bab 5(1)

102
BAB V PEMBAHASAN V.1 Pencegahan Kecelakaan Kerja Unit Boiler di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo V.1.1 Pengertian dan Teori Kecelakaan Kerja Definisi kecelakaan kerja yaitu situasi tidak terduga yang menimbulkan kerusakan materi, kegagalan, proses produksi, luka bahkan kematian. Analisa sebab dan akibat kecelakaan, ada tiga penyebab utama kecelakaan kerja yaitu : 1. Peralatan kerja dan perlengkapannya Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja. 2. Tempat kerja Keadaan tempat yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak diperkenankan. 3. Pekerja 56

description

kesehatan

Transcript of bab 5(1)

Page 1: bab 5(1)

BAB V

PEMBAHASAN

V.1 Pencegahan Kecelakaan Kerja Unit Boiler di PT Kertas Leces (Persero)

Probolinggo

V.1.1 Pengertian dan Teori Kecelakaan Kerja

Definisi kecelakaan kerja yaitu situasi tidak terduga yang

menimbulkan kerusakan materi, kegagalan, proses produksi, luka bahkan

kematian.

Analisa sebab dan akibat kecelakaan, ada tiga penyebab utama

kecelakaan kerja yaitu :

1. Peralatan kerja dan perlengkapannya

Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja.

2. Tempat kerja

Keadaan tempat yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan

faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak

diperkenankan.

3. Pekerja

Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara kerja dan

keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang

baik.

Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi

faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan

demikian akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah

56

Page 2: bab 5(1)

57

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali. Akar penyebab kecelakaan

dapat dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Immediate causes

Kelompok ini terdiri dari 2 faktor yaitu :

a. Unsafe Acts ( pekerjaan yang tidak aman ) misalnya penggunaan alat

pengaman yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara

kerja yang kurang baik, penggunaan peralatan yang tidak aman,

melakukan gerakan berbahaya.

b. Unsafe Condition ( lingkungan yang tidak aman ) misalnya tidak

tersedianya perlengkapan safety atau perlengkapan safety yang tidak

efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan berantakan, pakaian

yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia dilingkungan

kerja tidak memenuhi syarat.

2. Contributing causes

a. Safety manajemen sistem, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak

taat pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada

sosialisasi tentang keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau,

tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain.

b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan

kerja kurang, tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja

lamban, perhatian terhadap keselamatan kurang, emosi tidak stabil,

pemarah dan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak

memenuhi syarat, tuli, mata rabun dan lain-lain.

Page 3: bab 5(1)

58

V.1.2 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan kerja

Boiler CFB di PT Kertas Leces (Persero) ini menggunakan batu

bara sebagai bahan bakar utamanya, serta LNG (Liquid Natural Gas) yang

berfungsi sebagai bahan bakar pemanasan di dalam boiler. Penyimpanan

batu bara di PT Kertas Leces (Persero) di tempatkan digudang yang

ukurannya cukup besar dengan dilengkapi ventilasi yang cukup dan wheel

loader sebagai alat angkut batu baranya yang fungsinya disana untuk

mengangkut batu bara ketempat penghalusan atau crusser di dalam gudang

penyimpanan untuk dibawa conveyor. Di tempat ini potensi bahaya juga

tinggi dimana para pekerja bisa tertabrak oleh wheel loader yang

mengangkut batu bara dan bahaya lainnya terutama adalah bahaya

kesehatannya, dimana para pekerja disini hanya dilengkapi dengan masker

kain saja. Sedangkan dampak yang ditimbulkan dari debu batu bara sendiri

yang dapat menimbulkan efek kesehatan kronis untuk sistem

pernafasannya terutama paru-parunya.

Boiler batu bara di PT Kertas Leces (Persero) merupakan boiler

CFB yang memiliki kapasitas besar dengan konsumsi batu bara 20 ton per

hari dengan potensi bahaya yang beragam dari temperature panas yang

sangat tinggi, pressure atau tekanan pada pipa-pipanya yang juga tinggi,

serta bahaya-bahaya dari bahan kimia yang terdapat di boiler ini. Boiler ini

juga memiliki tempat pengolahan untuk sumber air yang akan digunakan

untuk kebutuhan boiler, tempat tersebut adalah Demineralizing Plant.

Proses yang terjadi di Demineralizing Plant yaitu air yang digunakan

Page 4: bab 5(1)

59

adalah mata air dari Ronggojalu, yang airnya disedot ke tempat

Demineralizing Plant untuk diolah

Di area Demineralizing Plant ini potensi bahaya yang ada antara

lain tekanan air di pipa-pipanya, dari bahan kimia yang digunakan untuk

menghilangkan mineral dan ion negatif dan positif dapat berpotensi

menciderai pekerja serta dapat menyebabkan efek kronis yaitu kanker.

Dengan berbagai macam bahaya yang ada di boiler batu bara ini,

pencegahan merupakan langkah yang harus diutamakan agar para pekerja

dapat terhindar dari bahaya-bahaya tersebut. Pencegahan kecelakaan kerja

dapat dilakukan dengan :

1. Pengamatan risiko bahaya di tempat kerja.

Pengamatan risiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi

yang berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan

yang terjadi ditempat kerja.

Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja

a. Pengukuran risiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi

kecelakaan dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi

sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian

fatal pada setiap pekerja.

b. Penilaian risiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber

pencemaraan, faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan,

tingkat kerusakaan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja

di ketinggian dengan risiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja

Page 5: bab 5(1)

60

atau bekerja di pemotongan dengan risiko terpotong karena kontak

dengan benda tajam dan lain-lain.

2. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja

Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang

harus dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai

instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar

dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan

peralatan dan kecelakaan. Di boiler batu bara harus benar-benar

diterapkan Standar Operasional Prosedur yang baik, agar saat

melakukan operasional boiler maupun selesai melakukan

operasional dalam keadaan yang baik dan tidak mengalami

kecelakaan kerja.

3. Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja

Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja

sangat ditentukan oleh proses produksi yang ada, teknik atau

metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang

digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan

terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat

mengurangi risiko bahaya kecelakaan. Pada bagian fly as dan

bottom as masih belum diterapkan pengendalian yang baik, karena

debu hasil pembakaran batu bara di furnace masi dalam keadaan

yang berpotensi membahayakan pernapasan manusia yaitu pekerja

di bagian terdekat penimbunan fly as dan bottom as.

Page 6: bab 5(1)

61

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :

a. Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau

resiko bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti

bahan berbahaya yang digunakan dalam proses produksi

dengan bahan yang kurang berbahaya.

b. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor

bahaya yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk

mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,

memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak

langsung dengan mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain.

c. Administrative Control, yaitu pengaturan secara administrative

untuk melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai

dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja,

penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

4. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja

Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses

produksi yang harus dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada

tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja

saat melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan

budaya keselamatan kerja di tempat kerja.

Di bagian boiler batu bara PT Kertas Leces (Persero)

peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan

memberi pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

Page 7: bab 5(1)

62

awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan

wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk

melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat

kerjanya.

5. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja

Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja,

apalagi di boiler yang berbahan batu bara. Pada kondisi tertentu

tenaga kerja, pengunjung dari luar perusahaan tidak menyadari

adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja, untuk menghindari

terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu

peringatan berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan

lain sebagainya di area boiler. Selain upaya pencegahan juga perlu

disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja yaitu :

a. Penyediaan P3K

Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang

mungkin terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi

korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan,

peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah

dijangkau, petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K

harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di

tempat kerja.

b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat

Page 8: bab 5(1)

63

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa

kita sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif

yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata atau

terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi keadaan tersebut

perencanaan dan penyediaan perlatan atau perlengkapan

tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti

pemadam kebakaran, hidran, peralatan emergency shower, eye

shower dengan penyediaan air yang cukup, semua peralatan ini

harus mudah dijangkau.

Kecelakaan kerja pasti menelan biaya yang tinggi. Dari segi

biaya dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus

dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat umum jaman dahulu

yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan

kerja seolah-olah takdir yang harus diterima. Kecelakaan dapat

dicegah, asal ada kemauan yang cukup untuk mencegahnya dan

pencegahan dilakukan atas dasar pengetahuan yang memadai

tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-

teknologi upaya preventif terhadap kecelakaan (Suma’mur, 2009).

Penerapan pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan

dengan baik di suatu tempat kerja dapat mencegah terjadinya

kecelakaan yang baru, sehingga potensi bahaya yang ada dapat

diketahui kemudian dinilai risikonya untuk dilakukan

pengendalian. Pengendalian yang dilakukan harus efektif dan

efisien agar dapat meringankan biaya serta bermanfaat semaksimal

Page 9: bab 5(1)

64

mungkin dalam mencegah timbulnya kecelakaan kerja bagi tenaga

kerja.

V.2 Penanganan Radiasi di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

V.2.1 Pengertian

Radiasi adalah sejenis sinar yang tidak tampak yang dikeluarkan dari

bahan/benda yang bersifat radioaktif. Kita tidak dapat mendengar,mencium,

merasakan atau merabanya. Indera manusia tidak dapat mendeteksi radiasi.

Karena itu siapapun tidak dapat mengetahui kapan dirinya dalambahaya atau

aman. Tapi hal tersebut dapat diketahui/diukur keberadaannya dengan

menggunakan alat.

