Bab 5 Rispk Pga

32
Halaman V-1 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir BAB BAB V V KONSEP DASAR SISTEM KONSEP DASAR SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PROTEKSI KEBAKARAN 5.1 KONSEP RENCANA SISTEM PENANGULANGAN KEBAKARAN KOTA 5.1.1 Pencegahan Konsep manajemen dalam pencegahan kebakaran adalah pada pemberian pelayanan untuk mengantisipasi ancaman bahaya kebakaran dalam bentuk : a. Pencegahan dalam arti penyiagaan keandalan bangunan dan lingkungan terhadap bahaya kebakaran dalam bentuk kegiatan: 1) Pemeriksaan desain bangunan dan lingkungan khususnya peralatan proteksi kebakaran (antara lain: alat pemadam api ringan, alarm kebakaran, hidran gedung, sprinkler), sumber air pemadam, jalur evakuasi, dan akses untuk pemadam kebakaran, termasuk untuk ambulan, 2) Pemeriksaan berkala dalam rangka menjamin kesiagaan manajemen terhadap penanggulangan bahaya kebakaran bangunan dan lingkungan (tingkat keandalan peralatan dan kesiagaan tenaga), 3) Pengawasan dan pengendalian bahan yang mudah terbakar,

Transcript of Bab 5 Rispk Pga

Page 1: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-1

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

BAB BAB VV

KONSEP DASAR SISTEM KONSEP DASAR SISTEM PROTEKSI KEBAKARANPROTEKSI KEBAKARAN

5.1 KONSEP RENCANA SISTEM PENANGULANGAN KEBAKARAN KOTA

5.1.1 Pencegahan

Konsep manajemen dalam pencegahan kebakaran adalah pada pemberian

pelayanan untuk mengantisipasi ancaman bahaya kebakaran dalam bentuk :

a. Pencegahan dalam arti penyiagaan keandalan bangunan dan lingkungan

terhadap bahaya kebakaran dalam bentuk kegiatan:

1) Pemeriksaan desain bangunan dan lingkungan khususnya peralatan

proteksi kebakaran (antara lain: alat pemadam api ringan, alarm

kebakaran, hidran gedung, sprinkler), sumber air pemadam, jalur

evakuasi, dan akses untuk pemadam kebakaran, termasuk untuk

ambulan,

2) Pemeriksaan berkala dalam rangka menjamin kesiagaan manajemen

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran bangunan dan

lingkungan (tingkat keandalan peralatan dan kesiagaan tenaga),

3) Pengawasan dan pengendalian bahan yang mudah terbakar,

4) Hasil penilaian atas butir 1), 2), dan 3) di atas bila memenuhi

persyaratan diberikan dalam bentuk rekomendasi atau perizinan.

b. Pencegahan dalam arti penyiagaan unit kerja penanggulangan kebakaran

diantaranya meliputi :

1) Pendataan daerah rawan kebakaran,

2) Penyusunan ”Prefire Plan”, yakni penyusunan rencana untuk mengkaji

dan mengembangkan strategi dan taktik yang tepat untuk setiap

Page 2: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-2

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

bangunan atau lingkungan yang mempunyai potensi kebakaran tinggi

dan vital,

3) Penyiapan dan penyiagaan tenaga pemadam dan penyelamat,

peralatan teknis operasional, bahan pemadam, serta informasi

lapangan,

4) Pembinaan SATLAKAR,

5) Pembinaan kepada pengelola bangunan dan lingkungan, dalam

bentuk penyuluhan dan pelatihan.

5.1.2 Pemadamam

Konsep manajemen dalam pemadaman kebakaran adalah pemberian

pelayanan secara cepat, akurat dan efisien mulai dari informasi kebakaran

diterima sampai api padam, kegiatannya berupa:

a. Penerapan prefire plan yang telah disusun dan disimulasikan terhadap

kejadian yang sebenarnya sesuai dengan strategi dan taktik yang harus

digunakan.

b. Menjalankan seluruh fungsi-fungsi pendukung yang diperlukan seperti :

1) Memudahkan jalur pencapaian lokasi kebakaran melalui koordinasi

dengan Polisi Lalu Lintas dan DLLAJR,

2) Mengamankan lokasi kebakaran (oleh polisi atau hansip),

3) Memperbesar debit suplai air, melalui koordinasi dengan PDAM,

4) Mematikan listrik di sekitar lokasi, melalui koordinasi dengan PLN,

5) Menginformasikan Rumah Sakit (118), agar menyiapkan Ambulan

untuk mengangkut korban dari lokasi kebakaran ke Rumah Sakit,

6) Mengatur/mengamankan jalur komunikasi radio (ORARI),

7) Meminta bantuan unit pemadam lainnya (baik dari pihak swasta

maupun dari luar kota/kabupaten) bila diperlukan,

c. Fungsi pemadaman pada Daerah yang tidak tercakup oleh layanan

instansi pemadam kebakaran dapat dilaksanakan oleh

Masyarakat/Satuan Relawan Kebakaran (SATLAKAR) yang telah dibentuk,

Page 3: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-3

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

d. Pelaksanaan tugas bantuan pemadaman kebakaran sesuai dengan

permintaan dari Daerah yang bersebelahan, perlu didukung dengan

adanya naskah kesepakatan bersama di antara dua atau lebih wilayah

Kabupaten/Kota dalam bentuk (Memorandum Of Understanding/MOU).

