Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda ini disebakan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyusuan diri dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan mempunyai masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) Sebagian besar pemuda mengalami pendidikan yang lebih daripada orang tuanya. Orang tua sebagai peer group yang memberikan bimbingan, pengarahan, karena merupakan norma-norma masyarakat, sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya. Banyak sekali masalah yang tidak terpecahkan karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami dan diuangkapkannya. Dewasa ini umum dikemukakan bahwa secara biologis dan politis serta fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Contohnya seperti pemuda-pemuda yang sudah menikah, mempunyai keluarga, menikmati hak politiknya sebagai warga Negara tapi dalam segi ekonominya masih tergantung kepada orang tuanya. B. Rumusan Masalah Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang: 1. Bagaimana Pengertian tentang pemuda. 2. Bagaimana pengertian sosialiasi 3. Bagaimana pengertian Internalisasi belajar dan sosialisasi 4. Bagaimana gambaran pemuda dan identitasnya

Transcript of Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

Page 1: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap

generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda

ini disebakan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyusuan diri

dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan mempunyai

masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu terjadi secara lambat

dan teratur (evolusi)

Sebagian besar pemuda mengalami pendidikan yang lebih daripada orang tuanya.

Orang tua sebagai peer group yang memberikan bimbingan, pengarahan, karena

merupakan norma-norma masyarakat, sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya.

Banyak sekali masalah yang tidak terpecahkan karena kejadian yang menimpa mereka

belum pernah dialami dan diuangkapkannya.

Dewasa ini umum dikemukakan bahwa secara biologis dan politis serta fisik

seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang

dewasa. Contohnya seperti pemuda-pemuda yang sudah menikah, mempunyai keluarga,

menikmati hak politiknya sebagai warga Negara tapi dalam segi ekonominya masih

tergantung kepada orang tuanya.

B. Rumusan Masalah

Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:

1. Bagaimana Pengertian tentang pemuda.

2. Bagaimana pengertian sosialiasi

3. Bagaimana pengertian Internalisasi belajar dan sosialisasi

4. Bagaimana gambaran pemuda dan identitasnya

Page 2: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana

pengertian dari pemuda, bagaimana pengertian dari sosialisasi dan Internalisasi pemuda.

Dan bagaimana gambaran pemuda dengan identitas dirinya.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan

metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah

ini

Page 3: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMUDA DAN MASYARAKAT

1. Pengertian Pemuda

Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan

pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan

mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini

sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan.

Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan

dan pengembangan generasi muda.

Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula

dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut

dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan

terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.

jadi jelaslah sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan

pendidikannya serta dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu wilayah,

maka proses sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat rumit. Sehubungan

dengan perkembangan individu pemuda itu sendiri dan dalam rangka melepaskan diri

dari ketergantungan pada orang tua, maka pengalaman-pengalaman yang dialainya itu

kadang membingungkan dirinya sendiri.

2. Pemuda Indonesia

Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia

ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda

diperinci dan tersurat dengan pasti.

Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut :

Page 4: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

- Masa bayi : 0 – 1 tahun

- Masa anak : 1 – 12 tahun

- Masa Puber : 12 – 15 tahun

- Masa Pemuda : 15 – 21 tahun

- Masa dewasa : 21 tahun keatas

Dilihat dari segi budaya atau fungsionalya maka dikenal istilah anak, remaja dan

dewasa, dengan perincian sebagia berikut :

- Golongan anak : 0 – 12 tahun

- Golongan remaja : 13 – 18 tahun

- Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas

Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas

dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yagn telah

diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta

Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 –

30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu. Pengertian pemuda

berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3

katagori yaitu :

1. siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah

2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi

3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang

berusia 15 – 30 tahun keatas.

Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran

itu dibedakan menjadi dua yaitu

1. Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan

lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan

jalan menaati tradisi yang berlaku

Page 5: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran

pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda

“pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah

sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan kebudayaan.

Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan

perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha

memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan

menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga,

pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan

kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.

Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial.

Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan

pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-

sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup

yagn dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak melakukan kebebasan

sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap

masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

B. Sosialisasi Pemuda

Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-

kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan.

Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di

tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum

tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui

proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang

membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan

bagaimana cara berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan

hubungannya degnan sistem sosial.

Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial

yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-

norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam

kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi

Page 6: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk

sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang

lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau

“saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah

memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.

Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida

disayangi, baik budi dandapt dipercaya

2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang

bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar

memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna

dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial

Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10

tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau

informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda

Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar

individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapatdalam kebudayaan

masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan

mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan

lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru

yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat

C. Internalisasi, Belajar dan Spesialisasi

Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki

pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial.

Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan

norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai

institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota

masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur

pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan

pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).

Page 7: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki

sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi

tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan.

Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh

seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.

D. Proses Sosialisasi.

Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-

kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan.

Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di

tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum

tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui

proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang

membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan

bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam

kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota

masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.

Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial

yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-

norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam

kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi

melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk

sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang

lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau

“saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan

cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.

2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan

mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh

penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan

ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.

Page 8: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu

untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan

masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan

mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan

lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru

yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.

E. Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat.

Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain

solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun

solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan

kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat

penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja.

Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril

maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.

Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan

warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan

pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda

pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan

anak-anak.

F. Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua

pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan

sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu. Serta dapat

mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.

Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :

Landasan idiil : Pancasila

Landasan konstitusional : UUD 1945

Landasan Strategis : Garis-garis besar haluan negara

Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan

Landasan normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat

Page 9: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

BAB III

KESIMPULAN

Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan

bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama. Selain itu

pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar

social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu

dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa

lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai

ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini

akan maju aman dan sentosa.

1. Jika dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya, setiap

generasi memiliki cirri-ciri khas corak atau watak pergerakan / perjuangan.

Sehubungan dengan itu, sejak kebangkitan Nasional, di Indonesia pernah tumbuh

dan berkembang tiga generasi yaitu generasi 20-an generasi 45 dan generasi 66,

dengan masing-masing ciri khasnya.

2. Demi kesinambungan generasi dan kepemimpinan bangsa Indonesia telah memiliki

KNPI dan AMPI sebagai wadah forum komunikasi dan tempat penggembleng.

Menempa dan mencetak kader-kader dan pimpinan bangsa yang tangguh dan

merakyat.

3. Generasi muda Indonesia mulai turut dalam peraturan aksi-aksi Tritura,

Supersemar.

Bidang pendidikan yang dapat menopang pembangunan dengan melahirkan tenaga-

tenaga terampil dalam bidangnya masing-masing dapat digolongkan dalam tiga bidang yaitu

pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.

Page 10: Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi

DAFTAR PUSTAKA

Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar Oleh: Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk Penerbit

Gunadarma.

http://jamalfirdaus.blogspot.com/2010/11/pemuda-dan-sosialisasi.html

http://widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6385/ISD-OL.doc