V.2.2 Jenis radiasi

Secara garis besar radiasi digolongkan menjadi 2 yaitu:

1) Radiasi pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses

ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi

dengan materi. Yang termasuk jenis radiasi pengion adalah :

a. Sinar alpha

Adalah sinar yang dapat dibelokkan oleh medan kutub negatif,

berarti sinar  alpha merupakan partikel-partikel yang bermuatan

positif. Dari hasil penelitian ternyata partikel alpha sama dengan inti

Helium (He).

b. Sinar beta

Page 10: bab 5(1)

65

Adalah sinar yang dapat dibelokkan oleh medan kutub positif,

berarti sinar  beta merupakan partikel-partikel yang bermuatan

negatif. Dari hasil penelitian ternyata partikel beta sama dengan

partikel elektron.

c. Sinar gamma

Adalah sinar yang tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet, berarti

sinar gamma sama dengan sinar-X dan merupakan gelombang

elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang pendek.

2) Radiasi non pengion

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan

efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk jenis

radiasi non-pengiaon adalah :

a. Gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui

radio dan televisi)

b. Gelombang mikro (yang digunakan dalam mikrowave oven dan

transmisi handphone)

c. Sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas)

d. Cahaya tampak

e. Sinar UV

V.2.3 Manfaat radiasi

Pemanfaatan radiasi saat ini telah berkembang pesat meliputi semua

aspek kehidupan manusia yaitu dalam bidang kesehatan, industri maupun

penelitian. Dalam hal ini pemanfaatan dalam bidang industri adalah di pabrik

Page 11: bab 5(1)

66

kertas, ketebalan dapat diatur dengan mengukur beberapa banyak radiasi sinar

beta yang lewat menembus kertas menuju kealat pencacah GM. Dalam pabrik

baja lembaran digunakan sinar gamma.

V.2.4 Bahaya yang ditimbulkan

Bahaya radiasi dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Bahaya radiasi eksternal

Bahaya radiasi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terletak diluar

tubuh manusia, tetapi walaupun berada diluar tubuh manusia tetap dapat

berbahaya jika sampai masuk kedalam tubuh manusia. Bahaya radiasi

eksternal dapat diakibatkan oleh paparan radiasi beta, sinar-X,

gamma/neutron, yang semuannya dapat menembus organ tubuh.

2) Bahaya radiasi internal

Bahaya radiasi internal artinya unsur radioaktif tersebut tidak berbahaya

jika hanya berada diuar tubuh manusia karena jangkauannya sangat

pendek tetapi dapat menjadi berbahaya apabila masuk kedalam tubuh

manusia.

V.2.5 Penerapan Upaya Penanganan Radioaktif PT Kertas Leces

(Persero):

V.2.5.1 Jenis radiasi PT. Kertas Leces (persero)

Zat-zat radioaktif dan masih dipakai di PT Kertas Leces (Persero) adalah:

a. Cs 137 mengeluarkan sinar Gamma

b. Kr 85 mengeluarkan sinar beta

c. Fe 55 mengeluarkan sinar gamma

d. 88Ra 226 mengeluarkan sinar alpha

Page 12: bab 5(1)

67

e. 95Am 241 mengeluarkan sinar alpha

f. Pm 147 mengeluarkan sinar gamma, beta

V.2.5.2 Pemanfaatan Peralatan Gauging dan Perlengkapan Proteksi Radiasi

di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

PT Kertas Leces (Persero) menggunakan beberapa jenis zat radioaktif,

dimanfaatkan untuk mengetahui level tanki, berat jenis, kandungan moist,

kandungan ash, weightometer, juga penangkal petir untuk mengamankan

pabrik, gudang, perumahan.

1. Weighting meter

a. Gambar alat

b. Deskripsi peralatan

1) Sumber radiasi Cs 137 Aktivitas : 100 mCi

2) Seri ; 13001 Mode : 7063

3) Date meas : 08- 81 Waktu paruh : 30 thn

Page 13: bab 5(1)

68

4) Fungsi sebagai alat untuk mengukur berat bahan baku yang akan

masuk ke proses pemasakan, sehingga dapat dilakukan proporsional

dengan bahan pemasakannya.

5) Cara kerja :

Sumber radiasi memancarkan radiasi diarea sensor, besarnya jumlah

radiasi yang diteruskan melalui bahan baku akan dideteksi oleh

detektor, dan hasil pengukuran akan dihitung di rangkaian elektronik

totalizer. Nilai radiasi yang dideteksi oleh detektor berbanding

terbalik dengan jumlah bahan baku yang akan diproses, artinya

semakin kecil radiasi yang dideteksi oleh alat detektor menujukan

jumlah bahan baku yang akan masuk ke proses pemasakan semakin

besar.

2. Level control

a. Gambar alat

Page 14: bab 5(1)

69

b. Deskripsi alat

1) Sumber radiasi Cs 137, Aktivitas : 3 mCi

2) Mode : 1148

3) Waktu paruh : 30 tahun

4) Date meas : 82

5) Fungsi digunakan sebagai sensing element pengukuran level

bagase di area digester.

6) Cara kerja :

Sumber radiasi memancarkan radiasi jika ada pengurangan

intensitas di detektor menujukan level sudah tercapai.

3. Basic weight

a. Gambar alat

Page 15: bab 5(1)

70

b. Deskripsi alat

Sumber radiasi yang digunakan adalah :

1) Kr 85 aktivitas 370 mCi di Paper Machine 2

Seri : Kr 1163

Model : NER 586

Date meas : 8-81

Waktu paruh : 10 thn

2) Kr 85 aktivitas 250 mCi di Paper Machine 3

Type : K-2040-P-3-02

Model : TG 4 Kr 85 S-11

Date meas : 03- 02

Page 16: bab 5(1)

71

Waktu paruh : 10 thn

3) Kr 85 aktifitas 250 mCi di Paper Machine 4

Model : 07 S – 11

Date meas : 05- 90

Waktu paruh : 10 thn

Test interval K- 1387 G

4) Pm 147 aktifitas 500 mCi Paper Machine 5

Waktu paruh : 2,6234 tahun

Made on 20-04-1998

Seri : - /HK 207

Deat meas : 20-04-1998

Waktu paruh : 30 thn

5) Fe 55 aktifitas 100 mCi di Paper Machine 5

Waktu paruh : 2,7 tahun

Date meas : 20-04-1998

Made on 20-04-1998

Seri : - / 8293 LE

6) Sumber radiasi diatas untuk Kr 85 dan Pm147 digunakan

sebagai kontrol berat kertas dan Fe 55 untuk mengukur kadar abu

dalam kertas.

7) Cara kerja :

Sumber radiasi memancarkan radiasi diarea sensor, besarnya

jumlah radiasi yang diteruskan melalui kertas akan dideteksi oleh

detektor. Nilai radiasi yang dideteksi oleh detektor berbanding

Page 17: bab 5(1)

72

terbalik dengan berat kertas / kadar abu kertas, artinya semakin

kecil radiasi yang dideteksi oleh alat detektor menujukan kertas

semakin berat / kadar abu semakin tinggi.

4. Surveymeter

a. Gambar alat

b. Deskripsi alat

Monitor radiasi nuklir “ RAMS “ Radioactivity Monitoring System

terdiri dari dua bagian utama:

Panel Depan yang berfungsi sebagai remote operasional yang terdiri

dari:

1) Panel meter, untuk menampilkan besaran paparan / cacah radiasi

yang terdeteksi dan kondisi tegangan batere.

2) Saklar geser on, off, alert, unuk menghidupkan / mematikan dan

unuk menghidupkan sistem alert / audio.

3) Saklar geser jangkau ukur untuk memilih posisi jangkauan

pengukuran yang terdiri dari x1, x10 dan x100.

Page 18: bab 5(1)

73

4) Saklar tekan test batere untuk mengetahui kondisi tegangan arus

batere yang digunakan untuk mengoperasikan rangkaian modul

elektronik.

5) Bagian dalam yang terdiri dari card elektronik, detektor Geiger

Muller (GM) dan batere 9 volt.

V.2.5.3 Petugas Proteksi Radiasi

Petugas proteksi radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang

izin dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan

dengan proteksi radiasi oleh BAPETEN. Secara keseluruhan, petugas radiasi

yang ada di PT Kertas Leces (Persero) disebut dengan petugas fasilitas,

meliputi : Petugas Proteksi Radiasi (PPR), petugas maintenance/perawatan

dan operator produksi, pekerjaan yang berhubungan dengan sumber radiasi

untuk saat ini dilakukan oleh PPR sedangkan untuk pekerjaan perawatan dan

produksi yang tidak secara langsung berhububungan dengan sumber radiasi

dilakukan oleh petugas perawatan dan operator. Berikut adalah nama personil

yang bekerja di fasilitas radiasi gauging di PT Kertas Leces (Persero) :

Tabel V.1 Daftar Nama Personil yang Bekerja di Fasilitas Radiasi Gauging

PT Kertas Leces (Persero)

No Nama Jenis PekerjaNo.SIB /

Masa BerlakuPend

Pelatihan yang

diikuti

1Syaifur Rachman

PPR01326.124.02.3.310709

11 Nop 2012STM PPR

2 Tri Widodo PPR 05514.124.00.020811 D3 PPR

Page 19: bab 5(1)

74

02 Agustus 2015

3 Turan Perawatan - STM -

4Suhud Wahyudi

Perawatan - STM -

5Dadang Iskandar

Perawatan - STM -

Sumber : PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

V.2.6 Penanganan Limbah Radioaktif di PT Kertas Leces (Persero)

Probolinggo

Limbah radioaktif didefinisikan sebagai bahan radioaktif sisa atau

yang sudah tidak terpakai, atau bahan yang terkontaminasi dengan sejumlah

zat radioaktif pada kadar atau tingkat radioaktivitas yang melampaui nilai

batas keselamatan yang ditetapkan. Limbah radioaktif secara volumetrik jauh

lebih sedikit jika dibandingkan dengan limbah industri dan limbah perkotaan.

