BAB 5. Hasil Kampanye · 2010-09-08 · beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum...

20
59 BAB 5. Hasil Kampanye Seperti tercantum di dalam Rencana Proyek ini, strategi pemantauan kampanye perubahan perilaku Pride memiliki 5 tujuan utama, yaitu: 1. Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan dua segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu: a. Petani yang melakukan perladangan berpindah di desa Tempayung dan desa Babual Baboti sebagai khlayak target primer kampanye, dan b. Masyarakat petani di 10 desa lainnya disekitar SM Sungai Lamandau, serta beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum yang tinggal disekitar SM Sungai Lamandau. 2. Untuk mengukur tingkat capaian di setiap sasaran SMART dan Teori Perubahan Kampanye Pride sebelum dan sesudah kampanye (mengunakan analisa data SurveyPro). 3. Untuk mengukur pencapaian tujuan dan penjangkauan media pemasaran pesan kampanye kepada khalayak. 4. Untuk menilai tingkat adopsi dan kepatuhan oleh petani untuk melakukan perladangan menetap dengan pola kebun campuran menetap tanpa bakar untukmenghindari perluasan pembukaan hutan dan kebakaran hutan/lahan. 5. Mengukur kemajuan yang dilakukan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa Bakar yang saat ini masih dijalankan untuk terus menginspirasi, memberi contoh cara pengelolaan dan budidaya tanaman di lahan menetap tanpa bakar sebagai bentuk strategi penyingkiran hambatan (barrier removal) agar khalayak target mengadopsi dan berubah perilaku. 1. Metode Survei Pra dan Pasca Kampanye Dalam mengukur keberhasilan kampanye Manajer Kampanye dan Yayorin melakukan perbandingan dua survei (survei pra kampanye yang dilakukan sebelum kampanye dan survei selepas kampanye atau survei pasca kampanye). Keduanya adalah survei kuantitatif dengan pengambilan sampel acak mudah/sederhana (Simple Random Sampling) yang dilakukan di 12 desa sekitar SM Sungai Lamandau. Survei pra kampanye dilakukan pada bulan Maret 2009 untuk menentapkan dasar bagi sasaran- sasaran SMART 1 yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek (PSP) (Knowledge-Attitude-Practice/KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan survei pasca kampanye dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada Juni 2010. Kedua survei mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (sebagai data baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Perilaku yang disebut dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai dasar memberikan informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak- khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka, program-program media pilihan mereka dan penyingkiran hambatan untuk perubahan perilaku. Informasi ini digunakan untuk menjangkau kegiatan-kegiatan, strategi penjangkauan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam Rencana Proyek. Survei pasca-kampanye juga memasukkan pertanyaan-pertanyaan baru yang dirancang untuk mengukur paparan kegiatan-kegiatan kampanye. Tiga segmen khalayak sasaran kampanye merupakan sub-sub kelompok untuk dianalisa dalam survei, meliputi: (1) petani yang melakukan perladangan berpindah tabas bakar di sekitar dan dalam kawasan MS Sungai Lamandau di desa Tempayung dan desa Babual Baboti, (2) petani di 10 desa lain yang masih berladang berpindah tebas bakar atau menetap tebas bakar, dan (3) masyarakat secara umum. 1 SMART adalah kepanjangan dari Spesific, Measurable, Action oriented, Realistic and Time bound

Transcript of BAB 5. Hasil Kampanye · 2010-09-08 · beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum...

59

BAB 5. Hasil Kampanye

Seperti tercantum di dalam Rencana Proyek ini, strategi pemantauan kampanye

perubahan perilaku Pride memiliki 5 tujuan utama, yaitu:

1. Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan dua

segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu:

a. Petani yang melakukan perladangan berpindah di desa Tempayung dan desa

Babual Baboti sebagai khlayak target primer kampanye, dan

b. Masyarakat petani di 10 desa lainnya disekitar SM Sungai Lamandau, serta

beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum yang

tinggal disekitar SM Sungai Lamandau.

2. Untuk mengukur tingkat capaian di setiap sasaran SMART dan Teori Perubahan

Kampanye Pride sebelum dan sesudah kampanye (mengunakan analisa data

SurveyPro).

3. Untuk mengukur pencapaian tujuan dan penjangkauan media pemasaran pesan

kampanye kepada khalayak.

4. Untuk menilai tingkat adopsi dan kepatuhan oleh petani untuk melakukan

perladangan menetap dengan pola kebun campuran menetap tanpa bakar

untukmenghindari perluasan pembukaan hutan dan kebakaran hutan/lahan.

5. Mengukur kemajuan yang dilakukan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa

Bakar yang saat ini masih dijalankan untuk terus menginspirasi, memberi contoh

cara pengelolaan dan budidaya tanaman di lahan menetap tanpa bakar sebagai

bentuk strategi penyingkiran hambatan (barrier removal) agar khalayak target

mengadopsi dan berubah perilaku.

1. Metode Survei Pra dan Pasca Kampanye

Dalam mengukur keberhasilan kampanye Manajer Kampanye dan Yayorin melakukan

perbandingan dua survei (survei pra kampanye yang dilakukan sebelum kampanye dan

survei selepas kampanye atau survei pasca kampanye). Keduanya adalah survei

kuantitatif dengan pengambilan sampel acak mudah/sederhana (Simple Random

Sampling) yang dilakukan di 12 desa sekitar SM Sungai Lamandau. Survei pra

kampanye dilakukan pada bulan Maret 2009 untuk menentapkan dasar bagi sasaran-

sasaran SMART1 yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek

(PSP) (Knowledge-Attitude-Practice/KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan

survei pasca kampanye dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan kampanye yang

dilaksanakan pada Juni 2010.

Kedua survei mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (sebagai data

baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan

pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Perilaku yang disebut

dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai dasar memberikan

informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-

khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka,

program-program media pilihan mereka dan penyingkiran hambatan untuk perubahan

perilaku. Informasi ini digunakan untuk menjangkau kegiatan-kegiatan, strategi

penjangkauan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam

Rencana Proyek. Survei pasca-kampanye juga memasukkan pertanyaan-pertanyaan

baru yang dirancang untuk mengukur paparan kegiatan-kegiatan kampanye.

Tiga segmen khalayak sasaran kampanye merupakan sub-sub kelompok untuk dianalisa

dalam survei, meliputi: (1) petani yang melakukan perladangan berpindah tabas bakar

di sekitar dan dalam kawasan MS Sungai Lamandau di desa Tempayung dan desa Babual

Baboti, (2) petani di 10 desa lain yang masih berladang berpindah tebas bakar atau

menetap tebas bakar, dan (3) masyarakat secara umum.

1 SMART adalah kepanjangan dari Spesific, Measurable, Action oriented, Realistic and Time bound

60

Dasar pemilihan ukuran sampel adalah: (1) ukuran populasi untuk 12 desa target, (2)

tingkat kepercayaan 95% dan rentang kesalahan 5%. Dengan menggunakan hasil

kalkulasi suveysample.com, didapatkan hasil bahwa untuk populasi 33.070 orang maka

jumlah sample responden yang dibutuhkan sebanyak 379 orang.

Pada kampanye pride SM Sungai Lamandau kelompok tidak membentuk survey

kelompok “kontrol” sebagai sarana pembanding untuk menunjukkan

“pertalian/hubungan” adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride secara

menyeluruh. Hal ini tidak dilakukan dengan pertimbangan bahwa pertanyaan yang ada

di Survei Pra dengan Survei Pasca sebagian dihilangkan dan sebagai pembanding kami

hanya memastikan bahwa ada perbedaan intervensi antara desa-desa dengan intensitas

frekuensi kampanye tinggi akan menghasilkan perubahan. Dengan demikian, desain

proyek pra-pasca survei adalah desain terbaik yang dapat dilaksanakan untuk mengukur

pengaruh kampanye terhadap perubahan Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek. Para

responden ditanya di mana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang

mungkin telah menghasilkan perubahan perilaku dalam upaya untuk mengaitkan

dampak adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride yang intensitas dan

frekuensi kampanyenya lebih tinggi.

