BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf ·...

46
89 BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Profil Responden 4.1.1 Profil Perusahaan 4.1.1.1 Sejarah Singkat The Body Shop ® The Body Shop ® International plc adalah sebuah perusahaan kosmetik dan kecantikan global yang mendapatkan inspirasi dari alam dan menghasilkan produk- produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun 1976 oleh Dame Anita Roddick di Inggris, saat ini toko The Body Shop ® memiliki lebih dari 2,400 toko yang tersebar di 61 negara, dengan lebih dari 1,200 jenis produk yang menggunakan bahan-bahan alami dan bebas dari uji coba pada binatang. The Body Shop ® juga merupakan pioneer perusahaan kosmetik internasional yang menghimbau terhadap Standar Kosmetik untuk Manusia dengan memberantas uji coba terhadap binatang. Pentingnya arti lingkungan yang disadari oleh masyarakat Eropa merupakan alasan utama kehadiran The Body Shop ® . Sejak awal berdirinya toko pertama mereka, The Body Shop ® selalu berkomitmen untuk mendukung perubahan lingkungan dan sosial menuju keadaan yang lebih baik melalui berbagai kegiatan kampanye didasari oleh semangat dan nilai-nilai (values) yang dianut dan mendarah daging dalam setiap aktivitas bisnisnya. Kedua hal inilah yang membuat The Body Shop ® berbeda dengan para pesaingnya. Semangat The Body Shop ® dalam menjalankan bisnisnya adalah “we believe business can be both profitable and responsible”. Adapun nilai-nilai (values) inti dari The Body Shop ® terdiri dari :

Transcript of BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf ·...

Page 1: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

89 

 

BAB 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Profil Responden 4.1.1 Profil Perusahaan

4.1.1.1 Sejarah Singkat The Body Shop®

The Body Shop® International plc adalah sebuah perusahaan kosmetik dan

kecantikan global yang mendapatkan inspirasi dari alam dan menghasilkan produk-

produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun 1976 oleh

Dame Anita Roddick di Inggris, saat ini toko The Body Shop® memiliki lebih dari 2,400

toko yang tersebar di 61 negara, dengan lebih dari 1,200 jenis produk yang

menggunakan bahan-bahan alami dan bebas dari uji coba pada binatang. The Body

Shop® juga merupakan pioneer perusahaan kosmetik internasional yang menghimbau

terhadap Standar Kosmetik untuk Manusia dengan memberantas uji coba terhadap

binatang.

Pentingnya arti lingkungan yang disadari oleh masyarakat Eropa merupakan

alasan utama kehadiran The Body Shop®. Sejak awal berdirinya toko pertama mereka,

The Body Shop® selalu berkomitmen untuk mendukung perubahan lingkungan dan sosial

menuju keadaan yang lebih baik melalui berbagai kegiatan kampanye didasari oleh

semangat dan nilai-nilai (values) yang dianut dan mendarah daging dalam setiap aktivitas

bisnisnya. Kedua hal inilah yang membuat The Body Shop® berbeda dengan para

pesaingnya. Semangat The Body Shop® dalam menjalankan bisnisnya adalah “we believe

business can be both profitable and responsible”.

Adapun nilai-nilai (values) inti dari The Body Shop® terdiri dari :

Page 2: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

90 

 

1. Against Animal Testing

Awal prinsip ini bermula dari Save The Whale tahun 1986 ketika Anita

meluncurkan kampanye toko pertamanya. Saat itu The Body Shop® dan Anita

mendukung perjuangan Greenpeace dalam mengakhiri pembantaian ikan paus untuk

produk komersial seperti minyak ikan paus yang digunakan dalam beberapa produk

kosmetik.

The Body Shop® tidak pernah dan tidak akan pernah mengujicobakan bahan

dasar maupun produk kepada binatang. Ia percaya bahwa binatang tidak perlu

dikorbankan untuk kecantikan. Untuk itu The Body Shop® menggunakan percobaan

alternativ yang telah dikembangkan dalam melakukan penelitiannya. Salah satunya

adalah eyetex irritection dengan menggunakan protein tumbuhan pengganti mata kelinci

untuk menganalisa kadar iritasi mata manusia, mengembangkan metode uji coba (skin

patch) pada para relawan dengan cara yang aman dibawah pengawasan ketat University

Hospital of Wales dan setiap pemasok bahan baku untuk kebutuhan kosmetika tidak

dipekenankan mengujicobakannya pada binatang sejak 31 Desember 1990.

2. Support Community Trade

The Body Shop® membangun hubungan perdagangan yang saling

menguntungkan dengan masyarakat melalui program Community Trade yang berawal

dari Teddy Exports India tahun 1983. Dengan Community Trade The Body Shop®

melakukan perdagangan yang adil dan setara dengan berbagai komunitas di dunia. The

Body Shop® memperoleh bahan baku bermutu, mereka memperoleh kemandirian sosial

ekonomi. Nilai ini dilaksanakan dengan peduli terhadap siapa dan cara apa saat

melakukan perdagangan; memastikan para pekerja tidak dieksploitasi dan bukan anak-

anak di bawah umur; menjamin pekerjaan tidak membahayakan jiwa; pekerja mendapat

tambahan keterampilan dan pengetahuan; dan menggunakan sumber daya alam yang

berkelanjutan.

Salah satu contoh kegiatan yang pernah dilakukan adalah pada Januari 2001

Anita mengunjungi 130 petani minyak wijen di Nicaragua yang menerima harga adil dan

Page 3: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

91 

 

stabil untuk biji wijen yang mereka jual agar petani mampu membangun bisnis mereka

yang berkelanjutan.

3. Active Self-Esteem

The Body Shop® mendorong setiap perempuan untuk menerima, menghargai dan

menggali potensi diri. “Feel good about yourself, respect yourself, look after your body

and soul, and be proud of who and what you are” merupakan pernyataan yang

dilontarkan oleh Anita Roddick mengenai bagaimana setiap perempuan harus

menghargai dirinya. Nilai ini didasarkan atas tanggung jawabnya terhadap para

perempuan yang telah menjadi objek penderita dari berbagai ilusi dan impian yang

ditawarkan oleh berbagai produk untuk tubuh dan wajah seperti supermodels. Pada

kenyataannya dari 3 juta wanita hanya 8 wanita saja yang memiliki tubuh seperti

supermodels.

4. Defend Human Rights

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar setiap manusia yang hidup di dunia yang

masih dianggap sebagai isu yang terkait dengan politik. Padahal hak-hak itu juga terdiri

dari isu-isu yang sering dijumpai seperti hak terhadap pendidikan, kesehatan, tempat

tinggal yang layak, pekerjaan, dan lain-lain. The Body Shop® senantiasa selalu

mendukung untuk ditegakkannya HAM tersebut melalui usaha-usaha perbaikan hidup

masyarakat. Di Indonesia hal ini difokuskan pada kampanye Stop Violence In The Home

dan hak pendidikan bagi anak-anak usia sekolah melalui program anak asuh yang

tersebar di Indonesia dimana para staff The Body Shop® lah yang menjadi

penanggungjawabnya.

5. Protect Our Planet

The Body Shop® menjalankan kebijaksanaan untuk selalu menggunakan bahan yang

dapat didaur ulang dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Hingga kini prinsip

itu masih terus diterapkan dengan membuat sistem daur ulang sampah, kertas dan

kemasan. Melalui hal itu The Body Shop® dapat menghemat 70 ton plastik murni setiap

tahunnya. Serta adanya pelarangan penggunaan bahan tidak ramah lingkungan,

Page 4: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

92 

 

meminimalkan dampak negatif setiap proses bisnisnya bagi lingkungan dari proses

pemilihan bahan baku, produksi, pengemasan, distribusi hingga ke tangan pelanggan.

Kelima prinsip atau nilai inilah yang menjadi dasar dilakukannya segala macam

kegiatan kampanye yang ada dan kerja Marketing Communication The Body Shop® untuk

mengkomunikasikan keunggulan produknya yang tidak pernah dan tidak boleh terlepas

dari kelima prinsip tersebut di atas.

4.1.1.2 The Body Shop® di Indonesia

The Body Shop® menggunakan sistem franchise dalam rangka memperluas

jaringan usahanya, termasuk di Indonesia. The Body Shop® untuk wilayah Indonesia

beralamat di Jl. Profesor Dr. Satrio Blok A3 No. 5, Tangerang. The Body Shop® Indonesia

pertama kali membuka tokonya di Pondok Indah Mall pada tanggal 12 Desember 1992

dan sampai saat ini terus memperbanyak gerainya di wilayah Indonesia.

Berdirinya The Body Shop® di Indonesia berawal dari kebiasaan berpetualang

Toha Azhary (Operation Director The Body Shop® Indonesia) dan Suzy Hutomo (CEO The

Body Shop® Indonesia) untuk benchmarking dan menjajaki peluang bisnis yang dapat

dimanfaatkan. Mereka melihat bahwa The Body Shop® sangat menarik dengan produk

yang bagus, lengkap, natural, dan sangat nyaman untuk dipakai. Selain itu, hal yang

paling unik adalah nilai-nilai (values) yang dipegang teguh oleh merek The Body Shop®

dalam menjalankan usahanya yang diwujudkan melalui kepedulian dan tanggung jawab

terhadap perubahan sosial dan lingkungan. Nilai-nilai (values) The Body Shop® ini

akhirnya dipandang sebagai value added yang sangat signifikan dalam meningkatkan

gaya hidup konsumennya. Kesemuanya ini ditambah dengan pengalaman yang

menyenangkan selama menjadi konsumen, membuat keduanya yakin bahwa The Body

Shop® akan diterima dengan baik oleh konsumen di Indonesia dan memiliki peluang

besar untuk mengembangkannya.

Sebesar 95% produk The Body Shop® yang dijual di Indonesia didatangkan

langsung dari Inggris dan untuk produk skin care dari Jepang. Sedangkan beberapa

Page 5: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

93 

 

produk aksesorisnya merupakan produk lokal yang berasal dari para pengusaha kecil dan

pengrajin perorangan di Bandung, Salatiga, dan Baduy.