Limbah radioaktif yang telah diolah disimpan sementara di gudang

penyimpanan limbah yang kedap air (10-50 tahun) sebelum disimpan secara

lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus,

dengan kondisi geologi yang stabil.

Prosedur penyimpan sementara zat radioaktif yang tidak digunakan :

1. Dilakukan digudang khusus radioaktif dengan pengamanan kunci

ganda.

2. Digudang tersebut dibuatkan tempat yang berbentuk liang/lubang

sebagai bunker dari beton yang tebal, sehingga tidak menyebabkan bahaya

pencemaran radiasi.

Page 20: bab 5(1)

75

3. Diatas bunker beton tersebut ditutup dengan plat baja yang berlapis

pb.

4. Di sekeliling gudang tersebut dibuatkan pagar pengaman supaya

orang tidak dapat masuk ke daerah tersebut.

5. Pembuatan gudang radioaktif harus dibuat sejauh mungkin dari

keramaian orang dan di daerah bebas banjir serta diberi tanda peringatan

bahaya radiasi yang jelas dan selalu dalam pantauan petugas baik PPR dan

Keamanan.

Gambar V.1 Model Gudang Penyimpanan Sementara Radioaktif

Penyimpanan limbah radioaktif di PT Kertas Leces (Persero) telah memenuhi

prosedur diatas, namun untuk pemantauan jarang dilakukan oleh petugas baik

PPR maupun keamanan.

V.3 Instalasi Penyalur Petir PT. Kertas Leces (Persero) Probolinggo

V.3.1 Landasan Teori

Instalasi penyalur petir menurut Permenaker No.02/MEN/1989, adalah :

“Instalasi Penyalur Petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas Penerima (Air terminal/Rod), Penghantar penurun (Down Conductor) Elektroda Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang

Page 21: bab 5(1)

76

merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya kebumi”

V.3.1.1 Komponen Instalasi Penyalur Petir

1. Penerima Petir

Penerima petir adalah bagian dari sistem penyalur petir yang

berfungsi untuk menerima petir. Untuk atap yang terbuat dari bahan

yang mudah terbakar, jarak minimal antara penerima petir dengan atap

adalah 15 cm.

Tabel V.2 Dimensi Minimum Untuk Bahan Penerima Petir

Tingkat Proteksi BahanPenerima Petir

(mm2)

I sampai IV

Cu 35

Al 70

Fe 50

Sumber : SNI 03-7015-2004

Komponen bangunan yang bisa dijadikan penerima adalah sebagai

berikut:

1. Atap yang terbuat dari bahan konduktor (gulungan, penguat baja

yang saling berhubungan, dan tersambung secara elektris).

2. Bagian logam seperti hiasan pada atap, tiang dan cerobong, dengan

syarat luas penampang tidak kurang dari standart yang ditentukan

untuk penerima petir.

3. Pipa besi dan tangki besi yang terpasang diatap dengan syarat jenis

bahan dan ketebalan terpenuhi.

Page 22: bab 5(1)

77

2. Penghantar Penurunan

Penghantar penurunan adalah bagian kedua dari instalasi penyalur

petir eksternal yang berfungsi untuk mengalirkan arus petir dari

penerima petir ke elektroda bumi. Ukuran minimum bahan untuk

penghantar penurunan adalah dapat dilihat pada tabel V.3.

Tabel V.3 Dimensi Minimum Untuk Bahan Penghantar Penurunan

Tingkat Proteksi BahanPenghantar Penurunan

(mm2)

I sampai IV

Cu 16

Al 25

Fe 50

Sumber : SNI 03-7015-2004

Penghantar penurunan bisa terbuat dari :

1. Beton bertulang

2. Cerobong asap dan tower yang terbuat dari bahan konduktif

3. Kerangka H beam

4. Tangki atau tandon yang terbuat dari logam

3. Elektroda Bumi

Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang

memberikan kontak listrik langsung dan menyebarkan arus petir ke

bumi.

Syarat pemasangan elektroda bumi adalah sebagai berikut (SNI 03-

7015-2004 bagian 8.3.2):

Page 23: bab 5(1)

78

1. Elektroda bumi harus dipasang diluar ruang terproteksi dengan

kedalaman sekurang-kurangnya 0,5 m dan didistribusikan serata

mungkin untuk meminimalkan pengaruh kopling listrik dalam bumi.

2. Elektroda bumi dalam beton harus dipasang sedemikian rupa

sehingga dapat diinspeksi selama konstruksi.

3. Kedalaman dan jenis elektroda bumi yang harus ditanam sedemikian

sehingga mengurangi efek korosi, pengeringan dan dengan demikian

menstabilkan resistans bumi ekivalen. Untuk daerah cadas padat,

hanya susunan pembumian tipe B yang direkomendasikan.

Ukuran minimum bahan elektroda bumi adalah dapat dilihat pada

tabel V.4.

Tabel V.4 Dimensi Minimum Untuk Bahan Elektroda Bumi

Tingkat Proteksi Bahan Elektroda Bumi (mm2)

I sampai IV

Cu 50

Al -

Fe 80

Sumber : SNI 03-7015-2004

Elektroda bumi bisa terbuat dari :

1. Ground root

Page 24: bab 5(1)

79

2. Pipa air minum yang sudah digalvanis

3. Paku bumi

V.3.1.2 Pemilihan Bahan

Syarat komponen instalasi penyalur petir yang diatur dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor Per-2/MEN/1989 tentang

Pengawasan Instalasi Penyalur Petir pasal 2 ayat 2 yang menyatakan

bahwa:

“Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:”

a. Kemampuan perlindungan secara tehnisb. Ketahanan mekanisc. Ketahanan terhadap korosi

V.3.1.3 Landasan Hukum

Permenaker No.2 tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur

Petir.

1. Pasal 9 ayat 1 :

Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain:a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada

bangunan sekitarnya seperti : menara-menara, cerobong, silo, antenna pemancar, monumen.

b. Bangunan dimana disimpan, diolah dan digunakan bahan yang medah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak.

c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi.

d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat penyimpanan arsip.

e. Daerah-daerah terbuka seperti : daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga.

2. Pasal 50 ayat 2

Page 25: bab 5(1)

80

Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dari instalatir

kepada pemakai.b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau

instalasi penyalur petir.c. Secara berkala setiap dua tahun sekali.d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.

3. Pasal 55

(1) Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana instalasi.

V.3.1.4 Ketentuan Pemeliharaan

Pemeliharaan instalasi penyalur petir, maka dari itu perlu diadakan

untuk menjamin instalasi penyalur petir bekerja dengan baik, peraturan

itu seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia No PER.02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur

petir pasal 50.

Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar

selalu bekerja dengan aman dan memenuhi syarat.

Program pemeliharaan secara periodik sebaiknya dilakukan untuk

semua instalasi penyalur petir. Frekuensi dari pemeliharaan tergantung

pada hal sebagai berikut (SNI 03-7015-2004):

a) Cuaca dan lingkungan yang berhubungan dengan degradasi

b) Kerusakan aktual akibat petir

c) Tingkat proteksi yang telah ditetapkan untuk bangunan gedung

Program pemeliharaan instalasi penyalur petir hendaknya berisi kegiatan

sebagai berikut:

Page 26: bab 5(1)

81

a) Pengencangan semua konduktor instalasi penyalur petir

b) Pemeriksaan kontinuitas listrik pada instalasi penyalur petir

c) Pengukuran resistans bumi dari terminasi bumi

d) Pemeriksaan untuk menjamin efektivitas instalasi penyalur petir

tidak berkurang setelah menerima tambahan atau terjadi perubahan

dalam bangunan gedung dan istalasi.

e) Pemeriksaan dilakukan jika bangunan gedung yang diproteksi

instalasi penyalur ada kerusakan karena sambaran petir.

V.3.2 Cara Pengukuran Grounding Elektroda Bumi

1. Periksa kondisi baterai earth tester

2. Periksa perlengkapan earth tester meliputi kabel dan pasak

3. Pasang kabel hijau elektroda bumi (grounding) yang akan

diukur dan ke pasak

4. Pasang kedua kabel lainnya ( kabel merah dan kabel kuning ) ke

pasak yang telah disediakan dengan jarak 5 – 10 meter antar pasak

dan dari grounding yang akan diukur

5. Lakukan pengecekan tegangan tanah dengan menekan tombol AC V.

Pastikan hasilnya kurang dari V.. Jika terukur lebih, maka

pengukuran tenah yang akurat tidak bisa dilakukan.

6. Mulai pengukuran dengan menekan tombol x10 Ohm dan tekan

tombol MEAS

7. Jika gerak jarum melebihi skala tekan x100 Ohm. Jika tidak bergerak

tekan tombol x1 Ohm

Page 27: bab 5(1)

82

V.3.3 Identifikasi Instalasi Penyalur Petir di Depan Kantor Bagian

Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo.

Penyalur petir yang dipasang di depan kantor bagian Keselamatan

Kerja PT Kertas Leces (Persero) bertujuan untuk melindungi daerah

administrasi kantor bagian keselamatan kerja dan kantor superintendent.

Selain itu penyalur petir setinggi 30 meter dipasang dengan tujuan

melindungi daerah sekolah Yayasan Taruna Probolinggo. Daerah

lindung penyalur petir yang dipasang di depan kantor keselamatan kerja

yaitu jarak kemiringan 100 meter dari ujung hantaran penerima. Kantor

bagian keselamatan kerja dan superintendent adalah tempat proses

administrasi dilakukan, disini terdapat perlengkapan elektronika dan

dokumen penting PT Kertas Leces (Persero) sehingga harus dilindungi

bahaya dari sambaran petir selain itu daerah sekolah merupakan daerah

yang perlu dilindungi sambaran petir karena daerah sekolah merupakan

tempat kegiatan yang penting.

