BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN -...

43
57 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan pembahasan dari hasil wawancara, data, informasi dan observasi yang dilakukan dan diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mengenai implementasi atau pelaksanaan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur. Akses pendidikan yang masih berkekurangan disana-sini, belum merata adalah masalah utama yang sedang diperbaiki terus menerus oleh pemerintah daerah. Berdasarkan hasil studi dokumentasi akses pendidikan masih menjadi masalah dikarenakan adanya kemampuan/kompentensi pengelolaan pendidikan yang belum memadai dan topografi yang berbukit-bukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Keadaan tersebut menjadikan implementasi perluasan akses pendidikan mengalami keterbatasan dalam pelaksanaannya. 4.1. Kondisi Umum Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur merupakan bagian integral dari provinsi Nusa Tenggara Timur yang lokasinya terletak di bagian selatan dan merupakan salah satu dari empat Kabupaten yang berada di Sumba. Berdasarkan data Sumba Timur dalam angka tahun 2012 Kabupaten Sumba Timur memiliki jumlah

Transcript of BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

57

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan

penelitian dan pembahasan dari hasil wawancara, data,

informasi dan observasi yang dilakukan dan diperoleh

dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

mengenai implementasi atau pelaksanaan perluasan

akses pendidikan di Kabupaten Sumba Timur. Akses

pendidikan yang masih berkekurangan disana-sini,

belum merata adalah masalah utama yang sedang

diperbaiki terus menerus oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi akses

pendidikan masih menjadi masalah dikarenakan

adanya kemampuan/kompentensi pengelolaan

pendidikan yang belum memadai dan topografi

yang berbukit-bukit dan penyebaran penduduk yang

tidak merata. Keadaan tersebut menjadikan

implementasi perluasan akses pendidikan mengalami

keterbatasan dalam pelaksanaannya.

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur merupakan bagian

integral dari provinsi Nusa Tenggara Timur yang

lokasinya terletak di bagian selatan dan merupakan

salah satu dari empat Kabupaten yang berada di

Sumba. Berdasarkan data Sumba Timur dalam angka

tahun 2012 Kabupaten Sumba Timur memiliki jumlah

Page 2: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

58

penduduk sebanyak 234.642 jiwa, dimana jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 120.779 jiwa dan

perempuan sebanyak 113.863 jiwa dengan tingkat

kepadatan rata-rata 33 jiwa per Km2. Dalam kurun

waktu 1980-1990 jumlah penduduk Kabupaten Sumba

Timur bertambah sebanyak 53.809 orang atau naik

dari 123.078 orang menjadi 176.887 orang, dengan

rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2.19 persen. Trend

pertumbuhan ini sedikit mengalami penurunan pada

dasawarsa 1990-2000 dimana rata-rata pertumbuhan

menjadi 1.96 persen. Sedangkan dalam kurun waktu

2000-2011 telah mengalami kenaikan 23.56 persen

sehingga pada tahun 2012 penduduk Sumba Timur

berjumlah 234.642 orang.

Adapun jumlah penduduk usia sekolah dapat

dilihat pada tabel dibawah ini (Sumber : hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2011) Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2011

Jenis

Kelamin Kelompok Umur (Tahun)

SD (7-12 thn) SMP (13-15 thn)

SMU (16-

18 thn)

laki-laki 17.244 7.014 7.031

Perempuan 17.410 7.729 6.658

Jumlah 34.654 14.743 13.689

Page 3: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

59

Sumber: RKPD Kabupaten Sumba Timur

Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin

tingginya jenjang pendidikan maka semakin berkurang

jumlah siswa yang melanjutkan pendidikannya.

Semakin tinggi jenjang pendidikan maka terlihat

dengan jelas bahwa jumlah laki-laki yang lanjut ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi lebih banyak.

Melihat data penduduk yang semakin tinggi dan

kemauan melanjutkan pendidikan yang semakin

rendah dalam setiap jenjang pendidikan, maka

implementasi pemerataan dan perluasan akses

pendidikan perlu diperhatikan.

Siswa putus sekolah masih terdapat di

Kabupaten Sumba Timur dikarenakan demografi

daerah Sumba Timur, dimana desa-desa di setiap

kecamatan berjauhan satu dengan yang lain, sehingga

membuat orang tua sulit untuk menyekolahkan anak-

anak mereka. Jika pemerintah membangun sekolah di

setiap desa yang menjadi kendala adalah pemanfaatan

dari sekolah terbatas dikarenakan jumlah penduduk

usia sekolah tidak memadai. Untuk memudahkan

akses pendidikan agar orang tua tidak mengkawatirkan

sekolah jauh maka Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Sumba Timur membangun SD-SD

kecil (paralel) di desa-desa terpencil bagi kelas 1-3

karena anak-anak belum bisa menempuh jarak yang

jauh. Jika pada pelaksanaannya siswa berkembang

Page 4: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

60

dengan baik maka sekolah kecil tersebut akan

ditambahkan ruang kelas sehingga sekolah tersebut

berubah menjadi SD reguler.

4.2. Proses Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok

pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu

dengan menghubungkan formulasi kebijakan dengan

hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan

(Nugroho,2009). Dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam

pembukaan UUD 1945, pemerintah terus berusaha

untuk memperbaiki mutu dan memperluas akses

pendidikan dengan cara merumuskan kebijakan-

kebijakan nasional mengenai pendidikan. Kebijakan-

kebijakan nasional yang dirumuskan pemerintah dalam

rangka membantu implementasi perluasan akses

pendidikan serta memberikan kesempatan kepada anak

bangsa untuk dapat mengenyam pendidikan meliputi

kebijakan dana BOS untuk meringankan beban

masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam

Page 5: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

61

rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu serta

kebijakan DAK untuk membiayai kebutuhan sarana

dan prasarana satuan pendidikan dasar 9 (sembilan)

tahun yang belum mencapai standar tertentu atau

percepatan pembangunan daerah di bidang pendidikan

dasar.

Kebijakan-kebijakan pendanaan nasional dibantu

dengan dana daerah menjadi tolak ukur pemerintah

Kabupaten Sumba Timur dalam memperbaiki sistem

pendidikan dalam hal ini implementasi perluasan akses

pendidikan menjadi lebih maju dan bagus. Nugroho

(2009) mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan

nasional tersebut di implementasikan atau

dilaksanakan agar kebijakan dapat mencapai tujuan

yang diinginkan. Agar tujuan pendidikan dalam hal

implementasi perluasan akses pendidikan tercapai,

pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengakui bahwa

pemerintah daerah bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga terlibat langsung

dalam melakukan pengelolaan perluasan akses

pendidikan dengan menggunakan dana-dana yang

diperoleh (seperti dana BOS, DAK) dengan cara

membangun fasilitas sekolah baru di SD-SMP satu

atap, menambah sarana prasarana yang meliputi

perpustakaan, penambahan ruang kelas, memperbaiki

gedung-gedung sekolah yang sudah rusak,

laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi

Page 6: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

62

guru-guru yang melanjutkan studi di Universitas

Terbuka (bekerjasama dengan PGSD Udayana Kupang).

