BAB 5. Hasil Kampanye · 2010-09-08 · beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum...
Transcript of BAB 5. Hasil Kampanye · 2010-09-08 · beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum...
59
BAB 5. Hasil Kampanye
Seperti tercantum di dalam Rencana Proyek ini, strategi pemantauan kampanye
perubahan perilaku Pride memiliki 5 tujuan utama, yaitu:
1. Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan dua
segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu:
a. Petani yang melakukan perladangan berpindah di desa Tempayung dan desa
Babual Baboti sebagai khlayak target primer kampanye, dan
b. Masyarakat petani di 10 desa lainnya disekitar SM Sungai Lamandau, serta
beberapa paparan hasil kampanye di kalangan masyarakat umum yang
tinggal disekitar SM Sungai Lamandau.
2. Untuk mengukur tingkat capaian di setiap sasaran SMART dan Teori Perubahan
Kampanye Pride sebelum dan sesudah kampanye (mengunakan analisa data
SurveyPro).
3. Untuk mengukur pencapaian tujuan dan penjangkauan media pemasaran pesan
kampanye kepada khalayak.
4. Untuk menilai tingkat adopsi dan kepatuhan oleh petani untuk melakukan
perladangan menetap dengan pola kebun campuran menetap tanpa bakar
untukmenghindari perluasan pembukaan hutan dan kebakaran hutan/lahan.
5. Mengukur kemajuan yang dilakukan Demplot Kebun Campuran Menetap Tanpa
Bakar yang saat ini masih dijalankan untuk terus menginspirasi, memberi contoh
cara pengelolaan dan budidaya tanaman di lahan menetap tanpa bakar sebagai
bentuk strategi penyingkiran hambatan (barrier removal) agar khalayak target
mengadopsi dan berubah perilaku.
1. Metode Survei Pra dan Pasca Kampanye
Dalam mengukur keberhasilan kampanye Manajer Kampanye dan Yayorin melakukan
perbandingan dua survei (survei pra kampanye yang dilakukan sebelum kampanye dan
survei selepas kampanye atau survei pasca kampanye). Keduanya adalah survei
kuantitatif dengan pengambilan sampel acak mudah/sederhana (Simple Random
Sampling) yang dilakukan di 12 desa sekitar SM Sungai Lamandau. Survei pra
kampanye dilakukan pada bulan Maret 2009 untuk menentapkan dasar bagi sasaran-
sasaran SMART1 yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek
(PSP) (Knowledge-Attitude-Practice/KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan
survei pasca kampanye dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan kampanye yang
dilaksanakan pada Juni 2010.
Kedua survei mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (sebagai data
baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan
pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Perilaku yang disebut
dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai dasar memberikan
informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-
khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka,
program-program media pilihan mereka dan penyingkiran hambatan untuk perubahan
perilaku. Informasi ini digunakan untuk menjangkau kegiatan-kegiatan, strategi
penjangkauan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam
Rencana Proyek. Survei pasca-kampanye juga memasukkan pertanyaan-pertanyaan
baru yang dirancang untuk mengukur paparan kegiatan-kegiatan kampanye.
Tiga segmen khalayak sasaran kampanye merupakan sub-sub kelompok untuk dianalisa
dalam survei, meliputi: (1) petani yang melakukan perladangan berpindah tabas bakar
di sekitar dan dalam kawasan MS Sungai Lamandau di desa Tempayung dan desa Babual
Baboti, (2) petani di 10 desa lain yang masih berladang berpindah tebas bakar atau
menetap tebas bakar, dan (3) masyarakat secara umum.
1 SMART adalah kepanjangan dari Spesific, Measurable, Action oriented, Realistic and Time bound
60
Dasar pemilihan ukuran sampel adalah: (1) ukuran populasi untuk 12 desa target, (2)
tingkat kepercayaan 95% dan rentang kesalahan 5%. Dengan menggunakan hasil
kalkulasi suveysample.com, didapatkan hasil bahwa untuk populasi 33.070 orang maka
jumlah sample responden yang dibutuhkan sebanyak 379 orang.
Pada kampanye pride SM Sungai Lamandau kelompok tidak membentuk survey
kelompok “kontrol” sebagai sarana pembanding untuk menunjukkan
“pertalian/hubungan” adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride secara
menyeluruh. Hal ini tidak dilakukan dengan pertimbangan bahwa pertanyaan yang ada
di Survei Pra dengan Survei Pasca sebagian dihilangkan dan sebagai pembanding kami
hanya memastikan bahwa ada perbedaan intervensi antara desa-desa dengan intensitas
frekuensi kampanye tinggi akan menghasilkan perubahan. Dengan demikian, desain
proyek pra-pasca survei adalah desain terbaik yang dapat dilaksanakan untuk mengukur
pengaruh kampanye terhadap perubahan Pengetahuan-Sikap-Perilaku/Praktek. Para
responden ditanya di mana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang
mungkin telah menghasilkan perubahan perilaku dalam upaya untuk mengaitkan
dampak adanya perubahan akibat intervensi kampanye Pride yang intensitas dan
frekuensi kampanyenya lebih tinggi.
Secara teori komposisi responden di survei pra dan survei pasca tidak jauh berbeda.
Misalnya jumlah responden laki-laki dan perempuan, begitu pula pada tingkatan dan
rentang usia (20-45 tahun) dan jumlah responden per desa yang dihitung proporsional
terhadap populasinya. Metodologi pemilihan responden diambil secara acak dengan jarak
responden dengan satu responden diambil per 5 orang responden/per 5 rumah sehingga
data acak akan diperoleh. Akan tetapi pencarian responden berlangsung dari pagi hingga
malam hari, sehingga terjadi banyak perbedaan komposisi responden. Contoh jumlah
perempuan yang menjadi responden pada survei pasca lebih banyak (165 orang
sedangkan pada saat survei pra hanya 65 orang dan laki-laki 217 orang sedangkan di
survei pra sebanyak 314 orang). Hal ini dikarenakan kebanyakan kunjungan di saat para
kaum lelaki sudah pergi ke ladang dan hanya tinggal istrinya yang tidak ikut bertani
(disebagian tempat).
Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian s
SurveiPro®. Kuesionernya sendiri dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi
dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk
kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan SM Sungai Lamandau pada
umumnya dan secara khusus pada ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan
media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-
sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca
kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan ada yang dibuat khusus di survei
pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART dan paparan terhadap aktifitas
dan media pemasaran kampanye yang dikembangkan setelah survei dasar/pra-
kampanye dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa paparan terhadap
semua kegiatan utama kampanye dapat diukur. Salinan lengkap kuesioner survei yang
digunakan dalam survei pra dan pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran.
Pewawancara (enumerator) dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah pelatihan
enumerator satu hari yang diselenggarakan dan dilatih oleh Manajer Kampanye dan
dibeberapa tempat oleh teman kerja satu tim (Fadlik staf edukator untuk melatih
wilayah Sukamara dan Edi sumanto staf fasilitator pertanian untuk melatih enumerator
wilayah kecamatan Kotawaringin Lama-kabupaten Kotawaringin Barat) dan setiap
pewawancara melewati setidaknya satu tes pra wawancara di bawah bimbingan salah
satu pengawas sebagai bagian pelatihan. Para pewawancara hampir sebagian besar
adalah pelajar dari klub konservasi Sekolah Menegah Atas (SMA) dan sebagian adalah
staf SKW II BKSDA Kalimantan Tengah dan teman. Semua entry data dilakukan oleh
manajer kampanye Pride SM Sungai Lamandau. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan
dengan jelas oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban yang
61
diberikan direkam dan dicatat dalam lembar survei oleh pewawancara. Survei diperiksa
dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Setiap pewawancara diawasi
oleh pelatih untuk memastikan bahwa metodologi/protokol survei-nya diikuti dan
kuesioner-kuesionernya diisi dengan benar. Pewawancara yang membantu survei pra
dan survei pasca sebagian ada adalah orang yang sama dan sebagian besar adalah
orang baru, sehingga beberapa pewawancara yang sudah pernah sebelumnya menemani
pewawancara yang belum pernah. Mereka semua berjumlah lebih kurang 45 orang.
