BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam...
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2013-2-00940-AK Bab4001.pdf · Dokumen dalam...
103
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap PT. Pertamina
(Persero) untuk mengetahui tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada
PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang
Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang berlaku
sejak tanggal 1 Agustus 2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance
yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006.
Tujuan dari penelitian ini selain untuk menilai tingkat kesesuaian Good
Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 adalah untuk
mengetahui gambaran umum dan kondisi penerapan Good Corporate Governance di
PT. Pertamina (Persero) agar dapat mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan
PT. Pertamina (Persero) berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
sehingga dapat mengidentifikasi kekurangan ataupun kendala yang dialami PT.
Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
4.1 Analisis Koefisien Jaccard (Jaccard’s Coefficient)
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat
kesesuaian pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero)
dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good
Corporate Governance. Dalam rangka mengevaluasi penerapan tata kelola
perusahaan PT. Pertamina (Persero) terdapat indikator analisis evaluasi yang terdiri
dari 50 (lima puluh) indikator dengan 230 (dua ratus dua puluh delapan) parameter
yang merupakan penjabaran dan unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait.
104
Table 4. 1 Daftar 50 Item Indikator Evaluasi GCG
No. Indikator 1 Kewajiban BUMN 2 GCG Manual 3 Hak Pemegang Saham / Pemilik Modal 4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 5 Laporan Tahunan 6 Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 8 Penilaian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 12 Rencana Jangka Panjang (RJP) 13 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi 15 Rapat Direksi 16 Manajemen Risiko (Risk Management) 17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System) 18 Pengawasan Intern 19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 20 Tata Kelola Teknologi Informasi 21 Auditor Eksternal 22 Informasi 23 Keselamatan dan Kesempatan Kerja serta Pelestarian Lingkungan 24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan 25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi 26 Program Pengenaan BUMN 27 Pengukuran terhadap Penerapan GCG 28 Peranan Negara 29 Peranan Dunia Usaha 30 Peranan Masyarakat 31 Transparansi 32 Akuntabilitas 33 Responsibilitas 34 Independensi 35 Kewajaran dan Kesetaraan 36 Nilai-Nilai Perusahaan 37 Etika Bisnis 38 Pedoman Perilaku 39 Benturan Kepentingan 40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi 41 Kepatuhan terhadap Peraturan 42 Kerahasiaan Informasi 43 Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor 44 Komite Audit 45 Komite Nominasi dan Remunerasi
105
No. Indikator 46 Komite Kebijakan Risiko 47 Komite Kebijakan Corporate Governance 48 Karyawan 49 Mitra Bisnis 50 Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa
(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun
2006)
Dari review dokumen-dokumen yang terdaftar pada Lampiran 1 mengenai
Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat
sebuah pengkodean untuk masing-masing parameter dengan kode sebagai berikut:
a : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina
(Persero) dan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer: PER-
01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada
tahun 2006.
b : Parameter tidak terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina
(Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer:
PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG
pada tahun 2006.
c : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina
(Persero) namun tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomer: PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan
oleh KNKG pada tahun 2006.
Maka hasil pengkodean evaluasi GCG PT. Pertamina (Persero) berdasarkan
hasil review dokumen dan wawancara dapat dilihat pada tabel 4.3.
Pada indikator nomor 39 butir 4 dan nomor 42 butir 3 tidak dimasukan ke
dalam perhitungan koefisien Jaccard mengingat karakteristik PT. Pertamina (Persero)
yang tidak sesuai untuk parameter evaluasi tersebut. Maka total parameter evaluasi
yang akan dihitung dalam perhitungan koefisien Jaccard sebanyak 228 parameter
evaluasi.
