BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC...

39
47 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Graha Layar Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan produk. Konsep utama dari PT. Graha Layar Prima adalah one entertainment center. Blitzmegaplex merupakan salah satu bentuk usaha yang dikelola oleh PT. Graha Layar Prima. Gambar 4.1 Logo Blitzmegaplex Blitzmegaplex berdiri berdasarkan pengalaman pribadi dari CEO Blitzmegaplex, David Hilman, dimana David Hilman merasa kecewa setiap kali menonton film. Pencarian parkir yang sulit dan antiran yang panjang dalam bioskop untuk memperoleh tiket menonton menjadi inspirasi bagi David Hilman untuk mendirikan suatu jaringan bioskop dengan konsep baru. Alasan lainnya adalah minimnya variasi film dan waktu tayang yang tersedia di bioskop. Ananda Siregar selaku Direktur Utama dari Blitzmegaplex melihat adanya peluang besar dalam bisnis hiburan ini, dikarenakan masih terbatasnya pilihan hiburan yang tersedia di luar rumah dan meningkatnya animo dari generasi muda yang mencari hiburan di luar rumah mereka. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang memiliki jumlah penduduk hanya kisaran tiga juta penduduk, namun memiliki empat

Transcript of BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC...

Page 1: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

47

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Graha Layar Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang jasa dan produk. Konsep utama dari PT. Graha Layar Prima

adalah one entertainment center. Blitzmegaplex merupakan salah satu bentuk

usaha yang dikelola oleh PT. Graha Layar Prima.

Gambar 4.1 Logo Blitzmegaplex

Blitzmegaplex berdiri berdasarkan pengalaman pribadi dari CEO

Blitzmegaplex, David Hilman, dimana David Hilman merasa kecewa setiap

kali menonton film. Pencarian parkir yang sulit dan antiran yang panjang

dalam bioskop untuk memperoleh tiket menonton menjadi inspirasi bagi David

Hilman untuk mendirikan suatu jaringan bioskop dengan konsep baru. Alasan

lainnya adalah minimnya variasi film dan waktu tayang yang tersedia di

bioskop.

Ananda Siregar selaku Direktur Utama dari Blitzmegaplex melihat

adanya peluang besar dalam bisnis hiburan ini, dikarenakan masih terbatasnya

pilihan hiburan yang tersedia di luar rumah dan meningkatnya animo dari

generasi muda yang mencari hiburan di luar rumah mereka.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang memiliki

jumlah penduduk hanya kisaran tiga juta penduduk, namun memiliki empat

Page 2: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

48

pengelola bioskop dan Kuala Lumpur yang memiliki jumlah penduduk sekitar

dua sampai dengan tiga juta penduduk, namun sudah memiliki lima pengelola

bioskop. Jumlah penduduk Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar

dua ratus juta penduduk merupakan pasar potensial bagi Blitzmegaplex.

Sebelum Blitzmegaplex didirikan, David Hilman mengadakan riset sejak

tahun 2002 untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pesaing yang sudah

lama mendominasi pasar. David Hilman banyak membaca buku referensi untuk

memperoleh penjelasan yang mendetail mengenai bioskop, mengadakan focus

group discussion bagi komunitas di setiap daerah yang akan dibangun

Blitzmegaplex, mengunjungi beberapa bioskop di luar negeri. Bahkan Ananda

Siregar sempat mengadakan survey selama 2 tahun mengenai kebiasaan dan

pola menonton masyarakat di Jakarta terutama di mall – mall kelas atas.

Ananda juga melakukan kerja praktek di Golden Screen Malaysia selama 6

bulan dan mempelajari banyak hal mengenai operasional bioskop, mulai dari

memasang film, memutar proyektor hingga cara mengolah popcorn untuk

pelanggan.

Pada 26 Oktober 2006, Blitzmegaplex resmi di buka untuk pertama

kalinya di Paris Van Java, Bandung. Gerai kedua Blitzmegaplex terletak di

Grand Indonesia, Jakarta pada tanggal 21 Maret 2007. Selanjutnya

Blitzmegaplex membuka beberapa gerai secara berturut – turut di Pasific Place

pada tanggal 16 Januari 2008, Mall of Indonesia pada tanggal 7 November

2008, Mall Teras Kota, BSD pada tanggal 17 Juli 2009, Central Park pada

tanggal 22 April 2010, Bekasi Cyber Park pada tanggal 3 Juni 2011, The Plaza

Balikpapan pada tanggal 26 Oktober 2012, dan gerai terakhir terdapat di Kepri

Mall, Batam yang didirikan pada tanggal 29 Desember 2012.

Page 3: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

49

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

4.1.2.1 Visi

“ To be the ultimate choice for the most unforgettable entertainment

experiences”

The main focus of the above visions are :

- The ultimate choice : as the most preferred choice for entertainment

experiences chosen by the target market.

