BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam...

48
103 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap PT. Pertamina (Persero) untuk mengetahui tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006. Tujuan dari penelitian ini selain untuk menilai tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 adalah untuk mengetahui gambaran umum dan kondisi penerapan Good Corporate Governance di PT. Pertamina (Persero) agar dapat mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan PT. Pertamina (Persero) berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sehingga dapat mengidentifikasi kekurangan ataupun kendala yang dialami PT. Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. 4.1 Analisis Koefisien Jaccard (Jaccard’s Coefficient) Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER- 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance. Dalam rangka mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan PT. Pertamina (Persero) terdapat indikator analisis evaluasi yang terdiri dari 50 (lima puluh) indikator dengan 230 (dua ratus dua puluh delapan) parameter yang merupakan penjabaran dan unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait.

Transcript of BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam...

Page 1: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

103

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap PT. Pertamina

(Persero) untuk mengetahui tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada

PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang

Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang berlaku

sejak tanggal 1 Agustus 2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance

yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006.

Tujuan dari penelitian ini selain untuk menilai tingkat kesesuaian Good

Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 adalah untuk

mengetahui gambaran umum dan kondisi penerapan Good Corporate Governance di

PT. Pertamina (Persero) agar dapat mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan

PT. Pertamina (Persero) berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

sehingga dapat mengidentifikasi kekurangan ataupun kendala yang dialami PT.

Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

4.1 Analisis Koefisien Jaccard (Jaccard’s Coefficient)

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat

kesesuaian pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero)

dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good

Corporate Governance. Dalam rangka mengevaluasi penerapan tata kelola

perusahaan PT. Pertamina (Persero) terdapat indikator analisis evaluasi yang terdiri

dari 50 (lima puluh) indikator dengan 230 (dua ratus dua puluh delapan) parameter

yang merupakan penjabaran dan unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait.

Page 2: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

104

Table 4. 1 Daftar 50 Item Indikator Evaluasi GCG

No. Indikator 1 Kewajiban BUMN 2 GCG Manual 3 Hak Pemegang Saham / Pemilik Modal 4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 5 Laporan Tahunan 6 Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 8 Penilaian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 12 Rencana Jangka Panjang (RJP) 13 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi 15 Rapat Direksi 16 Manajemen Risiko (Risk Management) 17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System) 18 Pengawasan Intern 19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 20 Tata Kelola Teknologi Informasi 21 Auditor Eksternal 22 Informasi 23 Keselamatan dan Kesempatan Kerja serta Pelestarian Lingkungan 24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan 25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi 26 Program Pengenaan BUMN 27 Pengukuran terhadap Penerapan GCG 28 Peranan Negara 29 Peranan Dunia Usaha 30 Peranan Masyarakat 31 Transparansi 32 Akuntabilitas 33 Responsibilitas 34 Independensi 35 Kewajaran dan Kesetaraan 36 Nilai-Nilai Perusahaan 37 Etika Bisnis 38 Pedoman Perilaku 39 Benturan Kepentingan 40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi 41 Kepatuhan terhadap Peraturan 42 Kerahasiaan Informasi 43 Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor 44 Komite Audit 45 Komite Nominasi dan Remunerasi

Page 3: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

105

No. Indikator 46 Komite Kebijakan Risiko 47 Komite Kebijakan Corporate Governance 48 Karyawan 49 Mitra Bisnis 50 Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun

2006)

Dari review dokumen-dokumen yang terdaftar pada Lampiran 1 mengenai

Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat

sebuah pengkodean untuk masing-masing parameter dengan kode sebagai berikut:

a : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina

(Persero) dan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer: PER-

01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada

tahun 2006.

b : Parameter tidak terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina

(Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer:

PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG

pada tahun 2006.

c : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina

(Persero) namun tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN

Nomer: PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan

oleh KNKG pada tahun 2006.

Maka hasil pengkodean evaluasi GCG PT. Pertamina (Persero) berdasarkan

hasil review dokumen dan wawancara dapat dilihat pada tabel 4.3.

Pada indikator nomor 39 butir 4 dan nomor 42 butir 3 tidak dimasukan ke

dalam perhitungan koefisien Jaccard mengingat karakteristik PT. Pertamina (Persero)

yang tidak sesuai untuk parameter evaluasi tersebut. Maka total parameter evaluasi

yang akan dihitung dalam perhitungan koefisien Jaccard sebanyak 228 parameter

evaluasi.

Page 4: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

106

Hasil pengkodean pada setiap parameter evaluasi yang didasarkan pada hasil

review dokumen dan wawancara dengan Sekretaris Perusahaan PT. Pertamina

(Persero) maka dihitung dengan koefisien Jaccard (Jaccard’s coefficients) dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Sij : Tingkat kesesuaian antara standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)

dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

a : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)

dan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:

PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

b : Parameter tidak terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina

(Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun

2006.

c : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)

tetapi tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun

2006.

i : Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

j : Standar penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero).

Selanjutnya, hasil pengkodean tersebut dilakukan pembobotan atas kode yang

diperoleh. Setiap kode yang diperoleh dari setiap parameter evaluasi memperoleh

bobot 1. Pembobotan yang dilakukan dalam penelitian akan ditunjukkan dalam tabel

4.2.

Page 5: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

107

Table 4. 2 Perhitungan Jaccard’s Coefficients atas 50 item Indikator Evaluasi

GCG

No. Indikator a b c Jumlah

Indikator

1 Kewajiban BUMN 3 3 2 GCG Manual 7 7 3 Hak Pemegang Saham / Pemilik

Modal 4 4

4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

12 12

5 Laporan Tahunan 3 4 7 6 Dewan Komisaris / Dewan

Pengawas 11 1 12

7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

6 1 7

8 Penilian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

3 3

9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

1 1

10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

3 3

11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

4 4

12 Rencana Jangka Panjang (RJP) 6 6 13 Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan 5 5

14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi

4 4

15 Rapat Direksi 6 1 7 16 Manajemen Risiko (Risk

Management) 4 4

17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System)

2 2

18 Pengawasan Intern 11 11 19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 7 7 20 Tata Kelola Teknologi Informasi 3 3 21 Auditor Eksternal 6 6 22 Informasi 3 3 23 Keselamatan dan Kesempatan

Kerja serta Pelestarian Lingkungan 6 6

24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

4 1 5

25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi

5 5

26 Program Pengenaan BUMN 7 7

Page 6: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

108

No. Indikator a b c Jumlah

Indikator

27 Pengukuran terhadap Penerapan GCG

11 1 1 13

28 Peranan Negara 7 7 29 Peranan Dunia Usaha 5 5 30 Peranan Masyarakat 3 3 31 Transparansi 2 2 4 32 Akuntabilitas 5 5 33 Responsibilitas 2 2 34 Independensi 2 2 35 Kewajaran dan Kesetaraan 3 3 36 Nilai-Nilai Perusahaan 2 2 37 Etika Bisnis 3 3 38 Pedoman Perilaku 1 1 39 Benturan Kepentingan 4 4 40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah

dan Donasi 2 2 4

41 Kepatuhan terhadap Peraturan 3 3 42 Kerahasiaan Informasi 2 2 43 Pelaporan atas Pelanggaran dan

Perlindungan bagi Pelapor 2 2

44 Komite Audit 1 1 45 Komite Nominasi dan Remunerasi 2 1 3 46 Komite Kebijakan Risiko 1 1 47 Komite Kebijakan Corporate

Governance 1 1

48 Karyawan 8 8 49 Mitra Bisnis 2 2 50 Masyarakat serta Pengguna Produk

dan Jasa 3 3

(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun

2006)

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Jaccard, PT. Pertamina (Persero)

memperoleh nilai sebesar 93,42% dengan perhitungan sebagai berikut:

Page 7: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

109

Menurut perhitungan yang dilakukan dapat diketahui jumlah parameter

standar penerapan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) yang

disesuaikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:

PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada

tahun 2006 sebanyak 213 dari 228 parameter yang ditetapkan sebagai evaluasi

penerapan tata kelola perusahaan yang baik yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina

(Persero). Maka hasil perhitungan koefisien Jaccard, tingkat kesesuaian standar

penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara serta Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan

oleh KNKG pada tahun 2006. Standar penerapan GCG yang telah dilakukan oleh PT.

Pertamina (Persero) telah 93,42% sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan

Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik

Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006, namun masih ada

beberapa hal yang perlu perbaiki dalam standar penerapan tata kelola perusahaan

yang baik pada PT. Pertamina (Persero).

4.2 Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada

PT. Pertamina (Persero)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan gambaran

penerapan prinsip-prinsip GCG telah temukan kekurangan atau kelemahan PT.

Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip tersebut sehingga dapat

memberikan rekomendasi atau saran perbaikan atas kekurangan atau kelemahan

tersebut. Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah ditetapkan 5 prinsip

dalam Good Corporate Governance yakni Transparansi, Akuntabilitas,

Responsibilitas, Independensi, dan Keadilan dan Kesetaraan. Selain itu, penerapan

GCG pada PT. Pertamina (Persero) juga dievaluasi dengan mengukur tingkat

Page 8: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

110

kesesuaiannya dengan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance pada tahun 2006.

