BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN · PDF fileOrientasi Basis Krim Tipe Emulsi ......
Transcript of BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN · PDF fileOrientasi Basis Krim Tipe Emulsi ......
25
BAB 4
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI
yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Minyak Kelapa Murni (VCO) Yang Dlakukan Oleh LIPI
Jenis Parameter Kadar Satuan Metode/Alat
Angka Yodium 6,20 g yod/100g SNI 01-2902-1992
Angka Penyabunan 255,65 mg KOH/g sampel SNI 01-2902-1992
Asam Lemak Bebas 0,41 % asam lemak SNI 01-2902-1992
Kadar Air 0,25 % SNI 01-2902-1992
VCO
Asam Laurat 46,94 % GC-MS
Menurut SNI 01-2902-1992 mengenai mutu dan cara uji minyak kelapa memiliki standar
mengenai parameter pada tabel 4.1.
Tabel 4.2. Syarat VCO Menurut SNI
Parameter Kadar Satuan
Angka Yodium 8 – 10,0 g yod/100g
Angka Penyabunan 255 – 265 mg KOH/g sampel
Asam Lemak Bebas 5 % asam lemak
Kadar Air Maks. 0,5 %
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada perbedaan pada angka yodium dan asam
lemak bebas. Hal ini diduga karena minyak kelapa yang digunakan di dalam percobaan adalah
berupa minyak kelapa murni.
26
Cangkang telur yang telah diperoleh dicuci terlebih dahulu dengan air bersih supaya kotoran,
bau busuk yang menempel dapat dihilangkan. Lapisan membran pada cangkang telur dibuang
karena terdiri dari 70 % senyawa organik, 10 % senyawa anorganik, dan 20 % air dan tidak
teridentifikasi penyusun dari senyawa organik dan anorganik tersebut. Cangkang telur yang
telah dicuci dikeringkan di udara terbuka sampai kering.
Tabel 4.3. Distribusi Ukuran Partikel Cangkang Telur Hasil Penghancuran Menggunakan Blender
Dengan Skala Putaran Tetap
Distribusi partikel (%) pada skala 1 Rentang ukuran
partikel (mikron) 2 menit 3 menit 4 menit
>315 57,08 42,82 44,67
315 – 250 17,72 26,59 32,88
249 – 140 11,54 14,57 10,21
139 – 125 5,09 6,31 10,66
124 – 100 5,47 6,51 2,48
99 – 50 2,69 1,30 1,01
<50 0,31 0,00 0,05 Keterangan : Skala 1 : kecepatan putar 1 blender
Tabel 4.4. Distribusi Ukuran Partikel Cangkang Telur Hasil Penghancuran Menggunakan Blender
Dengan Lama Putaran Tetap
Keterangan : Skala 2 : kecepatan putar 2 blender
Skala 3 : kecepatan putar 3 blender
Serbuk cangkang telur dibuat dengan menghancurkannya menggunakan blender dan kemudian
dengan Ball Mill. Penghalusan dilakukan dua tahap supaya hasil ukuran pertikel dapat sekecil
mungkin. Pada percobaan ini dilakukan optimasi blender dengan berbagai macam kecepatan
yaitu 1, 2, 3 pada skala alat dan lama penghancuran selama 2, 3, dan 4 menit. Dari hasil
blender diambil partikel dengan ukuran >315 mikron untuk dihaluskan menggunakan ball mill
Distribusi partikel (%) selama 2 menit Rentang ukuran
partikel (mikron) Skala 1 Skala 2 Skala 3
>315 57,08 28,23 12,00
315 – 250 17,72 26,10 19,01
249 – 140 11,54 24,60 32,16
139 – 125 5,09 12,39 15,89
124 – 100 5,47 9,08 15,09
99 – 50 2,69 3,23 4,75
<50 0,31 0,74 0,79
27
dengan kecepatan skala 1 pada alat (91ppm). Dari tabel 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa serbuk
cangkang telur dapat dihasilkan banyak dengan ukuran pertikel kecil pada putaran tinggi yaitu
skala 3 selama 2 menit. Tujuan digunakannya ball mill adalah untuk memperkecil partikel
dengan rentang ukuran besar yang dihasilkan pada penghancuran menggunakan blender.