Hasil observasi mengenai ukuran bangunan, jumlah IPP, dan bahan

pembuatnya akan disajikan di dalam tabel V.5.

Tabel V.5 Tabel Spesifikasi IPP di Depan Kantor Bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

No. Komponen Jumlah/satuan/bahan

1 Tinggi penyalur petir 30 m

2 Jumlah penerima petir 1 buah

3 Bahan penerima petir besi galvanis

4 Jumlah penghantar penurunan 2 buah

Page 28: bab 5(1)

83

5 Bahan penghantar penurunan kabel coaxial

6 Jumlah elektroda bumi 1 buah

7 Bahan elektroda bumi Tembaga root

8 Hasil pengukuran pembumian 1,2 Ohm

9 Bahan tiang penyalur petir Pipa dari beton

NO.VARIABEL

PERSYARATAN INSTALASI PENYALUR PETIR

Kondisi

KETERANGANSesuai

Tidak sesuai

1. Depan kantor bagian keselamatan kerja

1. Penerima Petir

Dipasang dibagian yang mungkin Tersambar

Pemasangan sudah melindungi seluruh atap

Tinggi penerima >15cm dari Sekitarnya

Jenis bahan penerima petir √ Besi galvanis

Dimensi bahan penerima petir √ 50 mm2

Sertifikat bahan penerima petir √

2. Penghantar penurunan

Dipasang sepanjang sudut-sudut bangunan

Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan <1,5 m

Dipasang lurus ke bawah √

Penghantar penurunan dipasang >15 cm dari atap yang dapat terbakar

Dipasang tidak melewati bawah atap

Dipasang dibagian-bagian yang menonjol

Dilindungi dari kerusakan √

Page 29: bab 5(1)

84

Terdapat minimal 2 penghantar penurunan untuk 1 penerima petir

Jenis bahan penghantar penurunan √ Kabel coaxial

Dimensi bahan penghantar penurunan

Sertifikat bahan penghantar penurunan

Jarak minimum antar penghantar penurunan

3. Elektroda bumi

Jenis bahan Elektroda bumi √

Dimensi bahan elektroda bumi √

Sertifikat bahan elektroda bumi √

Terdapat kotak ukur √

Nilai tahanan pembumian <5 Ohm √ 1,2 Ohm

Tabel V.6 Tabel Observasi Kondisi IPP di Depan Kantor Bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

NO.VARIABEL

PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN IPP

Kondisi

KETERANGANSesuai

Tidak sesuai

1 Depan kantor bagian matker

Diuji setiap 2 tahun sekali √

Diuji setelah ada sambaran petir √

Pemeriksaan dicatat dalam buku √

Ada gambar rencana instalasi dan pengesahan dari menteri

V.3.4 Kondisi Instalasi Penyalur Petir PT Kertas Leces (Persero)

Probolinggo

Page 30: bab 5(1)

85

Berikut ini instalasi penyalur petir di depan kantor bagian

keselamatan kerja PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo dibandingkan

dengan berdasarkan Permenaker No. PER.02/MEN/1989:

1. Penerima petir

Penerima petir di depan kantor bagian keselamatan kerja terdiri

dari sebuah penerima petir dan pemasangan penerima petir di depan

kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sudah

sesuai dengan Permenaker No. PER.02/MEN/1989, karena sudah

dipasang setinggi mungkin setinggi 30 meter yang mempunyai

daerah lindung dengan garis miring 100 meter.

Pemasangan penerima petir juga sudah melindungi seluruh atap,

karena atap masih dalam daerah lindung penerima petir yaitu 1120.

Untuk bahan penerima petir juga sudah sesuai dengan Permenaker

No. PER.02/MEN/1989 yaitu terbuat dari baja galvanis.

2. Penghantar penurunan

Pemasangan penghantar penurunan di depan kantor bagian

Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sudah sesuai dengan

Permenaker No. PER.02/MEN/1989, karena penghantar penurunan

di depan kantor bagian keselamatan kerja PT. Kertas Leces (Persero)

hanya dipasang dua buah penghantar penurunan untuk satu buah

penerima petir.

3. Elektroda Bumi

Page 31: bab 5(1)

86

Pemasangan elektroda bumi di depan kantor bagian

Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero) sesuai dengan

Permenaker No. PER.02/MEN/1989 karena elektroda bumi di depan

kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas Leces (Persero)

mempunyai tempat sendiri di bawah dan berbeda dengan tempat

penghantar penurunan dan terdapat kotak ukur. Untuk nilai

pentanahan di depan kantor bagian Keselamatan Kerja PT Kertas

Leces (Persero) Probolinggo sudah sesuai, karena standar

pentanahan menurut Permenaker No. PER.02/MEN/1989 adalah

dibawah 5 Ohm, sedangkan pada saat pengukuran menunjukkan

hasil 1,2 Ohm.

V.4 Pelaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di PT

Kertas Leces (Persero) Probolinggo

V.4.1 Pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

P3K merupakan tindakan yang dapat diberikan/ diberikan oleh

orang yang terlatih atau memahami tentang seluk – beluk anatomi dan

kesehatan dasar. Kemampuan dasar ini dapat diperoleh melalui

pendidikan umum formal, pelatihan ataupun pengalaman.

Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan komponen yang

penting bagi perusahaan karena suatu tindakan terbatas untuk pertolongan

pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan

kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum

korban dibawa ke tempat rujukan. P3K dimaksudkan untuk memberikan

Page 32: bab 5(1)

87

perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap

diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Petugas P3K adalah seseorang yang diberi tugas dan wewenang

memberikan pertolongan pertama kepada korban yang ditunjuk oleh

pengusaha dan telah mendapat pelatihan P3K.

Fungsi P3K :

1. Menyelamatkan nyawa korban

2. Mencegah cacat dan membatasi cacat

3. Meringankan penderitaan korban

4. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah

5. Mempertahankan kondisi kesehatan korban

6. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut

Ada beberapa tujuan dari adanya P3K adalah sebagai berikut :

a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian

1) Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban

2) Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) jika perlu

3) Mencari dan mengatasi pendarahan

b. Mencegah cacat yang lebih berat

1) Mengadakan diagnose

2) Menangani korban dengan prioritas yang logis

3) Memperhatikan kondiis atau keadaan (penyakit yang tersembunyi)

c. Menunjang penyembuhan

1) Mengurangi rasa sakit

Page 33: bab 5(1)

88

2) Mencegah terjadinya infeksi

3) Merencanakan pertolongan medis serta serta transportasi korban

dengan tepat

V.4.2 Ketentuan Isi Kotak P3K di Industri

Kotak P3K adalah kelengkapan P3K yang berisi obat-obatan dan

peralatan yang menunjang kegiatan pertolongan pertama pada korban

kecelakaan yang berisi antara lain perban, mitela, obat merah, dan lain-

lain.

Berikut merupakan ketentuannya kotak P3K berdasarkan tingkat

resiko bahaya dan jumlah tenaga kerja yang terdapat pada industri tersebut

antara lain :

Tabel V.7 Tipe Kotak P3K Berdasarkan Tingkat Resiko Bahaya dan

Jumlah Tenaga Kerja (Naker)

TingkatResiko

Jumlah Naker

Resiko Rendah

(Office/ kantor)

Resiko Sedang

(Warehouse/

gudang)

Resiko Tinggi

(Industri berat,

kimia, dll)

0-25 Tipe 1 Tipe 1&2 Tipe 2

25-100 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3

100-500 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 3+kotak

dokter

>500 Tipe 2 setiap

500 naker

Tipe 3+kotak

dokter. Setiap

Kotak P3K tipe

3+kotak dokter/

Page 34: bab 5(1)

89

500

naker+kotak

dokter

500 naker

V.4.3 Daftar Isi Kotak P3K berdasarkan Tipe Kotak P3K

Daftar isi kotak P3K berdasarkan tipenya adalah sebagai berikut :

a. Tipe 1

Isi Kotak P3K Tipe I Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe I

1 10 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:

antalgin,asam

mefenamat,acetosai,dll)

2 1 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 2 Obat sakit perut (misal:

paverin,eneriterofiovorm)

3 1 rol pembalut gulung lebar

5 cm

3 Norit

4 1 pembalut segitiga (mitella) 4 Obat anti alergi

5 1 pembalut cepat steril/snelverband 5 Obat merah

6 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 6 Soda Kue

7 1 rol plester lebar 2,5 cm 7 Obat tetes mata

8 10 buah plester cepat 8 Obat gosok

Page 35: bab 5(1)

90

9 1 buah gunting

10 1 buah catatan

11 1 buku pedoman P3K

12 1 daftar isi kotak P3K

b. Tipe 2

Isi Kotak P3K Tipe II Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe II

1 50 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:

antalgin,asam

mefenamat,acetosai,dll)

2 100 gram kapas besar 2 Obat sakit perut (misal:

paverin,eneriterofiovorm)

3 3 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 3 Norit

4 2 rol pembalut gulung lebar

5 cm

4 Obat anti alergi

5 2 rol pembalut gulung lebar

7,5 cm

5 Soda kue, garam dapur

6 2 pembalut segitiga (mitella) 6 Merculochrom

7 2 pembalut cepat steril/snelverband 7 Obat tetes mata

8 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 8 Obat gosok

Page 36: bab 5(1)