PT. Pertamina (Persero) telah menerapkan pengelolaan perusahaan

berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sejak tahun 2009 dan

dalam rangka menambah nilai perusahaan maka PT. Pertamina (Persero) mengelola

perusahaannya berlandaskan 5 prinsip yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi,

Keadilan dan Kesetaraan. Komite Nasional Kebijakan Governance juga menetapkan

asas GCG yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi,

Kewajaran dan Kesetaraan. Maka berikut ini merupakan gambaran penerapan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam PT. Pertamina (Persero).

4.2.1 Transparansi (Transparency)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara mendefinisikan

transparansi (transparency) sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukan dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan. Sedangkan definisi transparansi bagi Komite

Nasional Kebijakan Governance yang dituliskan dalam Pedoman Umum Good

Corporate Governance yaitu menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,

perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara

yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

PT. Pertamina (Persero) bersifat terbuka dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan mengutamakan keterbukaan dalam mengungkapkan

informasi material dan relevan mengenai Perusahaan. Dalam proses pengambilan

keputusan, manajemen terikat dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam Board

Manual (Panduan Dewan), dan dalam mengungkapkan informasi material PT.

Pertamina (Persero) menyampaikannya melalui Corporate Secretary.

Page 9: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

111

PT. Pertamina (Persero) menerapkan prinsip transparansi dengan mengangkat

Komite Audit dan Internal Audit (SPI) serta Akuntan Publik. Prinsip ini

menunjukkan keterbukaan informasi dan kinerja perusahaan yang hendak

disampaikan kepada stakeholders.

a. Komite Audit

Komite Audit PT. Pertamina (Persero) telah mulai dibentuk pada

akhir tahun 2003. Pada tahun 2011, tugas-tugas Komite Audit mengacu

Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit

bagi BUMN serta Piagam Komite Audit. Sedangkan pada tahun 2012, tugas-

tugas Komite Audit mengacu Peraturan Menteri BUMN No. PER-

12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan

Pengawas Badan Usaha Milik Negara serta Piagam Komite Audit. Salah satu

tugas Komite Audit meliputi membantu Komisaris untuk memastikan

efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas

eksternal auditor dan internal auditor, menilai pelaksanaan kegiatan serta

hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor

eksternal, memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem

pengendalian manajemen serta pelaksanaannya dan sebagainya.

Hal ini terbukti pada tahun 2011 bahwa Komite Audit melaksanakan

tugasnya tersebut dengan melakukan monitoring pencapaian RKAP tahun

2011 secara berkala, dan melakukan penelaahan Laporan Keuangan

Perusahaan baik laporan Keuangan non Audit maupun Laporan Keuangan

hasil Audit Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam upaya mendorong

Peningkatan Pengendalian Manajemen, maka Komite memberikan masukan

untuk meningkatkan perbaikan terhadap sistem informasi, implementasi ERP,

peningkatan kinerja dan peran SPI sebagai assurance and consulting serta

pengelolalan Whistle Blowing System (WBS).

Pada tahun 2012 Komite Audit menujukkan kinerjanya dengan

mengevaluasi efektifitas fungsi satuan pengawasan intern (SPI) melalui

review atas laporan kegiatan SPI dan Laporan Hasil Audit SPI dan

menyampaikan saran serta pendapat kepada Direksi dan Kepala SPI (Chief

Audit Executive) melalui Dewan Komisaris dalam rangka upaya penguatan

dan peningkatan peran SPI. Dalam upaya mendorong peningkatan

Page 10: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

112

pengendalian manajemen, Komite Audit memonitor dan memberikan

masukan atas implementasi IFRS. Komite Audit juga memberikan saran-

saran dan masukan untuk perbaikan manajemen aset terutama bagi

pengelolaan aset non operasi serta melakukan review atas usulan-usulan

pendayagunaan aset.

Selama tahun 2011 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat

internal (rapat Dewan Komisaris, internal Komite Audit, fungsi terkait dan

gabungan Komite) dan eksternal sebanyak 177. Sedangkan selama tahun

2012 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat (rapat Dewan Komisaris,

internal Komite Audit, fungsi terkait dan gabungan Komite) dan eksternal

sebanyak 117 kali.

b. Satuan Pengawasan Intern

PT. Pertamina (Persero) memberikan kesempatan bagi Komite Audit

untuk mengawasi audit yang dilaksanakan oleh auditor internal dan auditor

eksternal. Tujuan dilaksanakannya audit tersebut yaitu untuk menunjukkan

akuntabilitas serta kepatuhan perusahaan terhadap peraturan sesuai dengan

prinsip korporasi yang sehat atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik. PT.

Pertamina (Persero) membentuk suatu Satuan Pengawasan Intern yang

bertujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai audit internal perusahaan.

Audit Internal mempunyai fungsi untuk memberikan pandangan secara

independen mengenai kondisi pengendalian intern, pengelolaan risiko dan

proses tata kelola perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan beserta

unit-unit usahanya dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, serta memberikan

masukan atau rekomendasi perbaikan melalui kegiatan assurance dan

consulting.

Fungsi audit internal PT. Pertamina (Persero) dilaksanakan oleh

Internal Audit yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Bab VI pasal 67, 68, dan 69.

Internal Audit dipimpin oleh seorang Chief Audit Executive (CAE) yang

diangkat dan diberhentikan oleh President Director & CEO dengan

mempertimbangkan masukan dari Dewan Komisaris dan bertanggung jawab

langsung kepada President Director & CEO. Berikut ini adalah struktur

organisasi yang menunjukkan posisi CAE dalam perusahaan.

Page 11: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

113

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina

(Persero)

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Page 12: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

114

Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) merupakan bentuk

dukungan nyata dan komitmen Direktur Utama Pertamina, termasuk Dewan

Komisaris yang dalam hal ini diwakili oleh Komisaris Independen yang

merangkap sebagai Komite Audit, serta adanya penerimaan (acceptance) dari

fungsi lain yang diaudit (Auditee). Tujuan dari Piagam Audit Internal adalah

untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan melalui kegiatan

pengawasan yang independen dan obyektif berupa kegiatan assurance dan

consulting sesuai standar internasional serta membantu perusahaan untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien melalui evaluasi dan perbaikan

efektivitas pengendalian internal, manajemen risiko dan proses tata kelola

perusahaan. Pada tahun 2011 Audit Internal telah melakukan evaluasi dan

revisi terhadap Piagam Audit Internal untuk memperbarui piagam tersebut

sesuai dengan standar audit internal terkini dan perkembangan perusahaan.

Piagam Audit Internal tersebut telah ditandatangani oleh Direktur Utama,

Komite Audit dan CAE pada tanggal 12 Desember 2011.

PT. Pertamina (Persero) juga memiliki Pedoman Pengelolaan Fungsi

Internal Audit yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam pengelolaan

Fungsi Internal Audit dan pelaksanaan pengawasan di lingkungan PT.

Pertamina (Persero) yang dilakukan oleh Internal Audit. Ketentuan-ketentuan

dalam pedoman tersebut disusun sesuai dengan International Standards for

the Professional Practice of Internal Auditing (IPPF) dan kebijakan lainnya

yang relevan dan berlaku di PT. Pertamina (Persero).

Dalam menjalankan tugasnya, Audit Internal memiliki kewenangan

diantaranya untuk menentukan kegiatan pengawasan pada semua area,

kegiatan operasional dan bisnis perusahaan, menentukan kegiatan koordinasi

dan pengawasan atas anak perusahaan dan afiliasi sesuai dengan piagam

hubungan korporasi antara perusahaan dengan anak perusahaan, menentukan

kegiatan investigasi terhadap masalah yang dapat menimbulkan kerugian bagi

perusahaan, memiliki akses tidak terbatas atas semua data, dokumen, fungsi,

kegiatan, pekerja, serta sumber daya perusahaan lainnya. Tanggung jawab

Audit Internal diantaranya adalah mengelola kegiatan pengawasan melalui

kegiatan assurance dan consulting yang mencakup pengujian dan evaluasi

pengendalian internal, penerapan manajemen risiko dan tata kelola di seluruh

unit-unit kerja di perusahaan, melaksanakan kegiatan consulting atas dasar

Page 13: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

115

permintaan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tanpa

mengambil alih tanggung jawab manajemen, melakukan koordinasi

pengawasan dengan Audit Internal anak perusahaan dan afiliasi perusahaan,

melakukan koordinasi kegiatan pengawasan dengan eksternal audit.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa SPI yang berfungsi

sebagai auditor internal terkait dengan Komite Audit yang mengawasi kinerja

SPI agar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam tahun 2011 dan

2012, evaluasi terhadap pengendalian intern secara bertahap dilakukan

terhadap beberapa aktifitas bisnis, diantaranya IT Aplication Control,

beberapa aktifitas bisnis marketing & trading serta aktifitas refinery.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, secara umum Audit

Internal telah memberikan rekomendasi perbaikan pengendalian intern

kepada manajemen untuk area-area yang masih memerlukan perbaikan. Hasil

evaluasi tersebut digunakan oleh Direksi dan manajemen sebagai dasar untuk

memperbaiki sistem pengendalian intern dalam aktifitas operasional

perusahaan.

c. Akuntan Perseroan

Setiap tahun Laporan Keuangan (Annual Report) PT. Pertamina

(Persero) dilakukan audit oleh Auditor Independen dengan tujuan

memperoleh pendapat atas kewajaran Laporan Keuangan yang disajikan oleh

Manajemen PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan Undang-Undang No. 22

tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Pertamina pada tahun 2003

berubah status menjadi Perusahaan Persero dengan nama PT Pertamina

(Persero) oleh karena itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menyatakan bahwa

sebagai Perseroan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang

bersangkutan bagi Perseroan yang wajib diaudit.