Produk The Body Shop® dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu Wellbeing,

Make-up, Bath and Body, Skin Care, Men’s, Home Fragrance, Fragrance, Hair,

Accessories, dan Gifts. Produk-produk The Body Shop® ini umumnya ditujukan untuk

perempuan sehingga sebagaian besar konsumen The Body Shop® adalah perempuan.

Namun ada juga rangkain produk yang ditujukan untuk konsumen pria sehingga target

konsumennya tidak hanya terbatas pada kaum wanita saja.

Untuk program komunikasi pemasaran di dalam gerai, The Body Shop®

menggunakan poster, leaflet, visual merchandising serta penawaran khusus kepada

konsumen. Sedangkan untuk komunikasi pemasaran di luar toko, The Body Shop®

melakukannya melalui public relations, iklan layanan masyarakat, dan pengiriman

informasi ke pelanggan.

The Body Shop® sebagai salah satu perusahaan kosmetik paling berpengaruh di

dunia selalu berpegang teguh pada filosofi serta misi mereka yang salah satunya adalah

berusaha untuk melakukan perubahan sosial yang lebih baik.

4.1.1.3 Lingkungan Industri kosmetik dan kecantikan (The Body Shop®

Indonesia)

Untuk mengenal lebih jauh kondisi persaingan industri kosmetik dan kecantikan

di Indonesia, khususnya The Body Shop® Indonesia, maka Peneliti akan menyajikannya

dalam bentuk analisis lima kekuatan Porter. Analisis lima kekuatan Porter atau Porter’s

five forces analysis adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri dan

pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter dari Sekolah

Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. Menurutnya ada lima kekuatan yang

menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu (1) ancaman produk

pengganti, (2) ancaman pesaing, (3) ancaman pendatang baru, (4) daya tawar pemasok,

Page 6: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

94 

 

serta (5) daya tawar konsumen. Adapun analisis lima kekuatan Porter untuk perusahaan

The Body Shop® akan dijelaskan di bawah ini beserta dengan bagannya :

Ancaman Pesaing

Gambar (4.1) Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Strategi Bersaing (Porter, 2007) 1. Ancaman Pesaing

Ancaman pesaing merupakan kekuatan yang paling hebat dari lima kekuatan

kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil jika

perusahaan itu dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yang lebih baik daripada

strategi yang dijalankan oleh perusahaan saingannya. Perubahan strategi suatu

perusahaan bisa ditanggapi oleh pesaingnya dengan langkah balasan, seperti penurunan

harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan

garansi, dan peluncuran iklan secara intensif.

PENDATANG BARU POTENSIAL 

PARA PESAING INDUSTRI 

 

Persaingan di Antara Perusahaan yang Ada 

PEMASOK  PEMBELI 

PRODUK PENGGANTI 

Kekuatan tawar‐menawar pembeli 

Ancaman Produk Pengganti

Kekuatan tawar‐menawar pemasok 

Page 7: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

95 

 

Adapun pesaing utama The Body Shop® merupakan perusahaan-perusahaan di

bidang toiletries dan kosmetik, yaitu The Face Shop, L’Occitane, dan Lush. Perusahaan-

perusahaan ini juga merupakan perusahaan multinasional yang menawarkan produk

yang terbuat dari bahan-bahan alami dan menggunakan kemasan yang dapat didaur

ulang seperti The Body Shop®. Perusahaan-perusahaan tersebut juga menjunjung tinggi

nilai-nilai penting seperti meminimalisasi kerusakan lingkungan, tidak menguji coba

produknya pada binatang, dan terus menerapkan tanggung jawab sosialnya terhadap

masyarakat dan lingkungan. Persamaan-persamaan ini meskipun tujuannya sangat baik

juga menjadi sebuah ancaman bagi The Body Shop® karena nilai-nilai tersebut

merupakan kunci yang selalu dipegang teguh oleh The Body Shop® dan telah menjadi

trademark perusahaan selama bertahun-tahun. Namun, bedanya adalah The Body

Shop®, selain mensosialisasikan nilai-nilai tersebut The Body Shop® juga meluncurkan

kampanye serta petisi untuk mendukung berbagai isu permasalahan di dunia. Mereka

mengikutsertakan selebriti, konsumen, serta masyarakat luas untuk ikut menyuarakan

permasalahan yang dibahas. Hal inilah yang sangat membedakan The Body Shop®

dengan perusahaan kosmetik lainnya.

2. Ancaman Pendatang Baru

Pasar produk kosmetik dan kecantikan membuka celah yang besar kepada para

pendatang baru untuk memasuki pasarnya. Hal ini dikarenakan di Indonesia peluang dan

permintaan terhadap produk kosmetik dan kecantikan cukup tinggi. The Body Shop®

perlu mewaspadai fakta ini karena banyak perusahaan lain yang menawarkan harga yang

lebih murah yang dapat menyebabkan berpindahnya konsumen ke merek lain.

3. Ancaman Produk Pengganti

Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dengan industri-industri yang

menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri

dengan menetapkan harga maksimum yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam

industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, maka

Page 8: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

96 

 

semakin ketat pembatasan laba industri. The Body Shop® sebagai suatu perusahaan

yang bergerak di bidang kosmetik dan kecantikan memiliki banyak persaingan dari

produk-produk pengganti, seperti produk kosmetik dan perawatan tubuh merek lokal.

4. Daya Tawar Pemasok

Dengan peluncuran Community Trade pada tahun 1987 oleh The Body Shop®,

perusahaan, customer, maupun supplier memperoleh banyak keuntungan. Dengan

perdagangan yang adil, The Body Shop® menawarkan kepada para supplier penghasilan

yang stabil dan berjangka panjang. Melaluinya, The Body Shop® dapat memperoleh

bahan terbaik dari alam yang dikelola dan dipanen oleh petani lokal dengan keahlian

tinggi. Dalam prosesnya, Community Trade memungkinkan para supplier untuk

memperoleh masa depan yang lebih baik bagi mereka sendiri maupun komunitasnya.

The Body Shop® meminta seluruh supplier mereka untuk menandatangani Code

of Conduct yang mendukung program Ethical Trade, yang dikembangkan untuk

memperbaiki kondisi bagi seluruh pekerja dalam rantai pasokan dan menghargai hak

asasi mereka. Kesepakatan ini diberlakukan dan dimonitor secara ketat untuk menjamin

bahwa standar yang terkait dengan pekerja anak, diskriminasi, gaji, jam kerja, serta

kondisi kerja karyawan telah dipenuhi.

5. Daya Tawar Konsumen

Pembeli bersaing dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar terhadap

mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing.

Konsumen The Body Shop® memiliki kecenderungan untuk membeli produk hanya ketika

ada program penawaran khusus, misalnya program diskon, program buy two get one

free, program produk yang dijual dalam paket, dan sebagainya.

4.1.1.4 Filosofi dan Misi Perusahaan

Menurut Anita bisnis memiliki kuasa untuk melakukan hal-hal yang baik. Itulah

mengapa misi dari The Body Shop® dimulai dengan komitmen mendedikasikan bisnis

untuk mengejar perubahan sosial dan lingkungan. Kegiatan kampanye sosial dan

Page 9: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

97 

 

lingkungan yang dilakukan The Body Shop® bukan merupakan “lip service” namun

kegiatan-kegiatan itu telah direalisasikan sejak tahun 1985 bersama dengan organisasi

sosial lainnya seperti Greenpeace, Friends of The Earth, Human Right Watch, Amnesty

International dan lain-lain.

The Body Shop® selalu berusaha untuk berbeda dengan perusahaan lain,

terutama perusahaan kosmetika. Sejak Anita membuka toko pertamanya pada tahun

1976, filosofinya tentang bisnis dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat lokal dan

global telah mengarahkan The Body Shop® menjadi bisnis yang berbudaya unik.

1. Filosofi Perusahaan

Menentang arus, berjalanan berlawanan arah. Tidak memakai iklan mahal, tidak

menjanjikan hal-hal muluk. Tidak ada produk yang diujicobakan pada binatang. Hanya

minimal packaging dan produk yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.

2. Misi Perusahaan

Tidak hanya itu, The Body Shop® mempunyai Mission Statement (misi) yang

menjadikannya berbeda dan istimewa bila dibandingkan dengan produk kosmetika

lainnya. Misi dari The Body Shop® adalah:

a) Mendedikasikan bisnis ini bagi perusahaan social dan lingkungan.

b) Secara kreatif menyeimbangkan kebutuhan financial dan non-finansial dari para

stakeholder yaitu karyawan, pelanggan, pemasok, franchise.

c) Memastikan bahwa bisnis ini berkesinambungan secara ekologi: memenuhi

kebutuhan saat ini tanpa merugikan kepentingan generasi mendatang.

d) Berkontribusi pada masyarakat local, nasional dan internasional dengan

menjalankan kode etik yang memastikan adanya kepedulian, kejujuran, keadilan,

dan saling menghormati.

e) Berkampanye bagi kelestarian lingkungan, manusia, hak sipil serta penentangan uji

coba binatang dalam industri kosmetika.

Page 10: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

98 

 

f) Selalu bekerja untuk mempersempit celah antara prinsip dan praktek dengan

memasukkan semangat, kegembiraan dan kepedulian sebagai bagian dari hidup

sehari-hari.

Sampai saat ini misi tersebut masih terus dijalankan dan direalisasikan seoptimal

mungkin.

4.1.1.5 Struktur Organisasi

Berikut adalah struktur organisasi The Body Shop® Indonesia :

Chief Business

Officer 

Operations 

Director

Organizer & Process Development Manager 

L&G

Support Manager 

Secretary 

General Manager Product

Category 

Acting Marketing Communic

ation Manager 

S&E Values and

Customer Loyalty

Manager 

Sales Force

Development

Manager 

General Manager

Retail Operations 

Gambar 4.2 Struktur Organisasi The Body Shop®

Sumber : The Body Shop® Indonesia

Page 11: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

99 

 

Adapun job description secara umum dari masing-masing posisi yang terdapat dalam

struktur organisasi The Body Shop® :

1. Chief Business Officer

Orang yang bertanggung jawab untuk menetukan arah dan strategi-strategi

perusahaan untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

2. Operations Director

Orang yang memimpin seluruh kegiatan operasional yang berada di dalam

perusahaan dengan mengimplementasikan arah dan strategi yang telah ditetapkan

oleh Chief Business Officer untuk pencapaian sasaran perusahaan dalam jangka waktu

1 – 3 tahun ke depan.

