 Kota Bandung Taman Hutan Raya Ir. H Juanda

Taman Wisata Alam Curug Dago

Kawasan Gedung Sate, Gedung Pakuan, Gedung

Merdeka dan Gedung Indonesia Menggugat

23 Kabupaten Bandung Taman Hutan Raya Ir. H Juanda,

Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu, Taman Wisata Alam Kawah

Kamojang

Situs Gunung Kendan, Candi Bojong Menje dan Kawasan

Makam Syech Mahmud

24 Kabupaten Bandung Barat Taman Hutan Raya Ir. H Juanda,

Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu

Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon

25 Kota Cimahi V V

Page 15: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 15

Tabel 6.6. Kawasan Rawan Bencana Alam

NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 34 KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM KAWASAN TANAH

LONGSOR KAWASAN

GELOMBANG PASANG

KAWASAN RAWAN BANJIR

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor V 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V 8 Kabupaten Karawang V V 9 Kabupaten Purwakarta V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V V V 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V 13 Kabupaten Majalengka V V 14 Kabupaten Kuningan V 15 Kabupaten Sumedang V WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut V 17 Kabupaten Tasikmalaya 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis V V 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi V Sebagian Kabupaten

Cianjur

WP KK Cekungan Bandung

22 Kota Bandung 23 Kabupaten Bandung V V 24 Kabupaten Bandung Barat V 25 Kota Cimahi

Page 16: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 16

Tabel 6.7. Kawasan Lindung Geologi

NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 35 KAWASAN LINDUNG GEOLOGI KAWASAN KONSERVASI

GEOLOGI Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

Cagar Alam Geologi

Kawasan Kars

Kawasan Rawan Letusan Gunung

Berapi

Kawasan Rawan Gempa Bumi Tektonik

Kawasan Rawan

Gerakan Tanah

WP Bodebekpunjur 1 Kabupaten Bogor V Kawasan Gunung

Salak, Kawasan Gunung Gede-

Pangrango

V V

2 Kabupaten Bekasi V 3 Kabupaten Cianjur V Kawasan Gunung

Gede-Pangrango V V

WP Puwasuka 4 Kabupaten Subang Kawasan Gunung

Tangkubanparahu V V

5 Kabupaten Karawang V 6 Kabupaten Purwakarta V V V WP

Ciayumajakuning

7 Kabupaten Cirebon V Kawasan Gunung Ciremai

8 Kabupaten Majalengka V V 9 Kabupaten Kuningan V 10 Kabupaten Sumedang V WP Priangan Timur -

Pangandaran

11 Kabupaten Garut V Kawasan Gunung Guntur, Kawasan

Gunung Papandayan,

Kawasan Gunung Galunggung

V V

12 Kabupaten Tasikmalaya V 13 Kota Tasikmalaya Kawasan Geologi

Pasirgintung V Kawasan Gunung

Galunggung V V

14 Kabupaten Ciamis Kawasan Geologi Rancah

V V V

WP Sukabumi 15 Kabupaten Sukabumi Kawasan Geologi

Ciletuh Kawasan Kars Kawasan Gunung

Salak, Kawasan Gunung Gede-

Pangrango

V

WP KK Cekungan Bandung

16 Kabupaten Bandung Kawasan Geologi Batu Obsidian Nagreg

Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang

Windu, dan Kawasan Gunung

Talagabodas

V

17 Kabupaten Bandung Barat

Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon

Kawasan Kars Kawasan Gunung Tangkubanparahu

V V

Page 17: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 17

Tabel 6.8. Kawasan Lindung Geologi

NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 35 KAWASAN LINDUNG GEOLOGI (Lanjutan)

KAWASAN ZONA SESAR AKTIF

KAWASAN RAWAN TSUNAMI

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor 2 Kabupaten Bogor 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur Rawan Tsunami WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang 8 Kabupaten Karawang 9 Kabupaten Purwakarta WP

Ciayumajakuning

10 Kabupaten Cirebon 11 Kota Cirebon 12 Kabupaten Indramayu 13 Kabupaten Majalengka Sesar Baribis 14 Kabupaten Kuningan Sesar Baribis 15 Kabupaten Sumedang WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut Rawan Tsunami 17 Kabupaten Tasikmalaya Rawan Tsunam 18 Kota Tasikmalaya 19 Kabupaten Ciamis Rawan Tsunami 20 Kota Banjar WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi Sesar Cimandiri Rawan Tsunami Sebagian Kabupaten

Cianjur

WP KK Cekungan Bandung

22 Kota Bandung 23 Kabupaten Bandung 24 Kabupaten Bandung

Barat Sesar Lembang, Sesar Cimandiri

25 Kota Cimahi

Page 18: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 18

Tabel 6.9. Kawasan Perlindungan Alam, Kawasan Terumbu Karang, dan Kawasan Koridor Satwa atau Biota Laut

NO. KOTA/KABUPATEN PASAL 37 KAWASAN

PERLINDUNGAN ALAM PLASMA NUTFAH

PASAL 38 KAWASAN TERUMBU KARANG

PASAL 39 KAWASAN

KORIDOR BAGI SATWA ATAU

BIOTA LAUT YANG DILINDUNGI

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor Kebun Raya Bogor 2 Kabupaten Bogor Taman Safari Indonesia,

Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah

3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi Muara Gembong 5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur Taman Bunga Nusantara

dan Kebun Raya Cibodas

WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Pantai Bobos 8 Kabupaten Karawang Pantai Cilamaya 9 Kabupaten Purwakarta Kawasan Jatiluhur-

Sanggabuana

WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon 11 Kota Cirebon 12 Kabupaten Indramayu Muara Cimanuk dan P.

Biawak Pantai Majakerta dan P. Biawak

13 Kabupaten Majalengka Gunung Ageung 14 Kabupaten Kuningan Kebun Raya Kuningan 15 Kabupaten Sumedang WP Priangan Timur -

Pangandaran

16 Kabupaten Garut Pantai Cimapang-Rancabuaya

Pantai Santolo, Cilauteureun sampai

Cagar Alam Sancang, dan Cikelet

17 Kabupaten Tasikmalaya Pantai Cipatujah sampai

Karangtawulan

18 Kota Tasikmalaya G. Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan G.

Galunggung

tempat bertelur penyu

19 Kabupaten Ciamis Pantai Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan

Cukang Taneuh

Pantai Krapyak, Pantai Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, serta

Pantai Karang Jaladri

Pantai Keusik Luhur

20 Kota Banjar WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi Pantai Pangumbahan dan

Perairan Sukawayana Pantai Karang Hawu,

Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, dan

Ciwaru

Pantai Ciracap dan Ujung Genteng

Sebagian Kabupaten Cianjur WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung Kebun Binatang Bandung 23 Kabupaten Bandung Kawah Putih dan G.Patuha 24 Kabupaten Bandung Barat 25 Kota Cimahi

Page 19: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 19

6.3.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang menjadi kewenangan

provinsi dan merupakan kawasan strategis provinsi, dapat berupakawasan peruntukan

hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian

pangan , kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan

peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan

pariwisata, kawasan peruntukan lainnya.

6.3.2.1. Kawasan Hutan Produksi

Dengan memperhatikan kriteria kawasan budidaya hutan produksi yang

terdapat dalam RTRWN maka arah pengembangan kawasan budidaya hutan produksi

adalah :

1. Meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi

sekitarnya

2. Meningkatkan fungsi lindung

3. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya hutan

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat

5. Meningkatkan kesempatan kerja terutama masyarakat setempat

6. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah

setempat.

6.3.2.2 Kawasan Hutan Rakyat

Arah pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat adalah sebagai berikut :

1. Mengarahkan pengembangan kawasan budidaya hutan rakyat pada kawasan yang

dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

2. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan

3. Mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah

setempat

Page 20: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 20

6.3.2.3.Kawasan Pertanian Pangan

Kawasan budidaya pertanian pangan merupakan kawasan yang ditujukan

untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena memiliki fungsi yang demikian

krusial maka arahan pengembangan pertanian difokuskan pada :

1. Mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis

2. Mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional

3. Meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola

tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim

4. Ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu

menjamin ketersediaan air

5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang lestari.

Pengembangan kawasan pertanian pangan merujuk pada ketentuan sebagai

berikut:

1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian

2. Terutama berada dalam di lahan beririgasi teknis

3. memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan hortikultura dan

memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan

perundangan.

Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut,

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan,

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten

Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor,

Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya,

dan Kota Banjar.

6.3.2.4. Kawasan Perkebunan

Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk:

1. meningkatkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, serta kegiatan ekonomi

sekitarnya

2. meningkatkan pendapatan daerah

3. meningkatkan kesempatan kerja masyarakat setempat

Page 21: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 21

4. mendorong terciptanya keterkaitan sektor hulu dan hilir perkebunan yang dapat

menstimulasi pengembangan ekonomi wilayah

5. meningkatkan nilai ekspor

6. mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitarnya, terutama yang berfungsi

lindung.

Kawasan perkebunan, ditetapkan dengan ketentuan:

1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan

2. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkebunan

Kawasan perkebunan, tersebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur,

Bandung Barat, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Indramayu, Subang,

dan Purwakarta.

6.3.2.5. Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan, meliputi:

a. pengembangan kawasan budidaya air tawar;

b. pengembangan kawasan budidaya air payau;

c. pengembangan kawasan budidaya air laut; dan

d. pengembangan kawasan industri pengolahan perikanan.

Pengembangan kawasan perikanan, dilaksanakan untuk:

a. meningkatkan produksi ikan;

b. meningkatkan konsumsi ikan;

c. meningkatkan ekspor hasil pertanian;

d. meningkatkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja;

e. meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan dan udang; dan

f. meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan.

Kawasan Perikanan, tersebar di Kabupaten Bekasi, Subang, Karawang,

Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta,

Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Bandung,

Bogor, dan Sukabumi

Page 22: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 22

6.3.2.6. Kawasan Pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan di perdesaan dilakukan dengan

menjaga kualitas lingkungan seingga kemantapan sektor pertambangan yang sudah

tercapai terus terjaga dan ditingkatkan sehingga pada tahapan ini adalah masa

pemeliharaan pasokan pertambangan, mantapnya desa mandiri pertambangan,

mantapnya kemampuan masyarakat dalam pembangunan sektor pertambangan.

Pengembangan kawasan pertambangan secara kewilayahan dalam bentuk

Wilayah Pertambangan yang terdiri dari Wilayah Pencadangan Negara (WPN), Wilayah

Usaha Pertambangan (WUP) maupun Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), diarahkan

untuk:

1. Meningkatkan pendapatan daerah dan perekonomian wilayah

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan

3. Mendorong peningkatan nilai tambah barang tambang untuk ekspor

4. Mendorong upaya pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan secara

lestari, baik untuk pertambangan skala besar maupun skala kecil

5. Meningkatkan penerapan penambangan yang memenuhi persyaratan keselamatan

dan kesehatan kerja

6. Meningkatkan penanggulangan kerusakan lahan di wilayah kerja pertambangan

7. Mendukung keberlanjutan ekosistem di wilayah sekitar kawasan

8. Mengembangkan alih teknologi penambangan bagi masyarakat sekitar kawasan

Kriteria kawasan pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang:

1. Memiliki sumberdaya dan potensi pertambangan yang berwujud padat, cair atau

gas berdasarkan data geologi, setelah dikoreksi oleh ruang yang tidak

diperbolehkan, dan masih layak untuk dieksploitasi secara ekonomis

2. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan

pertambangan secara berkelanjutan dan bukan merupakan daerah rawan bencana

dengan kerentanan bencana tinggi

3. Merupakan bagian proses upaya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi

ekonomi riil

4. Tidak mengganggu fungsi kelestarian lingkungan hidup dan masyarakat sekitarnya

5. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Penetapan kawasan pertambangan dilaksanakan :

1. Secara transparan, partisipatif dan bertanggungjawab;

Page 23: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 23

2. Secara terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi pemerintah terkait

dan masyarakat, dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial

budaya, serta berwawasan lingkungan

3. memperhatikan aspirasi kabupaten/kota

Tabel 6.10. Rencana Kawasan Budidaya

Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, Kawasan Perkebunan

RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN

HUTAN PRODUKSI

Pasal 41

KAWASAN PERTANIAN

PANGAN IRIGASI TEKNIS Pasal 42

KAWASAN PERKEBUNAN

Pasal 43

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V 2 Kabupaten Bogor V V V 3 Kota Bekasi V 4 Kabupaten Bekasi V V 5 Kota Depok V 6 Kabupaten Cianjur V V V WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V V 8 Kabupaten Karawang V V 9 Kabupaten Purwakarta V V V WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V V 13 Kabupaten Majalengka V V 14 Kabupaten Kuningan V V 15 Kabupaten Sumedang V V V WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut V V V 17 Kabupaten Tasikmalaya V V V 18 Kota Tasikmalaya V 19 Kabupaten Ciamis V V V 20 Kota Banjar V WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi 21 Kabupaten Sukabumi V V V Sebagian Kabupaten