Pertanyaan akan dibacakan dengan keras oleh pencacah (para relawan dari Yayorin dan
staf Yayorin) yang telah saya latih sebelum mereka melakukan survei. Jawaban
pertanyaan tersebut akan direkam dengan hati-hati dan ditulis di atas kertas oleh
pencacah sendiri. Pertanyaan-pertanyaan (lihat kuesioner survei yang lengkap di
Lampiran) yang diajukan adalah pertanyaan tertutup dan terbuka, bersifat mengarahkan
(prompted) dan tidak mengarahkan (unprompted). Survei akan diperiksa secara
seksama sebelum melanjutkannya ke orang selanjutnya. Survei akan digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai
pengelolan lahan berkelanjutan di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Sungai
Lamandau, pengetahuan lebih mendalam yang ingin diketahui adalah pengetahuan
fungsi hutan untuk menyerap karbon, apa dampak jika hutan rusak dengan masuknya
air laut dan apa itu kebun campuran dan perladangan menetap. Secara umum yang
perlu diketahui juga adalah ancaman yang harus dihadapi dengan teliti, tentang media
yang disukai, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) serta
sumber informasi yang dipercaya.
2. Membangun Baseline Data
Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin) telah melakukan survei kuantitatif dengan
panduan kuesioner sebanyak 51 pertanyaan2 yang digunakan dalam menetapkan data
dasar (baseline) untuk mengetahui Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitudes), dan
Praktek (Practices) atau (KAP). Selain itu untuk membantu memahami lebih baik
khalayak Kampanye Pride serta untuk menguji asumsi dan hipotesa mengenai khalayak
mereka. Surveisample.com digunakan untuk memilih ukuran responden disetiap desa
target. Baseline data ini dibangun sebagai panduan dasar pelaksanaan kampanye dalam
melakukan pengambilan sampel data di tiap wilayah target survei.
Tabel 11. Jumlah responden yang diwawancara dan sebaran survei secara geografis
Kecamatan Desa Total populasi
Persentase distribusi
Jumlah kuesioner tiap desa
Jumlah Enumerator Survei Pra Kampanye
Jumlah Enumerator Survei Pasca Kampanye
Arut Selatan Mendawai 15.838 48% 182 20 10
Mendawai Seberang 2.361 7,1% 27 20 3
Kumpai Batu Bawah 2.642 7,9% 30 20 5
Tanjung Terantang 981 2,9% 11 10 5
Tanjung Putri 1.631 5% 19 10 5
Kotawaringin Lama
Kotawaringin Hilir 2.476 7,4% 28 3 5
Tempayung 550 1,6% 6 3 2
Babual Baboti 486 1,6% 6 3 2
Sukamara Kartamulia 3.135 9,8% 37 11 10
Natai Sedawak 1.053 2,9% 11 11 10
Pudu Rundun 324 1% 4 11 10
2 Survei lengkap dapat dilihat di lampiran …
62
Pantai Lunci Sungai Pasir 1.593 4,7% 18 11 10
Jumlah 12 33.070 379
Survei dirancang dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Apian® Survei Pro®. Dari Data populasi BPS, 2008. Catatan: Dibeberapa daerah, masyarakatnya enggan memberikan tanggapan pada survei, karena ada perasaan
takut salah bicara dan terjerat hukum tentang hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, sebagian lagi ada kebosanan masyarakat dengan survei.
Survei pra-proyek (baseline) akan diulang setelah proyek berhasil menentukan perubahan pengetahuan, sikap, dan praktek. Responden akan diberi pertanyaan dimana mereka memperoleh informasi baru, dan informasi yang mungkin menghasilkan perilaku lain dalam upaya penyesuaian yang diinginkan oleh kampanye kita.
3. Tingkat Perbandingan Survei
Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan
survei pra kampanye karena responden dalam dua sampel yang dipilih punya kemiripan
satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Pada
halaman ini menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable
independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye. Diantaranya (1) memberikan
sejumlah latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2)
menilai tingkat perbandingan dari kedua survei pada setiap variabel dengan
menggunakan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi statistik.
Anda dapat melihat dari data bahwa sebagian besar responden adalah penduduk
pedesaan dan pinggiran kota, karena tidak ada daerah perkotaan sebenarnya di sekitar
SM Sungai Lamandau. Sampel secara keseluruhan adalah petani yang menjadi khalayak
target primer dan sekunder dan masyarakat umum dengan mata pencaharian bervariasi.
Mata pencahariannya selain petani, diantaranya ada yang sebagai nelayan, PNS,
pegawai atau karyawan swasta, berdagang/wiraswasta, buruh bangun dan menjual jasa
(tukang ojek atau tukang getek/motoris speed=taksi air). Jumlah responden laki-laki
sebanyak 531 orang dan lebih banyak dari perempuan (230 orang). Usia rentang 20-45
tahun walau ada yang dibawah 20 tahun (18-19 tahun) dan diatas 45 tahun (50-60
tahun). Untuk yang bermatapencaharian petani untuk yang berladang lahan
pertaniannya jarak dari rumahnya berkisar antara 200 meter sampai 10.000 meter dari
rumah dan 200 meter sampai 2000 meter dari batas kawasan SM Sungai Lamandau.
Dan kebanyakan 64,1% (n=488) lahannya digarap/diolah pengerjaannya oleh keluarga
dan 14,3% (n=109) diolah oleh saudara. Bentuk pertaniannya kebanyakan berbentuk
ladang (43,9%), kebun campuran (31,8%)dan sawah (24,3%), sedangkan yang
berkebun di pekarangan rumah hanya sedikit (7,2%). Status lahannya hampir sebagian
besar adalah milik sendiri (65,9%; n= 501) dan sebagian milik orantua dan milik orang
lain yang digarapnya dengan luas lahan berkisar antara 0,25-10 hektar. Hampir
sebagian besar tanaman yang ditanam adalah tanaman pangan dan hortikultura dan
sebagian tanaman kebun (karet, sawit dan kayu-kayuan).
