PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan lahan dalam mulut (FI, 1995). Tablet hisap biasanya mengandung satu atau lebih kombinasi kategori berikut, yaitu antiseptik, anastesi lokal, antibiotik, antihistamin, antitusif, analgesik atau dekongestan (Siregar dan Wikarsa, 2010). Keuntungan tablet hisap menurut Banker & Anderson (1994) adalah memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, dan tidak diperlukannya air minum untuk menggunakannya. Tablet hisap memiliki keuntungan lain yaitu cocok digunakan untuk orang orang yang sukar menelan tablet konvensional. Dalam hal mengatasi nyeri, seperti nyeri gigi dan radang tenggorokan, asam mefenamat adalah obat golongan NSAID yang paling banyak digunakan di masyarakat. Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk AINS yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antiinflamasi (Wilson & Gisvold, 1982). Pada penggunaannya, asam mefenamat diberikan secara oral dan tersedia dipasaran dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul 250-500 mg (Munaf, 1994). Penggunaan tablet konvensional tidak praktis karena harus menggunakan air untuk menelan disamping itu kurang nyaman bila digunakan pada pasien yang menderita radang tenggorokan karena akan terasa sakit jika menelan, dan juga masih terdapat orang orang yang sukar dalam menelan tablet. Dengan

Transcript of PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4...

Page 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat

aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat

tablet melarut atau hancur perlahan lahan dalam mulut (FI, 1995). Tablet hisap

biasanya mengandung satu atau lebih kombinasi kategori berikut, yaitu antiseptik,

anastesi lokal, antibiotik, antihistamin, antitusif, analgesik atau dekongestan

(Siregar dan Wikarsa, 2010). Keuntungan tablet hisap menurut Banker & Anderson

(1994) adalah memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan,

kepastian dosis, dan tidak diperlukannya air minum untuk menggunakannya. Tablet

hisap memiliki keuntungan lain yaitu cocok digunakan untuk orang orang yang

sukar menelan tablet konvensional.

Dalam hal mengatasi nyeri, seperti nyeri gigi dan radang tenggorokan, asam

mefenamat adalah obat golongan NSAID yang paling banyak digunakan di

masyarakat. Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk

AINS yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antiinflamasi (Wilson &

Gisvold, 1982). Pada penggunaannya, asam mefenamat diberikan secara oral dan

tersedia dipasaran dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul 250-500 mg (Munaf,

1994). Penggunaan tablet konvensional tidak praktis karena harus menggunakan air

untuk menelan disamping itu kurang nyaman bila digunakan pada pasien yang

menderita radang tenggorokan karena akan terasa sakit jika menelan, dan juga

masih terdapat orang orang yang sukar dalam menelan tablet. Dengan

Page 2: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

2

pengembangan tablet hisap asam mefenamat diharapkan sebagai salah satu

alternatif bentuk sediaan yang praktis, nyaman dalam penggunaan, dan takaran

dosis yang tepat.

Tablet hisap asam mefenamat yang baik membutuhkan zat tambahan

(eksipien) yang sesuai. Salah satu eksipien yang penting digunakan pada tablet

hisap adalah zat pengikat. Pada penelitian ini, zat pengikat yang digunakan berupa

kombinasi PGA (Pulvis Gummi Arabic) dan sukrosa.

PGA dipilih karena musilago gummi arabici atau akasia merupakan salah

satu bahan pengikat yang biasa digunakan dalam granulasi basah, dimana metode

granulasi basah sangat cocok untuk zat aktif asam mefenamat. Metode granulasi

basah digunakan untuk memperbaiki sifat alir asam mefenamat yang kurang baik

sehingga asam mefenamat tidak cocok menggunakan metode kempa langsung.

Kelemahan gom sebagai bahan tambahan yaitu menjadikan tablet mudah

terkontaminasi mikroba.

Bahan pengikat lain yang ditambahkan adalah sukrosa. Sukrosa merupakan

bahan pengikat yang memiliki kemampuan memberikan rasa manis sehingga

sukrosa dapat membantu untuk menutupi rasa pahit dari asam mefenamat.