- The most unforgettable entertainment experiences : through a combination

of extraordinary product and services.

Artinya :

Visi

“ Menjadi pilihan utama pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan.”

- Pilihan Utama : Sebagai pengalaman hiburan terpilih yang paling tak

terlupakan oleh target pasar.

- Pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan : Melalui kombinasi

produk dan jasa yang luar biasa.

4.1.2.2 Misi

- To provide the most innovative, fun and enjoyable entertainment

experiences to all our customers.

- To create growth opportunities to all our stakeholders, employees,

suppliers and community in a “green” way

Page 4: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

50

Artinya :

Misi

- Untuk menyediakan pengalaman hiburan yang paling menyenangkan, seru

dan inovatif untuk seluruh konsumen.

- Untuk menciptakan peluang pertumbuhan bagi para stakeholder,

karyawan, distributor dan masyarakat dengan cara yang “sehat”.

4.1.3 Struktur Perusahaan

Tabel 4.1 Struktur Perusahaan

Sumber : Blitzmegaplex

COO

General Manager

Regional Manager

Cinema Manager

Ass. Cinema Manager Departement

Unit

Section Administration

Administration

Store & Stock Management

Performance Monitoring

Commercial

Merchandising

Concession

Box Office

Support

Movie Club

Concierge

CRO

Service

Usher

Cleaning Service

Security

Maintenance

Projectionist

IT

Page 5: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

51

4.1.4 Job Description (Deskripsi Pekerjaan)

4.1.4.1 Cinema Manager

a. Melakukan analisa terhadap pesaing di area Jakarta, Bandung dan

Tangerang.

b. Mempelajari kegiatan operasional bioskop.

c. Memberikan masukkan kepada departemen – departemen terkait

sehubungan dengan kinerja bioskop.

d. Membuat work flow kegiatan operasional.

e. Membuat deskripsi tugas dan tanggung jawab masing – masing

departemen.

f. Membuat modul pelatihan.

g. Melakukan penerimaan karyawan operasional (bekerja sama dengan

Human Resource).

h. Melakukan pelatihan bagi karyawan baru

4.1.4.2 Box Office (Ticketing)

a. Memberikan pelayanan penjualan tiket film

b. Memberikan informasi tentang film yang diputar dalam Blitzmegaplex

kepada pelanggan.

c. Mengetahui setiap promo yang berlangsung di Blitzmegaplex.

d. Mendata penjualan tiket di Blitzmegaplex perharinya.

4.1.4.3 Concession (Counter Snack)

a. Memberikan pelayanan dalam penjualan snack dalam Blitzmegaplex.

b. Mendata jumlah penjualan snack perharinya

Page 6: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

52

4.1.4.4 Merchandising

a. Melayani penjualan merchandising di Blitzshoppe kepada konsumen.

b. Melakukan pendataan jumlah penjualan merchandising perbulannya.

c. Memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan fungsi dari merchant

yang dijual.

4.1.5 Bidang Usaha Blitzmegaplex

Blitzmegaplex merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa

dan produk. Blitzmegaplex menawarkan berbagai macam hiburan dengan

konsep one entertainment center.

Blitzmegaplex menyediakan berbagai macam film baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Seperti Film Indonesia, Hollywood, Hongkong, Eropa.

Blitzmegaplex juga menayangkan beberapa film yang hampir tidak pernah

ditayangkan oleh kompetitornya, seperti film Hindi (Bollywood), Thailand dan

Korea.

Sebagai perusahaan bioskop, pendapatan utama Blitzmegaplex berasal

dari penjualan tiket film yang harganya berbeda – beda untuk setiap daerah di

mana Blitzmegaplex tersebut berada. Hal ini merupakan upaya penyesuaian

terhadap daya beli masyarakat di daerah sekitar Blitzmegaplex. Blitzmegaplex

dalam auditoriumnya menerapkan standar harga tiket yang berbeda

berdasarkan tipe – tipe auditorium yang terdiri dari :

Page 7: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

53

4.1.5.1 Regular Class

Regular Class merupakan auditorium Blitzmegaplex yang paling

standar. Regular Class ini tersedia di semua gerai Blitzmegaplex. Jumlah

tempat duduk maksimum dalam regular class adalah 200 buah dalam satu

auditorium.

Gambar 4.2 Regular Class Blitzmegaplex

Sumber : www.blitzmegaplex.com

4.1.5.2 Satin Class

Satin Class merupakan auditorium yang berada satu level lebih tinggi

dari regular class. Satin class saat ini hanya tersedia di Blitzmegaplex Grand

Indonesia dan The Plaza, Balikpapan. Kapasitas masing – masing satin class

ini adalah 52 kursi.

