bab 5(1)
-
Upload
sacharina-surya-n -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
description
Transcript of bab 5(1)
BAB V
PEMBAHASAN
V.1 Pencegahan Kecelakaan Kerja Unit Boiler di PT Kertas Leces (Persero)
Probolinggo
V.1.1 Pengertian dan Teori Kecelakaan Kerja
Definisi kecelakaan kerja yaitu situasi tidak terduga yang
menimbulkan kerusakan materi, kegagalan, proses produksi, luka bahkan
kematian.
Analisa sebab dan akibat kecelakaan, ada tiga penyebab utama
kecelakaan kerja yaitu :
1. Peralatan kerja dan perlengkapannya
Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja.
2. Tempat kerja
Keadaan tempat yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan
faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak
diperkenankan.
3. Pekerja
Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara kerja dan
keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang
baik.
Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi
faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan
demikian akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah
56
57
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali. Akar penyebab kecelakaan
dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Immediate causes
Kelompok ini terdiri dari 2 faktor yaitu :
a. Unsafe Acts ( pekerjaan yang tidak aman ) misalnya penggunaan alat
pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara
kerja yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman,
melakukan gerakan berbahaya.
b. Unsafe Condition ( lingkungan yang tidak aman ) misalnya tidak
tersedianya perlengkapan safety atau perlengkapan safety yang tidak
efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian
yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia dilingkungan
kerja tidak memenuhi syarat.
2. Contributing causes
a. Safety manajemen sistem, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak
taat pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada
sosialisasi tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau,
tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain.
b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan
kerja kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja
lamban, perhatian terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil,
pemarah dan lain-lain.
c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak
memenuhi syarat, tuli, mata rabun dan lain-lain.
58
V.1.2 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan kerja
Boiler CFB di PT Kertas Leces (Persero) ini menggunakan batu
bara sebagai bahan bakar utamanya, serta LNG (Liquid Natural Gas) yang
berfungsi sebagai bahan bakar pemanasan di dalam boiler. Penyimpanan
batu bara di PT Kertas Leces (Persero) di tempatkan digudang yang
ukurannya cukup besar dengan dilengkapi ventilasi yang cukup dan wheel
loader sebagai alat angkut batu baranya yang fungsinya disana untuk
mengangkut batu bara ketempat penghalusan atau crusser di dalam gudang
penyimpanan untuk dibawa conveyor. Di tempat ini potensi bahaya juga
tinggi dimana para pekerja bisa tertabrak oleh wheel loader yang
mengangkut batu bara dan bahaya lainnya terutama adalah bahaya
kesehatannya, dimana para pekerja disini hanya dilengkapi dengan masker
kain saja. Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari debu batu bara sendiri
yang dapat menimbulkan efek kesehatan kronis untuk sistem
pernafasannya terutama paru-parunya.
Boiler batu bara di PT Kertas Leces (Persero) merupakan boiler
CFB yang memiliki kapasitas besar dengan konsumsi batu bara 20 ton per
hari dengan potensi bahaya yang beragam dari temperature panas yang
sangat tinggi, pressure atau tekanan pada pipa-pipanya yang juga tinggi,
serta bahaya-bahaya dari bahan kimia yang terdapat di boiler ini. Boiler ini
juga memiliki tempat pengolahan untuk sumber air yang akan digunakan
untuk kebutuhan boiler, tempat tersebut adalah Demineralizing Plant.
Proses yang terjadi di Demineralizing Plant yaitu air yang digunakan
59
adalah mata air dari Ronggojalu, yang airnya disedot ke tempat
Demineralizing Plant untuk diolah
Di area Demineralizing Plant ini potensi bahaya yang ada antara
lain tekanan air di pipa-pipanya, dari bahan kimia yang digunakan untuk
menghilangkan mineral dan ion negatif dan positif dapat berpotensi
menciderai pekerja serta dapat menyebabkan efek kronis yaitu kanker.
Dengan berbagai macam bahaya yang ada di boiler batu bara ini,
pencegahan merupakan langkah yang harus diutamakan agar para pekerja
dapat terhindar dari bahaya-bahaya tersebut. Pencegahan kecelakaan kerja
dapat dilakukan dengan :
1. Pengamatan risiko bahaya di tempat kerja.
Pengamatan risiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi
yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan
yang terjadi ditempat kerja.
Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja
a. Pengukuran risiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi
kecelakaan dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi
sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian
fatal pada setiap pekerja.
b. Penilaian risiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber
pencemaraan, faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan,
tingkat kerusakaan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja
di ketinggian dengan risiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja
60
atau bekerja di pemotongan dengan risiko terpotong karena kontak
dengan benda tajam dan lain-lain.
2. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja
Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang
harus dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai
instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar
dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan
peralatan dan kecelakaan. Di boiler batu bara harus benar-benar
diterapkan Standar Operasional Prosedur yang baik, agar saat
melakukan operasional boiler maupun selesai melakukan
operasional dalam keadaan yang baik dan tidak mengalami
kecelakaan kerja.
3. Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja
sangat ditentukan oleh proses produksi yang ada, teknik atau
metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang
digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan
terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat
mengurangi risiko bahaya kecelakaan. Pada bagian fly as dan
bottom as masih belum diterapkan pengendalian yang baik, karena
debu hasil pembakaran batu bara di furnace masi dalam keadaan
yang berpotensi membahayakan pernapasan manusia yaitu pekerja
di bagian terdekat penimbunan fly as dan bottom as.
61
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau
resiko bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti
bahan berbahaya yang digunakan dalam proses produksi
dengan bahan yang kurang berbahaya.
b. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor
bahaya yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk
mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,
memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak
langsung dengan mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain.
c. Administrative Control, yaitu pengaturan secara administrative
untuk melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja,
penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.
4. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja
Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses
produksi yang harus dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada
tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja
saat melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan
budaya keselamatan kerja di tempat kerja.
Di bagian boiler batu bara PT Kertas Leces (Persero)
peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan
memberi pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
62
awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan
wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk
melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat
kerjanya.
5. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja
Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja,
apalagi di boiler yang berbahan batu bara. Pada kondisi tertentu
tenaga kerja, pengunjung dari luar perusahaan tidak menyadari
adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu
peringatan berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan
lain sebagainya di area boiler. Selain upaya pencegahan juga perlu
disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja yaitu :
a. Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang
mungkin terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi
korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan,
peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah
dijangkau, petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K
harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di
tempat kerja.
b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat
63
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa
kita sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata atau
terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi keadaan tersebut
perencanaan dan penyediaan perlatan atau perlengkapan
tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti
pemadam kebakaran, hidran, peralatan emergency shower, eye
shower dengan penyediaan air yang cukup, semua peralatan ini
harus mudah dijangkau.
Kecelakaan kerja pasti menelan biaya yang tinggi. Dari segi
biaya dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus
dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat umum jaman dahulu
yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan
kerja seolah-olah takdir yang harus diterima. Kecelakaan dapat
dicegah, asal ada kemauan yang cukup untuk mencegahnya dan
pencegahan dilakukan atas dasar pengetahuan yang memadai
tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-
teknologi upaya preventif terhadap kecelakaan (Suma’mur, 2009).
Penerapan pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan
dengan baik di suatu tempat kerja dapat mencegah terjadinya
kecelakaan yang baru, sehingga potensi bahaya yang ada dapat
diketahui kemudian dinilai risikonya untuk dilakukan
pengendalian. Pengendalian yang dilakukan harus efektif dan
efisien agar dapat meringankan biaya serta bermanfaat semaksimal
64
mungkin dalam mencegah timbulnya kecelakaan kerja bagi tenaga
kerja.
V.2 Penanganan Radiasi di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
V.2.1 Pengertian
Radiasi adalah sejenis sinar yang tidak tampak yang dikeluarkan dari
bahan/benda yang bersifat radioaktif. Kita tidak dapat mendengar,mencium,
merasakan atau merabanya. Indera manusia tidak dapat mendeteksi radiasi.
Karena itu siapapun tidak dapat mengetahui kapan dirinya dalambahaya atau
aman. Tapi hal tersebut dapat diketahui/diukur keberadaannya dengan
menggunakan alat.
V.2.2 Jenis radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan menjadi 2 yaitu:
1) Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk jenis radiasi pengion adalah :
a. Sinar alpha
Adalah sinar yang dapat dibelokkan oleh medan kutub negatif,
berarti sinar alpha merupakan partikel-partikel yang bermuatan
positif. Dari hasil penelitian ternyata partikel alpha sama dengan inti
Helium (He).
b. Sinar beta
65
Adalah sinar yang dapat dibelokkan oleh medan kutub positif,
berarti sinar beta merupakan partikel-partikel yang bermuatan
negatif. Dari hasil penelitian ternyata partikel beta sama dengan
partikel elektron.
c. Sinar gamma
Adalah sinar yang tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet, berarti
sinar gamma sama dengan sinar-X dan merupakan gelombang
elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang pendek.