Cianjur

WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung V 23 Kabupaten Bandung V V V 24 Kabupaten Bandung Barat V V 25 Kota Cimahi V

Page 24: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 24

Tabel6.11. Rencana Kawasan Budidaya Kawasan Peternakan, Pesisir Laut dan Pulau Kecil, Kawasan Perikanan, dan Kawasan Pariwisata

RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

NO. KOTA/KABUPATEN KAWASAN

PETERNAKAN Pasal 44

KAWASAN PESISIR LAUT DAN PULAU

KECIL Pasal 45

KAWASAN PERIKANAN

Pasal 46

KAWASAN PARIWISATA

Pasal 50

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor V Kawasan Wisata Agro 2 Kabupaten Bogor V V Kawasan Wisata Agro 3 Kota Bekasi 4 Kabupaten Bekasi V V V • Kawasan Industri dan

Bisnis • Kawasan Wisata Agro

5 Kota Depok 6 Kabupaten Cianjur V V V Kawasan Wisata Agro WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang V V V Kawasan Wisata Agro 8 Kabupaten Karawang V V V • Kawasan Industri dan

Bisnis • Kawasan Wisata Agro

9 Kabupaten Purwakarta V V Kawasan Wisata Agro WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon V V V Kawasan Wisata Agro 11 Kota Cirebon V 12 Kabupaten Indramayu V V V 13 Kabupaten Majalengka V V Kawasan Wisata Agro 14 Kabupaten Kuningan V V Kawasan Wisata Agro 15 Kabupaten Sumedang V V Pesisir Cirebon Kawasan Wisata Budaya WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut V V V Kawasan Wisata Agro 17 Kabupaten Tasikmalaya V V V Kawasan Wisata Agro 18 Kota Tasikmalaya 19 Kabupaten Ciamis V V V 20 Kota Banjar Kawasan Wisata Agro WP Sukabumi 20 Kota Sukabumi V Kawasan Wisata Agro 21 Kabupaten Sukabumi V V V Kawasan Wisata Agro Sebagian Kabupaten

Cianjur

WP KK Cekungan Bandung 22 Kota Bandung V Kawasan Wisata

Perkotaan dan Pendidikan 23 Kabupaten Bandung V V • Kawasan Wisata Agro,

• Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan

24 Kabupaten Bandung Barat V V • Kawasan Wisata Agro • Kawasan Wisata

Perkotaan dan Pendidikan

25 Kota Cimahi Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan

Page 25: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 25

6.3.2.7 Kawasan Industri

Pembangunan lokasi industri ditetapkan dengan ketentuan :

a. Kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan industri kecuali untuk industri

yang memerlukan lokasi khusus, industri mikro, kecil dan menengah, serta industri

di kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri,sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

b. Memenuhi ketentuan teknis, tata ruang dan lingkungan untuk kegiatan industri,

serta efisien, memberikan kemudahan dan dayatarik bagi investasi

c. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menjamin

pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan

d. Tidak mengubah kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis; dan

menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah

Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi untuk Jawa Barat maka

arahan pengembangan bagi kawasan industri ditekankan pada :

1. Mengoptimalkan kawasan industri yang telah ada di koridor Cikarang-Cikampek

2. Mengembangkan kawasan industri di koridor Bandung-Cirebon dan koridor

Sukabumi-Bogor

3. Mendorong pengembangan industri kreatif dan telematika di WP KK Cekungan

Bandung

4. Memprioritaskan pengembangan industri yang berteknologi tinggi, ramah

lingkungan, dan membangkitkan kegiatan ekonomi

5. Memprioritaskan pengembangan industri yang menerapkan manajemen dan kendali

mutu, clean development mechanism, serta produksi bersih

6. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan industry mikro, kecil, dan menengah

yang ramah lingkungan, hemat lahan dan dapat menyerap tenaga kerja lokal

Pembangunan lokasi industri yang dilakukan di luar kawasanindustri atau zona

industri, ditetapkan dengan ketentuansebagai berikut:

a. memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam serta mencegah

timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup

b. dilengkapi dengan unit pengolahan limbah

c. memperhatikan pasokan air bersih dari sumber air permukaan

d. industri ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

e. pengelolaan limbah secara terpadu untuk industri dengan lokasi berdekatan

Page 26: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 26

Dalam hal pengembangan kawasan industri yang telah ada untuk

mengoptimalkan fungsi kawasan industri di Jawa Barat, ditetapkan beberapa kawasan

industri baik yang sudah operasional maupun yang belum operasional, diantaranya :

1. Kawasan Industri MM2100 Industrial Town, Cibitung Kab. Bekasi

2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), Cikarang, Cibarusah, Kab. Bekasi

3. Kawasan Industri Bekasi International Industrial Estate, Desa Sukaresmi,

Kab. Bekasi

4. Kawasan Industri Jababeka Cikarang & Cilegon, Cikarang dan Cilegon, Kab.

Bekasi

5. Kawasan Industri Lippo Cikarang Industrial Park, Cikarang, Kab. Bekasi

6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya Industrial Estate, Cikarang, Kab.

Bekasi

7. Kawasan Industri Gobel, Cibitung, Kab. Bekasi

8. Kawasan Industri Marunda Centre-International Warehouse & Industrial

Estate, Kab. Bekasi

9. Kawasan Industri Sentul, Kab. Bogor

10. Kawasan Industri Cibinong Centre Industrial Estate, Kec. Citeureup-

Klapanunggal, Kab. Bogor

11. Kawasan Industri KIIC, Kec. Teluk Jambe, Kab. Karawang

12. Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, Kec. Teluk Jambe, Kab.

Karawang

13. Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, Kec. Cikampek, Kab.

Karawang

14. Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kec. Cikampek, Kab. Karawang

15. Kawasan Industri Mandalapratama Permai, Kec. Cikampek. Kab. Karawang

16. Kawasan Industri Mitrakarawang, Kec. Ciampel, Kab. Karawang

17. Kawasan Industri Karawang 2000 Industrial Estate, Kab. Karawang

18. Kawasan Industri Suryacipta City of Industry, Kec. Ciampel, Kab. Karawang

19. Kawasan Industri Kota Bukit Indah-Industrial City, Kab. Karawang dan Kab.

Purwakarta

20. Kawasan Industri Lion, Kec. Campaka, Kab. Purwakarta

Page 27: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 27

21. Kawasan Industri Ciambar, Kab. Sukabumi.

22. Kawasan Industri Rancaekek Industrial Estate, Kab. Sumedang dan Kab.

Bandung

6.3.2.8. Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengembangan kawasan

pariwisata di Jawa Barat diarahkan kepada tiga jalur wisata unggulan, yaitu kawasan

wisata unggulan jalur utara, tengah dan selatan. Kawasan wisata unggulan yang

terletak pada jalur utara adalah :

a. Kawasan Wisata Industri dan Bisnis Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang

b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Bekasi, KabupatenKarawang, Kabupaten

Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Cirebon

c. Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon

Kawasan wisata yang terletak di jalur tengah adalah :

a. Kawasan Eko Wisata Puncak, Kebun Raya Cibodas, Gunung Gede-Pangrango,

Talaga Warna, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Ciremai, Gunung Halimun dan

Pegunungan di kawasan Bandung Selatan

b. Kawasan Wisata Agro Kabupaten Bogor, Kota Bogor,Kabupaten Cianjur, Kota

Sukabumi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung Barat

dan Kabupaten Bandung

c. Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan di WP KK Cekungan Bandung

d. Kawasan Wisata Kriya dan Budaya Priangan

Kawasan wisata yang terletak di jalur selatan adalah :

a. Kawasan Eko Wisata Palabuhanratu, Cipatujah,Hutan Sancang, Ujunggenteng,

Rancabuaya, Cilauteureun dan Cijayanti

b. Kawasan Wisata Agro di Kabupaten Sukabumi, KabupatenGarut, Kabupaten

Tasikmalaya dan Kota Banjar

c. Kawasan Wisata Minat Khusus Daerah bagian Selatan

d. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai Pangandaran

Page 28: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 28

6.3.2.9 Kawasan Budidaya lainnya

- Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sektor perdagangan dan jasa juga merupakan sektor yang menjadi unggulan

dalam setiap wilayah pengembangan. Sektor ini akan difokuskan untuk dikembangkan

pada kawasan perkotaan (PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL) Jawa Barat sesuai

dengan fungsinya.

Kawasan perdagangan dan jasa yang dimaksud adalah kawasan perdagangan

dan jasa yang berada pada simpul perkotaan setingkat PKN/ PKNp untuk melayani

kegiatan lintas provinsi atau berada pada simpul perkotaan setingkat PKW/ PKWp

untuk melayani kegiatan lintas kabupaten/kota. Kawasan ini juga memiliki prasarana

berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan/atau bandar udara, prasarana listrik,

telekomunikasi dan air baku. Selain itu, kawasan perdagangan dan jasa hendaknya

juga memiliki fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan.

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa diarahkan pada:

1. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa guna mewujudkan pusat-pusat kegiatan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL sebagai kawasan perkotaan sesuai dengan fungsinya

2. Membatasi perluasan kegiatan perdagangan di perkotaan pada kawasan yang telah berkembang pesat dan kawasan yang berfungsi lindung

3. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal, regional, nasional dan internasional

4. Peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang efektif dan efisien

5. Peningkatan perlindungan konsumen, pasar tradisional dan kesadaran penggunaan produksi dalam negeri

6. Penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor

- Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Page 29: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 29

Pengembangan kawasan permukiman di Jawa Barat dirumuskan dalam bentuk

indikasi arahan peraturan zonasi berupa pengaturan pengembangan fungsi kawasan

perkotaan untuk PKN dan pengembangan fungsi kawasan perkotaan untuk PKW.

Kawasan pengembangan permukiman perkotaan merujuk pada kriteria berikut:

1. Pengembangan permukiman perkotaan di kawasan rawan bencana alam

dan bencana alam geologi, dilaksanakan dengan persyaratan teknis

2. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana

gunung api

3. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan

4. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung

5. Sesuai kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang ditetapkan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

Arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah:

a. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan perkotaan dengan

intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi

b. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang

menengah hingga tinggi, mencakup kawasan perkotaan yang menjadi kota inti

PKN

c. mengendalikan kawasan permukiman horizontal pada kawasan perkotaan dengan

intensitas pemanfaatan ruang menengah, termasuk kota mandiri dan kota satelit

d. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang

menengah, mencakup kawasan perkotaan selain yang berfungsi sebagai kota inti

PKN.

- Ruang Terbuka Hijau (RTH)

RTH menurut RTRWN adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Dengan memperhatikan definisi dan pembahasan mengenai RTH maka arahan

pengembangan RTHadalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan luasan RTH minimal 30% dari luasan kawasan perkotaan.

2. Menegaskan dan melindungi kawasan-kawasan yang termasuk ke dalam RTH.

Adapun komponen RTH di kawasan perkotaan Jawa Barat dibagi menjadi dua

Page 30: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 30

komponen besar, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.

3. Komponen RTH yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah:

a. RTH privat, meliputi :

1. pekarangan rumah tinggal

2. halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha

3. taman dan taman di atap bangunan (roof garden)

4. lapangan olahraga

b. RTH publik, meliputi :

1. RTH taman dan hutan kota, meliputi :

a) taman RT, taman RW, taman kelurahan dan taman kecamatan

b) taman kota

c) hutan kota

d) sabuk hijau (green belt)

2. RTH jalur hijau jalan, meliputi :

a) pulau jalan dan median jalan

b) jalur pejalan kaki

c) ruang di bawah jalan layang

3. RTH fungsi tertentu, meliputi :

a) RTH sempadan rel kereta api

b) jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi

c) RTH sempadan sungai

d) RTH sempadan pantai

e) RTH pengamanan sumber air baku/mata air

f) lapangan olahraga

g) Taman Pemakaman

- Kawasan Budidaya Perdesaan

a. Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, diarahkanpada

pengembangan ruang permukiman horisontal denganmempertimbangkan

kegiatan dalam kawasan perdesaan,mencakup kegiatan pertanian, perkebunan,

kehutanan,peternakan, perikanan, pengelolaan sumberdaya alam,pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatanekonomi.

Page 31: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 31

b. Kawasan Agribisnis

Pengembangan agribisnis dimulai dengan penataan dan penyelesaian

permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis di perdesaan. Dari

segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:

(1) penataan agribisnis yang ada

(2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah

(3) revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi

(4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa

Barat, dan

(5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis.

Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa

Barat terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang

telah dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu

sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer.

Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan

mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat.

Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi

yang lebih berat ke pengembangan agribisnis.

c. Kawasan Wisata Perdesaan

Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan keunggulan daya

tarik wisata di wilayah perdesaan melalui pengembangan produk wisata yang

unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang

berakar pada alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik

wisata yang berdaya saing serta pemanfaatan potensi sumber daya alam

secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain itu, dilakukan juga

peningkatan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based

development) serta kualitas sarana dan prasarana pariwisata dengan standar

internasional.

Page 32: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 32

- Kawasan Industri Kecil Menengah (IKM)

Aspek industri diarahkan untuk meningkatkan konsolidasi dan jejaring

(networking), melalui peningkatan peran sektor industri kecil dan menengah (IKM),

Industri Kreatif, IKM berorientasi ekspor dan IKM berbasis sumberdaya lokal serta

ramah lingkungan, dalam struktur industri, peningkatan kemitraaan antarindustri, dan

peningkatan tumbuhnya industri-industri andalan masa depan Jawa Barat sebagai

kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Arahan pengembangan kawasan IKM

dilakukan dengan penataan sentra-sentra industri yang sudah ada dengan tetap

menjaga aspek ramah lingkungan.

- Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan mencakup penetapan lokasi yangdigunakan untuk

kepentingan pengembangan peternakantermasuk penyediaan rumah potong hewan,

berupapenyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknispeternakan dan kesehatan

hewan.

Pengembangan kawasan peternakan diselenggarakan dalamrangka mencukupi

kebutuhan pangan, barang dan jasa asalhewan secara mandiri, berdaya saing dan

berkelanjutan, bagipeningkatan kesejahteraan peternak dan

masyarakatsekitarnya.Pengembangan kawasan peternakan dapat dilaksanakansecara

tersendiri dan/atau terintegrasi dengan budidayatanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, perikanan,

kehutanan, dan bidang lainnya yang terkait.

- Kawasan Pesisir dan Laut

Rencana pengembangan kawasan pesisir Jawa Barat terdiri dari arah

pengembangan kawasan permukiman, arah pengembangan kawasan bisnis kelautan

dan arah pengembangan kawasan wisata. Arah pengembangan wilayah pesisir Jawa

Barat dibedakan ke dalam 2 (dua) wilayah, yaitu wilayah pesisir utara dan wilayah

pesisir selatan Jawa Barat.

a. Kawasan Permukiman

Permukiman di wilayah pesisir utara dan selatan Jawa Barat memiliki

karakteristik dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan

Page 33: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 33

permukiman berupa permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar

permukiman.

Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

permukiman di wilayah pesisir meliputi :

Prinsip pengembangan;

Pemilihan lokasi;

Kualitas lingkungan;

Aksesibilitas;

Kepadatan penduduk;

Dominasi kegiatan.

Prinsip pengembangan permukiman pesisir mengacu pada prinsip

keberlanjutan, harmonis, faktor hukum dan peraturan, daya dukung lingkungan,

kondisi eksisting dan profil demografi, kondisi fisik lingkungan, kebutuhan, pelayanan

sosial, kepuasan penghuni, supply demand, visi masa depan, isu strategis, konsultasi

publik, monitoring dan review program.

Wilayah pesisir yang dapat dikembangkan sebagai lokasi permukiman antara

lain :

1. Wilayah pantai terbuka

Tipe permukiman yang dapat dikembangkan adalah permukiman kepadatan

rendah, menengah dan tinggi, mengacu pada kriteria kesesuaian lahan. Contoh

wilayah ini antara lain pada pantai berpasir dengan kemiringan landai.

2. Wilayah pantai tertutup

Batasan pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada aspek lokasi,

mitigasi bencana, serta dukungan adanya sistem jaringan transportasi serta

diselaraskan dengan rencana pengembangan lainnya. Contoh wilayah ini antara

lain teluk, laguna, estuari, dan lain-lain.

Proses penentuan kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah berdasarkan :

Kriteria pemilihan lokasi mencakup kriteria fisik-ekologis, kriteria kebijakan, dan

kriteria sosial budaya.

Kriteria perencanaan kawasan permukiman di wilayah pesisir mengacu pada

kriteria perencanaan tapak kawasan dan pertimbangan masalah lingkungan,

mencakup analisis makro dan mikro iklim, analisis daerah rawan banjir dan pasang

surut, perencanaan drainase, analisis persediaan air di kawasan, perbandingan

Page 34: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 34

tapak kawasan, analisis dampak lingkungan dan data penunjang rencana tapak

permukiman.

Pengembangan kawasan permukiman nelayan di kawasan pesisir Jawa Barat

diarahkan sebagai berikut :

• Wilayah pesisir utara, dilaksanakan melalui pengembangankawasan permukiman

yang dilengkapi sarana dan prasaranadasar serta berada di luar kawasan

kerusakan pesisir danrawan bencana pesisir; dan

• Wilayah pesisir selatan, dilaksanakan melalui penataankawasan permukiman

berbasis mitigasi bencana, sertapeningkatan pelayanan sarana dan prasarana

dasarpermukiman yang terintegrasi.

b. Kawasan Bisnis Kelautan

Bisnis kelautan meliputi perikanan laut, pariwisata bahari, pertambangan,

industri maritim, angkatan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan.

Pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat didasarkan pada potensi sumber daya laut,

penetapan lokasi-lokasi potensial dan pemanfaatan sumber daya kelautan.

Pengembangan kawasan bisnis kelautan diarahkan pada :

a. mengembangkan kawasan di bidang perikanan laut,meliputi :

1. kawasan pelabuhan perikanan;

2. kawasan perikanan tangkap;

3. kawasan perikanan budidaya; dan

4. kawasan industri pengolahan perikanan.

b. mengembangkan kawasan di bidang pertambangan denganmemperhatikan faktor

nilai tambah, potensi bahan galian,faktor pembatas, dayadukung dan

dayatampung lingkunganserta kebijakan Pemerintah;

c. mengembangkan kawasan di bidang industri maritime dengan memperhatikan :

1. kondisi wilayah hinterland;

2. persaingan dengan wilayah sekitar;

3. lokasi strategis terhadap aglomerasi aktivitasperekonomian masyarakat;

4. kebutuhan permintaan lahan industri;

5. kecenderungan industri yang berkembang;

6. ketersediaan prasarana transportasi regional;

7. ketersediaan jaringan utilitas;

8. keberlanjutan dan berwawasan lingkungan;

Page 35: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 35

9. sumberdaya manusia; dan

10. jaminan keamanan.

d. mengembangkan infrastruktur perhubungan laut, mencakup pelabuhan utama

untuk kapal cepat maupun ferry yang menghubungkan antarpulau serta pelayaran

rakyat untuk pengangkutan barang dan jasa; dan

e. mengembangkan jasa kelautan, meliputi dukungan jasa finansial dan jasa bisnis

informasi.

c. Kawasan Wisata di Wilayah Pesisir

Kawasan wisata di Jawa Barat dikembangkan dengan prinsip pengembangan

ekowisata, agrowisata dan wisata budaya, yang didukung ketersediaan infrastruktur

yang memadai dan memperhatikan perkembangan kondisi fisik wilayah terkini.

Sehingga menghasilkan pengembangan kawasan wisata yang memiliki aksesibilitas

tinggi dengan dukungan kebijakan dan investasi wisata, serta berpotensi dapat

memberikan efek pengembangan kegiatan lain yang tentunya mendukung kegiatan

wisata itu sendiri.

Arah pengembangan kawasan wisata di wilayah pesisir Jawa Barat terdiri dari:

• mengembangkan kawasan wisata pesisir, laut dan pulaukecil yang

mempertahankan konservasi lingkungan dankeberadaan kehidupan sosial

masyarakat setempat;

• mengembangkan kawasan wisata di wilayah pesisir utara dengan prioritas pada

pengembangan Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon; dan

• mengembangkan kawasan wisata bahari di wilayah pesisir selatan yang

ditetapkan berdasarkan perwilayahan pengembangan pariwisata secara nasional,

meliputipengembangan Kawasan Pantai Pangandaran, Kawasan Palabuhanratu,

dan Pantai Rancabuaya.

- Kawasan Pertahanan dan Keamanan

Rencana kawasan pertahanan keamanan mencakup penetapan lokasi yang

digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, yang bertujuan

mengamankan dan menjaga fungsi kawasan pertahanan keamanan. Sedangkan

sasaran rencana pengamanan tersebut adalah agar terkendalinya kegiatan

pembangunan di kawasan pertahanan keamanan, serta terjaminnya kepentingan

pertahanan keamanan.

Page 36: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 36

Kawasan pertahanan keamanan merupakan kawasan yang ditetapkan dengan

fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari

kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan

Udara, TNI Angkatan Laut dan Kepolisian, kawasan pangkalan TNI angkatan Udara

(Lanud), kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal), serta kawasan militer dan

kepolisian lainnya. Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang

telah ditentukan oleh TNI sebagai daerah latihan militer atau daerah pengamanan

militer.

Kawasan pertahanan keamanan ditetapkan berdasarkan lokasi yang telah

ditentukan oleh TNI sebagai daerah latuhan militer atau daerah pengamanan militer.

a. Penetapan lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer TNI

Angkatan Darat

Lokasi kawasan pendidikan dan/atau latihan militer Tentara Nasional Indonesia

(TNI) Angkatan Darat, meliputi :

1. Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas Kelurahan Cilodong

2. Kabupaten Bogor kecamatan Pamijahan Desa Gunung Bunder, Kecamatan

Cibinong Desa Kalibaru, Kecamatan Parung Desa Cogreg

3. Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Batujajar Desa Galanggang,

Kecamatan Cisarua Situ Lembang, Kecamatan Cipatat Desa Sumur Bandung

4. Kota Cimahi Gunung Bohong dan Kecamatan Cimahi Tengah Desa Setia

Manah

5. Kabupaten Bandung Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Nagreg, dan

Kecamatan Cimenyan Desa Sindanglaya

6. Kabupaten Sukabumi Kecamatan Ciracap Desa Cibenda

7. Kabupaten Purwakarta Kecamatan Sukasari Desa Kertamanah

8. Kabupaten Karawang Kecamatan Pangkalan Gunung Sanggabuwana

b. Penetapan kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara

Kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, meliputi:

1. Lanud Husein Sastranegara Kecamatan Andir, Kota Bandung

2. Sulaeman Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung

3. Suryadarma Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang

Page 37: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 37

4. Atang Sanjaya Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogor

5. Penggung Kota Cirebon

6. Sukani Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka

7. Nusawiru Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis

8. Wiryadinata Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Tasikmalaya

9. Pameungpeuk, Kecamatan pameungpeuk Kabupaten Garut

10. Kawasan pendidikan/latihan militer TNI AU Detasemen Bravo di

Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.

c. Penetapan kawasanpangkalan TNI Angkatan Laut

Kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, meliputi :

1. Lanal Bandung di Kota Bandung,

2. Posal Palabuhanratu dan Puslatpur Marinir TNI AL Antralim di Kabupaten

Sukabumi,

3. Posal Pangandaran di Kabupaten Ciamis,

4. Lanal Cirebon di Kota Cirebon,

5. Posal Gebang di Kabupaten Cirebon,

6. Posal Eretan di Kabupaten Indramayu,

7. Posal Blanakan di Kabupaten Subang,

8. Kawasan latihan pendaratan di Pantai Santolo Kecamatan Pameungpeuk

Kabupaten Garut

Kawasan Pos Polair, meliputi :

1. Pos Polair Cirebon dengan Sub Pos Kejawanan, Gebang,Bondet, Dadap,

Eretan,Mayangan, dan Ciparage

2. Pos Polair Pelabuhanratu dengan Sub Pos Cisolok,Ujunggenteng, dan

Ciwaru

3. Pos Polair Pangandaran dengan Sub Pos Kalipucang,Pangandaran, Parigi,

Batukaras, dan Pameungpeuk

d. Penetapan lokasi kawasan pendidikan/latihan POLRI

Kawasan pendidikan/latihan POLRI, meliputi :

Page 38: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 38

1. SPN Cisarua, Lembang di Kabupaten Bandung Barat berada dibawah naungan

Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat

2. SPN Lido di Kabupaten Bogor berada di bawah naungan Kepolisian Daerah Metro

Jaya

3. Secapa Polri di Kota Sukabumi berada di bawah naunganLembaga Pendidikan dan

Latihan Markas Besar Polri

e. Penetapan lokasi kawasan militer lainnya

Kawasan militer dan kepolisian lainnya, meliputi :

1. Kodam, Korem, dan Koramil

2. Komando Pendidikan dan Latihan TNI-AD dan Satuan Pelaksana dibawahnya,

seperti Pusdik Kav, Pusdiktop, Pusdikzi, dan Pusdik Ajen

3. Pusat Kesenjataan Kavaleri/Pusserkav, Pussen Armed, Pussen Arhanud, dan

Pusenif

4. Secapa TNI AD dan Resimen Induk Komando Daerah Militer/Rindam

5. Pangkalan Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Kabupaten Garut

Page 39: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 39

Tabel 6.12 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP)

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 54 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 54 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SUMBERDAYA AIR

Pasal 54 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 54 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 54 ayat 3e

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 54 ayat 3f

WP Bodebekpunjur 1 Kota Bogor Pembangunan jalan

tol Bogor Ring Road, Depok-Antasari, Jagorawi-Cinere, Cimanggis-Cibitung,Cikarang Tanjungpriok, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu dan Serpong-Cinere.

• Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A,

• Pengembangan KA Perkotaan,

• Peningkatan Jalur KA Antara Kota Bogor-Sukabumi,

• Pembangunan shortcut jalur KA Perkotaan Parung Panjang-Citayam,

• Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan,

• Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi

• Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA

• Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas kota

• Pengembangan hunian vertikal,

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan.

2 Kabupaten Bogor Pembangunan jalan lingkar leuwiliang.

• Peningkatan rel ganda KA Perkotaan Parung Panjang-Tenjo,

• Pengembangan KA Perkotaan,

• Optimalisasi fungsi Pangkalan Udara Atang Sanjaya,

• Pengembangan

• Pembangunan Waduk Ciawi, Narogong, Genteng, Sodong, Tanjung, Parung Badak, Cijuray, dan Cidurian,

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir,

• Pengembangan lapangan panas bumi eksisting di lapangan panas bumi Awi Bengkok dan Gunung Salak

• Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi

• Pengembangan hunian vertikal

• Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi

• Pengolahan Air (IPA)/Water

• Kawasan Industri Sentul,

• Pusat Kawasan Industri Cibinong, terletak di Citeureup-Cileungsi-Klapanunggal-

Page 40: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 40

Angkutan Massal Perkotaan,

• Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

Ciseeng dan Gunung Pancar

• Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi Gunung Gede-Pangrango

• Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA

Treatment Plant(WTP),

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan,

• Pembangunan Pasar Induk Regional.

Gunungputri

3 Kota Bekasi • Peningkatan/ Pembangunan rel ganda KA Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai-Jatinegara-Bekasi),

• Pengembangan KA Perkotaan,

• Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan,

• Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi

• Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA

• Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas kota

• Pengembangan hunian vertikal,

• Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh.

4 Kabupaten Bekasi • Pengembangan Pelabuhan Laut,

• Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A,

• Pengembangan KA Perkotaan,

• Pengembangan Angkutan Massal

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi

• Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA

• Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas kota

• Pengembangan

• Pengembangan hunian vertikal,

• Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air

• Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung

• Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di Cikarang, Cibarusah

Page 41: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 41

Perkotaan, • Peningkatan

prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

pemanfaatan gas alam (SPPBE, LNG Terminal, PLTG, dan LPG plant)

(IPA)/Water Treatment Plant(WTP)

• Kawasan Industri Internasional Bekasi, terletak di Desa Sukaresmi

• Kawasan Industri Jababeka terletak di Cikarang,

• Kawasan Industri Lippo Cikarang, terletak di Cikarang

• Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak di Cikarang,

• Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung

• Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Bertaraf Internasional Marunda

5 Kota Depok • Pembangunan dan penyelenggaraan terminal type A,

• Pengembangan KA Perkotaan,

• Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan,

• Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

• Pembangunan Waduk Limo

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi

• Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA

• Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas kota

• Pengembangan hunian vertikal,

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan,

• Peningkatan kualitas lingkungan

Page 42: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 42

permukiman kumuh

6 Kabupaten Cianjur • Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan,

• Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi

• Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi Gunung Gede-Pangrango

UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGI Pasal 54 ayat 3d • Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi Pengembangan Desa mandiri energi

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 54 ayat 3e • Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun, • Pengembangan pengolahan air limbah yang memperhatikan baku mutu limbah cair dan merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air

limbah industri secara terpusat, terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan sentra industri, • Penataan jaringan drainase perkotaan, • Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN, PKW dan pembangunan sarana olahraga di PKL, • Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, • Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW, • Pengendalian permukiman di kawasan Puncak untuk mendukung fungsi konservasi kawasan, • Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa di kawasan perbatasan

dengan Provinsi Banten dan DKI, serta kawasan rawan bencana, • Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, • Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, • Pembangunan Puskesmas.

Page 43: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 43

Tabel 6.12. Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan)

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 55 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 55 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR Pasal 55 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 55 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 55 ayat 3e

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 55 ayat 3f WP Puwasuka 7 Kabupaten Subang Optimalisasi fungsi

Pangkalan Udara Kalijati.

Pembangunan Waduk Sadawarna, Cilame, Talagaherang, Cipunagara, Kandung dan Bodas

• Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi Sagalaherang dan Tangkubanparahu,

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota,

• Pengembangan secara terkoordinasi pemanfaatan gas alam (SPPBE, PLTG, dan LPG Plant).

8 Kabupaten Karawang Pembangunan jalan lingkar Karawang

• Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional Cilamaya,

• Penyediaan Terminal Tipe A,

• Pembangunan Shortcut Jalur KA Antar Kota Cibungur - Tanjungrasa

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota,

• Pengembangan secara terkoordinasi pemanfaatan gas alam (SPPBE, PLTG, dan LPG Plant).

Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri

• Kawasan Industri KIIC, terletak di Kecamatan Teluk Jambe • Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima, terletak di Kecamatan Teluk Jambe • Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah,

Page 44: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 44

terletak di Kecamatan Cikampek • Kawasan Industri Kujang Cikampek, terletak di Kecamatan Cikampek • Kawasan Industri Mandalapratama Permai, terletak di Kecamatan Cikampek • Kawasan Industri Mitra karawang, terletak di Kecamatan Ciampel • Kawasan Industri Karawang 2000 • Kawasan Industri Suryacipta, terletak di Kecamatan Ciampel • Kawasan Industri Kota Bukit Indah

9 Kabupaten Purwakarta Pembangunan Shortcut Jalur KA Antar Kota Cibungur – Tanjungrasa.

Pengembangan jaringan pipanisasi gas (gas pipeline) dan gas kota.

Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri

• Kawasan Industri Kota Bukit Indah

• Kawasan Industri Lion, terletak di Kecamatan Campaka

Umum PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 55 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 55 ayat 3b

Page 45: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 45

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Cikampek-Purwakarta, • Peningkatan jalur KA lintas Cikampek-Padalarang, termasuk peningkatan spoor emplasemen, • Pembangunan rel ganda parsial antara Purwakarta-Ciganea, • Elektrifikasi rel ganda KA Antar Kota Cikarang-Cikampek, • Peningkatan keandalan sistem jaringan KA lintas utara Jakarta-Cikampek, • Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Surabaya, • Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 55 ayat 3c • Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ,

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir,

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 55 ayat 3d • Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, • Pengembangan pemanfaatan batubara untuk industri, • Pengembangan Desa mandiri energi

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 55 ayat 3e • Pengembangan kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun, • Penataan permukiman kumuh, • Peningkatan pelayanan air bersih berupa pembangunan IPA/WTP dan jaringan pipa distribusi, • Pengembangan pengolahan air limbah, • Penataan jaringan drainase perkotaan, • Peningkatan pengelolaan persampahan, • Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, • Pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, • Pembangunan pusat kebudayaan di PKW, • Pembangunan Pasar Induk Regional di PKW Cikampek-Cikopo, • Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan dan kawasan rawan bencana, • Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, • Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, • Pembangunan Puskesmas.

Page 46: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 46

Tabel6.12 Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan)

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 56 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 56 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SUMBERDAYA AIR Pasal 56 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 56 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI

Pasal 56 ayat 3e

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 56 ayat 3f

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 56 ayat 3g WP Ciayumajakuning 10 Kabupaten Cirebon • Pengembangan

PLTU, • Pengembangan

Sumber Energi Panas Bumi Gunung Kromong,

• Pengembangan pemanfaatan batubara untuk industri dan pembangkit listrik.

V • Pembangunan tempat pengelolaan sampah regional,

• Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Regional.

11 Kota Cirebon • Pembangunan jalan tol Kanci-Pejagan,

• Pembangunan jalan lingkar selatan.

• Optimalisasi fungsi Bandara Cakrabuwana (Penggung) sebagai Pusat Persebaran Tersier,

• Penyediaan Terminal Tipe A,

• Peningkatan kapasitas dan fungsi Pelabuhan Internasional Arjuna,

V Pengembangan hunian vertikal

12 Kabupaten Indramayu Terminal Tipe B • Pengembangan PLTU,

• Pengembangan pemanfaatan

V Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Beras Regional

Page 47: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 47

batubara untuk industri dan pembangkit listrik.

13 Kabupaten Majalengka Pembangunan jalan lingkar Kadipaten

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), terletak di Kertajati sebagai Pusat Persebaran Sekunder,

V Pembangunan kawasan permukiman di Kertajati Aerocity

Pengembangan Kawasan Industri Kertajati Aerocity

14 Kabupaten Kuningan Terminal Tipe B Pembangunan Waduk Lapangan Cinunjang

Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi Sangkan Hurip Gunung Ciremai

V

15 Kabupaten Sumedang • Pembangunan Waduk Cipasang, Kadumanik, Cipanas, dan Cipanas Saat,

• Pembangunan Daerah Irigasi Rengrang

• Pengembangan PLTA Waduk Jatigede,

• Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi Tampomas.

V

UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 56 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 56 ayat 3b • Pengembangan sistem angkutan umum massal di PKN Cirebon, • Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan Kota Indramayu –Jatibarang, • Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan Kota Kadipaten-Cirebon, • Reaktivasi jalur KA Antar Kota Cirebon-Kadipaten-Kertajati, • Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas utara yang menghubungkan kota-kota Cikampek-Jatibarang-Cirebon, • Peningkatan prasarana lalulintas dan angkutan jalan.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 56 ayat 3c • Revitalisasi dan optimalisasi waduk dan danau/situ, • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir, • Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 56 ayat 3d • Pengembangan jaringan pipa gas regional dan gas kota,

Page 48: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 48

• Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, • Pengembangan Desa mandiri energi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 56 ayat 3f • Pengembangan kawasan siap bangun /lingkungan siap bangun, • Peningkatan pelayanan air bersih berupa pembangunan IPA/WTP dan jaringan pipa distribusi, • Peningkatan sistem pengelolaan air limbah, • Penataan jaringan drainase perkotaan, • Penataan permukiman kumuh, • Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN dan PKW dan sarana olahraga di PKL, • Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, • Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW, • Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, desa perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, permukiman kumuh nelayan, dan

kawasan rawan bencana, • Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana, • Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, • Pembangunan Puskesmas.

Page 49: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 49

Tabel 6.12.Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan)

NO. KOTA/KABUPATEN RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 57 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 57 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SUMBERDAYA AIR Pasal 57 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 57 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI

Pasal 57 ayat 3e

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 57 ayat 3f

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 57 ayat 3g WP Priangan Timur - Pangandaran 16 Kabupaten Garut • Pembangunan

Waduk Cibatarua, • Pembangunan

Daerah Irigasi Leuwigoong

Pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi Kawah Drajat, Kawah Kamojang, Papandayan, Cilayu, Ciarinem, Cikuray dan Guntur Masigit

V

17 Kabupaten Tasikmalaya

Optimalisasi fungsi Bandara Nusawiru di Pangandaran sebagai Pusat Persebaran Tersier dan Pangkalan Udara Cibeureum

Pembangunan Waduk Ciwulan

Pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi Karaha Bodas, Gunung Galunggung, Cipacing, Ciheras, Cigunung, Cibalong, Cipanas-Ciawi dan Cakrabuana

V

18 Kota Tasikmalaya Pengelolaan Terminal Tipe A

V Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di Pangandaran

19 Kabupaten Ciamis Pembangunan Waduk Lapangan Gagah Jurit, Sukahurip, Hyang, Cikembang dan Leuwikeris

Pengembangan pemanfaatan sumber energi panas bumi Gunung Sawal

V

20 Kota Banjar V Peningkatan sistem pengelolaan air

Page 50: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 50

limbah di Pangandaran

UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 57 ayat 3a Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 57 ayat 3b • Reaktivasi jalur KA Antar Kota Banjar-Cijulang, • Reaktivasi jalur KA Cikajang-Cibatu, • Pembangunan dan peningkatan sitem jaringan jalur KA lintas utara-selatan antara Galunggung-Tasikmalaya, • Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 57 ayat 3c • Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ, • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir, • Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 57 ayat 3d • Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, • Pengembangan infrastruktur pemanfaatan gas alam, • Pengembangan Desa mandiri energi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 57 ayat 3f • Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun, • Pengembangan sistem pelayanan air bersih, • Penataan permukiman kumuh, • Penataan jaringan drainase perkotaan, • Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, • Pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, • Pembangunan pusat kebudayaan di PKNp, • Pembangunan pusat rekreasi terpadu skala nasional dan internasional di PKNp, • Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa di wilayah perbatasan dengan Provinsi Jawa

Tengah dan kawasan rawan bencana, • Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan penanggulangan bencana, • Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, • Pembangunan Puskesmas.