Tabel 4.5. Distribusi Ukuran Partikel Cangkang Telur Hasil Penghancuran Menggunakan Ball Mill
Jumlah partikel (%) Distribusi
ukuran
partikel
(mikron)
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
5 jam
7 jam
9 jam
11 jam
> 315 74,80 62,72 30,20 37,65 26,45 9,83 1,77 0,62
250 – 315 15,00 17,93 18,02 22,7 23,20 11,67 7,67 9,03
140 – 250 6,64 12,13 22,38 20,7 26,65 34,40 38,65 47,91
125 – 140 4,21 6,51 3,76 6,3 6,05 22,20 21,55 19,14
100 – 125 0,40 0,61 15,41 7,45 9,5 9,70 12,37 11,45
50 – 100 0,16 0,22 4,65 7,95 6,2 9,59 8,49 9,19
< 50 0,32 0,07 0,67 0,58 1,6 1,66 2,57 2,16
Pengukuran untuk waktu milling 7 jam dengan disribusi ukuran partikel 50 – 100 mikron
diulang dua kali, dihasilkan : 5,453 % ± 3,63
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan lama penghancuran 7 jam dapat
menghasilkan partikel terkecil sebanyak 5,453 % ± 3,63 yaitu 50 – 100 mikron. Partikel
tidak diambil dari lama milling 9 dan 11 jam karena bila partikel dengan ukuran selain 50 –
100 mengalami penurunan jumlah sedangkan pada partikel ukuran >315 dan 140 - 125 mikron
mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena partikel kecil yang telah dihasilkan pada
milling sebelumnya cenderung mengalami agregasi.
Tahap berikutnya dilakukan orientasi basis krim dengan emulgator TEA – asam stearat
dengan perbandingan komposisi 1 : 3 dan Na-lauril sulfat – setostearil alkohol 1:9 dengan total
5 % (b/b). Perbandingan tersebut adalah jumlah optimum dari TEA – asam stearat dan Na-
lauril sulfat – setostearil alkohol untuk membentuk sistem penyabunan sebagai emulgator.
28
Tabel 4.6. Orientasi Basis Krim
Formula Basis Zat
F1 F2
VCO (%) 20 20
Trietanolamin (%) 1,5 -
Asam stearat (%) 3,5 -
Na-lauril sulfat (%) - 0,5
Setostearil alkohol (%) - 4,5
Ad. Aquades (%) 100 100
pH 7,73 ± 0,07 5,89 ± 0,12
Dari basis F1 diperoleh nilai pH yang tinggi yaitu 7,67. Basis dengan nilai pH terlalu tinggi
tidak dapat digunakan sebagai sediaan topikal karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
yang memiliki pH berkisar antara 5,5-6,5. Dengan nilai pH yang berbeda dengan kulit maka
akan merusak struktur lipoprotein dari kulit. Untuk itu dicari emulgator lain yaitu natrium
lauril sulfat dan seto stearil alkohol.
Dilihat pada tabel 4.6, basis F2 memiliki nilai pH yang lebih baik dari F1 yaitu 5,97. Dari
basis F2 kemudian dikembangkan formula krim yang terdiri dari zat aktif dan eksipien lainnya
seperti pengawet dan antioksidan.