Secara teori komposisi responden di survei pra dan survei pasca tidak jauh berbeda.

Misalnya jumlah responden laki-laki dan perempuan, begitu pula pada tingkatan dan

rentang usia (20-45 tahun) dan jumlah responden per desa yang dihitung proporsional

terhadap populasinya. Metodologi pemilihan responden diambil secara acak dengan jarak

responden dengan satu responden diambil per 5 orang responden/per 5 rumah sehingga

data acak akan diperoleh. Akan tetapi pencarian responden berlangsung dari pagi hingga

malam hari, sehingga terjadi banyak perbedaan komposisi responden. Contoh jumlah

perempuan yang menjadi responden pada survei pasca lebih banyak (165 orang

sedangkan pada saat survei pra hanya 65 orang dan laki-laki 217 orang sedangkan di

survei pra sebanyak 314 orang). Hal ini dikarenakan kebanyakan kunjungan di saat para

kaum lelaki sudah pergi ke ladang dan hanya tinggal istrinya yang tidak ikut bertani

(disebagian tempat).

Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian s

SurveiPro®. Kuesionernya sendiri dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi

dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk

kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat

pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan SM Sungai Lamandau pada

umumnya dan secara khusus pada ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan

media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-

sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca

kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan ada yang dibuat khusus di survei

pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART dan paparan terhadap aktifitas

dan media pemasaran kampanye yang dikembangkan setelah survei dasar/pra-

kampanye dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa paparan terhadap

semua kegiatan utama kampanye dapat diukur. Salinan lengkap kuesioner survei yang

digunakan dalam survei pra dan pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran.

Pewawancara (enumerator) dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah pelatihan

enumerator satu hari yang diselenggarakan dan dilatih oleh Manajer Kampanye dan

dibeberapa tempat oleh teman kerja satu tim (Fadlik staf edukator untuk melatih

wilayah Sukamara dan Edi sumanto staf fasilitator pertanian untuk melatih enumerator

wilayah kecamatan Kotawaringin Lama-kabupaten Kotawaringin Barat) dan setiap

pewawancara melewati setidaknya satu tes pra wawancara di bawah bimbingan salah

satu pengawas sebagai bagian pelatihan. Para pewawancara hampir sebagian besar

adalah pelajar dari klub konservasi Sekolah Menegah Atas (SMA) dan sebagian adalah

staf SKW II BKSDA Kalimantan Tengah dan teman. Semua entry data dilakukan oleh

manajer kampanye Pride SM Sungai Lamandau. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan

dengan jelas oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban yang

61

diberikan direkam dan dicatat dalam lembar survei oleh pewawancara. Survei diperiksa

dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Setiap pewawancara diawasi

oleh pelatih untuk memastikan bahwa metodologi/protokol survei-nya diikuti dan

kuesioner-kuesionernya diisi dengan benar. Pewawancara yang membantu survei pra

dan survei pasca sebagian ada adalah orang yang sama dan sebagian besar adalah

orang baru, sehingga beberapa pewawancara yang sudah pernah sebelumnya menemani

pewawancara yang belum pernah. Mereka semua berjumlah lebih kurang 45 orang.

Pertanyaan akan dibacakan dengan keras oleh pencacah (para relawan dari Yayorin dan

staf Yayorin) yang telah saya latih sebelum mereka melakukan survei. Jawaban

pertanyaan tersebut akan direkam dengan hati-hati dan ditulis di atas kertas oleh

pencacah sendiri. Pertanyaan-pertanyaan (lihat kuesioner survei yang lengkap di

Lampiran) yang diajukan adalah pertanyaan tertutup dan terbuka, bersifat mengarahkan

(prompted) dan tidak mengarahkan (unprompted). Survei akan diperiksa secara

seksama sebelum melanjutkannya ke orang selanjutnya. Survei akan digunakan untuk

mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai

pengelolan lahan berkelanjutan di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Sungai

Lamandau, pengetahuan lebih mendalam yang ingin diketahui adalah pengetahuan

fungsi hutan untuk menyerap karbon, apa dampak jika hutan rusak dengan masuknya

air laut dan apa itu kebun campuran dan perladangan menetap. Secara umum yang

perlu diketahui juga adalah ancaman yang harus dihadapi dengan teliti, tentang media

yang disukai, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) serta

sumber informasi yang dipercaya.

2. Membangun Baseline Data

Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) telah melakukan survei kuantitatif dengan

panduan kuesioner sebanyak 51 pertanyaan2 yang digunakan dalam menetapkan data

dasar (baseline) untuk mengetahui Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitudes), dan

Praktek (Practices) atau (KAP). Selain itu untuk membantu memahami lebih baik

khalayak Kampanye Pride serta untuk menguji asumsi dan hipotesa mengenai khalayak

mereka. Surveisample.com digunakan untuk memilih ukuran responden disetiap desa

target. Baseline data ini dibangun sebagai panduan dasar pelaksanaan kampanye dalam

melakukan pengambilan sampel data di tiap wilayah target survei.

Tabel 11. Jumlah responden yang diwawancara dan sebaran survei secara geografis

Kecamatan Desa Total populasi

Persentase distribusi

Jumlah kuesioner tiap desa

Jumlah Enumerator Survei Pra Kampanye

Jumlah Enumerator Survei Pasca Kampanye

Arut Selatan Mendawai 15.838 48% 182 20 10

Mendawai Seberang 2.361 7,1% 27 20 3

Kumpai Batu Bawah 2.642 7,9% 30 20 5

Tanjung Terantang 981 2,9% 11 10 5

Tanjung Putri 1.631 5% 19 10 5

Kotawaringin Lama

Kotawaringin Hilir 2.476 7,4% 28 3 5

Tempayung 550 1,6% 6 3 2

Babual Baboti 486 1,6% 6 3 2

Sukamara Kartamulia 3.135 9,8% 37 11 10

Natai Sedawak 1.053 2,9% 11 11 10

Pudu Rundun 324 1% 4 11 10

2 Survei lengkap dapat dilihat di lampiran …

62

Pantai Lunci Sungai Pasir 1.593 4,7% 18 11 10

Jumlah 12 33.070 379

Survei dirancang dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Apian® Survei Pro®. Dari Data populasi BPS, 2008. Catatan: Dibeberapa daerah, masyarakatnya enggan memberikan tanggapan pada survei, karena ada perasaan

takut salah bicara dan terjerat hukum tentang hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, sebagian lagi ada kebosanan masyarakat dengan survei.

Survei pra-proyek (baseline) akan diulang setelah proyek berhasil menentukan perubahan pengetahuan, sikap, dan praktek. Responden akan diberi pertanyaan dimana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang mungkin menghasilkan perilaku lain dalam upaya penyesuaian yang diinginkan oleh kampanye kita.

3. Tingkat Perbandingan Survei

Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan

survei pra kampanye karena responden dalam dua sampel yang dipilih punya kemiripan

satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Pada

halaman ini menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable

independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye. Diantaranya (1) memberikan

sejumlah latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2)

menilai tingkat perbandingan dari kedua survei pada setiap variabel dengan

menggunakan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi statistik.

Anda dapat melihat dari data bahwa sebagian besar responden adalah penduduk

pedesaan dan pinggiran kota, karena tidak ada daerah perkotaan sebenarnya di sekitar

SM Sungai Lamandau. Sampel secara keseluruhan adalah petani yang menjadi khalayak

target primer dan sekunder dan masyarakat umum dengan mata pencaharian bervariasi.