Edwards III (Winarno 2012) mengatakan bahwa

implementasi kebijakan adalah salah satu tahap

kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan

konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat

yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat

atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan

sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin

mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut

diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu,

suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan

sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan,

jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan

dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Berangkat

dari pemahaman tersebut, implementasi kebijakan

perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur terfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap implementasi kebijakan dari sisi komunikasi,

sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan

(disposisi), dan struktur birokrasi.

4.2.1.Komunikasi Edwards III (Winarno, 2012) mengatakan

komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi

tentang kebijakan antara pembuat kebijakan dan

pelaksana kebijakan. Menurut Edwards persyaratan

pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif

Page 7: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

63

adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan

harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mencapai

keberhasilan implementasi kebijakan perluasan akses

pendidikan di Kabupaten Sumba Timur maka

pemerintah harus mengadakan koordinasi yang baik

mulai dari pemerintah daerah, Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga, institusi sekolah bahkan

masyarakat. Pembuat kebijakan dalam hal ini adalah

pemerintah pusat, sedangkan pelaksana kebijakan

adalah pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga, institusi sekolah dan masyarakat.

Komunikasi yang baik antara pembuat kebijakan dan

pelaksana kebijakan akan menghasilkan output yang

baik. Dalam mengimplementasikan kebijakan

pemerataan perluasan akses pendidikan, pemerintah

menghimbau setiap masyarakat tanpa terkecuali,

seperti yang dikatakan oleh sekretaris Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba

Timur. Himbauan tersebut yaitu: “agar masyarakat dan pemerintah selalu

mempunyai kesadaran mengenai pentingnya

pendidikan bagi anak-anak sebagai generasi

penerus bangsa dengan menggunakan setiap dana-

dana yang diberikan Negara sebagai kebijakan-

kebijakan nasional.”

Penunjang dalam menerapkan implementasi

pemerataan perluasan akses pendidikan adalah melalui

Page 8: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

64

dana-dana yang dimiliki daerah tertentu dan dana

negara. Dana-dana yang utama akan dibahas tersebut

adalah program dana BOS dan DAK. Komunikasi

antara pembuat dan pelaksana kebijakan pemerataan

perluasan akses pendidikan dalam menggunakan

kebijakan program dana BOS dan DAK yaitu melalui

sosialisasi-sosialisasi dan pertemuan yang diadakan

dikantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,

sekalipun program dana BOS dan DAK adalah

kebijakan nasional. Penerimaan program dana BOS

setiap institusi sekolah adalah dalam kurun waktu 3

bulan dengan sistem transfer langsung kepada

rekening sekolah penerima. Untuk memperoleh

program dana BOS masing-masing institusi sekolah

membuat proposal penggunaan agar komunikasi

antara penerima (pelaksana) dan pemerintah bisa

berjalan secara efektif. Hal tersebut juga berlaku dan

diterapkan pada DAK, perbedaannya adalah DAK

diperoleh untuk kebutuhan-kebutuhan institusi

sekolah dalam jumlah yang besar yang tidak bisa

dibiayai oleh program dana BOS. Penerimaan DAK

adalah melalui kas daerah dilanjutkan ke Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan dari Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga meneruskannya

kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan atau yang

perlu melakukan perbaikan. Adapun proses

komunikasi yang dilakukan adalah dimulai dari sistem

Page 9: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

65

perencanaan. Melalui perencanaan tersebut Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga sudah memiliki

target-target sekolah yang akan diberikan dana untuk

perbaikan infrastruktur menggunakan DAK. Adapun

alur komunikasi yang terjadi untuk

mengimplementasikan kebijakan program dana BOS

dan DAK adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Proses Komunikasi Implementasi

Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan

di Kabupaten Sumba Timur (Sumber:

wawancara dengan kepala sub bagian

program dan evaluasi)

Sekolah-sekolah yang memiliki keluhan dalam

hal infrastruktur memasukkan usulan atau proposal

mengenai infrastruktur sekolah yang mau diperbaiki

atau ditambah ke kecamatan-kecamatan setempat

untuk memohonkan Dana Alokasi Khusus, setelah itu

KEBIJAKAN PUSAT

(program dana BOS dan DAK)

PEMDA

Dinas Pendidikan

Kecamatan SKPD Sekolah

Page 10: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

66

kecamatan mengajukan sekolah-sekolah tersebut ke

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). SKPD

meninjau kembali usulan dari kecamatan mengenai

sekolah-sekolah mana saja yang membutuhkan DAK

kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga. Sekolah-sekolah yang menerima DAK harus

memakai dana yang diperoleh untuk kebutuhan yang

betul-betul dibutuhkan sekolah sesuai dengan

Petunjuk Teknis (juknis) DAK. Sedangkan untuk dana

BOS, masing-masing sekolah memasukkan data-data

siswa ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

untuk dilanjutkan ke Kementerian Pendidikan dan

selanjutnya kementerian mengalokasikan dana dimana

dana BOS langsung ditransfer kerekening masing-

masing sekolah. Sebelum digunakan sekolah harus

membuat RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Sekolah) terlebih dahulu, melalui tim audit

RAPBS dikumpul, di cek oleh tim audit apakah sesuai

dengan petunjuk teknis (juknis) BOS atau tidak.

Agar dana-dana tersebut mencapai target yang

tepat maka pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga membuat pertemuan yang

didalamnya berisi tentang perencanaan dan evaluasi

terhadap dana yang sudah terpakai. Apakah dana-dana

tersebut terpakai sesuai atau tidak dengan kebutuhan

dari setiap institusi sekolah yang memperolehnya.

Dengan adanya komunikasi yang baik antara

Page 11: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

67

pemerintah daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga, sekolah-sekolah dan masayarakat di

harapkan pemerataan perluasan akses pendidikan

menjadi lebih baik dan membawa perubahan bagi cara

pandang masyarakat mengenai pendidikan. Untuk

mencapai tujuan implementasi perluasan akses

pendidikan memang pada dasarnya harus ada kerja

sama yang baik dari semua pihak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gunawan (1991) oleh karenanya agar

pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai

dengan kemampuan masing-masing individu, maka

pendidikan adalah tanggung jawab keluarga,

masyarakat dan pemerintah.

Komunikasi yang baik ini memang pada dasarnya

sudah menunjukkan ada keberhasilan dalam hal

memperbaiki akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur (hasil wawancara dengan Sub Bagian Program

dan Evaluasi). Banyak hal yang dapat dilihat dari hasil

implementasi kebijakan-kebijakan pendanaan nasional

tersebut. Setiap sekolah memiliki kesempatan untuk

membangun dan memperbaiki gedung-gedung sekolah

menjadi layak dipakai, perpustakaan bagi beberapa

sekolah didesa (sekalipun belum memiliki ruang

perpustakaan sendiri), penambahan buku-buku,

semuanya berasal dari penerapan kebijakan dana BOS

dan DAK. Bukan hanya berguna dalam perluasan

akses pendidikan, implementasi kebijakan ini juga

Page 12: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

68

diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan di

Kabupaten Sumba Timur.