Tabel 4.7. Pengembangan Formula Krim
Pada tabel 4.7, dapat dilihat bahwa adanya cangkang telur sebanyak 1 % dalam F2 I
menyebabkan peningkatan kebasaan dari krim menjadi 7,98. Pada F2 dan F3 juga terjadi
peningkatan pH menjadi 8,20 dan 8,40. Hal ini disebabkan karena CaCO3 yang terdapat di
Formula Zat
F2 B F2 I F2 II F2 III
VCO (%) 20 20 20 20
Na-lauril sulfat (%) 0,5 0,5 0,5 0,5
Setostearil alkohol (%) 4,5 4,5 4,5 4,5
Serbuk cangkang telur (%) 0 1 5 10
Metil paraben (%) 0,18 0,18 0,18 0,18
Propil paraben (%) 0,02 0,02 0,02 0,02
Propilen glikol (%) 3 3 3 3
Vitamin E asetat (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Ad. Aquades (%) 100 100 100 100
pH 6,01 ± 0,05 7,98 ± 0,01 8,25 ± 0,07 8,45 ± 0,07
29
dalam cangkang telur bereaksi dengan air sebagai fasa luar krim membentuk Ca(OH)2 yang
bersifat basa yang menaikkan pH krim. Untuk itu dilakukan kembali orientasi basis krim
dengan menggunakan emulgator lain menggunakan asam stearat dan kalium hidroksida serta
lanolin. Krim yang dibuat ini merupakan krim dengan fasa air dalam minyak (a/m) dengan
tujuan menjadikan air sebagai fasa dalam sehingga kontak dengan serbuk cangkang telur dapat
dicegah. Orientasi basis krim a/m dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Orientasi Basis Krim Tipe Emulsi a/m
Jumlah (%)
Zat L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9
Lanolin 4 4 4 4 4 2 4 4 4
Setil alkohol 5 5 5 5 5 5 3 3 4
Air 12,5 20 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5 15 12,5
Asam stearat 9 9 9 9 9 9 9 9 9
KOH 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Propilen
glikol
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Cera flava 10 10 7 5 6 6 6 6 6
Ad.VCO 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pH 6
Organoleptik ++++
+++
++
- - - - - +++ +
Keterangan : ++++ : sangat padat + : semisolid
+++ : padat - : cair
++ : sedikit padat - - : sangat cair
Basis krim dengan tipe emulsi a/m mengandung lanolin yang berfungsi sebagai emulgator fasa
air dalam minyak, cetil alkohol dan sera flava yang berfungsi peningkat konsistensi. Nilai pH
dari basis adalah 6. Dari kesembilan formula basis krim pada tabel 4.8 dipilih L9 sebagai basis
krim terbaik karena disamping memiliki nilai pH, parameter lain yang dilihat adalah
pengamatan organoleptik yang memiliki konsistensi baik sebagai krim serta kenyamanan saat
digunakan. Dari basis L9 dilakukan pengembangan formulanya.
30
Tabel 4.9. Pengembangan Formula Krim Tipe Emusli a/m
Jumlah (%) Zat
L9 B L9 5 L9 10
Lanolin 4 4 4
Setil alkohol 4 4 4
Aquades 12,5 12,5 12,5
Asam stearat 9 9 9
KOH 0,5 0,5 0,5
Sera flava 6 6 6
Serbuk cangkang telur 0 5 10
Propilen glikol 5 5 5
Metil paraben 0,18 0,18 0,18
Propil paraben 0,02 0,02 0,02
Vitamin E asetat 0,01 0,01 0,01
VCO ad. 100 100 100
pH 6 6 6
Keterangan : L9 B : krim tanpa mengandung serbuk cangkang telur
L9 5 : krim yang mengandung 5 % serbuk cangkang telur
L9 10 : krim yang mengandung 10 % serbuk cangkang telur
Setelah ditambahkan zat aktif serbuk cangkang telur, pH sediaan cenderung tetap yaitu 6. Hal
ini menunjukkan bahwa pada krim dengan tipe emulsi a/m tidak terjadi reaksi antara CaCO3
pada cangkang telur dengan fasa air. Kemudian dari formula krim tersebut dilakukan evaluasi
stabilitas fisik freeze-thaw, pH, dan viskositas. Hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada
tabel 4.10.
31
Tabel 4.10. Hasil Pengukuran Viskositas Dan pH Krim
Viskositas (x 103cPs) Hari ke-
L9 B L9 5 L9 10
3 198 286,67 ± 128,81 307,00 ± 94,91
6 255 347,33 ± 51,96 358,00 ± 90,93
9 241 266,33 ± 26,85 406,00 ± 89,03
12 243 271,33 ± 35,91 426,00 ± 76,79
16 214 273,00 ± 59,75 473,33 ± 69,24
18 146 340,00 ± 83,36 513,00 ± 69,78
Nilai pH krim yang telah dilakukan selama 18 hari menunujukkan nilai tetap, yaitu 6.