Mata pencahariannya selain petani, diantaranya ada yang sebagai nelayan, PNS,

pegawai atau karyawan swasta, berdagang/wiraswasta, buruh bangun dan menjual jasa

(tukang ojek atau tukang getek/motoris speed=taksi air). Jumlah responden laki-laki

sebanyak 531 orang dan lebih banyak dari perempuan (230 orang). Usia rentang 20-45

tahun walau ada yang dibawah 20 tahun (18-19 tahun) dan diatas 45 tahun (50-60

tahun). Untuk yang bermatapencaharian petani untuk yang berladang lahan

pertaniannya jarak dari rumahnya berkisar antara 200 meter sampai 10.000 meter dari

rumah dan 200 meter sampai 2000 meter dari batas kawasan SM Sungai Lamandau.

Dan kebanyakan 64,1% (n=488) lahannya digarap/diolah pengerjaannya oleh keluarga

dan 14,3% (n=109) diolah oleh saudara. Bentuk pertaniannya kebanyakan berbentuk

ladang (43,9%), kebun campuran (31,8%)dan sawah (24,3%), sedangkan yang

berkebun di pekarangan rumah hanya sedikit (7,2%). Status lahannya hampir sebagian

besar adalah milik sendiri (65,9%; n= 501) dan sebagian milik orantua dan milik orang

lain yang digarapnya dengan luas lahan berkisar antara 0,25-10 hektar. Hampir

sebagian besar tanaman yang ditanam adalah tanaman pangan dan hortikultura dan

sebagian tanaman kebun (karet, sawit dan kayu-kayuan).

Tabel 12. Variabel-variabel independen untuk menilai tingkat perbandingan survei pra

dan survei pasca kampanye

Variabel Tingkat Pra Kampanye Tingkat Pasca Kampanye Perbedaan (Pasca-Pra) Siqnifikansi

Chi-Square

(X2)

Jenis

Kelamin

Laki-laki= 82,8%

Perempuan= 17,2%

Laki-laki= 56,8%

Perempuan= 43,2%

Laki-laki= -26pp

Perempuan= +26pp

Yes at 99%*

Segmen

khalayak

sasaran

Petani target primer= 59,2%

Petani target Sekunder= 34,1%

Bukan petani= 3,0%

Petani target primer= 60,0%

Petani target Sekunder= 34,0%

Bukan petani= 3,0%

Petani target primer= +0,8pp

Petani target Sekunder= -0,1pp

Bukan petani= 0pp

Yes at 99%*

Kelompok

usia

17-26= 1,2%

27-36= 1,9% 37-46= 2,8%

47-56= 1,6%

57-66= 1,0%

67-76= 0,7%

17-26= 2,3%

27-36= 4,5% 37-46= 2,8%

47-56= 1,2%

57-66= 0,6%

67-76= 0,3%

17-26= +1,1pp

27-36= +2,6pp 37-46= 0pp

47-56= -0,4pp

57-66= -0,4pp

67-76= -0,4pp

Yes at 99%*

Pendidikan Tidak bersekolah= 3,7% Tidak bersekolah= 5,0% Tidak bersekolah= +1,3pp Under 50%*

63

formal SD= 26,5%

SMP= 18,5%

SMA= 24%

Perguruan Tinggi= 5,3%

SD= 15,5%

SMP= 17,8%

SMA= 8,3%

Perguruan Tinggi= 6,0%

SD= -11pp

SMP= -0,7pp

SMA= -15,7pp

Perguruan Tinggi= +0,7pp

Bidang

pekerjaan

lain

Menangkap ikan= 9,3%

PNS= 3,1%

Pekerja swasta= 5,5%

Pedagang= 1,8% Wiraswasta= 0%

Tidak bekerja= 0,7%

Menangkap ikan= 5,4%

PNS= 1,8%

Pekerja swasta= 3,0%

Pedagang= 1,8% Wiraswasta= 1,4%

Tidak bekerja= 4,4%

Menangkap ikan= -3,9pp

PNS= -1,3pp

Pekerja swasta= -2,5pp

Pedagang= 0pp Wiraswasta= +1,4pp

Tidak bekerja= +3,7pp

Yes at 99%*

Sumber: data survei pra dengan 379 responden dan pasca kampanye 382 responden.

Data pada table di atas yang konsisten 100% hanya pada jenis kelamin, sedangkan yang

lain tidak dikarenakan tiap-tiap responden memiliki pekerjaan ganda, petani juga

pegawai PNS, petani juga nelayan, petani juga pedagang. Semua angkanya tidak sampai

100% karena diambil rata-rata nilainya dari rentang usia yang dibuat.

4. Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride

Tabel 13. Paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye bangga SM Sungai Lamandau

Kegiatan Petani Primer

2 desa Petani

Sekunder 10 desa

Total (Rata-Rata)

ILM radio-Berladang Menetap Tanpa Bakar-Kopi Asin 59% 23% 41%

Talkshow radio 63% 31% 47%

Insert di radio-Himbuan Bupati 93% 60% 77%

Stiker logo berslogan kampanye 74% 42% 58%

Pin logo berslogan kampanye 87% 45% 66%

Poster-berladang menetap 74% 44% 59%

Kalender-perubahan iklim 70% 37% 53%

Buletin SUMPITAN 96% 42% 69%

Lembar Fakta-langkah kelola lahan tanpa bakar 56% 24% 40%

Demplot Pertanian Menetap Tanpa Bakar 93% 17% 55%

Pelatihan dan Studi Banding Pertanian Menetap Tanpa Bakar

100% 21% 61%

Pertemuan Masyarakat 78% 43% 61%

Sumber: Data dalam Tabel 3 didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani).

Fokus kegiatan dan distribusi materi kampanye lebih besar di desa target primer, oleh

karenanya dari tabel di atas dapat dilihatmedia pemasaran pesan kampanye yang paling

berhasil untuk masing-masing khalayak dan yang paling tidak berhasil. Karena distribusi

informasi yang lebih banyak dilakukan lebih banyak di desa Target Primer.

5. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Pengetahuan

a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti

Tabel 14. Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei pra dan

pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan (jawaban)

Pra kampanye

Pasca kampanye Perubahan

(pp)

Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat petani desa Tempayung dan Babual Baboti tahu tentang fungsi hutan sebagai penyerap

(10) Menurut anda apa fungsi kawasan hutan pada umumnya? (pilihan boleh lebih dari satu)

22,2% 40% +27,8pp Yes at 99.0%*

100%

64

karbon (naik dari 22,2%; kenaikan 27,8pp)

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 83% petani desa Tempayung dan Babual Baboti tahu hutan rusak dan masuknya air laut akan mempengaruhi hasil pertanian (naik dari 44,4%; kenaikan 40,6pp)

(17) Bagaimana pengaruh hutan yang rusak kepada kegiatan pertanian?

44,4% 100,0% +55,6pp Yes at 95.0%*

137%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 90% petani tahu tentang kaitan rusaknya hutan dengan masuknya air laut mencemari air tanah

dan sungai (naik dari 77,8%; kenaikan 12,2pp)

(18) Bagaimana hubungan antara kawasan Suaka Margasatwa Lamandau yang rusak dengan masuknya air laut

(sebutkan 2 hubungan)?

77,8% 66,7% -11,1pp Yes at 99.0%*

-91%

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Menjelaskan pada SMART 1 Pengetahuan khalayak target primer, setelah dilakukan filter

ulang bahwa nilai 22,2% capaian diawal hanya pada satu tipe petani (petani ladang

berpindah), sedangkan setelah digabungkan filternya dengan 3 tipe petani lainnya

(petani ladang menetap, petani karet dan petani sawit) (petani ladang menetap, petani

karet, petani sawit) hasilnya menunjukkan hasil SMART awalnya 41,7% yang ingin

dinaikkan sampai 50%. Perbedaan jumlah segmen khalayak mempengaruhi jumlah yang

dihasilkan di persen perubahan di pasca dan persen poin capaian hasil SMART.

b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau

Tabel 15. Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei pra dan

pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL tahu tentang fungsi hutan sebagai penyerap karbon (naik dari 14,4%; kenaikan 35,6pp)

(10) Menurut anda apa fungsi kawasan hutan pada umumnya? (pilihan boleh lebih dari satu)

14,4% 12,2% -2,2pp Yes at 99.0%*

-6,2%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 65% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL tahu tentang

(18) Bagaimana hubungan antara kawasan Suaka Margasatwa Lamandau yang

40,7% 26,2% -13,8pp Yes at 99.0%

-93%

65

kaitan rusaknya hutan dengan masuknya air laut (naik dari 40,7%; kenaikan 14,8pp

rusak dengan masuknya air laut (sebutkan 2 hubungan)?