Komunikasi baik yang terjalin antara pemerintah

daerah dan masyarakat juga sudah menunjukkan

banyak hal positif yang dicapai seperti pembangunan

sekolah-sekolah baru diantaranya sekolah menengah

pertama, sekolah menengah kejuruan, SD/SMP satu

atap di beberapa kecamatan se-Kabupaten Sumba

Timur. Selain mengalami peningkatan namun tidak

dipungkiri pemerataan perluasan akses pendidikan

juga belum dirasakan oleh semua sekolah apalagi bagi

sekolah yang lokasinya didaerah terpencil. Masih

adanya beberapa sekolah yang mengalami kekurangan

sarana prasarana. Sekalipun sarana prasarana masih

berkekurangan namun pemerintah terus berusaha

untuk melakukan pembenahan dengan menggunakan

dana-dana dari APBN dan APBD untuk implementasi

kebijakan perluasan akses pendidikan di Kabupaten

Sumba Timur.

Pemerintah membangun komunikasi dengan

masyarakat agar anak-anak mereka yang putus

sekolah (drop out) dimasukkan kembali ke sekolah

karena biaya pendidikan sudah gratis. Hal ini juga

merupakan suatu kontribusi pemerintah untuk

implementasi perluasan akses pendidikan di Kabupaten

Sumba Timur. Sekalipun pemerintah daerah dan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga terus menghimbau

Page 13: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

69

agar masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan

dan pemerintah sudah membebaskan biaya pendidikan

bagi SD-SMP, kenyataan yang terjadi dilapangan belum

menjawab cita-cita mulia pemerintah tersebut. Masih

saja banyak anak-anak putus sekolah terutama

dipedesaan (khususnya bagi anak-anak dari keturunan

hamba). Hal ini diakui pemerintah Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga sebagai hal yang terus

dipikirkan solusi terbaiknya. Oleh karena itu

pemerintah terus menerus memberikan himbauan

kepada masyarakat agar memahami pentingnya

pendidikan bukan hanya bagi mereka yang beruntung

namun bagi semua kalangan. Dengan adanya

kebijakan perluasan akses pendidikan diharapkan

perlahan-lahan, masyarakat akan memahami

pentingnya pendidikan dan merubah cara pandang

mereka.

Tidak ditemukan kendala-kendala berarti dalam

pelaksanaan program dana BOS dan DAK sebagai

kebijakan nasional dalam rangka memperbaiki mutu

pendidikan menjadi lebih baik. Edwards III dalam

Winarno (2012) mengungkapkan ada beberapa

hambatan yang bisa saja timbul dalam

mentransmisikan perintah-perintah implementasi.

Pertama, pertentangan pendapat antara para pelaksana

dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil

kebijakan. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis

Page 14: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

70

hierarki birokrasi. Kedua hambatan yang dikemukan

Edwards III tersebut tidak begitu nampak terlihat,

karena kebijakan pendanaan perluasan akses

pendidikan dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis

(juknis) BOS dan DAK. Dengan adanya kebijakan

nasional tersebut dirasakan sangat membantu dalam

pemerataan perluasan akses. Dikatakan oleh kepala

Sub bagian Program dan evaluasi bahwa dalam

memgimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut

tidak ada pertentangan pendapat karena pelaksanaan

kebijakan BOS dan DAK didasarkan pada petunjuk

teknis (juknis) yang sudah diatur pemerintah pusat.

Misalnya DAK dibuat untuk rehab gedung sekolah

maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga harus

mencari sekolah-sekolah yang betul-betul

membutuhkan rehab sehingga DAK tersebut tidak bisa

dipakai untuk pembangunan yang lain. Begitu juga

dengan BOS (misalnya hanya untuk membayar gaji

guru honor maka dana tersebut hanya dikeluarkan

untuk biaya itu saja). Sehingga dinas pendidikan tidak

mempunyai wewenang untuk melakukan pertentangan

dengan kebijakan pemerintah pusat tersebut.

4.2.2.Sumber Daya Sumber daya adalah hal mutlak yang diperlukan

dalam melaksanakan sebuah kebijakan agar kebijakan

tersebut tercapai dan terlaksana dengan baik (Edwards

III dalam Agustino, 2006). Sumber daya dalam hal ini

Page 15: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

71

adalah staf, informasi, dan wewenang. Sumber daya

utama dalam mengimplementasikan suatu kebijakan

adalah staf. Dalam menjalankan implementasi

kebijakan dibutuhkan sumber daya yang berkualitas

dibidangnya masing-masing. Tidak penting mengenai

jumlah staf yang melaksanakan kebijakan, yang

terpenting adalah sumber daya tersebut memiliki

kualitas dan motivasi yang bagus, serta memiliki

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan (Edwards III dalam Winarno

2012).

Sumber daya manusia boleh dikatakan sangat

menunjang implementasi kebijakan pemerataan

perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur. Sumber daya manusia merupakan bagian

terpenting untuk menentukan keberhasilan dalam

pelaksanaan tugas-tugas pelayanan pemerintah.

Kinerja sebuah lembaga/organisasi akan sangat

ditentukan oleh kapasitas sumber daya aparatur yang

ada didalamnya. Kapasitas sumber daya aparatur lebih

didekatkan pada kualifikasi pendidikan yang

menunjang kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi

sebuah kelembagaan/organisasi. Dalam mengelola

kebijakan-kebijakan program dana BOS dan DAK

untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan,

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Sumba Timur mengakui bahwa masih adanya

Page 16: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

72

kekurangan dalam hal staf. Untuk pembangunan fisik

dibutuhkan staf yang latar belakang pendidikannya

adalah sarjana teknis. Sedangkan Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur

memiliki tenaga teknis yang terbatas. Misalnya dana

yang diberikan besar, target dan sasarannya banyak

sedangkan dalam menu DAK diharuskan yang

mengelola dan melakukan perencanaan terhadap dana

yang besar adalah ahli teknis, maka Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga meminta bantuan Dinas terkait

seperti Dinas Pemilihan Umum (PU) yang berhubungan

dengan teknis untuk membantu melakukan

perencanaan. Semuanya tergantung dari petunjuk

teknis (juknis) penggunaan dana yang bersangkutan.

Untuk perencanaan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Sumba Timur, melakukan kajian

awal secara kasat mata misalnya melihat bangunan

yang perlu diperbaiki apakah mengalami kategori rusak

ringan, sedang dan berat.

Tenaga pendidik adalah sumber daya yang juga

dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba

Timur. Sekretaris dinas pendidikan mengatakan

bahwa: “Tenaga pendidik merupakan sumber daya

manusia yang menjadi tulang punggung dalam

mendidik siswa atau siswi sebagai bagian dari

pemerataan perluasan akses pendidikan serta

peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.”