Kelemahan sukrosa adalah apabila dibuat tablet dengan komposisi sebagian besar

sukrosa menyebabkan tablet mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula

pereduksi tetapi akan menjadi coklat pada penyimpanan dan sangat higroskopis.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian optimasi

formula tablet hisap untuk mengetahui pengaruh kombinasi campuran bahan

pengikat berupa PGA dan Sukrosa yang kemudian dianalisis dengan menggunakan

Page 3: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

3

Simplex Lattice Design. Optimasi bertujuan untuk memudahkan dalam merancang,

menyusun dan menginterprestasikan data secara matematis. Penerapan simplex

lattice design digunakan untuk menentukan formula optimum dari campuran bahan,

dalam desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama

dengan satu bagian (Bolton, 1997). Model Simplex Lattice Design merupkan

metode yang relatif sederhana dibandingkan dengan metode lainnya dalam

menentukan formula optimum.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimanakah pengaruh variasi komposisi kadar zat pengikat PGA yang

dikombinasikan dengan sukrosa terhadap sifat fisik granul dan tablet hisap

asam mefenamat yang dihasilkan?

2. Pada variasi komposisi kadar berapakah zat pengikat PGA yang

dikombinasikan dengan sukrosa memberikan sifat fisik tablet hisap yang

optimum dengan menggunakan metode simplex lattice design?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengembangkan formula baru asam mefenamat sebagai zat aktif dalam

sediaan tablet hisap

Page 4: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

4

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa

sebagai eksipien pembuatan tablet hisap secara granulasi basah dengan

pendekatan Simplex Lattice Design.

b. Mengetahui pengaruh kombinasi campuran PGA dan sukrosa terhadap

sifat fisik tablet hisap dengan menggunakan metode optimasi Simplex

Lattice Design.

D. Tinjauan Pustaka

1. Tablet

Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam

bentuk pipih/sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung, mengandung satu

jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (FI, 1979). Target

secara umum harus memiliki keseragaman dosis, kecepatan waktu hancur yang

baik dan kekuatan regangan (Agrawal dan Prakasam, 1988).

Secara umum tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

a. Dapat menutupi rasa pahit obat

b. Pemakaiannya mudah

c. Mudah pengaturan dosis

d. Lebih stabil pada waktu penyimpanan yang lama (Sadik,1984).

2. Problem pada Pembuatan Tablet

Page 5: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

5

Berberapa permasalahan yang mungkin timbul selama penabletan antara

lain:

a. Pelekatan (binding)

Binding adalah pelekatan antara tablet dengan lubang kempang

yang menyebabkan sulitnya pengeluaran tablet ke luar lubang kempa yang

biasanya disebabkan oleh lubrikasi yang tidak cukup. Hal ini dapat diatasi

dengan penambahan zat pelicin, penggunaan zat pelicin yang lebih efisien,

mengurangi ukuran granul dan meningkatkan kandungan lembab dari

granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Sticking, Picking, dan Filming

Sticking biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai

atau kurangnya zat pelicin sehingga permukaan tablet melekat pada

permukaan punch. Apabila terjadi sticking, gaya tambahan diperlukan

untuk mengatasi gesekan antara tablet dan dinding kempa selama

pengeluarannya dari lubang kempa.

Picking masih termasuk dalam bentuk sticking dimana terdapat

lubang pada permukaan tablet yang disebabkan ketika bagian kecil granul

melekat pada permukaan punch dan terus bertambah setiap putaran mesin

tablet. Sedangkan Filming adalah bentuk lambat dari picking.

Penyebab umum dari sticking, picking dan filming sebagian besar

disebabkan karena kelembapan berlebihan dalam proses granulasi, suhu

tinggi atau permukaan punch yang sudah aus. Hal ini dapat diatasi dengan

Page 6: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

6

menurunkan kandungan lembab, penambahan adsorben atau penambahan

zat pelicin (Siregar dan WIkarsa, 2010).

c. Kaping dan Laminasi

Kaping adalah suatu istilah dimana sebagian atau seluruh tablet

terpisah antara bagian atas dan bawahnya. Sedangkan laminasi adalah

pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan berbeda. Biasanya terjadi

setelah pengempaan, tetapi dapat juga setelah beberapa saat setelahnya.

Pengujian kerapuhan adalah pengujian yang paling cepat untuk

mengetahui kemungkinan masalah tersebut (Lachman dan Lieberman,

1980).

Kaping dan laminasi dapat disebabkan karena kurang lembab,

terlalu lembab, pengikat tidak cukup atau tidak sesuai, kurang pengikat,

udara berlebihan dalam granul atau permasalahan pada alat kempa.