Dari hasil evaluasi viskositas, krim L9 5 memiliki viskositas lebih rendah dari krim L9 10. Ini
disebabkan karena jumlah minyak yang digunakan di dalam L9 10 lebih sedikit dari L9 5.
Nilai pH krim L9 5 dan L9 10 bersifat konstan selama 18 hari pengamatan yaitu 6.
Pengukuran pH dilakukan menggunakan kertas pH universal, tidak menggunakan pH meter.
Pada pengukuran menggunakan pH meter, nilai pH tidak dapat dideteksi karena prinsip kerja
pH meter menggunakan sensitivitas elektroda terhadap ion tertentu (H+, Na
+, atau K
+). Krim
yang diukur merupakan tipe emulsi a/m sehingga tidak memungkinkan adanya ion bebas di
dalam sistem (Martin, 1990).
Pada evaluasi stabilitas fisik freeze-thaw tidak ditentukan ukuran globul dari krim karena
adanya serbuk cangkang telur yang terdispersi dalam krim akan mengganggu pengamatan.
Pada percobaan ini hanya dilakukan pengamatan organoleptik saja yaitu apakah ada
pemisahan fasa atau tidak selama siklus freeze-thaw berlangsung. Hasil evaluasi freeze-thaw
dapat dilihat pada tabel 4.11.
32
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Evaluasi Stabilitas Fisik Freeze-thaw
Pemisahan fasa Hari ke-
L9 B L9 5 L9 10
3 - - -
6 - - -
9 - - -
12 - - -
16 - - -
18 - - -
Keterangan : - : tidak memisah
+ : memisah
Dari tabel 4.11, krim L9 5 dan L9 10 memiliki stabilitas fisik yang baik sehingga kedua krim
tersebut selanjutnya dapat diuji aktivitasnya dengan penentuan nilai FPS. Tahap pertama yang
dilakukan dalam penentuan FPS adalah orientasi Minimum Erythema Dose (MED). Penentuan
MED dilakukan pada 3 ekor kelinci yang kemudian akan digunakan dalam penentuan aktivitas
pelindung surya. Hasil orientasi MED menghasilkan energi minimal sinar UV dalam
menimbulkan eritema pada kulit dan dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Orientasi MED
Keterangan : - : tidak timbul eritema
+ : timbul eritema
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil orientasi MED pada tiga sebesar 46,88 mJ/cm2.
Kelinci Energi
(mJ/cm2) 1 2 3
30 - - -
37,50 - - -
46,88 + + +
33
Penentuan aktivitas tabir surya dilakukan pada formula krim L9 B, L9 5, dan L9 10. Hasil
dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Penentuan FPS Sediaan
Energi penyinaran (mJ/cm2) Nilai FPS Formula Kelinci
46,88 73,24 91,55 114,44 178,81 223,51 279,4
1 - - - + 0 0 0
2 - - - + 0 0 0
L9 B
3 - - - + 0 0 0
2,44
1 - - - - - + 0
2 - - - - - + 0
L9 5
3 - - - - - + 0
4,77
1 - - - - - - +
2 - - - - - - +
L9 10
3 - - - - - - +
5,96
Keterangan - : belum timbul eritema
+ : timbul eritema
0 : tidak dilakukan penyinaran lebih lanjut karena sudah terjadi eritema
Formula L9 B yang merupakan basis saja memiliki nilai FPS 2,44. Formula L9 5 yang
memiliki aktivitas sebagai tabir surya dengan nilai FPS sebesar 4,77, dan formula L9 10
memiliki nilai FPS sebesar 5,9. Hasil ini menunujukkan bahwa serbuk cangkang telur dengan
distribusi ukuran partikel 50 – 100 mikron memiliki aktivitas tabir surya. Tetapi apabila dilihat
dari konsentrasi zat aktif L9 10 yang lebih besar dua kali dari L9 5 lalu dibandingkan nilai
FPS kedua formula tersebut tidak berbeda bermakna maka dapat disimpukan bahwa
konsentrasi optimum serbuk cangkang telur sebagai tabir surya dengan distribusi ukuran
partikel 50 – 99 mikron adalah 5 %.