Page 17: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

73

Untuk menunjang implementasi pemerataan

perluasan akses pendidikan menjadi lebih baik lagi,

pemerintah daerah juga menyiapkan beasiswa bagi

setiap guru yang berprestasi untuk melanjutkan studi

di Universitas Terbuka (UT) dengan tujuan

meningkatkan kualitas dari tim pendidik. Dinas

pendidikan Pemuda dan Olahraga juga memberikan

kesempatan kepada masyarakat lulusan SMA untuk

melanjutkan studi di UT PGSD sebagai upaya

pemerintah dalam pemenuhan standar kualifikasi

akademik di Kabupaten Sumba Timur. Masalah sumber

daya manusia dalam hal guru juga dirasakan masih

menjadi masalah utama yang sedang dan sementara di

carikan solusi, karena kekurangan tim pendidik hingga

saat ini masih 1.267 tim pendidik. Hal ini bukan saja

menjadi masalah bagi perluasan akses pendidikan.

Selain staf sebagai sumber daya yang patut

dimiliki suatu daerah pelaksana kebijakan, informasi

adalah sumber penting kedua dalam implementasi

kebijakan (Edwards III dalam Winarno, 2012). Edwards

III mengemukakan bahwa informasi harus diberikan

kepada pelaksana-pelaksana kebijakan mengenai

bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Dalam

pelaksanaan kebijakan perluasan akses pendidikan

melalui program dana BOS dan DAK, pemerintah

daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,

kepala sekolah, dan para guru sudah mengetahui

Page 18: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

74

mengenai tata pelaksanaan program dana BOS dan

DAK dengan dibantu melalui petunjuk teknis (juknis)

pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Dengan adanya petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan

tersebut maka pelaksana kebijakan juga harus

mentaati peraturan yang sudah dibuat pemerintah.

Hasil wawancara dengan salah seorang kepala sekolah

mengatakan bahwa: Sebagai pelaksana atau penerima untuk

melaksanakan kebijakan program BOS dan DAK,

kami sudah diberikan petunjuk-petunjuk

pelaksanaannya, sehingga kami merasa sangat

terbantu dengan informasi yang disediakan yang

juga sekaligus merupakan peraturan. Peraturan-

peraturan tersebut harus kami lakukan agar kami

tidak sampai membuat suatu pelanggaran yang bisa

saja menyeret kami masuk penjara.

Dari penjelasan diatas jelas bahwa informasi

yang tersedia dalam menunjang pelaksanaan kebijakan

perluasan akses pendidikan melalui program dana BOS

dan DAK di Kabupaten Sumba Timur sudah sangat

mencukupi atau memadai, serta informasi tersebut

juga membuat pelaksana-pelaksana kebijakan merasa

harus tunduk dalam setiap peraturan pemerintah yang

telah dibuat agar tidak sampai melakukan suatu

pelanggaran. Dengan adanya informasi yang cukup

maka konsekuensi-konsekuensi yang bisa saja terjadi

bisa diminimalisir.

Page 19: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

75

Selain sumber daya manusia implementasi

perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur juga didukung oleh dana-dana APBN didalamnya

termasuk dana BOS, APBD (provinsi dan kabupaten

Sumba Timur), BOS dan DAK. Dana-dana tersebut

bertujuan untuk memperbaiki sarana prasarana yang

berkekurangan disana-sini, bahkan untuk memberikan

beasiswa-beasiswa bagi siswa dan tenaga pendidik.

Adapun rincian penggunaan dana-dana tersebut dalam

menunjang perluasan akses pendidikan adalah sebagai

berikut:

Dana APBD kabupaten Sumba Timur bertujuan

membiayai: “program pelayanan administrasi kantor, program

peningkatan sarana dan prasarana

aparatur,program pendidikan anak usia dini,

program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun,

program pendidikan menengah, program pendidikan

non formal, program pendidikan luar biasa, program

peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan, dan program manajemen pelayanan

pedidikan”.

Dana APBD Provinsi bertujuan untuk membiayai

beberapa kegiatan sebagai berikut: Program pendidikan menengah (bantuan khusus

siswa, beasiswa super semar), program pendidikan

luar sekolah (insentif bagi pendidik PAUD, gugus

PAUD, dana mitra PAUD, keaksaraan fungsional

Page 20: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

76

dasar, keaksaraan usaha mandiri, paket B setara

SMP).

Selain sumber dana APBD Provinsi NTT, dinas PPO

Kabupaten Sumba Timur juga mendapatkan dana

untuk beberapa kegiatan dengan sumber dana APBN

selain DAK pendidikan yaitu sebagai berikut: Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

(kegiatan rehabilitasi berat ruang kelas sekolah,

bantuan social, bantuan social fasilitas sarana

kesenian, bantuan operasional sekolah (BOS

reguler), bantuan beasiswa bagi siswa miskin,

pembangunan SMP SATAP, pembangunan lab IPA,

pembangunan ruang kelas tahap II, pembangunan

ruang perpuastakaan tahap II), program pendidikan

menengah (pembangunan ruang kelas baru,

bantuan ruang praktek siswa, bantuan ruang kelas

baru), program pendidikan luar sekolah

(pembangunan unit gedung PAUD, blockgrant dana

rintisan, dana operasional pendidikan PAUD,

tunjangan fungsional guru TK non PNS, tunjangan

kualifikasi guru TK non PNS, program pendidikan

berkelanjutan), program peningkatan mutu tenagga

pendidik.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42

ayat 1 mengatakan bahwa setiap pendidikan wajib

memiliki sarana yang meliputi perabot, perlatan

pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber

belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

untuk menunjang proses pembeljaran yang teratur dan

Page 21: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

77

berkelanjutan. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan bahwa pemerintah mengakui masih banyak

kekurangan yang terjadi dalah hal sarana terkususnya

bagi sekolah-sekolah yang lokasinya di desa.

Kekurangan sarana yang dimaksud adalah kekurangan

sarana komputer kendalanya adalah dikarenakan

lokasi sekolah yang belum memiliki tenaga listrik,

namun untuk sarana lain yang tidak membutuhkan

tenaga listrik hampir semuanya sudah memadai baik

itu sekolah-sekolah dikota ataupun didesa.

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42 ayat 2

mengatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib

memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,

ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,

ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat

berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,

tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran

yang teratur dan berkelanjutan. Dalam hal prasarana

diakui oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

masih mengalami kekurangan disana-sini. Pemerintah

juga terus berusaha memperbaiki dan terus berusaha

menambah prasarana yang masih berkekurangan

tersebut. Banyaknya sekolah yang masih belum

Page 22: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

78

memiliki ruangan kelas yang memadai, ruang

perpustakaan, bahkan boleh dikatakan masalah

prasarana adalah masalah utama yang masih terus

diusahakan untuk diperbaiki kedepannya. Masalah ini

bukan hanya dialami sekolah-sekolah yang lokasinya

didesa namun di kotapun masalah prasarana terjadi.

Dengan adanya pendanaan yang sudah dipaparkan

diatas, diharapkan perluasan akses pendidikan

mendapatkan solusi yang terbaik.