106
Hasil pengkodean pada setiap parameter evaluasi yang didasarkan pada hasil
review dokumen dan wawancara dengan Sekretaris Perusahaan PT. Pertamina
(Persero) maka dihitung dengan koefisien Jaccard (Jaccard’s coefficients) dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Sij : Tingkat kesesuaian antara standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)
dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.
a : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)
dan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.
b : Parameter tidak terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina
(Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun
2006.
c : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero)
tetapi tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun
2006.
i : Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.
j : Standar penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero).
Selanjutnya, hasil pengkodean tersebut dilakukan pembobotan atas kode yang
diperoleh. Setiap kode yang diperoleh dari setiap parameter evaluasi memperoleh
bobot 1. Pembobotan yang dilakukan dalam penelitian akan ditunjukkan dalam tabel
4.2.
107
Table 4. 2 Perhitungan Jaccard’s Coefficients atas 50 item Indikator Evaluasi
GCG
No. Indikator a b c Jumlah
Indikator
1 Kewajiban BUMN 3 3 2 GCG Manual 7 7 3 Hak Pemegang Saham / Pemilik
Modal 4 4
4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
12 12
5 Laporan Tahunan 3 4 7 6 Dewan Komisaris / Dewan
Pengawas 11 1 12
7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas
6 1 7
8 Penilian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas
3 3
9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas
1 1
10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas
3 3
11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
4 4
12 Rencana Jangka Panjang (RJP) 6 6 13 Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan 5 5
14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi
4 4
15 Rapat Direksi 6 1 7 16 Manajemen Risiko (Risk
Management) 4 4
17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System)
2 2
18 Pengawasan Intern 11 11 19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 7 7 20 Tata Kelola Teknologi Informasi 3 3 21 Auditor Eksternal 6 6 22 Informasi 3 3 23 Keselamatan dan Kesempatan
Kerja serta Pelestarian Lingkungan 6 6
24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan
4 1 5
25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi
5 5
26 Program Pengenaan BUMN 7 7
108
No. Indikator a b c Jumlah
Indikator
27 Pengukuran terhadap Penerapan GCG
11 1 1 13
28 Peranan Negara 7 7 29 Peranan Dunia Usaha 5 5 30 Peranan Masyarakat 3 3 31 Transparansi 2 2 4 32 Akuntabilitas 5 5 33 Responsibilitas 2 2 34 Independensi 2 2 35 Kewajaran dan Kesetaraan 3 3 36 Nilai-Nilai Perusahaan 2 2 37 Etika Bisnis 3 3 38 Pedoman Perilaku 1 1 39 Benturan Kepentingan 4 4 40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah
dan Donasi 2 2 4
41 Kepatuhan terhadap Peraturan 3 3 42 Kerahasiaan Informasi 2 2 43 Pelaporan atas Pelanggaran dan
Perlindungan bagi Pelapor 2 2
44 Komite Audit 1 1 45 Komite Nominasi dan Remunerasi 2 1 3 46 Komite Kebijakan Risiko 1 1 47 Komite Kebijakan Corporate
Governance 1 1
48 Karyawan 8 8 49 Mitra Bisnis 2 2 50 Masyarakat serta Pengguna Produk
dan Jasa 3 3
(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun
2006)
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Jaccard, PT. Pertamina (Persero)
memperoleh nilai sebesar 93,42% dengan perhitungan sebagai berikut:
109
Menurut perhitungan yang dilakukan dapat diketahui jumlah parameter
standar penerapan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) yang
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada
tahun 2006 sebanyak 213 dari 228 parameter yang ditetapkan sebagai evaluasi
penerapan tata kelola perusahaan yang baik yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina
(Persero). Maka hasil perhitungan koefisien Jaccard, tingkat kesesuaian standar
penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara serta Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan
oleh KNKG pada tahun 2006. Standar penerapan GCG yang telah dilakukan oleh PT.
Pertamina (Persero) telah 93,42% sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006, namun masih ada
beberapa hal yang perlu perbaiki dalam standar penerapan tata kelola perusahaan
yang baik pada PT. Pertamina (Persero).