Dalam Laporan Tahunan (Annual Report) tahun 2011 dan 2012

diketahui bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudireja, Wibisana &

Rekan (member firm of PriceWaterhouse Coopers) ditunjuk sebagai Akuntan

Publik Laporan Keuangan Pertamina Tahun Buku yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2011 dan 31 Desember 2012. Penunjukan Kantor Akuntan

Publik ini dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris atas hasil

rekomendasi dari Komite Audit. Sedangkan Akuntan/Partner dalam

Page 14: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

116

pelaksanaan audit adalah Dwi Wahyu Daryoto. Audit eksternal dilaksanakan

dengan tujuan tertentu, diantaranya audit atas subsidi BBM yang

dilaksanakan oleh BPK-RI dan general audit atas laporan keuangan Perseroan

yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap tahun. KAP

Tanudiredja, Wibisana & Rekan (anggota dari jaringan global

PricewaterhouseCoopers di Indonesia) menyatakan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian dengan paragraf penjelas mengenai penerapan standar

akuntansi baru efektif 1 Januari 2012.

d. Rapat Dewan Komisaris dan Rapat Direksi

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah mengatur

bahwa Dewan Komisaris dan Direksi wajib melaksanakan rapat baik internal

maupun gabungan yang harus diadakan secara berkala, sekurang-kurangnya

sekali dalam setiap bulan dan dalam rapat wajib dibuatkan risalah rapat yang

memuat pendapat-pendapat yang berkembang dalam rapat serta menetapkan

tata tertib dalam melaksanakan rapat.

Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero)

pada tahun 2011, dapat diketahui bahwa selama tahun berjalan Dewan

Komisaris PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan rapat internal sebanyak

96 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Direksi, 4 kali Rapat Pra-RUPS, dan

4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Pada tahun 2012, Dewan Komisaris

telah melaksanakan Rapat Dewan Komisaris sebanyak 87 kali, 14 kali Rapat

Gabungan dengan Direksi, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum

Pemegang Saham.

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris

dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan

tingkat kehadirannya mencapai 70,98%:

Table 4. 3 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2011

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 85 11 0 Umar Said 87 2 7

Page 15: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

117

Anggota Dewan Komisaris Hadir

Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Evita Herawati Legowo

28 64 4

Anny Ratnawati 53 41 2 Triharyo Indrawan Soesilo

92 2 2

Nurdin Zainal 79 13 4 Luluk Sumiarso 53 36 7 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat

kehadirannya mencapai 54,45%:

Table 4. 4 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 78 9 0 Evita Herawati Legowo

15 70 2

Anny Ratnawati 47 38 2 Nurdin Zainal 77 9 1 Luluk Sumiarso 78 9 0 Harry Susetyo Nugroho

51 16 3

Umar Said 16 0 1 Triharyo Indrawan Soesilo

17 0 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan

tingkat kehadirannya mencapai 72,86%:

Page 16: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

118

Table 4. 5 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi

tahun 2011

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 18 2 0 Umar Said 17 0 3 Evita Herawati Legowo

11 9 0

Anny Ratnawati 10 8 2 Triharyo Indrawan Soesilo

18 1 1

Nurdin Zainal 14 4 2 Luluk Sumiarso 14 2 4 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan

tingkat kehadirannya mencapai 59,82%:

Table 4. 6 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi tahun

2012

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 14 0 0 Evita Herawati Legowo

8 6 0

Anny Ratnawati 6 8 0 Nurdin Zainal 11 3 0 Luluk Sumiarso 11 3 0 Harry Susetyo Nugroho

13 1 0

Umar Said 2 0 0 Triharyo Indrawan Soesilo

2 0 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 46,43%:

Page 17: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

119

Table 4. 7 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2011

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo

0 4 0

Anny Ratnawati 0 4 0 Triharyo Indrawan Soesilo

4 0 0

Nurdin Zainal 0 3 1 Luluk Sumiarso 1 1 2 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 66,67%:

Table 4. 8 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 2 0 0 Evita Herawati Legowo

1 1 0

Anny Ratnawati 1 1 0 Nurdin Zainal 2 0 0 Luluk Sumiarso 2 0 0 Harry Susetyo Nugroho

0 2 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 85,71%:

Page 18: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

120

Table 4. 9 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2011

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo

2 2 0

Anny Ratnawati 3 1 0 Triharyo Indrawan Soesilo

4 0 0

Nurdin Zainal 3 1 0 Luluk Sumiarso 4 0 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 83,33%:

Table 4. 10 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris

Hadir Tidak Hadir dengan Surat

Kuasa

Tidak Hadir tanpa Surat

Kuasa Sugiharto 4 0 0 Evita Herawati Legowo

3 1 0

Anny Ratnawati 3 1 0 Nurdin Zainal 4 0 0 Luluk Sumiarso 4 0 0 Harry Susetyo Nugroho

2 2 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pada pasal 16 ayat 3

menyatakan bahwa dalam setiap rapat Dewan Komisaris baik rapat internal, rapat

gabungan maupun rapat dengan komite harus dibuat risalah rapat yang berisi hal-hal

yang dibicarakan, termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion peserta

rapat (jika ada) dan hal-hal yang diputuskan.

Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Dewan

Komisaris/Dewan Pengawas tidak memuat alasan ketidakhadiran Dewan

Page 19: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

121

Komisaris/Dewan Pengawas dalam Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa

apabila Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam Rapat.

Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero) pada

tahun 2011, diketahui bahwa Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan

Direksi sebanyak 41 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 4 kali

Rapat Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Selama tahun 2012,

Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan Direksi sebanyak 54 kali, 14 kali

Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali RUPS.

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat

kehadirannya mencapai 85,37%:

Table 4. 11 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 32 9 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

37 4

Direktur Hulu 34 7 Direktur Pengolahan

35 6

Direktur Pemasaran dan Niaga

33 8

Direktur Umum 36 5 Direktur Sumber Daya Manusia

36 5

Direktur Keuangan 37 4 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat

kehadirannya mencapai 81,89%:

Table 4. 12 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 45 9 Direktur 46 8

Page 20: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

122

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Direktur Hulu 48 6 Direktur Pengolahan

49 5

Direktur Pemasaran dan Niaga

46 8

Direktur Gas 23 5 Direktur Umum 48 6 Direktur Sumber Daya Manusia

48 6

Direktur Keuangan 45 9 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun

2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 83,13%:

Table 4. 13 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun

2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 16 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

16 4

Direktur Hulu 15 5 Direktur Pengolahan

16 4

Direktur Pemasaran dan Niaga

17 3

Direktur Umum 15 5 Direktur Sumber Daya Manusia

20 -

Direktur Keuangan 18 2 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Page 21: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

123

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun

2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 85,71%:

Table 4. 14 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun

2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 10 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

13 1

Direktur Hulu 14 0 Direktur Pengolahan

13 1

Direktur Pemasaran dan Niaga

13 1

Direktur Gas 9 2 Direktur Umum 11 3 Direktur Sumber Daya Manusia

12 2

Direktur Keuangan 13 1 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 93,75%:

Table 4. 15 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

4 0

Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan

2 2

Direktur Pemasaran dan Niaga

4 0

Page 22: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

124

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia

4 0

Direktur Keuangan 4 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 94,44%:

Table 4. 16 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 1 1 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

2 0

Direktur Hulu 2 0 Direktur Pengolahan

2 0

Direktur Pemasaran dan Niaga

2 0

Direktur Gas 2 0 Direktur Umum 2 0 Direktur Sumber Daya Manusia

2 0

Direktur Keuangan 2 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 100%:

Table 4. 17 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

4 0

Page 23: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

125

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan

4 0

Direktur Pemasaran dan Niaga

4 0

Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia

4 0

Direktur Keuangan 4 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam

RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya

mencapai 86,11%:

Table 4. 18 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

4 0

Direktur Hulu 3 1 Direktur Pengolahan

3 1

Direktur Pemasaran dan Niaga

4 0

Direktur Gas 4 0 Direktur Umum 3 1 Direktur Sumber Daya Manusia

3 1

Direktur Keuangan 3 1 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pasal 12 ayat 3 menyatakan

bahwa dalam setiap Rapat Direksi harus dibuat Risalah Rapat yang ditandatangani

oleh Ketua Rapat Direksi dan seluruh anggota Direksi yang hadir yang berisi hal-hal

yang dibicarakan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion anggota

Direksi jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Satu salinan Risalah Rapat Direksi

agar disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diketahui.

Page 24: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

126

Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Direksi

tidak memuat alasan ketidakhadiran Direksi dalam Rapat namun harus menyertakan

Surat Kuasa apabila Direksi berhalangan hadir dalam Rapat.

e. Keterbukaan atas Informasi PT. Pertamina (Persero)

Dalam mengelola perusahaan diharuskan kepada manajemen untuk

melakukannya secara transparan berdasarkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang

Baik yaitu transparansi atau keterbukaan. Informasi yang harus disajikan secara

transparan antara lain informasi mengenai keuangan perusahaan, analisis dan diskusi

manajemen, penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan

perusahaan, program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, data

perusahaan lainnya yang bersifat materiil. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang

memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di tanah air kita ini maka PT.