2) Radiasi non pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk jenis
radiasi non-pengiaon adalah :
a. Gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui
radio dan televisi)
b. Gelombang mikro (yang digunakan dalam mikrowave oven dan
transmisi handphone)
c. Sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas)
d. Cahaya tampak
e. Sinar UV
V.2.3 Manfaat radiasi
Pemanfaatan radiasi saat ini telah berkembang pesat meliputi semua
aspek kehidupan manusia yaitu dalam bidang kesehatan, industri maupun
penelitian. Dalam hal ini pemanfaatan dalam bidang industri adalah di pabrik
66
kertas, ketebalan dapat diatur dengan mengukur beberapa banyak radiasi sinar
beta yang lewat menembus kertas menuju kealat pencacah GM. Dalam pabrik
baja lembaran digunakan sinar gamma.
V.2.4 Bahaya yang ditimbulkan
Bahaya radiasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Bahaya radiasi eksternal
Bahaya radiasi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terletak diluar
tubuh manusia, tetapi walaupun berada diluar tubuh manusia tetap dapat
berbahaya jika sampai masuk kedalam tubuh manusia. Bahaya radiasi
eksternal dapat diakibatkan oleh paparan radiasi beta, sinar-X,
gamma/neutron, yang semuannya dapat menembus organ tubuh.
2) Bahaya radiasi internal
Bahaya radiasi internal artinya unsur radioaktif tersebut tidak berbahaya
jika hanya berada diuar tubuh manusia karena jangkauannya sangat
pendek tetapi dapat menjadi berbahaya apabila masuk kedalam tubuh
manusia.
V.2.5 Penerapan Upaya Penanganan Radioaktif PT Kertas Leces
(Persero):
V.2.5.1 Jenis radiasi PT. Kertas Leces (persero)
Zat-zat radioaktif dan masih dipakai di PT Kertas Leces (Persero) adalah:
a. Cs 137 mengeluarkan sinar Gamma
b. Kr 85 mengeluarkan sinar beta
c. Fe 55 mengeluarkan sinar gamma
d. 88Ra 226 mengeluarkan sinar alpha
67
e. 95Am 241 mengeluarkan sinar alpha
f. Pm 147 mengeluarkan sinar gamma, beta
V.2.5.2 Pemanfaatan Peralatan Gauging dan Perlengkapan Proteksi Radiasi
di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
PT Kertas Leces (Persero) menggunakan beberapa jenis zat radioaktif,
dimanfaatkan untuk mengetahui level tanki, berat jenis, kandungan moist,
kandungan ash, weightometer, juga penangkal petir untuk mengamankan
pabrik, gudang, perumahan.
1. Weighting meter
a. Gambar alat
b. Deskripsi peralatan
1) Sumber radiasi Cs 137 Aktivitas : 100 mCi
2) Seri ; 13001 Mode : 7063
3) Date meas : 08- 81 Waktu paruh : 30 thn
68
4) Fungsi sebagai alat untuk mengukur berat bahan baku yang akan
masuk ke proses pemasakan, sehingga dapat dilakukan proporsional
dengan bahan pemasakannya.
5) Cara kerja :
Sumber radiasi memancarkan radiasi diarea sensor, besarnya jumlah
radiasi yang diteruskan melalui bahan baku akan dideteksi oleh
detektor, dan hasil pengukuran akan dihitung di rangkaian elektronik
totalizer. Nilai radiasi yang dideteksi oleh detektor berbanding
terbalik dengan jumlah bahan baku yang akan diproses, artinya
semakin kecil radiasi yang dideteksi oleh alat detektor menujukan
jumlah bahan baku yang akan masuk ke proses pemasakan semakin
besar.
2. Level control
a. Gambar alat
69
b. Deskripsi alat
1) Sumber radiasi Cs 137, Aktivitas : 3 mCi
2) Mode : 1148
3) Waktu paruh : 30 tahun
4) Date meas : 82
5) Fungsi digunakan sebagai sensing element pengukuran level
bagase di area digester.
6) Cara kerja :
Sumber radiasi memancarkan radiasi jika ada pengurangan
intensitas di detektor menujukan level sudah tercapai.
3. Basic weight
a. Gambar alat
70
b. Deskripsi alat
Sumber radiasi yang digunakan adalah :
1) Kr 85 aktivitas 370 mCi di Paper Machine 2
Seri : Kr 1163
Model : NER 586
Date meas : 8-81
Waktu paruh : 10 thn
2) Kr 85 aktivitas 250 mCi di Paper Machine 3
Type : K-2040-P-3-02
Model : TG 4 Kr 85 S-11
Date meas : 03- 02
71
Waktu paruh : 10 thn
3) Kr 85 aktifitas 250 mCi di Paper Machine 4
Model : 07 S – 11
Date meas : 05- 90
Waktu paruh : 10 thn
Test interval K- 1387 G
4) Pm 147 aktifitas 500 mCi Paper Machine 5
Waktu paruh : 2,6234 tahun
Made on 20-04-1998
Seri : - /HK 207
Deat meas : 20-04-1998
Waktu paruh : 30 thn
5) Fe 55 aktifitas 100 mCi di Paper Machine 5
Waktu paruh : 2,7 tahun
Date meas : 20-04-1998
Made on 20-04-1998
Seri : - / 8293 LE
6) Sumber radiasi diatas untuk Kr 85 dan Pm147 digunakan
sebagai kontrol berat kertas dan Fe 55 untuk mengukur kadar abu
dalam kertas.
7) Cara kerja :
Sumber radiasi memancarkan radiasi diarea sensor, besarnya
jumlah radiasi yang diteruskan melalui kertas akan dideteksi oleh
detektor. Nilai radiasi yang dideteksi oleh detektor berbanding
72
terbalik dengan berat kertas / kadar abu kertas, artinya semakin
kecil radiasi yang dideteksi oleh alat detektor menujukan kertas
semakin berat / kadar abu semakin tinggi.
4. Surveymeter
a. Gambar alat
b. Deskripsi alat
Monitor radiasi nuklir “ RAMS “ Radioactivity Monitoring System
terdiri dari dua bagian utama:
Panel Depan yang berfungsi sebagai remote operasional yang terdiri
dari:
1) Panel meter, untuk menampilkan besaran paparan / cacah radiasi
yang terdeteksi dan kondisi tegangan batere.
2) Saklar geser on, off, alert, unuk menghidupkan / mematikan dan
unuk menghidupkan sistem alert / audio.
3) Saklar geser jangkau ukur untuk memilih posisi jangkauan
pengukuran yang terdiri dari x1, x10 dan x100.
73
4) Saklar tekan test batere untuk mengetahui kondisi tegangan arus
batere yang digunakan untuk mengoperasikan rangkaian modul
elektronik.
5) Bagian dalam yang terdiri dari card elektronik, detektor Geiger
Muller (GM) dan batere 9 volt.
V.2.5.3 Petugas Proteksi Radiasi
Petugas proteksi radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang
izin dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan
dengan proteksi radiasi oleh BAPETEN. Secara keseluruhan, petugas radiasi
yang ada di PT Kertas Leces (Persero) disebut dengan petugas fasilitas,
meliputi : Petugas Proteksi Radiasi (PPR), petugas maintenance/perawatan
dan operator produksi, pekerjaan yang berhubungan dengan sumber radiasi
untuk saat ini dilakukan oleh PPR sedangkan untuk pekerjaan perawatan dan
produksi yang tidak secara langsung berhububungan dengan sumber radiasi
dilakukan oleh petugas perawatan dan operator. Berikut adalah nama personil
yang bekerja di fasilitas radiasi gauging di PT Kertas Leces (Persero) :
Tabel V.1 Daftar Nama Personil yang Bekerja di Fasilitas Radiasi Gauging
PT Kertas Leces (Persero)
No Nama Jenis PekerjaNo.SIB /
Masa BerlakuPend
Pelatihan yang
diikuti
1Syaifur Rachman
PPR01326.124.02.3.310709
11 Nop 2012STM PPR
2 Tri Widodo PPR 05514.124.00.020811 D3 PPR
74
02 Agustus 2015
3 Turan Perawatan - STM -
4Suhud Wahyudi
Perawatan - STM -
5Dadang Iskandar
Perawatan - STM -
Sumber : PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
V.2.6 Penanganan Limbah Radioaktif di PT Kertas Leces (Persero)
Probolinggo
Limbah radioaktif didefinisikan sebagai bahan radioaktif sisa atau
yang sudah tidak terpakai, atau bahan yang terkontaminasi dengan sejumlah
zat radioaktif pada kadar atau tingkat radioaktivitas yang melampaui nilai
batas keselamatan yang ditetapkan. Limbah radioaktif secara volumetrik jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan limbah industri dan limbah perkotaan.
Limbah radioaktif yang telah diolah disimpan sementara di gudang
penyimpanan limbah yang kedap air (10-50 tahun) sebelum disimpan secara
lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus,
dengan kondisi geologi yang stabil.
Prosedur penyimpan sementara zat radioaktif yang tidak digunakan :
1. Dilakukan digudang khusus radioaktif dengan pengamanan kunci
ganda.