Tabel 12. Variabel-variabel independen untuk menilai tingkat perbandingan survei pra
dan survei pasca kampanye
Variabel Tingkat Pra Kampanye Tingkat Pasca Kampanye Perbedaan (Pasca-Pra) Siqnifikansi
Chi-Square
(X2)
Jenis
Kelamin
Laki-laki= 82,8%
Perempuan= 17,2%
Laki-laki= 56,8%
Perempuan= 43,2%
Laki-laki= -26pp
Perempuan= +26pp
Yes at 99%*
Segmen
khalayak
sasaran
Petani target primer= 59,2%
Petani target Sekunder= 34,1%
Bukan petani= 3,0%
Petani target primer= 60,0%
Petani target Sekunder= 34,0%
Bukan petani= 3,0%
Petani target primer= +0,8pp
Petani target Sekunder= -0,1pp
Bukan petani= 0pp
Yes at 99%*
Kelompok
usia
17-26= 1,2%
27-36= 1,9% 37-46= 2,8%
47-56= 1,6%
57-66= 1,0%
67-76= 0,7%
17-26= 2,3%
27-36= 4,5% 37-46= 2,8%
47-56= 1,2%
57-66= 0,6%
67-76= 0,3%
17-26= +1,1pp
27-36= +2,6pp 37-46= 0pp
47-56= -0,4pp
57-66= -0,4pp
67-76= -0,4pp
Yes at 99%*
Pendidikan Tidak bersekolah= 3,7% Tidak bersekolah= 5,0% Tidak bersekolah= +1,3pp Under 50%*
63
formal SD= 26,5%
SMP= 18,5%
SMA= 24%
Perguruan Tinggi= 5,3%
SD= 15,5%
SMP= 17,8%
SMA= 8,3%
Perguruan Tinggi= 6,0%
SD= -11pp
SMP= -0,7pp
SMA= -15,7pp
Perguruan Tinggi= +0,7pp
Bidang
pekerjaan
lain
Menangkap ikan= 9,3%
PNS= 3,1%
Pekerja swasta= 5,5%
Pedagang= 1,8% Wiraswasta= 0%
Tidak bekerja= 0,7%
Menangkap ikan= 5,4%
PNS= 1,8%
Pekerja swasta= 3,0%
Pedagang= 1,8% Wiraswasta= 1,4%
Tidak bekerja= 4,4%
Menangkap ikan= -3,9pp
PNS= -1,3pp
Pekerja swasta= -2,5pp
Pedagang= 0pp Wiraswasta= +1,4pp
Tidak bekerja= +3,7pp
Yes at 99%*
Sumber: data survei pra dengan 379 responden dan pasca kampanye 382 responden.
Data pada table di atas yang konsisten 100% hanya pada jenis kelamin, sedangkan yang
lain tidak dikarenakan tiap-tiap responden memiliki pekerjaan ganda, petani juga
pegawai PNS, petani juga nelayan, petani juga pedagang. Semua angkanya tidak sampai
100% karena diambil rata-rata nilainya dari rentang usia yang dibuat.
4. Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride
Tabel 13. Paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye bangga SM Sungai Lamandau
Kegiatan Petani Primer
2 desa Petani
Sekunder 10 desa
Total (Rata-Rata)
ILM radio-Berladang Menetap Tanpa Bakar-Kopi Asin 59% 23% 41%
Talkshow radio 63% 31% 47%
Insert di radio-Himbuan Bupati 93% 60% 77%
Stiker logo berslogan kampanye 74% 42% 58%
Pin logo berslogan kampanye 87% 45% 66%
Poster-berladang menetap 74% 44% 59%
Kalender-perubahan iklim 70% 37% 53%
Buletin SUMPITAN 96% 42% 69%
Lembar Fakta-langkah kelola lahan tanpa bakar 56% 24% 40%
Demplot Pertanian Menetap Tanpa Bakar 93% 17% 55%
Pelatihan dan Studi Banding Pertanian Menetap Tanpa Bakar
100% 21% 61%
Pertemuan Masyarakat 78% 43% 61%
Sumber: Data dalam Tabel 3 didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani).
Fokus kegiatan dan distribusi materi kampanye lebih besar di desa target primer, oleh
karenanya dari tabel di atas dapat dilihatmedia pemasaran pesan kampanye yang paling
berhasil untuk masing-masing khalayak dan yang paling tidak berhasil. Karena distribusi
informasi yang lebih banyak dilakukan lebih banyak di desa Target Primer.
5. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Pengetahuan
a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti
Tabel 14. Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei pra dan
pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan (jawaban)
Pra kampanye
Pasca kampanye Perubahan
(pp)
Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat petani desa Tempayung dan Babual Baboti tahu tentang fungsi hutan sebagai penyerap
(10) Menurut anda apa fungsi kawasan hutan pada umumnya? (pilihan boleh lebih dari satu)
22,2% 40% +27,8pp Yes at 99.0%*
100%
64
karbon (naik dari 22,2%; kenaikan 27,8pp)
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 83% petani desa Tempayung dan Babual Baboti tahu hutan rusak dan masuknya air laut akan mempengaruhi hasil pertanian (naik dari 44,4%; kenaikan 40,6pp)
(17) Bagaimana pengaruh hutan yang rusak kepada kegiatan pertanian?
44,4% 100,0% +55,6pp Yes at 95.0%*
137%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 90% petani tahu tentang kaitan rusaknya hutan dengan masuknya air laut mencemari air tanah
dan sungai (naik dari 77,8%; kenaikan 12,2pp)
(18) Bagaimana hubungan antara kawasan Suaka Margasatwa Lamandau yang rusak dengan masuknya air laut
(sebutkan 2 hubungan)?
77,8% 66,7% -11,1pp Yes at 99.0%*
-91%
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Menjelaskan pada SMART 1 Pengetahuan khalayak target primer, setelah dilakukan filter
ulang bahwa nilai 22,2% capaian diawal hanya pada satu tipe petani (petani ladang
berpindah), sedangkan setelah digabungkan filternya dengan 3 tipe petani lainnya
(petani ladang menetap, petani karet dan petani sawit) (petani ladang menetap, petani
karet, petani sawit) hasilnya menunjukkan hasil SMART awalnya 41,7% yang ingin
dinaikkan sampai 50%. Perbedaan jumlah segmen khalayak mempengaruhi jumlah yang
dihasilkan di persen perubahan di pasca dan persen poin capaian hasil SMART.
b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau
Tabel 15. Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei pra dan
pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL tahu tentang fungsi hutan sebagai penyerap karbon (naik dari 14,4%; kenaikan 35,6pp)
(10) Menurut anda apa fungsi kawasan hutan pada umumnya? (pilihan boleh lebih dari satu)
14,4% 12,2% -2,2pp Yes at 99.0%*
-6,2%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 65% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL tahu tentang
(18) Bagaimana hubungan antara kawasan Suaka Margasatwa Lamandau yang
40,7% 26,2% -13,8pp Yes at 99.0%
-93%
65
kaitan rusaknya hutan dengan masuknya air laut (naik dari 40,7%; kenaikan 14,8pp
rusak dengan masuknya air laut (sebutkan 2 hubungan)?
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Pada tabel variabel tingkat pengetahuan mengenai fungsi hutan menyerap karbon
hampir rata-rata menurun, hal ini dikarenakan masyarakat belum banyak mengetahui
mengenai karbon, sebab yang tinggi nilainya adalah pengetahuan mereka mengenai
fungsi hutan menjaga perubahan iklim dan bukan penyerapan karbonnya. Di khalayak
petani primer pengetahuan hutan menjaga perubahan iklim sampai 46,7% dan di petani
sekunder naik 22,3% dari 0%. Sedangkan pengetahuan masyarakat untuk tahu
hubungan hutan yang rusak dengan masuk air laut masih rendah. Masyarakat lebih
tahu dampak yang ditimbulkan, misalkan menjadi hutan rusak berdampak pada sulit
mendapatkan air bersih itu, karena daerah resapan air hilang sampai 73,3% dari 0% di
khalayak target primer. Hal serupa juga dinyatakan sama oleh khalayak target sekunder
dari 0% meningkat setelah pasca kampanye 12,2%. Sebagai langkah strategis ke
depannya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hutan rusak
mempengaruhi penyerapan karbon dan hutan bisa menyerap karbon perlu skema materi
yang mudah ditangkap khalayak target. Bisa dengan gambar yang diberi keterangan.
6. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Sikap
a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti
Tabel 16. Perubahan dalam variabel-variabel sikap antara survei pra dan pasca
Kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 70% petani yang tidak setuju membuka lahan dalam kawasan tidak menimbulkan masalah (naik dari 44,4%; kenaikan 25,6pp)
(24 D) Membuka lahan tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah
44,4% 3,4% -30,6pp Yes at
75.0%*
199%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 95% petani di desa Babual Baboti yang menyikapi membuat kebun campuran di ladang sendiri bermanfaat (naik dari pra kampanye 91,7%; kenaikan 3,8pp)
(25 A) Membuat kebun campuran menetap tanpa bakar di lahan sendiri
91,7% 100% +8,3pp Under 50%*
218%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 90% petani di desa Babual Baboti yang menyikapi pelatihan
(25 B) Pelatihan kebun campuran menetap tanpa bakar bagi masyarakat
83,3% 93,3% +10,3pp Under 50%*
154%
66
kebun campuran bermanfaat (naik dari pra kampanye 83,3%; kenaikan 6,7pp)
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Pada masyarakat petani target primer menyikapi bahwa membuka lahan di dalam
kawasan SM Sungai Lamandau menurun. Hal ini bisa dikarenakan pengaruh dari
kampanye salah satu calon pemilukada yang menyatakan untuk mempersilahkan
berladang dengan tebas bakar, karena itu tradisi. Informasi ini diperoleh dari laporan
dari staf di lapangan pada Juni 2010 saat kampanye pemilukada di desa Tempayung.
Sebelumnya hasil pra survei kampanye masyarakatnya menyikapi bahwa mereka yang
setuju tidak mebakar di dalam kawasan SM Sungai Lamandau atau hutan tinggi setelah
pemilukada mereka pernyataan sikap setuju mereka menjadi menurun. Hal ini mungkin
didukung dengan ciri masyarakat yang pragmatis, karena mereka akan setuju pada apa
yang dipandangnya saat itu tidak merugikan dan menguntungkan mereka dalam rentang
waktu yang tak lama. Ini terlihat saat mereka memandang berladang menetap di lahan
sendiri dan pelatihan itu menggambarkan keuntungan, maka mereka pun memilih untuk
menyikapi berladang menetap di lahan sendiri dan pelatihan itu menguntungkan
dipilihnya sesuatu hal yang menguntungkan bagi mereka.
b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau
Tabel 17. Perubahan dalam variabel-variabel sikap antara survei pra dan pasca
kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 77,2% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL perubahan sikapnya meningkat dari yang tadinya tidak setuju membuka lahan dalam kawasan tidak menimbulkan masalah menjadi (naik dari 28,8%; kenaikan sebesar 49,2pp)
(24 D) Membuka lahan tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan masalah
28,8% 5,2% -23,6pp Yes at 99.0%
-48%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 95% sikap masyarakat petani sekitar kawasan SMSL menyikapi manfaat dari adanya kebun campuran bermanfaat (naik dari 87,7%; kenaikan 7,3pp)
(25 A) Membuat kebun campuran menetap tanpa bakar di lahan sendiri
87,7% 79% -8,7pp Yes at 95.0%
119%
Pada akhir kampanye
(Juni 2010), 95% sikap masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang menyatakan
(25 B) Pelatihan
kebun campuran menetap tanpa bakar bagi masyarakat
84,6% 86% +1,4pp Under 50%
155%
67
pelatihan kebun campuran bermanfaat (naik dari pra kampanye 84,6%; kenaikan 0,9pp)
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Berbeda dengan masyarakat petani target sekunder, mereka masih terbilang kurang
menyikapi tentang hal ini, karena kecenderungannya sikap mereka menurun. Walau
sebenarnya ada peningkatan yang tidak siqnifikan yang menyikapi berladang menetap
bermanfaat. Peningkatan yang ada walau kecil terlihat pada mereka yang menyikapi
pelatihan kebun campuran menetap tanpa bakar itu bermanfaat karena kendala mereka
dalam mengimplementasikan berladang menetap yang baik sesuai petunjuk kurang
mendapat penyuluhan dan pendampingan.
7. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-sasaran SMART Komunikasi
Interpersonal
a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti
Tabel 18. Perubahan dalam variabel-variabel komunikasi interpersonal antara survei pra
dan pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 35% masyarakat Tempayung dan Babual Baboti yang membicarakan teknologi pengelolaan lahan untuk pertanian (naik dari pra kampanye 25%; kenaikan 10pp)
(28) Jika anda membicarakannya, hal apa yang paling menarik dibicarakan?
25% 33,3% +8,3pp Yes at 75.0%*
83%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 20% masyarakat desa target (Tempayung dan Babual Baboti) membicarakan pelestarian keanekaragaman hayati dan hutan (naik dari pra kampanye 16,7%; kenaikan 3,3pp )
(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
16,7% 6,7% -10pp Under 50%*
303%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat desa target (Tempayung dan Babual Baboti) untuk pembicaraan manfaat kawasan SM Sungai Lamandau (naik dari pra kampanye 25%; kenaikan 25pp)
(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
25% 40% +15pp Under 50%*
60%
68
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 33,3% di Babual Baboti yang membicarakan tentang batas desa dengan kawasan SM Sungai Lamandau (turun=0pp dari pra kampanye 33,3%)
(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
16,6% 33,3% +16,7pp Under 50%*
99,4%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 40% masyarakat di dua desa target (Tempayung dan Babual Baboti) yang
membicarakan teknologi pertanian menetap (naik dari pra kampanye 20,8%; kenaikan 19,2pp)
(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
20,8% 33,4% +12,6pp Under 50%*
66%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 50% masyarakat 10 desa sekitar SM Lamandau lainnya akan membicarakan perladangan menetap dan manfaatnya (naik dari pra kampanye 8,3%; kenaikan 41,7pp)
(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
8,3% 46,7% 38,4pp Under 50%*
92,1%
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau
Tabel 19. Perubahan dalam variabel-variabel komunikasi interpersonal antara survei pra
dan pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban)
Pra
kampanye
Pasca
kampanye
Perubahan
(pp)
Signifikansi
Chi-Square (X²)
capaian
Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 59% 10 desa lainnya yang berada disekitar SM Sungai Lamandau yang belum membicarakan tentang pengelolaan lahan dan pelestarian hutan (naik dari pra kampanye 23,5%; kenaikan 35,5pp)
(28) Jika anda membicarakannya, hal apa yang paling menarik dibicarakan?
23,5% 10,3% -13,2pp Yes at 99.0%*
-37,2%
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 31% masyarakat desa sekitar SM Sungai Lamandau yang
(30) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
14,7% 9,2% -5,5pp Yes at 99.0%
-33,7%
69
membicarakan tentang manfaat SM Sungai Lamandau (naik dari pra kampanye 14,7%; kenaikan 16,3pp)
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 20% masyarakat 10 desa sekitar SM Lamandau lainnya akan membicarakan perladangan menetap dan manfaatnya (naik dari pra
kampanye 16%; kenaikan 4pp)
(32) Jika anda membicarakannya, hal menarik apa saja yang dibicarakan?
16% 8,7% -7,3pp Yes at 99.0%*
182%
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Kecenderungan masyarakat berbicara lebih banyak masih kepada petugas penyuluh atau
pendampingan pertanian (staf fasilitator pertanian Yayorin/Proyek EC Lamandau-OFUK).
Bahkan mengalami peningkatan komunikasi antara khalayak dengan pendamping atau
penyuluh pertanian. Contoh saat pra survei masyarakat khalayak yang berkomunikasi
dengan staf Yayorin/OFUK meningkat dari 75% menjadi 80%. Kemudian berbicara
kepada penyuluh pendamping pertanian meningkat dari 16,7% menjadi 33,3%. Kondisi
ini kemungkinan disebabkan masyarakat dalam fase ingin tahu dan mencoba sehingga
kesempatan masih dipergunakannya untuk menggali informasi sehingga menyebabkan
kecenderungan tingkat komunikasi antar sesama menjadi rendah.
8. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran SMART Perubahan Perilaku
a. SMART Target Primer-Petani desa Tempayung dan Babual Baboti
Tabel 20. Perubahan dalam variabel-variabel perubahan perilaku antara survei pra dan
survei pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), sebanyak 50% (101 KK) petani peladang berpindah dari dua desa target mengadopsi kegiatan demontrasi plot pertanian menetap pola kebun campur
Berapa banyak Masyarakat yang mengadopsi kegiatan perladanga menetap di desa Tempayung dan Babual Baboti?
50% 77,72% +27,7PP 155%
10. Pada akhir kampanye 11. (Juni 2010), praktek
pembakaran lahan 12. pertanian di desa 13. Tempayung dan 14. Babual Baboti
menurun hingga 50% dari 606 frekuensi (202 KK x 3 kali bakar per bulan) praktek pembakaran lahannya
Berapa banyak penurunan frekuensi kebakaran di desa Tempayung dan Babual Baboti?
50% 100% +50PP 200%
70
15. Pada akhir kampanye 16. (Juni 2010), ada 17. perubahan perilaku 18. dari 55% petani 19. desa target yang tidak tahu
atau kadang-kadang 20. melihat kegiatan 21. perladangan 22. berpindah dengan 23. sistem tebas bakar
(naik dari pra kampanye 22,2%; kenaikan 32,8pp)
(38) Dalam 1 bulan terakhir ini, berapa kali Anda melihat warga desa masih membuka lahan pertanian ladang berpindah dengan tebas bakar?
22,2% 53,3% 31,1pp Under 50%
99%
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi
dalam sasaran SMART.
b. SMART Target Sekunder-Petani di 10 desa lain sekitar SM Sungai Lamandau
Tabel 21. Perubahan dalam variabel-variabel perubahan perilaku antara survei pra dan
survei pasca kampanye
Sasaran SMART Pertanyaan
(jawaban) Pra
kampanye Pasca
kampanye Perubahan
(pp) Signifikansi Chi-Square
(X²)
capaian Sasaran SMART
Pada akhir kampanye (Juni 2010), 14% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang terlibat dalam kegiatan pelestarian hutan (penanaman pohon) (naik dari pra kampanye 4,8%; kenaikan 9,2pp)
(9) Saya akan mengajukan lagi 5 pernyataan mengenai keberadaan kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, mohon pillih satu jawaban yang sesuai. Saya tidak tahu sama sekali apa manfaat keberadaan kawasan hutan lindung Suaka Margasatwa Sungai Lamandau
4,8% 1,3% -3,5pp Yes at 99.0%*
-38%
Pada akhir kampanye (Juni 2009), 65% masyarakat petani sekitar kawasan SMSL yang mau terlibat dalam mengaplikasikan
program pengelolaan lahan dan pelestarian hutan (naik dari pra kampanye 62,1%; kenaikan 2,9pp)
(36) Dalam 6 bulan ke depan, jika ada program pelatihan pengelolaan lahan kebun campuran menetap tanpa
bakar dan pelestarian hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, bersediakah Anda untuk terlibat?
62,1% 59,8% -2,3pp Under 50%
-79,3%
Sumber: Data dalam Tabel didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran
71
SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART.
Perubahan perilaku di masyarakat khalayak sekunder dalam hal keterlibatan dalam
kegiatan pelestarian hutan dan pengeolahan lahan masih sangat masih rendah. Hal ini
kemungkinan karena kesadaran masyarakat khalayak ini yang belum begitu melihat arti
penting hutan dalam mempengaruhi pola hidup. Kebanyakan masyarakat yang
menyatakan ini, masyarakat yang secara kehidupan, sumber kebutuhan hidupnya tidak
dipengaruhi sumber dan keberadaan langsung hutan (masyarakat semi urban atau
urban). Karena masyarakat yang sumber kehidupannya masih berinteraksi dengan
hutan lebih mau terlibat, seperti desa Sungai Pasir, desa Tanjung Putri cenderung mau
terlibat.
9. Menghentikan Perladangan Berpindah Tebas Bakar dan Kebakaran Hutan
(Perencanaan-Pelaksanaan BROP)
a. Sasaran
Sasaran dari proyek ini adalah untuk menghentikan atau paling tidak mengurangi
kegiatan petani membuka ladang berpindah dengan cara tebas bakar untuk melestarikan
hutan sekitar dan dalam Kawasan SM Sungai Lamandau sebagai habitat orangutan dan
hidupan liar lainnya. Hasil konservasi diharapkan adalah meningkatnya populasi
orangutan pada tahun 2010.
b. Tujuan
Mengurangi aktifitas pembukaan lahan untuk pertanian ke dalam Suaka Margasatwa
Sungai Lamandau dari 202 KK petani ladang berpindah di dua desa target pada Juni
2010 menjadi 101 KK. Hasil konservasi yang diharapkan adalah habitat orangutan dan
satwa liar lainnya terjaga.
c. Metodologi yang digunakan dalam Penilaian BROP
Dengan menggunakan kesepakatan dari pemerintahan desa dan masyarakat kelompok
petani di kedua desa target untuk menentukan letak pembangunan demplot. Pemetaan
lahan juga akan dilakukan untuk melihat batas kepemilikan lahan demplot dan lahan
masyarakat petani di kedua desa target.
Selain itu melakukan inventarisasi jenis yang biasa ditanam dan tanaman apa yang bisa
menjadi tanda batas hidup untuk batas demplot maupun lahan masyarakat.
Kemungkinan ini juga bisa menjadi inisiasi untuk batas SM Sungai Lamandau. Demplot
yang akan dirancang dan dibangun, akan dibuat di atas lahan seluas 2 Hektar dan
ukuran luas lahan ini sesuai hasil survei merupakan ukuran rata-rata luas lahan yang
dimiliki kelompok petani dikedua desa target. Ukuran ini nantinya menjadi tolak ukur
untuk memudahkan masyarakat mencontoh atau menduplikasi apa yang diterapkan di
demplot yang sekaligus sebagai tempat pembelajaran bersama. Untuk melihat
perbedaan penghasilan masyarakat di kedua desa target dari pola yang biasa dilakukan
(penghasilan dari sawit dan dari hasil pengumpulan getah karet) dengan hasil yang akan
diperkenalkan lihat pada Tabel di bawah.
Tabel 22. Perbedaan penghasilan pendapatan dari kegiatan tidak dengan kebun
campuran dengan kebun campuran
No. Sumber
Penghasilan Tanpa Kebun Campur Dengan Kebun
Campur Keterangan
1. Penghasilan dari sawit
Rp.800.000,- (Rp.9.600.000,-per tahun)
-
2. Menyadap getah karet/bulan
Rp.3.000.000,- (Rp.36.000.000,-per tahun)
Rp.4.000.000,- (Rp.36.000.000,- s/d Rp. 48.000.000,- per tahun)
Dengan campuran bibit unggul setelah mengenal teknik budidaya karet
72
3. Menanam hortikultura+karet
Sebagai contoh: Jika diasumsikan dalam 1 hektar (1000 meter2) biaya produksi tanam cabai dengan perawatan baik sebesar Rp. 5.207.400,- dapat menghasilkan 1 kg s/d 1,5 kg (diambil minimal 1 Kg/batang). Jika dari 1.700 batang tanaman akan menghasilkan 1.700 Kg. Ini sudah diasumsikan 10% tanaman mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. Maka akan didapat hasil panen sebanyak 1.530 Kg. Harga jual cabe di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah antara
Rp.15.000 s/d Rp.30.000,-/kg. Jika diambil rata-rata harga jual cabe Rp.15.000,-/kg maka hasil panen yang didapat adalah 1530 x Rp.15.000,- = Rp.22.950.000,-.