Meskipun ada begitu banyak kekurangan dalam

hal prasarana, pemerintah daerah merasa sangat

terbantu dengan adanya penerapan kebijakan dana-

dana BOS dan DAK sebagai kebijakan nasional di

Kabupaten Sumba Timur dan sudah mulai terlihat

adanya perubahan dalam pembangunan sekolah baru,

atau perbaikan ruang-ruang kelas menjadi layak pakai,

namun tidak di pungkiri juga masih saja ada

kekurangan yang terjadi. Setidaknya sekolah dan

masyarakat merasa terbantu dengan penerapan

kebijakan BOS dan DAK dalam peningkatan sarana

prasarana pendidikan yang baik.

Terbukti bahwa staf pemerintah daerah, Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga, institusi sekolah,

dan masyarakat terus bekerja sama dengan baik untuk

mengimplementasikan akses pendidikan menjadi lebih

baik dan terus maju. Dengan adanya perluasan akses

pendidikan tersebut, maka penduduk Sumba Timur

Page 23: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

79

diharapkan bisa mendapatkan pendidikan yang layak,

walaupun masih saja adanya desa-desa terpencil yang

belum bisa mengakses pendidikan.

4.2.3.Kenderungan-kecenderungan Implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai

dengan keputusan awal jika para pelaksana kebijakan

mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau

adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan,

demikian sebaliknya jika para pelaksana bersikap

negatif atau menolak terhadap implementasi kebijakan

karena konflik kepentingan maka implementasi

kebijakan akan menghadapi kendala yang serius

(Edwards III dalam Winarno, 2012).

Dalam mengimplementasikan kebijakan dana-

dana untuk pendidikan yaitu melalui program dana

BOS dan DAK, untuk pemerataan perluasan akses

pendidikan, pemerintah daerah, Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga tidak melakukannya sendirian

namun bekerjasama dengan setiap institusi sekolah.

Supaya berjalan dengan baik (seperti yang sudah

dipaparkan pada point komunikasi) program dana BOS

di peroleh setiap sekolah dengan cara via transfer

langsung ke buku tabungan masing-masing sekolah

setiap 3 bulan sekali, serta DAK melalui daerah dan

selanjutnya ke Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga. Untuk memperoleh dana tersebut masing-

masing sekolah membuat RAPBS (Reancana Anggaran

Page 24: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

80

Pendapatan dan Belanja Sekolah). Setelah itu pihak

sekolah bertugas untuk melaporkan pengeluaran-

pengeluaran dari dana BOS atau DAK kepada Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai bukti bahwa

dana tersebut benar adanya digunakan sebaik

mungkin. Proses ini dilakukan untuk menghindari

kecenderungan-kecenderungan negatif para pelaksana

kebijakan serta dampak negatif yang bisa terjadi dalam

pelaksanaan implementasi kebijakan seperti yang

dikatakan oleh Anderson (1979) . Disposisi seperti ini

sangat memudahkan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan

melalui dana-dana (BOS dan DAK) yang diterima untuk

kepentingan perluasan akses pendidikan menjadi lebih

baik.

Dalam implementasi kebijakan program dana

BOS dan DAK tidak ditemui hambatan-hambatan yang

nyata dikarenakan setiap pelaksana kebijakan

perluasan akses pendidikan melalui dana BOS dan

DAK adalah institusi pendidikan serta pelaksanaannya

melalui petunjuk teknis pelaksanaan. Pelaksana

kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan

melalui program dana BOS dan DAK sangat

mendukung kebijakan pemerintah tersebut. Kebijakan

nasional mengenai program dana BOS dan DAK adalah

kebijakan yang pelaksanaannya untuk kepentingan

masyarakat, diterima dan disetujui oleh sebagian besar

Page 25: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

81

masyarakat yang mengerti. Hal tersebut sesuai dengan

yang dikatakan oleh Winarno (2012) bahwa jika para

pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan

tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan,

kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan

sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat

keputusan awal.

Adapun kecenderungan-kecenderungan yang bisa

menjadi tantangan dalam implementasi perluasan

akses pendidikan dilansir dari dokumentasi RENSTRA

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Sumba Timur adalah kesadaran masyarakat relatif

rendah tentang pendidikan, topografi yang berbukit-

bukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata,

kemampuan/kompetensi pengelolaan pendidikan yang

belum memadai, sarana prasarana yang tersedia belum

menunjang operasional pelaksanaan tugas, masih

rendahnya penguasaan dan penerapan IPTEK dalam

pengelolaan pendidikan, masih rendahnya koordinasi

dalam penyelenggaraan pengelolaan pendidikan, serta

masih adanya peraturan perundang-undangan

dibidang pendidikan yang belum sepenuhnya dapat

diterapkan.

Sekalipun pemerintah melihat kecenderungan-

kecenderungan sebagai kendala dalam implementasi

kebijakan perluasan akses pendidikan tersebut namun

pemerintah terus berusaha agar perluasan akses

Page 26: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

82

pendidikan bisa berjalan dengan baik, melalui

kekuatan yang dimiliki yaitu eksistensi Dinas PPO

sebagai penyelenggara urusan wajib dalam pengelolaan

pendidikan di Kabupaten Sumba Timur, memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas yang

merupakan hasil pembangunan dibidang pendidikan,

serta adanya kepastian pembiayaan dari APBD

Kabupaten Sumba Timur (RENSTRA Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur).

Kecenderungan-kecenderungan mungkin

menghalangi implementasi bila para pelaksana

kebijakan benar-benar tidak sepakat dengan substansi

suatu kebijakan (Winarno,2012). Ketika para pelaksana

kebijakan memilih untuk tidak mengikuti substansi

kebijakan yang sudah ada maka kebijakan tersebut

tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik. Kebijakan

program dana BOS dan DAK karena merupakan

kebijakan nasional, tidak begitu terlihat adanya

kecenderungan-kecenderungan yang dilakukan dari

para pelaksana khususnya dalam institusi sekolah,

karena pelaksanaannya berdasarkan petunjuk teknis

(juknis) yang sudah dirumuskan.

Edwards III (Winarno,2012) mengatakan para

pelaksana kebijakan diharapkan untuk tidak berada

atau masuk dalam “zona ketidakacuhan”. Dimana para

pelaksana kebijakan tidak menyetujui perintah-

perintah yang diberikan yaitu antara keputusan-

Page 27: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

83

keputusan kebijakan dan pencapaian kebijakan sebab

dalam kasus-kasus seperti ini para pelaksana

kebijakan akan menggunakan keleluasaan dan kadang-

kadang dengan cara yang halus menghambat

implementasi kebijakan. Kecenderungan-

kecenderungan yang terjadi karena pelaksana

kebijakan berada dalam “zona ketidakacuhan” boleh

dikatakan tidak sampai terjadi. Jikalau sampai terjadi,

kecenderungan tersebut terjadi dikalangan sekolah

yang dikarenakan adanya ketidaktahuan para

pelaksana kebijakan dalam hal ini guru untuk

mengelola uang. Guru sebagai pelaksana dari kebijakan

tidak diajarkan secara khusus mengenai pengelolaan

keuangan sehingga pengetahuan pengelolaan keuangan

sangat kurang. Tugas guru adalah mengajar akan

tetapi guru harus melakukan administrasi keuangan

yang tidak terlalu mereka pahami, sehingga mungkin

saja adanya kesalahan dalam pemakaian dana-dana

meskipun dalam petunjuk teknis (Juknis) sudah jelas

mengenai kegunaan kebijakan dana-dana tersebut.