2. Digudang tersebut dibuatkan tempat yang berbentuk liang/lubang
sebagai bunker dari beton yang tebal, sehingga tidak menyebabkan bahaya
pencemaran radiasi.
75
3. Diatas bunker beton tersebut ditutup dengan plat baja yang berlapis
pb.
4. Di sekeliling gudang tersebut dibuatkan pagar pengaman supaya
orang tidak dapat masuk ke daerah tersebut.
5. Pembuatan gudang radioaktif harus dibuat sejauh mungkin dari
keramaian orang dan di daerah bebas banjir serta diberi tanda peringatan
bahaya radiasi yang jelas dan selalu dalam pantauan petugas baik PPR dan
Keamanan.
Gambar V.1 Model Gudang Penyimpanan Sementara Radioaktif
Penyimpanan limbah radioaktif di PT Kertas Leces (Persero) telah memenuhi
prosedur diatas, namun untuk pemantauan jarang dilakukan oleh petugas baik
PPR maupun keamanan.
V.3 Instalasi Penyalur Petir PT. Kertas Leces (Persero) Probolinggo
V.3.1 Landasan Teori
Instalasi penyalur petir menurut Permenaker No.02/MEN/1989, adalah :
“Instalasi Penyalur Petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas Penerima (Air terminal/Rod), Penghantar penurun (Down Conductor) Elektroda Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang
76
merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya kebumi”
V.3.1.1 Komponen Instalasi Penyalur Petir
1. Penerima Petir
Penerima petir adalah bagian dari sistem penyalur petir yang
berfungsi untuk menerima petir. Untuk atap yang terbuat dari bahan
yang mudah terbakar, jarak minimal antara penerima petir dengan atap
adalah 15 cm.
Tabel V.2 Dimensi Minimum Untuk Bahan Penerima Petir
Tingkat Proteksi BahanPenerima Petir
(mm2)
I sampai IV
Cu 35
Al 70
Fe 50
Sumber : SNI 03-7015-2004
Komponen bangunan yang bisa dijadikan penerima adalah sebagai
berikut:
1. Atap yang terbuat dari bahan konduktor (gulungan, penguat baja
yang saling berhubungan, dan tersambung secara elektris).
2. Bagian logam seperti hiasan pada atap, tiang dan cerobong, dengan
syarat luas penampang tidak kurang dari standart yang ditentukan
untuk penerima petir.
3. Pipa besi dan tangki besi yang terpasang diatap dengan syarat jenis
bahan dan ketebalan terpenuhi.
77
2. Penghantar Penurunan
Penghantar penurunan adalah bagian kedua dari instalasi penyalur
petir eksternal yang berfungsi untuk mengalirkan arus petir dari
penerima petir ke elektroda bumi. Ukuran minimum bahan untuk
penghantar penurunan adalah dapat dilihat pada tabel V.3.
Tabel V.3 Dimensi Minimum Untuk Bahan Penghantar Penurunan
Tingkat Proteksi BahanPenghantar Penurunan
(mm2)
I sampai IV
Cu 16
Al 25
Fe 50
Sumber : SNI 03-7015-2004
Penghantar penurunan bisa terbuat dari :
1. Beton bertulang
2. Cerobong asap dan tower yang terbuat dari bahan konduktif
3. Kerangka H beam
4. Tangki atau tandon yang terbuat dari logam
3. Elektroda Bumi
Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang
memberikan kontak listrik langsung dan menyebarkan arus petir ke
bumi.
Syarat pemasangan elektroda bumi adalah sebagai berikut (SNI 03-
7015-2004 bagian 8.3.2):
78
1. Elektroda bumi harus dipasang diluar ruang terproteksi dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 0,5 m dan didistribusikan serata
mungkin untuk meminimalkan pengaruh kopling listrik dalam bumi.
2. Elektroda bumi dalam beton harus dipasang sedemikian rupa
sehingga dapat diinspeksi selama konstruksi.
3. Kedalaman dan jenis elektroda bumi yang harus ditanam sedemikian
sehingga mengurangi efek korosi, pengeringan dan dengan demikian
menstabilkan resistans bumi ekivalen. Untuk daerah cadas padat,
hanya susunan pembumian tipe B yang direkomendasikan.
Ukuran minimum bahan elektroda bumi adalah dapat dilihat pada
tabel V.4.
Tabel V.4 Dimensi Minimum Untuk Bahan Elektroda Bumi
Tingkat Proteksi Bahan Elektroda Bumi (mm2)
I sampai IV
Cu 50
Al -
Fe 80
Sumber : SNI 03-7015-2004
Elektroda bumi bisa terbuat dari :
1. Ground root
79
2. Pipa air minum yang sudah digalvanis
3. Paku bumi
V.3.1.2 Pemilihan Bahan
Syarat komponen instalasi penyalur petir yang diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor Per-2/MEN/1989 tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir pasal 2 ayat 2 yang menyatakan
bahwa:
“Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:”
a. Kemampuan perlindungan secara tehnisb. Ketahanan mekanisc. Ketahanan terhadap korosi
V.3.1.3 Landasan Hukum
Permenaker No.2 tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir.
1. Pasal 9 ayat 1 :
Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain:a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada
bangunan sekitarnya seperti : menara-menara, cerobong, silo, antenna pemancar, monumen.
b. Bangunan dimana disimpan, diolah dan digunakan bahan yang medah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak.
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi.
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat penyimpanan arsip.
e. Daerah-daerah terbuka seperti : daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga.
2. Pasal 50 ayat 2
80
Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dari instalatir
kepada pemakai.b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau
instalasi penyalur petir.c. Secara berkala setiap dua tahun sekali.d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Pasal 55
(1) Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana instalasi.
V.3.1.4 Ketentuan Pemeliharaan
Pemeliharaan instalasi penyalur petir, maka dari itu perlu diadakan
untuk menjamin instalasi penyalur petir bekerja dengan baik, peraturan
itu seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No PER.02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur
petir pasal 50.
Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar
selalu bekerja dengan aman dan memenuhi syarat.
Program pemeliharaan secara periodik sebaiknya dilakukan untuk
semua instalasi penyalur petir. Frekuensi dari pemeliharaan tergantung
pada hal sebagai berikut (SNI 03-7015-2004):
a) Cuaca dan lingkungan yang berhubungan dengan degradasi
b) Kerusakan aktual akibat petir
c) Tingkat proteksi yang telah ditetapkan untuk bangunan gedung
Program pemeliharaan instalasi penyalur petir hendaknya berisi kegiatan
sebagai berikut:
81
a) Pengencangan semua konduktor instalasi penyalur petir
b) Pemeriksaan kontinuitas listrik pada instalasi penyalur petir
c) Pengukuran resistans bumi dari terminasi bumi
d) Pemeriksaan untuk menjamin efektivitas instalasi penyalur petir
tidak berkurang setelah menerima tambahan atau terjadi perubahan
dalam bangunan gedung dan istalasi.
e) Pemeriksaan dilakukan jika bangunan gedung yang diproteksi
instalasi penyalur ada kerusakan karena sambaran petir.
V.3.2 Cara Pengukuran Grounding Elektroda Bumi
1. Periksa kondisi baterai earth tester
2. Periksa perlengkapan earth tester meliputi kabel dan pasak
3. Pasang kabel hijau elektroda bumi (grounding) yang akan
diukur dan ke pasak
4. Pasang kedua kabel lainnya ( kabel merah dan kabel kuning ) ke
pasak yang telah disediakan dengan jarak 5 – 10 meter antar pasak
dan dari grounding yang akan diukur
5. Lakukan pengecekan tegangan tanah dengan menekan tombol AC V.
Pastikan hasilnya kurang dari V.. Jika terukur lebih, maka
pengukuran tenah yang akurat tidak bisa dilakukan.
6. Mulai pengukuran dengan menekan tombol x10 Ohm dan tekan
tombol MEAS
7. Jika gerak jarum melebihi skala tekan x100 Ohm. Jika tidak bergerak
tekan tombol x1 Ohm
82
V.3.3 Identifikasi Instalasi Penyalur Petir di Depan Kantor Bagian
Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo.
Penyalur petir yang dipasang di depan kantor bagian Keselamatan
Kerja PT Kertas Leces (Persero) bertujuan untuk melindungi daerah
administrasi kantor bagian keselamatan kerja dan kantor superintendent.
Selain itu penyalur petir setinggi 30 meter dipasang dengan tujuan
melindungi daerah sekolah Yayasan Taruna Probolinggo. Daerah
lindung penyalur petir yang dipasang di depan kantor keselamatan kerja
yaitu jarak kemiringan 100 meter dari ujung hantaran penerima. Kantor
bagian keselamatan kerja dan superintendent adalah tempat proses
administrasi dilakukan, disini terdapat perlengkapan elektronika dan
dokumen penting PT Kertas Leces (Persero) sehingga harus dilindungi
bahaya dari sambaran petir selain itu daerah sekolah merupakan daerah
yang perlu dilindungi sambaran petir karena daerah sekolah merupakan
tempat kegiatan yang penting.
Hasil observasi mengenai ukuran bangunan, jumlah IPP, dan bahan
pembuatnya akan disajikan di dalam tabel V.5.