Cabe + karet = Rp.22.950.000,- + Rp.36.000.000,- = Rp.58.950.000,-
Campuran sudah dengan tanaman jangka pendek dan jangka panjang; Belum lagi mereka yang bertani dan berpenghasilan juga dari ladang dan kebun karetnya, dari hasil tanaman campuran lainnya seperti palawija, buah-buahan jangka
menengah seperti pisang dan tanaman buah-buahan jangka panjang seperti durian, rambutan, duku, langsat.
d. Metodologi implementasi yang diajukan
Pada Juli 2009 akan memulai perancangan demonstrasi plot seluas 2 Hektar di salah
satu desa target dengan meminjam tanah desa melalui kesepakatan masyarakat. Saat
ini salah satu warga dari kelompok petani di desa Tempayung telah bersedia
meminjamkan lahannya untuk merealisasikan rencana dempot. Ini perlu mendapat
kesepakatan kelompok petani dan tokoh desa dari kedua desa target dan proses
penelusuran kesepakatan letak lokasi ini akan dimulai pada bulan Juli 2009. Dalam
aplikasinya akan direkrut dua orang dari masing-masing desa satu orang sebagai wakil
desa target membantu pengelolaan demplot.
Kegiatan ini aplikasinya akan dilaksanakan selama dua tahun dengan dua tahapan
implementasi. Kegiatan untuk tahapan atau fase implementasi pertama adalah
1) Melakukan identifikasi lahan,
2) Pengelolaan lahan demplot,
3) Aplikasi penanaman dan perawatan,
4) Evaluasi tahap implemetasi pertama. Pada kegiatan implementasi tahap pertama
tetap dilakukan monitoring bulanan.
Kemudian kegiatan untuk tahap atau fase implementasi kedua adalah:
1) Melakukan pembudidayaan dan peremajaan tanaman,
2) Monitoring,
3) Promosi demplot kebun campuran,
4) Evaluasi implementasi keseluruhan).
Bentuk demonstrasi plot yang akan dibangun adalah ladang menetap sistem kebun
campuran. Di dalam lahan seluas 2 ha ini akan ditanam tanaman dengan komposisi
tanaman karet, hortikultura, tanaman seling kayu dan tanaman buah. Sebagai catatan
tujuan bahwa tanaman karet sebagai tanaman jangka panjang untuk pemenuhan
ekonomi jangka panjang, hortikultura sebagai tanaman pemenuhan kebutuhan pangan
keluarga atau ekonomi pendek dan menengah. Sebagai tanaman seling untuk
mendukung penghijauan wilayah desa yang terbuka juga akan dibuat penyemaian
tanaman kayu atau buah. Teknik perawatan tanaman diperkenalkan dalam pelaksanaan
demplot agar masyarakat berkomitmen secara partisipatif. Cara masyarakat nantinya
mereplikasi demplot adalah akan terlihat dari aktifitas masyarakat untuk melakukan
temu teknologi, yaitu membahas cara melakukan teknik pertaniannya sampai terlihat
warga mempraktekannya di lahannya sendiri dan menceritakan kegiatannya. Dalam hal
ini akan dilakukan monitoring dari tim proyek kegiatan.
73
Dalam prosesnya akan dilakukan beberapa aktifitas kegiatan, sebagai berikut:
Fase pertama
1. Identifikasi lahan dan kesepakatan tingkat lokal (pendekatan desa dan kelompok,
pemetaan lahan menyangkut luas dan kepemilikan lahan, pengamatan unsur hara
tanah dan inventarisasi jenis tanaman yang biasa ditanam warga dan disain peta
mobilisasi pemantauan perawatan tanaman).
2. Pengelolaan lahan demplot (menyiapkan perlengkapan olah lahan, perekrutan
tenaga pekerja demplot, pembersihan lahan, pengolahan tanah, penyiapan bahan
dan pembuatan pupuk kompos, pembuatan persemaian, pembuatan pondok tani dan
fasilitas pengairan).
3. Aplikasi penanaman dan perawatannya (menyiapkan polibag semai, semai kemudian
menanam sampai perawatan tanaman dan monitoring bulanan).
4. Evaluasi tahap implemetasi pertama (survey implementasi pertama mengenai
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku).
Fase kedua
5. Pembudidayaan dan peremajaan tanaman (penyemaian, teknik penyilangan dan
penanaman bibit turunan kedua).
6. Monitoring (perawatan, pematauan lahan, koordinasi dan evaluasi kegiatan bulanan).
7. Promosi demplot kebun campuran (melalui pemberitaan RarePlanet, Radio, Koran
dan antar desa serta wahana studi banding atau studi keingin tahuan).
8. Evaluasi tahap implemetasi keseluruhan.
Dalam proses kegiatan pembangunan demonstrasi plot juga dilakukan kegiatan-kegiatan
penguatan pengetahuan (60%) dan keterampilan (40%) kelompok masyarakat petani
dua desa target. Kegiatan penguatannya melalui beberapa cara, sebagai berikut:
1. Pertemuan per bulan dengan mengulas satu sampai dua materi pengetahuan
pertanian berkelanjutan yang penjadwalannya disepakati bersama. Jika ada materi
yang tidak bisa difasilitasi tim dari Yayorin, akan dicarikan nara sumber yang
membidangi materi tersebut. Penguatan pengetahuan ini nantinya akan mempunyai
waktu penerapan lebih banyak. Kegiatan ini juga akan diselingi contoh, simulasi kecil
praktek. Narasumber nantinya akan didatangkan dari pemda, individu petani sukses
maupun lembaga yayorin sendiri. Tidak menutup kemungkinan bila akan
mendatangkan nara sumber dari yang sebelumnya pernah direncanakan, ini
disesuaikan dengan keperluan materi.
2. Untuk penguatan keterampilan olah lahan dan tanaman yang sifatnya praktis akan
diadakan kegiatan praktek langsung dan pelatihan di lokasi demplot maupun di
tempat yang disepakati kelompok target.
3. Untuk menguatkan keyakinan masyarakat petani akan hasil yang diterapkan
sebelumnya oleh masyarakat petani pada tanaman yang sudah ada, akan diadakan
dua kali studi banding tentang pengelolaan lahan dan budidaya meupun perawatan
tanaman.
Kegiatan ini diimplementasikan untuk petani di dua desa target melihat dan belajar
proses pengelolaan lahan juga budidaya dan perawatan tanaman. Pada akhir kegiatan
akan dilakukan survey kembali untuk melihat seberapa besar perubahan yang
terbentuk.
Keberhasilan Yayorin dalam praktek kebun campuran mengurangi aktifitas pembukaan
lahan dan hutan telah dicapai oleh salah satu program Yayorin yang bekerja di 3 wilayah
desa di Belantikan Hulu, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Hasilnya adalah
masyarakat mengurangi aktifitas pembukaan hutan sebagai ladang dan aktifitas
perladangan berpindahpun juga berkurang. Hal ini dilakukan karena sistem kebun
campuran cukup menyita perhatian warga petani untuk merawat tanamannya.
74
e. Biaya-biaya yang diproyeksikan di proyek
Secara garis besar biaya yang diproyeksikan adalah untuk:
Fase pertama
1. Identifikasi lahan dan kesepakatan tingkat lokal (pendekatan desa dan kelompok,
pemetaan lahan menyangkut luas dan kepemilikan lahan, pengamatan unsur hara
tanah dan inventarisasi jenis tanaman yang biasa ditanam warga dan disain peta
mobilisasi pemantauan perawatan tanaman).