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Pada tabel variabel tingkat pengetahuan mengenai fungsi hutan menyerap karbon

hampir rata-rata menurun, hal ini dikarenakan masyarakat belum banyak mengetahui

mengenai karbon, sebab yang tinggi nilainya adalah pengetahuan mereka mengenai

fungsi hutan menjaga perubahan iklim dan bukan penyerapan karbonnya. Di khalayak

petani primer pengetahuan hutan menjaga perubahan iklim sampai 46,7% dan di petani

sekunder naik 22,3% dari 0%. Sedangkan pengetahuan masyarakat untuk tahu

hubungan hutan yang rusak dengan masuk air laut masih rendah. Masyarakat lebih

tahu dampak yang ditimbulkan, misalkan menjadi hutan rusak berdampak pada sulit

mendapatkan air bersih itu, karena daerah resapan air hilang sampai 73,3% dari 0% di

khalayak target primer. Hal serupa juga dinyatakan sama oleh khalayak target sekunder

dari 0% meningkat setelah pasca kampanye 12,2%. Sebagai langkah strategis ke

depannya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hutan rusak

mempengaruhi penyerapan karbon dan hutan bisa menyerap karbon perlu skema materi

yang mudah ditangkap khalayak target. Bisa dengan gambar yang diberi keterangan.

6. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Sikap

a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti

Tabel 16. Perubahan dalam variabel-variabel sikap antara survei pra dan pasca

Kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 70% petani yang tidak setuju membuka lahan dalam kawasan tidak menimbulkan masalah (naik dari 44,4%; kenaikan 25,6pp)

(24 D) Membuka lahan tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah

44,4% 3,4% -30,6pp Yes at

75.0%*

199%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 95% petani di desa Babual Baboti yang menyikapi membuat kebun campuran di ladang sendiri bermanfaat (naik dari pra kampanye 91,7%; kenaikan 3,8pp)

(25 A) Membuat kebun campuran menetap tanpa bakar di lahan sendiri

91,7% 100% +8,3pp Under 50%*

218%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 90% petani di desa Babual Baboti yang menyikapi pelatihan

(25 B) Pelatihan kebun campuran menetap tanpa bakar bagi masyarakat

83,3% 93,3% +10,3pp Under 50%*

154%

66

kebun campuran bermanfaat (naik dari pra kampanye 83,3%; kenaikan 6,7pp)

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Pada masyarakat petani target primer menyikapi bahwa membuka lahan di dalam

kawasan SM Sungai Lamandau menurun. Hal ini bisa dikarenakan pengaruh dari

kampanye salah satu calon pemilukada yang menyatakan untuk mempersilahkan

berladang dengan tebas bakar, karena itu tradisi. Informasi ini diperoleh dari laporan

dari staf di lapangan pada Juni 2010 saat kampanye pemilukada di desa Tempayung.

Sebelumnya hasil pra survei kampanye masyarakatnya menyikapi bahwa mereka yang

setuju tidak mebakar di dalam kawasan SM Sungai Lamandau atau hutan tinggi setelah

pemilukada mereka pernyataan sikap setuju mereka menjadi menurun. Hal ini mungkin

didukung dengan ciri masyarakat yang pragmatis, karena mereka akan setuju pada apa

yang dipandangnya saat itu tidak merugikan dan menguntungkan mereka dalam rentang

waktu yang tak lama. Ini terlihat saat mereka memandang berladang menetap di lahan

sendiri dan pelatihan itu menggambarkan keuntungan, maka mereka pun memilih untuk

menyikapi berladang menetap di lahan sendiri dan pelatihan itu menguntungkan

dipilihnya sesuatu hal yang menguntungkan bagi mereka.

b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau

Tabel 17. Perubahan dalam variabel-variabel sikap antara survei pra dan pasca

kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 77,2% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL perubahan sikapnya meningkat dari yang tadinya tidak setuju membuka lahan dalam kawasan tidak menimbulkan masalah menjadi (naik dari 28,8%; kenaikan sebesar 49,2pp)

(24 D) Membuka lahan tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah

28,8% 5,2% -23,6pp Yes at 99.0%

-48%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 95% sikap masyarakat petani sekitar kawasan SMSL menyikapi manfaat dari adanya kebun campuran bermanfaat (naik dari 87,7%; kenaikan 7,3pp)

(25 A) Membuat kebun campuran menetap tanpa bakar di lahan sendiri

87,7% 79% -8,7pp Yes at 95.0%

119%

Pada akhir kampanye

(Juni 2010), 95% sikap masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang menyatakan

(25 B) Pelatihan

kebun campuran menetap tanpa bakar bagi masyarakat

84,6% 86% +1,4pp Under 50%

155%

67

pelatihan kebun campuran bermanfaat (naik dari pra kampanye 84,6%; kenaikan 0,9pp)

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Berbeda dengan masyarakat petani target sekunder, mereka masih terbilang kurang

menyikapi tentang hal ini, karena kecenderungannya sikap mereka menurun. Walau

sebenarnya ada peningkatan yang tidak siqnifikan yang menyikapi berladang menetap

bermanfaat. Peningkatan yang ada walau kecil terlihat pada mereka yang menyikapi

pelatihan kebun campuran menetap tanpa bakar itu bermanfaat karena kendala mereka

dalam mengimplementasikan berladang menetap yang baik sesuai petunjuk kurang

mendapat penyuluhan dan pendampingan.

7. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Komunikasi

Interpersonal

a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti

Tabel 18. Perubahan dalam variabel-variabel komunikasi interpersonal antara survei pra

dan pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 35% masyarakat Tempayung dan Babual Baboti yang membicarakan teknologi pengelolaan lahan untuk pertanian (naik dari pra kampanye 25%; kenaikan 10pp)

(28) Jika anda membicarakannya, hal apa yang paling menarik dibicarakan?

25% 33,3% +8,3pp Yes at 75.0%*

83%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 20% masyarakat desa target (Tempayung dan Babual Baboti) membicarakan pelestarian keanekaragaman hayati dan hutan (naik dari pra kampanye 16,7%; kenaikan 3,3pp )

(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

16,7% 6,7% -10pp Under 50%*

303%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat desa target (Tempayung dan Babual Baboti) untuk pembicaraan manfaat kawasan SM Sungai Lamandau (naik dari pra kampanye 25%; kenaikan 25pp)

(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

25% 40% +15pp Under 50%*

60%

68

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 33,3% di Babual Baboti yang membicarakan tentang batas desa dengan kawasan SM Sungai Lamandau (turun=0pp dari pra kampanye 33,3%)

(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

16,6% 33,3% +16,7pp Under 50%*

99,4%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 40% masyarakat di dua desa target (Tempayung dan Babual Baboti) yang

membicarakan teknologi pertanian menetap (naik dari pra kampanye 20,8%; kenaikan 19,2pp)

(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

20,8% 33,4% +12,6pp Under 50%*

66%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat 10 desa sekitar SM Lamandau lainnya akan membicarakan perladangan menetap dan manfaatnya (naik dari pra kampanye 8,3%; kenaikan 41,7pp)

(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

8,3% 46,7% 38,4pp Under 50%*

92,1%

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau

Tabel 19. Perubahan dalam variabel-variabel komunikasi interpersonal antara survei pra

dan pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban)

Pra

kampanye

Pasca

kampanye

Perubahan

(pp)

Signifikansi

Chi-Square (X²)

capaian

Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 59% 10 desa lainnya yang berada disekitar SM Sungai Lamandau yang belum membicarakan tentang pengelolaan lahan dan pelestarian hutan (naik dari pra kampanye 23,5%; kenaikan 35,5pp)

(28) Jika anda membicarakannya, hal apa yang paling menarik dibicarakan?