Petunjuk teknis tidak semua di baca dan dipahami oleh

guru sebagai pelaksana kebijakan program dana BOS

dan DAK untuk perluasan akses pendidikan.

4.2.4.Struktur Birokrasi Anderson (1979) mengungkapkan bahwa salah

satu aspek yang perlu dikaji dalam implementasi

kebijakan adalah siapa yang mengimplementasikan

Page 28: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

84

atau dengan kata lain siapa yang melakukan

implementasi tersebut. Implementasi kebijakan boleh

mencapai sasaran yang tepat ketika dilakukan dengan

tepat pula. Dari semua kegiatan implementasi

kebijakan yang dilaksanakan, peran serta pemerintah

daerah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,

instaitusi sekolah dan masyarakat sangat dibutuhkan.

Kesemuanya membentuk sinergi dalam mencapai suatu

tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya hubungan-

hubungan yang baik antara pemerintah daerah, Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga, institusi sekolah

dan masyarakat implementasi kebijakan perluasan

akses pendidikan tidak akan berlangsung dengan baik.

Edwards III (Winarno, 2012) mengatakan

birokrasi merupakan salah satu badan yang paling

sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana

kebijakan dan birokrasi tidak hanya berada dalam

organisasi-orgasasi swasta namun juga dalam institusi-

institusi pendidikan. Adapun struktur birokrasi

pelaksana kebijakan perluasan akses pendidikan

melalui program dana BOS dan DAK adalah Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan institusi

sekolah, melibatkan peran serta pemerintah daerah

dan masyarakat setempat. Sekolah-sekolah dibantu

oleh peran komite sebagai perwakilan masyarakat

untuk menunjang tercapainya tujuan implementasi

perluasan akses pendidikan.

Page 29: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

85

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga memiliki

struktur birokrasi sendiri, institusi-institusi sekolah

juga memiliki birokrasinya sendiri untuk melaksanakan

atau menjalankan setiap kebijakan yang ada. Struktur

birokrasi yang ada didinas pendidikan adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris membawahi:

a. Sub bagian umum dan kepegawaian

b. Sub bagian program dan evaluasi

c. Sub bagian keuangan

3. Bidang Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah

Dasar (SD) membawahi:

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan,

bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan

c. Seksi sarana dan prasarana

4. Bidang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

membawahi:

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan,

bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan

c. Seksi sarana dan prasarana

5. Bidang Sekolah Menengah Atas (SMA)/

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

membawahi:

Page 30: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

86

a. Seksi pembinaan kurikulum, kesiswaan,

bahasa dan seni

b. Seksi pembinaan ketenagaan

c. Seksi sarana dan prasarana

6. Bidang Pendidikann Luar Sekolah

membawahi:

a. Seksi pendidikan kesetaraan

b. Seksi pendidikan berkelnajutan

c. Seksi PAUD non formal (RENSTRA Dinas

Pendidikan)

Struktur birokrasi dalam institusi sekolah

meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

sekretaris dan bendahara sekolah. Dengan adanya

struktur organisasi tersebut implementasi kebijakan

perluasan akses pendidikan diharapkan dapat

membantu mencapai target yang diinginkan dalam

memperbaiki mutu pendidikan.

Struktur birokrasi memiliki dua karakteristik

utama yaitu prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran

dasar atau Standart Operating Procedures (SOP) dan

fragmentasi (Edwards III dalam Winarno,2012).

Implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan

melalui dukungan dana BOS dan DAK di Kabupaten

Sumba Timur memiliki prosedur-prosedur kerja ukuran

dasar (SOP) dimana SOP yang dimaksudkan adalah

petunjuk teknis (juknis). Sehingga dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan perluasan akses pendidikan di

Page 31: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

87

Kabupaten Sumba Timur, SOP tidak menghalangi

implementasi. Fragmentasi tidak terjadi dalam struktur

birokrasi dikarenakan pelaksanaan kebijakan sesuai

dengan petunjuk teknis yang sudah ada.

4.3. Hasil Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Perluasan akses pendidikan merupakan pilar

kebijakan yang diarahkan untuk memperluas daya

tampung satuan pendidikan, dengan tujuan agar

semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama

dalam mendapatkan layanan pendidikan. Dengan akses

pendidikan yang semakin mudah dijangkau oleh

masyarakat bahkan masyarakat didaerah terpencil

sekalipun akan membantu IPM dan APK suatu daerah

semakin meningkat sebagai indikator dalam mengukur

keberhasilan pembangunan suatu daerah.

Suksesnya suatu pembangunan sangat

tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat yang

merupakan salah satu pilar terpenting dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah

satu indikator utama yang dipakai untuk mengukur

keberhasilan adalah Indeks Pembangunan Manusia.

Berdasarkan data dari RKPD Kabupaten Sumba Timur

tahun 2013 besaran angka IPM kabupaten Sumba

Timur pada tahun 2009 sebesar 61,841. Pada tahun

Page 32: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

88

2010 angka IPM meningkat sebesar 61,80 dan terus

meningkat lagi tahun 2011 menjadi 62,50. Berdasarkan

criteria IPM : < 50 = low level, 50-80 =

moderate/middle,>80 = high level, dengan demikian

angka IPM Kabupaten Sumba Timur termasuk dalam

level sedang/moderate. IPM tersebut terus

menunjukkan peningkatan meskipun masih berada di

level sedang dan perlahan-lahan akan menjawab

sasaran target pemerintah Kabupaten Sumba Timur

dimana ingin meningkatkan IPM dari 0,6184 pada

tahun 2010 menjadi 0,6400 pada tahun 2015.

Sehingga dengan demikian masih diperlukan sedikit

tidaknya target 0,015 untuk dapat mencapai sasaran

IPM yang diharapkan.

Dalam implementasi kebijakan perluasan akses

pendidikan tidak ditemui bahwa ada satuan-satuan

sekolah yang gagal. Melihat usaha yang dilakukan

dibandingkan dengan keadaan sebelum program dana

BOS dan DAK berlangsung boleh dikatakan setiap

sekolah berhasil dalam penerapan kebijakan melalui

BOS dan DAK. Seperti pada pembahasan sebelumnya

bahwa banyak sekolah yang pada mulanya tidak

memiliki gedung sekolah yang baik sekarang sudah

bisa memiliki gedung sekolah yang layak. Saat ini akses

sekolah menengah atas dan kejuruan juga sudah

tersebar disetiap kecamatan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan-kecamatan

Page 33: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

89

dan sekolah-sekolah yang mengalami kegagalan dalam

mengimplementasikan kebijakan perluasan akses

pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

Agar sasaran kebijakan implementasi kebijakan

perluasan akses pendidikan dapat tercapai dengan

target yang diinginkan pertama-tama yang harus

diperhatikan adalah visi dan misi Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Timur. Visi

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga adalah

“Terwujudnya layanan pendidikan, pemuda dan

olahraga yang bermutu dan berdaya saing untuk

membentuk insan yang cerdas, sehat, kreatif, mandiri

dan demokratis”. Sedangkan misi Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga adalah “meningkatkan

ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan,

meningkatkan kualitas/mutu layanan pendidikan,

meningkatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan

pendidikan, meningkatkan kepastian/keterjaminan

memperoleh layanan pendidikan”. Tujuan dari tiap misi

yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai

berikut:

1. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan

anak usia dini non formal dan informal yang

bermutu dan berkesetaraan.