2. Pengelolaan lahan demplot (menyiapkan perlengkapan olah lahan, perekrutan
tenaga pekerja demplot, pembersihan lahan, pengolahan tanah, penyiapan bahan
dan pembuatan pupuk kompos, pembuatan persemaian, pembuatan pondok tani
dan fasilitas pengairan).
3. Aplikasi penanaman dan perawatannya (menyiapkan polibag semai, semai kemudian
menanam sampai perawatan tanaman dan monitoring bulanan).
4. Evaluasi tahap implemetasi pertama (survei implementasi pertama mengenai
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku).
Fase kedua
1. Pembudidayaan dan peremajaan tanaman (penyemaian, teknik penyilangan dan
penanaman bibit turunan kedua).
2. Monitoring (perawatan, pematauan lahan, koordinasi dan evaluasi kegiatan bulanan).
3. Promosi demplot kebun campuran (melalui pemberitaan RarePlanet, Radio, Koran
dan antar desa serta wahana studi banding atau studi keingin tahuan).
4. Evaluasi tahap implemetasi keseluruhan.
Biaya-biaya ini adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan berikut di bawah ini:
1. Fase Persiapan Lokasi (termasuk tahap ke-1)
§ Trasportasi ke.dari lokasi selama persiapan
§ Perlengkapan bangun (bahan dan alat)
§ Tenaga penyiapan lahan (3 Hektar) dan
§ Perbekalan
2. Fase Implementasi dan Monitoring (sebagian masuk tahapke-1 dan tahap ke-2)
§ Transportasi ke/dari lokasi selama fase implementasi
§ Perbekalan
§ Perelngkapan implementasi
§ Pondok perawatan dan semai
§ Pengadaan bibit dan semai
§ Tenaga perawatan dan
§ Tanaman sulam
3. Pengawasan Proyek dan Pelaporan (termasuk tahap ke-2)
4. Komunikasi
f. Implementasi Rencana Operasional Penyingkiran Hambatan (Barrier
Removal Operation Plan) dalam bentuk Demonstrasi Plot Pertanian Menetap
Tanpa Bakar
§ Implementasi yang dilakukan adalah melakukan koordinasi kepada pemerintahan
2 desa (Tempayung dan babual Baboti) akan diadakannya rencana pembuatan
dempot dengan maksud sebagai tempat pembelajaran petani mengolah lahan
berladang menetap. Selain itu melakukan koordinasi untuk pengadaan lahan
pinjam untuk membangun demonstrasi plot (demplot) pertanian kebun campuran
menetap tanpa bakar dengan desa target Tempayung yang kemudian
disosialisasikan tempatnya pada warga desa Babual Baboti melalui pertemuan
masyarakat.
§ Desa Tempayung meminjamkan lahan desa seluas 3 hektar yang kemudian
dikelola secara bertahap. Pengelolaan lahan diawali dengan membuat peta kelola
lahan untuk menanam tanaman jangka pendek yang diselingi dengan tanaman
75
jangka menegah dan jangka panjang. Tanaman jangka pendek merupakan
tanaman hortikultura yang bisa diproduksi puluhan hari. Selain itu juga ditanami
tanaman jangka menengah seperti pisang yang juga diguanakan sebagai
tanaman sekat bakar hidup yang ditanam di selan tanaman dan sekeliling sisi-sisi
batas lahan. Sebagai tanaman utama ditanam tanaman yang bersifat
mendatangkan keuntungan dan menyesuaikan kebiasaan di masyarakatnya yaitu
tanaman karet dan buah.
§ Untuk mengelola demplot ini mempekerjakan 2 orang lokal sebagai asisten
pengelola demplot yang pada tahap akhirnya mampu menyampaikan maksud
pembuatan demplot kepada warga lain dan bagaimana demplot ini dikelola dan
menghasilkan.
§ Di area demplot juga telah dibangun bangunan Balai Belajar Tani sebagai tempat
belajar dan pertemuan bagi masyarakat dan pengunjung demplot.
§ Beberapa kali demplot telah menghasilkan produk tanaman hortikultura, yaitu
cabe, terung, kangkung, pare, gambas dan kacang panjang. Beberapa hasil
penjualan mulai diarahkan untuk pengelolaan mandiri demplot, seperti mulai
disisihkan untuk membeli bibit selain membuat bibit sendiri, membeli
perlengkapan, membeli minyak genset. Harapannya masyarakat bisa melihat
bahwa dari pertanian menetap bisa mandiri.
§ Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan beberapa kali
pertemuan dengan diikuti pelatihan, seperti teknik membuat sekat bakar yang
bekerjasama dengan BKSDA Kalimantan Tengah-SKW II dan Manggala Agni
DAOP III Pangkalan Bun, pelatihan membuat kompos dan langkah-langkah
pengelolaan lahan tanpa membakar dan analisa hasil pertanian dalam kegiatan
studi banding kebun campuran menetap tanpa bakar yang dilakukan 2 kali
(Maret dan April 2010).
§ Sebagai perencanaan tindak lanjut pengelolaan diteruskan oleh mitra
Penyingkiran Hambatan dari proyek EC Lamandau program dari OFUK hingga
Desember 2011.
g. Respon masyarakat
Dari hasil monitoring kegiatan penyingkiran hambatan, terdapat pengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku bertani. Masyarakat khalayak target primer merespon
kegiatan penyingkiran hambatan yang dikemas dalam bentuk demplot pertanian kebun
campuran menetap tanpa bakat sistem agroforestri. Respon yang tercatat secara umum
adalah:
§ Masyarakat mulai tertarik melakukan interaksi dengan pendampingan pertanian
dengan mengajukan pertanyaan mengenai pengelolaan pertanian.
§ Masyarakat mengikuti dan menghadiri kegiatan pertemuan dan pelatihan juga
studi banding yang diadakan tim kampanye.
§ Masyarakat menghadiri demplot dan bertanya cara budidaya dan kelola tanaman
pertanian dan lahannya.
§ Beberapa mulai ada yang tertarik mengadopsi kegiatan pertanian demplot.
§ Masyarakat dari desa sekitar desa target ada yang mengunjungi demplot
kemudian bertanya tentang pengelolaan dan tertarik mengelola lahan seperti
demplot.
§ Ada kunjungan pihak Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kotawarinigin
Lama yang melakukan monitoring dan memberi informasi keberadaan demplot
kepada masyarakat binaan BPP Kotawaringin Lama.
Hal ini dipengaruhi oleh kampanye pride yang menyebarkan media pemasaran pesan
yang berkaitan dengan membangun peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku. Selain itu kegiatan kampanye pride yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan (pengelolaan dan promosi demplot).
Display hasil produk demplot yang beberapa kali berhasil memetik hasil dari tanaman
jangka pendeknya (, seperti cabe, terung, pare dan gambas) mampu mengundang daya
tarik masyarakat untuk turut mencoba menanam. Ciri umum masyarakat jika
dipengaruhi hal yang bermanfaat dan penuh inspirasi dari luar mampu mengubah sikap
76
dan perilaku masyarakat ikut mempraktekannya. Contoh dengan demplot yang
memperlihatkan hasil produk tanam dan kegiatan studi banding yang melihat contoh
keberhasilan di tempat lain lebih melekat untuk masyarakat menjadi tertarik mencoba.