23,5% 10,3% -13,2pp Yes at 99.0%*

-37,2%

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 31% masyarakat desa sekitar SM Sungai Lamandau yang

(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

14,7% 9,2% -5,5pp Yes at 99.0%

-33,7%

69

membicarakan tentang manfaat SM Sungai Lamandau (naik dari pra kampanye 14,7%; kenaikan 16,3pp)

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 20% masyarakat 10 desa sekitar SM Lamandau lainnya akan membicarakan perladangan menetap dan manfaatnya (naik dari pra

kampanye 16%; kenaikan 4pp)

(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?

16% 8,7% -7,3pp Yes at 99.0%*

182%

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Kecenderungan masyarakat berbicara lebih banyak masih kepada petugas penyuluh atau

pendampingan pertanian (staf fasilitator pertanian Yayorin/Proyek EC Lamandau-OFUK).

Bahkan mengalami peningkatan komunikasi antara khalayak dengan pendamping atau

penyuluh pertanian. Contoh saat pra survei masyarakat khalayak yang berkomunikasi

dengan staf Yayorin/OFUK meningkat dari 75% menjadi 80%. Kemudian berbicara

kepada penyuluh pendamping pertanian meningkat dari 16,7% menjadi 33,3%. Kondisi

ini kemungkinan disebabkan masyarakat dalam fase ingin tahu dan mencoba sehingga

kesempatan masih dipergunakannya untuk menggali informasi sehingga menyebabkan

kecenderungan tingkat komunikasi antar sesama menjadi rendah.

8. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Perubahan Perilaku

a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti

Tabel 20. Perubahan dalam variabel-variabel perubahan perilaku antara survei pra dan

survei pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), sebanyak 50% (101 KK) petani peladang berpindah dari dua desa target mengadopsi kegiatan demontrasi plot pertanian menetap pola kebun campur

Berapa banyak Masyarakat yang mengadopsi kegiatan perladanga menetap di desa Tempayung dan Babual Baboti?

50% 77,72% +27,7PP 155%

10. Pada akhir kampanye 11. (Juni 2010), praktek

pembakaran lahan 12. pertanian di desa 13. Tempayung dan 14. Babual Baboti

menurun hingga 50% dari 606 frekuensi (202 KK x 3 kali bakar per bulan) praktek pembakaran lahannya

Berapa banyak penurunan frekuensi kebakaran di desa Tempayung dan Babual Baboti?

50% 100% +50PP 200%

70

15. Pada akhir kampanye 16. (Juni 2010), ada 17. perubahan perilaku 18. dari 55% petani 19. desa target yang tidak tahu

atau kadang-kadang 20. melihat kegiatan 21. perladangan 22. berpindah dengan 23. sistem tebas bakar

(naik dari pra kampanye 22,2%; kenaikan 32,8pp)

(38) Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa kali Anda melihat warga desa masih membuka lahan pertanian ladang berpindah dengan tebas bakar?

22,2% 53,3% 31,1pp Under 50%

99%

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi

dalam sasaran SMART.

b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau

Tabel 21. Perubahan dalam variabel-variabel perubahan perilaku antara survei pra dan

survei pasca kampanye

Sasaran SMART Pertanyaan

(jawaban) Pra

kampanye Pasca

kampanye Perubahan

(pp) Signifikansi Chi-Square

(X²)

capaian Sasaran SMART

Pada akhir kampanye (Juni 2010), 14% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang terlibat dalam kegiatan pelestarian hutan (penanaman pohon) (naik dari pra kampanye 4,8%; kenaikan 9,2pp)

(9) Saya akan mengajukan lagi 5 pernyataan mengenai keberadaan kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, mohon pillih satu jawaban yang sesuai. Saya tidak tahu sama sekali apa manfaat keberadaan kawasan hutan lindung Suaka Margasatwa Sungai Lamandau

4,8% 1,3% -3,5pp Yes at 99.0%*

-38%

Pada akhir kampanye (Juni 2009), 65% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang mau terlibat dalam mengaplikasikan

program pengelolaan lahan dan pelestarian hutan (naik dari pra kampanye 62,1%; kenaikan 2,9pp)

(36) Dalam 6 bulan ke depan, jika ada program pelatihan pengelolaan lahan kebun campuran menetap tanpa

bakar dan pelestarian hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, bersediakah Anda untuk terlibat?

62,1% 59,8% -2,3pp Under 50%

-79,3%

Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran

71

SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.

Perubahan perilaku di masyarakat khalayak sekunder dalam hal keterlibatan dalam

kegiatan pelestarian hutan dan pengeolahan lahan masih sangat masih rendah. Hal ini

kemungkinan karena kesadaran masyarakat khalayak ini yang belum begitu melihat arti

penting hutan dalam mempengaruhi pola hidup. Kebanyakan masyarakat yang

menyatakan ini, masyarakat yang secara kehidupan, sumber kebutuhan hidupnya tidak

dipengaruhi sumber dan keberadaan langsung hutan (masyarakat semi urban atau

urban). Karena masyarakat yang sumber kehidupannya masih berinteraksi dengan

hutan lebih mau terlibat, seperti desa Sungai Pasir, desa Tanjung Putri cenderung mau

terlibat.

9. Menghentikan Perladangan Berpindah Tebas Bakar dan Kebakaran Hutan

(Perencanaan-Pelaksanaan BROP)

a. Sasaran

Sasaran dari proyek ini adalah untuk menghentikan atau paling tidak mengurangi

kegiatan petani membuka ladang berpindah dengan cara tebas bakar untuk melestarikan

hutan sekitar dan dalam Kawasan SM Sungai Lamandau sebagai habitat orangutan dan

hidupan liar lainnya. Hasil konservasi diharapkan adalah meningkatnya populasi

orangutan pada tahun 2010.

b. Tujuan

Mengurangi aktifitas pembukaan lahan untuk pertanian ke dalam Suaka Margasatwa

Sungai Lamandau dari 202 KK petani ladang berpindah di dua desa target pada Juni

2010 menjadi 101 KK. Hasil konservasi yang diharapkan adalah habitat orangutan dan

satwa liar lainnya terjaga.

c. Metodologi yang digunakan dalam Penilaian BROP

Dengan menggunakan kesepakatan dari pemerintahan desa dan masyarakat kelompok

petani di kedua desa target untuk menentukan letak pembangunan demplot. Pemetaan

lahan juga akan dilakukan untuk melihat batas kepemilikan lahan demplot dan lahan

masyarakat petani di kedua desa target.

Selain itu melakukan inventarisasi jenis yang biasa ditanam dan tanaman apa yang bisa

menjadi tanda batas hidup untuk batas demplot maupun lahan masyarakat.

Kemungkinan ini juga bisa menjadi inisiasi untuk batas SM Sungai Lamandau. Demplot

yang akan dirancang dan dibangun, akan dibuat di atas lahan seluas 2 Hektar dan

ukuran luas lahan ini sesuai hasil survei merupakan ukuran rata-rata luas lahan yang

dimiliki kelompok petani dikedua desa target. Ukuran ini nantinya menjadi tolak ukur

untuk memudahkan masyarakat mencontoh atau menduplikasi apa yang diterapkan di

demplot yang sekaligus sebagai tempat pembelajaran bersama. Untuk melihat

perbedaan penghasilan masyarakat di kedua desa target dari pola yang biasa dilakukan

(penghasilan dari sawit dan dari hasil pengumpulan getah karet) dengan hasil yang akan

diperkenalkan lihat pada Tabel di bawah.