Gambar 4.3 Satin Class Blitzmegaplex

Sumber : www.blitzmegaplex.com

Page 8: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

54

4.1.5.3 Velvet Class

Velvet Class Blitzmegaplex menawarkan kenyamanan dalam menonton

film dengan sofa bed. Para penonton bisa menyaksikan film dengan

kenyamanan ekstra sambil tiduran yang dilengkapi dengan bantal empuk dan

selimut yang hangat. Blitzmegaplex juga menyediakan sandal tidur yang

dapat digunakan jika penonton ingin pergi ke kamar kecil. Jika memerlukan

bantuan, penonton dapat memanggil petugas hanya dengan menekan tombol

yang terdapat di setiap sofa bed. Saat ini velvet class hanya tersedia di Pasific

Place, Mall of Indonesia dan Central Park.

Gambar 4.4 Velvet Class Blitzmegaplex

Sumber : www.blitzmegaplex.com

4.1.5.4 Velvet Suite

Velvet Suite adalah suatu fitur baru yang hanya tersedia di

Blitzmegaplex Central Park. Perbedaan antara velvet class dan velvet suite

adalah velvet class hanya dapat dinikmati oleh dua penonton saja, namun

velvet suite memberikan fasilitas tambahan yakni sofa yang nyaman agar

penonton dapat mengajak dua orang anggota keluarganya dengan

kenyamanan yang tetap ekslusif.

Page 9: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

55

Gambar 4.5 Velvet Suite Blitzmegaplex

Sumber : www.blitzmegaplex.com

4.1.5.5 Dining Cinema

Blitzmegaplex membuka dining cinema pada tanggal 5 November 2008

di Mall of Indonesia. Konsep dining cinema memadukan antara kenikmatan

menonton film seru dan kenikmatan sajian istimewa dalam auditorium khusus

yang nyaman dan elegan berkapasitas terbatas. Suasana auditorium dining

cinema ini mirip seperti velvet class, hanya saja kursinya bukan sofa bed

melainkan sofa biasa yang dilengkapi dengan meja makan. Kapasitasnya

terdiri dari 32 reclining seats di Mall Of Indonesia.

Gambar 4.6 Dining Cinema Blitzmegaplex

Sumber : www.blitzmegaplex.com

4.1.5.6 3D Cinema

Sebagai upaya mengikuti perkembangan teknologi audio video di

dunia, Blitzmegaplex memanjakan penonton dengan pemutaran film – film

Page 10: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

56

3D yang didukung teknologi RealD. Blitzmegaplex pertama kali

menghadirkan 3D Cinema ini di Grand Indonesia pada April 2009.

Blitzmegaplex menyediakan auditorium khusus untuk memutar film – film

3D untuk memaksimalkan kemampuan teknologi RealD yang digunakan.

Untuk menonton film 3D ini, penonton akan dipinjami sebuah kacamata

khusus sehingga gambar yang ditampilkan dapat terlihat lebih berdimensi.

Auditorium khusus dengan silver screen yang digunakan untuk mendukung

teknologi RealD dapat juga digunakan untuk menampilkan film – film non

3D sehingga gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik, hal ini

menyebabkan Blitzmegaplex tak jarang juga memutar film – film biasa (non

3D) pada auditorium yang biasa digunakan untuk memutar film 3D. Harga

tiket untuk film 3D ini bervariasi untuk tiap bioskop Blitzmegaplex dan dapat

dilihat pada daftar harga di sub – bab selanjutnya.

4.1.6 Jumlah Layar dan jumlah maksimal penonton di masing – masing

auditorium Blitzmegaplex Central Park

Tabel 4.2 Jumlah Layar dan Jumlah Maksimal penonton di masing – masing

Auditorium Blitzmegaplex Central Park

Nama Bioskop

Regular Class

Satin Class

Velvet Class

Velvet Suite

Dining Cinema

3D Cinema Total

L P L P L P L P L P L P Central

Park 10 1.819 - - 2 84 1 20 - - - - 1.923

Sumber : Hasil Observasi (2013)

Keterangan :

L = Jumlah Layar

P = Jumlah Maksimal Penonton dalam masing – masing auditorium

Page 11: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

57

4.1.7 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park

Tabel 4.3 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park

Lokasi Kelas Hari

Senin – Kamis Jumat Sabtu – Minggu (Public Holiday)

Central Park

Regular Rp. 35.000,- Rp. 40.000,- Rp. 55.000,- 3D Cinema Rp. 40.000,- Rp. 45.000,- Rp. 60.000,- Velvet Class Rp. 140.000,- Rp. 160.000,- Rp. 200.000,- Velvet Suite Rp. 200.000,- Rp. 225.000,- Rp. 250.000,- Hindi Movie Rp. 45.000,- Rp. 50.000,- Rp. 65.000,- Local Movie Rp. 30.000,- Rp. 35.000,- Rp. 50.000,-

Sumber : Hasil Observasi (2013)

4.2 Profil Konsumen

Populasi dari penelitian ini adalah jumlah maksimal dari penonton

Blitzmegaplex Central Park dalam satu bulan. Hal ini di lihat berdasarkan

jumlah kapasitas kursi penonton yang tersedia di Blitzmegaplex Central Park.