5.1.3 Penyelamatan

Konsep manajemen dalam penyelamatan (rescue) adalah pemberian pelayanan

untuk memperkecil korban dan kerugian harta benda akibat kebakaran dan

bencana lainnya, dalam bentuk :

a. Pelayanan evakuasi dan pertolongan pertama dari tempat kejadian,

b. Bekerjasama dengan instansi terkait untuk melakukan pertolongan.

Fungsi penyelamatan (rescue) pada Daerah yang tidak ada instansi pemadam

kebakaran dapat dilaksanakan oleh Masyarakat/Satuan Relawan Kebakaran

(SATLAKAR) yang telah dibentuk.

Setiap pelaksanaan kegiatan tersebut di atas tertuju pada sasaran yaitu

mempersiapkan penduduk, petugas termasuk tim medis serta instansi terkait,

dan peralatannya untuk mencapai basis penyelamatan kebakaran yaitu:

memindahkan orang dari lokasi bencana ke tempat yang aman, mencegah

timbulnya kebakaran, mengurangi kerugian harta benda dan jiwa pada saat

kebakaran dan bencana lain, melokalisasi penjalaran api dan memadamkan

kebakaran.

5.1.4 Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat minimal adalah melakukan penyuluhan dan

pelatihan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi dan

kepedulian masyarakat dalam mengatasi ancaman bahaya kebakaran.

Program pelatihana satuan relawan di tiap kelurahan yang beranggota 50 orang

yang dilatih dan diajarkan pelatihan dasar untuk menghadapi situasi saat terjadi

kebakaran.

Page 4: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-4

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

5.2 KRITERIA PENYUSUNAN KOMPONEN DASAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN

5.2.1. Kriteria Teknis

Kriteria teknis untuk penyusunan komponen dasar penanggulangan kebakaran

adalah sebagai berikut :

a. Untuk menunjang terciptanya unsur keamanan terhadap bahaya

kebakaran pada suatu kota maka setiap kota perlu menyusun Rencana

Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK).

b. Perencanaan yang komprehensif untuk RISPK didasarkan atas penentuan

persyaratan kebutuhan air untuk melindungi wilayah atau daerah yang

perlu dilindungi melalui penerapan Wilayah-wilayah Manajemen

Kebakaran (WMK).

c. Kebutuhan air untuk setiap WMK ditentukan dengan analisa resiko

kebakaran dengan memperhitungkan potensi bahaya kebakaran yang

terdapat dalam WMK, yang dinyatakan dalam volume bangunan yang

terkena kebakaran, kelas bahaya hunian, kelas konstruksi bangunan dan

faktor bahaya kebakaran.

d. Dari kebutuhan air total yang dibutuhkan pada setiap WMK, serta dengan

memperhitungkan laju pengeluaran air (delivery rate) dan laju penerapan

air efektif (application rate) untuk pemadaman kebakaran, maka dapat

ditentukan kebutuhan pos atau stasiun kebakaran yang memadai,

termasuk sarana hidran, mobil tangki dan titik-titik pengisapan air yang

diperlukan untuk menjamin efektifitas pemadaman kebakaran. Dari

volume kebutuhan ini, maka dapat direncanakan jumlah dan kualifikasi

personil, sarana, peralatan dan kelengkapan penunjang lainnya.

e. Selain untuk panduan perencanaan dan evaluasi kondisi yang ada, RISPK

dapat pula digunakan sebagai perencanaan jangka panjang serta sebagai

masukan bagi pertimbangan untuk penyelenggaraan pelatihan.

f. Untuk lingkungan atau gugus bangunan yang berada dalam kelompok

beberapa kepemilikan tertentu harus dianggap sebagai satu WMK

tersendiri dan berlaku ketentuan-ketentuan bagi WMK.

Page 5: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-5

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

Kesimpulan :

Perencanaan sistem proteksi kebakaran di perkotaan (RISPK) didasarkan kepada

penentuan Wilayah Manajemen Kebakaran. Perencanaan harus dimulai dengan

evaluasi terhadap tingkat resiko kebakaran dalam suatu WMK oleh instansi kebakaran

setempat. Unsur utama yang penting dalam perencanaan ini adalah penentuan

penyediaan air untuk pemadaman kebakaran di setiap WMK.

Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala upaya yang

menyangkut sistem organisasi, personel, sarana dan prasarana, serta tata laksana

untuk mencegah, mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di bangunan,

lingkungan dan kota.

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) dilakukan pada daerah perkotaan

yang belum mempunyai RISPK sendiri. Jangka waktu rencana menengah adalah 1 – 5

tahun dan jangka panjang sampai dengan 20 tahun.

5.2.2 Kriteria Penyusunan Konsep Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran Kota

a. Pencegahan

1. Kesiapan bangunan dan lingkungannya terhadap ancaman bahaya

kebakaran dilakukan dengan melengkapi peralatan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran.

2. Setiap perencana bangunan dan lingkungan sejak awal, harus sudah

memperhatikan sistem proteksi kebakaran baik aktif maupun pasif.

3. Dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan suatu bangunan kecuali

untuk bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, harus mendapat

rekomendasi dari instansi pemadam kebakaran, khususnya menyangkut

akses mobil dan ambulans kebakaran sesuai jalan keluar untuk

penyelamatan pada sistem proteksi kebakaran.

4. Dalam perencanaan lingkungan harus mengikuti ketentuan persyaratan

teknis tata bangunan dan lingkungan (urban design guidelines).

5. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi, instansi kebakaran

dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk tim ahli di bidang

kebakaran.

Page 6: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-6

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

6. Rekomendasi sesuai pada butir 5 di atas, sekurang-kurangnya berisi

rencana darurat pemadam kebakaran (fire emergency plan).

7. Prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran yang disediakan untuk

melindungi WMK harus dirawat dan dipelihara secara berkala, termasuk

penjadwalan penggantian sarana dan komponennya (apparatus

replacement schedule).

b. Pengenalan Kelas-Kelas Kebakaran

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat,

misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-

lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini

berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat

Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.

Kelas B

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda

mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,

solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-

lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas

ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api

tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat

jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita

menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana.

Kelas C

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media

pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat

Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung

kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar kita

aman dalam memadamkan kebakaran

c. Peralatan Pencegahan Kebakaran

Page 7: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-7

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

1) APAR/Fire Extinguishers/Racun Api

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna

karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini

mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan

sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul

dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar

terasa tidak rasional bila di tempat tersebut kita tempatkan racun api

dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada

dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia

kering, foam/busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai

di Indonesia.

2) Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran

kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung,

untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran

kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan

Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.

3) Detektor Asap/Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan

memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu

daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam

gedung.

4) Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap

orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.

5) Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan

memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada

suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut.

d. Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Tinggi

Page 8: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-8

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan

perlengkapan pemadaman suatu kebakaran maka kita harus bisa mengelola

kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen /pengelolaan pencegahan

bahaya kebakaran.

Sebagai contoh kita ambil dari pengelolaan pencegahan kebakaran pada

bangunan tinggi, sebagai berikut :

1) Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada

gedung itu.

- Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-

lain

- Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok dan

lain-lain

2) Penilaian Resiko

Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang

3) Monitoring

Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam

Kebakaran, Training, Fire Drill/ Latihan Kebakaran dan lain-lain

4) Recovery/Pemulihan

Emergency Response Plan/Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K,

Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.

5.1.4.1 Pemadaman dan Penyelamatan

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api

terjadi karena persenyawaan dari:

- Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar

matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.

Page 9: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-9

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

- Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu,

plastik dan sebagainya.

- Oksigen (tersedia di udara)

Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan

terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda

mudah terbakar, misalnya: Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan

Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan

sebagainya.

Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan

adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika

kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin

tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat

masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon

Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran

dengan mengunakan APAR, karung goni yang basah dan pasir yang terjadi

adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal semua

permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan

mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan

air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan

isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.

Prinsip-prinsip pemadaman kebakaran:

1. Tindakan Pemadaman dan Penyelamatan meliputi:

- Penyelamatan/pertolongan jiwa dan harta benda,

- Pengendalian penjalaran api,

- Pencarian sumber api,

- Pemadaman api.

2. Rencana Operasi Pemadaman dan Penyelamatan (Rescue).

- Rencana operasi merupakan skenario yang disusun secara garis

besar dan menggambarkan tindakan-tindakan yang dilakukan bila

terjadi kebakaran pada suatu bangunan atau lingkungan.

Page 10: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-10

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

- Rencana operasi harus dibuat dalam bentuk yang fleksibel agar

memungkinkan petugas pemadam kebakaran melakukan

penyesuaian pada saat beroperasi.

- Rencana operasi harus dibuat untuk bangunan vital, dan beresiko

tinggi.

- Rencana operasi berisi:

a) Informasi bangunan dan/atau lingkungan yang berupa

gambar denah bangunan;

b) Informasi sumber daya yang ada (SDM, dan P/S kota);

c) Fungsi perintah dan pembagian tanggung jawab semua

regu atau unit yang terlibat;

d) Keselamatan Operasi;

e) Panduan yang menggambarkan prioritas taktik dan

hubungan fungsi yang saling mendukung;

f) Penempatan regu atau unit, logistik, dan pusat komando;

g) Hubungan dengan instansi terkait.

Rencana operasi harus diuji coba secara periodik dengan melibatkan

instansi terkait.

3. Pelaksanaan Operasi Pemadaman dan Penyelamatan (Rescue) meliputi

kegiatan:

- Tindakan awal kebakaran dan operasi pemadaman kebakaran

Tindakan awal kebakaran merupakan upaya yang dilakukan oleh

penghuni pada saat mulai terjadi kebakaran dengan maksud untuk

mengurangi kerugian yang timbul, ini meliputi:

a) Menginformasikan kepada seluruh penghuni akan adanya

kebakaran;

b) Membantu mengevakuasi penghuni;

c) Melakukan tindakan pemadaman kebakaran;

Page 11: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-11

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

d) Memberitahukan kepada Instansi Kebakaran, PLN, dan

Polisi adanya kebakaran.

- Operasi Pemadaman

a) Operasi pemadaman dan penyelamatan merupakan

pelaksanaan rencana operasi yang telah disiapkan;

b) Komandan operasi pemadaman bertanggung jawab atas

keselamatan anggotanya dalam suatu operasi;

c) Operasi pemadaman mencakup tindakan size up, locate,

confine, dan extinguish. Tindakan size up adalah menaksir

besarnya kebakaran saat operasi pemadaman berlangsung,

tindakan locate ialah melokalisasikan api agar jangan

menjalar ke berbagai tempat, tindakan confine adalah

mencari sumber api saat tindakan operasi pemadaman,

sedangkan tindakan extinguish melakukan tindak

pemadaman api;

d) Dalam rangka melakukan operasi pemadaman diperlukan

strategi, dan taktik.