Untuk keberlanjutan kegiatan ini di masyarakat kegiatan petani yang sudah mengadopsi
akan difasilitasi untuk dapat mengajarkan dan membagi pengalamannya kepada petani
lain di desanya. Kegiatan ini bertujuan agar kapasitas yang telah dimiliki oleh para
petani yang telah mengadopsi akan semakin kuat dan penerimaan petani lainnya juga
akan semakin mudah, karena yang menyebarkan dan membagi pengalaman adalah
orang-orang dari desa yang sama. Pendekatan Sekolah Lapang akan direncanakan
untuk membuat ToT (Training of Trainers) bagi para petani yang telah mengadopsi
kebun campur sehingga mampu memberikan pelatihan dengan efektif kepada petani
lainnya. Merekalah yang selanjutnya menjadi kader lokal yang mampu memberikan
inspirasi untuk mengadopsi kegiatan demplot kebun campuran.
10. Capaian Konservasi di kawasan SM Sungai Lamandau
a. Kebakaran hutan jumlahnya menurun
Tercatat selama kurun waktu kampanye Juli
2009/Agustus 2010, tercatat hanya ada 16 titik panas
api yang terjadi bulan Juli-Agustus 2009. Ke-16 titik
panas api ini ditemukan di 4 titik yang sebagian besar
berada di kawasan dengan wilayah padang semak
rumput dan ilalang serta daerah rumput purun di
sebagian besar wilayah kabupaten Sukamara wilayah
pesisir. Sedangkan lepas bulan Agustus 2009 sampai
pertengahan Agustus 2010 tidak terdeteksi adanya titik
panas api kebakaran (hot spot). Kepala SKW II BKSDA
Kalimantan Tengah, Bapak Eko Novi Setiawan saat
dikonfirmasi pada awal Agustus 2010 mengenai apa ada
kebakaran di sekitar kawasan, menjawab kondisi aman
belum terpantau ada kebakaran di dalam dan sekitar
kawasan. Dalam kondisi ini memang masih didukung
oleh tingginya curah hujan yang turun dengan frekuensi
turun hujan tiap hari, sehingga lahan sebagian besar
wilayah rawa tidak bisa digarap petani. Menurunnya titik
panas api juga disebabkan karena kesadaran beberapa
masyarakat yang telah melakukan perladangan
menetap tanpa bakar dan mengurangi pembakaran.
Selain itu juga karena tingginya himbauan kepala desa
yang memberitahkan bahwa disekitar lahan pertanian di
desa ada kawasan hutan lindung SM Sungai Lamandau
yang perlu dijaga kelestariannya (80% Kepala Desa berpengaruh memberikan himbauan
ke warganya). Hal lain yang menyatakan kampanye berdampak pada pengurangan
kebakaran dan penurunan praktek berladang berpindah tebas bakar adalah tidak
ditemukannya titik panas api di kabupaten wilayah administrasi dimana kawasan SM
Sungai Lamandau berada (, yaitu kabupaten Kotawaringin Barat dan kabupaten
Sukamara). Bahkan wilayah kerja Yayorin di kabupaten Lamandau tidak terdeteksi titik
panas api.
Gambar 33. 16 titik hot spot tahun 2009 yang tersebar di 4 titik dan di 2010 tidak ditemukan = 0 titik panas api (kebakaran menurun)
77
b. Kegiatan penebangan menurun
Untuk kasus penebangan liar menurut
mitra konstituen dari manajr patrol
proyek EC Lamandau-OFUK di dalam
kawasan tercatat di tahun 2007
sebanyak 12 kasus dan di tahun
2009/2010 hanya tercatat 3 kasus
(tahun 2009) yang tercatat di 3 lokasi di
wilayah pesisir Sukamara dan
Kotawaringin Barat (Manajer Patroli
Proyek EC lamandau-OF, 2010). Dengan
kerja dukungan konstituen pengelolaan
pelestarian SM Sungai Lamandau dari
proyek Uni Eropa kerjasama OFUK
bersama Yayorin dengan dukungan
BKSDA Kalimantan Tengah mampu
mengurangi tekanan dari kegiatan
penebangan liar. Patroli dan monitoring
kawasan yang dilakukan rutin menjadi strategi baik. Selain itu adanya kegiatan-kegiatan
pertemuan sosialisasi batas kawasan serta pelatihan pemantauan kawasan mampu
meredam aktifitas penebangan.
c. Perubahan tutupan hutan
Dampak dari banyak perubahan
dari mulai perubahan perilaku
peladang berpindah menjadi
peladang menetap dengan tidak
membakar lahan dan kegiatan
pengawasan dan pengamanan
kawasan yang rutin serta
didukung kegiatan rehabilitasi
lahan dengan mengajak
partisipasi sebagaian besar
warga desa dan pelajar sekitar
kawasan di sisi utara dan barat
kawasan mampu mengembalikan
perbaikan pada daerah-daerah
yang terbuka rusak akibat
kebakaran dan penebangan. Sebagian besar wilayah mengalami suksesi. Kegiatan
reforestasi melalui gerakan rehabilitasi lahan mampu mengembalikan kondisi wilayah
terbuka tertutup mencapai 60% (data hektar belum bisa diketahui karena perlu
dukungan data groundcheck survey. Jika dilihat pada gambar yang di blog putih adalah
wilayah yang mengalami perbaikan tutupan. Tanaman mulai membuat kerapatan
tutupan dan jari-jari fragmentasi hutan mulai berkaitan (Manajer Patroli Proyek EC
lamandau-OFUK, 2010).
Gambar 34. Penebangan di tahun 2009 ditemukan 3 kasus
Gambar 35. Peta perubahan tutupan hutan
78
d. Peningkatan Populasi Orangutan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau
Jumlah populasi orangutan di kawasan hutan
SM Sungai Lamandau tercatat sejak dari data
pelepasliaran pertama dilakukan di kawasan
tahun 1999 diperkirakan sebanyak 200-250
individu orangutan (Manajer Camp
Pelepasliaran OFUK, 2010). Menurut Manajer
Camp Pelepasliaran Orangutan di SM Sungai
Lamandau untuk di tahun 2009/2010
mendapatkan kasus angka kelahiran sebanyak
5 kali dan hanya satu angka kematian yang
bukan disebabkan karena perburuan melainkan
karena penyakit yang disebabkan cacing.
Kesimpulannya adalah populasi orangutan di
SM Sungai Lamandau meningkat, kegiatan
untuk membunuh orangutan kecil kasusnya,
daya dukung suksesi kawasan hutan SM
Sungai Lamandau yang menyediakan sumber
pakan bagi orangutan dan khalayak sebagian besar tahu bahwa orangutan tidak boleh
dibunuh.
Capaian konservasi kawasan terhadap peningkatan keanekaragaman hayati, terlihat
pada kembali munculnya kawanan burung migran. Sejak 2007-2009 warga tidak lagi
melihat kehadiran burung-burung ini di lokasi danau burung yang dulu menurut warga
secara rutin tiap tahun mengunjungi wilayah danau burung. Mungkin karena kondisi SM
Sungai Lamandau yang ekosistemnya banyak terganggu dan banyaknya pengambilan
telur dan anakan burung, membuat naluri kebinatangan satwa ini untuk sementara
waktu tidak mengunjungi daerah tersebut. Namun sejak kondisi alam di sekitar danau
burung dan SM Sungai Lamandau secara umum terbilang aman (tindak kejahatan
kehutanan dan perburuan menurun), kelompok burung air ini kembali hadir pada bulan
Mei-Juli 2010. Jenis yang tercatat ada 6 jenis (diantaranya jenis kuntul, kowak, pecuk)
dengan jumlah ratusan ekor. Selama rentang waktu tersebut, burung-burung ini
berkembang biak.
Gambar 37. Burung-burung migrat yang hadir kembali berkembang biak di kawasan danau burung SM Sungai Lamandau Mei-Juli 2010
Gambar 36. Orangutan hasil pelepasliaran kembali yang ada di Camp Gemini SM Sungai Lamandau