3. Organizer & Process Development Manager

Orang yang membantu suatu kelancaran di dalam sistem, proses, prosedur, dan juga

pelaksana Operations Director. Selain itu tugasnya juga mengatur keseluruhan jadwal

meeting, menyusun dan memperbaiki SOP, mengontrol schedule, dan membuat data

pencapaian dalam suatu perencanaan.

4. L&G Support Manager

Orang yang bertanggung jawab atas peningkatan kualitas SDM karyawan di dalam

perusahaan, salah satu caranya adalah dengan memberikan training yang dibutuhkan

oleh organisasi tersebut.

5. Secretary

Orang yang membantu seluruh kegiatan operasional untuk kelancaran di dalam suatu

sistem, proses, dan prosedur yang dibutuhkan Operations Director dalam melakukan

tugas-tugasnya.

6. General Manager Product Category

Orang yang bertanggung jawab untuk memilih, menentukan, dan mengelola produk-

produk yang memiliki kualitas terbaik agar dapat memberikan suatu kontribusi

penjualan dan keuntungan bagi perusahaan.

Page 12: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

100 

 

7. Acting Marketing Communication Manager

Orang yang bertanggung jawab untuk membuat suatu strategi, program dan

implementasi yang mengkomunikasikan produk-produk, serta juga memberitahukan

brand atau merek kepada calon konsumen.

8. S&E Values and Customer Loyalty Manager

Orang yang bertanggung jawab dalam menyusun suatu strategi program dan

pelaksanaan dari kegiatan perusahaan dalam menciptakan suatu kepedulian terhadap

isu-isu sosial yang sedang berkembang saat ini. Selain itu juga bertanggung jawab

dalam pembuatan suatu strategi agar konsumen tersebut tetap loyal kepada

perusahaan yang mengeluarkan produk tersebut.

9. Sales Force Development Manager

Orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan dan pengembangan suatu armada

penjualan atau persediaan yang terdapat di tiap-tiap toko tersebut dengan melakukan

pelatihan dan pengembangan, evaluasi kompetensi perusahaan, sampai melakukan

promosi untuk tiap-tiap produk.

10. General Manager Retail Operations

Orang yang bertanggung jawab dalam pengolahan serta perencanaan atas seluruh

kegiatan operasional yang terdapat pada toko-toko tersebut. Dengan melakukan

suatu persiapan keperluan yang dibutuhkan oleh toko tersebut, sumber daya

manusianya, pelaksanaan pelayanan kepada konsumen, pengolahan hasil penjualan

yang didapat, dan juga pengelolaan-pengelolaan pelaksanaan produk atau barang

yang ada.

Page 13: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

 

4

R

T

m

m

t

d

B

b

4.1.2 Pr

Responden d

The Body Sho

metode, yaitu

manual. Kon

terhadap prod

data melalui p

a. U

Sumb

1

2

2

D

T

Berdasarkan

bahwa jumla

26-3024

Di atas tahun27%

rofil Respon

alam penelitia

hop® Indonesi

u melalui jeja

nsumen yang

duk The Body

penyebaran k

Usia

Gambar

ber : Hasil Pe

15 - 20 tahun

21 - 25 tahun

26 - 30 tahun

Di atas 30 tah

Total

hasil yang d

ah responden

0 tahun4%

30 n

nden

an ini berjum

ia. Penyebara

aring sosial F

g menjadi r

dy Shop® seba

kuesioner, dip

r (4.3) Grafi

engolahan Pen

un

iperoleh mela

n terbanyak b

mlah 150 oran

an kuesioner

Facebook dan

responden su

anyak 2 kali a

peroleh data-d

k Profil Res

neliti, 2010.

= 28 orang

= 45 orang

= 36 orang

= 41 orang

= 150 ora

alui pengisian

berdasarkan

15

2

ng yang meru

dilakukan de

n melalui pen

udah pernah

atau lebih. Be

data sebagai

ponden berd

ng

n kuesioner,

usia adalah

5-20 tahun19%

21-25 tahun30%

upakan konsu

engan mengg

ngisian kuesi

h melakukan

erdasarkan pe

berikut :

dasarkan us

maka dapat

responden w

n

15-20 tahu

21-25 tahu

26-30 tahu

Di atas 30

101

umen wanita

unakan dua

oner secara

pembelian

engumpulan

sia

disimpulkan

wanita yang

un

un

un

tahun

Page 14: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

 

b

s

B

b

j

berada di ren

sebesar 30%

b. P

Sumb

P

P

M

L

T

Berdasarkan

bahwa jumlah

jumlah sebes

Mah3

Lain21

ntang usia 2

.

Profesi

Gambar (

ber : Hasil Pe

Pegawai Nege

Pegawai Swas

Mahasiswa

Lain-lain

TOTAL

hasil yang d

h responden

ar 53 orang d

hasiswa35%

n-lain1%

1-25 tahun,

(4.4) Grafik

engolahan Pen

eri

sta

iperoleh mela

berdasarkan

dari 150 respo

yaitu sebesa

Profil Respo

neliti, 2010.

= 20 orang

= 46 orang

= 53 orang

= 31 orang

= 150 ora

alui pengisian

profesi palin

onden atau se

PeN

r 45 orang d

onden berda

ng

n kuesioner,

g banyak ada

ebesar 35%.

egawai Negeri13%

PegawSwast

31%

dari 150 resp

asarkan Pro

maka dapat

alah mahasis

wai ta

%

Pegawa

Pegawa

Mahasis

Lain-lain

102

ponden atau

ofesi

disimpulkan

swa, dengan

i Negeri

i Swasta

swa

n

Page 15: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

 

B

b

d

d

c. P

G

Sumb

<

R

R

>

T

Berdasarkan

bahwa jumlah

dengan besar

dari 150 resp

Pendapatan

Gambar (4.5

ber : Hasil Pe

< Rp. 1.000.0

Rp. 1.000.000

Rp. 2.000.000

> Rp. 3.000.0

TOTAL

hasil yang d

h responden

r penghasilan

onden atau s

41%

17%

per bulan

5) Grafik Pro

engolahan Pen

00

0 - Rp. 2.000.0

0 - Rp. 3.000.0

00

iperoleh mela

berdasarkan

n atara Rp. 2

sebesar 41%.

6%

ofil Respond

neliti, 2010.

= 9

000 = 5

000 = 6

= 2

= 1

alui pengisian

pendapatan

2.000.000 – R

36%

den berdasa

9 orang

54 orang

61 orang

26 orang

150 orang

n kuesioner,

per bulan did

Rp. 3.000.000

< Rp.

Rp. 1 j

Rp. 2 j

> Rp. 3

arkan Penda

maka dapat

dominasi oleh

0 yaitu sebesa

1 juta

juta-Rp. 2 ju

juta-Rp. 3 ju

3 juta

103

apatan

disimpulkan

h responden

ar 61 orang

uta

uta

Page 16: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

 

B

b

T

o

d. F

Sumb

2

5

>

T

Berdasarkan

bahwa jumla

The Body S

orang dari 15

5

Frekuensi Pe

Gambar (4

ber : Hasil Pe

2 – 4 kali =

5 – 8 kali =

> 8 kali =

TOTAL =

hasil yang d

h responden

Shop® adala

50 responden

5-8 kali38%

embelian ter

4.6) Grafik P

engolahan Pen

83 orang

57 orang

10 orang

150 orang

iperoleh mela

terbanyak b

ah sebanyak

atau sebesar

> 8 ka7%

rhadap prod

Profil Respon

neliti, 2010.

alui pengisian

berdasarkan f

2 – 4 kali d

r 55%.

ali

duk The Bod

nden berdas

n kuesioner,

frekuensi pem

engan jumlah

2

dy Shop®

sarkan Freku

maka dapat

mbelian terha

h responden

2-4 kali55%

2

5

104

uensi

disimpulkan

adap produk

sebesar 83

2-4 kali

5-8 kali

> 8 kali

Page 17: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

105 

 

4.1.3 Cause Related Marketing (CRM) The Body Shop® Indonesia

The Body Shop® merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan Cause

Related Marketing (CRM) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Cause Related

Marketing (CRM) diterapkan oleh The Body Shop® dengan cara mengkomunikasikan

kepada target audience bahwa sebagian dari hasil penjualannya akan didonasikan

kepada sebuah kegiatan sosial tertentu. Stop Trafficking of Children and Young People

adalah sebuah program The Body Shop® yang akan mendonasikan keuntungan dari

penjualan produk Soft Hands Kind Heart Hand Cream kepada ECPAT Indonesia.

Kampanye “Stop Trafficking of Children and Young People” merupakan upaya

dalam memperluas dukungan publik untuk mendukung ECPAT International (End Child

Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes) dan

mendesak pemerintah untuk serius menghentikan perdagangan seks pada anak dan

remaja. The Body Shop® melihat isu ini sebagai suatu permasalahan yang harus

ditangani dengan serius, oleh karena itu The Body Shop® mengajak para konsumen dan

masyarakat secara umum untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye ini dengan cara

mengisi petisi The Body Shop® atau melalui website The Body Shop, di

www.thebodyshop.co.id. Lalu yang paling utama adalah melalui pembelian produk Soft

Hands Kind Heart (Rp. 59.000) dimana keuntungan dari produk ini akan disumbangkan

kepada ECPAT Indonesia dan ECPAT International. Pembelian terhadap produk tersebut

akan sangat membantu The Body Shop Indonesia dan ECPAT Indonesia karena dengan

tersedianya dana yang memadai, ECPAT sebagai organisasi nirlaba dapat lebih mudah

menangani masalah sex trafficking. Selain itu, dengan bertambahnya wawasan

masyarakat mengenai isu dan kampanye ini, maka masyarakat akan lebih prihatin dan

ingin ikut membantu korban-korban perdagangan manusia.