Page 51: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 51

Tabel 6.12. Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan)

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP)

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 58 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 58 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SUMBERDAYA AIR

Pasal 58 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 58 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI Pasal 58 ayat 3e

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 58 ayat 3f

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 58 ayat 3g

WP Sukabumi

20 Kota Sukabumi Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi

Pembangunan Terminal Tipe A

V • Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih,

• Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di Palabuhanratu.

21 Kabupaten Sukabumi Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi

Pembangunan Pangkalan Udara Citarate

Pembangunan Waduk Citepus, Waduk Ciletuh, Waduk Cikarang, Waduk Cikaso, Waduk Warungkiara dan Waduk Cibareno

Pengembangan lapangan panas bumi Cisolok-Cisukarame

V • Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih,

• Penyediaan TPA sampah regional.

Pembangunan Kawasan Industri Ciambar

Sebagian Kabupaten Cianjur

Pembangunan jalan lingkar

Pembangunan Waduk Cibuni dan

• Pengembangan PLTA pump

V • Pengembangan kawasan siap

Page 52: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 52

Cianjur Waduk Cimaskara storage Cisokan, • Prospek panas

bumi di Tanggeung-Cibungur dan Cipanas-Pacet

bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih.

UMUM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JALANPasal 58 ayat 3a: Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGANPasal 58 ayat 3b • Pembangunan Terminal Tipe B di Palabuhanratu, • Peningkatan kapasitas pelabuhan laut perikanan samudera di Palabuhanratu, • Peningkatan sarana dan prasarana lalulintas angkutan jalan dan alur pelayaran di wilayah Sukabumi Selatan, • Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan kota-kota Bogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang, • Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIRPasal 58 ayat 3c • Revitalisasi dan optimalisasi fungsi situ dan embung, • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir, • Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGIPasal 58 ayat 3d • Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi, • Pengembangan pemanfaatan batubara untuk pembangkit listrik, • Pengembangan infrastruktur pemanfaatan gas alam, • Pengembangan Desa mandiri energi.

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMANPasal 58 ayat 3f • Pengembangan permukiman perkotaan yang memperhatikan prinsip konservasi, • Penataan permukiman kumuh, • Penataan jaringan drainase perkotaan, • Pembangunan kawasan olahraga di PKW dan sarana olahraga di PKL, • Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKNp, Rumah Sakit Tipe B di PKW, dan Rumah Sakit Tipe C di PKL, • Pembangunan pusat kebudayaan di PKW dan PKNp, • Pembangunan pasar induk regional di Palabuhanratu, • Pembangunan pusat bisnis kelautan di PKNp, • Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, desa perbatasan dengan Provinsi Banten, permukiman kumuh nelayan,

dan kawasan rawan bencana, • Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan penanggulangan bencana, • Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar, • Pembangunan Puskesmas.

Page 53: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 53

Tabel6.12 Rencana Wilayah Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Lanjutan)

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI (WP) PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

JALAN Pasal 59 ayat 3a

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN Pasal 59 ayat 3b

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SUMBERDAYA AIR Pasal 59 ayat 3c

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

ENERGI Pasal 59 ayat 3d

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN Pasal 59 ayat 3e

OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 59 ayat 3f WP KK Cekungan Bandung

22 Kota Bandung Pembangunan/ pengembangan KA perkotaan

• Pengembangan energi dari sampah TPA,

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota.

Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan

23 Kabupaten Bandung Pembangunan jalan lingkar Majalaya dan Banjaran

Pembangunan Waduk Sukawana, Santosa, Ciwidey, Cimeta, Cikapundung, Citarik dan Tegalluar

• Peningkatan energi panas bumi di Cibuni, Patuha, Wayang Windu, Kamojang, Papandayan, Tampomas, Gunung Malabar,

• Pengembangan energi dari sampah TPA,

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota.

Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan

Pengembangan Kawasan Industri Rancaekek

24 Kabupaten Bandung Barat

• Peningkatan energi panas bumi di Tangkubanparahu

• Pengembangan energi dari sampah TPA,

Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun

Page 54: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 54

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota.

25 Kota Cimahi • Pengembangan energi dari sampah TPA,

• Pengembangan jaringan pipanisasi gas regional dan gas kota.

Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan

UMUM • Pembangunan jalan tol Soreang-Pasirkoja, jalan tol dalam Kota Bandung (Terusan Pasteur-Ujungberung-Cileunyi) dan Ujungberung-Gedebage-Majalaya,

• Pembangunan jalan alternatif Bandung-Lembang,

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis.

• Pembangunan jalur ganda KA Perkotaan Kiaracondong-Rancaekek-Cicalengka,

• Elektrifikasi jalur KA Perkotaan Padalarang-Kiaracondong- Cicalengka,

• Reaktivasi jalur KA Perkotaan Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari,

• Reaktivasi jalur KA Perkotaan Cikudapateuh-Soreang-Ciwidey,

• Pembangunan DT Bandung Urban Railway Transport Development, Electrification Padalarang-Cicalengka Line,

• Pembangunan

• Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ,

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir,

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

• Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi,

• Pemanfaatan batubara untuk industri,

• Pengembangan Desa mandiri energi.

• Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor,

• Peningkatan pengelolaan persampahan, revitalisasi TPA Leuwigajah, optimalisasi TPK Sarimukti, dan operasionalisasi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Legok Nangka,

• Peningkatan pelayanan air bersih,

• Peningkatan pengolahan air limbah,

• Penataan permukiman kumuh,

• Penataan jaringan drainase perkotaan,

• Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN dan PKW dan sarana olahraga di PKL,

• Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di

Page 55: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 55

Terminal Tipe A, • Pengembangan

sistem angkutan umum massal perkotaan,

• Optimalisasi fungsi Bandara Husein Sastranegara sebagai Pusat Persebaran Tersier,

• Peningkatan prasarana lalulintas dan angkutan jalan.

PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL,

• Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW,

• Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, dan kawasan rawan bencana,

• Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi terutama di WP KK Cekungan Bandung bagian utara dan selatan,

• Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar,

• Pembangunan Puskesmas.

Page 56: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 56

Tabel 6.13. Keterkaitan Fungsional Antar WP

KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP

NO. KOTA/KABUPATEN

RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM

PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR

WILAYAH Pasal 60a

RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN

DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Pasal 60b

RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP DALAM PEMBANGUNAN

DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Pasal 60c

RENCANA KETERKAITAN FUNGSIONAL ANTAR WP

DALAM PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN

INFRASTRUKTUR WILAYAH Pasal 60d

1. WP Bodebekpunjur • Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek-Palimanan (Cikapali)

• Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten-Cirebon

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung

• Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung

• Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara

• Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat

• Pembangunan jalan Tol Ciawi-Sukabumi, jalan Tol Sukabumi-Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu-Cikidang-Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta

• Revitalisasi jalur KA Antar Kota Bandung-Sukabumi-Bogor

2. WP Puwasuka • Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu)

Page 57: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 57

dan jalan Tol Cikopo/Cikampek-Palimanan (Cikapali)

• Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten-Cirebon

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung

• Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung

• Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara

• Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat

3. WP Ciayumajakuning • Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek-Palimanan (Cikapali)

• Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten-Cirebon

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung

• Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Nagreg-Ciamis-Banjar

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung-Tasikmalaya-Banjar

• Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis-Cikijing-Cirebon

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

Page 58: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 58

• Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung

• Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara

• Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat

4. WP Priangan Timur - Pangandaran

• Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Nagreg-Ciamis-Banjar

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung-Tasikmalaya-Banjar

• Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis-Cikijing-Cirebon

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan lintas selatan

• Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan

• Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya

5. WP Sukabumi • Pembangunan jalan lintas selatan

• Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan

• Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya

• Pembangunan jalan Tol Ciawi-Sukabumi, jalan Tol Sukabumi-Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu-Cikidang-Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta

• Revitalisasi jalur KA Antar Kota Bandung-Sukabumi-Bogor

6. WP KK Cekungan Bandung

• Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan jalan Tol Cikopo/Cikampek-Palimanan (Cikapali)

• Pembangunan jalan kolektor primer lintas utara

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Nagreg-Ciamis-Banjar

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Bandung-Tasikmalaya-Banjar

• Peningkatan jalan poros timur di jalur Pangandaran-Ciamis-

• Pembangunan jalan lintas selatan

• Peningkatan status jalan lintas selatan menjadi jalan nasional

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Penyelesaian penanganan jalan dan jembatan di bagian selatan

• Pembangunan jalan Tol Ciawi-Sukabumi, jalan Tol Sukabumi-Ciranjang, dan jalan Tol Ciranjang-Padalarang

• Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan poros barat di jalur Palabuhanratu-Cikidang-

Page 59: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 59

• Pembangunan jalur KA Antar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten-Cirebon

• Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas selatan yang menghubungkan kota-kota Purwakarta-Bandung

• Pembangunan jalur KA cepat lintas Jakarta-Bandung

• Pembangunan rel ganda parsial jalur KA Cisomang-Cikadondong

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi di bagian utara

• Pembangunan pipanisasi gas alam jalur South Sumatera West Java (SSWJ) dan Trans Line Jawa Barat

Cikijing-Cirebon • Peningkatan kapasitas dan

kondisi ruas jalan strategis

• Pembangunan jalan poros tengah di jalur Bandung- Pangalengan-Rancabuaya

Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta • Revitalisasi jalur KA Antar Kota

Bandung-Sukabumi-Bogor

Page 60: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 60

Gambar 6.3. Peta Rencana Pengembangan Infrastruktur Strategis

Page 61: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 61

Gambar 6.4. Peta Rencana Infrastruktur Jalan dan Perhubungan

Page 62: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 62

Gambar 6.5. Peta Rencana Infrastruktur Sumber Day Air dan Irigasi

Page 63: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 63

Gambar 6.6. Peta Rencana Infrastruktur Energi Terbarukan

Page 64: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 64

Gambar 6.7. Peta Rencana Infrastruktur Permukiman

Page 65: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 65

TABEL 6.14 RENCANA PROPORSI LUAS KAWASAN LINDUNG SETIAP KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN RENCANA POLA RUANG PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029

Kabupaten/Kota Luas GIS (Ha)

KL Hutan KL Non Hutan Proporsi KL Total

(%) Hutan

Konservasi Hutan

Lindung Proporsi KL Hutan (%)

Sesuai Utk

Hutan Lindung

Resapan Air

Perlindungan Geologi

Rawan Letusan

Gunung Api

Rawan Gerakan

Tanah

Rawan Tsunami

Proporsi KL Non

Hutan (%)

BOGOR

297.646,5

41.827,8

-

14,05

1.335,1

40.168,9

1.248,6

-

42.526,7

-

28,65

42,70

SUKABUMI

416.173,5

48.045,9

2.062,2

12,04

7.022,6

32.501,0

14.169,2

1.519,1

97.081,2

8.850,1

38,72

50,76

CIANJUR

361.435,5

21.359,0

24.838,0

12,78

12.595,6

19.503,4

89,6

5.247,5

119.469,6

7.508,4

45,49

58,27

BANDUNG

172.663,3

15.991,8

33.483,2

28,65

1.344,8

59.768,3

-

37,3

10.924,4

-

41,74

70,40

BANDUNG BARAT

129.601,1

454,8

19.463,4

15,37

815,5

11.136,7

340,6

4.881,1

37.011,4

-

41,81

57,18

GARUT

311.007,5

15.799,2

75.742,8

29,43

10.221,7

54.922,1

56,2

21.576,6

70.842,1

3.975,5

51,96

81,39

TASIKMALAYA

270.969,8

25,9

16.844,1

6,23

7.909,2

13.417,8

25.274,2

8.806,4

96.496,2

5.525,4

58,10

64,32

CIAMIS

273.251,0

5.863,0

-

2,15

2.272,3

9.182,3

16.079,9

-

69.660,7

13.115,2

40,37

42,52

KUNINGAN

121.501,0

9.860,8

-

8,12

2.645,1

5.726,7

-

4.958,2

24.713,6

-

31,31

39,43

CIREBON

107.195,9

13,9

-

0,01

52,8

59,2

188,3

108,1

2.516,5

-

2,73

2,74

MAJALENGKA

130.938,5

5.019,6

4.935,5

7,60

524,9

23.764,5

-

4.630,9

12.437,5

-

31,59

39,19

SUMEDANG

156.343,9

10.636,8

9.276,6

12,74

1.033,2

18.475,7

-

-

34.218,0

-

34,36

47,10

INDRAMAYU

210.158,7

-

8.023,9

3,82

-

8.805,1

-

-

14,0

-

4,20

8,01 SUBANG 217.438,7 1.917,2 13.290,4 6,99 206,2 72.047,4 - 15.335,9 9.618,9 - 44,71 51,70

Page 66: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 66

Kabupaten/Kota Luas GIS (Ha)

KL Hutan KL Non Hutan Proporsi KL Total

(%) Hutan

Konservasi Hutan

Lindung Proporsi KL Hutan (%)