91

9 10 buah kassa steril ukuran 7.5x7,5

cm

9 Salep anti histaminka

10 1 rol plester lebar 1 cm 10 Salep sulfa atau S.A. powder

11 20 buah plester lebar 1 cm 11 Boor zalif

12 20 buah plester cepat

(mis.handsaplast)

12 Sofratulle

13 1 bidal 13 Larutan Rivanol 1/10 500cc

14 1 gunting rambut 14 Amoniak cair

15 1 buah sabun

16 1 dos kertas pembersih (cleansing

tissue)

17 1 pinset

18 1 lampu senter

19 1 buku catatan

20 1 buku pedoman P3K

21 1 daftar isi kotak P3K

c. Tipe 3

Isi Kotak P3K Tipe III Obat-obatan untuk kotak P3K Tipe III

Page 37: bab 5(1)

92

1 300 gram kapas putih 1 Obat pelawan rasa sakit (misal:

antalgin,asam

mefenamat,acetosai,dll)

2 300 gram kapas besar 2 Obat sakit perut (misal:

paverin,eneriterofiovorm)

3 6 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm 3 Norit

4 8 rol pembalut gulung lebar

5 cm

4 Obat anti alergi

5 2 rol pembalut gulung lebar

7,5 cm

5 Soda kue, garam dapur

6 4 pembalut segitiga (mitella) 6 Merculochrom

7 2 pembalut cepat steril/snelverband 7 Obat tetes mata

8 20 buah kassa steril ukuran 5x5 cm 8 Obat gosok

9 40 buah kassa steril ukuran 7.5x7,5

cm

9 Salep anti histaminka

10 1 rol plester lebar 1 cm 10 Salep sulfa atau S.A. Powder

11 20 buah plester cepat

(mis.handsaplast)

11 Boor zalif

12 1 rol plester lebar 2,5 cm 12 Sofratulle

13 3 bidal 13 Larutan Rivanol 1/10 500cc

Page 38: bab 5(1)

93

14 1 gunting rambut 14 Amoniak cair

15 1 buah sabun

16 2 dos kertas pembersih (cleansing

tissue)

17 1 pinset

18 1 lampu senter

19 1 buku catatan

20 1 buku pedoman P3K

21 1 daftar isi kotak P3K

d. Kotak Khusus Dokter berisi :

1 1 set alat bedah ringan lengkap 15 5 ampul adrenaline injectie

2 1 botol alkohol 70% isi 100 cc 16 1 flakon cartison injectie

3 1 botol aquadest isi 100 cc 17 2 ampul cardizol injectie

4 1 botol Betadine 60 cc 18 2 ampul aminophyline injectie

5 1 botol Lysol isi 100cc 19 10 sulfas atropine injectie 0,25 g

6 5 spnit injection diskosable 2,5 cc 20 10 sulfas atropine injectie 0,5 g

7 5 spnit injection diskosable 5 cc 21 5 ampul anti spascodik injectie

Page 39: bab 5(1)

94

8 20 cotton bud 22 2 handuk

9 2 flakon ATS injection isi 100 cc 23 1 tempat cuci tangan

105 flakon P.S. 4: atau 4:1 atau

PP injective

24 1 baskom kecil

11 Ampul morphine injective 25 I buku catatan

12 3 ampul pethridine injective 26 1 buku pedoman P3K

13 2 flakon antihistamine injective 27 1 daftar isi

14 2 flakon anti panas injective

V.4.4 Landasan Hukum

1) Undang-undang No. 1 tahun 1970

a. Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan

P3K

b. Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja dalam

pemberian P3K

2) Permenakertrans No.Per.03/Men/1982

Pasal 2 : Tugas pokok PKK;

a. Pelaksanaan P3K

b. Pendidikan petugas P3K

3) Undang-undang No.3 Tahun 1969

Page 40: bab 5(1)

95

Pasal 19 : Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau

bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan

memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus :

1. Menyediakan apotek atau pos P3K sendiri atau

2. Memelihara apotek atau pos P3K bersama-sama dengan

badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya.

3. Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan

P3K

4) Peraturan khusus

a. Dragbar/bale-bale

b. Peti P3K/peti khusus dokter

c. Petugas P3K yang sudah dilatih

5) Pengawasan Pelaksanaan P3K di Tempat kerja

Pelaksaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat

kerja tidak luput dari pengawasan baik itu pengawasan pada

fasilitas P3K yang ada maupun pengawasan terhadap personil

pelaksana P3K. Pengawasan untuk fasilitas maupun personil

adalah sebagai berikut :

a. Fasilitas

1. Kotak P3K

2. Isi kotak P3K

3. Buku pedoman

4. Ruang P3K

Page 41: bab 5(1)

96

5. Perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat

angkut, dan transportasi)

b. Personil

Penanggung jawab : Dokter pimpinan PKK, Ahli K3

Petugas P3K : Sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja

Langkah-langkah pertolongan pertama pada

kecelakaan, dikenal dengan sebutan “PATUT” :

1. Penolong mengamankan dirinya terlebih dahulu sebelum

memberi pertolongan pada korban

2. Amankan korban

3. Tandai tempat kejadian

4. Usaha menghubungi orang yang berwenang (petugas

P3K)

5. Tidakan P3K Sesuai Prioritas

V.4.5 Penyediaan, Pemantauan dan Pengebonan Perlengkapan

P3K di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

P3K diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.15/MEN/VIII/2008

tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. P3K

merupakan upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan

tepat kepada pekerja atau buruh dan atau orang lain di tempat kerja,

yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.

Page 42: bab 5(1)

97

Petugas P3K di tempat kerja yaitu pekerja atau buruh yang

ditunjuk oleh pengurus atau pengusaha dan diserahi tugas tambahan

untuk melaksanakan P3K di tempat kerja. Pada tempat kerja harus

disediakan fasilitas P3K. yang dimaksud fasilitas P3K di tepat kerja

adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan yang digunakan

dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.

V.4.5.1 Fasilitas P3K PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

Adapun fasilitas P3K yang disediakan oleh PT Kertas

Leces (Persero) meliputi:

1. Kotak P3K dan isi

Syarat-syarat kotak P3K : terbuat dari bahan yang kuat dan

mudah dibawa, bewarna putih dengan lambing P3K warna

hijau dan tanda palang, dilebgkapi dengan kunci pengaman

yang dibawa oleh setiap leader bagian masing-masing. Syarat

penempatan kotak P3K:

1) Pada tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau,

diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah

diangkat apabila digunakan.

2) Diletakkan setiap jarak 5 meter dan setiap bagian harus

ada.

Isi kotak P3K

Tabel V.8 Daftar Isi Kotak P3K di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo.

Page 43: bab 5(1)

98

No. Daftar Isi Kotak P3K Jumlah

1. Alkohol 1 botol

2. Rivanol 1 botol

3. Obat luka 1 botol

4. Kapas 1 roll

5. Kapas steril 1 pak

6. Plester 1 roll

7. Plester cepat 5 lembar

8. Pembalut segitiga 2 lembar

9. Kasa gulung 1 roll

10. Minyak kayu putih 1 botol

11. Obat luka bakar 1 tube

12. Obat tetes mata 1 botol

13. Gunting 1 buah

14. Daftar isi kotak P3K 1 lembar

15. Petunjuk penggunaan 1 buah

16 Form pemakaian P3K 1 lembar

Page 44: bab 5(1)

99

Sumber : PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

Pemeriksaan perlengakapan P3K ini dilaksanakan setiap

6 bulan sekali oleh petugas Pokja Hyperkes dan 1 bulan sekali

oleh ketua/anggota BK3.

2. Alat evakuasi dan transportasi

Alat evakuasi menggunakan tandu dan atau enggunakan

ambulans sebagai alat transportasi ketika terjadi kecelakaan.

3. Fasilitas tambahan berupa APD dan atau perlengkapan

khusus di tempat kerja yang emiliki potensi bahaya khusus,

misalnya shower pada bagian penyimpanan bahan kimia.

V.4.5.2 Tujuan Pelaksanaan P3K PT Kertas Leces (Persero)

Probolinggo

1. Agar persediaan perlengkapan kotak P3K di semua tempat

kerja senantiasa terpenuhi dengan peraturan yang telah

ditetapkan.

2. Memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum

pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau

petugas kesehatan lainnya.

V.4.5.3 Penyediaan Perlengkapan P3K

Page 45: bab 5(1)

100

Pada PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo penyediaan

perlengkapan P3K menjadi tugas hyperkes dan balai pengobatan,

adapun langkah-langkah urutan penyediaan perlengkapan P3K

adalah sebagai berikut:

1. Petugas Hyperkes dan balai pengobatan mengecek buku stok

perlengkapan P3K.

2. Membuat pesanan sesuai jenis perlengkapan P3K yang

stoknya sudah minimal.

3. Petugas mengebon uang muka dan melakukan pembelian

perlengkapan P3K ke apotik.

4. Barang-barang yang sudah dibeli kemudian di catat di buku

stok perlengkapan P3K.

V.4.5.4 Pemantauan Perlengkapan P3K

Pemantauan perlengkapan P3K di PT Kerrtas Leces (Persero)

Probolinggo dilakukan oleh ketua dan anggota BK3 di masing-

masing unit kerja, pemantauan dilaksanakan secara periodic.

Adapun untuk pemantauan perlengakapan P3K di PT Kertas

Leces (Persero) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Ketua dan anggota BK3 masing-masing Sub unit kerja,

secara periodik memantau perlengkapan P3K dan

pemakaiannya. Kemudian hasil dari pemantauan tersebut

dilaporkan pada pertemuan BK3. Apabila ada perlengkapan

P3K yang rusak/habis/kadaluarsa, wajib melaporkan atau

Page 46: bab 5(1)

101

memberitahukan kepada Sub Unit hyperkes dan segera

melakukan pengebonan

2. Setelah dilakukan pemantauan,kemudian pemantau mengisi

daftar pemantauan yang tersedia di kotak P3K dengan

menulis tanggal pemantauan, Nama, NIK, dan tanda tangan

pemantau. Kemudian pemantau mengisi kolom keterangan

(C=Cukup, K=Kurang, B=Baik, R=Rusak).