Page 18: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

106 

 

4.2 Uraian Hasil Pengambilan Data dan Analisisnya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam proses terdapat lima prosedur

yang harus dilakukan yang pertama, spesifikasi model merupakan tahap yang telah

dijelaskan pada bab 3, kemudian sisanya identifikasi, estimasi, uji kecocokan, dan

respesifikasi (jika dibutuhkan) akan dibahas pada bab 4.

4.2.1 Identifikasi (Identification)

Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi untuk menjaga agar model yang dispesifikasi

bukan merupakan model yang under-identified model atau just-identified model.

Dibawah ini adalah proses identifikasinya, dengan menggunakan rumus yang digunakan

oleh Ghozali (2006).

t ≤ s/2

t = Jumlah parameter yang diestimasi

s = Jumlah varians dan kovarians antara variabel manifest (observed/ manifest); yang

merupakan (p + q)(p + q + 1)

p = Jumlah variabel manifest BL (endogen)

q = Jumlah variabel manifest CRM (eksogen)

Hasil perhitungan berdasarkan output awala adalah sebagai berikut:

t = 62 paremeter, dengan perincian dibawah ini:

15 parameter faktor loadings dari variabel manifest CRM terhadap variabel eksogen CRM

15 error variances dari variabel manifest CRM

8 parameter faktor loadings dari variabel manifest CI terhadap variabel eksogen CI

8 error variances dari variabel manifest CI

7 parameter faktor loadings dari variabel manifest BL terhadap variabel endogen BL

7 error variances dari variabel manifest BL

1 parameter faktor loadings dari variabel eksogen CRM terhadap variabel endogen BL

1 error variances dari variabel endogen BL

Page 19: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

107 

 

Dari matriks tersebut maka dapat diperoleh total parameter yang diestimasi :

15 + 15 + 8 + 8 +7 + 7 + 1 + 1 = 62

Diketahui:

t = 62 parameter

n = 30 variabel teramati

p = 7

q = 15

s/2 = (7 + 15) (7 + 15 + 1)

s/2 = 506

s = 506/2

s = 253

maka, t ≤ s/2 = 62 ≤ 253 artinya over-identified model

Degree of Fredom = 253 – 62 = 191 > 0 atau positif

Berarti, modelnya adalah Over-Identified model. Dalam hal ini lebih dari satu

estimasi masing-masing paremeter dapat diperoleh (karena jumlah persamaan yang

tersedia melebihi jumlah parameter yang diestimasi).

Berdasarkan model yang digunakan peneliti yang memiliki 62 parameter

estimasi (t = 62) dengan rincian tersebut diatas, berarti model memiliki informasi yang

cukup untuk mengestimasi parameter tersbut.

4.2.2 Estimasi (Estimation)

Dalam penelitian ini direincikan:

• Tipe variabel manifest/ observed (indikator) adalah ordinal

• Jumlah keseluruhan variabel manifest/ observed (indikator) adalah 30 variabel

manifest

• Estimasi awal yang ditentukan yaitu 62 parameter

• Banyaknya data adalah 150

Page 20: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

108 

 

Berdasarkan asumsi estimasi yang ditetapkan, penelitian ini seharusnya

menggunakan metode estimasi Weighted Last Square (WLS) karena WLS mempunyai

kelebihan dibandingkan (Maximum Likelihood) ML. Meskipun WLS mempunya kelebihan

dibandingkan ML, tetapi ukuran sampel yang diperlukan untuk melakukan estimasi

menggunakan WLS lebih besar dibandingkan ML. Berdasarkan pernyataan yang

ditetapkan oleh Bentler dan Chou dalam Wijanto (2008, p46) menyarankan bahwa bahwa

paling rendah rasio rasio 5 responden per variabel teramati akan mencukupu untuk

distribusi normal ketika sebuah variabel latent mempunyai beberapa indikator (variabel

teramati), dan rasio 10 responden per variabel teramati akan mencukupi untuk distribusi

yang lain. Berdasarkan hal ini, maka sebagai rule of thumb, ukuran sampel yang

diperlukan untuk estimasi ML adalah minimal 5 responden untuk setiap variabel teramati

yang ada didalam model, sedangkan estimasi WLS memerlukan minimal 10 responden

untuk setiap variabel teramati. Jadi, dikarenakan asumsi estimasi WLS yang sangat sulit

dipenuhi, maka peneliti menggunakan metode estimasi Maximum Likelihood).

Pada tahapan estimasi ini peneliti harus terfokus kepada model pengukuran (atau

measurement equations), dan sesuai dengan teori Wijanto (2008, p138) yang harus

diperiksa adalah hal-hal sebagai berikut:

1. Offending estimates, terutama adanya negative error variances (Heywood

cases). Jika ada varian kesalahan negatif, maka varian kesalahan tersebut perlu

ditetapkan menjadi 0.01 atau 0.005.

2. T-values dari muatan faktor hasil estimasi ≥ 1.96. Jika ada nilai-t dari estimasi

muatan faktor < 1.96, berarti muatan faktor tersebut tidak signifikan dan

variabel teramati yang terkait bisa dihapuskan dari model.

3. Standardized Loading Factors (muatan faktor standar) ≥ 0.03 atau ≥ 0.05 atau ≥

0.07. Muatan faktor standar ini dipakai sesuai dengan keinginan peneliti karena

ada tiga teori yang memberi batas kritikel model ini. Jika ada nilai muatan faktor

lebih kecil dari batas kritikel model tersebut, maka variabel teramati terkait bisa

dihapuskan dari model.

Page 21: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

109 

 

4.2.3 Uji kecocokan model

Pada bagian ini akan dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

sebelumnya. Langkah-langkah analisis data diawali dengan penilaian awal model fit lalu

dilanjutkan pengujian validitas dan reliabilitas. Kemudian dilakukan analisis Structural

Equation Modeling . Berdasarkan Output Fit awal yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan

Lampiran 2, menghasilkan Goodness of Fit (GOF) yang dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4.1 Goodness of Fit Statistic Awal

Ukuran GOF Target - Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi

Tingkat Kecocokan

Chi-square Nilai yang kecil 1456.15 Kurang Baik p p > 0.05 p = 0.0

NCP Nilai yang kecil 1228.15 Kurang Baik

Interval Interval yang sempit (1111.32 ; 1352.44)

RMSEA RMSEA ≤ 0.08 0.19 Kurang Baik p (close fit) p ≥ 0.50 p = 0.00

ECVI Nilai yang kecil dan M* = 10.42

Kurang Baik dekat dengan ECVI saturated S* = 3.70 I* = 25.86

AIC Nilai yang kecil dan M* = 1552.15

Kurang Baik dekat dengan AIC saturated S* = 552.00 I* = 3852.75

NFI NFI ≥ 0.90 0.57 Kurang Baik NNFI NNFI ≥ 0.90 0.56 Kurang Baik CFI CFI ≥ 0.90 0.61 Kurang Baik IFI IFI ≥ 0.90 0.61 Kurang Baik CN CN ≥ 200 26.62 Kurang Baik

RMR Standardized RMR ≤ 0.05 0.12 Kurang Baik GFI GFI ≥ 0.90 0.54 Kurang Baik AGFI AGFI ≥ 0.90 0.44 Kurang Baik

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Uji kecocokan keseluruhan model atau overall model fit dapat dilihat pada tabel

Goodness of Fit Statistic diatas. Model awal pada dibagian pertama ini merupakan suatu

model yang derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara model tidak baik, yang

mana akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 22: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

110 

 

Ada tiga pengelompokan ukuran-ukuran GOF, yaitu;

1. Absolute Fit Measures (Ukuran kecocokan absolut)

1) Chi-Square (df = 228) adalah 1456.15 dan p = 0.00

Nilai Chi-Square sangat besar dan nilai p = 0.00 < 0.05. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa dari Chi-Square, kecocokan kurang baik. Yang diinginkan

adalah Chi-Square yang kecil dan p ≥ 0.05.

2) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1228.15. Berarti terlalu besar

penyimpangan dengan model lain (yang fit). Dan 90% confident interval dari

NCP = (1111.32 ; 1352.44) adalah lebar, berarti 90% dari nilai NCP akan

jatuh pada range tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecocokan

keseluruhan model kurang baik.

3) Goodness of Fit Index (GFI) = 0.54, GFI < 0.90, berarti marginal fit bukan

good fit.

4) Root Mean Square Residual (RMR) = 0.12, RMR > 0.05, berarti model tidak

fit.

5) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) = 0.19, RMSEA > 0.08,

menunjukkan bahwa kecocokan keseluruhan model yang kurang baik.

6) Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 10.42, ECVI for Saturated Model =

3.70, ECVI for Independence Model = 25.86, menunjukkan bahwa ECVI

Model lebih dekat ke ECVI Saturated Model dibandingkan ke ECVI

Independence Model. Sementara nilai ECVI Model cukup besar, berarti

kecocokan keseluruhan model adalah kurang baik.

2. Incremental Fit Measures (Ukuran kecocokan inkeremental)

1) Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.56, NNFI < 0.90, berarti kecocokan

keseluruhan model adalah kurang baik atau model tidak fit

2) Normed Fit Index (NFI) = 0.57, NFI < 0.90, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah kurang baik atau model tidak fit

Page 23: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

111 

 

3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.44, AGFI < 0.90, berarti model

tidak fit atau kurang baik

4) Incremental Fit Index (IFI) = 0.61, IFI < 0.90, berarti model tidak fit.

5) Comparative Fit Index (CFI) = 0.61, CFI < 0.90, berarti model tidak fit

3. Parsimonious Goodness of Fit (Ukuran kecocokan pasrimoni)

1) AIC Model = 1552.15, AIC for Saturated Model = 552.00, AIC for

Independence Model = 3852.75, menunjukkan bahwa AIC Model lebih dekat

ke AIC Saturated Model dibandingkan ke AIC Independence Model.

Sementara nilai AIC Model cukup besar, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah kurang baik.