Sesuai Utk

Hutan Lindung

Resapan Air

Perlindungan Geologi

Rawan Letusan

Gunung Api

Rawan Gerakan

Tanah

Rawan Tsunami

Proporsi KL Non

Hutan (%)

PURWAKARTA

99.400,4

2.677,3

373,0

3,07

363,0

31.695,4

125,1

-

14.047,5

-

46,51

49,58

KARAWANG

191.898,8

-

9.325,7

4,86

22,5

23.107,2

1.012,9

-

2.768,4

-

14,02

18,88

BEKASI

126.470,9

-

6.381,6

5,05 0

116,4

3,3

-

1.401,4

-

1,20

6,25

KOTA BOGOR

11.771,0

-

-

-

-

-

-

-

269,3

-

2,29

2,29

KOTA SUKABUMI

4.883,9

-

-

-

-

-

3,5

74,5

534,0

-

12,53

12,53

KOTA BANDUNG

17.243,9 -

- -

-

35,6

-

83,4

1.259,6

-

7,99 7,99

KOTA CIREBON

3.899,1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

KOTA BEKASI

21.564,8

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

KOTA CIMAHI

4.445,5

-

-

-

-

57,6

-

98,0

212,3

-

8,28

8,28

KOTA DEPOK

20.277,2

7,6

-

0,04

-

-

-

-

-

-

-

0,04 KOTA TASIKMALAYA

18.498,2

-

-

-

1,3

-

-

694,6

1.516,3

-

11,96

11,96

KOTA BANJAR

13.382,7

-

-

-

13,6

-

-

-

1.109,9

-

8,40

8,40

Catatan Sumber Data:

− Kawasan Hutan Negara, berdasarkan Surat Menhut No. S.276/Menhut-VII/2010 berupa Peta Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Barat yang diperbarui dengan basis Peta Dasar Tematik Kehutanan (PDTK)

− Daerah Rawan Bencana (Gempa, Gerakan Tanah, Gunung Api, Tsunami) Badan Geologi Departemen ESDM − Skoring Kawasan Lindung (berdasarkan Kelas Lereng, Kelas Tanah dan Kelas Hujan) kriteria berdasarkan SK Mentan 837 /KPTS/UM/11/1980 − Kriteria Kawasan Lindung berdasarkan PP No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional − Kawasan Sawah, Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000, Bakosurtanal − Permukiman Perkotaan dan Perdesaan, Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Barat, berdasarkan Data RBI Bakosurtanal

Page 67: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 67

6.4. Matrik Dampak Keterkaitan KRP dengan Isu Lingkungan

Strategis

6.4.1. Cara Penilaian

Kategori dampak lingkungan terdiri dari dampak negatif dan dampak positif.

Dampak positif dinilai 1 sampai 3, dengan pengertian dampak positif kecil sampai dampak

positif besar. Dampak negatif dinilai -1 sampai -3 dengan pengertian dampak negatif kecil

sampai dengan dampak negatif besar. Kriteria skala dampak adalah sebagai berikut:

a. Nilai 0 = tidak berdampak atau tidak berkaitan dengan isu lingkungan hidup

b. Nilai 1 = dampak kecil

c. Nilai 2 = dampak sedang

d. Nilai 3 = dampak besar

Penilaian besarnya dampak dilakukan dengan cara menjumlahkan semua dampak

lingkungan yang ada pada suatu KRP. KRP masing masing sektor dinilai keterkaitan

dampaknya dengan issue utama yang selanjutnya dilakukan penjumlahan total, sehingga

menghasilkan besar dan kecilnya dampak lingkungan.

6.4.2. Keterkaitan Kebijakan Rencana dan Program terhadap Isu

Lingkungan

1. KRP PR-2 Kawasan Industri (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya)

memiliki nilai dampak negatif -25, yakni dampak negatif terhadap

permasalahan lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap permasalahan

Penataan Ruang dengan nilai -2.

Rencana Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap Sumber Daya Hutan

dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat mengurangi luas dan fungsi kawasan

hutan dan lahan.

Rencana Kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap berkurangnya

sumberdaya pesisir dengan nilai -3. Pengembangan industri di kawasan pantai

utara dapat mengurangi potensi sumber daya pesisir yakni berkurangnya potensi

perikanan tambak.

Page 68: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 68

Rencana Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber daya

pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya konversi lahan

menjadi kawasan industri mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

Rencana kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber daya

air dengan nilai -3, industri yang menghasilkan limbah cair memberikan dampak

terhadap menurunnya kualitas air sungai.

Rencana kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber daya

energi dengan nilai -3, industri memberikan dampak terhadap peningkatan

kebutuhan sumberdaya energi (listrik,batubara).

Rencana kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap masalah lingkungan

permukiman dengan nilai -2, pengembangan kawasan industri yang menghasilkan

limbah cair dapat mempengaruhi lingkungan permukiman sekitarnya, dan konversi

lahan permukiman menjadi industri

Rencana kawasan industri tidak memiliki dampak terhadap masalah lingkungan

industri dengan nilai 0.

Rencana kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap masalah perhubungan

dengan nilai -3, pengembangan kawasan industri dapat meningkatkan bangkitan

lalulintas pada wilayah tersebut sehingga dapat menimbulkan kemacetan lalu

lintas.

Rencana kawasan industri memiliki dampak negatif terhadap masalah pencemaran

udara dan perubahan iklim dengan nilai -3, Kegiatan industri dapat menghasilkan

emisi udara ambient yang dapat menimbulkan pencemaran udara dan

mempengaruhi perubahan iklim.

2. KRP PR-2 Kawasan Perdagangan dan Jasa (Rencana Pola Ruang Kawasan

Budidaya) memiliki nilai dampak negatif - 12, yakni dampak negatif

terhadap permasalahan lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai -2.

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap Sumber

Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -2, karena dapat mengurangi luas dan fungsi

kawasan hutan dan lahan.

Page 69: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 69

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak positif terhadap

peningkatan potensi sumberdaya pesisir dengan nilai 2. Pengembangan kawasan

perdagangan dan jasa meningkatkan distribusi potensi sumberdaya pesisir.

Rencana Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber

daya pangan dengan nilai -2, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya konversi

lahan menjadi kawasan perdagangan dan jasa.

Rencana Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber

daya air dengan nilai -2, industri yang menghasilkan limbah cair memberikan

dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai.

Rencana kawasan Perdagangan dan Jasa tidak memiliki dampak terhadap masalah

sumber daya energi dengan nilai 0

Rencana kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap masalah

lingkungan permukiman dengan nilai -2, pengembangan kawasan Perdagangan

dan Jasa yang menghasilkan limbah cair dapat mempengaruhi lingkungan

permukiman sekitarnya, dan konversi lahan permukiman menjadi industri.

Rencana kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap masalah

lingkungan permukiman dengan nilai -2, pengembangan kawasan Perdagangan

dan Jasa yang menghasilkan limbah cair dapat mempengaruhi lingkungan

permukiman sekitarnya, dan konversi lahan permukiman menjadi industri

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa tidak memiliki dampak terhadap masalah

Lingkungan Industri dengan nilai 0

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap

masalah perhubungan dengan nilai -3, Kegiatan kawasan Perdagangan dan Jasa

meningkatkan bangkitan lalulintas pada wilayah tersebut sehingga dapat

menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa memiliki dampak negatif terhadap

masalah pencemaran udara dan perubahan iklim dengan nilai -1, aktifitas

transportasi pada Kawasan Kegiatan Perdagangan dan Jasa dapat menghasilkan

emisi udara ambient yang dapat menimbulkan pencemaran udara dan

mempengaruhi perubahan iklim.

Page 70: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 70

3. KRP PR-3 Kawasan Industri Menengah (Rencana Pola Ruang Kawasan

Budidaya) memiliki nilai dampak negatif - 14, yakni dampak negatif

terhadap permasalahan lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap Sumber

Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat menurunnya Sumber Daya

Hutan dan lahan.

Rencana Kawasan Industri Menengah tidak memiliki dampak terhadap masalag

sumberdaya pesisir dengan nilai 0.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya

konversi lahan menjadi kawasan industri menengah.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya air dengan nilai -3, industri yang menghasilkan limbah cair

memberikan dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya energi dengan nilai -3, kawasan industri menengah memberikan

dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi (listrik,batubara).

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

lingkungan permukiman dengan nilai -3, pengembangan kawasan industri yang

menghasilkan limbah cair dapat mempengaruhi lingkungan permukiman sekitarnya,

dan konversi lahan permukiman menjadi industri

Rencana kawasan industri tidak memiliki dampak terhadap masalah lingkungan

industri dengan nilai 0.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

perhubungan dengan nilai -2, pengembangan kawasan industri dapat

meningkatkan bangkitan lalulintas pada wilayah tersebut sehingga dapat

menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Kawasan Industri Menengah memiliki dampak negatif terhadap masalah

pencemaran udara dan perubahan iklim dengan nilai -3, Kegiatan Kawasan Industri

Menengah industri dapat menghasilkan emisi udara ambient yang dapat

menimbulkan pencemaran udara dan mempengaruhi perubahan iklim, emisi

dihasilkan dari industri dan transportasi sekitar kawasan industri.

Page 71: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 71

4. KRP PR-3 Kawasan Permukiman (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya)

memiliki nilai dampak negatif - 14, yakni dampak negatif terhadap

permasalahan lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap permasalahan

Penataan Ruang dengan nilai -2.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap Sumber Daya

Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat menurunnya Sumber Daya Hutan

dan lahan.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak terhadap masalah sumberdaya

pesisir dengan nilai -2. Karena dapat menurunnya sumber pesisir seperti perubahan

lahan pertanian di pesisir, dan tambak menjadi permukiman

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber

daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya konversi

lahan menjadi permukiman.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber

daya air dengan nilai -3, permukiman menghasilkan limbah domestik memberikan

dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap masalah sumber

daya energi dengan nilai -3, kawasan permukiman memberikan dampak terhadap

peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak positif terhadap masalah

lingkungan industri dengan nilai 2, pengembangan kawasan industri meningkatkan

kebutuhan perumahan bagi karyawan industri.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak positif terhadap peningkatan

kebutuhan permukiman penduduk dan mengurangi dampak pertumbuhan

permukiman kumuh/marginal dengan nilai 3.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap masalah

perhubungan dengan nilai -3, kawasan permukiman meningkatkan jumlah

transportasi di wilayah sekitarnya dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Kawasan Permukiman memiliki dampak negatif terhadap masalah

Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan nilai -2, pengembangan kawasan

permukiman melakukan perubahan lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan

terbangun, dapat menimbulkan perubahan iklim. Pengembangan permukiman

disertai peningkatan volume lalu lintas akan menimbulkan pencemaran udara.

Page 72: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 72

5. KRP PR-2 Kawasan Pertambangan (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya)

memiliki nilai dampak negatif - 11, yakni dampak negatif terhadap

permasalahan lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap permasalahan

Penataan Ruang dengan nilai -2.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap Sumber Daya

Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat merusak Sumber Daya Hutan dan

lahan.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif masalah sumberdaya

pesisir dengan nilai -3. Karena dapat menurunnya sumber pesisir seperti perubahan

lahan pertanian di pesisir, dan tambak. Contoh kasus kerusakan sundjunes sebagai

benteng pasir alami pada pesisir selatan akibat pertambangan pasir besi dapat

meningkatkan dampak tsunami, dan gelombang pasang serta kerusakan bentang

alam dan lahan produktif.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya

konversi lahan menjadi pertambangan.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya air dengan nilai -3, eksplorasi tambang dapat merusak sumber mata

air dan tata air sekitarnya.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak positif terhadap pemenuhan

kebutuhan sumber daya energi dengan nilai 3, kawasan jenis tambang tertentu

memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan energi.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak positif terhadap kebutuhan

pembangunan lingkungan industri dengan nilai 3, bahan tambang dapat

menopang kebutuhan industri yang berbasis hasil tambang.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak positif terhadap peningkatan

kebutuhan pembangunan permukiman dengan nilai 3.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap masalah

perhubungan dengan nilai -3, alat transportasi pengangkut hasiul tambang dapat

menimbulkan kerusakan jalan dan menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Kawasan Pertambangan memiliki dampak negatif terhadap masalah

Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan nilai -3, Transportasi

pengangkutan hasil tambang dapat menimbulkan polusi udara. Pembukaan lahan

Page 73: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 73

untuk tambang dapat merusak vegetasi yang ada sehingga dapat menimbulkan

perubahan iklim yang ada disekitarnya.