Tabel V.5 Tabel Spesifikasi IPP di Depan Kantor Bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
No. Komponen Jumlah/satuan/bahan
1 Tinggi penyalur petir 30 m
2 Jumlah penerima petir 1 buah
3 Bahan penerima petir besi galvanis
4 Jumlah penghantar penurunan 2 buah
83
5 Bahan penghantar penurunan kabel coaxial
6 Jumlah elektroda bumi 1 buah
7 Bahan elektroda bumi Tembaga root
8 Hasil pengukuran pembumian 1,2 Ohm
9 Bahan tiang penyalur petir Pipa dari beton
NO.VARIABEL
PERSYARATAN INSTALASI PENYALUR PETIR
Kondisi
KETERANGANSesuai
Tidak sesuai
1. Depan kantor bagian keselamatan kerja
1. Penerima Petir
Dipasang dibagian yang mungkin Tersambar
√
Pemasangan sudah melindungi seluruh atap
√
Tinggi penerima >15cm dari Sekitarnya
√
Jenis bahan penerima petir √ Besi galvanis
Dimensi bahan penerima petir √ 50 mm2
Sertifikat bahan penerima petir √
2. Penghantar penurunan
Dipasang sepanjang sudut-sudut bangunan
√
Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan <1,5 m
√
Dipasang lurus ke bawah √
Penghantar penurunan dipasang >15 cm dari atap yang dapat terbakar
√
Dipasang tidak melewati bawah atap
√
Dipasang dibagian-bagian yang menonjol
√
Dilindungi dari kerusakan √
84
Terdapat minimal 2 penghantar penurunan untuk 1 penerima petir
√
Jenis bahan penghantar penurunan √ Kabel coaxial
Dimensi bahan penghantar penurunan
√
Sertifikat bahan penghantar penurunan
√
Jarak minimum antar penghantar penurunan
√
3. Elektroda bumi
Jenis bahan Elektroda bumi √
Dimensi bahan elektroda bumi √
Sertifikat bahan elektroda bumi √
Terdapat kotak ukur √
Nilai tahanan pembumian <5 Ohm √ 1,2 Ohm
Tabel V.6 Tabel Observasi Kondisi IPP di Depan Kantor Bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
NO.VARIABEL
PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN IPP
Kondisi
KETERANGANSesuai
Tidak sesuai
1 Depan kantor bagian matker
Diuji setiap 2 tahun sekali √
Diuji setelah ada sambaran petir √
Pemeriksaan dicatat dalam buku √
Ada gambar rencana instalasi dan pengesahan dari menteri
√
V.3.4 Kondisi Instalasi Penyalur Petir PT Kertas Leces (Persero)
Probolinggo
85
Berikut ini instalasi penyalur petir di depan kantor bagian
keselamatan kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo dibandingkan
dengan berdasarkan Permenaker No. PER.02/MEN/1989:
1. Penerima petir
Penerima petir di depan kantor bagian keselamatan kerja terdiri
dari sebuah penerima petir dan pemasangan penerima petir di depan
kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sudah
sesuai dengan Permenaker No. PER.02/MEN/1989, karena sudah
dipasang setinggi mungkin setinggi 30 meter yang mempunyai
daerah lindung dengan garis miring 100 meter.
Pemasangan penerima petir juga sudah melindungi seluruh atap,
karena atap masih dalam daerah lindung penerima petir yaitu 1120.
Untuk bahan penerima petir juga sudah sesuai dengan Permenaker
No. PER.02/MEN/1989 yaitu terbuat dari baja galvanis.
2. Penghantar penurunan
Pemasangan penghantar penurunan di depan kantor bagian
Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sudah sesuai dengan
Permenaker No. PER.02/MEN/1989, karena penghantar penurunan
di depan kantor bagian keselamatan kerja PT. Kertas Leces (Persero)
hanya dipasang dua buah penghantar penurunan untuk satu buah
penerima petir.
3. Elektroda Bumi
86
Pemasangan elektroda bumi di depan kantor bagian
Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sesuai dengan
Permenaker No. PER.02/MEN/1989 karena elektroda bumi di depan
kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero)
mempunyai tempat sendiri di bawah dan berbeda dengan tempat
penghantar penurunan dan terdapat kotak ukur. Untuk nilai
pentanahan di depan kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas
Leces (Persero) Probolinggo sudah sesuai, karena standar
pentanahan menurut Permenaker No. PER.02/MEN/1989 adalah
dibawah 5 Ohm, sedangkan pada saat pengukuran menunjukkan
hasil 1,2 Ohm.
V.4 Pelaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di PT
Kertas Leces (Persero) Probolinggo
V.4.1 Pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
P3K merupakan tindakan yang dapat diberikan/ diberikan oleh
orang yang terlatih atau memahami tentang seluk – beluk anatomi dan
kesehatan dasar. Kemampuan dasar ini dapat diperoleh melalui
pendidikan umum formal, pelatihan ataupun pengalaman.
Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan komponen yang
penting bagi perusahaan karena suatu tindakan terbatas untuk pertolongan
pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan
kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum
korban dibawa ke tempat rujukan. P3K dimaksudkan untuk memberikan
87
perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap
diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Petugas P3K adalah seseorang yang diberi tugas dan wewenang
memberikan pertolongan pertama kepada korban yang ditunjuk oleh
pengusaha dan telah mendapat pelatihan P3K.
Fungsi P3K :
1. Menyelamatkan nyawa korban
2. Mencegah cacat dan membatasi cacat
3. Meringankan penderitaan korban
4. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
5. Mempertahankan kondisi kesehatan korban
6. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut
Ada beberapa tujuan dari adanya P3K adalah sebagai berikut :
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
1) Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban
2) Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) jika perlu
3) Mencari dan mengatasi pendarahan
b. Mencegah cacat yang lebih berat
1) Mengadakan diagnose
2) Menangani korban dengan prioritas yang logis
3) Memperhatikan kondiis atau keadaan (penyakit yang tersembunyi)
c. Menunjang penyembuhan
1) Mengurangi rasa sakit
88
2) Mencegah terjadinya infeksi
3) Merencanakan pertolongan medis serta serta transportasi korban
dengan tepat
V.4.2 Ketentuan Isi Kotak P3K di Industri
Kotak P3K adalah kelengkapan P3K yang berisi obat-obatan dan
peralatan yang menunjang kegiatan pertolongan pertama pada korban
kecelakaan yang berisi antara lain perban, mitela, obat merah, dan lain-
lain.