Pertamina (Persero) diwajibkan untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip yang

terkait dengan tata kelola perusahaan yang baik terutama dalam keterbukaan atas

informasi perusahaan yang disajikan dan dapat dengan mudah diakses oleh publik

dan stakeholders.

Menurut Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance, informasi yang harus diungkapkan

meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,

kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta

anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen

risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG

serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi

perusahaan. PT. Pertamina (Persero) tidak memuat seluruh informasi tersebut seperti

hal-hal terkait kompensasi pengurus terutama mengenai fasilitas dan tunjangan bagi

Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak dijelaskan secara rinci, tetapi tertuang

dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia

Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Pengahasilan Direksi,

Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara yang dijadikan

acuan bagi PT. Pertamina (Persero) dalam penetapan penghasilan bagi Direksi dan

Dewan Komisaris Perusahaan. Selain itu, hal mengenai kepemilikan saham oleh

beberapa pihak tidak berlaku pada PT. Pertamina (Persero) mengingat bahwa

kepemilikan saham perusahaan seluruhnya milik Pemerintah.

Page 25: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

127

Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik menyatakan bahwa Keterbukaan Informasi Publik merupakan sarana dalam

mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan Negara dan Badan

Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. PT.

Pertamina (Persero) mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Layanan Informasi Publik

yang diadopsi dari Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang Standar

Layanan Informasi Publik yang menjadi acuan pelaksanaan layanan informasi publik

kepada stakeholders PT. Pertamina (Persero) baik di Kantor Pusat (Korporat)

maupun Unit-Unit Operasi Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu

guna mencapai tujuan Perusahaan.

1. Akses Informasi

PT. Pertamina (Persero) menggunakan beberapa media yang dapat

digunakan dalam menyajikan informasi dan data perusahaan melalui

website PT. Pertamina (Persero), portal BUMN, media cetak dan media

elektronik.

a. Website

PT. Pertamina (Persero) telah memiliki website resmi yang tersedia

bagi publik dengan alamat www.pertamina.com. Dari website resmi

PT. Pertamina (Persero) publik dan stakeholders dapat mengakses

berbagai data dan informasi perusahaan yang berkaitan dengan PT.

Pertamina (Persero) antara lain profil perusahaan, bisnis PT.

Pertamina (Persero), jaringan kantor, kegiatan Corporate Social

Responsibility, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan, serta data dan

informasi perusahaan lainnya.

b. Portal BUMN

Informasi dan data PT. Pertamina (Persero) dapat diakses melalui

portal BUMN dengan alamat www.bumn.go.id/pertamina.

Kementerian BUMN Republik Indonesia yang mengelola Portal

BUMN yang beranggotakan 137 anggota termasuk PT. Pertamina

(Persero). Informasi yang disediakan tidak jauh berbeda antara

informasi yang disajikan dalam website resmi PT. Pertamina (Persero)

dengan yang disajikan dalam Portal BUMN.

Page 26: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

128

c. Media Elektronik

Ada dua media elektronik yang dapat digunakan sebagai sarana

penyebaran data dan informasi PT. Pertamina (Persero), yaitu TV dan

Radio. Perusahaan memiliki Pertamina TV yang ditayangkan di

lingkungan internal perusahaan.

d. Media Cetak

Ada beberapa media cetak yang digunakan PT. Pertamina dalam

menyebarkan data dan informasi perusahaan, yaitu majalah Energia

yang merupakan majalah internal perusahaan yang memuat berita

perusahaan dan disebarluaskan kepada stakeholders. Selain itu,

penyebaran data dan informasi perusahaan dapat dilakukan melalui

barang cetakan yang berupa Laporan Tahunan, profil perusahaan dan

data serta informasi perusahaan lainnya.

2. Diseminasi Informasi dan Data Perusahaan

PT. Pertamina (Persero) melakukan kegiatan dalam diseminasi data dan

informasi perusahaan melalui konferensi pers, talkshow, dan Rapat

Dengar Pendapat (RDP). Data dan informasi yang disampaikan dalam

kegiatan tersebut tidak jauh dari perkembangan perusahaan. Pada tahun

2011 PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan konferensi pers

sebanyak 31 kali. Selama tahun 2012 telah diadakan konferensi pers

hampir setiap bulan yang diawali dari bulan Maret sampai Desember

dengan total pelaksanaan sebanyak 25 kali. Pada tahun 2012, PT.

Pertamina bekerja sama dengan Radio Sindo untuk melangsungkan

program OPERGIGI atau Obrolan Pertamina Pagi Pagi yang ditayangkan

setiap hari Jumat jam 7 pagi. Kegiatan terakhir dalam diseminasi data dan

informasi perusahaan dilakukan dengan mengadakan Rapat Dengar

Pendapat dengan DPR-RI pada tahun 2011 sebanyak 8 kali yang diadakan

dengan Komisi VII DPR-RI. Selama tahun 2012 PT. Pertamina (Persero)

mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR-RI sebanyak 10 kali.

f. Laporan Tahunan (Annual Report)

PT. Pertamina (Persero) menyajikan Laporan Tahunan (Annual

Report) yang berisi mengenai profil perusahaan, laporan analisis dan diskusi

manajemen, laporan penerapan tata kelola perusahaan (GCG), laporan

tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), informasi keuangan perusahaan

Page 27: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

129

yang sudah diaudit, serta informasi perusahaan lainnya yang bersifat materiil

yang berhubungan dengan perkembangan kegiatan usaha Persero.

PT. Pertamina (Persero) telah menyajikan Laporan Tahunan yang

telah memenuhi syarat kriteria Annual Report dan Undang-Undang Nomor:

14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi perusahaan

telah disajikan dan mudah diakses oleh publik dan stakeholders melalui

website resmi perusahaan serta. Perusahaan menyajikan Laporan Tahun untuk

setiap tahunnya dan dipublikasikan setiap satu tahun sekali dalam bentuk

buku Laporan Tahunan atau Annual Report. PT. Pertamina (Persero) tidak

memuat seluruh informasi terkait kompensasi pengurus terutama mengenai

fasilitas dan tunjangan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak

dijelaskan secara rinci, tetapi penetapan kompensasi mengacu pada Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor:

PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan

Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

4.2.2 Akuntabilitas (Accountability)

Definisi akuntabilitas (accountability) menurut Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerpan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ

sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Komite Nasional

Kebijakan Governance mendefinisikan akuntabilitas dalam Pedoman Umum Good

Corporate Governance pada tahun 2006 bahwa perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu

perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki

sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung terciptanya kejelasan fungsi,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ Perseroan sehingga pengelolaan

Perseroan terlaksana secara efektif. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

menegakkan prinsip akuntabilitas antara lain pelaporan Direksi kepada Dewan

Page 28: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

130

Komisaris mengenai rencana anggaran tahunan, penyampaian laporan keuangan pada

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, pembentukan Audit Internal dan

penunjukkan Auditor Eksternal, serta pemberlakuan Etika Usaha dan Tata Perilaku

(Code of Conduct), Pedoman Konflik Kepentingan serta Pedoman Penerimaan

Hadiah/Cinderamata dan Hiburan (Gratifikasi).

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan terlaksana

secara efektif jika terdapat pengawasan terhadap keseimbangan antar Organ

Perseroan seperti Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan Auditor.

a. Organ Perusahaan

Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

dinyatakan pada Bab 1 Pasal 1 ayat 2 bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum

Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam PT. Pertamina (Persero), RUPS merupakan Organ Perusahaan

yang memegang kekuasaan dan wewenang tertinggi yang tidak di

serahkan kepada Direksi maupun Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS

antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris

dan Direksi, menyetujui perubahan Anggaran dasar, menyetujui Laporan

Tahunan dan menetapkan bentuk dan jumlah remunerasi anggota Dewan

Komisaris dan Direksi.

2. Dewan Komisaris

Dalam PT. Pertamina (Persero), Dewan Komisaris bertugas melakukan

pengawasan terhadap kebijakan pengurus, jalannya pengurusan pada

umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang

dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat pada Direksi termasuk

terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana Kerja

dan Anggaran Perseroan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan

Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan

yang berlaku, untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan tujuan

Perseroan. Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dewan

Komisaris juga memiliki fungsi untuk melakukan pemantauan terhadap

efektivitas praktek Good Corporate Governance yang diterapkan

Perusahaan.

Page 29: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

131

Dewan Komisaris berkewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS. Tugas

utama yang harus dilaksanakan oleh Dewan Komisaris adalah melakukan

pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perusahaan

termasuk pelaksanaan rencana jangka panjang Perusahaan, rencana kerja

dan anggaran Perusahaan serta ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan

keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu, Dewan Komisaris memiliki kewajiban dalam memantau

efektivitas prakter Good Corporate Governance antara lain dengan

mengadakan pertemuan berkala antara Dewan Komisaris dengan Direksi

untuk membahas implementasi Good Corporate Governance.