Dari jumlah populasi tersebut, diambil beberapa sampel yang mewakili

keseluruhan populasi dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh hasil

sebanyak 100 responden dari penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan

Mei 2013.

Setelah melakukan survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan Mei 2013, didapatkan data

konsumen sebagai berikut :

4.2.1 Jenis Kelamin

Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, terdapat

57 responden Laki – laki (57%) dan 43 responden perempuan (43%), dimana

hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.7 berikut :

Page 12: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

58

Gambar 4.7 Jenis Kelamin Responden

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi : Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki – Laki 57 57% Perempuan 43 43%

Total 100 100% Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

4.2.2 Usia

Dari 100 orang responden, terdapat 15 responden yang berusia di bawah

17 tahun (15%), 22 responden yang berusia diantara 18 – 27 tahun (22%), 35

responden yang berusia diantara 28 – 37 tahun (35%), 20 responden yang

berusia 38 – 47 tahun (20%), dan 8 responden yang berusia diatas 47 tahun

(8%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.8 berikut :

Gambar 4.8 Usia Responden

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Page 13: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

59

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi : Usia Responden Usia Frekuensi Presentase

< 17 Tahun 15 15% 18 – 27 Tahun 22 22% 28 – 37 Tahun 35 35% 38 – 47 Tahun 20 20%

> 47 Tahun 8 8% Total 100 100%

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

4.2.3 Profesi

Dari 100 orang responden, terdapat 29 responden yang berprofesi sebagai

pelajar / mahasiswa (29%), 39 responden yang berprofesi sebagai karyawan

(39%), 21 responden yang berprofesi sebagai wirausaha (21%), dan 11

responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (11%), dimana hal

tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.9 berikut :

Gambar 4.9 Profesi Responden

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi : Profesi Responden

Profesi Frekuensi Presentase Pelajar / Mahasiswa 29 29%

Karyawan 39 39% Wirausaha 21 21%

Ibu Rumah Tangga 11 11% Total 100 100%

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Page 14: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

60

4.2.4 Pendapatan rata – rata per bulan

Dari 100 orang responden, terdapat 22 responden yang memiliki

pendapatan perbulan dibawah Rp. 1.000.000,- (22%), 57 responden yang

memiliki pendapatan diantara Rp. 1.000.001,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-

(57%), dan terdapat 21 responden yang memiliki pendapatan diatas Rp.

5.000.000,- (21%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.10:

Gambar 4.10 Pendapatan per Bulan Responden

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi : Pendapatan rata – rata perbulan Pendapatan / bulan Frekuensi Persentase

< Rp. 1.000.000,- 22 22% Rp. 1.000.001,- - Rp. 5.000.000,- 57 57%

> Rp. 5.000.000,- 21 21% Total 100 100%

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

4.2.5 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan

Gambar 4.11 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan

Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

Page 15: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

61

Dari 100 orang responden, terdapat 40 responden yang menonton di

Blitzmegaplex sebanyak 1 – 2 kali per bulan (40%), 43 responden yang

menonton di Blitzmegaplex sebanyak 3 – 4 kali per bulannya (43%), dan 17

responden yang menonton di Blitmegaplex lebih dari 4 kali perbulannya (17%)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi : Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan

Intensitas Menonton / bulan Frekuensi Presentase 1 – 2 kali 40 40% 3 – 4 kali 43 43% > 4 kali 17 17% Total 100 100% Sumber : Hasil Kuesioner (2013)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pernyataan yang terdapat

dalam kuesioner tersebut mampu menjelaskan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut.

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai dari r–hitung

dengan r–tabel dimana degree of freedom (df) = n – 2. Arti dari nilai n adalah

jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebanyak 100

responden. Maka, dalam penelitian ini nilai degree of freedom (df) = 100 – 2 =

98 dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel = 1,66. Dari t tabel

tersebut digunakan untuk memperoleh hasil r tabel dengan rumus :

21+=−

df

ttabelr

198

66,1

+=− tabelr

Page 16: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

62

99

66,1=− tabelr

1668362773,0=− tabelr

17,0=− tabelr

Suatu variabel dapat dinyatakan valid jika memiliki r hitung lebih besar

dari pada r tabel. (Sarjono, 2011:45)

• Jika r hitung > 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan valid

• Jika r hitung < 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid

4.3.1.1 Uji Validitas Perceived Quality (X1)

Variabel Perceived Quality diukur melalui butir pernyataan 1, 2, 3, 4

dan 5 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan

menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9 Uji Validitas Perceived Quality (X1)

No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 1 0,556 0,17 Valid 2 0,364 0,17 Valid

3 0,385 0,17 Valid

4 0,260 0,17 Valid

5 0,633 0,17 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel perceived quality valid. Hal ini

dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total

Correlation) > 0,17 sehingga variabel perceived quality dapat dianalisa pada

tahap selanjutnya.