Berikut merupakan ketentuannya kotak P3K berdasarkan tingkat
resiko bahaya dan jumlah tenaga kerja yang terdapat pada industri tersebut
antara lain :
Tabel V.7 Tipe Kotak P3K Berdasarkan Tingkat Resiko Bahaya dan
Jumlah Tenaga Kerja (Naker)
TingkatResiko
Jumlah Naker
Resiko Rendah
(Office/ kantor)
Resiko Sedang
(Warehouse/
gudang)
Resiko Tinggi
(Industri berat,
kimia, dll)
0-25 Tipe 1 Tipe 1&2 Tipe 2
25-100 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
100-500 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 3+kotak
dokter
>500 Tipe 2 setiap
500 naker
Tipe 3+kotak
dokter. Setiap
Kotak P3K tipe
3+kotak dokter/
89
500
naker+kotak
dokter
500 naker
V.4.3 Daftar Isi Kotak P3K berdasarkan Tipe Kotak P3K
Daftar isi kotak P3K berdasarkan tipenya adalah sebagai berikut :
a. Tipe 1
Isi Kotak P3K Tipe I Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe I
1 10 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:
antalgin,asam
mefenamat,acetosai,dll)
2 1 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 2 Obat sakit perut (misal:
paverin,eneriterofiovorm)
3 1 rol pembalut gulung lebar
5 cm
3 Norit
4 1 pembalut segitiga (mitella) 4 Obat anti alergi
5 1 pembalut cepat steril/snelverband 5 Obat merah
6 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 6 Soda Kue
7 1 rol plester lebar 2,5 cm 7 Obat tetes mata
8 10 buah plester cepat 8 Obat gosok
90
9 1 buah gunting
10 1 buah catatan
11 1 buku pedoman P3K
12 1 daftar isi kotak P3K
b. Tipe 2
Isi Kotak P3K Tipe II Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe II
1 50 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:
antalgin,asam
mefenamat,acetosai,dll)
2 100 gram kapas besar 2 Obat sakit perut (misal:
paverin,eneriterofiovorm)
3 3 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 3 Norit
4 2 rol pembalut gulung lebar
5 cm
4 Obat anti alergi
5 2 rol pembalut gulung lebar
7,5 cm
5 Soda kue, garam dapur
6 2 pembalut segitiga (mitella) 6 Merculochrom
7 2 pembalut cepat steril/snelverband 7 Obat tetes mata
8 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 8 Obat gosok
91
9 10 buah kassa steril ukuran 7.5x7,5
cm
9 Salep anti histaminka
10 1 rol plester lebar 1 cm 10 Salep sulfa atau S.A. powder
11 20 buah plester lebar 1 cm 11 Boor zalif
12 20 buah plester cepat
(mis.handsaplast)
12 Sofratulle
13 1 bidal 13 Larutan Rivanol 1/10 500cc
14 1 gunting rambut 14 Amoniak cair
15 1 buah sabun
16 1 dos kertas pembersih (cleansing
tissue)
17 1 pinset
18 1 lampu senter
19 1 buku catatan
20 1 buku pedoman P3K
21 1 daftar isi kotak P3K
c. Tipe 3
Isi Kotak P3K Tipe III Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe III
92
1 300 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:
antalgin,asam
mefenamat,acetosai,dll)
2 300 gram kapas besar 2 Obat sakit perut (misal:
paverin,eneriterofiovorm)
3 6 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 3 Norit
4 8 rol pembalut gulung lebar
5 cm
4 Obat anti alergi
5 2 rol pembalut gulung lebar
7,5 cm
5 Soda kue, garam dapur
6 4 pembalut segitiga (mitella) 6 Merculochrom
7 2 pembalut cepat steril/snelverband 7 Obat tetes mata
8 20 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 8 Obat gosok
9 40 buah kassa steril ukuran 7.5x7,5
cm
9 Salep anti histaminka
10 1 rol plester lebar 1 cm 10 Salep sulfa atau S.A. Powder
11 20 buah plester cepat
(mis.handsaplast)
11 Boor zalif
12 1 rol plester lebar 2,5 cm 12 Sofratulle
13 3 bidal 13 Larutan Rivanol 1/10 500cc
93
14 1 gunting rambut 14 Amoniak cair
15 1 buah sabun
16 2 dos kertas pembersih (cleansing
tissue)
17 1 pinset
18 1 lampu senter
19 1 buku catatan
20 1 buku pedoman P3K
21 1 daftar isi kotak P3K
d. Kotak Khusus Dokter berisi :
1 1 set alat bedah ringan lengkap 15 5 ampul adrenaline injectie
2 1 botol alkohol 70% isi 100 cc 16 1 flakon cartison injectie
3 1 botol aquadest isi 100 cc 17 2 ampul cardizol injectie
4 1 botol Betadine 60 cc 18 2 ampul aminophyline injectie
5 1 botol Lysol isi 100cc 19 10 sulfas atropine injectie 0,25 g
6 5 spnit injection diskosable 2,5 cc 20 10 sulfas atropine injectie 0,5 g
7 5 spnit injection diskosable 5 cc 21 5 ampul anti spascodik injectie
94
8 20 cotton bud 22 2 handuk
9 2 flakon ATS injection isi 100 cc 23 1 tempat cuci tangan
105 flakon P.S. 4: atau 4:1 atau
PP injective
24 1 baskom kecil
11 Ampul morphine injective 25 I buku catatan
12 3 ampul pethridine injective 26 1 buku pedoman P3K
13 2 flakon antihistamine injective 27 1 daftar isi
14 2 flakon anti panas injective
V.4.4 Landasan Hukum
1) Undang-undang No. 1 tahun 1970
a. Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan
P3K
b. Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja dalam
pemberian P3K
2) Permenakertrans No.Per.03/Men/1982
Pasal 2 : Tugas pokok PKK;
a. Pelaksanaan P3K
b. Pendidikan petugas P3K
3) Undang-undang No.3 Tahun 1969
95
Pasal 19 : Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau
bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus :
1. Menyediakan apotek atau pos P3K sendiri atau
2. Memelihara apotek atau pos P3K bersama-sama dengan
badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya.
3. Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan
P3K
4) Peraturan khusus
a. Dragbar/bale-bale
b. Peti P3K/peti khusus dokter
c. Petugas P3K yang sudah dilatih
5) Pengawasan Pelaksanaan P3K di Tempat kerja
Pelaksaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
kerja tidak luput dari pengawasan baik itu pengawasan pada
fasilitas P3K yang ada maupun pengawasan terhadap personil
pelaksana P3K. Pengawasan untuk fasilitas maupun personil
adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas
1. Kotak P3K
2. Isi kotak P3K
3. Buku pedoman
4. Ruang P3K
96
5. Perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat
angkut, dan transportasi)
b. Personil
Penanggung jawab : Dokter pimpinan PKK, Ahli K3
Petugas P3K : Sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja
Langkah-langkah pertolongan pertama pada
kecelakaan, dikenal dengan sebutan “PATUT” :
1. Penolong mengamankan dirinya terlebih dahulu sebelum
memberi pertolongan pada korban
2. Amankan korban
3. Tandai tempat kejadian
4. Usaha menghubungi orang yang berwenang (petugas
P3K)
5. Tidakan P3K Sesuai Prioritas
V.4.5 Penyediaan, Pemantauan dan Pengebonan Perlengkapan
P3K di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
P3K diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. P3K
merupakan upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan
tepat kepada pekerja atau buruh dan atau orang lain di tempat kerja,
yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
97
Petugas P3K di tempat kerja yaitu pekerja atau buruh yang
ditunjuk oleh pengurus atau pengusaha dan diserahi tugas tambahan
untuk melaksanakan P3K di tempat kerja. Pada tempat kerja harus
disediakan fasilitas P3K. yang dimaksud fasilitas P3K di tepat kerja
adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.
V.4.5.1 Fasilitas P3K PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
Adapun fasilitas P3K yang disediakan oleh PT Kertas
Leces (Persero) meliputi:
1. Kotak P3K dan isi
Syarat-syarat kotak P3K : terbuat dari bahan yang kuat dan
mudah dibawa, bewarna putih dengan lambing P3K warna
hijau dan tanda palang, dilebgkapi dengan kunci pengaman
yang dibawa oleh setiap leader bagian masing-masing. Syarat
penempatan kotak P3K:
1) Pada tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau,
diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah
diangkat apabila digunakan.
2) Diletakkan setiap jarak 5 meter dan setiap bagian harus
ada.
Isi kotak P3K
Tabel V.8 Daftar Isi Kotak P3K di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo.
98
No. Daftar Isi Kotak P3K Jumlah
1. Alkohol 1 botol
2. Rivanol 1 botol
3. Obat luka 1 botol
4. Kapas 1 roll
5. Kapas steril 1 pak
6. Plester 1 roll
7. Plester cepat 5 lembar
8. Pembalut segitiga 2 lembar
9. Kasa gulung 1 roll
10. Minyak kayu putih 1 botol
11. Obat luka bakar 1 tube
12. Obat tetes mata 1 botol
13. Gunting 1 buah
14. Daftar isi kotak P3K 1 lembar
15. Petunjuk penggunaan 1 buah
16 Form pemakaian P3K 1 lembar
99
Sumber : PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
Pemeriksaan perlengakapan P3K ini dilaksanakan setiap
6 bulan sekali oleh petugas Pokja Hyperkes dan 1 bulan sekali
oleh ketua/anggota BK3.
2. Alat evakuasi dan transportasi
Alat evakuasi menggunakan tandu dan atau enggunakan
ambulans sebagai alat transportasi ketika terjadi kecelakaan.
3. Fasilitas tambahan berupa APD dan atau perlengkapan
khusus di tempat kerja yang emiliki potensi bahaya khusus,
misalnya shower pada bagian penyimpanan bahan kimia.
V.4.5.2 Tujuan Pelaksanaan P3K PT Kertas Leces (Persero)
Probolinggo
1. Agar persediaan perlengkapan kotak P3K di semua tempat
kerja senantiasa terpenuhi dengan peraturan yang telah
ditetapkan.
2. Memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum
pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau
petugas kesehatan lainnya.
V.4.5.3 Penyediaan Perlengkapan P3K
100
Pada PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo penyediaan
perlengkapan P3K menjadi tugas hyperkes dan balai pengobatan,
adapun langkah-langkah urutan penyediaan perlengkapan P3K
adalah sebagai berikut:
1. Petugas Hyperkes dan balai pengobatan mengecek buku stok
perlengkapan P3K.
2. Membuat pesanan sesuai jenis perlengkapan P3K yang
stoknya sudah minimal.
3. Petugas mengebon uang muka dan melakukan pembelian
perlengkapan P3K ke apotik.
4. Barang-barang yang sudah dibeli kemudian di catat di buku
stok perlengkapan P3K.
V.4.5.4 Pemantauan Perlengkapan P3K
Pemantauan perlengkapan P3K di PT Kerrtas Leces (Persero)
Probolinggo dilakukan oleh ketua dan anggota BK3 di masing-
masing unit kerja, pemantauan dilaksanakan secara periodic.
Adapun untuk pemantauan perlengakapan P3K di PT Kertas
Leces (Persero) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Ketua dan anggota BK3 masing-masing Sub unit kerja,
secara periodik memantau perlengkapan P3K dan
pemakaiannya. Kemudian hasil dari pemantauan tersebut
dilaporkan pada pertemuan BK3. Apabila ada perlengkapan
P3K yang rusak/habis/kadaluarsa, wajib melaporkan atau
101
memberitahukan kepada Sub Unit hyperkes dan segera
melakukan pengebonan
2. Setelah dilakukan pemantauan,kemudian pemantau mengisi
daftar pemantauan yang tersedia di kotak P3K dengan
menulis tanggal pemantauan, Nama, NIK, dan tanda tangan
pemantau. Kemudian pemantau mengisi kolom keterangan
(C=Cukup, K=Kurang, B=Baik, R=Rusak).