PT. Pertamina (Persero) memberikan kewenangan kepada Dewan

Komisaris untuk mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan

Komisaris, jika dianggap perlu. Fungsi pengangkatan Sekretaris Dewan

Komisaris yaitu membantu Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas

Dewan Komisaris dalam bentuk dukungan administratif dan

kesekretariatan. Selain itu, kewenangan yang diberikan kepada Dewan

Komisaris adalah pembentukan organ pendukung yang berfungsi untuk

membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan kegiatan tugas dan

fungsinya. Komite penunjang Dewan Komisaris antara lain (1) Komite

Audit, dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris untuk memastikan

efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas

eksternal auditor dan internal auditor dengan menilai pelaksanaan

kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan

Intern maupun auditor eksternal serta memberikan rekomendasi mengenai

penyempurnaan sistem pengendalian manajemen dan pelaksanaannya. (2)

Komite Pemantau Manajemen Risiko, dibentuk untuk membantu Dewan

Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan terhadap kebijakan

Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat kepada

Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan

peraturan perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan

risiko usaha. (3) Komite Nominasi dan Remunerasi, dibentuk untuk

membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang

Page 30: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

132

berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan

pembinaan dan pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi

dan nominasi di Perusahaan.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah

mengatur mengenai komposisi Dewan Komisaris, sekurang-kurangnya

20% dari Anggota Dewan Komisaris harus berasal dari kalangan di luar

Perusahaan atau independen. Selama tahun 2011 dan 2012, PT. Pertamina

(Persero) telah menetapkan paling tidak 2 atau 3 Anggota Dewan

Komisaris yang menjabat sebagai Komisaris Independen. Mantan anggota

Direksi BUMN dapat menjadi anggota Dewan Komisaris/Dewan

Pengawas pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak menjabat

sebagai anggota Direksi BUMN yang bersangkutan sekurang-kurangnya

5 tahun.

3. Dewan Direksi

PT. Pertamina (Persero) telah menetapkan struktur organisasi dan tata

kerja yang berguna untuk pembagian tugas dan tanggung jawab masing-

masing Direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan demi

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab Anggota Direksi sebagai

berikut:

(1) Direktur Utama

Tugas dan wewenang Direktur Utama adalah sebagai Chief Executive

Officer yang memberikan arahan dan mengendalikan kebijakan visi,

misi, dan strategi Perseroan. Direktur utama bertugas unntuk

memimpin para anggota Direksi dalam melaksanakan keputusan

Direksi. Direktur Utama berkonsentrasi kepada koordinasi pemecahan

masalah eksternal Perseroan, kebijakan perencanaan-pengendalian-

pencapaian sasaran jangka panjang Perseroan, kebijakan hukum,

kebijakan audit, pembentukan budaya perusahaan, peningkatan citra,

dan tata kelola Perseroan (GCG). Unit Kerja yang termasuk dalam

Direktorat Utama adalah Integrated Supply Chain (ISC), Gas,

Corporate Secretary, Legal Counsel, dan Internal Audit.

Page 31: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

133

(2) Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

Tugas dan wewenang Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen

Risiko adalah memimpin dan mengendalikan pembuatan perencanaan

strategis (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), menyelaraskan

perencanaan korporat dengan strategi kelompok bisnis, pembuatan

rencana kerja, mengevaluasi usulan investasi, pengembangan usaha

kelompok bisnis (Hulu, Pengolahan, dan Pemasaran & Niaga),

Subsidiary & Joint Venture, dan mengelola manajemen risiko. Unit

Kerja yang termasuk dalam Direktorat Perencanaan Investasi dan

Manajemen Risiko adalah Corporate Strategic Growth dan Upstream

Business Development.

(3) Direktur Hulu

Tugas dan wewenang Direktur Hulu adalah mengelola dan

mengoptimalkan upaya-upaya peningkatan sumber daya dan

cadangan minyak dan gas bumi, produksi minyak dan gas bumi,

penyimpanan minyak mentah, pengembangan usaha minyak serta

kegiatan usaha terkait termasuk kegiatan usaha panas bumi dan energi

alternatif lainnya yang terkait minyak dan gas, baik yang dilakukan

melalui kegiatan operasional sendiri, anak perusahaan, maupun

melalui kerja sama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan oleh

Direksi. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Hulu adalah

Upstream Strategic Planning and Subsidiary Management.

(4) Direktur Pengolahan

Tugas dan wewenang Direktur Pengolahan adalah mengelola dan

mengoptimalkan upaya-upaya pengolahan minyak mentah dan gas

menjadi produk BBM dan non BBM, penyimpanan minyak mentah

dan produk migas,pengembangan usaha pengolahan minyak dan gas

bumi serta kegiatan usaha terkait, baik yang dilakukan melalui

kegiatan operasional sendiri maupun melalui kerja sama kemitraan

sesuai strategi yang ditetapkan oleh Direksi. Unit Kerja yang

termasuk dalam Direktorat Pengolahan adalah Refining Operation dan

Business Development.

Page 32: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

134

(5) Direktur Pemasaran dan Niaga

Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran dan Niaga adalah

mengelola dan mengoptimalkan upaya–upaya Pemasaran, Niaga,

penyimpanan dan distribusi produk BBM dan non BBM, pengadaan

transportasi, pengembangan usaha Pemasaran dan Niaga, serta

kegiatan usaha terkait, termasuk pengelolaan bidang Perkapalan, baik

yang dilakukan melalui kegiatan operasional sendiri maupun melalui

kerja sama kemitraan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat

Pengolahan adalah Fuel Marketing and Distribution, Petroleum

Product Marketing and Trading dan Shipping.

(6) Direktur Gas

Tugas dan wewenang Direktur Gas adalah Mengelola dan

mengoptimalkan upaya-upaya pengembangan, pengelolaan,

pengolahan (pencairan dan regasifikasi), pemasaran, transportasi dan

niaga, serta kegiatan usaha terkait bisnis gas (conventional dan

unconventional), power, dan EBT di sepanjang rantai bisnis baik yang

diselenggarakan oleh Perusahaan, Anak Perusahaan maupun melalui

kerjasama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang

termasuk dalam Direktorat Gas adalah Gas and Power.

(7) Direktur Umum

Tugas dan wewenang Direktur Umum adalah memimpin pengelolaan

dan pengembangan kebijakan-kebijakan di bidang pengelolaan

Corporate Shared Services, HSSE (Health, Safety, Security &

Environment), Manajemen Mutu, Manajemen Aset, dan Strategic

Sourcing sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang termasuk

dalam Direktorat Umum adalah Corporate Shared Services.

(8) Direktur Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang Direktur Sumber Daya Manusia adalah

memimpin pengelolaan dan pengembangan kebijakan-kebijakan SDM

dan organisasi, pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, dan

pembentukan budaya sesuai strategi Perusahaan. Unit Kerja yang

termasuk dalam Direktorat Sumber Daya Manusia adalah Human

Resource Development.

Page 33: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

135

(9) Direktur Keuangan

Tugas dan wewenang Direktur Keuangan adalah memimpin dan

mengendalikan pembuatan kebijakan, pengelolaan dan pelaporan

keuangan secara korporat yang mencakup kegiatan fungsi Kontroler,

Perbendaharaan, Pendanaan, Tax, Keuangan Kelompok Usaha dan

Unit Usaha guna meningkatkan kinerja dan peringkat keuangan

Perseroan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Keuangan

adalah Financing and Business Support dan Controller.

b. Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam

penyusunan kebijakan, perencanaan dan pengendalian komunikasi korporat,

hubungan investor, kesekretariatan Direksi, menjalankan program Corporate Social

Responsibility Korporasi, menjalankan Good Corporate Governance, pengelolaan

informasi perusahaan dan mengontrol dokumen keluar dari Perusahaan.

Mengendalikan pengelolaan strategi komunikasi untuk membangun citra korporat

dengan cara bertindak selaku wakil perusahaan dan pejabat penghubung antara

perusahaan dengan seluruh stakeholders dalam mengkomunikasikan kegiatan

perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

c. Komite Audit

Komite Audit membantu Komisaris dalam mengawasi pelaksanaan

pengelolaan perusahaan yang baik sesuai dengan asas-asas GCG. Dalam

melaksanakan tugasnya Komite Audit bersifat mandiri, serta bertanggung jawab

langsung kepada Komisaris. Komite Audit memastikan bahwa Laporan keuangan

serta informasi lainnya yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak terkait dan

publik, telah disajikan secara transparan, handal, dapat dipercaya dan tepat waktu.

Selain itu, Komite Audit harus memastikan bahwa perusahaan telah memiliki

pengendalian intern memadai yang dapat melindungi kekayaan miliknya serta

memastikan perusahaan bekerja secara efektif dan efisien serta mematuhi peraturan

perundangan yang berlaku.

Komite Audit berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugas

pengawasan dan memberi nasihat kepada Direksi/ Manajemen perusahaan antara lain

dengan melakukan penilaian perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta hasil audit

yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga

dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar. Komite

Page 34: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

136

Audit dapat memberikan rekomendasi penyempurnaan sistem pengendalian

manajemen perusahaan serta pelaksanaannya. Komite Audit berkewajiban untuk

memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala

informasi yang dikeluarkan oleh Perusahaan serta melakukan indentifikasi hal-hal

yang memerlukan perhatian Komisaris serta tugas-tugas Dewan Komisaris lainnya.

d. Komite Pemantau Manajemen Risiko

Komite Pemantau Manajemen Risiko dibentuk berdasarkan Surat Wakil

Menteri BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris

No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur

dalam Piagam Komite Pemantau Manajemen Risiko. Komite Pemantau Manajemen

Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan

terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat

kepada Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan peraturan

perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan risiko usaha.