4.2 Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada
PT. Pertamina (Persero)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan gambaran
penerapan prinsip-prinsip GCG telah temukan kekurangan atau kelemahan PT.
Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip tersebut sehingga dapat
memberikan rekomendasi atau saran perbaikan atas kekurangan atau kelemahan
tersebut. Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah ditetapkan 5 prinsip
dalam Good Corporate Governance yakni Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, dan Keadilan dan Kesetaraan. Selain itu, penerapan
GCG pada PT. Pertamina (Persero) juga dievaluasi dengan mengukur tingkat
110
kesesuaiannya dengan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance pada tahun 2006.
PT. Pertamina (Persero) telah menerapkan pengelolaan perusahaan
berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sejak tahun 2009 dan
dalam rangka menambah nilai perusahaan maka PT. Pertamina (Persero) mengelola
perusahaannya berlandaskan 5 prinsip yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi,
Keadilan dan Kesetaraan. Komite Nasional Kebijakan Governance juga menetapkan
asas GCG yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi,
Kewajaran dan Kesetaraan. Maka berikut ini merupakan gambaran penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam PT. Pertamina (Persero).
4.2.1 Transparansi (Transparency)
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara mendefinisikan
transparansi (transparency) sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukan dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan. Sedangkan definisi transparansi bagi Komite
Nasional Kebijakan Governance yang dituliskan dalam Pedoman Umum Good
Corporate Governance yaitu menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
PT. Pertamina (Persero) bersifat terbuka dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan mengutamakan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai Perusahaan. Dalam proses pengambilan
keputusan, manajemen terikat dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam Board
Manual (Panduan Dewan), dan dalam mengungkapkan informasi material PT.
Pertamina (Persero) menyampaikannya melalui Corporate Secretary.
111
PT. Pertamina (Persero) menerapkan prinsip transparansi dengan mengangkat
Komite Audit dan Internal Audit (SPI) serta Akuntan Publik. Prinsip ini
menunjukkan keterbukaan informasi dan kinerja perusahaan yang hendak
disampaikan kepada stakeholders.
a. Komite Audit
Komite Audit PT. Pertamina (Persero) telah mulai dibentuk pada
akhir tahun 2003. Pada tahun 2011, tugas-tugas Komite Audit mengacu
Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit
bagi BUMN serta Piagam Komite Audit. Sedangkan pada tahun 2012, tugas-
tugas Komite Audit mengacu Peraturan Menteri BUMN No. PER-
12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas Badan Usaha Milik Negara serta Piagam Komite Audit. Salah satu
tugas Komite Audit meliputi membantu Komisaris untuk memastikan
efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas
eksternal auditor dan internal auditor, menilai pelaksanaan kegiatan serta
hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor
eksternal, memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya dan sebagainya.
Hal ini terbukti pada tahun 2011 bahwa Komite Audit melaksanakan
tugasnya tersebut dengan melakukan monitoring pencapaian RKAP tahun
2011 secara berkala, dan melakukan penelaahan Laporan Keuangan
Perusahaan baik laporan Keuangan non Audit maupun Laporan Keuangan
hasil Audit Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam upaya mendorong
Peningkatan Pengendalian Manajemen, maka Komite memberikan masukan
untuk meningkatkan perbaikan terhadap sistem informasi, implementasi ERP,
peningkatan kinerja dan peran SPI sebagai assurance and consulting serta
pengelolalan Whistle Blowing System (WBS).
Pada tahun 2012 Komite Audit menujukkan kinerjanya dengan
mengevaluasi efektifitas fungsi satuan pengawasan intern (SPI) melalui
review atas laporan kegiatan SPI dan Laporan Hasil Audit SPI dan
menyampaikan saran serta pendapat kepada Direksi dan Kepala SPI (Chief
Audit Executive) melalui Dewan Komisaris dalam rangka upaya penguatan
dan peningkatan peran SPI. Dalam upaya mendorong peningkatan
112
pengendalian manajemen, Komite Audit memonitor dan memberikan
masukan atas implementasi IFRS. Komite Audit juga memberikan saran-
saran dan masukan untuk perbaikan manajemen aset terutama bagi
pengelolaan aset non operasi serta melakukan review atas usulan-usulan
pendayagunaan aset.