Page 17: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

63

4.3.1.2 Uji Validitas Brand Loyalty (X2)

Variabel Brand Loyalty diukur melalui butir pernyataan 6, 7, 8, 9 dan

10 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan

menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Uji Validitas Brand Loyalty (X2)

No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 6 0,405 0,17 Valid 7 0,346 0,17 Valid

8 0,367 0,17 Valid

9 0,399 0,17 Valid

10 0,538 0,17 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty valid. Hal ini dikarenakan

semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total Correlation) > 0,17

sehingga variabel brand loyalty dapat dianalisa pada tahap selanjutnya.

4.3.1.3 Uji Validitas Purchased Decision (Y)

Variabel Purchased Decision diukur melalui butir pernyataan 11, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 dalam kuesioner yang di bagikan kepada

responden. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai

berikut

Page 18: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

64

Tabel 4.11 Uji Validitas Purchased Decision (Y)

No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan 11 0,729 0,17 Valid 12 0,619 0,17 Valid

13 0,616 0,17 Valid

14 0,538 0,17 Valid

15 0,682 0,17 Valid

16 0,534 0,17 Valid 17 0,467 0,17 Valid

18 0,371 0,17 Valid

19 0,583 0,17 Valid

20 0,627 0,17 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel purchased decision valid. Hal ini

dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total

Correlation) > 0,17 sehingga variabel purchased decision dapat dianalisa

pada tahap selanjutnya.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Suatu variabel akan dinyakatan reliable jika memiliki nilai Cronbach

Alpha’s > 0,600. (Kuncoro dan Riduwan, 2008:220–221)

Tabel 4.12 Cronbach’s Alpha

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan Perceived Quality (X1) 0,679 Reliable

Brand Loyalty (X2) 0,652 Reliable Purchased Decision (Y) 0,857 Reliable

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa :

1. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Perceived Quality (X1) adalah

sebesar 0,679, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha

Page 19: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

65

(0,679) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan

yang digunakan untuk mengukur variabel perceived quality bersifat reliable.

2. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Brand Loyalty (X2) adalah sebesar

0,652, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,652) >

0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty bersifat reliable.

3. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Purchased Decision (Y) adalah

sebesar 0,857, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha

(0,857) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan

yang digunakan untuk mengukur variabel purchased decision bersifat

reliable.

4.3.3 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada seluruh jawaban

kuesioner, baik pernyataan untuk variabel X1, variabel X2 maupun Variabel Y

dengan melihat titik sebaran data pada gambar grafik Q-Q plot pada setiap

variabel. Data dari setiap variabel dapat dinyatakan berdistribusi secara normal,

jika sebaran data berada pada garis lurus sebaran titik plot.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : (Santoso, 2010:92)

1. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) > 0,05, maka data dapat

dikatakan berdistribusi normal.

2. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) < 0,05, maka data dapat

dikatakan tidak berdistribusi normal.

Page 20: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

66

Angka Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) dapat dilihat melalui test

of normality atau plot dengan menggunakan SPSS 17.0.

4.3.3.1 Uji Normalitas Perceived Quality (X1)

Tabel 4.13 Uji Normalitas Perceived Quality (X1)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perceved Quality .086 100 .064 .980 100 .132

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Gambar 4.12 Grafik Normal Q-Q Plot Perceived Quality (X1)

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-

Smirnov Sig. = 0,064. Dimana 0,064 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

data dari perceived quality berdistribusi secara normal.

Page 21: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

67

4.3.3.2 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2)

Tabel 4.14 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Brand Loyalty .084 100 .078 .981 100 .154

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Gambar 4.13 Grafik Normal Q-Q Plot Brand Loyalty (X2)

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-

Smirnov Sig. = 0,078. Dimana 0,078 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

data dari brand loyalty berdistribusi secara normal.

Page 22: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

68

4.3.3.3 Uji Normalitas Purchased Decision (Y)

Tabel 4.15 Uji Normalitas Purchased Decision (Y)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Purchased Decision .072 100 .200* .987 100 .466

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Gambar 4.14 Grafik Normal Q-Q Plot Purchased Decision (Y)

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa pada uji Kolmogorov-

Smirnov Sig. = 0,200. Dimana 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

data dari purchased decision berdistribusi secara normal.