Pengatasannya dapat dengan menyemprot granul dengan air apabila

kurang lembab, dikeringkan kembali apabila terlalu lembab, penambahan

pengikat atau mengurangi kecepatan pengempaan (Kohli dan Shah, 1998).

d. Sumbing dan Retak

Sumbing merupakan kondisi dimana tablet tercuil pada sekitar

pinggiran tablet. Sedangkan keretakan biasanya terjadi pada pusat bagian

atas tablet dikarenakan faktor mesin tablet. Sumbing dan keretakan dapat

diatasi dengan mengeringkan kembali granul yang lembap, mengganti zat

pelicin atau mengganti punch (Kohli dan Shah, 1998).

e. Bercak-bercak (mottling)

Page 7: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

7

Mottling adalah distirbusi warna yang tidak merata pada

permukaan tablet. Salah satu penyebabnya adalah zat aktif yang warnanya

berbeda dengan eksipien tablet atau hasil uraiannya dengan eksipien,

terjadi migrasi obat dan atau perwarna selama pengeringan atau adanya

eksipien yang berupa larutan berwarna yang tidak merata (Siregar dan

Wikarsa, 2010; Gunsel dan Kanig, 1976)

3. Tablet Hisap

Tablet hisap adalah tablet kempa berbentuk piringan dan solid yang

dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan, serta

dimaksudkan terdisolusi lambat dalam mulut untuk efek lokal pada selaput

mukosa lingkungan mulut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Zat aktifnya biasanya

terdiri dari antiseptik,antibakteri, lokal anestetik, antiinflamasi, antibiotik dan

antifungi (Peters, 1989). Diameter tablet hisap umumnya lebih besar daripada

tablet biasa yaitu lebih besar dari 18 mm (Lachman et al,1994).

Tablet hisap akan rusak atau berjamur bila disimpan pada kondisi yang

lembab, sehingga harus disimpan pada wadah kedap air dan kering.

Penyimpanan pada tempat yang sejuk diperlukan untuk tablet hisap yang

kandungan zat aktifnya adalah zat yang mudah menguap (Cooper dan Gunn,

1975).

4. Bahan Tambahan Tablet Hisap

Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif juga dibutuhkan zat

tambahan/eksipien. Eksipien dalam sediaan tablet dapat diklasifikasikan

berdasarkan peranannya dalam produksi tablet. Biasanya pada tablet hisap

Page 8: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

8

tidak digunakan zat penghancur, dan zat yang digunakan sebagian besar adalah

zat-zat yang larut air. Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet hisap

meliputi:

a. Zat Pengisi (dilluent)

Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet.

Fungsi lain dari zat pengisi adalah untuk memperbaiki kompresibilitas dan

sifat alir bahan yang sulit dikempa serta memperbaiki daya kohesi

sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi harus memenuhi kriteria

yaitu, harus non toksis, harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harganya

haeus cukup murah, tidak boleh saling berkontraindikasi, secara fisiologis

harus inert/netral, harus stabil dalam sifat fisik dan kimia, tidak boleh

mengganggu bioavaobilitas obat, harus bebas dari segala jenis mikroba

dan harus color compatible (Banker dan Anderson, 1994). Untuk tablet

hisap, rasa dan kenyamanan dimulut menjadi parameter dalam seleksi

bahan pengisi (Lachman et al, 1994).

b. Zat Pengikat (binder)

Zat pengikat adalah parameter yang cukup penting dalam tablet

hisap. Zat pengikat diperlukan dengan maksud untuk meningkatkan

kohesivitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan dan

daya tablet (Voigt, 1984).

Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan

selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan

Page 9: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

9

kekompakan kohesi bagi tablet yang tidak dicetak langsung (Banker dan

Anderson, 1994).

c. Zat pelicin (lubricant)

Zat ini digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan

jalan mengurangi gesekan diantara partikel–partikel (Lachman et al.,

1994). Jumlah pelicin yang dipakai pada pembuatan tablet 0,1% sampai

0,5% berat granul (Ansel, 1989). Zat pelicin yang biasa digunakan adalah

talk, mg stearat atau campuran keduanya (Gunsel dan Kanig, 1976).

d. Zat Pemanis

Rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa yang

dirasa mulut saat menghisap talet sangat terkait dengan penerimaan

konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitas

produk sehingga salah satu solusinya adalah ditambahkannya bahan

pemanis. Dalam formulasi tablet hisap, bahan perasa yang digunakan

biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut (Peters,

1980).

Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis sekitar 50%

atau lebih dari berat tablet keseluruhan seperti laktosa,manitol, sorbitol,

dan sebagainya.

5. Metode Granulasi Basah

Metode ini merupakan suatu proses untuk mengubah serbuk halus

menjadi bentuk granul dengan cara menambahkan larutan zat pengikat. Granul

yang dihasilkan setelah kering ditambahkan zat pelicin atau tanpa zat

Page 10: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

10

penghancur, untuk selanjutnya dikempa menjadi tablet (Sadik, 1984). Dalam

proses granulasi basah, zat pengikat digunakan untuk mempermudah proses

aglomerasi (Parikh, 1997).

Metode ini memliki beberapa keuntungan, antara lain:

a. Menaikkan volume tablet atau bahan obat yang dosisnya kecil dengan

dipakainya eksipien dalam jumlah tertentu.

b. Menaikkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk sehingga diharapkan

tablet dapat dikempa menjadi massa tablet yang kompak, cukup keras, dan

tidak rapuh.

c. Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen

selama proses pencampuran.

d. Menjaga homogenitas dan memperbaiki distribusi zat aktif dengan

digunakannya zat pengikat.

e. Untuk bahan obat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat

memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan penambahan cairan

pelarut yang cocok pada zat pengikat (Sheth et al., 1980).

Akan tetapi, metode granulasi basah juga memiliki keterbatasan, antara

lain:

a. Biaya yang besar karena keterkaitan penggunaan ruang,waktu dan alat

yang relatif banyak.

b. Terdapat kemungkinan besar adanya kontaminasi silang yang lebih besar

daripada dengan metode kempa langsung

Page 11: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

11

c. Dapat memperlambat disolusi zat aktif dari dalam granul setelah tablet

terdisintegrasi jika tidak diformulasi dan diproses dengan tepat (Siregar

dan Wikarsa, 2010).

Granul yang didapatkan melalui metode granulasi basah maupun

menggunakan metode lain perlu dilakukan evaluasi sifat fisik. Evaluasi sifat

fisik granul meliputi sifat alir, kompaktibilitas dan daya serap air. Evaluasi sifat

alir pada granul menggunakan parameter berupa waktu alir, sudut diam dan

indeks pengetapan.

6. Evaluasi sifat fisik granul

Evaluasi sifat fisik granul dilakukan untuk menjamin bahwa granul yang

dibuat telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yang secara langsung

akan mempengaruhi proses pengempaan dan tablet yang dihasilkan.

Pemeriksaan yang umum dilakukan antara lain, meliputi:

1. Sifat alir

Sifat alir dipengaruhi oleh gaya yang bekerja antara partikel-partikel

padat, antara lain gaya gesekan/friksi. Gaya tegangan permukaan, gaya

mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang

bentuknya tidak teratur, gaya elektrostatik, dan gaya kohesi atau Van

der Waals (Indriani,2009).

Pemeriksaan sifat alir dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara

langsung yaitu pengukuran waktu alir dengan menggunakan metode

Page 12: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

12

corong, sedangkan pengukuran tidak langsung dengan menggunakan

sudut diam dan pengetapan (Sulaiman, 2007)

2. Kompaktibilitas dan kompresibilitas

Kompaktibilitas adalah kemampuhan bahan untuk membentuk

massa yang kompak setelah diberi tekanan, sedangkan kompresibilitas

adalah kemampuan serbuk untuk berkurang/menurun volumenya

setelah diberi tekanan (Sulaiman, 2007)

3. Ukuran dan distiribusi ukuran partikel/granul

Ukuran dan distribusi ukuran granul dapat diketahui dengan metode

pengayakan, mikroskopi, sedimentasi, stream scanning, sentrifugasi,

elutriation, light scattering, Conductivity test, permeametri, dan

trayekrori partikel (Sulaiman, 2007).

4. Daya serap air

Cara pengamatan daya serap air yang paling mudah adalah dengan

mengamati jumlah air yang mampu diserap oleh serbuk atau tablet

dengan bantuan alat timbang (Sulaiman, 2007).

5. LOD dan MC

Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat

basah atau berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basahnya

(%LOD) kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat

dari bahan basahnya, sedangkan bila berdasarkan berat kering,

kandungan air dinyatakn sebagai persen dari bobot bahan kering

(%MC) (Sulaiman, 2007).

