BAB 6 Astri

8
BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai insektisida lalat rumah (Musca domestica). Terdapat 5 kelompok perlakuan pada penelitian ini yaitu 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok larutan air perasan jeruk nipis. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok lalat yang diberi d-aletrin 0,01 lg/l sebagai kontrol positif dan kelompok lalat dengan aquades sebagai kontrol negatif. D-aletrin 0,01 lg/l dipilih sebagai bahan untuk kontrol positif karena merupakan insektisida yang standar dan sudah dipakai secara luas di masyarakat (Sigit dan Hadi, 2006). Larutan aquades dipilih sebagai kontrol negatif karena bahan ini yang digunakan untuk pelarut air perasan jeruk nipis dan tidak berpengaruh terhadap potensi insektisida air perasan jeruk nipis. Perlakuan kontrol negatif (aqudes) dilakukan untuk membandingkan efektivitasnya dengan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia). 44

description

jeruk ni

Transcript of BAB 6 Astri

Page 1: BAB 6 Astri

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air perasan jeruk nipis

(Citrus aurantifolia) sebagai insektisida lalat rumah (Musca domestica). Terdapat

5 kelompok perlakuan pada penelitian ini yaitu 2 kelompok kontrol dan 3

kelompok larutan air perasan jeruk nipis. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok

lalat yang diberi d-aletrin 0,01 lg/l sebagai kontrol positif dan kelompok lalat

dengan aquades sebagai kontrol negatif. D-aletrin 0,01 lg/l dipilih sebagai bahan

untuk kontrol positif karena merupakan insektisida yang standar dan sudah

dipakai secara luas di masyarakat (Sigit dan Hadi, 2006). Larutan aquades dipilih

sebagai kontrol negatif karena bahan ini yang digunakan untuk pelarut air

perasan jeruk nipis dan tidak berpengaruh terhadap potensi insektisida air

perasan jeruk nipis. Perlakuan kontrol negatif (aqudes) dilakukan untuk

membandingkan efektivitasnya dengan air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia).

Hasil yang didapatkan pada kelompok kontrol negatif adalah tidak ada

lalat Musca domestica yang mati setelah pengamatan 24 jam. Sedangkan

perlakuan kontrol positif (d-alethrin) dilakukan dengan dengan tujuan sebagai

pembanding efektivitas dengan konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia). D-allethrin saat ini masih banyak digunakan dalam insektisida

Pengendalian Hama Permukiman (PHP), terutama pada insektisida rumah

tangga seperti lingkaran anti lalat (MC), aerosol dan oil spray. D-alethrin

merupakan zat yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, hexane,

xylene dan petroleum eter. Zat ini bersifat toksik untuk nyamuk, lalat, kecoak dan

44

Page 2: BAB 6 Astri

45

serangga lainnya. Mekanisme kerja dari d-alethrin yaitu bekerja sebagai stimulan

susunan saraf pusat. Paparan yang berat pada sistem respirasi dapat

menyebabkan kematian pada lalat (Ardiant, 2009).

Hasil uji oneway ANOVA didapatkan nilai p=0,000 (signifikansi p<0,05)

artinya adalah persentasi potensi insektisida terhadap lalat Musca domestica

antar dua kelompok atau lebih berbeda signifikan. Nilai signifikansi di atas

menunjukkan bahwa ada konsentrasi pada air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) yang memiliki efek berbeda dengan kontrol positif maupun kontrol

negatif atau antar kelompok perlakuan sendiri. Dengan menggunakan analisis

oneway ANOVA hanya dapat menyimpulkan adanya perbedaan potensi

insektisida air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap lalat Musca

domestica antar dua kelompok atau lebih, tetapi tetap tidak diketahui perlakuan

mana yang berbeda antar kelompok satu dengan kelompok yang lain. Oleh

karena itu perlu dilakukan uji post hoc test.

Terlihat pada tabel post hoc test, jam ke-1 perbandingan antara kontrol

negatif dengan seluruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

hasilnya adalah berbeda signifikan. Begitu pula pada jam ke-2 sampai jam ke-24,

perbandingan antara kontrol negatif dengan seluruh konsentrasi air perasan

jeruk nipis hasilnya juga berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga

konsentrasi tersebut tidak menyerupai kontrol negatif. Perbandingan antara

kontrol positif dengan seluruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) pada jam ke-1 sampai jam ke-5 hasilnya adalah berbeda signifikan.

Hasil berbeda signifikan juga ditunjukkan di jam ke-6 pada konsentrasi 50% dan

60%, sedangkan hasil tidak berbeda signifikan ditunjukkan pada jam ke-6 untuk

konsentrasi 70% dan jam ke-24 untuk semua konsentrasi. Pada jam ke-6 dan

Page 3: BAB 6 Astri

46

jam ke-24 tidak ada beda antara konsentrasi 70% dengan kontrol positif

sehingga dapat dikatakan bahwa potensi air perasan jeruk nipis 70% sudah

dapat menyamai potensi d-alletrin.