2) Critical N (CN) = 26.62, CN < 200, menunjukkan bahwa model belum cukup

untuk merepresntasikan data sampel. Atau ukuran sampel belum mencukupi

untuk menghasilkan model fit menggunakan Chi-square trest.

Setelah melihat keseluruhan hail output dari Goodness of Fit (GOF), ditarik kesimpulan

bahwa model adalah tidak fit dimana kemudian diharuskan untuk melakukan modifikasi

atas model yang dibentuk dengan melalukan koreksi atas bebrapa bias yang timbul.

Langkah berikutnya adalah evaluasi atau analisis model pemgukuran. Evaluasi ini

dilakukan terhadap setiap model pengukuran atau konstruk secara terpisah melalui

evaluasi terhadap validitas (validity) dari model pengukuran dan evaluasi terhadap

reliabilitas (reliability) dari model pengukuran. Kedua evaluasi tersebut akan dijelaskan

lebih lanjut dibawah ini.

4.2.3.1 Kecocokan Model Pengukuran (Measurement Model Fit)

A. Validitas

Evaluasi terhadap validitas (Validity) dari model pengukuran, menurut Wijanto (2008,

p145) bahwa suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruks

atau variabel latentnya, jika:

Page 24: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

112 

 

1) Nilai-t muatan faktornya (factor loadings) lebih besar atau sama dengan dari nilai

kritis (≥ 1.96 atau untuk praktisnya ≥ 2)

2) Muatan faktor standarnya (standardized factor loadings) ≥ 0.70 atau ≥0.50 atau

≥ 0.30 masih bisa dipertimbangkan untuk tidak dihapus.

Nilai-t dapat dilihat dari output format SIMPLIS (Measurement Equation) pada Lampiran

4 dan Lampiran 5, kemudian muatan Faktor Standarnya (Standardized Loading Factors)

dapat dilihat dari output format SIMPLIS (Standardized Solution) pada Lampiran 4 dan

Lampiran 5. Hasil dari output format SIMPLIS tersebut dapat dirangkum kedalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Standardized Loading Factors dan T-value

Variabel Latent CRM CI BL Ket

Variabel Teramati SLF* Nilai-t SLF* Nilai-t SLF* Nilai-t

CRM1 0.55 13.21 Baik CRM2 0.10 1.92 Buruk CRM3 -0.02 -0.34 Buruk CRM4 0.48 10.72 Baik CRM5 0.03 0.63 Buruk CRM6 0.52 9.01 Baik CRM7 0.49 8.49 Baik CRM8 0.63 17.06 Baik CRM9 0.39 7.00 Baik CRM10 0.23 4.80 Buruk CRM11 0.21 4.07 Buruk CRM12 0.63 17.15 Baik CRM13 0.51 11.24 Baik CRM14 0.37 7.87 Baik CRM15 0.47 8.23 Baik CRMXCI 5.77 ** Baik

BL1 0.49 ** Baik BL2 0.53 8.15 Baik BL3 0.50 8.28 Baik BL4 0.50 7.80 Baik BL5 0.46 7.78 Baik BL6 0.43 7.52 Baik BL7 0.38 7.02 Baik

* SLF = Standardized Loading Factors. Target SLF 0.50 atau ≥ 0.30 ** = Ditetapkan secara default oleh LISREL, nilai-t tidak diestimasi. Target nilai-t ≥ 2 Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010

Page 25: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

113 

 

Dari tabel 4.1 diatas kita bisa melihat bahwa:

1) Semua nilai-t muatan faktor variabel > 2, jadi muatan faktor dari variabel-

variabel yang ada dalam model adalah signifikan atau tidak sama dengan nol,

kecuali variabel teramati CRM2, CRM3, CRM5, CRM10, CRM11, karena nilai-t

muatan faktornya adalah < 2.

2) Semua muatan faktor standar (SLF) adalah > 0.30, kecuali variabel teramati

CRM2, CRM3, CRM5, CRM10, CRM11. Karena terdapat banyak indikator dalam

variabel eksogen dan variabel endogennya maka indikator-indikator tersebut

tidak akan didrop pada tahapan respesifikasi.

B. Reliabilitas

Evaluasi terhadap reliabilitas dari suatu indikator dilakukan dengan memperhatikan nilai

squared multiple correlations dari format LISREL atau dilihat dari output format SIMPLIS

(Measurement Equation) dengan melihat R2 disamping kanannya (hanya apabila model

telah fit). Untuk mengukur reliabilitas dalam SEM kita dapat menggunakan: composite

reliability measure (ukuran reliabilitas komposit). Syaratnya adalah ≥ 0.70

ΣΣ Σ Φ

= Composite Reliabel

= Loading Factor

Φ = Error Variance Indicator

Page 26: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

114 

 

Variabel Latent BL

Σλ = 0.69 + 0.71 + 0.72 + 0.68 + 0.68 + 0.65 + 0.61

Φ = 0.53 + 0.50 + 0.48 + 0.54 + 0.54 + 0.58 + 0.63

= (0.69 + 0.71 + 0.72 + 0.68 + 0.68 + 0.65 + 0.61)2 ÷ {(0.69 + 0.71 + 0.72 +

0.68 + 0.68 + 0.65 + 0.61)2 + (0.53 + 0.50 + 0.48 + 0.54 + 0.54 + 0.58 +

0.63)}

= 22.4676 ÷ 26.2647

= 0.86

Variabel Latent CRM

Σλ = 0.86 + 0.16 + (-0.03) + 0.75 + 0.05 + 0.66 + 0.63 + 0.99 + 0.53 + 0.38 +

0.32 + 1.00 + 0.77+ 0.59 + 0.61

Φ = 0.26 + 0.98 + 1.00 + 0.44 + 1.00 + 0.57 + 0.61 + 0.01 + 0.40 + 0.66 + 0.63

= (0.86 + 0.16 + (-0.03) + 0.75 + 0.05 + 0.66 + 0.63 + 0.99 + 0.53 + 0.38 +

0.32 + 1.00 + 0.77+ 0.59 + 0.61)2 ÷ {(0.86 + 0.16 + (-0.03) + 0.75 + 0.05 +

0.66 + 0.63 + 0.99 + 0.53 + 0.38 + 0.32 + 1.00 + 0.77+ 0.59 + 0.61)2 + (0.26

+ 0.98 + 1.00 + 0.44 + 1.00 + 0.57 + 0.61 + 0.01 + 0.40 + 0.66 + 0.63)}

= 68.3929 ÷ 74.9529

= 0.91

Variabel Latent CI

= Ditetapkan secara default oleh LISREL, karena variabel latent CI sebagai variabel

moderator yang merupakan interaksi dari variabel latent CRM dan variabel latent

CI itu sendiri.

Page 27: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

115 

 

4.2.3.2 Analisis Model Struktural

Bagian ini berhubungan dengan evaluasi terhadap koefisien-koefisien atau parameter-

paremeter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten

terhadap variabel latent lainnya. Evaluasi terhadap model struktural pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. T-value dari koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = -0.67; absolut

[0.67] < 2 atau 1.96, artinya koefisien tidak signifikan

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 9.05 > 2 atau 1.96, artinya koefisien

signifikan

2. Nilai koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = -0.05

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 1.00

Hasil dari evaluasi ini bisa kita rangkum pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rangkuman Evaluasi Model Struktural

Hipotesis Path Estimasi Nilai - t Kesimpulan

1 CRM → BL -0.05 -0.67 Tidak Signifikan (Hipotesis ditolak)

2 CI memoderasi CRM → BL 1.00 9.05 Signifikan (Hipotesis diterima)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Jadi kesimpulannya adalah:

1. Untuk uji kecocokan keseluruhan model berdasarkan GOF bahwa model adalah

tidak fit

2. Kecocokan Model Pengukuran (Measurement Model Fit) untuk validitas ada

beberapa variabel teramati (indikator) yang tidak valid yaitu CRM2, CRM3, CRM5,

Page 28: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

116 

 

CRM10, CRM11, karena nilai-t muatan faktornya adalah < 2 dan muatan faktor

standar (SLF) adalah > 0.30

3. Untuk analisis model struktural adanya hasil hipotesis yang tidak diharapkan

yaitu hipotesis 1.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka pada penelitian ini harus dilakukan respesifikasi

untuk memperbaiki model yang tidak fit dan mendapatkan hasil hipotesis yang

diharapkan.

4.2.4 Respesifikasi (Respesification) atau modifikasi model

Estimasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan satu per satu karena

menambah suatu hubungan terhadap kemungkinan fit parameter yang kedua, serta

“skenario 2” dimana mengasumsikan melakukan estimasi pertama terhadap modification

indicies yang menunjukkan estimasi baru terbesar.

Untuk mendapatkan hasil model yang fit, peneliti telah melakukan 4 kali

respesifikasi yang sampai akhirnya dapat diketahui model yang paling fit, dengan

menambahkan kovariasi antara 2 kesalahan (errors) yang menurunkan Chi-square

terbesar dan sebaiknya untuk model pengukuran yang sama. Modifikasi kovariasi antara

2 kesalahan ini dapat dilakukan dengan menambahkan syntax kovariasi pada program

SIMPLIS. Keempat respesifikasi yang dimaksud akan dijelaskan sebagai berikut:

4.2.4.1 Respesifikasi pertama

Hasil path dan GOF dari respesifikasi pertama dapat dilihat Lampiran 6, Lampiran 7, dan

Lampiran 8. Dan hasilnya dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut:

Page 29: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

117 

 

Tabel 4.4 Goodness of Fit Statistic Pertama

Ukuran GOF Target - Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi

Tingkat Kecocokan

Chi-square Nilai yang kecil 416.18 Kurang Baik p p > 0.05 p = 0.0

NCP Nilai yang kecil 337.16 Kurang Baik Interval Interval yang sempit (275.39 ; 406.51) RMSEA RMSEA ≤ 0.08 0.138 Kurang Baik

p (close fit) p ≥ 0.50 p = 0.00

ECVI Nilai yang kecil dan M* = 3.76

Baik (good fit) dekat dengan ECVI saturated S* = 2.30 I* = 22.93

AIC Nilai yang kecil dan M* = 560.16

Baik (good fit) dekat dengan AIC saturated S* = 342.00 I* = 3417.26

NFI NFI ≥ 0.90 0.79 Kurang Baik NNFI NNFI ≥ 0.90 0.77 Kurang Baik

CFI CFI ≥ 0.90 0.82 Kurang Baik IFI IFI ≥ 0.90 0.82 Kurang Baik CN CN ≥ 200 86.60 Kurang Baik

RMR Standardized RMR ≤ 0.05 0.075 Kurang Baik GFI GFI ≥ 0.90 0.75 Kurang Baik AGFI AGFI ≥ 0.90 0.64 Kurang Baik

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Uji kecocokan keseluruhan model atau overall model fit dapat dilihat pada tabel

Goodness of Fit Statistic diatas. Respesifikasi model pada dibagian pertama ini

merupakan suatu model yang derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara

model tidak baik, yang mana akan dijelaskan sebagai berikut.