Page 34: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

90

2. Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan

dasar dan menengah yang bermutu, relevan dan

berdaya saing.

3. Tersedianya tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan yang berkualifikasi dan

berkompetensi.

4. Terjaminnya kepastian memperoleh layanan

pendidikan yang bermutu dan berkesetaraan.

5. Tersedianya kurikulum yang berkearifan lokal.

Berlandaskan visi, misi, dan tujuan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba

Timur maka sasaran kebijakan implementasi kebijakan

perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur adalah meningkatkan prosentase tingkat

pendidikan dengan indikator.

Kinerja pendidikan dapat dilihat dari beberapa

indikator utama yaitu melalui Angka Partisipasi Kasar

(APK) dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang

Sekolah Menengah Pertama, rasio siswa per gedung

dan rasio siswa per guru. Gambaran mengenai tingkat

partisipasi pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD)

dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari tahun

2010-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 35: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

91

Tabel 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang

Pendidikan SD-SMP di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010-2013

No.

Jenjang

Penduduk

Jenjang

Pendidikan Angka Partisipasi Kasar %

2010-

2011

2011-

2012

2012-

2013

1 7-12 tahun SD 105,27 104,75 112,09

2 13-15 tahun SMP 74,62 80,72 86,36

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Sumba Timur, 2013

Table 4.2 diatas menunjukkan APK untuk

jenjang SD-SMP di Kabupaten Sumba Timur cenderung

mengalami peningkatan. Menurut data Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga pada jenjang

pendidikan SD, SMP dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan secara signifikan dimana pada

tahun 2012-2013 untuk SD yaitu 112,09, SMP menjadi

86,36. Namun angka partisipasi ini belum cukup tinggi

untuk mencapai APK 100 persen sebagai target APK

yang diinginkan Pemerintah. APK SD yang mencapai

angka 112,09 persen secara signifikan lebih besar

dibandingkan sasaran APK yang ditentukan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga yaitu 100 persen.

Hal itu menunjukkan bahwa masih banyak siswa

berusia dibawah 7 tahun dan diatas 12 tahun yang

masih bersekolah dijenjang SD. Oleh karena itu

pemerintah Kabupaten Sumba Timur menargetkan

Page 36: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

92

sasaran yang harus dicapai untuk Angka Partisipasi

Kasar SD menjadi 100% ditahun 2015. Sedangkan

pada jenjang pendidikan SMP untuk mencapai target

penuntasan wajib belajar masih diperlukan kenaikan

Angka Partisipasi Kasar SMP sebesar 13.64 persen

untuk mencapai sasaran Angka Partisipasi Kasar

menjadi 100% pada tahun 2015. Dapat disimpulkan

bahwa masih banyak anak usia sekolah 13-15 tahun

yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan

SMP. Adanya anak yang putus sekolah juga membuat

Angka Partisipasi Kasar daerah belum mencapai target

Angka Partisipasi Kasar yang ditentukan.

Rasio siswa terhadap guru untuk tingkat

pendidikan Sekolah Dasar tahun 2011 adalah 14

persen yang berarti satu orang guru mengasuh 14-15

siswa, rasio tersebut cukup ideal akan tetapi

penyebaran guru yang tidak merata antar satuan

pendidikan terutama di pedesaan menjadi

permasalahan tersendiri dikarenakan demografi

Kabupaten Sumba Timur. Rasio siswa terhadap guru

pada jenjang pendidikan SMP adalah 14 persen atau

satu orang guru mengasuh 15-16 siswa. Rasio siswa

per gedung dan rasio siswa per guru dapat dilihat pada

table berikut ini:

Page 37: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

93

Table 4.3 Rasio Siswa Per Gedung dan Rasio Siswa Per Guru

Di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2011

Sumber : Indikator Kesra Tahun 2011 dan Sumba Timur

Dalam Angka 2012

Dari tabel tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa meningkatnya rasio siswa/sekolah

SD dari 169,63 pada tahun 2011 menjadi 156 pada

tahun 2015. Oleh karena itu dibutuhkan pengurangan

sedikitnya 13.63 untuk mencapai sasaran indikator

yang diharapkan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba

Timur. Sedangkan untuk SMP rasio siswa/sekolah

pada tahun 2010 adalah 119.15, tahun 2011 adalah

221.21 menjadi 290 pada tahun 2015. Adanya

perubahan yang signifikan dari tahun 2010 ke tahun

2011 dan membutuhkan jumlah 68.79 untuk mencapai

sasaran indikator Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba

Timur. Rasio siswa/guru untuk tingkat SD pada tahun

2011 adalah 14.00 ditargetkan pada tahun 2015

Prasarana Pendidikan

Jumlah Satuan

Pendidikan (S)

Jumlah Siswa

(M)

Jumlah Guru (G)

Rasio Siswa/Guru

(M/G)

Rasio Siswa/Sekolah

(M/S) SD/MI 236 40.033 2.902 14,00 169,63 SMP 59 13.046 910 14,00 221,12

Page 38: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

94

mengalami peningkatan menjadi 32. SMP pada tahun

2011 adalah 14.00 mnjadi 32 pada tahun 2015.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga tahun 2011 Kabupaten Sumba Timur

memiliki sarana pendidikan mulai dari PAUD sebanyak

78 prasarana dengan jumlah siswa sebanyak 2.340

orang dan diasuh oleh tenaga pendidik sebanyak 156

guru. TK/RA sebanyak 38 prasarana dengan jumlah

siswa sebanyak 2.329 siswa yang di asuh tenaga guru

sebanyak 235 orang. Hal tersebut menjawab kebijakan

strategis yang disusun dalam rangka memperluas

pemerataan dan akses pendidikan bagi anak usia 0-6

tahun untuk memiliki kesempatan tumbuh dan

berkembang dan memiliki kesiapan dalam mengikuti

pendidikan di SD/MI (RENSTRA Depdiknas 2005-

2009).

Untuk SD/MI/PLB jumlah satuan pendidikan

236 buah dengan jumlah siswa sebanyak 40.033 siswa

diasuh oleh tenaga guru 2.902 guru, SLTP/MTs

sebanyak 59 satuan pendidikan dengan jumlah siswa

sebanyak 13.046 orang yang diasuh oleh tenaga guru

sebanyak 18 buah dengan jumlah siswa sebanyak

9.908 orang yang diasuh oleh tenaga guru sebanyak

608 guru.