Page 23: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

69

4.3.4 Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara variabel perceived quality (X1)

dengan purchased decision (Y), dan variabel brand loyalty (X2) dengan

purchased decision (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.16

Tabel 4.16 Uji Korelasi

Correlations

Perceived

Quality Brand Loyalty

Purchased

Decision

Perceived Quality Pearson Correlation 1 .940** .969**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

Brand Loyalty Pearson Correlation .940** 1 .930**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

Purchased Decision Pearson Correlation .969** .930** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Tabel 4.17 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Tingkat Hubungan 0,80 - 1,000 Sangat Kuat 0,60 - 0,799 Kuat 0,40 - 0,599 Cukup Kuat 0,20 - 0,399 Rendah 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

Sumber : Kuncoro & Riduwan (2007, 233)

Page 24: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

70

4.3.4.1 Uji Korelasi antara variabel Perceived Quality (X1) dan Purchased

Decision (Y)

Hipotesis :

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan

Purchased Decision.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan

Purchased Decision.

Dasar pengambilan keputusan :

Sig > 0,05 = Ho diterima

Sig < 0,05 = Ho ditolak

Keputusan :

Sig = 0,00

Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality (X1) dan

Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Perceived

Quality (X1) dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,969, dimana

hubungan tersebut bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan

searah karena tandanya positif.

Page 25: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

71

4.3.4.2 Uji Korelasi antara variabel Brand Loyalty (X2) dan Purchased Decision

(Y)

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan

Purchased Decision.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan Purchased

Decision.

Dasar pengambilan keputusan :

Sig > 0,05 = Ho diterima

Sig < 0,05 = Ho ditolak

Keputusan

Sig = 0,00

Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty (X2) dan

Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Brand Loyalty (X2)

dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,930, dimana hubungan tersebut

bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan searah karena

tandanya positif.

Tabel 4.18 Hasil Analisis Korelasi Variabel X1, X2 dan Y

Hubungan antara Korelasi Sifat Hubungan X1 dan Y 0,969 Sangat Kuat, Searah dan Signifikan X2 dan Y 0,930 Sangat Kuat, Searah dan Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Page 26: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

72

4.3.5 Analisis Regresi Berganda

Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh dari variabel perceived quality (X1) dan brand loyalty (X2) terhadap

purchased decision (Y) pada Blitzmegaplex. Setelah data – data kuesioner

yang telah dibagikan diolah dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.19 Variables Entered dan Model Summary

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel

yang dikeluarkan (removed), atau dengan kata lain kedua variabel bebas dapat

dimasukan dalam perhitungan regresi.

4.3.5.1 Uji F

Tabel 4.20 Anova

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Page 27: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

73

Hasil Uji F Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh nilai FHitung sebesar

780,187 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai FTabel dapat dicari

pada tabel F dengan df1 = 2 dan df2 = 97. Maka di peroleh FTabel sebesar 3,09.

Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

- Jika Fhitung > Ftabel = Ho ditolak dan Ha diterima

- Jika Fhitung < Ftabel = Ho diterima dan Ha ditolak

Tabel 4.21 Tabel FTabel

Dengan Ftabel sebesar 3,09 dapat di simpulkan bahwa Fhitung > Ftabel,

dimana 780,187 > 3,09 dan nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil

daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 di terima dan Ho3 di tolak

Page 28: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

74

yang berarti variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty secara simultan

memiliki pengaruh terhadap Purchased Decision.

4.3.5.2 Uji Determinasi

Tabel 4.22 Model Summary

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Angka R square adalah 0,941. Hal ini berarti 94,1% purchased decision

Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel perceived quality dan brand

loyalty. Sedangkan sisanya (100% - 94,1% = 5,9%) dapat dijelaskan oleh

faktor internal dan eksternal lainnya diluar penelitian ini .

4.3.5.3 Uji t

Untuk menguji pengaruh Perceived Quality dan Brand Loyalty secara

parsial terhadap Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park

Periode Mei 2013 digunakan uji statistik t (Uji t).

Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

- Jika thitung > ttabel = Ho ditolak dan Ha diterima

- Jika thitung < ttabel = Ho diterima dan Ha ditolak

Page 29: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

75

Tabel 4.23 Tabel Coefficients

Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

Berikut adalah hasil analisis bagian coefficients Regresi Berganda :

1. Diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2

Dimana :

Y = Purchased Decision (Keputusan Pembelian) Blitzmegaplex

X1 = Perceived Quality (Kesan Kualitas)

X2 = Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Pada persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar

0,105 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel X1

(Perceived Quality) dan variabel X2 (Brand Loyalty), maka nilai variabel Y

(Purchased Decision) adalah 0,105.

Koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836,

menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1

nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan

Page 30: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

76

pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision)

akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836.

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2

Y = 0,105 + 0,836 (1) + 0,170 (0)

Y = 0,105 + 0,836 + 0

Y = 0,941

Koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170,

menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1

nilai pada variabel X2 (Brand Loyalty)dan tidak terdapat penambahan pada

variabel X1 (Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision)

akan mengalami kenaikan sejumlah 0,170.