Yang dimaksud dengan strategi pemadaman dan penyelamatan adalah:

(1) Strategi pemadaman bukan suatu yang statis dan dapat dimodifikasi

sesuai keadaan yang terjadi,

(2) Strategi pemadaman dan penyelamatan adalah pengembangan dari

rencana operasi yang ada untuk menghadapi situasi secara efektif,

(3) Perumusan strategi merupakan tanggung jawab komandan operasi

pemadaman,

(4) Faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi

adalah:

i. Pasokan air cukup banyak dan berkelanjutan,

ii. Mengetahui secara pasti kemampuan peralatan dan personil

yang ada,

Page 12: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-12

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

iii. Pendistribusian dan penempatan peralatan dan personil yang

efisien sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Yang dimaksud dengan taktik pemadaman dan penyelamatan adalah:

(1) Taktik adalah metoda untuk mengiplementasi-kan rencana strategi

yang dibuat untuk melaksanakan pemadaman dan penyelamatan;

(2) Taktik akan menentukan peralatan, lokasi, tugas dan personil secara

spesifik;

(3) Taktik dapat dijabarkan dalam fungsi-fungsi taktis yaitu

penyelamatan jiwa, mengurangi kerugian harta benda (proteksi

eksposur), mengendalikan perambatan api (confinement),

pemadaman, ventilasi, dan overhaul;

(4) Penyelamatan jiwa merupakan pertimbangan pertama pada setiap

kejadian kebakaran dengan cara menjaga agar api tetap jauh dari

korban dan semua penghuni yang terancam harus segera dapat

ditemukan. Faktor penentu atas keberhasilan operasi ini yaitu:

i. Informasi keberadaan dan jumlah korban di lokasi,

ii. Jenis hunian,

iii. Ketinggian bangunan.

5.1.4.2 Pemberdayaan Masyarakat

A. Satuan Relawan Kebakaran (SATLAKAR)

1) Pemberlakuan SATLAKAR atau BALAKAR

SATLAKAR merupakan wadah partisipasi dan rasa tanggung jawab masyarakat

dalam rangka mengatasi ancaman bahaya kebakaran. SATLAKAR menjadi

bagian dari pelayanan pemadaman kebakaran. SATLAKAR sekurang-kurangnya

diberlakukan pada suatu lingkungan padat hunian, rumah susun, dan pasar.

2) Organisasi SATLAKAR

Pembentukan organisasi SATLAKAR sepenuhnya atas inisiatif masyarakat.

Page 13: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-13

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

3) Tugas dan Fungsi SATLAKAR

SATLAKAR mempunyai tugas membantu masyarakat dalam upaya menjaga

bangunan, penghuni, harta, dan lingkungannya serta memberikan informasi

kejadian kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran.

Fungsi SATLAKAR melakukan pemadaman dini sebelum Instansi Pemadam

Kebakaran datang ke tempat terjadinya kebakaran.

4) Peralatan Pemadaman

Peralatan baku pemadaman yang wajib dipergunakan oleh SATLAKAR adalah:

pompa jinjing ringan, alat pemadam api ringan (APAR), ember, pasir, goni

basah, dan gaetan.

5) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) SATLAKAR

Diklat SATLAKAR merupakan kewajiban Pemerintah Daerah, termasuk resiko

selama menjalani kegiatan Diklat.

6) Pembinaan SATLAKAR

Pembinaan personel SATLAKAR menjadi tanggung jawab Lurah, sedangkan

pembinaan kemampuan teknis pemadaman kebakaran ditangani oleh

Pemerintah Daerah dan atau oleh Instansi Pemadam Kebakaran.

Lurah selaku Pembina SATLAKAR mendorong berfungsinya SATLAKAR di

wilayah kelurahan masing-masing, melalui program kegiatan :

a. Membantu terselenggaranya program pendidikan dan latihan anggota

SATLAKAR untuk meningkatkan ketrampilan anggota SATLAKAR;

b. Memberi pengarahan, pertimbangan dan jadwal dalam hal pelaksanaan

tugas SATLAKAR;

c. Mengawasi kegiatan SATLAKAR di wilayah kelurahan masing-masing dalam

pelaksanaan tugas;

d. Menyusun program kerja tahunan dan lima tahunan;

e. Memberikan rekomendasi atas pembentukan unit-unit SATLAKAR pada

satuan RW.

Page 14: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-14

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

B. Masyarakat Profesi dan Forum Komunikasi

1. Masyarakat profesi adalah orang perorangan dan atau badan yang

mempunyai profesi terkait, dalam hal ini yang berhubungan dengan disiplin

pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

2. Forum komunikasi adalah forum yang terdiri dari anggota yang berasal dari

asosiasi profesi dan tokoh masyarakat.

3. Peran Masyarakat Profesi dan Forum Komunikasi, meliputi :

a. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu

mengikutsertakan pihak swasta, dalam hal ini masyarakat profesi dan

atau forum komunikasi.

b. Kontribusi masyarakat profesi yaitu dalam bentuk tenaga bantuan,

sumberdaya, pemikiran, dan atau pengawasan yang diberikan oleh

masyarakat profesi dan atau forum komunikasi.

c. Memberikan saran teknis terutama untuk lingkungan hunian padat, di

mana hasil kajiannya menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan.

4. Pemerintah wajib mendorong, memberikan fasilitas keberadaan peran-serta

masyarakat profesi dalam mengontrol dan mengendalikan hal teknis yang

berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran terutama

mengenai persamaan persepsi dalam strategi, taktis dan tugas-tugas

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.

C. Pola Kemitraan

1. Laboratorium Uji Api

Dalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai daya tahan bahan

bangunan dan konstruksi terhadap bahaya kebakaran dimungkinkan adanya

pola kemitraan antara masyarakat profesi dan institusi daerah yang

bersangkutan, dengan tujuan mendapatkan sertifikasi bahan dan konstruksi

tahan api.