3. Setiap 6 bulan sekali Sub Unit hyperkes melakukan
pemantauan P3K dan perlengkapannya, yang kemudian akan
dilaporkan dalam hasil pemantauan.
V.4.5.5 Pengebonan Perlengkapan P3K
Setelah dilakukan pemantauan, dan jika terdapat obat-obat yang
telah habis/habis masa berlakunya/rusak. Anggota dari BK3 atau
pekerja setempat wajib melakukan pengebonan untuk stok obat
yang ada di kotak P3K..
Adapun langkah-langkah untuk pengebonan
perlengkapan P3K adalah sebagai berikut
1. Pekerja yang akan mengebon mengambil form :
RSKL-201/Rev.AO,2005, isi form tersebut sesuai dengan
jenis perlengkapan P3K yang akan di bon.
2. Setelah form tersebut diisi, kemudian form tersebut di ajukan
kepada supervisor/kuasa supervisor, untuk ditanda tangani.
102
3. Setelah form tersebut ditanda tangani oleh supervisor/kuasa
supervisor, kirim dan ambil perlengkapan P3K yang di bon
ke Sub Unit Hyperkes dengan dilampiri bukti pemakaian.
V.5 Sistem Penanggulangan Kebakaran PT Kertas Leces (Persero)
Probolinggo
PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo termasuk perusahaan dengan
potensi bahaya kebakaran cukup tinggi karena kertas adalah bahan yang
mudah terbakar. PT Kertas Leces (Persero) telah menerapkan sistem
penanggulangan kebakaran dengan baik dengan adanya unit
penanggulangan kebakaran sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Kep 186/MEN/1999 yang dikenal dengan PMK (Penanggulangan Musibah
Kebakaran) dan PT Kertas Leces (Persero) telah memiliki Ahli K3 spesialis
kebakaran sebagai Kabag Keselamatan Kerja (Matker).
Sistem proteksi kebakaran bertujuan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan
yang digerakkan secara manual atau otomatis. PT Kertas Leces (Persero)
mengenal 2 sistem yaitu sistem basah dan sistem kering. Sistem basah
terdiri dari hydrant, hose reel, sprinkler, mobil PMK. Sedangkan sistem
kering dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR).
V.5.1 Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran.
103
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan
3. NFPA (National Fire Protection Association) 10 Standard for
Portable Fire Extinguishers 2007 Edition.
4. Instruksi Mentri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11/M/B/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
V.5.2 Sistem Basah
A. Hydrant
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran, yang dipasang
permanen berupa jaringan perpipaan berisi air yang bertekanan yang
siap untuk memadamkan kebakaran. Di PT Kertas Leces terdapat 78
buah hydrant. Sumber air yang dipergunakan untuk hydrant berasal
dari Ronggojalu, dengan bantuan pompa induk dan cadangan (dengan
diesel). Pemeriksaan hydrant dapat dilakukan minimal 4 bulan sekali
di semua area di PT Kertas Leces (Persero) dan dilakukan oleh
pekerja yang telah ditunjuk.
1. Pemeriksaan Hydrant
Valve Induk
Valve induk dibuka dengan cara diputar. Kemudian
diperiksa masih berfungsi atau rusak, bila perlu diberi
pelumas agar tidak berkarat sehingga memudahkan
untuk membuka
Kopling
104
Kopling merupakan tempat keluarnya air. Diperilksa
apakah masih baik atau tidak.
Tutup kopling
Diperiksa apakah masih lengkap, rusak atau hilang.
Untuk perawatannya diberikan pelumas agar tidak
korosif.
Valve distribusi
Diperiksa apakah masih berfungsi.
Tekanan air
Tekanan air diperiksa dengan melihat pancaran air
yang keluar tekanannya sudah mencukupi.
Cat pilar
Memperiksa kondisi cat pilar apakah masih baik atau
sudah terkelupas sehingga menyebabkan korosi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985
pilar hydrant harus mudah dilihat, mudah dijangkau, tidak terhalang,
bebas dari debu dan korosif. Sedangkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan masih terdapat pilar-pilar hydrant yang dalam kondisi
kurang terawat, cat dan petunjuk informasi sudah pudar dan tidak
dapat dibaca.
2. Pengujian Hydrant
Sesuai dengan Intruksi Menteri Tenaga Kerja No.
Ins.11/M/B/W/1997 pompa hydrant harus mempunyai
karakteristik tekanan minimal 4,5 kg/cm2 dan laju aliran
105
minimal 500 US GPM. Suplai daya listrik yang digunakan
pada hydrant harus menggunakan daya listrik tersendiri
tidak mengikuti listrik panel utama dan tidak boleh daya
yang dipakai untuk pompa hydrant digunakan untuk
instalasi lain yang tidak berhubungan dengan pelayanan
pompa.
Pengujian hydrant di PT Kertas Leces (Persero):
1) Buka titik hydrant terdekat dengan pompa. Ukur
tekanan pada mulut pemancar dengan pipa pitot
dan catat pada manometer di ruang pompa.
2) Buka titik hydrant kedua yaitu titik hydrant
terjauh dan titik pengujian pertama tetap
terbuka. Ukur tekanan pada mulut pamancar
dan tekanan manometer di ruang pompa.
3) Buka titik hydrant ketiga yaitu titik hydrant
pertengahan dan titik hydrant pertama dan
kedua tetap terbuka. Ukur tekanan pada ulut
pemancar dan tekanan manometer di ruang
pompa.
B. Hose Reel
Hose Reel adalah alat kebakaran berupa slang karet atau plastik
perukuran 3/4 inch atau 1/2 inch yang dapat digulung dan dipasang di
106
suatu lokasi. Alat ini dapat ditarik mendekati lokasi kebakaran dan
langsung mengeluarkan air. Peralatan ini dipasang didaerah dengan
kebakaran tinggi yang memerlukan tindakan cepat.
Jumlah hose reel di PT Kertas Leces (Persero) berjumlah 475 buah
dan dilakukan pemeriksaan minimal 4 bukan sekali oleh petugas PMK
PT Kertas Leces (Persero). Bagian-bagian yang diperiksa antara lain:
1. Box
Memeriksa kondisi dari box yang ada. Apakah kondisi
box masih baik, tidak terhalang, tidak korosif dan telah
dilengkapi dengan kunci pengaman.
2. Selang
Memeriksa kondisi selang apakah masih masih normal
atau ada lubang bocor pada selang, panjang selang tidak
kurang dari 15 meter.
3. Klem
Memeriksa klem masih utuh dan berfungsi dengan
baik.
4. Valve
Memeriksa kondisi valve apakah dalam kondisi dan
berfungsi dengan baik.
5. Tekanan air
Melihat tekanan air apakah sudah mencukupi atau
tidak.
107
Dari pengujian dan pemeriksaan di Paper Machine II hose reel
yang kami ikuti, pada Paper Machine II masih terdapat hose reel yang
kurang baik. Pada box warna terlihat pudar, panjang tidak mencapai
30 meter, regulator yang hilang, selang yang bocor serta terdapat
bungkus makanan di dalamnya.
C. Sprinkler
Sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung
penyemprotan (dischange nozzle) yang kecil (Sprinkler heat) dan
ditempatkan pada suatu bangunan. Cara kerja sprinkler yaitu apabila
terjadi kebakaran, panas dari api melelehkan sambungan solder atau
sambungan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air.
PT Kertas Leces (Persero) menggunakan jenis gelas sprinkler
berwarna merah yang bekerja apabila tempat kerja pada suhu 68o C.
Sprinkler hanya dipasang pada area tertentu yang memungkinkan
terjadinya kebakaran, seperti di finishing, paper machine.
D. Mobil PMK
Mobil PMK merupakan sarana pemadaman kebakaran yang sangat
penting dan dapat bergerak dengan cepat menuju lokasi kebakaran.
Alat ini adalah bermacam-macam jenis dan tipenya tergantung
penggunaan dan pabrik pembuatnya. PT Kertas Leces (Persero)
memiliki 3 unit mobil PMK, yakni 1 mobil asli buatan Jerman dan 2
mobil yang dimodifikasi. Untuk yang mobil yang dimodifikasi
memiliki kapasitas air 7000 m3 dan asli 4000 m3.
108
Mobil asli buatan Jerman berkapasitas lebih sedikit karena terdapat
ruang untuk peralatan pemadam seperti nozzle, kopling, selang dan
disel hydrant.
V.5.3 Sistem Kering
Sistem penanggulangan kebakaran yang bersifat kering di PT Kertas
Leces (Persero) adalah dengan menggunakan alat pemadam api ringan
(APAR). Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya
kebakaran (Permenaker No. 04/MEN/1980).
Penyediaan APAR sebanyak 475 buah. APAR yang digunakan di PT
Kertas Leces (Persero) adalah sebagai berikut :
1. Dry Chemical Powder
Jenis ini bisa dipakai untuk kebakaran kelas A, B, C yang tergantung
dari bahan / media isi APAR.