6. Pengembangan Infrastruktur Permukiman KRP PR-7 Priangan Timur, PR-8;

Wilayah Sukabumi; PR-6 CIAYUMAJAKUNING; PR-5 PURWASUKA; PR-6

BODOBEKPUNJUR (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai

dampak negatif -2, yakni dampak negatif terhadap permasalahan

lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Pengembangan infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman tidak memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumberdaya pesisir dengan nilai -3. Karena dapat menurunnya

sumber daya pesisir seperti perubahan lahan pertanian di pesisir, dan tambak

menjadi lahan terbangun untuk permukiman

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan

pertanian akibat adanya konversi lahan menjadi permukiman.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap masalah sumber daya air dengan nilai 2, peningkatan IPAL dapat

mengurangi pencemaran air, dan pembangunan jaringan drainase untuk

mengatasi permasalahan banjir.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya energi dengan nilai -3, kawasan permukiman

memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak Positif

terhadap masalah lingkungan industri dengan nilai 2, pengembangan kawasan

industri meningkatkan kebutuhan perumahan bagi karyawan industri sehingga

dapat mengurangi permukiman kumuh di sekitar wilayah yang ada.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap peningkatan kebutuhan permukiman penduduk dan mengurangi dampak

pertumbuhan permukiman kumuh/marginal dengan nilai 3.

Page 74: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 74

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah perhubungan dengan nilai -3, Jalan lingkungan permukiman

pada kawasan permukiman, pusat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dapat

meningkatkan volume lalu lintas di wilayah sekitarnya dan dapat menimbulkan

kemacetan lalu lintas.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memilliki dampak positif

terhadap masalah pengendalian Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan

nilai 3, pengelolaan sampah yang benar sebagai infrastruktur permukiman

dapat mengurangi pencemaran udara, pencemaran akibat limbah padat, IPAL

domestik mampu mengendalikan limbah domestik.

7. Pengembangan Infrastruktur Permukiman KRP PR-9 CEKUNGAN BANDUNG

(Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai dampak negatif -1,

yakni dampak negatif terhadap permasalahan lingkungan hidup, dengan

rincian sebagai berikut:

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Pengembangan infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman tidak memiliki dampak terhadap

masalah sumberdaya pesisir dengan nilai 0 karena Wilayah Cekungan Bandung

tidak memiliki pesisir pantai.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan

pertanian akibat adanya konversi lahan menjadi permukiman.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap masalah sumber daya air dengan nilai 2, peningkatan IPAL dapat

mengurangi pencemaran air, dan pembangunan jaringan drainase untuk

mengatasi permasalahan banjir.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya energi dengan nilai -3, kawasan permukiman

memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Page 75: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 75

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap masalah lingkungan industri dengan nilai 2, pengembangan kawasan

industri meningkatkan kebutuhan perumahan bagi karyawan industri sehingga

dapat mengurangi permukiman kumuh di sekitar wilayah yang ada.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak positif

terhadap peningkatan kebutuhan permukiman penduduk dan mengurangi dampak

pertumbuhan permukiman kumuh/marginal dengan nilai 3.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memiliki dampak negatif

terhadap masalah perhubungan dengan nilai -3, Jalan lingkungan permukiman

pada kawasan permukiman, pusat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dapat

meningkatkan volume lalu lintas di wilayah sekitarnya dan dapat menimbulkan

kemacetan lalu lintas.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman memilliki dampak positif

terhadap masalah pengendalian Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan

nilai 3, pengelolaan sampah yang benar sebagai infrastruktur permukiman

dapat mengurangi pencemaran udara, pencemaran akibat limbah padat, IPAL

domestik mampu mengendalikan limbah domestik.

8. Optimalisasi Kawasan Industri KRP PR-7 Wilayah Priangan Timur-

Pangandaran, PR-6 Wilayah CIAYUMAJAKUNING, PR-5 Wilayah PURWASUKA

(Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai dampak negatif -17,

yakni dampak negatif terhadap Permasalahan lingkungan hidup, dengan

rincian sebagai berikut:

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Optimalsiasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Optimasalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

masalah sumberdaya pesisir dengan nilai -3. Pembangunan industri pengolahan

akan merusak sumberdaya pesisir sekitarnya.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya

Page 76: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 76

konversi lahan menjadi Kawasan Industri akan mempengaruhi ketahanan pangan

nasional.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya air dengan nilai -3, peningkatan kapasitas industri memberikan

dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai, serta peningkatan pemanfaatan

sumber air yang berlebihan melebihi ketersediaan air yang ada.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya energi dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri memberikan

dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positifterhadap masalah

lingkungan industri dengan nilai 3, optimalisasi kawasan industri dapat

meningkatkan pertumbuhan prekonomian industri secara umum di wilayah yang

ada.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

peningkatan kebutuhan permukiman dengan nilai -3, sehingga akan berdampak

meningkatnya tekanan lahan sekitarnya .

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

masalah perhubungan dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri pada

penningkatan kapasitas akan meningkatkan volume lalu lintas di wilayah sekitarnya

dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memilliki dampak negatif terhadap masalah

Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan nilai -2 apabila optimalisasi

terhadap kapasitas insutri. Rencana optimalisasi kawasan industri memiliki dampak

positif apabila dilakukan peningkatan terhadap upaya pemanfaatan IPAL, dan

pengendalian emisi udara.

Page 77: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 77

9. Optimalisasi Kawasan Industri KRP PR-9 Wilayah Cekungan Bandung, PR-8

Wilayah Sukabumi (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai

dampak negatif -14, yakni dampak negatif terhadap Permasalahan

lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Optimalsiasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Optimasalisasi Kawasan Industri tidak memiliki dampak terhadap masalah

sumberdaya pesisir dengan nilai 0. Karena tidak memiliki kawasan pesisir.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya

konversi lahan menjadi Kawasan Industri akan mempengaruhi ketahanan pangan

nasional.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya air dengan nilai -3, peningkatan kapasitas industri memberikan

dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai, serta peningkatan pemanfaatan

sumber air yang berlebihan melebihi ketersediaan air yang ada.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya energi dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri memberikan

dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positifterhadap masalah

lingkungan industri dengan nilai 3, optimalisasi kawasan industri dapat

meningkatkan pertumbuhan prekonomian industri secara umum di wilayah yang

ada.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

peningkatan kebutuhan permukiman dengan nilai -3, sehingga akan berdampak

meningkatnya tekanan lahan sekitarnya .

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

masalah perhubungan dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri pada

penningkatan kapasitas akan meningkatkan volume lalu lintas di wilayah sekitarnya

dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Page 78: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 78

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memilliki dampak negatif terhadap masalah

Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan nilai -2 apabila optimalisasi

terhadap kapasitas insutri. Rencana optimalisasi kawasan industri memiliki dampak

positif apabila dilakukan peningkatan terhadap upaya pemanfaatan IPAL, dan

pengendalian emisi udara.

10. Optimalisasi Kawasan Industri KRP PR-4 Wilayah BODOBEKPUNJUR

(Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai dampak negatif -15,

yakni dampak negatif terhadap Permasalahan lingkungan hidup, dengan

rincian sebagai berikut:

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Optimalsiasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Optimasalisasi Kawasan Industri tidak memiliki dampak terhadap masalah

sumberdaya pesisir dengan nilai 0. Karena tidak memiliki kawasan pesisir.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian akibat adanya

konversi lahan menjadi Kawasan Industri akan mempengaruhi ketahanan pangan

nasional.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya air dengan nilai -3, peningkatan kapasitas industri memberikan

dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai, serta peningkatan pemanfaatan

sumber air yang berlebihan melebihi ketersediaan air yang ada.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap masalah

sumber daya energi dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri memberikan

dampak terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya energi listrik.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak positifterhadap masalah

lingkungan industri dengan nilai 3, optimalisasi kawasan industri dapat

meningkatkan pertumbuhan prekonomian industri secara umum di wilayah yang

ada.

Page 79: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 79

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

peningkatan kebutuhan permukiman dengan nilai -3, sehingga akan berdampak

meningkatnya tekanan lahan sekitarnya .

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memiliki dampak negatif terhadap

masalah perhubungan dengan nilai -3, optimalisasi kawasan industri pada

penningkatan kapasitas akan meningkatkan volume lalu lintas di wilayah sekitarnya

dan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Rencana Optimalisasi Kawasan Industri memilliki dampak negatif terhadap masalah

Pencemaran Udara dan perubahan iklim dengan nilai -3 apabila optimalisasi

terhadap kapasitas insutri. Rencana optimalisasi kawasan industri memiliki dampak

positif apabila dilakukan peningkatan terhadap upaya pemanfaatan IPAL, dan

pengendalian emisi udara.

11. KRP PR-4,PR-6, PR-6, PT-7,PR-8, PR-9 Pengembangan Infrastruktur Jalan

(Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai dampak negatif 7,

yakni dampak negatif terhadap Permasalahan lingkungan hidup, dengan

rincian sebagai berikut:

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak positif terhadap

permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak negatif terhadap

perubahan Sumber Daya Hutan dan Lahan dengan nilai -3, karena dapat

menurunnya Sumber Daya Hutan dan lahan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak negatif terhadap

masalah sumberdaya pesisir dengan nilai -3. Karena dapat menurunnya sumber

daya pesisir seperti perubahan lahan pertanian di pesisir berkurangnya, dan

tambak menjadi lahan terbangun atau permukiman sehingga dapat mengganggu

ketahanan pangan. Pertanian dan tambak sebagian besar terdapat pada Pesisir

Utara yakni berada di Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, dan

Kabupaten Bekasi.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak negatif terhadap

masalah sumber daya pangan dengan nilai -3, berkurangnya lahan pertanian

akibat adanya konversi lahan menjadi infrastruktur jalan akan mempengaruhi

ketahanan pangan nasional.

Page 80: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 80

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak negatif terhadap

masalah sumber daya air dengan nilai -2, peningkatan infrastruktur jalan

memberikan dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai, peningkatan jalan

dapat meningkatkan limpasan air permukaan karena berkurangnya daya serap air

hujan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan tidak memiliki dampak terhadap

masalah sumber daya energi dengan nilai 0.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak positifterhadap

masalah lingkungan industri dengan nilai 3, pengembangan infrastruktur jalan

dapat meningkatkan aksesibilitas kegiatan industri dan dapat menunjang

perekonomian wilayah setempat.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak negatif terhadap

masalah lingkungan permukiman dengan nilai -3, perkembangan infrastruktur jalan

akan berdampak meningkatnya konvesi lahan permukiman menjadi infrastruktur

jalan, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan permukiman.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memiliki dampak positif terhadap

penanganan masalah perhubungan dengan nilai 3, pengembangan infrastruktur

jalan dapat menunjang infrastruktur perhubungan seperti terminal, serta dapat

mengurangi kemacetan lalu lintas.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan memilliki dampak negatif terhadap

masalah pencemaran udara dan perubahan iklim dengan nilai-3. Pengembangan

infrastruktur jalan dapat meningkatkan volume lalulintas pada wilayah yang ada,

sehingga akan meningkatkan emisi udara ambient dari kendaraan bermotor yang

ada, selain itu perubahan lahan terbangun menjadi infrastruktur jalan dapat

mengganggu vegetasi yang sudah ada akibat konversi lahan menjadi jaringan

jalan.

Page 81: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 81

12. KRP PR-4,PR-6, PR-6, PT-7,PR-8, PR-9 Pengembangan Infrastruktur

Perhubungan (Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya) memiliki nilai

dampak negatif -7, yakni dampak negatif terhadap Permasalahan

lingkungan hidup, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak positif

terhadap permasalahan Penataan Ruang dengan nilai 3.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak negatif

terhadap perubahan sumber daya hutan dan lahan dengan nilai -3, pengembangan

infrastruktur perhubungan karena dapat mengakibatkan menurunnya potensi

sumber daya hutan dan lahan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumberdaya pesisir dengan nilai -3. Karena dapat menurunnya

sumber daya pesisir seperti perubahan lahan pertanian dan dan terganggunya

lahan konservasi di pesisir utara mengakibatkan terganggunya keseimbangan

ekologis pesisir, contoh: rencana pembangunan pelabuhan laut di Kabupaten

Bekasi.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya pangan dengan nilai -2, berkurangnya lahan

pertanian akibat adanya konversi lahan menjadi infrastruktur perhubungan akan

mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak negatif

terhadap masalah sumber daya air dengan nilai -1, peningkatan infrastruktur jalan

memberikan dampak terhadap menurunnya kualitas air sungai, peningkatan

infrastruktur perhubugan dapat meningkatkan limpasan air permukaan karena

berkurangnya daya serap air hujan.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan tidak memiliki dampak terhadap

masalah sumber daya energi dengan nilai 0.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak positif

terhadap masalah lingkungan industri dengan nilai 3, pengembangan

infrastruktur jalan dapat meningkatkan aksesibilitas kegiatan industri dan dapat

menunjang perekonomian wilayah.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak negatif

terhadap masalah lingkungan permukiman dengan nilai -2, perkembangan

Page 82: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 82

infrastruktur perhubungan dapat mengakibatkan terjadinya pembebasan/konversi

lahan permukiman menjadi lahan infrastruktur perhubungan, sehingga terjadi

tekanan lahan dan peningkatan kebutuhan permukiman pengganti.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memiliki dampak positif

terhadap penanganan masalah perhubungan dengan nilai 3, pengembangan

infrastruktur jalan dapat menunjang infrastruktur perhubungan seperti terminal,

pengembangan jalur Kereta Api dan Pelabuhan, dapat mengurangi kemacetan lalu

lintas dan meningkatkan pembangunan perekonomian wilayah secara umum.