Selama tahun 2011 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat
internal (rapat Dewan Komisaris, internal Komite Audit, fungsi terkait dan
gabungan Komite) dan eksternal sebanyak 177. Sedangkan selama tahun
2012 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat (rapat Dewan Komisaris,
internal Komite Audit, fungsi terkait dan gabungan Komite) dan eksternal
sebanyak 117 kali.
b. Satuan Pengawasan Intern
PT. Pertamina (Persero) memberikan kesempatan bagi Komite Audit
untuk mengawasi audit yang dilaksanakan oleh auditor internal dan auditor
eksternal. Tujuan dilaksanakannya audit tersebut yaitu untuk menunjukkan
akuntabilitas serta kepatuhan perusahaan terhadap peraturan sesuai dengan
prinsip korporasi yang sehat atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik. PT.
Pertamina (Persero) membentuk suatu Satuan Pengawasan Intern yang
bertujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai audit internal perusahaan.
Audit Internal mempunyai fungsi untuk memberikan pandangan secara
independen mengenai kondisi pengendalian intern, pengelolaan risiko dan
proses tata kelola perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan beserta
unit-unit usahanya dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, serta memberikan
masukan atau rekomendasi perbaikan melalui kegiatan assurance dan
consulting.
Fungsi audit internal PT. Pertamina (Persero) dilaksanakan oleh
Internal Audit yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Bab VI pasal 67, 68, dan 69.
Internal Audit dipimpin oleh seorang Chief Audit Executive (CAE) yang
diangkat dan diberhentikan oleh President Director & CEO dengan
mempertimbangkan masukan dari Dewan Komisaris dan bertanggung jawab
langsung kepada President Director & CEO. Berikut ini adalah struktur
organisasi yang menunjukkan posisi CAE dalam perusahaan.
113
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina
(Persero)
(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
114
Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) merupakan bentuk
dukungan nyata dan komitmen Direktur Utama Pertamina, termasuk Dewan
Komisaris yang dalam hal ini diwakili oleh Komisaris Independen yang
merangkap sebagai Komite Audit, serta adanya penerimaan (acceptance) dari
fungsi lain yang diaudit (Auditee). Tujuan dari Piagam Audit Internal adalah
untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan melalui kegiatan
pengawasan yang independen dan obyektif berupa kegiatan assurance dan
consulting sesuai standar internasional serta membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien melalui evaluasi dan perbaikan
efektivitas pengendalian internal, manajemen risiko dan proses tata kelola
perusahaan. Pada tahun 2011 Audit Internal telah melakukan evaluasi dan
revisi terhadap Piagam Audit Internal untuk memperbarui piagam tersebut
sesuai dengan standar audit internal terkini dan perkembangan perusahaan.
Piagam Audit Internal tersebut telah ditandatangani oleh Direktur Utama,
Komite Audit dan CAE pada tanggal 12 Desember 2011.
PT. Pertamina (Persero) juga memiliki Pedoman Pengelolaan Fungsi
Internal Audit yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam pengelolaan
Fungsi Internal Audit dan pelaksanaan pengawasan di lingkungan PT.
Pertamina (Persero) yang dilakukan oleh Internal Audit. Ketentuan-ketentuan
dalam pedoman tersebut disusun sesuai dengan International Standards for
the Professional Practice of Internal Auditing (IPPF) dan kebijakan lainnya
yang relevan dan berlaku di PT. Pertamina (Persero).