3. Setiap 6 bulan sekali Sub Unit hyperkes melakukan

pemantauan P3K dan perlengkapannya, yang kemudian akan

dilaporkan dalam hasil pemantauan.

V.4.5.5 Pengebonan Perlengkapan P3K

Setelah dilakukan pemantauan, dan jika terdapat obat-obat yang

telah habis/habis masa berlakunya/rusak. Anggota dari BK3 atau

pekerja setempat wajib melakukan pengebonan untuk stok obat

yang ada di kotak P3K..

Adapun langkah-langkah untuk pengebonan

perlengkapan P3K adalah sebagai berikut

1. Pekerja yang akan mengebon mengambil form :

RSKL-201/Rev.AO,2005, isi form tersebut sesuai dengan

jenis perlengkapan P3K yang akan di bon.

2. Setelah form tersebut diisi, kemudian form tersebut di ajukan

kepada supervisor/kuasa supervisor, untuk ditanda tangani.

Page 47: bab 5(1)

102

3. Setelah form tersebut ditanda tangani oleh supervisor/kuasa

supervisor, kirim dan ambil perlengkapan P3K yang di bon

ke Sub Unit Hyperkes dengan dilampiri bukti pemakaian.

V.5 Sistem Penanggulangan Kebakaran PT Kertas Leces (Persero)

Probolinggo

PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo termasuk perusahaan dengan

potensi bahaya kebakaran cukup tinggi karena kertas adalah bahan yang

mudah terbakar. PT Kertas Leces (Persero) telah menerapkan sistem

penanggulangan kebakaran dengan baik dengan adanya unit

penanggulangan kebakaran sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

Kep 186/MEN/1999 yang dikenal dengan PMK (Penanggulangan Musibah

Kebakaran) dan PT Kertas Leces (Persero) telah memiliki Ahli K3 spesialis

kebakaran sebagai Kabag Keselamatan Kerja (Matker).

Sistem proteksi kebakaran bertujuan untuk mendeteksi dan

memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan

yang digerakkan secara manual atau otomatis. PT Kertas Leces (Persero)

mengenal 2 sistem yaitu sistem basah dan sistem kering. Sistem basah

terdiri dari hydrant, hose reel, sprinkler, mobil PMK. Sedangkan sistem

kering dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR).

V.5.1 Landasan Hukum

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang

Unit Penanggulangan Kebakaran.

Page 48: bab 5(1)

103

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per

04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan

Alat Pemadam Api Ringan

3. NFPA (National Fire Protection Association) 10 Standard for

Portable Fire Extinguishers 2007 Edition.

4. Instruksi Mentri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11/M/B/1997 tentang

Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

V.5.2 Sistem Basah

A. Hydrant

Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran, yang dipasang

permanen berupa jaringan perpipaan berisi air yang bertekanan yang

siap untuk memadamkan kebakaran. Di PT Kertas Leces terdapat 78

buah hydrant. Sumber air yang dipergunakan untuk hydrant berasal

dari Ronggojalu, dengan bantuan pompa induk dan cadangan (dengan

diesel). Pemeriksaan hydrant dapat dilakukan minimal 4 bulan sekali

di semua area di PT Kertas Leces (Persero) dan dilakukan oleh

pekerja yang telah ditunjuk.

1. Pemeriksaan Hydrant

Valve Induk

Valve induk dibuka dengan cara diputar. Kemudian

diperiksa masih berfungsi atau rusak, bila perlu diberi

pelumas agar tidak berkarat sehingga memudahkan

untuk membuka

Kopling

Page 49: bab 5(1)

104

Kopling merupakan tempat keluarnya air. Diperilksa

apakah masih baik atau tidak.

Tutup kopling

Diperiksa apakah masih lengkap, rusak atau hilang.

Untuk perawatannya diberikan pelumas agar tidak

korosif.

Valve distribusi

Diperiksa apakah masih berfungsi.

Tekanan air

Tekanan air diperiksa dengan melihat pancaran air

yang keluar tekanannya sudah mencukupi.

Cat pilar

Memperiksa kondisi cat pilar apakah masih baik atau

sudah terkelupas sehingga menyebabkan korosi.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985

pilar hydrant harus mudah dilihat, mudah dijangkau, tidak terhalang,

bebas dari debu dan korosif. Sedangkan hasil pemeriksaan yang

dilakukan masih terdapat pilar-pilar hydrant yang dalam kondisi

kurang terawat, cat dan petunjuk informasi sudah pudar dan tidak

dapat dibaca.

2. Pengujian Hydrant

Sesuai dengan Intruksi Menteri Tenaga Kerja No.

Ins.11/M/B/W/1997 pompa hydrant harus mempunyai

karakteristik tekanan minimal 4,5 kg/cm2 dan laju aliran

Page 50: bab 5(1)

105

minimal 500 US GPM. Suplai daya listrik yang digunakan

pada hydrant harus menggunakan daya listrik tersendiri

tidak mengikuti listrik panel utama dan tidak boleh daya

yang dipakai untuk pompa hydrant digunakan untuk

instalasi lain yang tidak berhubungan dengan pelayanan

pompa.

Pengujian hydrant di PT Kertas Leces (Persero):

1) Buka titik hydrant terdekat dengan pompa. Ukur

tekanan pada mulut pemancar dengan pipa pitot

dan catat pada manometer di ruang pompa.

2) Buka titik hydrant kedua yaitu titik hydrant

terjauh dan titik pengujian pertama tetap

terbuka. Ukur tekanan pada mulut pamancar

dan tekanan manometer di ruang pompa.

3) Buka titik hydrant ketiga yaitu titik hydrant

pertengahan dan titik hydrant pertama dan

kedua tetap terbuka. Ukur tekanan pada ulut

pemancar dan tekanan manometer di ruang

pompa.

B. Hose Reel

Hose Reel adalah alat kebakaran berupa slang karet atau plastik

perukuran 3/4 inch atau 1/2 inch yang dapat digulung dan dipasang di

Page 51: bab 5(1)

106

suatu lokasi. Alat ini dapat ditarik mendekati lokasi kebakaran dan

langsung mengeluarkan air. Peralatan ini dipasang didaerah dengan

kebakaran tinggi yang memerlukan tindakan cepat.

Jumlah hose reel di PT Kertas Leces (Persero) berjumlah 475 buah

dan dilakukan pemeriksaan minimal 4 bukan sekali oleh petugas PMK

PT Kertas Leces (Persero). Bagian-bagian yang diperiksa antara lain:

1. Box

Memeriksa kondisi dari box yang ada. Apakah kondisi

box masih baik, tidak terhalang, tidak korosif dan telah

dilengkapi dengan kunci pengaman.

2. Selang

Memeriksa kondisi selang apakah masih masih normal

atau ada lubang bocor pada selang, panjang selang tidak

kurang dari 15 meter.

3. Klem

Memeriksa klem masih utuh dan berfungsi dengan

baik.

4. Valve

Memeriksa kondisi valve apakah dalam kondisi dan

berfungsi dengan baik.

5. Tekanan air

Melihat tekanan air apakah sudah mencukupi atau

tidak.

Page 52: bab 5(1)

107

Dari pengujian dan pemeriksaan di Paper Machine II hose reel

yang kami ikuti, pada Paper Machine II masih terdapat hose reel yang

kurang baik. Pada box warna terlihat pudar, panjang tidak mencapai

30 meter, regulator yang hilang, selang yang bocor serta terdapat

bungkus makanan di dalamnya.

C. Sprinkler

Sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang dilengkapi dengan ujung

penyemprotan (dischange nozzle) yang kecil (Sprinkler heat) dan

ditempatkan pada suatu bangunan. Cara kerja sprinkler yaitu apabila

terjadi kebakaran, panas dari api melelehkan sambungan solder atau

sambungan bulb, kemudian kepala sprinkler akan mengeluarkan air.

PT Kertas Leces (Persero) menggunakan jenis gelas sprinkler

berwarna merah yang bekerja apabila tempat kerja pada suhu 68o C.

Sprinkler hanya dipasang pada area tertentu yang memungkinkan

terjadinya kebakaran, seperti di finishing, paper machine.

D. Mobil PMK

Mobil PMK merupakan sarana pemadaman kebakaran yang sangat

penting dan dapat bergerak dengan cepat menuju lokasi kebakaran.

Alat ini adalah bermacam-macam jenis dan tipenya tergantung

penggunaan dan pabrik pembuatnya. PT Kertas Leces (Persero)

memiliki 3 unit mobil PMK, yakni 1 mobil asli buatan Jerman dan 2

mobil yang dimodifikasi. Untuk yang mobil yang dimodifikasi

memiliki kapasitas air 7000 m3 dan asli 4000 m3.

Page 53: bab 5(1)

108

Mobil asli buatan Jerman berkapasitas lebih sedikit karena terdapat

ruang untuk peralatan pemadam seperti nozzle, kopling, selang dan

disel hydrant.

V.5.3 Sistem Kering

Sistem penanggulangan kebakaran yang bersifat kering di PT Kertas

Leces (Persero) adalah dengan menggunakan alat pemadam api ringan

(APAR). Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah

dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya

kebakaran (Permenaker No. 04/MEN/1980).