2. Inspeksi

a. Inspeksi bangunan gedung yang beresiko kebakaran dilakukan oleh

masyarakat profesi untuk mendapatkan sertifikat layak huni.

Page 15: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-15

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

b. Hasil inspeksi menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk

memberikan Ijin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB) untuk

bangunan gedung fungsi umum.

c. Pernyataan layak huni tersebut menjadi tanggung jawab masyarakat

profesi.

3. Peringatan Dini (Early Warning)

a. Peringatan Dini dilakukan dengan menggunakan alat yang secara

otomatis atau manual berhubungan langsung dengan Instansi

Pemadam Kebakaran bilamana terjadi kebakaran.

b. Pada bangunan yang beresiko kebakaran, Pemilik atau Pengelola

bangunan dapat memasang/menggunakan peralatan yang dapat

bekerja otomatis berhubungan dengan Instansi Pemadam

Kebakaran. Penggunaan peralatan ini memberikan kontribusi subsidi

kepada peralatan yang dipasang pada tempat-tempat fasilitas sosial

dan umum.

5.1.5 Kriteria Penyusunan Konsep Komponen Penanggulangan kebakaran

5.1.5.1 Kriteria Pembagian Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

Berikut ini disajikan kriteria pembagian WMK :

1. WMK dibentuk oleh pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan kebutuhan

proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah maupun

buatan.

2. Sistem pemberitahuan kebakaran kota selanjutnya dapat dirancang untuk

menjamin respon yang tepat terhadap berbagai masalah yang mungkin terjadi

dalam setiap WMK.

3. Wilayah manajemen kebakaran ditentukan pula oleh ”waktu tanggap” dari pos

pemadam kebakaran yang terdekat. Apabila pemberitahuan kebakaran

mengalami perubahan dan pos-pos pemadam kebakaran harus memberikan

respon terhadap pemberitahuan tersebut dikaitkan dengan jarak atau

aksesibilitas, maka perencanaan wilayah manajemen kebakaranpun harus

disesuaikan dengan perubahan tersebut.

4. Daerah layanan dalam setiap WMK tidak melebihi dari radius 7,5 km.

Page 16: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-16

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

5. Di luar daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindungi

(unprotected area).

6. Daerah yang sudah terbangun harus mendapat perlindungan oleh mobil

kebakaran yang pos terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km dan berjarak 3,5 km

dari sektor.

7. Berdasarkan unsur-unsur di atas, selanjutnya dibuat peta jangkauan layanan

penanggulangan kebakaran secara rinci yang menunjukkan lokasi dari setiap pos

pemadam di dalam wilayah tersebut.

8. Perlu diperhatikan bahwa peta jangkauan layanan proteksi kebakaran tersebut

secara geografis bisa kurang tepat, mengingat adanya jalan yang melingkar,

sungai, bukit-bukit dan batas-batas fisik lainnya.

5.1.5.2 Kriteria Perencanaan Lokasi Pos Pemadam Kebakaran

Perencanaan lokasi Pos Pemadam Kebakaran dalam Wilayah Manajemen

Kebakaran (WMK) ditentukan berdasarkan standar waktu tanggap (Response-

time) terhadap pemberitahuan kebakaran di wilayah tersebut.

5.1.5.3 Waktu Tanggap

1. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran (selanjutnya disebut waktu

tanggap) adalah total waktu dari saat menerima berita/pengiriman pasukan dan

sarana pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran sampai dengan kondisi siap untuk

melaksanakan pemadaman kebakaran. Waktu tanggap terdiri atas waktu

pengiriman pasukan dan sarana pemadam kebakaran (dispatch time), waktu

perjalanan menuju lokasi kebakaran, dan waktu menggelar sarana pemadam

kebakaran sampai siap untuk melaksanakan pemadaman.

2. Faktor-faktor yang menentukan waktu tanggap adalah :

a. Tipe layanan yang dilakukan oleh instansi penanggulangan kebakaran,

b. Ukuran atau luasan wilayah yang dilayani termasuk potensi bahaya di lokasi

WMK dan kapasitas kemampuan yang ada,

c. Kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap waktu tanggap termasuk

perjalanan yang diperlukan petugas dan sarana pemadam menuju lokasi

kebakaran.

Page 17: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-17

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

3. Waktu tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran untuk kondisi di Indonesia

tidak lebih dari 15 (lima belas) menit yang terdiri atas :

a. Waktu dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran di suatu

tempat, interpretasi penentuan lokasi kebakaran dan penyiapan pasukan

serta sarana pemadaman selama 5 menit,

b. Waktu perjalanan dari pos pemadam menuju lokasi selama 5 menit,

c. Waktu gelar peralatan di lokasi sampai dengan siap operasi penyemprotan

selama 5 menit.

5.1.5.4 Jalur Mobil Pemadam Kebakaran

a. Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran harus dapat dijangkau oleh

peralatan pemadam kebakaran setempat, harus menetapkan batas

pembebanan maksimum yang aman dari jalan, belokan, jalan penghubung,

jembatan serta menetapkan jalur masuk ke lokasi sumber air pada berbagai

kondisi alam.

b. Setiap jalur masuk harus dikonstruksi sesuai dengan ketentuan dan standar

yang berlaku.

5.1.5.5 Lokasi Hydrant Pemadam Kebakaran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai

namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman

ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa

titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan

air.

Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh suatu sistem hidran sesuai

dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Pemasangan hidran harus memenuhi ketentuan dan dipasang sedemikian rupa

sehingga panjang selang dan pancaran air dapat mencapai dan melindungi seluruh

permukaan lantai bangunan.

b. Setiap pemasangan hidran halaman harus memenuhi persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

5.1.5.6 Sumber Air

Page 18: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-18

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

1. Pasokan air untuk pemadaman kebakaran

a. Pasokan air untuk keperluan pemadam kebakaran diperoleh dari sumber alam

seperti; kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi;

maupun buatan seperti; tangki air, tangki gravitasi, kolam renang, air mancur,

reservoir, mobil tangki air dan hidran.

b. Dalam hal pasokan tersebut berasal dari sumber alami maka harus dilengkapi

dengan sistem penghisap air. Permukaan air pada sumber alami harus dijamin

pada kondisi kemarau masih mampu dimanfaatkan.

c. Kelengkapan pada butir b. tersebut harus diberi tanda dan mudah terlihat serta

dapat digunakan pada kondisi apapun.

d. Setiap pemasangan dan pemeliharaan hidran menjadi tanggung jawab instansi

pengelola air bersih kota dan dibawah pengawasan petugas

pengawas pasokan air (water supply officer) dari instansi pemadam kebakaran

setempat.

e. Penggunaan air hidran untuk pemadam kebakaran tidak dikenakan biaya.

f. Perletakan lokasi hidran termasuk pemasangan dan pemeliharaannya sesuai

dengan ketentuan dan standar yang berlaku.

g. Tanda petunjuk letak tiap sistem penyediaan air harus mudah terlihat dan

terjangkau untuk penggunaan dalam keadaan darurat.

h. Petugas pengawas pasokan air harus menjamin bahwa tanda-tanda petunjuk

yang cepat telah terpasang pada setiap titik penyediaan air termasuk

identifikasi nama serta nomor pasokan air. Angka dan nomor tersebut harus

berukuran tinggi sedikitnya 75 mm dan lebar 12,5 mm, bersinar atau reflektif.

2. Bahan pemadam bukan air

a. Bahan pemadam bukan air dapat berupa ”foam” atau bahan kimia lain.

b. Penggunaan bahan pemadam bukan air harus disesuaikan dengan kebutuhan

berdasarkan potensi bahaya kebakaran dan harus memenuhi ketentuan dan

standar yang berlaku termasuk aman terhadap lingkungan.

5.1.5.7 Bangunan Pemadam Kebakaran

1. Bangunan Pos Pemadam Kebakaran

Page 19: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-19

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

a. Bangunan Pos Pemadam Kebakaran

Pos pemadam kebakaran minimal membutuhkan lahan 200 m2, meliputi

kebutuhan ruang untuk:

1) Ruang siaga untuk 2 regu (1 regu = 6 orang),

2) Ruang administrasi,

3) Ruang tunggu,

4) Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),

5) Gudang peralatan, yang mampu menampung: Garasi untuk 2 mobil pompa

4.000 liter;

6) Tandon air 12.000 liter,

7) Halaman untuk latihan rutin.

b. Bangunan sektor pemadam kebakaran

Sektor pemadam kebakaran minimal membutuhkan lahan 400 m2, meliputi

kebutuhan ruang untuk:

1) Ruang siaga untuk 4 regu,

2) Ruang administrasi,

3) Ruang tunggu,

4) Ruang rapat,

5) Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),

6) Gudang peralatan dan bahan pemadam kebakaran yang mampu menampung:

Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter, 1 mobil tangga 17 meter, 2 mobil

tangga > 30 meter, 2 mobil rescue/ambulans, 1 mobil pemadam khusus, 1

mobil alat bantu pernafasan, 2 perahu karet,

7) Tandon air 24.000 liter,

8) Halaman tempat latihan rutin.

c. Bangunan Wilayah Pemadam Kebakaran

Wilayah pemadam kebakaran minimal membutuhkan lahan 1.600 m2, meliputi

kebutuhan ruang untuk:

Page 20: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-20

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

1) Ruang siaga untuk 4 regu,

2) Ruang administrasi,

3) Ruang tunggu,

4) Ruang rapat,

5) Ruang komando,

6) Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),

7) Gudang peralatan dan bahan pemadam yang mampu menampung:

Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter, 1 mobil tangga 17 m, 3 mobil tangga >

30 m, 2 mobil rescue/ambulans, 2 mobil pemadam khusus, 2 mobil alat bantu

pernafasan, 2 perahu karet,

8) Tandon air 24.000 liter,

9) Halaman tempat latihan rutin.

d. Bangunan perbengkelan

1) Mobil pemadam kebakaran sebagai alat yang vital untuk memadamkan

kebakaran, perlu dijaga agar selalu dalam kondisi siap untuk digunakan.

2) Untuk mendapatkan kondisi dalam butir 1, maka harus diadakan

pemeliharaan yang meliputi perawatan dan perbaikan.

3) Bangunan bengkel diperlakukan bila jumlah mobil telah mencapai 20 unit

mobil pemadam kebakaran.

4) Kemampuan bengkel disesuaikan dengan kebutuhan.

e. Bangunan Asrama

1) Petugas pemadam kebakaran bekerja dengan pola: tugas, lepas/libur dan

cadangan.

2) Bila diperlukan petugas pemadam kebakaran harus siap untuk bekerja,

walaupun dalam keadaan lepas atau libur.

3) Untuk mobilitas secara cepat, diperlukan asrama untuk petugas di sekitar

kompleks pemadam kebakaran.