Rencana Pengembangan Infrastruktur Perhubungan memilliki dampak negatif

terhadap masalah pencemaran udara dan perubahan iklim dengan nilai-3.

Pengembangan infrastruktur perhubungan dapat meningkatkan volume lalulintas

pada wilayah yang ada, sehingga akan meningkatkan emisi udara ambient dari

kendaraan bermotor yang ada, selain itu perubahan lahan terbangun menjadi

infrastruktur jalan dapat mengganggu vegetasi yang sudah ada akibat konversi

lahan.

Page 83: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 83

Tabel 6.15. Matrik Dampak Keterkaitan KRP dengan Isu Lingkungan Strategis

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU LINGKUNGAN STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan Ruang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya Air

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KRP STRUKTUR RUANG

KRP SR-1 Rencana Sistem Transportasi PASAL 13, 19, 20, 67,81

KRP SR-11 a. Rencana Peningkatan Kualitas Pergerakan

3 0 1 -1 -1 2 3 -2 3 -3 5

KRP SR-12 b. Peningkatan Fungsi Jalan PASAL 19,20 3 0 1 -1 -1 2 3 2 3 -3 9 KRP SR-13 c. Pengelolaan Jaringan Arteri Primer PASAL 19,20 3 0 1 -1 -1 1 3 -3 3 -3 3

KRP SR-14 d. Pembangunan Jalan, Jembatan, Terminal PASAL 19,20 3 -1 1 -1 -1 2 3 0 3 -3 6 KRP SR-15 e. Pembangunan Sistem Angkutan Masal (Basis Jalan dan Kereta Api) 3 0 1 -1 -1 3 3 0 3 -3 8 KRP SR-2 Rencana Sarana dan Prasarana Wilayah PASAL 19,21 KRP SR-21 a. Rencana Penyediaan Air Bersih 0 -2 0 0 0 3 0 0 3 0 4

KRP SR-22 b. Rencana Pengelolaan Air Baku Untuk irigasi dan Industri PASAL 21 3 -1 0 1 1 3 0 0 0 0 7 KRP SR-23 c. Rencana Sistem Jaringan Drainase 0 2 0 0 1 3 3 3 2 0 14

KRP SR-24 d. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan 0 -1 1 3 3 3 -1 3 2 3 16 KRP SR-25 f. Rencana Sistem Jaringan Listrik 0 0 1 0 0 3 0 0 3 0 7

KRP SR-26 g. Rencana Pengembangan Pelayanan Telekomunikasi PASAL 23 0 0 0 0 0 2 0 0 3 0 5 KRP SR-27 h. Rencana Penyediaan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum -1 -1 0 0 0 3 -1 -1 3 -1 1

Page 84: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 84

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan Ruang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya Air

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KRP POLA RUANG KRP PR-1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung (Pasal 72)

KRP PR-11 A. Kesatuan Pemangku Hutan PASAL 29 3 3 3 3 3 0 0 0 0 3 18 KRP PR-12 B. Kawasan Resapan Air PASAL 29 3 3 3 3 3 0 0 0 0 3 18

KRP PR-13 C. Kawasan perlindungan setempat; PASAL 30 3 3 3 3 3 0 3 3 0 3 24

KRP PR-14 D. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahannya;(Hutan Lindung) PASAL 30 3 3 0 3 3 3 0 3 0 3 21

d1.Kawasan Sekitar danau dan waduk/situ 3 3 0 3 3 3 3 3 0 3 24

d2.Kawasan sekitar mata air 3 3 0 3 3 0 3 3 0 3 21 d3.RTH 3 3 0 0 3 0 3 0 0 3 15

KRP PR-15 E. Kawasan Suaka Alam PASAL 31

e1.Kawasan Cagar Alam PASAL 31 3 3 3 3 3 0 0 0 0 3 18 e2.Kawasan Suaka Margasatwa PASAL 31 3 3 3 0 3 0 0 0 0 3 15 e3.Kawasan Suaka Alam Laut PASAL 31 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 12 e4.Kawasan Pantai Mangrove PASAL 31 3 3 3 1 3 0 0 0 0 3 16 KRP PR-16 F. Kawasan Pelestarian Alam; (Hutan Konservasi) PASAL 32

f1.Kawasan Pelestarian Alam PASAL 32 3 3 3 0 3 0 0 0 0 3 15 f2.Taman Wisata Alam PASAL 32 3 3 3 0 3 0 0 0 -1 3 14

KRP PR-17 G.Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan PASAL 33 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Page 85: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 85

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan Ruang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya Air

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KRP PR-18 H. Kawasan Rawan Bencana Alam PASAL 34 3 3 1 0 3 1 0 3 3 0 17

h1.Kawasan Rawan Longsor PASAL 34 3 3 0 0 0 0 3 3 3 0 h2.Kawasan Gelombang Pasang PASAL 34 3 3 3 0 0 0 0 0 3 0 12 h3.Kawasan Rawan Banjir PASAL 34 3 3 3 3 3 0 3 3 3 0 24 KRP PR-19 I.Kawasan Lindung Geologi PASAL 35

i1.Kawasan Konservasi Geologi PASAL 35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 i2.Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi PASAL 35 3 3 0 0 0 0 3 3 3 0 15 i3.Kawasan Zona Sesar Aktif PASAL 35 3 3 0 0 0 0 3 3 3 0 15 i4. Kawasan Rawan Stunami PASAL 35 3 3 3 3 0 0 3 3 3 0 21 J.Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah PASAL 37 3 3 3 3 0 0 0 0 0 3 15 K.Kawasan Terumbu Karang PASAL 38 3 3 3 0 0 0 0 0 0 3 12 L.Kawasan Koridor Bagi Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi PASAL 39 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 12 KRP PR-2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya PASAL 41 A. Kawasan Hutan Produksi PASAL 41 3 3 3 3 3 0 3 0 0 3 21 B.Kawasan Pertanian Beririgasi Teknis PASAL 42 3 3 0 3 -2 0 0 0 0 0 7 C.Kawasan Perkebunan PASAL 43 3 3 0 3 2 0 0 0 0 0 11 D.Kawasan Peternakan PASAL 44 3 3 0 3 -1 1 -3 0 0 0 6 E.Kawasan Pesisir Laut dan Pulau Kecil PASAL 45 3 3 3 0 0 0 3 0 0 0 12 F.Kawasan Perikanan PASAL 46 3 0 0 3 -1 0 0 0 0 0 5

Page 86: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 86

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan Ruang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya Air

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

G.Kawasan Pertambangan PASAL 47 -2 -3 -3 -3 -3 3 3 3 -3 -3 -11 H.Kawasan Industri PASAL 48 -2 -3 -3 -3 -3 -3 -2 0 -3 -3 -25 I. Kawasan Perdagangan dan Jasa PASAL 49 -2 -2 2 -2 -2 0 -2 0 -3 -1 -12 J.Kawasan Pariwisata PASAL 50 3 3 3 0 3 0 -1 0 -1 -1 9 K.Kawasan Permukiman Perkotaan PASAL 51 3 -3 3 -3 -3 0 3 0 0 3 3 L.Ruang terbuka hijau PASAL 52 KRP PR-3 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Lainnya A. Kawasan Perdagangan dan Jasa PASAL 100 3 3 3 -2 -2 -1 3 3 -3 -2 5 B. Kawasan Permukiman PASAL 102 3 -3 -2 -3 -3 -3 3 2 -3 -2 -11 C.Ruang Terbuka Hijau PASAL 30,52 3 3 3 0 3 0 0 0 0 3 15

D. Kawasan Permukiman

PASAL 51,54,55,56,57,58,59,102 -2 -3 0 -3 -3 -3 3 2 -3 -2 -14

E. Kawasan Agribisnis PASAL 56,58 3 3 0 3 -1 0 0 0 0 0 8

F.Kawasan Industri Menengah PASAL 48 3 -3 -2 -3 -3 -3 -3 3 -2 -3 -16 G.Kawasan Pertahanan dan Keamanan PASAL 53

g1.Kawasan Pendidikan dan Latihan Militer TNI PASAL 53 3 0 0 -1 -1 -1 2 0 2 0 4 g2.Penetapan Kawasan Pangkalan TNI Angkatan Udara PASAL 53 3 0 0 -1 -1 -1 2 0 2 -1 3

g3.Penetapan Kawasan Pangkalan TNI Angkatan Laut PASAL 53 3 0 0 -1 -1 -1 2 0 2 -1 3 g4.Penetapan Kawasan Pendidikan POLRI PASAL 53 3 0 0 -1 -1 -1 2 0 2 0 4

g5.Penetapan Lokasi Kawasan Militer Lainnya PASAL 53 3 0 0 -1 -1 -1 2 0 2 -1 3

Page 87: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 87

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan Ruang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya Air

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KRP PR-4 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah BODOBEKBUNJUR PASAL 54 A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 54 3 -3 -3 -2 -2 0 -3 3 3 -2 -6 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 54 3 -2 -3 -2 -1 0 -2 3 3 -3 -4 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 54 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 54 3 -3 -3 -3 2 -3 3 0 -3 3 -2 F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 54 3 -3 0 -3 -3 -3 3 3 -3 -3 -15 KRP PR-5 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah PURWASUKA PASAL 55 A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 55 3 -2 3 -2 -2 0 3 3 3 -2 7 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 55 3 -2 0 -2 -1 -3 3 3 3 -3 1 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 55 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 55 3 -3 -3 -3 2 -3 3 2 -3 3 -2 F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 55 3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 3 -3 -2 -17 KRP PR-6 Rencana pengembangan infrastruktur wilayah CIAYUMAJAKUNING PASAL 56 A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 56 3 -2 3 -2 -2 0 3 3 3 -2 7 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 56 3 -2 0 -2 -1 -3 3 3 3 -3 1 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 56 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 56 3 -3 -3 -3 2 -3 3 2 -3 3 -2

Page 88: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 88

F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 56 3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 3 -3 -2 -17

KODE KRP

KRP

PASAL

ISU STRATEGIS

BO

BO

T

Penataan R

uang

Sumber D

aya H

utan dan Lahan

Sumber D

aya Pesisir

Sumber D

aya Pangan

Sumber D

aya A

ir

Sumber D

aya Energi

Lingkungan Perm

ukiman

Lingkungan Industri

Perhubungan

Pencemaran

Udara

dan Perubahan Iklim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

KRP PR-7

Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Priangan Timur- Pangandaran PASAL 57

A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 57 3 -2 3 -2 -2 0 3 3 3 -2 7 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 57 3 -2 0 -2 -1 -3 3 3 3 -3 1 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 57 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 57 3 -3 -3 -3 2 -3 3 2 -3 3 -2 F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 57 3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 3 -3 -2 -17 KRP PR-8 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Sukabumi PASAL 58 A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 58 3 -2 3 -2 -2 0 3 3 3 -2 7 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 58 3 -2 0 -2 -1 -3 3 3 3 -3 1 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 58 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 58 3 -3 -3 -3 2 -3 -3 3 -3 3 -7 F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 58 3 -3 0 -3 -3 -3 -3 3 -3 -2 -14

KRP PR-9 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Cekungan Bandung PASAL 59

A.Pengembangan Infrastruktur Jalan PASAL 59 3 -2 3 -2 -2 0 3 3 3 -2 7 B.Pengembangan Infrastruktur Perhubungan PASAL 59 3 -2 0 -2 -1 -3 3 3 3 -3 1 C.Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air PASAL 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 27 D.Pengembangan Infrastruktur Energi PASAL 59 3 0 0 -1 3 3 3 -1 -2 0 8 E.Pengembangan Infrastruktur Permukiman PASAL 59 3 -3 0 -3 2 -3 3 2 -3 3 -1

Page 89: BAB 6 Kebijakan Penataan Ruang - BAPPEDAbappeda.bandungkab.go.id/.../2015/12/Bab-6-KEBIJAKAN-PENATAA… · Kebijakan Penataan Ruang ... 1. kawasan rawan tanah longsor ... 2. kawasan

Penyusunan KaJIan LInGKunGan HIDuP strateGIs untuK evaLuasI rtrW P r O v I n s I J a W a B a r a t

Pt. eCOterra MuLtIPLan VI - 89

F.Optimalisasi Kawasan Industri PASAL 59 3 -3 0 -3 -3 -3 -3 3 -3 -2 -14 JUMLAH 246 31 69 -18 36 11 121 127 49 -7 739

Sumber : Hasil FGD serta Hasil Analisis Konsultan 2014