Komite Pemantau Manajemen Risiko, atas perintah/ijin/mewakili Dewan

Komisaris, berwenang untuk mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas atas

informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Fungsi

Komite Pemantau Manajemen Risiko adalah sebagai perangkat Dewan Komisaris

dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, serta kegiatan

Investasi Perusahaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil

usaha Perusahaan. Selain itu, fungsinya sebagai penyedia rujukan dan informasi

tentang kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, dan kegiatan Investasi Perusahaan kepada

Dewan Komisaris.

e. Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk berdasarkan Surat Wakil Menteri

BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris

No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur

dalam Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi. Komite Remunerasi dan Nominasi

bertugas membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan pembinaan dan

pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi dan nominasi di

Perusahaan.

Page 35: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

137

Komite Nominasi dan Remunerasi bertanggung jawab secara profesional

kepada Dewan Komisaris berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Dalam bidang nominasi, Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas untuk

memberikan telaahan dan saran strategis mengenai kriteria seleksi, sistem penilaian

dan prosedur nominal Direksi Perusahaan dan apabila diperlukan Komite Nominasi

dan Remunerasi dapat memberikan telaahan dan saran tentang pelaksanaan fit &

proper test atas calon Direksi Perusahaan yang dilaksanakan oleh Dewan Komisaris.

Sedangkan dalam bidang remunerasi, Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki

kewajiban untuk memberikan telaahan, saran strategis dan rekomendasi tentang

usulan penetapan serta pemantauan tentang sistem remunerasi Direksi dan Dewan

Komisaris Perusahaan untuk memastikan sistem tersebut berdaya saing dengan

pasar. Hubungan antara tugas Komite Nominasi dan Remunerasi dalam pelaksanaan

Good Corporate Governance yaitu Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki

tugas untuk memberikan telaahan dan saran strategis serta melakukan pemantauan

tentang implementasi GCG di Perusahaan antara lain atas pelaksanaan assesment

GCG secara berkala oleh penilai independen, pelaksanaan whistle blower dan hal-hal

terkait kepatuhan Perusahaan terhadap ketentuan peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku.

Dari hasil wawancara, telah menjelaskan bahwa Komite Nominasi dan

Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota

Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. Umunya

Komite Nominasi dan Remunerasi hanya mencalonkan Direksi pada Anak

Perusahaan, tetapi untuk mencalonkan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Pertamina

(Persero) merupakan wewenang dari RUPS dalam penetapannya.

f. Sistem Pengendalian Intern

PT. Pertamina (Persero) memiliki Sistem Pengendalian Intern yang

diselenggarakan baik di Kantor Pusat (Korporat) maupun Unit-Unit Operasi

Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu guna mencapai tujuan

Perusahaan. Sistem Pengendalian Intern berjalan dengan mengacu pada Pedoman

No. A-001/J00000/2009-S0 tentang Pedoman Satuan Pengawasan Intern yang

memuat unsur-unsur Internal Control yang mengacu pada Internal Control

Framework yang didefinisikan oleh The Committee of Sponsoring Organization

(COSO), yang terdiri dari: (1) Lingkungan Pengendalian, mencakup sikap

manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep

Page 36: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

138

pengendalian secara khusus yang dapat menentukan kondisi lingkungan perusahaan

dan mempengaruhi kesadaran pegawai. (2) Penilaian Risiko, mencakup identifikasi

dan analisa risiko perusahaan yang relevan dengan pencapaian tujuan, memberikan

dasar bagi penentuan pengelolaan risiko. (3) Aktivitas Pengendalian, mencakup

sistem dan prosedur yang memberikann keyakinan bahwa arahan manajemen

dilaksanakan. (4) Informasi dan Komunikasi, mencakup proses yang dilakukan untuk

menjamin terciptanya suatu proses pengelolaan dan penyampaian informasi secara

tepat guna dan tepat waktu sehingga seluruh jajaran manajemen dapat mengambil

keputusan dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan organisasi. (5) Monitoring,

mencakup suatu proses untuk memastikan kehandalan sistem dan pengendalian

intern secara berkesinambungan yang meliputi ongoing monitoring, evaluasi terpisah

(separate evaluation), dan pelaporan terhadap defisiensi.

Manajemen bertanggung jawab dan konsisten untuk membangun dan

melaksanakan Sistem Pengendalian Intern secara memadai, sehingga dapat

memberikan keyakinan atas penyajian laporan keuangan dan laporan kegiatan.

Monitoring Sistem Pengendalian Intern perusahaan dilaksanakan oleh Enterprise

Risk Management (ERM), sedangkan evaluasinya dilaksanakan oleh Internal Audit.

Dari hasil evaluasi atas pengendalian intern pada pelaksanaan audit atas laporan

keuangan tahun 2011, 2010 dan tahun sebelumnya diketahui adanya beberapa

kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pertamina yang memerlukan perbaikan dan

pengembangan secara berkesinambungan. Mengingat besarnya volume, nilai dan

kompleksitas transaksi serta permasalahan dalam perseroan, maka diperlukan

dukungan sistem pengendalian intern yang baik, efisien dan efektif. Untuk langkah

awal maka program implementasi ICoFR (Internal Control over Financial

Reporting) harus dapat berjalan dengan baik dan didukung oleh semua Direktorat

terkait. Program tersebut mendorong terbangunnya pengendalian intern di Pertamina,

khususnya terkait dengan pelaporan keuangan yang konvergen dengan standar IFRS

(International Financial Reporting Standards). PT. Pertamina (Persero) berencana

untuk mengimplementasikan program ICoFR yang direncanakan dapat diselesaikan

pada tahun 2013.

4.2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)

Pengertian pertanggungjawaban (responsibility) menurut Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan

Page 37: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

139

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Bagi Komite Nasional

Kebijakan Governance pengertian pertanggungjawaban yang dituliskan dalam

Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006 adalah perusahaan harus

mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab

terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan

usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate

citizen.

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki

sistem pengelolaan perusahaan yang menitikberatkan pada kejelasan tugas dan

tanggung jawab setiap personel, sehingga masing-masing insan PT. Pertamina

(Persero) dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan efektif. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk menegakkan prinsip responsibilitas antara lain pembuatan

laporan LP2P, laporan penerimaan cinderamata atau gratifikasi, laporan conflict of

interest. Setiap pekerja juga berkewajiban untuk patuh dan taat terhadap aturan

internal maupun aturan perundangan. Perusahaan juga memperhatikan reward dan

consequences atas tiap insan PT. Pertamina dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

a. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Semangat terbarukan PT. Pertamina (Persero) tercermin dalam penerapan tata

kelola korporasi perusahaan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

dilaksanakan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG). Salah satu tujuan

implementasi GCG di PT. Pertamina (Persero) adalah mendorong agar perusahaan

dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan senantiasa dilandasi nilai

moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. Insan Pertamina

dalam pengelolaan perusahaan harus mematuhi hukum, peraturan dan undang-

undang, Anggaran Dasar dan Pedoman Good Corporate Governance serta

kebijakan-kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.

Komitmen terhadap penegakan GCG juga ditandai dengan inisiatif

penyempurnaan Surat Perintah Direksi yang menunjuk Sekretaris Perusahaan

sebagai Chief Compliance Officer (CCO) sebagai pejabat tertinggi yang bertanggung

jawab atas program kepatuhan perusahaan, berfungsi sebagai badan independen dan

Page 38: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

140

obyektif yang melakukan review dan evaluasi atas permasalahan kepatuhan dalam

Perseroan. Memastikan bahwa Direksi, manajemen dan pekerja mematuhi baik

peraturan dan ketentuan pemerintah, Perseroan maupun ketentuan lain yang berlaku,

serta perilaku organisasi sesuai dengan Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku

perusahaan (Code of Conduct).

Dalam pembayaran pajak kepada negara, PT. Pertamina merupakan BUMN

pembayar pajak terbesar di Indonesia. Pajak-pajak yang dibayarkan antara lain PPh

pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPN, PBB,

BPHTB, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama, Retribusi Pemakaian Air,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, dan pajak-pajak lainnya.

b. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility)

Sebagai perusahaan energi nasional, PT. Pertamina (Persero) senantiasa

menjunjung tinggi etika pengelolaan bisnis yang bertanggung jawab baik secara fisik

maupun sosial. Seiring aktivitas pengelolaan bisnisnya, PT. Pertamina (Persero)

melakukan program-program pengembangan dan pelibatan masyarakat, yang dikenal

dengan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Visi CSR PT. Pertamina

(Persero) yaitu “Menuju Kehidupan yang Lebih Baik”. Sebagian besar dari penerima

manfaat tersebut adalah warga masyarakat yang berada di lokasi terdekat dengan

setiap wilayah operasional Pertamina di seluruh Indonesia. Kegiatan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan PT. Pertamina (Persero) antara lain Peningkatan

Kualitas Pendidikan, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup dan Pertamina Peduli Bencana Alam.

Sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, PT. Pertamina

(Persero) memiliki dua tanggung jawab besar yaitu meningkatkan profit dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan negara dan melaksanakan tanggung jawab sosial

dan lingkungan. Peran dan tanggung jawab sosial PT. Pertamina (Persero)

dilaksanakan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan

ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil mitra binaan PT. Pertamina

(Persero) agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan multiplier effect

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah operasi Perusahaan. Hal

tersebut diharapkan akan dapat mendukung kegiatan usaha Perusahaan maupun mitra

bisnis. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi

sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Perusahaan melalui pemanfaatan dana

dari bagian laba BUMN dan bersifat hibah.