Page 13: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

13

7. Evaluasi sifat fisik tablet

Evaluasi sifat fisik tablet ditujukan untuk mendapatkan gambaran

kualitas tablet saat dikonsumsi. Uji sifat fisik tablet yang biasa dilakukan

meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, ketebalan, waktu hancur,

dan keseragaman kadar (Anderson dkk., 1990). Uji sifat fisik tablet yang

dilakukan pada penelitian ini antara lain:

a. Keseragaman Bobot Tablet

Uji keseragaman bobot dipersyaratkan jika tablet yang akan diuji

tidak bersalut dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang

merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar dan Wikarsa,

2010). Keseragaman bobot dapat digunakan sebagai gambaran keseragaman

kadar zat aktif. Uji dilakukan dengan menimbang 20 tablet secara satu per

satu dengan neraca analitik kemudian dihitung reratanya.

Persyaratan untuk keseragaman bobot, tidak boleh ada lebih dari dua

tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari reratanya lebih dari

harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet

yang bobotnya menyimpang dari reratanya lebih dari harga yang ditetapkan

pada kolom B.

Tabel I. Persentase persyaratan penyimpangan bobot tablet (FI, 1979)

Bobot rerata

Penyimpangan bobot rereta (%)

A B

Page 14: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

14

25 mg atau kurang 15 30

26-150 mg 10 20

151-300 mg 7,5 15

>300 mg 5 10

b. Kekerasan Tablet

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet

dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, pengikisan, dan

terjadinya keretakan tablet yang didapat selama pengemasan, pengangkutan

dan pendistribusian kepada konsumen (Parrott, 1971). Kekerasan pada

tablet hisap harus lebih besar dari tablet biasa dimana tablet hisap

mempunyai kekerasan antara 7-14 kg/cm2 (Cooper dan Gunn, 1975)

sedangkan untuk tablet biasa hanya 4-8 kg/cm2 (Parrott, 1971). Kekerasan

tablet yang dibuat dengan metode granulasi basah dipengaruhi oleh ikatan

yang terjadi antar partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins,

1977).

c. Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen dan mengacu pada massa

tablet sebelum dan sesudah pengujian dan telah dibebas debukan.

Kerapuhan menggambarkan kekuatan ikatan antar partikel. Kerapuhan

tablet yang baik adalah kurang dari 0,5%-1% (Banker dan Anderson, 1994).

Nilai kerapuhan tablet tidak boleh lebih dari 1% (Parrott, 1971).

Page 15: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

15

d. Waktu Larut Tablet

Waktu larut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk

melarut atau terkikis secara perlahan didalam rongga mulut. Waktu larut

yang ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 30 menit atau kurang (Banker dan

Anderson, 1994).

e. Tanggap Rasa Tablet

Tanggap rasa adalah suatu uji organoleptis untuk mengetahui rasa

dan tingkat kemanisan dari tablet hisap yang dibuat. Rasa tablet merupakan

parameter penting dalam menentukan kualitas tablet hisap karena tablet

hisap harus mempunyai rasa yang enak agar dapat diterima oleh konsumen.

8. Simplex Lattice Design (SLD)

Metode Simplex Lattice Design merupakan suatu metode untuk

menentukan formula optimum dari sejumlah komposisi bahan, dalam

desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama

dengan satu bagian (Bolton, 1997). Persamaan pada simplex lattice design

untuk 2 campuran yang berbeda (A dan B), yaitu:

Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)..........................................................................(1)

Dimana: Y = respon atau efek yang dihasilkana, b, ab = koefisien yang dapat dihitung dari percobaan(A) dan (B) = fraksi komponen, dengan jumlah (A) + (B) harus

satu bagian

Hasil persamaan yang didapat dari hasil percobaan merupakan suatu

persamaan empiris yang dapat menggambarkan pola respon dalam suatu ruang

simplex (Bolton dan Bon, 2004).

9. Monografi Bahan

Page 16: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

16

a. Asam mefenamat

Asam mefenamat atau Asam N-2,3-xililantranilat memiliki BM

241,29, mengandung tidak kurang 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0%

C15H15NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk

hablur, putih atau hampir putih dan melebur pada suhu kurang lebih 230°

disertai peruraian. Asam mefenamat larut dalam alkali hidroksida ; agak

sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol;

praktis tidak larut dalam air (FI, 1995).

Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk

kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam

pengobatan, asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan

rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk anak-anak dan janin, karena

sifat toksiknya, asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari satu

minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang usianya di

bawah 14 tahun (Munaf, 1994).

Gambar 1. Struktur asam mefenamat (Departement of Health, 2009)

b. PGA (Pulvis Gummi Arabica)

PGA (Pulvis Gummi Acaciae) atau gom arab dikenal juga sebagai

gum acacia, gum arabic, dan talha gum. Gom arab adalah eksudat yang

mengeras di udara seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan

penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal (Linne) Willdenow

Page 17: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

17

(Familia Leguminosae) atau spesies lain Acacia (Familia Leguminosae)

yang berasal dari Afrika.

Gom arab tidak berbau, larut dalam gliserin (1:20), propilen glikol

(1:20), Air (1:2,7) dan tidak larut dalam etanol (95%). Gom arab

memerlukan waktu yang lama untuk larut dalam air. Gom arab dapat

digunakan sebagai emulgator dan agen pensuspensi pada sediaan farmasi

oral dan topikal, bahan pengikat untuk tablet dan agen penambah viskositas

(Kibbe, 2009). Konsentrasi PGA sebagai zat pengikat dalam tablet berkisar

10-25% dalam bentuk larutannya (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Akasia yang ada dipasaran berwarna putih atau putih kekuningan,

berbentuk bulat, granul, serbuk atau serbuk kering. Tidak berbau dan tidak

berasa. Akasia digunakan untuk kosmetik, makanan, oral dan topikal pada

formulasi farmasi (Kibbe, 2009).

c. Sukrosa

Gambar 2. Struktur sukrosa

Sukrosa adalah gula berupa serbuk hablur putih atau tidak berwarna,

massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih tidak berbau,

rasa manis, stabil di udara. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, lebih

mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan dalam eter (FI, 1995). Sukrosa bersifat higroskopis sehingga

Page 18: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

18

granul yang dihasilkan mudah lembab karena menyerap air (Lachman dan

Lieberman, 1980).

Sukrosa berfungsi sebahai bahan pengikat dalam pembuatan tablet

secara granulasi basah. Dalam bentuk serbuk, sukrosa berperan sebagai

bahan pengering (20% b/b) atau sebagai bahan pengisi atau pemanis dalam

tablet hisap dan tablet kunyah. Densitas massa dari sukrosa adalah 1,6

g/cm3. Sukrosa yang terlalu banyak jumlahnya dalam suatu tablet dapat

menurunkan disintegrasi tablet tersebut (Armstrong, 2009). Sukrosa

merupakan pemanis yang biasa digunakan dalam sediaan oral dan aman jika

dikonsumsi (Ansel dkk, 2005).

d. Aspartam

Gambar 3. Struktur aspartam

N-L-a-Aspartyl-L-phenylalanine 1-methyl ester atau yang dikenal

dengan aspartam memiliki rumus kimia C14H18N2O5 dan bobot molekul

sebesar 294,30. Aspartam berwarna putih, berbentuk kristal dan memiliki

rasa manis yang kuat. Aspartam sukar larut dalam etanol (95%) dan sukar

larut dalam air. Pada kondisi kering, aspartam cukup stabil, tetapi dengan

adanya kelembaban, akan menyebabkan terjadinya hidrolis. Aspartam juga

mudah terdegradasi akibat pemanasan sehingga pada penyimpanannya,

Page 19: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

19

aspartam harus disimpan pada tempat kering dalam wadah yang tertutup

rapat. Pada temperatur yang tinggi, aspartam dapat menyebabkan

kecoklatan ketika digunakan. Aspartam banyak digunakan sebagai gula

alternatif pengganti sukrosa pada pasien diabetes karena nilai gizinya yang

rendah (Cram, 2009).

Berdasarkan perbedaan scanning pada kalorimetri dengan beberapa

eksipien pada tablet kempa langsung, diketahui bahwa aspartam

inkompatibel dengan kalsium fosfat dan juga dengan magnesium stearat

(El-shattawy dkk, 1981).

e. Magnesium Stearat

Gambar 4. Struktur Mg stearat (Allen and Luner, 2009)

Magnesium stearat dengan rumus kimia C36H70MgO4 dan bobot

molekul 591,34 merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-

asam organik padat yang diperoleh dari lemak terutama dari magnesium

stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan (FI, 1995).