4) Kemampuan asrama disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 21: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-21

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

f. Bangunan Pendidikan dan Latihan

1) Untuk mendapatkan tenaga yang terampil di lapangan secara operasional

diharuskan mengikuti pendidikan dan latihan berkesinambungan.

2) Prasarana Diklat yang berupa bangunan, baik untuk tingkat propinsi, atau

beberapa propinsi maupun tingkat Nasional akan diatur dengan ketentuan

lebih lanjut.

2. Bangunan Komunikasi

a. Pusat alarm kebakaran

Untuk bangunan vital dan yang beresiko tinggi terhadap ancaman kebakaran

sebaiknya memiliki Pusat Alarm Kebakaran yang terhubung secara langsung ke

Kantor Wilayah Pemadam Kebakaran.

b. Telepon darurat kebakaran

Setiap kota perlu menyediakan nomor telepon khusus untuk pelayanan

pemadam kebakaran dan bencana.

5.1.5.8 Kebakaran Akibat Listrik

Asal Mula Terjadinya Kebakaran

Risiko akibat pemakaian listrik diperkenalkan dalam IEC30364; Electrical

Installations in Buildings atau SLI 173-1-2-3-4 dan 7; Instalasi Listrik untuk

Bangunan. Kebakaran menyebabkan kehilangan nyawa dan tak hanya meliputi

seseorang saja, tetapi dapat terjadi di tempat-tempat di mana banyak manusia

berkumpul, seperti pabrik, pusat perbelanjaan dsb.nya. Selain kehilangan nyawa

manusia juga mengakibatkan kerugian besar dalam hal materi.

Untuk mendapat kepastian apa penyebab utama dari kebakaran sering kali sangat

sulit. Biasanya bukti yang nyata telah dimusnahkan oleh api, dan tambahan pula

kerusakan yang disebabkan pada instalasi listrik karena api sering ditujukan ke

busur api (arcing) antara konduktor, karena kerusakan isolasi, dengan demikian

diambil kesimpulan yang tentunya salah besar, bahwa terjadinya kebakaran asal

mulanya dari listrik.

Menurut Mr. David Latimer; Chairman IEC-TC 64 dalam ceramahnya di BSN tahun

yang lalu, Beliu menerangkan bahwa di negaranya U. K. dan pasti juga di negara-

negara yang lain, pada umumnya dinas kebakaran tidak mempunyai pengalaman

Page 22: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-22

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

dalam bidang kelistrikan, dan meskipun tidak ada tanda bekas sisa-sisa aktivitas

listrik dalam rongsokan (wreckage), bila tidak ada bukti yang nyata dan cepat,

terjadinya kebakaran dianggap karena akibat listrik.

Gambar 5.1. Gambar

5.2.

Dari statistik DKI (Lihat Gambar 5.1 dan 5.2) penyebab utama kebakaran selama

periode Januari - September 1998 adalah listrik (48%) dan obyek yang banyak

terbakar adalah perumahan (di Perancis gedung-gedung perkantoran). Kejadian-

kejadian dari kebakaran tersebut di atas ini dapat dikurangi hanya dengan

mendidik pemakai dan tak dapat dihalangi dengan persediaan peraturan untuk

instalasi listrik dan persediaan peralatan canggih. Tetapi kerusakan dalam instalasi

dapat dan mengakibatkan kebakaran dan dalam tulisan ini ditinjau apa penyebab

kebakaran dan bagaimana dapat dicegah dengan perencanaan dan seleksi

pemasangan peralatan untuk instalasi listrik.

Seperti juga disebut dalam tulisan ELEKTRO No. 23, 1998; kebakaran dapat terjadi

karena adanya tiga unsur:

1. Bahan-bahan yang mudah menyala serta harus adanya suhu cetusan api

(biasanya 200º - 500º),

2. Energi menyala menghasilkan suatu sumber panas dengan daya yang cukup

dan lama pengaruhnya,

3. Adanya gas oksigen dalam jumlah yang cukup.

Bila tiga unsur di atas tidak lengkap, maka persyaratan bahwa dapat terjadinya

kebakaran tidak dapat dipenuhinya. Jadi hubung singkat dan gangguan listrik ke bumi

adalah kemungkinan sebab terjadinya kebakaran, tetapi belum tentu sumber

kebakaran.

Page 23: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-23

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

Bersamaan dengan koneksi atau sambungan kabel yang tak sempurna, suatu

fenomena yang disebut bersamaan dengan "tracking" (jejakan) adalah sumber utama

dari kebakaran yang akan dibahas di bawah ini.

Tracking adalah suatu gejala atau kejadian alam, di mana suatu lapisan konduktif

didirikan (established) di atas permukaan bahan isolasi. Bila terdapat kerusakan pada

isolasi kabel, maka pada mulanya arus yang sangat kecil (miliamps atau microamps)

secara sebentar-bentar (intermittant) mengalir di atas permukaan bahan isolasi.

Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi ini sangat minimal dan gejala

tersebut dapat berjalan sangat lama, berbulan-bulan kadang-kadang bertahun-tahun.

Jadi tiap-tiap waktu arus mengalir di atas permukaan bahan isolasi, bila sifatnya

organik, akan terjadi karbonasi, tetapi sangat sedikit.

Bila lembab bertemu dengan kotoran (debu yang kotor di atas permukaan isolasi),

maka akan menghasilkan hubungan konduktif jembatan. Dalam keadaan tersebut, arus

rambat (creepage current) yang juga disebut arus tracking akan mengalir dalam tiap-

tiap peristiwa tersebut dan kerusakan yang terjadi karenanya akan menambah sampai

arus tracking dipertahankan (Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Gambar 5.4

Semula arus kecil sekali (kurang dari 1 mA) dan tak menimbulkan banyak panas, yang

pada mulanya cukup untuk mengeringkan lembab, sehingga arus rambat tersebut

berhenti mengalir dan baru muncul lagi bila adanya pengaruh lembab yang baru, di

mana terdapat percikan api pada celah-celah yang tadinya dalam keadaan kering.