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2

Y = 0,105 + 0,836 (0) + 0,170 (1)

Y = 0,105 + 0 + 0,170

Y = 0,275

Dari tabel 4.23 dapat diperoleh thitung dari setiap variabel independen

(bebas) dalam penelitian ini. Nilai thitung dari masing – masing variabel bebas

akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat

kepercayaan 95% atau 0,05, maka di peroleh ttabel sebesar 1,66.

Page 31: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

77

Tabel 4.24 Tabel ttabel

1. Pengaruh variabel X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y

(Purchased Decision)

Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh variabel

X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased

Decision) memiliki nilai thitung sebesar 11,326. Dengan demikian, thitung dari

variabel X1 (Perceived Quality) lebih besar dari pada ttabel (11,326 > 1,66).

Maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 dtolak dan Ha1 diterima. Hal ini berarti

variabel Perceived Quality memiliki pengaruh secara parsial terhadap

variabel Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei

2013.

Page 32: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

78

2. Pengaruh variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y

(Purchased Decision)

Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh

variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased

Decision) memiliki nilai thitung sebesar 2,269. Dengan demikian, thitung dari

variabel X2 (Brand Loyalty) lebih besar dari pada ttabel (2,269 > 1,66). Maka

dapat disimpulkan bahwa Ho2 dtolak dan Ha2 diterima. Hal ini berarti

variabel Brand Loyalty memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel

Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei 2013.

4.3.6 Analisis Jawaban Responden

Analisis jawaban responden dilakukan untuk melihat dan mengetahui

rata – rata atas tanggapan responden pada masing – masing pernyataan yang

terdapat dalam kuesioner.

4.3.6.1 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Perceived Quality

Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan

yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived Quality (X1). Berikut

adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner

pada masing – masing pernyataan dalam variabel Perceived Quality :

Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5

= ( 5 – 1) 5

= 0,8

Page 33: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

79

Tabel 4.25 Analisis Jawaban pada variabel Perceived Quality

Pernyataan Interval Mean Predikat P1 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Cukup Setuju

Setuju Sangat Setuju

1,00 – 1,8 3,5 Setuju P2 1,9 – 2,6 3,51 Setuju P3 2,7 – 3,4 3,33 Cukup Setuju P4 3,5 – 4,2 3,55 Setuju P5 4,3 – 5,0 3,51 Setuju

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013

Gambar 4.15 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

4.3.6.2 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Brand Loyalty

Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan

yang digunakan untuk mengukur variabel Brand Loyalty (X2). Berikut adalah

hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner pada

masing – masing pernyataan dalam variabel Brand Loyalty:

Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5

= ( 5 – 1) 5

= 0,8

Page 34: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

80

Tabel 4.26 Analisis Jawaban pada variabel Brand Loyalty

Pernyataan Interval Mean Predikat P6 Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Cukup Setuju

Setuju Sangat Setuju

1,00 – 1,8 3,52 Setuju P7 1,9 – 2,6 3,62 Setuju P8 2,7 – 3,4 3,50 Setuju P9 3,5 – 4,2 3,31 Cukup Setuju P10 4,3 – 5,0 3,42 Cukup Setuju

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Gambar 4.16 Tanggapan responden pada variabel Brand Loyalty

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

4.3.6.3 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Purchased Decision

Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan

yang digunakan untuk mengukur variabel Purchased Decision (Y). Berikut

adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner

pada masing – masing pernyataan dalam variabel Purchased Decision :

Interval = nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5

= ( 5 – 1) 5

= 0,8

Page 35: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

81

Tabel 4.27 Analisis Jawaban pada variabel Purchased Decision Pernyataan Interval Mean Predikat

P11 Sangat Tidak Setuju 1,00 – 1,8

3,64 Setuju P12 3,41 Cukup Setuju P13

Tidak Setuju 1,9 – 2,6 3,64 Setuju

P14 3,61 Setuju P15

Cukup Setuju 2,7 – 3,4 3,52 Setuju

P16 3,63 Setuju P17

Setuju 3,5 – 4,2 3,64 Setuju

P18 3,43 Cukup Setuju P19

Sangat Setuju 4,3 – 5,0 3,57 Setuju

P20 3,53 Setuju Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Gambar 4.17 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

4.3.7 Uji Hipotesis

Tabel 4.28 Ringkasan hasil perhitungan uji koefisien regresi linear berganda

Variabel Faktor Significancy X1 Perceived Quality 0,000 X2 Brand Loyalty 0,025 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

Keterangan :

Significancy dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.20 Coefficients.