Tabel 22. Perbedaan penghasilan pendapatan dari kegiatan tidak dengan kebun

campuran dengan kebun campuran

No. Sumber

Penghasilan Tanpa Kebun Campur Dengan Kebun

Campur Keterangan

1. Penghasilan dari sawit

Rp.800.000,- (Rp.9.600.000,-per tahun)

-

2. Menyadap getah karet/bulan

Rp.3.000.000,- (Rp.36.000.000,-per tahun)

Rp.4.000.000,- (Rp.36.000.000,- s/d Rp. 48.000.000,- per tahun)

Dengan campuran bibit unggul setelah mengenal teknik budidaya karet

72

3. Menanam hortikultura+karet

Sebagai contoh: Jika diasumsikan dalam 1 hektar (1000 meter2) biaya produksi tanam cabai dengan perawatan baik sebesar Rp. 5.207.400,- dapat menghasilkan 1 kg s/d 1,5 kg (diambil minimal 1 Kg/batang). Jika dari 1.700 batang tanaman akan menghasilkan 1.700 Kg. Ini sudah diasumsikan 10% tanaman mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. Maka akan didapat hasil panen sebanyak 1.530 Kg. Harga jual cabe di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah antara

Rp.15.000 s/d Rp.30.000,-/kg. Jika diambil rata-rata harga jual cabe Rp.15.000,-/kg maka hasil panen yang didapat adalah 1530 x Rp.15.000,- = Rp.22.950.000,-.

Cabe + karet = Rp.22.950.000,- + Rp.36.000.000,- = Rp.58.950.000,-

Campuran sudah dengan tanaman jangka pendek dan jangka panjang; Belum lagi mereka yang bertani dan berpenghasilan juga dari ladang dan kebun karetnya, dari hasil tanaman campuran lainnya seperti palawija, buah-buahan jangka

menengah seperti pisang dan tanaman buah-buahan jangka panjang seperti durian, rambutan, duku, langsat.

d. Metodologi implementasi yang diajukan

Pada Juli 2009 akan memulai perancangan demonstrasi plot seluas 2 Hektar di salah

satu desa target dengan meminjam tanah desa melalui kesepakatan masyarakat. Saat

ini salah satu warga dari kelompok petani di desa Tempayung telah bersedia

meminjamkan lahannya untuk merealisasikan rencana dempot. Ini perlu mendapat

kesepakatan kelompok petani dan tokoh desa dari kedua desa target dan proses

penelusuran kesepakatan letak lokasi ini akan dimulai pada bulan Juli 2009. Dalam

aplikasinya akan direkrut dua orang dari masing-masing desa satu orang sebagai wakil

desa target membantu pengelolaan demplot.

Kegiatan ini aplikasinya akan dilaksanakan selama dua tahun dengan dua tahapan

implementasi. Kegiatan untuk tahapan atau fase implementasi pertama adalah

1) Melakukan identifikasi lahan,

2) Pengelolaan lahan demplot,

3) Aplikasi penanaman dan perawatan,

4) Evaluasi tahap implemetasi pertama. Pada kegiatan implementasi tahap pertama

tetap dilakukan monitoring bulanan.

Kemudian kegiatan untuk tahap atau fase implementasi kedua adalah:

1) Melakukan pembudidayaan dan peremajaan tanaman,

2) Monitoring,

3) Promosi demplot kebun campuran,

4) Evaluasi implementasi keseluruhan).

Bentuk demonstrasi plot yang akan dibangun adalah ladang menetap sistem kebun

campuran. Di dalam lahan seluas 2 ha ini akan ditanam tanaman dengan komposisi

tanaman karet, hortikultura, tanaman seling kayu dan tanaman buah. Sebagai catatan

tujuan bahwa tanaman karet sebagai tanaman jangka panjang untuk pemenuhan

ekonomi jangka panjang, hortikultura sebagai tanaman pemenuhan kebutuhan pangan

keluarga atau ekonomi pendek dan menengah. Sebagai tanaman seling untuk

mendukung penghijauan wilayah desa yang terbuka juga akan dibuat penyemaian

tanaman kayu atau buah. Teknik perawatan tanaman diperkenalkan dalam pelaksanaan

demplot agar masyarakat berkomitmen secara partisipatif. Cara masyarakat nantinya

mereplikasi demplot adalah akan terlihat dari aktifitas masyarakat untuk melakukan

temu teknologi, yaitu membahas cara melakukan teknik pertaniannya sampai terlihat

warga mempraktekannya di lahannya sendiri dan menceritakan kegiatannya. Dalam hal

ini akan dilakukan monitoring dari tim proyek kegiatan.

73

Dalam prosesnya akan dilakukan beberapa aktifitas kegiatan, sebagai berikut:

Fase pertama

1. Identifikasi lahan dan kesepakatan tingkat lokal (pendekatan desa dan kelompok,

pemetaan lahan menyangkut luas dan kepemilikan lahan, pengamatan unsur hara

tanah dan inventarisasi jenis tanaman yang biasa ditanam warga dan disain peta

mobilisasi pemantauan perawatan tanaman).

2. Pengelolaan lahan demplot (menyiapkan perlengkapan olah lahan, perekrutan

tenaga pekerja demplot, pembersihan lahan, pengolahan tanah, penyiapan bahan

dan pembuatan pupuk kompos, pembuatan persemaian, pembuatan pondok tani dan

fasilitas pengairan).

3. Aplikasi penanaman dan perawatannya (menyiapkan polibag semai, semai kemudian

menanam sampai perawatan tanaman dan monitoring bulanan).

4. Evaluasi tahap implemetasi pertama (survey implementasi pertama mengenai

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku).

Fase kedua

5. Pembudidayaan dan peremajaan tanaman (penyemaian, teknik penyilangan dan

penanaman bibit turunan kedua).

6. Monitoring (perawatan, pematauan lahan, koordinasi dan evaluasi kegiatan bulanan).

7. Promosi demplot kebun campuran (melalui pemberitaan RarePlanet, Radio, Koran

dan antar desa serta wahana studi banding atau studi keingin tahuan).

8. Evaluasi tahap implemetasi keseluruhan.

Dalam proses kegiatan pembangunan demonstrasi plot juga dilakukan kegiatan-kegiatan

penguatan pengetahuan (60%) dan keterampilan (40%) kelompok masyarakat petani

dua desa target. Kegiatan penguatannya melalui beberapa cara, sebagai berikut:

1. Pertemuan per bulan dengan mengulas satu sampai dua materi pengetahuan

pertanian berkelanjutan yang penjadwalannya disepakati bersama. Jika ada materi

yang tidak bisa difasilitasi tim dari Yayorin, akan dicarikan nara sumber yang

membidangi materi tersebut. Penguatan pengetahuan ini nantinya akan mempunyai

waktu penerapan lebih banyak. Kegiatan ini juga akan diselingi contoh, simulasi kecil

praktek. Narasumber nantinya akan didatangkan dari pemda, individu petani sukses

maupun lembaga yayorin sendiri. Tidak menutup kemungkinan bila akan

mendatangkan nara sumber dari yang sebelumnya pernah direncanakan, ini

disesuaikan dengan keperluan materi.

2. Untuk penguatan keterampilan olah lahan dan tanaman yang sifatnya praktis akan

diadakan kegiatan praktek langsung dan pelatihan di lokasi demplot maupun di

tempat yang disepakati kelompok target.

3. Untuk menguatkan keyakinan masyarakat petani akan hasil yang diterapkan

sebelumnya oleh masyarakat petani pada tanaman yang sudah ada, akan diadakan

dua kali studi banding tentang pengelolaan lahan dan budidaya meupun perawatan

tanaman.

Kegiatan ini diimplementasikan untuk petani di dua desa target melihat dan belajar

proses pengelolaan lahan juga budidaya dan perawatan tanaman. Pada akhir kegiatan

akan dilakukan survey kembali untuk melihat seberapa besar perubahan yang

terbentuk.

Keberhasilan Yayorin dalam praktek kebun campuran mengurangi aktifitas pembukaan

lahan dan hutan telah dicapai oleh salah satu program Yayorin yang bekerja di 3 wilayah

desa di Belantikan Hulu, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Hasilnya adalah

masyarakat mengurangi aktifitas pembukaan hutan sebagai ladang dan aktifitas

perladangan berpindahpun juga berkurang. Hal ini dilakukan karena sistem kebun

campuran cukup menyita perhatian warga petani untuk merawat tanamannya.