2. AF 11 E
APAR jenis ini berbentuk cairan, menggantikan jenis halon yang
dilarang penggunaanya karena berbahaya dan dapat merusak lapisan
ozon. AF11E digunakan untuk mengatasi kebakaran A, B , C dan D.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per-04/MEN/1980 pemeriksaan APAR dilakukan 2 kali dalam setahun. Di
PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo pemeriksaan APAR dilakukan
minimal 4 bulan sekali di semua area di PT Kertas Leces (Persero) dan
dilakukan oleh pekerja yang telah ditunjuk.
109
Pemasangan APAR di PT Kertas Leces (Persero) ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Letak antar APAR 15 m
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, masih banyak posisi APAR
yang tidak memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Seperti
peletakkan posisi APAR yang terhalang oleh benda, posisi APAR yang
terlalu tinggi (seharusnya 1,25 m), terdapat tanda pemasangan namun tidak
ada APAR.
V.6 Penerapan 5 R
5R merupakan upaya pelaksanaan ketatarumahtanggaan dalam
perusahaan yang terdiri dari ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin.
Penyelenggaraan program 5R membawa dampak yang positif karena 5R
dapat menciptakan keselamatan kerja dengan pemeliharaan kebersihan,
kesehatan, dan ketertiban di tempat kerja sehingga dapat terhindar dari
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai dengan UU No. 1 tahun
1970 pasal 3 ayat 1 point (l).
Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) bisa juga
dikatakan sebagai penerapan housekeeping dimana housekeeping
merupakan prasarana penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan
kecelakaan kerja. Housekeeping tentu tidak hanya menyangkut kebersihan.
Namun, juga termasuk menjaga tempat kerja agar selalu rapi dan teratur,
110
memelihara lantai dan ruangan agar bebas dari bahaya tergelincir serta
memindahkan material berbahaya.
Konsep 5R berasal dari 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dam
Shitsuke). Konsep ini berasal dari Jepang yang kemudian diadaptasikan di
Indonesia menjadi 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin). Pada
dasarnya 5R merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan
penataan dan kebersihan tempat kerja (Hirano, 1992).
Seiri atau Ringkas berarti singkirkan barang-barang yang tidak
diperlukan di tempat kerja dan buang atau musnahkan. Seiton atau Rapi
berarti susun barang-barang yang diperlukan di tempat kerja sesuai dengan
fungsi atau kelompoknya dengan lay out yang benar dan efisien agar mudah
dicari, mudah mendapatkan, dan mudah mengembalikan. Seiso atau Resik
berarti bersihkan tempat kerja, dinding, lantai, lorong, dan langit-langit
ruangan serta mesin dan peralatan dari debu dan kotoran yang melekat,
genangan air, ceceran oli, sarang laba-laba, serta kerusakan sehingga tempat
kerja dalam keadaan bersih, mengkilat, serta terawat terus-menerus. Seiketsu
atau Rawat berarti mempertahankan apa yang sudah dicapai selam
melaksanakan Seiri, Seiton, Seiso agar tidak kembali pada kondisi semula,
dengan membuat dan menetapkan standart kebersihan di tempat kerja.
Shitsuke atau Rajin berarti pastikan semua orang untuk berdisiplin dan
mematuhi cara serta peraturan yang sudah dibuat, yaitu bekerja sesuai
dengan sistem dan prosedur (BP2TK, 2003).
V.6.1 Landasan Hukum
111
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal
3 ayat 1 menyebutkan bahwa, “Salah satu cara terciptanya
keselamatan kerja adalah pemeliharaan kebersihan, kesehatan dan
ketertiban di tempat kerja”.
2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
V.6.2 Maksud dan Tujuan 5R
Menurut Industrial Accident Prevention Association (2008),
housekeeping yang baik memiliki keuntungan antara lain:
1) Eliminasi kekacauan yang adalah penyebab utama kecelakaan seperti
terpeleset, terjatuh, terantuk serta ledakan dan kebakaran. Mereduksi
kemungkinan bahan-bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh
(misalnya: debu, asap).
2) Meningkatkan produktivitas sebab peralatan dan material yang
dibutuhkan akan mudah ditemukan.
3) Membantu meningkatkan citra perusahaan sebab housekeeping yang
baik merupakan refleksi cara menjalankan perusahaan. Tempat kerja
yang teratur dapat menimbulkan kesan yang positif pada semua orang
yang memasukinya baik pekerja, customer, pengunjung dan lainnya.
4) Membantu perusahaan meminimalisir biaya inventaris sebab
housekeeping yang baik membantu menjaga jumlah inventaris yang
akurat.
5) Membantu perusahaan memanfaatkan tempat dan ruangan secara
optimal.
112
Membuat tempat kerja rapi, nyaman, dan menyenangkan sebab
menghindarkan pemandangan yang tidak menyedapkan.
V.6.3 Kegiatan 5R
Kegiatan 5R adalah kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari
pekerjaan sehari-hari. Kegiatan 5R tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan
namun juga bermanfaat bagi pribadi karyawan sendiri karena kegiatan ini
merupakan faktor pendukung bagi kualitas kehidupan kerja mereka.
Kegiatan progam 5R yang harus dilakukan di tempat kerja adalah:
1. Ringkas
R1 atau ringkas adalah memilah-milah antara barang yang
diperlukan dengan barang-barang yang tidak diperlukan.
Selanjutnya menyingkirkan barang yang tidak diperlukan dari
tempat kerja. Banyaknya barang di tempat kerja disamping menjadi
barang penghalang kerja, juga menciptakan kerawanan kerja.
Progam ringkas tempat kerja dapat di terapkan melalui 4 langkah:
a. Penyeragaman pengertian
b. Kegiatan langsung meringkas tempat kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Pembagian ringkas
2. Rapi
R2 atau rapi berarti menstandarkan penyimpanan, tetapi
menstandarkan tidak dapat dimulai sampai semua menjadi bersih.
Hal pertama yang dibutuhkan adalah beberapa pekerjaan yang
memakai sapu dan lap untuk menghilangkan kotoran. Prinsip
113
utama tempat kerja yang rapi adalah setiap barang yang berada di
tempat kerja mempunyai tempat yang sudah disediakan. Lima
langkah menuju rapi yaitu :
a. Pengelompokkan barang di tempat kerja
b. Persiapan tempat penyimpanan
c. Pemberian tanda batas tempat
d. Tanda pengenal barang
e. Peta lokasi tempat penyimpanan barang.
3. Resik
R3 atau resik adalah menghilangkan semua debu dan kotoran dan
menjaga tempat kerja melalui bersih. Prinsip resik adalah
membersihkan segala sesuatu di tempat kerja termasuk mesin, alat
kerja, meja, kursi, lantai dan dinding. Langkah-langkah menuju
resik, antara lain:
a. Penyediaan sarana kebersihan di tempat kerja
b. Kegiatan pembersihan di tempat kerja
c. Peremajaan di tempat kerja
d. Pelestarian resik di tempat kerja
4. Rawat
R4 atau rawat merupakan suatu usaha agar tempat kerja yang
sudah menjadi baik dapat selalu dipelihara. Prinsip utama rawat
adalah semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan di
tempat kerja dan tepat waktu.
Empat langkah menuju rawat antara lain:
114
a. Penentuan butir kendali
b. Rancangan mekanisme pantau
c. Tindak lanjut menyimpan
d. Pemeriksaan berkala
5. Rajin
R5 atau rajin adalah menciptakan tempat kerja dimana masalah
dapat langsung dikenali, sehingga tindakan perbaikan dapat segera
diambil. Secara sistematis rajin di tempat kerja dikembangkan
melalui 4 langkah antara lain:
a. Penetapan target bersama
b. Teladan atasan perlu dikembangkan
c. Pembinaan hubungan karyawan
d. Kesempatan belajar bagi karyawan
V.6.4 Manfaat 5R
Program 5R merupakan teknik peningkatan mutu dan produktivitas
di perusahaan yang sederhana dan murah, mudah untuk diterapkan. Pada
hakekatnya mampu melibatkan seluruh karyawan untuk melakukan
perbaikan atau penyempurnaan terhadap proses dan tempat kerja, baik itu
terkait dengan penekanan terhadap cacat produksi, kerusakan mesin, dan
kecelakaan kerja. Dengan demikian manfaat penerapan 5R memang sudah
tidak dapat diragukan lagi yaitu antara lain :
1. Zero waste yang berarti mengurangi biaya dan efisiensi meningkat
2. Zero injury yang berarti keselamatan kerja lebih baik
3. Zero breakdown yang berarti pemeliharaan lebih baik
115
4. Zero deffect yang berarti kualitas lebih baik
5. Zero set up time yang berarti tidak ada waktu yang terbuang
6. Zero late delivery yang berarti dapat memenuhi permintaan
pelanggan tepat waktu
7. Zero customer claim yang berarti pelanggan menaruh tingkat
kepercayaan yang tinggi
8. Zero defisit yang berarti perusahaan akan lebih maju
V.6.5 Penerapan 5R di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo
5R adalah suatu teori, tata cara, metode, teknik beserta praktiknya
untuk melakukan kebersihan, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
PAK serta meminimalisir pengeluaran biaya perusahaan akibat kejadian
yang tidak terduga. Audit internal untuk 5R dilakukan setiap 3 bulan sekali
yang dilakukan oleh tim audit yang bertugas memeriksa dan menilai 5R di
masing–masing unit kerja atau kelompok (kantor, pergudangan, bengkel,
dan produksi). Tim ini mencari solusi dari ketidaksesuaian dari 5R. Dalam
audit ini ada 2 kegiatan yaitu : sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan.