Ada tiga pengelompokan ukuran-ukuran GOF, yaitu;

1. Absolute Fit Measures (Ukuran kecocokan absolut)

1) Chi-Square (df = 119) adalah 416.18dan p = 0.00

Setelah respesifikasi pertama nilai Chi-square, df, p tidak menunjukkan

perubahan yang signifikan. Nilai Chi-Square masih sangat besar dan nilai p =

0.00 < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari Chi-Square, kecocokan

kurang baik. Yang diinginkan adalah Chi-Square yang kecil dan p ≥ 0.05.

Page 30: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

118 

 

2) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 337.16. Nilai tersebut masih

terlalu besar penyimpangannya dengan model lain (yang fit). Dan 90%

confident interval dari NCP = (275.39 ; 406.51) adalah lebar, berarti 90%

dari nilai NCP akan jatuh pada range tersebut. Sehingga dapat dikatakan

bahwa kecocokan keseluruhan model kurang baik.

3) Goodness of Fit Index (GFI) = 0.75, GFI < 0.90, berarti marginal fit bukan

good fit.

4) Root Mean Square Residual (RMR) = 0.075, RMR > 0.050, berarti model

tidak fit.

5) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) = 0.138, tetapi pada GOF

dibulatkan menjadi 0.14, RMSEA > 0.08, menunjukkan bahwa kecocokan

keseluruhan model masih belum dikategorikan sebgai model fit.

6) Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.76, ECVI for Saturated Model =

2.30, ECVI for Independence Model = 22.93, menunjukkan bahwa ECVI

Model lebih dekat ke ECVI Saturated Model dibandingkan ke ECVI

Independence Model. Sementara nilai ECVI Model menunjukkan penurunan

yang signifikan, jadi dapat disimpulkan pada respesifikasi pertama ini

kecocokan keseluruhan model adalah baik.

2. Incremental Fit Measures (Ukuran kecocokan inkeremental)

1) Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.77, NNFI < 0.90, berarti kecocokan

keseluruhan model adalah kurang baik atau model tidak fit

2) Normed Fit Index (NFI) = 0.79, NFI < 0.90, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah kurang baik atau model tidak fit

3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.64, AGFI < 0.90, berarti model

tidak fit atau kurang baik

4) Incremental Fit Index (IFI) = 0.82, IFI < 0.90, berarti model tidak fit.

5) Comparative Fit Index (CFI) = 0.82, CFI < 0.90, berarti model tidak fit

Page 31: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

119 

 

3. Parsimonious Goodness of Fit (Ukuran kecocokan pasrimoni)

1) AIC Model = 560.16, AIC for Saturated Model = 342.00, AIC for

Independence Model = 3417.26, menunjukkan bahwa AIC Model lebih dekat

ke AIC Saturated Model dibandingkan ke AIC Independence Model, dengan

perbedaan yang cukup signifikan. Artinya, kecocokan keseluruhan model

adalah baik.

2) Critical N (CN) = 86.60, CN < 200, menunjukkan bahwa model belum cukup

untuk merepresntasikan data sampel. Atau ukuran sampel belum mencukupi

untuk menghasilkan model fit menggunakan Chi-square test.

Analisis Model Struktural

Bagian ini berhubungan dengan evaluasi terhadap koefisien-koefisien atau parameter-

paremeter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten

terhadap variabel latent lainnya. Evaluasi terhadap model struktural pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. T-value dari koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = -0.00; absolut

[0.00] < 2 atau < 1.96, artinya koefisien tidak signifikan

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 7.42 > 2 atau ≥ 1.96, artinya koefisien

signifikan

2. Nilai koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = -0.00

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 0.91

Hasil dari evaluasi ini bisa kita rangkum pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Page 32: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

120 

 

Tabel 4.5 Evaluasi Terhadap Koefisien Model Struktural setelah respesifikasi pertama

Hipotesis Path Estimasi Nilai - t Kesimpulan

1 CRM → BL -0.00 -0.00 Tidak Signifikan (Hipotesis ditolak)

2 CI memoderasi CRM → BL 0.91 7.42 Signifikan (Hipotesis diterima)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Setelah melihat keseluruhan hail output dari Goodness of Fit (GOF), serta analisis model

struktural, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah respesifikasi pertama model

secara kesluruhan dinilai tidak fit dimana kemudian diharuskan untuk melakukan

modifikasi model atau respesifikasi kedua atas model yang dibentuk dengan melalukan

koreksi atas bebrapa bias yang timbul.

4.2.4.2 Respesifikasi kedua

Hasil path dan GOF dari respesifikasi kedua dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10,

dan Lampiran 11. Hasilnya dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Goodness of Fit Statistic Kedua

Ukuran GOF Target - Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi

Tingkat Kecocokan

Chi-square Nilai yang kecil 124.30 Kurang Baik p p > 0.05 p = 0.0

NCP Nilai yang kecil 118.19 Kurang Baik Interval Interval yang sempit (105.19 ; 196.50) RMSEA RMSEA ≤ 0.08 0.101 Kurang Baik

p (close fit) p ≥ 0.50 p = 0.00

ECVI Nilai yang kecil dan M* = 3.15

Baik (good fit) dekat dengan ECVI saturated S* = 2.08 I* = 20.13

AIC Nilai yang kecil dan M* = 430.31

Baik (good fit) dekat dengan AIC saturated S* = 212.00 I* = 3110.26

NFI NFI ≥ 0.90 0.89 Kurang Baik NNFI NNFI ≥ 0.90 0.87 Kurang Baik

CFI CFI ≥ 0.90 0.92 Baik (good fit) IFI IFI ≥ 0.90 0.92 Baik (good fit)

Page 33: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

121 

 

CN CN ≥ 200 106.90 Kurang Baik RMR Standardized RMR ≤ 0.05 0.065 Kurang Baik GFI GFI ≥ 0.90 0.75 Kurang Baik AGFI AGFI ≥ 0.90 0.64 Kurang Baik

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Uji kecocokan keseluruhan model atau overall model fit dapat dilihat pada tabel

Goodness of Fit Statistic diatas. Model awal pada dibagian pertama ini merupakan suatu

model yang derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara model tidak baik, yang

mana akan dijelaskan sebagai berikut:

Ada tiga pengelompokan ukuran-ukuran GOF, yaitu;

1. Absolute Fit Measures (Ukuran kecocokan absolut)

1) Chi-Square (df = 112) adalah 124.30 dan p = 0.00

Setelah respesifikasi kedua nilai Chi-square, df, p belum menunjukkan

perubahan yang signifikan. Nilai Chi-Square masih sangat besar dan nilai p =

0.00 < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari Chi-Square, kecocokan

kurang baik. Yang diinginkan adalah Chi-Square yang kecil dan p ≥ 0.05.

2) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 118.19. Nilai tersebut masih

terlalu besar penyimpangannya dengan model lain (yang fit). Dan 90%

confident interval dari NCP = (105.19 ; 196.50) adalah lebar, berarti 90%

dari nilai NCP akan jatuh pada range tersebut. Sehingga dapat dikatakan

bahwa kecocokan keseluruhan model kurang baik.

3) Goodness of Fit Index (GFI) = 0.75, GFI < 0.90, berarti marginal fit bukan

good fit.

4) Root Mean Square Residual (RMR) = 0.065, RMR > 0.050, berarti model

tidak fit.

5) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) = 0.101, RMSEA > 0.08,

menunjukkan bahwa kecocokan keseluruhan model masih belum

dikategorikan sebgai model fit.

Page 34: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

122 

 

6) Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.15, ECVI for Saturated Model =

2.08, ECVI for Independence Model = 20.13, menunjukkan bahwa ECVI

Model lebih dekat ke ECVI Saturated Model dibandingkan ke ECVI

Independence Model. Sementara nilai ECVI Model menunjukkan penurunan

yang signifikan, jadi dapat disimpulkan pada respesifikasi pertama ini

kecocokan keseluruhan model adalah baik.

2. Incremental Fit Measures (Ukuran kecocokan inkeremental)

1) Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.87, NNFI < 0.90, berarti kecocokan

keseluruhan model adalah kurang baik atau model tidak fit

2) Normed Fit Index (NFI) = 0.89, NFI < 0.90, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah kurang baik atau model tidak fit

3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.64, AGFI < 0.90, berarti model

tidak fit atau kurang baik

4) Incremental Fit Index (IFI) = 0.92, IFI < 0.90, berarti model good fit.

5) Comparative Fit Index (CFI) = 0.92, CFI < 0.90, berarti model good fit

3. Parsimonious Goodness of Fit (Ukuran kecocokan pasrimoni)

1) AIC Model = 430.31, AIC for Saturated Model = 212.00, AIC for

Independence Model = 3417.26, menunjukkan bahwa AIC Model lebih dekat

ke AIC Saturated Model dibandingkan ke AIC Independence Model, dengan

perbedaan yang cukup signifikan. Artinya, kecocokan keseluruhan model

adalah baik.

2) Critical N (CN) = 106.90, CN < 200, setelah respesifikasi kedua terjadi

perubahan pada Critical N yang cukup signifikan, tetapi masih belum

mencukupi standar good of fit yaitu CN > 200. Jadi, bisa diartikan bahwa

model belum cukup untuk merepresentasikan data sampel. Atau ukuran

sampel belum mencukupi untuk menghasilkan model fit menggunakan Chi-

square test.