74

e. Biaya-biaya yang diproyeksikan di proyek

Secara garis besar biaya yang diproyeksikan adalah untuk:

Fase pertama

1. Identifikasi lahan dan kesepakatan tingkat lokal (pendekatan desa dan kelompok,

pemetaan lahan menyangkut luas dan kepemilikan lahan, pengamatan unsur hara

tanah dan inventarisasi jenis tanaman yang biasa ditanam warga dan disain peta

mobilisasi pemantauan perawatan tanaman).

2. Pengelolaan lahan demplot (menyiapkan perlengkapan olah lahan, perekrutan

tenaga pekerja demplot, pembersihan lahan, pengolahan tanah, penyiapan bahan

dan pembuatan pupuk kompos, pembuatan persemaian, pembuatan pondok tani

dan fasilitas pengairan).

3. Aplikasi penanaman dan perawatannya (menyiapkan polibag semai, semai kemudian

menanam sampai perawatan tanaman dan monitoring bulanan).

4. Evaluasi tahap implemetasi pertama (survei implementasi pertama mengenai

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku).

Fase kedua

1. Pembudidayaan dan peremajaan tanaman (penyemaian, teknik penyilangan dan

penanaman bibit turunan kedua).

2. Monitoring (perawatan, pematauan lahan, koordinasi dan evaluasi kegiatan bulanan).

3. Promosi demplot kebun campuran (melalui pemberitaan RarePlanet, Radio, Koran

dan antar desa serta wahana studi banding atau studi keingin tahuan).

4. Evaluasi tahap implemetasi keseluruhan.

Biaya-biaya ini adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut di bawah ini:

1. Fase Persiapan Lokasi (termasuk tahap ke-1)

§ Trasportasi ke.dari lokasi selama persiapan

§ Perlengkapan bangun (bahan dan alat)

§ Tenaga penyiapan lahan (3 Hektar) dan

§ Perbekalan

2. Fase Implementasi dan Monitoring (sebagian masuk tahapke-1 dan tahap ke-2)

§ Transportasi ke/dari lokasi selama fase implementasi

§ Perbekalan

§ Perelngkapan implementasi

§ Pondok perawatan dan semai

§ Pengadaan bibit dan semai

§ Tenaga perawatan dan

§ Tanaman sulam

3. Pengawasan Proyek dan Pelaporan (termasuk tahap ke-2)

4. Komunikasi

f. Implementasi Rencana Operasional Penyingkiran Hambatan (Barrier

Removal Operation Plan) dalam bentuk Demonstrasi Plot Pertanian Menetap

Tanpa Bakar

§ Implementasi yang dilakukan adalah melakukan koordinasi kepada pemerintahan

2 desa (Tempayung dan babual Baboti) akan diadakannya rencana pembuatan

dempot dengan maksud sebagai tempat pembelajaran petani mengolah lahan

berladang menetap. Selain itu melakukan koordinasi untuk pengadaan lahan

pinjam untuk membangun demonstrasi plot (demplot) pertanian kebun campuran

menetap tanpa bakar dengan desa target Tempayung yang kemudian

disosialisasikan tempatnya pada warga desa Babual Baboti melalui pertemuan

masyarakat.

§ Desa Tempayung meminjamkan lahan desa seluas 3 hektar yang kemudian

dikelola secara bertahap. Pengelolaan lahan diawali dengan membuat peta kelola

lahan untuk menanam tanaman jangka pendek yang diselingi dengan tanaman

75

jangka menegah dan jangka panjang. Tanaman jangka pendek merupakan

tanaman hortikultura yang bisa diproduksi puluhan hari. Selain itu juga ditanami

tanaman jangka menengah seperti pisang yang juga diguanakan sebagai

tanaman sekat bakar hidup yang ditanam di selan tanaman dan sekeliling sisi-sisi

batas lahan. Sebagai tanaman utama ditanam tanaman yang bersifat

mendatangkan keuntungan dan menyesuaikan kebiasaan di masyarakatnya yaitu

tanaman karet dan buah.

§ Untuk mengelola demplot ini mempekerjakan 2 orang lokal sebagai asisten

pengelola demplot yang pada tahap akhirnya mampu menyampaikan maksud

pembuatan demplot kepada warga lain dan bagaimana demplot ini dikelola dan

menghasilkan.

§ Di area demplot juga telah dibangun bangunan Balai Belajar Tani sebagai tempat

belajar dan pertemuan bagi masyarakat dan pengunjung demplot.

§ Beberapa kali demplot telah menghasilkan produk tanaman hortikultura, yaitu

cabe, terung, kangkung, pare, gambas dan kacang panjang. Beberapa hasil

penjualan mulai diarahkan untuk pengelolaan mandiri demplot, seperti mulai

disisihkan untuk membeli bibit selain membuat bibit sendiri, membeli

perlengkapan, membeli minyak genset. Harapannya masyarakat bisa melihat

bahwa dari pertanian menetap bisa mandiri.

§ Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan beberapa kali

pertemuan dengan diikuti pelatihan, seperti teknik membuat sekat bakar yang

bekerjasama dengan BKSDA Kalimantan Tengah-SKW II dan Manggala Agni

DAOP III Pangkalan Bun, pelatihan membuat kompos dan langkah-langkah

pengelolaan lahan tanpa membakar dan analisa hasil pertanian dalam kegiatan

studi banding kebun campuran menetap tanpa bakar yang dilakukan 2 kali

(Maret dan April 2010).

§ Sebagai perencanaan tindak lanjut pengelolaan diteruskan oleh mitra

Penyingkiran Hambatan dari proyek EC Lamandau program dari OFUK hingga

Desember 2011.

g. Respon masyarakat

Dari hasil monitoring kegiatan penyingkiran hambatan, terdapat pengaruh terhadap

perubahan sikap dan perilaku bertani. Masyarakat khalayak target primer merespon

kegiatan penyingkiran hambatan yang dikemas dalam bentuk demplot pertanian kebun

campuran menetap tanpa bakat sistem agroforestri. Respon yang tercatat secara umum

adalah:

§ Masyarakat mulai tertarik melakukan interaksi dengan pendampingan pertanian

dengan mengajukan pertanyaan mengenai pengelolaan pertanian.

§ Masyarakat mengikuti dan menghadiri kegiatan pertemuan dan pelatihan juga

studi banding yang diadakan tim kampanye.

§ Masyarakat menghadiri demplot dan bertanya cara budidaya dan kelola tanaman

pertanian dan lahannya.

§ Beberapa mulai ada yang tertarik mengadopsi kegiatan pertanian demplot.

§ Masyarakat dari desa sekitar desa target ada yang mengunjungi demplot

kemudian bertanya tentang pengelolaan dan tertarik mengelola lahan seperti

demplot.

§ Ada kunjungan pihak Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kotawarinigin

Lama yang melakukan monitoring dan memberi informasi keberadaan demplot

kepada masyarakat binaan BPP Kotawaringin Lama.

Hal ini dipengaruhi oleh kampanye pride yang menyebarkan media pemasaran pesan

yang berkaitan dengan membangun peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan

perilaku. Selain itu kegiatan kampanye pride yang dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan (pengelolaan dan promosi demplot).

Display hasil produk demplot yang beberapa kali berhasil memetik hasil dari tanaman

jangka pendeknya (, seperti cabe, terung, pare dan gambas) mampu mengundang daya

tarik masyarakat untuk turut mencoba menanam. Ciri umum masyarakat jika

dipengaruhi hal yang bermanfaat dan penuh inspirasi dari luar mampu mengubah sikap

76

dan perilaku masyarakat ikut mempraktekannya. Contoh dengan demplot yang

memperlihatkan hasil produk tanam dan kegiatan studi banding yang melihat contoh

keberhasilan di tempat lain lebih melekat untuk masyarakat menjadi tertarik mencoba.