Keberhasilan akses pendidikan juga dapat dilihat

dari Angka Melek Huruf dan Buta Huruf yang dapat

dilihat dari angka persentase penduduk 10 tahun

Page 39: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

95

keatas yang memiliki kepandaian membaca dan

menulis. Indikator ini merupakan gambaran yang

sangat mendasar dari tingkat pendidikan penduduk,

karena apabila presentase penduduk yang dapat

membaca dan menulis semakin besar menunjukkan

bahwa semakin banyaknya penduduk yang dapat

memahami dan melaksanakan kebijakan

pembangunan.

Tabel 4.4 Persentase Penduduk yang Berumur 10 Tahun keatas

Menurut Jenis Kelamin dan Kepandaian Membaca dan Menulis

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006-2011

Melalui sasaran kebijakan yang direncanakan

pemerintah, terlihat adanya peningkatan-peningkatan

yang signifikan dari tahun ke tahun seperti terlihat

pada tabel-tabel diatas.

Dengan demikian sasaran kebijakan yang

direncanakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

diharapkan pada tahun 2015, akses pendidikan di

Kabupaten Sumba Timur dapat dicapai dengan baik

dan bisa dijangkau oleh semua masyarakat.

Kepandaian Membaca dan

Menulis Tahun 2009 tahun 2010 tahun 2011

LK Pr LK Pr LK Pr Dapat Membaca

dan Menulis 84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54

Buta Huruf 15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,56

Sumba Timur 100 100 100 100 100 100

Page 40: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

96

Diharapkan akses pendidikan mengubah kehidupan

masyarakat menjadi lebih baik, siap terjun dalam dunia

kehidupan yang sebenarnya. Terstrukturnya sasaran

kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah

terus berusaha memperbaiki perluasan akses

pendidikan.

Adanya program dana BOS dan DAK juga

dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Sumba Timur

membawa perubahan yang baik bagi akses pendidikan.

Sekalipun terkadang Dana Alokasi Khusus (DAK) yang

diperoleh tidak sesuai dengan belanja masing-masing

daerah (hasil wawancara dengan kepala sub bagian

program dan evaluasi). Melalui program dana BOS

biaya pendidikan bagi siswa-siswi dibebaskan. Hal

tersebut sesuai dengan kebijakan yang tercantum

dalam RENSTRA Depdiknas 2005-2009 yaitu

menghapus hambatan biaya (cost barries) melalui

pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) bagi

semua siswa pada jenjang Dikdas baik pada sekolah

umum maupun madrasah yang dimiliki oleh

pemerintah atau masyarakat, yang besarnya di hitung

berdasarkan per siswa dikalikan dengan jumlah

seluruh siswa pada jenjang tersebut. Dan terutama

bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.

Beberapa kebijakan strategis yang disusun dalam

rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan

dalam RENSTRA Depdiknas sudah memperlihatkan

Page 41: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

97

hasil yang baik bagi perluasan akses pendidikan,

membentuk bagi daerah terpencil yang berpenduduk

jarang dan terpencar, memperluas akses bagi anak usia

sekolah 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan

yang belum mendapat layanan pendidikan dijalur non

formal maupun pendidikan terpadu, akses bagi

pendudukbuta aksara usia 15 tahun keatas dilakukan

melalui program paket A, B, dan C yang dilakukan atas

kerjasama masyarakat dan sekolah disetiap desa.

Namun belum semua kebijakan dalam RENSTRA

Depdiknas berhasil, masih ada beberapa kebijakan

yang belum terealisasi pelaksanaannya.

4.4. Hambatan yang Dihadapi dan Membatasi Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010 s/d 2012 Beberapa hambatan yang dihadapi dan

membatasi pelaksanaan implementasi perluasan akses

pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba

Timur antara lain:

4.4.1. Kesadaran masyarakat relatif masih rendah tentang pendidikan. Masyarakat adalah pilar utama suatu daerah

yang bertanggungjawab penuh dalam pembangunan

suatu daerah. Pembangunan daerah berjalan dengan

Page 42: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

98

baik jika masyarakat tersebut memiliki pendidikan

yang memadai. Hambatan utama dalam implementasi

perluasan akses pendidikan di Kabupaten Sumba

Timur adalah kesadaran masyarakat masih sangat

rendah tentang pendidikan. Adanya pemikiran

masyarakat bahwa mengenyam pendidikan hanyalah

membuang waktu mereka semata. Pemerintah

mengakui bahwa mereka tidak berdiam diri begitu saja

tetapi terus berupaya membangun komunikasi yang

baik dengan masyarakat dengan cara menghimbau

masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi

kehidupan masyarakat bahkan untuk daerah.

4.4.2. Topografi yang berbukit-bukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata.

Masalah topografi daerah yang berbukit-bukit

dan penyebaran penduduk yang tidak merata adalah

hambatan yang membatasi implementasi perluasan

akses pendidikan berlangsung dengan baik.

Masyarakat merasa kasihan dengan anak-anak mereka

yang masih kecil untuk kesekolah yang jauh dari

rumah. Oleh karena itu kebijakan pemerintah yaitu

dengan membangun sekolah kecil di desa-desa yang

memiliki penduduk memungkinkan dan ketika sekolah

kecil yang dibangun mengalami perkembangan yang

pesat pemerintah kemudian membangun sebuah

sekolah. Dengan demikian permasalahan topografi

sedikit teratasi.

Page 43: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5113/5/T2_942011036_BAB IV.pdf · laboratorium, bahkan juga memberikan beasiswa bagi . 62 ...

99

4.4.3. Masih banyaknya sekolah yang belum bersertifikat.

Adanya sekolah-sekolah yang belum bersertifikat

juga adalah hambatan dalam implementasi perlusan

akses pendidikan. Kondisi ini, rawan memicu gugatan

warga sehingga dapat menimbulkan terganggunya

implementasi perluasan akses pendidikan. Banyaknya

tanah sekolah yang belum bersertifikat juga

dikarenakan kurangnya anggaran untuk pendataan.

4.4.4. Rendahnya penguasaan dan penerapan IPTEK dalam pengelolaan pendidikan.

Kemajuan IPTEK dalam bidang pendidikan

merupakan salah satu faktor pendukung dalam

pemerataan perluasan akses pendidikan. Kebijakan

dalam RENSTRA menyebutkan agar memanfaatkan

secara optimal radio, televise, computer dan perangkat

TIK lainya untuk digunakan sebagai media

pembelajaran dan untuk pendidikan jarak jauh sebagai

sarana belajar alternative selain menggunakan modul

atau tutorial, terutama bagi daerah terpencildan

mengalami hambatan dalam transportasi, serta jarang

penduduk. Namun di Kabupaten Sumba Timur

penguasaan dan penerapan IPTEK masih sangat

terbatas. Hal tersebut juga merupakan hambatan bagi

implementasi akses pendidikan.