Tiga langkah menuju 5R antara lain :
a. Persiapan (5R aktif)
b. Pembudayaan (5R efektif)
c. Lanjutan (5R pencegahan)
Faktor yang dapat mempengaruhi terselenggaranya progam 5R
dengan baik di PT Kertas Leces adalah :
1. Adanya komitmen dari manajemen
Komitmen perusahaan dapat berupa antara lain :
116
a) Tour plant
b) Komunikasi dan pengertian 5R pada seluruh karyawan
c) Tinjauan manajemen
d) Memastikan tersediannya SDM
e) Kerangka kerja, didalamnya terdapat kebijakan perusahaan,
visi dan misi.
2. Adanya organisasi
Organisasi 5R di bentuk berdasarkan SK direksi PTKL No.
46A/KPTS-UP/L/VI/2000 yang berisi pembentukan tim audit dan
tim implementasi.
a. Tim audit
Tim audit terdiri dari :
Penanggung jawab : Manajer dalkual
Ketua : Super Intenden /kepala departemen
Wakil ketua : Super Intenden/kepala departemen
Sekertaris : Super Intenden /kepala departemen
Anggota : Supervisor atau Kabag
Tugas dari tim audit adalah :
a) Menentukan progam dan jadwal audit
1) Penilaian kebocoran
2) Penilaian buangan
3) Penilaian kebersihan
4) Penilaian penyimpanan dan pengangkutan
117
b) Mengadakan audit
c) Melaporkan hasil
d) Memonitor dan mengevaluasi
b. Tim implementasi
Tim implementasi terdiri dari :
Penanggung jawab : Manajer utama plant
Ketua : Super Intenden produksi
Wakil ketua : Super Intenden PP. Tek
Sekertaris : Super Intenden/kepala departemen
Anggota : Semua SI
Tujuan dibentuknya tim implementasi adalah :
1. Melaksanakan dsan mengkoordinasikan 5R
2. Menindaklanjuti temuan tim audit berupa tindakan
perbaikan dan pencegahan
c. Administrasi organisasi 5R
d. Adanya diklat dan promosi
Tujuan diadakannya diklat adalah untuk memberikan pengetahuan
dan pembelajaran tentang program 5R yang akan dilaksanakan di
perusahaan serta menyamakan visi dan misi tentang 5R.
V.7 Penanganan Limbah Medis
V.7.1 Landasan Hukum
1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
118
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup
3. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. PP No. 18 tahun 1999 dan PP No. 85 tahun 1999 tentang
Pengolahan B3.
5. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
6. Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
V.7.2 Definisi Limbah Medis
Menurut Depkes RI (1992), sampah dan limbah rumah sakit
adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis
dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah non medis adalah sampah makanan, kertas, maupun alat
lain yang tidak kontak langsung dengan penderita.
V.7.3 Jenis-Jenis Limbah Medis
Berdasarkan Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, jenis-jenis limbah rumah
sakit antara lain :
1. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non-medis.
119
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
3. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti
insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik.
6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan
organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan
dan stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang
120
percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau
kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.
Jenis-jenis limbah medis yang dihasilkan di Balai Pengobatan
Kertas Leces diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Limbah patologis
Limbah ini dapat berupa sisa luka atau jaringan tubuh, kapas
dan kasa bekas dari pembersihan luka/darah, plasenta dan
sejenisnya.
2. Limbah benda tajam
Limbah yang berupa benda-benda tajam yang dapat beresiko
bagi keselamatan dan kesehatan orang lain dan tenaga kerja.
Limbah benda tajam, meliputi: vial, ampul, jarum.
3. Limbah plastik spuit
Berupa spluit bekas yang sudah digunakan untuk injeksi beserta
dengan plastiknya.
4. Limbah bungkus kapas dan kasa
Limbah plastik atau kapas atau kasa yang telah digunakan
untuk pengobatan maupun perawatan kesehatan
5. Limbah botol infus
121
Berupa botol bekas injeksi atau bekas obat yang sudah
digunakan.
Sumber limbah medis di Balai Pengobatan Kertas Leces berasal
dari UGD, Poli KIA, Poli Gigi, Laboratorium, dan ruang rawat inap.
Secara umum limbah medis di BPKL telah dikelompokkan sesuai jenis
dan tingkat pencemarannya. Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
V.7.4. Instrumen Pengelolaan Limbah Medis di BPKL
Instrumen yang digunakan di Balai Pengobatan Kertas Leces
meliputi:
1. SOP Pembuangan sampah medis
2. Plabottle bekas atau tempat lain yang diizinkan
3. APD (masker dan sarung tangan karet)
4. Label dan simbol sampah medis
5. Timba
6. Alat tulis
7. Log sheet
8. Timbangan
9. Tas plastik hitam
Secara umum sistem pewadahan dan pelabelan di BPKL telah
sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/ MENKES/ SK/X/ 2004.
122
V.7.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Limbah
Medis di BPKL
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbah medis di
Balai Pengobatan Kertas Leces terbagi menjadi 4 macam yaitu:
1. Limbah benda tajam
a) Siapkan plabottle bekas. Beri logo dan simbol sampah
medis untuk limbah benda tajam. Tempel stiker untuk
penulisan data (area, jenis sampah, waktu pengumpulan,
berat, nama dan tanda tangan petugas). Tulis data area jenis
sampah medis limbah plastik. Setelah plabottle berisi 2/3
bagian, tutup lobang plabottle. Spuit ke dalam sampah
medis-limbah plastik. Setelah plabottle berisi 2/3 bagian,
tutup lubang plabotte dengan plester. Isi stiker data: waktu
akhir pengumpulan, berat plabottle, dan nama serta tanda
tangan petugas. Catat ke dalam log book. Masukkan
plabottle yang sudah lengkap datanya ke timba plastik
besar yang sudah diberi plastik hitam, logo dan simbol
sampah medis-limbah benda tajam di gudang sampah
medis.
b) Ampul, jarum dan selang infus sama dengan jarum suntik.
2. Vial yang sudah terpakai
Masukkan ke dalam sampah vial. Setelah 2/3 bagian, timbang,
catat ke dalam log book kemudian masukkan ke dalam timba
123
plastik yang sudah diberi plastik yang sudah diberi plastik
hitam, logo dan simbol sampah medis- limbah vial.
3. Limbah patologis (kapas, kasa, jaringan tubuh, plasenta)
Siapkan timba yang sudah berisi plastik hitam, cairan
desinfektan, logo dan simbol sampah patologis. Masukkan
limbah patologis ke dalam bak. Apabila isi timba sudah
maksimal, yaitu 2/3 bagian, buang limbah cair tersebut paling
lama 1 x 24 jam ke septic tank. Timbang kapas, kasa, jaringan
tubuh, plasenta dan sejenisnya. Catat ke dalam log book.
Sebelum dibakar di incenerator
4. Botol infus
Masukkan ke dalam wadah plastik besar yang sudah diberi logo
dan simbol sampah medis/limbah plastik (botol infus). Di dalam
gudang sampah medis. Timbang dan catat limbah yang masuk
kedalam log book, isi bak penampung limbah tidak boleh lebih
dari 2/3 bagian dari volume bak.
5. Plastik bungkus (spuit, jarum suntik, surflo, venflon,dll).
Masukkan plastik bungkus ke sampah plastik. Apabila sudah
penuh buang ke TPS non kertas.
6. Bungkus kasa dan kapas.
Dimasukkan ke dalam sampah kertas. Dikirim ke grubben PM 1
untuk di daur ulang ke dalam pabrik.Sampah medis yang tertera
di log book akan di-entry data dan dibuat laporan pengelolaan
limbah medis.
124
V.7.6 Jadwal Penyimpanan Limbah Medis di BPKL
Secara umum penyimpanan limbah medis di Balai Pengobatan
Kertas Leces adalah :
a. Jika limbah yang dihasilkan < 50 kg maka masa penyimpanan
limbah maksimal 6 bulan.
b. Jika limbah yang dihasilkan > 50 kg maka masa penyimpanan
maksimal 3 bulan.
c. Waktu penyimpanan tersebut terhitung mulai tanggal awal
limbah dikumpulkan + 3 bulan kemudian.
d. Pembakaran dilakukan setiap bulan ke instansi yang
berwenang (khusus limbah botol infus dibakar 1 bulan sekali).
Untuk sistem pembakaran limbah medis, BPKL bekerja sama
dengan RS Tongas Probolinggo karena belum adanya ijin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dalam penggunaan incenerator.