Untuk keberlanjutan kegiatan ini di masyarakat kegiatan petani yang sudah mengadopsi

akan difasilitasi untuk dapat mengajarkan dan membagi pengalamannya kepada petani

lain di desanya. Kegiatan ini bertujuan agar kapasitas yang telah dimiliki oleh para

petani yang telah mengadopsi akan semakin kuat dan penerimaan petani lainnya juga

akan semakin mudah, karena yang menyebarkan dan membagi pengalaman adalah

orang-orang dari desa yang sama. Pendekatan Sekolah Lapang akan direncanakan

untuk membuat ToT (Training of Trainers) bagi para petani yang telah mengadopsi

kebun campur sehingga mampu memberikan pelatihan dengan efektif kepada petani

lainnya. Merekalah yang selanjutnya menjadi kader lokal yang mampu memberikan

inspirasi untuk mengadopsi kegiatan demplot kebun campuran.

10. Capaian Konservasi di kawasan SM Sungai Lamandau

a. Kebakaran hutan jumlahnya menurun

Tercatat selama kurun waktu kampanye Juli

2009/Agustus 2010, tercatat hanya ada 16 titik panas

api yang terjadi bulan Juli-Agustus 2009. Ke-16 titik

panas api ini ditemukan di 4 titik yang sebagian besar

berada di kawasan dengan wilayah padang semak

rumput dan ilalang serta daerah rumput purun di

sebagian besar wilayah kabupaten Sukamara wilayah

pesisir. Sedangkan lepas bulan Agustus 2009 sampai

pertengahan Agustus 2010 tidak terdeteksi adanya titik

panas api kebakaran (hot spot). Kepala SKW II BKSDA

Kalimantan Tengah, Bapak Eko Novi Setiawan saat

dikonfirmasi pada awal Agustus 2010 mengenai apa ada

kebakaran di sekitar kawasan, menjawab kondisi aman

belum terpantau ada kebakaran di dalam dan sekitar

kawasan. Dalam kondisi ini memang masih didukung

oleh tingginya curah hujan yang turun dengan frekuensi

turun hujan tiap hari, sehingga lahan sebagian besar

wilayah rawa tidak bisa digarap petani. Menurunnya titik

panas api juga disebabkan karena kesadaran beberapa

masyarakat yang telah melakukan perladangan

menetap tanpa bakar dan mengurangi pembakaran.

Selain itu juga karena tingginya himbauan kepala desa

yang memberitahkan bahwa disekitar lahan pertanian di

desa ada kawasan hutan lindung SM Sungai Lamandau

yang perlu dijaga kelestariannya (80% Kepala Desa berpengaruh memberikan himbauan

ke warganya). Hal lain yang menyatakan kampanye berdampak pada pengurangan

kebakaran dan penurunan praktek berladang berpindah tebas bakar adalah tidak

ditemukannya titik panas api di kabupaten wilayah administrasi dimana kawasan SM

Sungai Lamandau berada (, yaitu kabupaten Kotawaringin Barat dan kabupaten

Sukamara). Bahkan wilayah kerja Yayorin di kabupaten Lamandau tidak terdeteksi titik

panas api.

Gambar 33. 16 titik hot spot tahun 2009 yang tersebar di 4 titik dan di 2010 tidak ditemukan = 0 titik panas api (kebakaran menurun)

77

b. Kegiatan penebangan menurun

Untuk kasus penebangan liar menurut

mitra konstituen dari manajr patrol

proyek EC Lamandau-OFUK di dalam

kawasan tercatat di tahun 2007

sebanyak 12 kasus dan di tahun

2009/2010 hanya tercatat 3 kasus

(tahun 2009) yang tercatat di 3 lokasi di

wilayah pesisir Sukamara dan

Kotawaringin Barat (Manajer Patroli

Proyek EC lamandau-OF, 2010). Dengan

kerja dukungan konstituen pengelolaan

pelestarian SM Sungai Lamandau dari

proyek Uni Eropa kerjasama OFUK

bersama Yayorin dengan dukungan

BKSDA Kalimantan Tengah mampu

mengurangi tekanan dari kegiatan

penebangan liar. Patroli dan monitoring

kawasan yang dilakukan rutin menjadi strategi baik. Selain itu adanya kegiatan-kegiatan

pertemuan sosialisasi batas kawasan serta pelatihan pemantauan kawasan mampu

meredam aktifitas penebangan.

c. Perubahan tutupan hutan

Dampak dari banyak perubahan

dari mulai perubahan perilaku

peladang berpindah menjadi

peladang menetap dengan tidak

membakar lahan dan kegiatan

pengawasan dan pengamanan

kawasan yang rutin serta

didukung kegiatan rehabilitasi

lahan dengan mengajak

partisipasi sebagaian besar

warga desa dan pelajar sekitar

kawasan di sisi utara dan barat

kawasan mampu mengembalikan

perbaikan pada daerah-daerah

yang terbuka rusak akibat

kebakaran dan penebangan. Sebagian besar wilayah mengalami suksesi. Kegiatan

reforestasi melalui gerakan rehabilitasi lahan mampu mengembalikan kondisi wilayah

terbuka tertutup mencapai 60% (data hektar belum bisa diketahui karena perlu

dukungan data groundcheck survey. Jika dilihat pada gambar yang di blog putih adalah

wilayah yang mengalami perbaikan tutupan. Tanaman mulai membuat kerapatan

tutupan dan jari-jari fragmentasi hutan mulai berkaitan (Manajer Patroli Proyek EC

lamandau-OFUK, 2010).

Gambar 34. Penebangan di tahun 2009 ditemukan 3 kasus

Gambar 35. Peta perubahan tutupan hutan

78

d. Peningkatan Populasi Orangutan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau

Jumlah populasi orangutan di kawasan hutan

SM Sungai Lamandau tercatat sejak dari data

pelepasliaran pertama dilakukan di kawasan

tahun 1999 diperkirakan sebanyak 200-250

individu orangutan (Manajer Camp

Pelepasliaran OFUK, 2010). Menurut Manajer

Camp Pelepasliaran Orangutan di SM Sungai

Lamandau untuk di tahun 2009/2010

mendapatkan kasus angka kelahiran sebanyak

5 kali dan hanya satu angka kematian yang

bukan disebabkan karena perburuan melainkan

karena penyakit yang disebabkan cacing.

Kesimpulannya adalah populasi orangutan di

SM Sungai Lamandau meningkat, kegiatan

untuk membunuh orangutan kecil kasusnya,

daya dukung suksesi kawasan hutan SM

Sungai Lamandau yang menyediakan sumber

pakan bagi orangutan dan khalayak sebagian besar tahu bahwa orangutan tidak boleh

dibunuh.

Capaian konservasi kawasan terhadap peningkatan keanekaragaman hayati, terlihat

pada kembali munculnya kawanan burung migran. Sejak 2007-2009 warga tidak lagi

melihat kehadiran burung-burung ini di lokasi danau burung yang dulu menurut warga

secara rutin tiap tahun mengunjungi wilayah danau burung. Mungkin karena kondisi SM

Sungai Lamandau yang ekosistemnya banyak terganggu dan banyaknya pengambilan

telur dan anakan burung, membuat naluri kebinatangan satwa ini untuk sementara

waktu tidak mengunjungi daerah tersebut. Namun sejak kondisi alam di sekitar danau

burung dan SM Sungai Lamandau secara umum terbilang aman (tindak kejahatan

kehutanan dan perburuan menurun), kelompok burung air ini kembali hadir pada bulan

Mei-Juli 2010. Jenis yang tercatat ada 6 jenis (diantaranya jenis kuntul, kowak, pecuk)

dengan jumlah ratusan ekor. Selama rentang waktu tersebut, burung-burung ini

berkembang biak.

Gambar 37. Burung-burung migrat yang hadir kembali berkembang biak di kawasan danau burung SM Sungai Lamandau Mei-Juli 2010

Gambar 36. Orangutan hasil pelepasliaran kembali yang ada di Camp Gemini SM Sungai Lamandau