Hasil uji korelasi Pearson pada tiap waktu pengamatan didapatkan nilai

signifikansi 0,004 dengan koefisien korelasi 0,606. Berdasarkan perhitungan

tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara perlakuan (konsentrasi)

dengan potensi insektisida pada tiap waktu pengamatan sangat kuat dan

arahnya positif, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan

konsentrasi atau perlakuan akan meningkatkan potensi insektisida air perasan

buah jeruk nipis.

Jeruk nipis mempunyai senyawa yang diperkirakan memiliki aktivitas

sebagai insektisida, yaitu flavonoid dan saponin (Cancer Chemoprevention

Research Centre Farmasi UGM, 2008). Senyawa saponin dapat merusak

mukosa kulit lalat, menyebabkan rasa terbakar pada kulit lalat dan mengganggu

saluran pernafasan pada lalat. Kandungan flavonoid menyebabkan

vasokonstriksi yang berlebihan sehingga permeabilitas rongga badan pada lalat

Musca domestica menjadi rusak dan hemolimfe tidak dapat didistribusi secara

sempurna (Nurdjannah, 2004).

Penelitian mengenai potensi jeruk nipis sebagai insektisida juga telah

dilakukan sebelumnya, di antaranya adalah penelitian potensi air perasan jeruk

nipis sebagai insektisida oleh Putri Rizkia Khoirunnisa (Universitas

Muhammadiyah Semarang, 2013), dimana ada potensi insektisida air perasan

jeruk nipis terhadap nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 50% dan 100%

dengan hasil air perasan jeruk nipis konsentrasi 50% dapat membunuh semua

Page 4: BAB 6 Astri

47

nyamuk (60 ekor) dalam 8 jam, sedangkan air perasan jeruk nipis konsentrasi

100% membunuh semua nyamuk (60 ekor) dalam 6 jam.

Penelitian lainnya adalah penelitian potensi ekstrak daun jeruk nipis

sebagai insektisida terhadap kutu beras (Sitophilus oryzae) dengan metode

semprot, dilakukan oleh Nita Oktavia (Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2013). Penelitian ini menggunakan 3 variabel konsentrasi ekstrak jeruk nipis yaitu

5 ml, 10 ml, 15 ml. Hasil yang didapat adalah kematian kutu beras tercepat ada

pada perlakuan ekstrak daun jeruk nipis konsentrasi 15 ml yaitu 6,35 jam dan

kematian terlama pada perlakuan jeruk nipis 5 ml yaitu 11,40 jam.

Pada pembuatan air perasan jeruk nipis, zat aktif yang terbentuk tidak

dapat diketahui secara pasti seberapa besar kandungannya namun diyakini

bahwa zat aktif tersebut yang berperan penting dalam mekanisme insektisida air

perasan jeruk nipis. Terdapat perbedaan jumlah zat aktif pada masing-masing

konsentrasi air perasan jeruk nipis sehingga menyebabkan adanya perbedaan

pada hasil penelitian. Apalagi dengan konsentrasi yang makin rendah tentu

menyebabkan zat aktif yang terdapat di dalamnya makin berkurang sehingga

efektivitasnya makin rendah sebanding dengan makin kecilnya konsentrasi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian dan analisis data di

atas, dapat disimpulkan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki potensi sebagai

insektisida terhadap lalat Musca domestica. Semakin besar konsentrasi, semakin

banyak kandungan zat aktif yang terdapat di dalamnya, maka semakin besar

potensinya sebagai insektisida. Air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 70%

memiliki potensi insektisida yang lebih besar jika dibandingkan dengan air

perasan jeruk nipis konsentrasi 60% maupun 50%.

Page 5: BAB 6 Astri

48

Penelitian ini mempunyai keterbatasan antara lain :

Kondisi lalat yang berbeda-beda saat dilakukan penelitian, dan

Beberapa faktor eksternal lain yang tidak dapat dikontrol seperti suhu,

kelembaban udara, dan intensitas cahaya walaupun tiap pengulangan dibuat

pada kondisi yang relatif sama.

Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum penggunaan air

perasan jeruk nipis sebagai insektisida dipakai secara luas.

Implikasi keperawatan dari penelitian uji potensi air perasan jeruk nipis

(Citrus aurantifolia) sebagai insektisida terhadap lalat rumah (Musca domestica)

ini adalah untuk memberikan alternatif pemakaian insektisida alami untuk

mengendalikan lalat rumah yang berperan sebagai vektor penyakit saluran

pencernaan seperti diare, kolera, disentri, karena berdasarkan model konsep dan

teori keperawatan Florence Nightingale, lingkungan merupakan aspek yang

penting dalam kesehatan. Walaupun terdapat keterbatasan dalam penelitian ini,

diharapkan data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian

sejenis dalam bidang kesehatan.