3,25

3,3

3,35

3,4

3,45

3,5

3,55

3,6

3,65

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20

3,64

3,41

3,643,61

3,52

3,63 3,64

3,43

3,57 3,53

Mean Purchased Decision

Page 36: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

82

a. Pengambilan Keputusan

Uji Koefisien Regresi

• Ho = Koefisien regresi tidak signifikan

• Ha = Koefisien regresi signifikan

Dengan menggunakan hasil significancy sebagai ukuran, maka koefisien

tersebut harus dibandingkan dengan kriteria yang digunakan, yaitu:

• Jika Significancy > 0,05

Ho diterima dan Ha ditolak

• Jika Significancy < 0,05

Ho ditolak dan Ha diterima

b. Keputusan

• Faktor Perceived Quality.

Significancy = 0,000. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan

Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor perceived

quality adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor perceived quality

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.

• Faktor Brand Loyalty

Significancy = 0,025. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan

Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor brand loyalty

adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor brand loyalty memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.

Page 37: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

83

4.4 Implikasi Hasil Penelitian

Setelah melakukan analisis mengenai pengaruh Perceived Quality (X1) dan

Brand Loyalty (X2) terhadap Purchased Decision (Y) dengan menggunakan

SPSS 17.0. Maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) secara parsial terhadap variabel

Purchased Decision (Y)

Besarnya pengaruh Perceived Quality (X1) secara parsial terhadap

variabel Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana

terdapat koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836,

menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1

nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan

pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision)

akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836.

Hal ini sesuai dengan pendapat Durianto, Sugiarto dan Sitinjak

(2004:100-101) yang mengatakan bahwa persepsi kualitas (Perceived

Quality) harus diikuti dengan peningkatan kualitas yang nyata dari

produknya. Kesan atau mutu yang dirasakan mencerminkan perasaan

konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek, sehingga menjadi

sangat berperan dalam keputusan konsumen dalam memutuskan merek mana

yang akan dibeli dan akhirnya akan sampai pada tahap evaluasi yang menuju

pada rasa puas dan tidak puas. Persepsi kualitas ini merupakan variabel yang

secara terus menerus akan diingat oleh konsumen ketika mendengar atau

melihat sesuatu hal yang berkaitan dengan identitas dari suatu produk.

Page 38: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

84

2. Pengaruh variabel Brand Loyalty (X2) secara parsial terhadap variabel

Purchased Decision (Y)

Besarnya pengaruh Brand Loyalty (X2) secara parsial terhadap variabel

Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana terdapat

koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170, menyatakan

bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada

variabel X2 (Brand Loyalty) dan tidak terdapat penambahan pada variabel X1

(Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami

kenaikan sejumlah 0,170.

Hal ini sesuai dengan pendapat Aaker (2008:122) yang mengatakan

bahwa tingkat loyalitas merek yang tinggi terhadap suatu merek dapat

menciptakan rasa peraya diri yang besar pada pelanggan saat mengambil

keputusan untuk melakukan pembelian. Hal ini juga sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sri Wahjuni Astuti dan I Gde Cahyadi (2007) yang

menyatakan bahwa loyalitas merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan

pembelian. Hasil yang ditemukan menyatakan bahwa tingkat brand loyalty yang

tinggi, yaitu berupa komitmen yang kuat dari konsumen terhadap merek dapat

menciptakan rasa percaya diri yang besar pada konsumen saat mengambil

keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena konsumen merasa memiliki

ikatan yang besar bahwa keputusannya membeli merek tersebut adalah

keputusan yang tepat.

3. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) dan variabel Brand Loyalty (X2)

secara simultan terhadap variabel Purchased Decision (Y)

Besarnya pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y dapat dilihat

dari nilai R Square yaitu sebesar 0,941 Hal ini berarti sebesai 94,1%

Page 39: BAB 4 PEMBAHASAN Objek Penelitian Blitzmegaplex …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-2-01020-MC Bab4001.pdf · 4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

85

Purchased Decision Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel Perceived

Quality dan Brand Loyalty (Tabel 4.20). Sedangkan sisanya (100% - 94,1%

= 5,9%) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Durianto, dkk (2004), yang

mengemukakan bahwa elemen – elemen ekuitas merek (Brand Awareness,

Brand Association, Perceived Quality dan Brand Loyalty) dapat

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena ekuitas merek yang

kuat akan mengurangi keinginan konsumen untuk berpindah ke merek lain.

Lebih lanjut Durianto, dkk (2004) mengatakan Empat elemen inti

ekuitas merek (Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan

Brand Loyality) yang kuat dapat meningkatkan keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah di sebarkan dapat diketahui

bahwa faktor yang paling mempengaruhi pelanggan untuk melakukan

pembelian di Blitzmegaplex adalah bentuk pelayanan yang ramah terhadap

pelanggannya, jenis film yang lebih bervariasi, firur dan fasilitas yang

memadai, harga yang kompetitif, dan lokasi yang strategis.