Penyediaan APAR sebanyak 475 buah. APAR yang digunakan di PT

Kertas Leces (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Dry Chemical Powder

Jenis ini bisa dipakai untuk kebakaran kelas A, B, C yang tergantung

dari bahan / media isi APAR.

2. AF 11 E

APAR jenis ini berbentuk cairan, menggantikan jenis halon yang

dilarang penggunaanya karena berbahaya dan dapat merusak lapisan

ozon. AF11E digunakan untuk mengatasi kebakaran A, B , C dan D.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:

Per-04/MEN/1980 pemeriksaan APAR dilakukan 2 kali dalam setahun. Di

PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo pemeriksaan APAR dilakukan

minimal 4 bulan sekali di semua area di PT Kertas Leces (Persero) dan

dilakukan oleh pekerja yang telah ditunjuk.

Page 54: bab 5(1)

109

Pemasangan APAR di PT Kertas Leces (Persero) ditempatkan pada

posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta

dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Letak antar APAR 15 m

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, masih banyak posisi APAR

yang tidak memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Seperti

peletakkan posisi APAR yang terhalang oleh benda, posisi APAR yang

terlalu tinggi (seharusnya 1,25 m), terdapat tanda pemasangan namun tidak

ada APAR.

V.6 Penerapan 5 R

5R merupakan upaya pelaksanaan ketatarumahtanggaan dalam

perusahaan yang terdiri dari ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin.

Penyelenggaraan program 5R membawa dampak yang positif karena 5R

dapat menciptakan keselamatan kerja dengan pemeliharaan kebersihan,

kesehatan, dan ketertiban di tempat kerja sehingga dapat terhindar dari

resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai dengan UU No. 1 tahun

1970 pasal 3 ayat 1 point (l).

Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) bisa juga

dikatakan sebagai penerapan housekeeping dimana housekeeping

merupakan prasarana penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan

kecelakaan kerja. Housekeeping tentu tidak hanya menyangkut kebersihan.

Namun, juga termasuk menjaga tempat kerja agar selalu rapi dan teratur,

Page 55: bab 5(1)

110

memelihara lantai dan ruangan agar bebas dari bahaya tergelincir serta

memindahkan material berbahaya.

Konsep 5R berasal dari 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dam

Shitsuke). Konsep ini berasal dari Jepang yang kemudian diadaptasikan di

Indonesia menjadi 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin). Pada

dasarnya 5R merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan

penataan dan kebersihan tempat kerja (Hirano, 1992).

Seiri atau Ringkas berarti singkirkan barang-barang yang tidak

diperlukan di tempat kerja dan buang atau musnahkan. Seiton atau Rapi

berarti susun barang-barang yang diperlukan di tempat kerja sesuai dengan

fungsi atau kelompoknya dengan lay out yang benar dan efisien agar mudah

dicari, mudah mendapatkan, dan mudah mengembalikan. Seiso atau Resik

berarti bersihkan tempat kerja, dinding, lantai, lorong, dan langit-langit

ruangan serta mesin dan peralatan dari debu dan kotoran yang melekat,

genangan air, ceceran oli, sarang laba-laba, serta kerusakan sehingga tempat

kerja dalam keadaan bersih, mengkilat, serta terawat terus-menerus. Seiketsu

atau Rawat berarti mempertahankan apa yang sudah dicapai selam

melaksanakan Seiri, Seiton, Seiso agar tidak kembali pada kondisi semula,

dengan membuat dan menetapkan standart kebersihan di tempat kerja.

Shitsuke atau Rajin berarti pastikan semua orang untuk berdisiplin dan

mematuhi cara serta peraturan yang sudah dibuat, yaitu bekerja sesuai

dengan sistem dan prosedur (BP2TK, 2003).

V.6.1 Landasan Hukum

Page 56: bab 5(1)

111

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal

3 ayat 1 menyebutkan bahwa, “Salah satu cara terciptanya

keselamatan kerja adalah pemeliharaan kebersihan, kesehatan dan

ketertiban di tempat kerja”.

2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat

Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.

V.6.2 Maksud dan Tujuan 5R

Menurut Industrial Accident Prevention Association (2008),

housekeeping yang baik memiliki keuntungan antara lain:

1) Eliminasi kekacauan yang adalah penyebab utama kecelakaan seperti

terpeleset, terjatuh, terantuk serta ledakan dan kebakaran. Mereduksi

kemungkinan bahan-bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh

(misalnya: debu, asap).

2) Meningkatkan produktivitas sebab peralatan dan material yang

dibutuhkan akan mudah ditemukan.

3) Membantu meningkatkan citra perusahaan sebab housekeeping yang

baik merupakan refleksi cara menjalankan perusahaan. Tempat kerja

yang teratur dapat menimbulkan kesan yang positif pada semua orang

yang memasukinya baik pekerja, customer, pengunjung dan lainnya.

4) Membantu perusahaan meminimalisir biaya inventaris sebab

housekeeping yang baik membantu menjaga jumlah inventaris yang

akurat.

5) Membantu perusahaan memanfaatkan tempat dan ruangan secara

optimal.

Page 57: bab 5(1)

112

Membuat tempat kerja rapi, nyaman, dan menyenangkan sebab

menghindarkan pemandangan yang tidak menyedapkan.

V.6.3 Kegiatan 5R

Kegiatan 5R adalah kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari

pekerjaan sehari-hari. Kegiatan 5R tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan

namun juga bermanfaat bagi pribadi karyawan sendiri karena kegiatan ini

merupakan faktor pendukung bagi kualitas kehidupan kerja mereka.

Kegiatan progam 5R yang harus dilakukan di tempat kerja adalah:

1. Ringkas

R1 atau ringkas adalah memilah-milah antara barang yang

diperlukan dengan barang-barang yang tidak diperlukan.

Selanjutnya menyingkirkan barang yang tidak diperlukan dari

tempat kerja. Banyaknya barang di tempat kerja disamping menjadi

barang penghalang kerja, juga menciptakan kerawanan kerja.

Progam ringkas tempat kerja dapat di terapkan melalui 4 langkah:

a. Penyeragaman pengertian

b. Kegiatan langsung meringkas tempat kerja

c. Pemeriksaan berkala

d. Pembagian ringkas

2. Rapi

R2 atau rapi berarti menstandarkan penyimpanan, tetapi

menstandarkan tidak dapat dimulai sampai semua menjadi bersih.

Hal pertama yang dibutuhkan adalah beberapa pekerjaan yang

memakai sapu dan lap untuk menghilangkan kotoran. Prinsip

Page 58: bab 5(1)

113

utama tempat kerja yang rapi adalah setiap barang yang berada di

tempat kerja mempunyai tempat yang sudah disediakan. Lima

langkah menuju rapi yaitu :

a. Pengelompokkan barang di tempat kerja

b. Persiapan tempat penyimpanan

c. Pemberian tanda batas tempat

d. Tanda pengenal barang

e. Peta lokasi tempat penyimpanan barang.

3. Resik

R3 atau resik adalah menghilangkan semua debu dan kotoran dan

menjaga tempat kerja melalui bersih. Prinsip resik adalah

membersihkan segala sesuatu di tempat kerja termasuk mesin, alat

kerja, meja, kursi, lantai dan dinding. Langkah-langkah menuju

resik, antara lain:

a. Penyediaan sarana kebersihan di tempat kerja

b. Kegiatan pembersihan di tempat kerja

c. Peremajaan di tempat kerja

d. Pelestarian resik di tempat kerja

4. Rawat

R4 atau rawat merupakan suatu usaha agar tempat kerja yang

sudah menjadi baik dapat selalu dipelihara. Prinsip utama rawat

adalah semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan di

tempat kerja dan tepat waktu.

Empat langkah menuju rawat antara lain:

Page 59: bab 5(1)

114

a. Penentuan butir kendali

b. Rancangan mekanisme pantau

c. Tindak lanjut menyimpan

d. Pemeriksaan berkala

5. Rajin

R5 atau rajin adalah menciptakan tempat kerja dimana masalah

dapat langsung dikenali, sehingga tindakan perbaikan dapat segera

diambil. Secara sistematis rajin di tempat kerja dikembangkan

melalui 4 langkah antara lain:

a. Penetapan target bersama

b. Teladan atasan perlu dikembangkan

c. Pembinaan hubungan karyawan

d. Kesempatan belajar bagi karyawan

V.6.4 Manfaat 5R

Program 5R merupakan teknik peningkatan mutu dan produktivitas

di perusahaan yang sederhana dan murah, mudah untuk diterapkan. Pada

hakekatnya mampu melibatkan seluruh karyawan untuk melakukan

perbaikan atau penyempurnaan terhadap proses dan tempat kerja, baik itu

terkait dengan penekanan terhadap cacat produksi, kerusakan mesin, dan

kecelakaan kerja. Dengan demikian manfaat penerapan 5R memang sudah

tidak dapat diragukan lagi yaitu antara lain :

1. Zero waste yang berarti mengurangi biaya dan efisiensi meningkat

2. Zero injury yang berarti keselamatan kerja lebih baik

3. Zero breakdown yang berarti pemeliharaan lebih baik

Page 60: bab 5(1)

115

4. Zero deffect yang berarti kualitas lebih baik

5. Zero set up time yang berarti tidak ada waktu yang terbuang

6. Zero late delivery yang berarti dapat memenuhi permintaan

pelanggan tepat waktu

7. Zero customer claim yang berarti pelanggan menaruh tingkat

kepercayaan yang tinggi

8. Zero defisit yang berarti perusahaan akan lebih maju

V.6.5 Penerapan 5R di PT Kertas Leces (Persero) Probolinggo

5R adalah suatu teori, tata cara, metode, teknik beserta praktiknya

untuk melakukan kebersihan, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan

PAK serta meminimalisir pengeluaran biaya perusahaan akibat kejadian

yang tidak terduga. Audit internal untuk 5R dilakukan setiap 3 bulan sekali

yang dilakukan oleh tim audit yang bertugas memeriksa dan menilai 5R di

masing–masing unit kerja atau kelompok (kantor, pergudangan, bengkel,

dan produksi). Tim ini mencari solusi dari ketidaksesuaian dari 5R. Dalam

audit ini ada 2 kegiatan yaitu : sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan.