Page 35: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

123 

 

Analisis Model Struktural

Bagian ini berhubungan dengan evaluasi terhadap koefisien-koefisien atau para meter-

paremeter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten

terhadap variabel latent lainnya. Evaluasi terhadap model struktural pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. T-value dari koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 0.96 < 2 atau <

1.96, artinya koefisien tidak signifikan

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM terhdap

Variabel Dependent BL = 7.82 > 2 atau ≥ 1.96, artinya koefisien signifikan

2. Nilai koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 0.24

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 0.94

Hasil dari evaluasi ini bisa kita rangkum pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Evaluasi Terhadap Koefisien Model Struktural setelah respesifikasi kedua

Hipotesis Path Estimasi Nilai - t Kesimpulan

1 CRM → BL 0.24 0.96 Tidak Signifikan (Hipotesis ditolak)

2 CI memoderasi CRM → BL 0.94 7.82 Signifikan (Hipotesis diterima)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Setelah melihat keseluruhan hail output dari Goodness of Fit (GOF), ditarik kesimpulan

bahwa setelah respesifikasi kedua terdapat perubahan beberapa ukuran GOF menjadi

good fit tetapi secara keseluruhan dinilai masih belum fit dimana kemudian diharuskan

untuk melakukan modifikasi model atau respesifikasi ketiga atas model yang dibentuk

dengan melalukan koreksi atas beberapa bias yang timbul.

Page 36: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

124 

 

4.2.4.3 Respesifikasi Ketiga

Hasil path dan GOF dari respesifikasi ketiga dapat dilihat pada Lampiran 12, Lampiran 13,

dan Lampiran 14. Hasilnya dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8 Goodness of Fit Statistic Ketiga

Ukuran GOF Target - Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi

Tingkat Kecocokan

Chi-square Nilai yang kecil 52.04 Kurang Baik p p > 0.05 p = 0.02

NCP Nilai yang kecil 49.04 Kurang Baik Interval Interval yang sempit (38.53 ; 57.28) RMSEA RMSEA ≤ 0.08 0.091 Kurang Baik

p (close fit) p ≥ 0.50 p = 0.00

ECVI Nilai yang kecil dan M* = 2.46

Baik (good fit) dekat dengan ECVI saturated S* = 1.80 I* = 19.20

AIC Nilai yang kecil dan M* = 306.04

Baik (good fit) dekat dengan AIC saturated S* = 142.00 I* = 2589.45

NFI NFI ≥ 0.90 0.92 Baik (good fit) NNFI NNFI ≥ 0.90 0.93 Baik (good fit) CFI CFI ≥ 0.90 0.95 Baik (good fit) IFI IFI ≥ 0.90 0.95 Baik (good fit) CN CN ≥ 200 152.91 Kurang Baik

RMR Standardized RMR ≤ 0.05 0.056 Kurang Baik GFI GFI ≥ 0.90 0.90 Baik (good fit) AGFI AGFI ≥ 0.90 0.76 Kurang Baik

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Uji kecocokan keseluruhan model atau overall model fit dapat dilihat pada tabel

Goodness of Fit Statistic diatas. Model awal pada dibagian pertama ini merupakan suatu

model yang derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara model tidak baik, yang

mana akan dijelaskan sebagai berikut:

Ada tiga pengelompokan ukuran-ukuran GOF, yaitu;

1. Absolute Fit Measures (Ukuran kecocokan absolut)

1) Chi-Square (df = 85) adalah 52.04 dan p = 0.02

Page 37: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

125 

 

Setelah respesifikasi ketiga nilai Chi-square, df, p tidak menunjukkan

perubahan yang signifikan. Nilai Chi-Square masih sangat besar dan nilai p =

0.02 < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari Chi-Square, kecocokan

kurang baik. Yang diinginkan adalah Chi-Square yang kecil dan p ≥ 0.05.

2) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 49.04. Nilai tersebut masih

terlalu besar penyimpangannya dengan model lain (yang fit). Dan 90%

confident interval dari NCP = (38.53 ; 57.28) adalah lebar, berarti 90% dari

nilai NCP akan jatuh pada range tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kecocokan keseluruhan model kurang baik.

3) Goodness of Fit Index (GFI) = 0.90, GFI ≥ 0.90, berarti marginal fit adalah

good fit.

4) Root Mean Square Residual (RMR) = 0.056, RMR > 0.050, berarti model

tidak fit.

5) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) = 0.091, RMSEA > 0.08,

menunjukkan bahwa kecocokan keseluruhan model hampir mendekati batas

kritis RMSEA ≤ 0.08 dan dinyatakan masih belum dikategorikan sebagai

model fit.

6) Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.46, ECVI for Saturated Model =

1.80, ECVI for Independence Model = 19.20, menunjukkan bahwa ECVI

Model lebih dekat ke ECVI Saturated Model dibandingkan ke ECVI

Independence Model. Sementara nilai ECVI Model menunjukkan penurunan

yang signifikan, jadi dapat disimpulkan pada respesifikasi pertama ini

kecocokan keseluruhan model adalah baik.

2. Incremental Fit Measures (Ukuran kecocokan inkeremental)

1) Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.93, NNFI > 0.90, berarti kecocokan

keseluruhan model adalah baik atau model good fit

Page 38: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

126 

 

2) Normed Fit Index (NFI) = 0.92, NFI > 0.90, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah baik atau model good fit

3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.76, AGFI < 0.90, berarti model

tidak fit atau kurang baik

4) Incremental Fit Index (IFI) = 0.95, IFI > 0.90, berarti model good fit.

5) Comparative Fit Index (CFI) = 0.95, CFI > 0.90, berarti model good fit

3. Parsimonious Goodness of Fit (Ukuran kecocokan pasrimoni)

1) AIC Model = 306.04, AIC for Saturated Model = 142.00, AIC for

Independence Model = 2589.45, menunjukkan bahwa AIC Model lebih dekat

ke AIC Saturated Model dibandingkan ke AIC Independence Model, dengan

perbedaan yang cukup signifikan. Artinya, kecocokan keseluruhan model

adalah baik.

2) Critical N (CN) = 152.91, CN < 200, menunjukkan bahwa model belum

cukup untuk merepresentasikan data sampel. Atau ukuran sampel belum

mencukupi untuk menghasilkan model fit menggunakan Chi-square test.

Analisis Model Struktural

Bagian ini berhubungan dengan evaluasi terhadap koefisien-koefisien atau para meter-

paremeter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten

terhadap variabel latent lainnya. Evaluasi terhadap model struktural pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. T-value dari koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 1.90 < 2 atau <

1.96, artinya koefisien tidak signifikan

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 7.40> 2 atau ≥ 1.96, artinya koefisien

signifikan

2. Nilai koefisien/ parameter

Page 39: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

127 

 

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 0.33

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 0.94

Hasil dari evaluasi ini bisa kita rangkum pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Evaluasi Terhadap Koefisien Model Struktural setelah respesifikasi Ketiga

Hipotesis Path Estimasi Nilai - t Kesimpulan

1 CRM → BL 0.33 1.90 Tidak Signifikan (Hipotesis ditolak)

2 CI memoderasi CRM → BL 0.94 7.40 Signifikan (Hipotesis diterima)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Setelah melihat keseluruhan hail output dari Goodness of Fit (GOF), ditarik kesimpulan

bahwa setelah respesifikasi ketiga model secara kesluruhan dinilai tidak fit dimana

kemudian diharuskan untuk melakukan modifikasi model atau respesifikasi keempat atas

model yang dibentuk dengan melalukan koreksi atas beberapa bias yang timbul.

4.2.4.4 Respesifiaksi keempat

Hasil path dan GOF dari respesifikasi keempat dapat dilihat pada Lampiran 15, 16, dan

Lampiran 17. Hasilnya dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10 Goodness of Fit Statistic Keempat

Ukuran GOF Target - Tingkat Kecocokan Hasil Estimasi

Tingkat Kecocokan

Chi-square Nilai yang kecil 18.91 Baik (good fit) p p > 0.05 0.80

NCP Nilai yang kecil 0.0 Baik (good fit) Interval Interval yang sempit (0.0 ; 1.31) RMSEA RMSEA ≤ 0.08 0.08 Baik (good fit)

p (close fit) p ≥ 0.50 p = 0.80

ECVI Nilai yang kecil dan M* = 0.55

Baik (good fit) dekat dengan ECVI saturated S* = 0.86 I* = 3.01

AIC Nilai yang kecil dan M* = 55.90 Baik (good fit)

Page 40: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

128 

 

dekat dengan AIC saturated S* = 96.00 I* = 538.12

NFI NFI ≥ 0.90 0.96 Baik (good fit) NNFI NNFI ≥ 0.90 0.99 Baik (good fit) CFI CFI ≥ 0.90 0.98 Baik (good fit) IFI IFI ≥ 0.90 0.98 Baik (good fit) CN CN ≥ 200 218.55 Baik (good fit)

RMR Standardized RMR ≤ 0.05 0.04 Baik (good fit) GFI GFI ≥ 0.90 0.95 Baik (good fit) AGFI AGFI ≥ 0.90 0.91 Baik (good fit)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Penilaian model fit berdasarkan output Goodness of Fit adalah sebagai berikut:

1. Absolute Fit Measures (Ukuran kecocokan absolut)

1) Chi-Square (df = 29) adalah 18.91 dan p = 0.80

Setelah modifikasi terakhir (modifikasi ke-4 kali) terjadi penurunan yg cukup

signifikan dari model sebelumnya yaitu penurunan terjadi sebesar 33.13,

dengan nilai Chi-square sebesar 18.91 dan p = 0.80 (p > 0.05), artinya

kecocokan model adalah good fit.

2) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0, berarti penyimpangan

dengan model lain (yang fit) adalah kecil. Dan 90% confident interval dari

NCP = (0.0 ; 1.31) adalah jarak yang cukup sempit, artinya 90% dari nilai

NCP akan jatuh pada range tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kecocokan keseluruhan model baik atau model fit.

3) Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95, GFI > 0.90, berarti marginal fit nya

adalah good fit.

4) Root Mean Square Residual (RMR) = 0.08, RMR > 0.05, berarti menunjukkan

bahwa model fit

5) Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) = 0.08, RMSEA ≥ 0.08, nilai

RMSEA sebenarnya adalah 0.078 tetapi dibulatkan oleh GOF menjadi 0.08,

penurunan nilai RMSEA memperlihatkan perubahan yang signifikan dari 0.19

Page 41: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

129 

 

menjadi 0.078 setelah dilakukannya modifikasi model sebanyak 28 kali. Hasil

ini menunjukkan bahwa model dapat dilihat sebagai model yang fit.

6) Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.55, ECVI for Saturated Model =

0.86, ECVI for Independence Model = 3.01, menunjukkan bahwa ECVI Model

lebih dekat ke ECVI Saturated Model dibandingkan ke ECVI Independence

Model. Sementara nilai ECVI Model cukup kecil, dapat diambil kesimpulan

bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik atau model fit untuk di

replikasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Incremental Fit Measures (Ukuran kecocokan inkeremental)

1) Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99, NNFI > 0.90, berarti kecocokan

keseluruhan model adalah baik atau good fit

2) Normed Fit Index (NFI) = 0.96, NFI > 0.90, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah baik atau good fit

3) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0. 0.91, AGFI > 0.90, berarti model

baik atau good fit

4) Incremental Fit Index (IFI) = 0.98, IFI > 0.90, menunjukkan bahwa model

adalah baik atau good fit.

5) Comparative Fit Index (CFI) = 0.95, CFI < 0.90, artinya model adalah good

fit

3. Parsimonious Goodness of Fit (Ukuran kecocokan pasrimoni)

1) Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.45, PGFI < GFI, setelah 28 kali

modifikasi model ternyata tidak ada perubahan yang signifikan pada PGFI,

sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak dapat diperbandingkan atau

memiliki asumsi hanya bisa diterapkan pada model yang diajukan.

2) AIC Model = 55.90, AIC for Saturated Model = 96.00, AIC for Independence

Model = 538.12, menunjukkan bahwa AIC Model lebih dekat ke AIC

Saturated Model dibandingkan ke AIC Independence Model. Sementara nilai

Page 42: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

130 

 

AIC Model jauh lebih kecil dari model awal, berarti kecocokan keseluruhan

model adalah lebih baik dari dari model awal, jadi bisa dikatakan good fit.

3) Critical N (CN) = 218.55, CN < 200, menunjukkan bahwa sebuah model

cukup untuk merepresntasikan data sampel. Atau ukuran sampel mencukupi

untuk menghasilkan model fit menggunakan Chi-square trest.

Analisis Model Struktural

Bagian ini berhubungan dengan evaluasi terhadap koefisien-koefisien atau para meter-

paremeter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten

terhadap variabel latent lainnya. Evaluasi terhadap model struktural pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. T-value dari koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 2.13 > 2 atau <

1.96, artinya koefisien signifikan

b. Variabel Moderator CI memoderasi pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 7.40> 2 atau ≥ 1.96, artinya koefisien

signifikan

2. Nilai koefisien/ parameter

a. Variabel Independent CRM terhadap Variabel Dependent BL = 0.46

b. Variabel Moderator memoderasi CI pengaruh Variabel Independent CRM

terhadap Variabel Dependent BL = 0.78

Hasil dari evaluasi ini bisa kita rangkum pada tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Evaluasi Terhadap Koefisien Model Struktural setelah respesifikasi keempat

Hipotesis Path Estimasi Nilai - t Kesimpulan

1 CRM � BL 0.46 2.13 Signifikan (Hipotesis diterima)

2 CI memoderasi CRM � BL 0.78 5.23 Signifikan (Hipotesis diterima)

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Page 43: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

131 

 

Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa nilai NCP adalah 0.0, begitu pula dengan

nilai RMSEA yaitu 0.078 yang dibulatkan menjadi 0.08. NCP adalah suatu nilai yang

digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan antara sampel covariance matrix dan

fitted (model) covariance matrix, sementar RMSEA adalah rata-rata perbedaan degree of

freedom yang diharapkan terjadi pada populasi dan bukan dalam sampel. Yang berarti

tidak ada perbedaan per degree of freedom dan juga tidak ada lagi penyimpangan,

berarti model yang dibuat sudah fit dimana tidak ada lagi yang harus dikoreksi. Itu

adalah alasan kenapa pada penelitian ini membuat model dan memodifikasinya hingga

dapat model yang sempurna.

4.2.5 Hasil Akhir Penilaian Model Fit

Hasil akhir penilaian model fit dapat dilihat pada Lampiran 18 output format SIMPLIS

Lisrel 8.54. Dan dibawah ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel.

Tabel 4.12 Completely Standardized Solution

Variabel Latent BL CRM CI Variabel

Teramati CRM1 0.86 CRM4 0.85 CRM6 0.73 CRM7 0.71 CRM8 0.92 CRM9 0.61 CRM12 0.92 CRM13 0.74 CRM14 0.66CRM15 0.72 CRMXCI 1.00

BL1 0.63 BL2 0.66 BL3 0.73 BL4 0.64 BL5 0.69 BL6 0.66 BL7 0.60

Sumber : Hasil Pengolahan Peneliti, 2010.

Page 44: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

132 

 

Dari tabel diatas menunjukkan kontribusi variabel teramati terhadap variabel latentnya,

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

BL (Loyalitas Konsumen)

• Indikator BL1 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.63 atau 63%. Dan 37% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL2 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.66 atau 66%. Dan 34% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL3 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.73 atau 73%. Dan 27% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL4 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.64 atau 64%. Dan 36% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL5 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.69 atau 69%. Dan 31% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL6 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.66 atau 66%. Dan 34% dijelaskan oleh faktor lain

• Indikator BL7 dapat menjelaskan variabel endogen BL (Loyalitas merek) sebesar

0.60 atau 60%. Dan 40% dijelaskan oleh faktor lain

CRM (Cause Related Marketing)

1) Indikator CRM1 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.86 atau 86%. Dan 14% dijelaskan oleh faktor lain

2) Indikator CRM4 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.85 atau 85%. Dan 15% dijelaskan oleh faktor lain

3) Indikator CRM6 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.73 atau 73%. Dan 27% dijelaskan oleh faktor lain

4) Indikator CRM7 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.71 atau 71%. Dan 29% dijelaskan oleh faktor lain

Page 45: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

133 

 

5) Indikator CRM8 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.92 atau 92%. Dan 8% dijelaskan oleh faktor lain

6) Indikator CRM9 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.61 atau 61%. Dan 93% dijelaskan oleh faktor lain

7) Indikator CRM12 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.92 atau 92%. Dan 8% dijelaskan oleh faktor lain

8) Indikator CRM13 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.74 atau 74%. Dan 26% dijelaskan oleh faktor lain

9) Indikator CRM14 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.66 atau 66%. Dan 34% dijelaskan oleh faktor lain

10) Indikator CRM15 dapat menjelaskan variabel eksogen CRM (Cause Related

Marketing) sebesar 0.72 atau 72%. Dan 28% dijelaskan oleh faktor lain

CI (Keterlibatan konsumen)

Indikator CRMXCI dapat menjelaskan variabel moderator CI (Keterlibatan

konsumen) sebesar 1.00 atau 100%. 100% merupakan nilai default dari LISREL,

karena CRMXCI merupakan factor scores dari indikator variabel CRM dan indikator

variabel CI.

4.3 Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi terlihat langsung dari penelitian baik secara teori maupun terapan beserta studi

kasusnya bagaimana metode Structural Equation Modeling (Model Persamaan Struktural)

dengan menggunaan aplikasi LISREL 8.54 dapat menganalisa Cause Related Marketing

yang diasumsikan memiliki pengaruh secara positif terhadap loyalitas merek The Body

Shop®. Dan juga dapat menjelaskan seberapa kuat keterlibatan konsumen dalam

memperkuat pengaruh Cause Related Marketing terhadap loyalitas konsumen The Body

Shop®, seperti yang telah diasumsikan. Poin-poin yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 46: BAB 4 Hasil dan Pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-1-00520-mn 4.pdf · produk yang bersandar pada nilai-nilai etika. Pertama kali didirikan pada tahun

134 

 

1. Penerapan program Cause Related Marketing (CRM) melalui kampanye ”Stop

Trafficking Children and Young Peaople” pada program pemasaran The Body

Shop® mempengaruhi Brand Loyalty (BL) The Body Shop® secara signifikan. Hal

ini terbukti pada hasil analisis yang menyatakan T-value dari koefisien/

parameter variabel CRM terhadap BL adalah sebesar 2.13 atau lebih besar dari

titik kritis T-value yaitu 2 atau ≥ 1.96. Artinya jika program Cause Related

Marketing ini ditingkatkan maka loyalitas merek The Body Shop® akan ikut

meningkat.

2. Consumer Involvement (keterlibatan konsumen) memperkuat secara signifikan

pengaruh penerapan program Cause Related Marketing (CRM) melalui

kampanye ”Stop Trafficking Children and Young People” pada program

pemasaran The Body Shop® terhadap Brand Loyalty (BL) The Body Shop®. Hal

ini terbukti pada hasil analisis yang menyatakan T-value dari koefisien/

parameter variabel CI memoderasi CRM terhadap BL adalah sebesar 5.23 atau

lebih besar dari titik kritis T-value yaitu 2 atau ≥ 1.96. Artinya konsumen sangat

terlibat pada penerapan program Cause Related Marketing (CRM) The Body

Shop®, sehingga mendukung kenaikan tingkat Brand Loyalty (BL) The Body

Shop®.

Dari hasil yang signifikan, model yang good fit, serta semua hipotesis diterima, maka

penelitian ini bisa untuk diteliti lebih lanjut atau diteliti ulang pada tempat dan kasus

yang berbeda, serta untuk perusahaan bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengambil

keputusan strategi manajemen The Body Shop®.