Page 39: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

141

c. Kesejahteraan Karyawan

PT. Pertamina (Persero) telah mengatur suatu Perjanjian Kerja Bersama

dalam rangka melindungi hak karyawan serta menyejahterakan karyawan. Perjanjian

Kerja Bersama dimaksudkan untuk mengatur syarat-syarat kerja yang merupakan

hasil perundingan dan kesepakatan antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja/Serikat

Buruh di Perusahaan, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh kedua belah pihak

dalam pelaksanaan hubungan kerja dan sebagai rujukan utama dalam hal terjadi

perselisihan Perjanjian Kerja Bersama.

Dalam Perjanjian Kerja Bersama yang telah disepakati oleh Federasi Serikat

Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) dan PT. Pertamina (Persero) memuat pokok-

pokok yang diatur antara lain adalah ketentuan umum, status pekerja dan keluarga,

pengupahan, perlindungan, keselamatan dan kesehatan kerja, fasilitas dan

kesejahteraan, penugasan di luar tempat kedudukan dan pemindahan, pemberian

penghargaan, hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja, awak kapal, serta

pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara menyatakan bahwa Direksi

harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari RUPS untuk melakukan perjanjian

(PKB) dengan karyawan yang berkaitan dengan penghasilan karyawan yang tidak

diwajibkan oleh atau melebihi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari hasil

wawancara dengan Manajer Kepatuhan PT. Pertamina (Persero), telah menjelaskan

bahwa dalam RUPS hanya membahas penetapan tantiem dan remunerasi bagi

anggota Dewan Komisaris dan Direksi. Namun mengenai penghasilan karyawan

yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Direksi SDM mewakili

seluruh Direksi yang menentukan besaran penghasilan bagi karyawan.

d. Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor

PT. Pertamina (Persero) menginginkan agar kegiatan bisnis/operasionalnya

berjalan dengan bersih sesuai dengan nilai Clean dalam Tata Nilai Unggulan

Pertamina, untuk itu Insan Pertamina diminta berpartisipasi aktif melaporkan setiap

dugaan terjadinya kecurangan yang diketahui oleh Insan Pertamina. Pelaporan ini

dilakukan dengan didukung data-data yang relevan dan ditujukan untuk kepentingan

Perusahaan yang dapat disampaikan melalui jalur formal kepada pimpinan tertinggi

di fungsi Insan Pertamina ditugaskan. Jika Insan Pertamina tidak merasa nyaman

Page 40: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

142

untuk melaporkannya secara langsung, silahkan menghubungi operator Whistle

Blowing System (WBS) Pertamina yang telah ada sejak tahun 2007.

Sistem ini yang mengelola Pengaduan/Penyikapan mengenai perilaku

melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan

mandiri (independen) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan

Pertamina dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi di

lingkungan Perusahaan. Lingkup pengaduan yang akan ditindaklanjuti melalu WBS

meliputi korupsi, suap, gratifikasi, konflik kepentingan, pencurian, kecurangan dan

pelanggaran hukum dan peraturan Perusahaan. Whistleblowing System yang

membantu Dewan Komisaris untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan

tentang pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan perusahaan

dan peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu.

4.2.4 Kemandirian (Independency)

Keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat merupakan

pengertian dari kemandirian (independency) menurut Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara. Komite Nasional Kebijakan Governance menyatakan pengertian

kemandirian dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006

bahwa kemandirian bertujuan untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan

harus dikelola secara independen sehingga masing-masing Organ Perusahaan tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

PT. Pertamina memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan secara

independen tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun

yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat. Manajemen puncak dan seluruh pekerja PT. Pertamina

(Persero) secara rutin setiap tahun membuat pernyataan terkait dengan benturan

kepentingan. Selain itu, pada tahun 2011 PT. Pertamima (Persero) memiliki 2 orang

Komisaris Independen sedangkan pada tahun 2012 terdapat 3 Komisaris Independen.

Page 41: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

143

a. Pengelolaan Benturan Kepentingan

Menurut PT. Pertamina (Persero), Benturan Kepentingan adalah situasi

dimana seorang Insan Pertamina yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan

memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan

wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang

seharusnya. Dalam Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT. Pertamina (Persero)

dijelaskan bahwa Insan Pertamina bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

kepentingan pribadi di luar pekerjaan tidak mengganggu kewajibannya terhadap

Perusahaan. Insan Pertamina menghindari situasi di mana kepentingan pribadi

(langsung maupun tidak langsung), aktivitas di luar, atau kepentingan keuangan,

bertentangan, tampak bertentangan atau berpotensi bertentangan dengan kepentingan

Pertamina.

PT. Pertamina (Persero) memiliki Pedoman yang mengatur hal-hal terkait

dengan etika dalam Konflik Kepentingan atau Conflict of Interest (CoI) dan

mekanisme pelaporannya di lingkungan PT. Pertamina (Persero) yang disusun ke

dalam Pedoman No. A-002/N00300/2009-S0 tentang Pedoman Konflik

Kepentingan/Conflict of Interest (CoI). Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk

memberikan arahan dan acuan bagi seluruh Insan Pertamina yang berkenaan dengan

Konflik Kepentingan di lingkungan Perusahaan, agar sesuai dengan asas Good

Corporate Governance (GCG), sehingga dapat mendorong terlaksananya etika bisnis

yang tinggi dan mencegah kecurangan serta penyimpangann perilaku lainnya.

b. Pengelolaan Gratifikasi

Bagi PT. Pertamina (Persero), gratifikasi merupakan pemberian dan/atau

penerimaan dalam arti luas, yakni meliputi hadiah/cinderamata dan hiburan

(entertainment) kepada Insan Pertamina, baik yang diterima di dalam negeri maupun

di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik dan/atau

tanpa melalui sarana elektronik. Seluruh Insan Pertamina dan/atau anggota Keluarga

Inti-nya dilarang memberi gratifikasi kepada Pihak Ketiga dan menerima gratifikasi

dari Pihak Ketiga, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada

partai politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun

eksekutif, tidak diperbolehkan atau dilarang memberikan donasi dalam bentuk

apapun walaupun dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap

anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan diwajibkan setiap

Page 42: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

144

bulan membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan berupa laporan Boundary Key

Performance Indicators (KPI). Jika KPI tidak tercapai maka akan dikenakan

sanksi/penalty.

c. Independensi Satuan Pengawas Intern (SPI)

Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina (Persero) memiliki standar profesi

dan kode etik yang mengatur salah satunya mengatur hal terkait independensi dan

obyektivitas SPI. Fungsi SPI mempunyai akses komunikasi yang memadai kepada

Direksi, Dewan Komisaris dan Komite Audit. Melihat dari struktur organisasi, posisi

Audit Internal berkedudukan di bawah Direksi sehingga harus bertanggungjawab dan

melaporkan hasil pengawasan kepada Direksi. Selain itu, Audit Internal berhubungan

dengan Komite Audit karena hasil pengawasan/audit akan dinilai dan akan

ditindaklanjuti oleh Komite Audit.

Audit Internal merupakan kegiatan assurance dan consulting yang

independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kegiatan operasi. Kegiatan assurance adalah suatu pengujian yang

obyektif berdasarkan bukti yang bertujuan memberikan suatu penilaian yang

independen atas pengelolaan risiko, pengendalian atau proses pengelolaan operasi,

sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Sedangkan kegiatan

consulting adalah kegiatan pemberian saran dan jasa lainnya yang dibutuhkan oleh

manajemen yang sifat dan cakupan penugasannya telah disepakati dengan

manajemen tersebut, yang bertujuan untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan

pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Auditor internal harus

memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan

timbulnya konflik kepentingan (conflict of interest).

d. Independensi Pemilihan Kantor Akuntan Publik (KAP)

PT. Pertamina (Persero) melakukan penunjukkan Kantor Akuntan Publik

yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perusahaan dan Program Kemitraan Bina

Lingkungan melalui prosedur yang ditetapkan dalam Surat Keputusan No. Kpts-

15/C00000/2010-S0 tentang Manajemen Pengadaan Barang/Jasa. Seperti yang

tertulis dalam Manajemen Pengadaan Barang/Jasa telah dijelaskan bahwa etika

dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa yaitu bekerja secara profesional dengan

menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga informasi yang bersifat

rahasia serta mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest)

Page 43: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

145

pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.

Auditor eksternal yang ditunjuk bebas dari pengaruh Dewan Komisaris/Dewan

Pengawas, Direksi dan pihak yang berkepentingan di BUMN. PT. Pertamina

(Persero) selalu menunjuk KAP yang terdapat dalam Big Four. Sebelum KAP

melaksanakan audit harus menandatangani Pakta Integritas untuk menjamin bahwa

KAP yang ditunjuk memiliki sikap independen dan bebas dari benturan kepentingan,

tekanan, pengaruh pihak lain yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan prinsip korporasi yang sehat.

e. Pengukuran terhadap Penerapan GCG

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01

/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara mengatur tentang kewajiban BUMN

dalam melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk penilaian

(assessment) dan evaluasi (review). Penilaian penerapan GCG pada PT. Pertamina

(Persero) dilakukan secara berkala setiap 1 tahun. Selama tahun 2011 dan 2012, PT.