Tiga langkah menuju 5R antara lain :

a. Persiapan (5R aktif)

b. Pembudayaan (5R efektif)

c. Lanjutan (5R pencegahan)

Faktor yang dapat mempengaruhi terselenggaranya progam 5R

dengan baik di PT Kertas Leces adalah :

1. Adanya komitmen dari manajemen

Komitmen perusahaan dapat berupa antara lain :

Page 61: bab 5(1)

116

a) Tour plant

b) Komunikasi dan pengertian 5R pada seluruh karyawan

c) Tinjauan manajemen

d) Memastikan tersediannya SDM

e) Kerangka kerja, didalamnya terdapat kebijakan perusahaan,

visi dan misi.

2. Adanya organisasi

Organisasi 5R di bentuk berdasarkan SK direksi PTKL No.

46A/KPTS-UP/L/VI/2000 yang berisi pembentukan tim audit dan

tim implementasi.

a. Tim audit

Tim audit terdiri dari :

Penanggung jawab : Manajer dalkual

Ketua : Super Intenden /kepala departemen

Wakil ketua : Super Intenden/kepala departemen

Sekertaris : Super Intenden /kepala departemen

Anggota : Supervisor atau Kabag

Tugas dari tim audit adalah :

a) Menentukan progam dan jadwal audit

1) Penilaian kebocoran

2) Penilaian buangan

3) Penilaian kebersihan

4) Penilaian penyimpanan dan pengangkutan

Page 62: bab 5(1)

117

b) Mengadakan audit

c) Melaporkan hasil

d) Memonitor dan mengevaluasi

b. Tim implementasi

Tim implementasi terdiri dari :

Penanggung jawab : Manajer utama plant

Ketua : Super Intenden produksi

Wakil ketua : Super Intenden PP. Tek

Sekertaris : Super Intenden/kepala departemen

Anggota : Semua SI

Tujuan dibentuknya tim implementasi adalah :

1. Melaksanakan dsan mengkoordinasikan 5R

2. Menindaklanjuti temuan tim audit berupa tindakan

perbaikan dan pencegahan

c. Administrasi organisasi 5R

d. Adanya diklat dan promosi

Tujuan diadakannya diklat adalah untuk memberikan pengetahuan

dan pembelajaran tentang program 5R yang akan dilaksanakan di

perusahaan serta menyamakan visi dan misi tentang 5R.

V.7 Penanganan Limbah Medis

V.7.1 Landasan Hukum

1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Page 63: bab 5(1)

118

2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup

3. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

4. PP No. 18 tahun 1999 dan PP No. 85 tahun 1999 tentang

Pengolahan B3.

5. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit

Menular.

6. Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

V.7.2 Definisi Limbah Medis

Menurut Depkes RI (1992),  sampah dan limbah rumah sakit

adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah

sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah

rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis

dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah non medis adalah sampah makanan, kertas, maupun alat

lain yang tidak kontak langsung dengan penderita.

V.7.3 Jenis-Jenis Limbah Medis

Berdasarkan Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, jenis-jenis limbah rumah

sakit antara lain :

1. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit

yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang

terdiri dari limbah medis padat dan non-medis.

Page 64: bab 5(1)

119

2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,

limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi.

3. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan

dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari

dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan

mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan

radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang

berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti

insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan

pembuatan obat citotoksik.

6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme

patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan

organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup

untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan

dan stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang

Page 65: bab 5(1)

120

percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau

kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi

dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi

kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau

menghambat pertumbuhan sel hidup.

Jenis-jenis limbah medis yang dihasilkan di Balai Pengobatan

Kertas Leces diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Limbah patologis

Limbah ini dapat berupa sisa luka atau jaringan tubuh, kapas

dan kasa bekas dari pembersihan luka/darah, plasenta dan

sejenisnya.

2. Limbah benda tajam

Limbah yang berupa benda-benda tajam yang dapat beresiko

bagi keselamatan dan kesehatan orang lain dan tenaga kerja.

Limbah benda tajam, meliputi: vial, ampul, jarum.

3. Limbah plastik spuit

Berupa spluit bekas yang sudah digunakan untuk injeksi beserta

dengan plastiknya.

4. Limbah bungkus kapas dan kasa

Limbah plastik atau kapas atau kasa yang telah digunakan

untuk pengobatan maupun perawatan kesehatan

5. Limbah botol infus

Page 66: bab 5(1)

121

Berupa botol bekas injeksi atau bekas obat yang sudah

digunakan.

Sumber limbah medis di Balai Pengobatan Kertas Leces berasal

dari UGD, Poli KIA, Poli Gigi, Laboratorium, dan ruang rawat inap.

Secara umum limbah medis di BPKL telah dikelompokkan sesuai jenis

dan tingkat pencemarannya. Hal ini telah sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

V.7.4. Instrumen Pengelolaan Limbah Medis di BPKL

Instrumen yang digunakan di Balai Pengobatan Kertas Leces

meliputi:

1. SOP Pembuangan sampah medis

2. Plabottle bekas atau tempat lain yang diizinkan

3. APD (masker dan sarung tangan karet)

4. Label dan simbol sampah medis

5. Timba

6. Alat tulis

7. Log sheet

8. Timbangan

9. Tas plastik hitam

Secara umum sistem pewadahan dan pelabelan di BPKL telah

sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/ MENKES/ SK/X/ 2004.

Page 67: bab 5(1)

122

V.7.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Limbah

Medis di BPKL

Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbah medis di

Balai Pengobatan Kertas Leces terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1. Limbah benda tajam

a) Siapkan plabottle bekas. Beri logo dan simbol sampah

medis untuk limbah benda tajam. Tempel stiker untuk

penulisan data (area, jenis sampah, waktu pengumpulan,

berat, nama dan tanda tangan petugas). Tulis data area jenis

sampah medis limbah plastik. Setelah plabottle berisi 2/3

bagian, tutup lobang plabottle. Spuit ke dalam sampah

medis-limbah plastik. Setelah plabottle berisi 2/3 bagian,

tutup lubang plabotte dengan plester. Isi stiker data: waktu

akhir pengumpulan, berat plabottle, dan nama serta tanda

tangan petugas. Catat ke dalam log book. Masukkan

plabottle yang sudah lengkap datanya ke timba plastik

besar yang sudah diberi plastik hitam, logo dan simbol

sampah medis-limbah benda tajam di gudang sampah

medis.

b) Ampul, jarum dan selang infus sama dengan jarum suntik.

2. Vial yang sudah terpakai

Masukkan ke dalam sampah vial. Setelah 2/3 bagian, timbang,

catat ke dalam log book kemudian masukkan ke dalam timba

Page 68: bab 5(1)

123

plastik yang sudah diberi plastik yang sudah diberi plastik

hitam, logo dan simbol sampah medis- limbah vial.

3. Limbah patologis (kapas, kasa, jaringan tubuh, plasenta)

Siapkan timba yang sudah berisi plastik hitam, cairan

desinfektan, logo dan simbol sampah patologis. Masukkan

limbah patologis ke dalam bak. Apabila isi timba sudah

maksimal, yaitu 2/3 bagian, buang limbah cair tersebut paling

lama 1 x 24 jam ke septic tank. Timbang kapas, kasa, jaringan

tubuh, plasenta dan sejenisnya. Catat ke dalam log book.

Sebelum dibakar di incenerator

4. Botol infus

Masukkan ke dalam wadah plastik besar yang sudah diberi logo

dan simbol sampah medis/limbah plastik (botol infus). Di dalam

gudang sampah medis. Timbang dan catat limbah yang masuk

kedalam log book, isi bak penampung limbah tidak boleh lebih

dari 2/3 bagian dari volume bak.

5. Plastik bungkus (spuit, jarum suntik, surflo, venflon,dll).

Masukkan plastik bungkus ke sampah plastik. Apabila sudah

penuh buang ke TPS non kertas.

6. Bungkus kasa dan kapas.

Dimasukkan ke dalam sampah kertas. Dikirim ke grubben PM 1

untuk di daur ulang ke dalam pabrik.Sampah medis yang tertera

di log book akan di-entry data dan dibuat laporan pengelolaan

limbah medis.

Page 69: bab 5(1)

124

V.7.6 Jadwal Penyimpanan Limbah Medis di BPKL

Secara umum penyimpanan limbah medis di Balai Pengobatan

Kertas Leces adalah :

a. Jika limbah yang dihasilkan < 50 kg maka masa penyimpanan

limbah maksimal 6 bulan.

b. Jika limbah yang dihasilkan > 50 kg maka masa penyimpanan

maksimal 3 bulan.

c. Waktu penyimpanan tersebut terhitung mulai tanggal awal

limbah dikumpulkan + 3 bulan kemudian.

d. Pembakaran dilakukan setiap bulan ke instansi yang

berwenang (khusus limbah botol infus dibakar 1 bulan sekali).

Untuk sistem pembakaran limbah medis, BPKL bekerja sama

dengan RS Tongas Probolinggo karena belum adanya ijin dari

Kementerian Lingkungan Hidup dalam penggunaan incenerator.