Karena proses tersebut berlangsung cukup lama terhadap permukaan isolasi, dan

dengan demikian dapat merusak isolasi, sehingga terbentuknya jembatan-jembatan

arang (coal bridges). Titik-titik gangguan ini perlahan-lahan pasti akan memperbesar,

begitu pula arus gangguan dan bila terdapat lembab berikutnya, akan menghasilkan

arus yang lebih besar, kira-kira 5-50 mA dan mengalir pada kerusakan permukaan di

mana adanya jembatan-jembatan arang (Gambar 5.4).

Page 24: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-24

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

Untuk arus yang lebih besar lagi melebihi 150 mA dan kemungkinan di sekitarnya

adanya bahan yang mudah terbakar, karena pengembangan panas pada titik-titik

gangguan (P=UxI) = 230 x 150 mA = 33 Watt, jumlah percikan api bertambah pula.

Karena jembatan ini yang juga disebut "tahanan konduktif panas", yang dalam

keadaan panas lebih banyak mengalirkan arus dari pada dalam keadaan dingin, maka

proses tersebut akan dipercepat. Dengan menambah jumlah percikan api, permukaan

arang akan melebar, dan arus rambat akan terus berkembang dan akan mencapai nilai

300 - 500 mA. Antara jembatan-jembatan arang akan timbul jembatan cetusan api

yang panas, dan arus gangguan tiba-tiba akan berobah menjadi busur api. Bila busur

api menyala, maka terbentuk kelompok-kelompok arang dan setelah setengah

gelombang, arang atau karbon tersebut akan menyala dan memancarkan juga

elektron-elektron, sehingga busur api tepat menyala dan material akan membakar.

Busur api menyala, sampai arus sisa (leakage current) dapat dieliminir atau diputuskan

hanya oleh SPAS (Sakelar Pemutus Arus Sisa) atau ELCB (earth leakage circuit breaker)

500 mA atau padam sendiri. Jadi pengamanan pertama untuk menghindari tracking

dalam instalasi listrik adalah memilih dengan tepat instalasi dan peralatan supaya

cocok dalam lingkungannya di mana peralatan tersebut dipasang.

Pengamanan yang kedua adalah dengan dipasangnya SPAS, karena pengamanan

dengan dipasangnya SPAS adalah sangat efektif bila adanya gangguan isolasi ke bumi.

Seperti telah dikatakan di atas bahwa gangguan tracking adalah gangguan antara

penghantar dan netral atau bumi, maka akan menyebkan ELCB atau SPAS bekerja.

SPAS (elcb)

Sesuai PUIL 1987 - Pasal 910, bahwa untuk mencegah bahaya kebakaran harus

dipasang SPAS dalam instalasi listrik. Dalam banyak hal suatu pengaman lebur

(sekering) atau APP hanya mengamankan arus lebih atau arus hubung singkat dan

memutus seketika dalam 3 detik bagian sirkuit listrik yang berbaha. Sedangkan dalam

hal kerusakan isolasi (penuaan, retak dsb.nya) di mana periode arus rambat beroperasi

sangat lama dan karena arus bocor selalu mengalir ke bumi, maka gejala ini hanya

dapat dideteksi oleh SPAS atau elcb, red 300 mA dengan waktu tunda (time delay) dari

50 mdet. Di beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Perancis, dalam instalasi listrik

Page 25: Bab 5 Rispk Pga

Halaman V-25

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Pagar Alam Laporan Akhir

diharuskan untuk dipasang elcb dari 500mA maupun dalam gedung-gedung

perkantoran, sedangkan di U.K. dan Malaysia dengan rating 100mA.

Penyalahgunaan dan Keburukan Instalasi

Keterangan di atas adalah analisa klinis dari asal mula kebakaran dan berdasarkan

pada kerja instalasi yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku (PUIL

1987). Tetapi instalasi yang baik dapat dihalangi oleh penyalahgunaan instalatir atau

pemakai yang menyebabkan kesulitan yang disebut di atas.

Salah satu penyalahgunaan dalam instalasi listrik yang khas adalah penggunaan yang

tidak tepat dari kotak kontak, yang menurut Mr. Latimer merupakan masalah yang

umum di seluruh dunia. Sebagai pencegahan diusulkan untuk diadakan pengecekan

secara teratur oleh instansi yang berwenang terhadap instalasi listrik dan disediakan

kotak kontak yang cukup dalam tempat sesuai kebutuhan pemakai.

Kesimpulan

Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian listrik. Ini

mengakibatkan kerusakan material yang cukup besar dan juga kehilangan nyawa

manusia. Untuk mengamankan terhadap musibah kebakaran tergantung dari 4 faktor :

1. Peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus memenuhi

standar yang berlaku dan harus sesuai dengan lingkungannya.

2. Pemasangan peralatan harus mentaati ketentuan dalam PUIL, dan bila cocok

sesuai instruksi pabrik peralatan.

3. Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan pengujian secara teratur

terhadap penyalahgunaan, kerusakan atau pelaksanaan pemasangan yang jelek,

termasuk sambungan-sambungan yang lepas.

Dipasangnya pengamanan yang cocok terhadap arus bocor, seperti SPAS.