Magnesium stearat sering digunakan untuk kosmetik, makanan dan

dalam formulasi sediaan farmasi. Biasanya digunakan sebagai zat pelicin

pada pembuatan tablet dan kapsul dengan konsentrasi antara 0,25%-5% w/w

(Allen and Luner, 2009). Magnesium stearat berbentuk serbuk putih, halus,

memiliki bau lemah khas, mudah melekat pada kulit dan serbuknya sedikit

licin jika disentuh. Mg stearat bersifat inkompatibel dengan asam kuat,

Page 20: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

20

alkalis dan garam besi. Magnesium stearat juga bersifat hidrofobik dan

memperlambat disolusi dari obat pada bentuk sediaan padat (Genderton,

1969).

f. Laktosa

Gambar 5. Stuktur Laktosa

Laktosa biasa digunakan sebagai zat pengikat, zat tambahan pada

tablet kempa langsung dan zat pengisi pada tablet dan kapsul. Kegunaan

laktosa pada umunya adalah untuk meningkatkan ukuran dan kohesi tablet.

Laktosa kualitas baik digunakan dalam pembuatan tablet menggunakan

metode granulasi basah (Edge et al, 2009). Sediaan obat yang menggunakan

laktosa memberikan kecepatan pelepasan obat yang baik dan granul yang

terbentuk lebih cepat kering (Banker dan Anderson, 1994).

E. Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan kombinasi dua zat pengikat, yaitu PGA dan

sukrosa. Kedua zat pengikat ini termasuk zat pengikat kuat yang memiliki sifat alir

yang baik, inert secara farmakologi serta memiliki kompresibilitas dan

Page 21: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

21

kompaksibilitas yang baik. PGA dan sukrosa ditambahkan pada formula dalam

bentuk larutan karena zat pengikat ini lebih efektif jika di tambahkan dalam bentuk

larutan pada pembuatan granul daripada dalam bentuk keringnya (Banker dan

Anderson, 1994). Sejalan dengan penambahan zat pengikat yang berbentuk larutan,

metode pembuatan tablet yang digunakan adalah granulasi basah karena asam

mefenamat sebagai zat aktifnya memiliki sifat alir yang kurang baik sehingga tidak

dapat dibuat tablet menggunakan metode kempa langsung.

Asam mefenamat sendiri merupakan derivat asam antranilat dan termasuk

kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS) yang paling sering

digunakan, berbentuk serbuk putih, pahit, tidak berbau, dan memiliki kelarutan

yang kecil dalam air sehingga untuk dibentuk menjadi tablet hisap, membutuhkan

eksipien yang larut air untuk memperbaiki sifat fisiknya.

PGA atau gom arab memiliki sifat memperlama waktu larut tablet, mudah

larut dalam air tetapi membutuhkan waktu,dikombinasikan dengan sukrosa yang

cukup sering digunakan dalam pembuatan tablet secara granulasi basah dan

memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Sukrosa selain sebagai zat pengikat dapat

juga digunakan sebagai zat pengisi dan pemanis sehingga dapat membantu

mengurangi rasa pahit dari asam mefenamat. Tablet hisap memiliki kekerasan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan tablet konvensional, penggunaan zat pengikat

PGA dan sukrosa yang memiliki sifat deformasi plastis akan membentuk ikatan

kuat sehingga menyebabkan kekerasan tablet meningkat (Pratiwi dkk, 2011).

Kombinasi antara PGA dan sukrosa akan menghasilkan sifat fisik yang baik

terutama pada kekerasannya. Untuk mengetahui kombinasi yang memberikan sifat

Page 22: PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75999/potongan/S1-2014... · 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai

22

fisik optimum, maka dilakukan optimasi formula menggunakan metode Simplex

Lattice Design. Formula optimum akan menghasilkan tablet hisap asam mefenamat

dengan kualitas yang paling baik.

F. Hipotesis

1. Perbedaan komposisi kadar antara kombinasi PGA dan sukrosa sebagai zat

pengikat dapat berpengaruh terhadap sifat alir granul, kekerasan, kerapuhan,

waktu larut dan tanggap rasa pada tablet hisap asam mefenamat.

2. Pada variasi komposisi zat pengikat PGA 10% yang dikombinasikan dengan

sukrosa 20% dapat menghasilkan sediaan tablet hisap yang optimum yang

ditinjau pada sifat fisiknya dengan menggunakan metode Simplex lattice

Design.