Pertamina (Persero) telah melaksanakan penilaian yang dilakukan oleh penilai

independen terhadap penerapan Good Corporate Governance pada Perusahaan guna

menguji dan menilai penerapan GCG serta memperoleh rekomendasi perbaikan atas

kekurangan dalam penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero).

Penilaian penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) yang dilaksanakan

setiap tahunnya oleh penilai independen yang didasarkan pada kriteria dan parameter

penilaian yang ditetapkan oleh Kementrian BUMN. Setelah memperoleh hasil

penilaian independen akan dimuat dalam Laporan Tahunan serta dilaporkan hasilnya

kepada RUPS/Menteri. Selama tahun 2011, PT. Pertamina (Persero) memperoleh

skor penilaian sebesar 91,85% dan pada tahun 2012 telah mengalami peningkatan

skor penilaian menjadi 93,51%.

PT. Pertamina (Persero) menindaklanjuti hasil penilaian independen atas

penerapan GCG pada Perusahaan dengan melakukan evaluasi (review) setelah

dilakukan penilaian (assessment). Pelaksanaan evaluasi tersebut dilaksanakan secara

self-assessment dengan menggunakan indikator/parameter yang ditetapkan oleh

Sekretaris Kementrian BUMN serta mengacu pada skor/rating yang tertuang dalam

kontrak manajamen antara Direksi dan RUPS untuk perbaikan penerapan GCG di

tahun berikutnya. Hasil pelaksanaan evaluasi secara tertulis dilaporkan kepada

RUPS/Menteri namun tidak dimuat dalam Laporan Tahunan.

Page 44: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

146

4.2.5 Kewajaran (Fairness)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) menyatakan definisi kewajar yaitu keadilan dan kesetaraan

di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Komite Nasional

Kebijakan Governance menyatakan dalam Pedoman Umum Good Corporate

Governance tahun 2006 bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

PT. Pertamina (Persero) menerapkan perlakuan yang adil dan setara dalam

memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan, dalam hal ini adalah masyarakat umum, pemerintah,

investor, pekerja serta pemangku kepentingan lainnya. Hubungan dengan pekerja

dijaga dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara adil dan wajar sesuai

dengan Perjanjian Kerja Bersama, selain itu PT. Pertamina (Persero) memberikan

ruang kepada pekerja untuk bergabung dalam Serikat Pekerja Perseroan.

a. Perlindungan terhadap Pemegang Saham

Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) dijelaskan bahwa Negara

Republik Indonesia merupakan satu-satunya pemilik dan pemegang saham tunggal

pada PT. Pertamina (Persero). Pemegang saham pada PT. Pertamina (Persero) akan

memperoleh perlindungan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha

Milik Negara, antara lain adalah:

1. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi

pemegang saham Persero, dengan ketentuan satu saham memberi hak

kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara.

2. Mengambil keputusan tertinggi pada Perum, khusus bagi pemilik modal

Perum.

3. Memperoleh informasi material mengenai BUMN, secara tepat waktu,

terukur, dan teratur.

Page 45: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

147

4. Menerima pembagian dari keuntungan BUMN yang diperuntukkan bagi

pemegang saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan

hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham/modal yang dimilikinya.

5. Hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan

b. Perlakuan Setara terhadap Stakeholders

PT. Pertamina (Persero) menerapkan prinsip kewajaran dan kesetaraan

dengan memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan

masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan melalui Call

Center PT. Pertamina (Persero) dan saluran pelaporan pelanggaran (whistleblowing

system). Selain itu, Perusahaan menunjukkan bentuk perlakuan yang setara terhadap

stakeholders dengan komitmen sebagai berikut:

1. Komitmen terhadap Pekerja

Komitmen PT. Pertamina (Persero) terhadap Pekerja ditunjukkan dengan

memperlakukan sesama Insan Pertamina sesuai dengan prinsip bahwa

semua manusia adalah sama, tanpa membedakan suku bangsa maupun

jabatan dengan memperhatikan tata karma

2. Komitmen terhadap Serikat Pekerja

PT. Pertamina (Persero) menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra

Perusahaan dalam usaha mencapai tujuan Perusahaan demi terciptanya

hubungan industrial yang dinamis dan harmonis.

3. Komitmen terhadap Anak Perusahaan

PT. Pertamina (Persero) menjaga agar setiap hubungan bisnis dengan

anak perusahaan maupun perusahaan patungan (perusahaan afiliasi)

dilaksanakan dalam kerangka hubungan bisnis yang wajar sebagaimana

layaknya hubungan bisnis yang dikembangkan dengan pihak yang tidak

terafiliasi, serta terus menjaga rasa saling menghormati kepentingan

masing-masing pihak melalui perjanjian kerjasama yang saling

menguntungkan.

4. Komitmen terhadap Penyedia Barang/Jasa

PT. Pertamina (Persero) memelihara komunikasi yang baik dengan

penyedia barang/jasa atau rekanan sebagai mitra strategis yang berperan

menjamin ketersediaan pasokan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk

kelancaran operasi Perusahaan.

Page 46: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

148

5. Komitmen terhadap Pemerintah sebagai Regulator

PT. Pertamina (Persero) mematuhi dan mendukung peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan operasi Perusahaan termasuk di dalamnya

ketaatan terhadap pembayaran pajak, retribusi, masalah ketenagakerjaan

dan lindungan lingkungan hidup.

6. Komitmen terhadap Legislatif

PT. Pertamina (Persero) menyediakan informasi yang relevan tentang

Perusahaan bagi legislatif dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang

berlaku serta memperhatikan dan memberikan respon terhadap masukan

dari legislatif yang membawa kepentingan masyarakat luas sesuai

kepentingan dan kemampuan Perusahaan.

7. Komitmen terhadap Investor, Kreditur dan Bank

PT. Pertamina (Persero) mengupayakan keamanan terhadap investasi

yang dilakukan oleh investor dan pemenuhan tingkat pengembalian

investasi secara optimal. Selain itu, PT. Pertamina (Persero) melakukan

pinjaman dengan kreditur yang resmi dan memiliki reputasi baik, serta

tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perusahaan.

8. Komitmen terhadap Mitra Usaha, Lembaga Penelitian dan Perguruan

Tinggi

PT. Pertamina (Persero) menjamin akurasi informasi layanan dan produk

yang akan dipasarkan oleh mitra usaha strategis. Perusahaan juga

menjadikan hasil-hasil penelitian yang relevan sebagai referensi dalam

peningkatan kinerja serta bersikap akomodatif terhadap kebutuhan

penelitian dan kemajuan pendidikan

9. Komitmen terhadap Kesehatan, Keselamatan, Keamanan (K3) dan

Lindungan Lingkungan

PT. Pertamina (Persero) memiliki tanggung jawab untuk menciptakan

tempat bekerja yang aman dan sehat serta menyediakan perlengkapan dan

perlindungan kerja yang sesuai bagi semua Insan Pertamina dan

kontraktor untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cedera dan wabah

penyakit di tempat kerja serta melakukan kegiatannya dengan

memperhatikan lindungan lingkungan.

Page 47: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

149

10. Komitmen terhadap Masyarakat sekitar dan Tanggung Jawab Sosial

Pertamina mendukung keterlibatan Insan Pertamina melalui program

Corporate Social Responsibility dalam pengembangan masyarakat dan

pelestarian alam di lingkungan tempatnya ditugaskan.

4.2.6 Kelemahan atau Kekurangan dalam Penerapan GCG PT. Pertamina

(Persero)

1. Dalam Laporan Tahunan PT. Pertamina (Persero) tahun 2011 dan 2012 tidak

dijelaskan secara rinci mengenai fasilitas dan tunjangan bagi Anggota Dewan

Komisaris dan Anggota Dewan Direksi.

2. Risalah Rapat Dewan Komisaris/Dewan Pengawas tidak memuat alasan

ketidakhadiran Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dalam Rapat namun

harus menyertakan Surat Kuasa apabila Dewan Komisaris/Dewan Pengawas

berhalangan hadir dalam Rapat.

3. Risalah Rapat Direksi tidak memuat alasan ketidakhadiran Direksi dalam

Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa apabila Direksi berhalangan

hadir dalam Rapat.

4. RUPS hanya membahas penetapan tantiem dan remunerasi bagi anggota

Dewan Komisaris dan Direksi, namun mengenai penghasilan karyawan yang

tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Direksi SDM mewakili

seluruh Direksi dalam menentukan besaran penghasilan bagi karyawan.

5. Hasil pelaksanaan evaluasi secara tertulis dilaporkan kepada RUPS/Menteri

namun tidak dimuat dalam Laporan Tahunan.

6. PT. Pertamina (Persero) tidak mengungkapkan informasi mengenai

kompensasi pengurus tidak diungkapkan secara rinci dalam Laporan Tahunan

tetapi penetapan kompensasi mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan

Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang

Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan

Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

7. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris

mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan

mengusulkan besaran remunerasinya yang umumnya hanya mencalonkan

Direksi pada anak perusahaan, tetapi untuk mencalonkan Dewan Komisaris

Page 48: BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk

150

dan Direksi PT. Pertamina (Persero) merupakan wewenang dari RUPS dalam

penetapannya.