Dalam menjalankan tugasnya, Audit Internal memiliki kewenangan
diantaranya untuk menentukan kegiatan pengawasan pada semua area,
kegiatan operasional dan bisnis perusahaan, menentukan kegiatan koordinasi
dan pengawasan atas anak perusahaan dan afiliasi sesuai dengan piagam
hubungan korporasi antara perusahaan dengan anak perusahaan, menentukan
kegiatan investigasi terhadap masalah yang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan, memiliki akses tidak terbatas atas semua data, dokumen, fungsi,
kegiatan, pekerja, serta sumber daya perusahaan lainnya. Tanggung jawab
Audit Internal diantaranya adalah mengelola kegiatan pengawasan melalui
kegiatan assurance dan consulting yang mencakup pengujian dan evaluasi
pengendalian internal, penerapan manajemen risiko dan tata kelola di seluruh
unit-unit kerja di perusahaan, melaksanakan kegiatan consulting atas dasar
115
permintaan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tanpa
mengambil alih tanggung jawab manajemen, melakukan koordinasi
pengawasan dengan Audit Internal anak perusahaan dan afiliasi perusahaan,
melakukan koordinasi kegiatan pengawasan dengan eksternal audit.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa SPI yang berfungsi
sebagai auditor internal terkait dengan Komite Audit yang mengawasi kinerja
SPI agar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam tahun 2011 dan
2012, evaluasi terhadap pengendalian intern secara bertahap dilakukan
terhadap beberapa aktifitas bisnis, diantaranya IT Aplication Control,
beberapa aktifitas bisnis marketing & trading serta aktifitas refinery.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, secara umum Audit
Internal telah memberikan rekomendasi perbaikan pengendalian intern
kepada manajemen untuk area-area yang masih memerlukan perbaikan. Hasil
evaluasi tersebut digunakan oleh Direksi dan manajemen sebagai dasar untuk
memperbaiki sistem pengendalian intern dalam aktifitas operasional
perusahaan.
c. Akuntan Perseroan
Setiap tahun Laporan Keuangan (Annual Report) PT. Pertamina
(Persero) dilakukan audit oleh Auditor Independen dengan tujuan
memperoleh pendapat atas kewajaran Laporan Keuangan yang disajikan oleh
Manajemen PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan Undang-Undang No. 22
tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Pertamina pada tahun 2003
berubah status menjadi Perusahaan Persero dengan nama PT Pertamina
(Persero) oleh karena itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menyatakan bahwa
sebagai Perseroan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang
bersangkutan bagi Perseroan yang wajib diaudit.
Dalam Laporan Tahunan (Annual Report) tahun 2011 dan 2012
diketahui bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudireja, Wibisana &
Rekan (member firm of PriceWaterhouse Coopers) ditunjuk sebagai Akuntan
Publik Laporan Keuangan Pertamina Tahun Buku yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2011 dan 31 Desember 2012. Penunjukan Kantor Akuntan
Publik ini dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris atas hasil
rekomendasi dari Komite Audit. Sedangkan Akuntan/Partner dalam
116
pelaksanaan audit adalah Dwi Wahyu Daryoto. Audit eksternal dilaksanakan
dengan tujuan tertentu, diantaranya audit atas subsidi BBM yang
dilaksanakan oleh BPK-RI dan general audit atas laporan keuangan Perseroan
yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap tahun. KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (anggota dari jaringan global
PricewaterhouseCoopers di Indonesia) menyatakan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian dengan paragraf penjelas mengenai penerapan standar
akuntansi baru efektif 1 Januari 2012.
d. Rapat Dewan Komisaris dan Rapat Direksi
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah mengatur
bahwa Dewan Komisaris dan Direksi wajib melaksanakan rapat baik internal
maupun gabungan yang harus diadakan secara berkala, sekurang-kurangnya
sekali dalam setiap bulan dan dalam rapat wajib dibuatkan risalah rapat yang
memuat pendapat-pendapat yang berkembang dalam rapat serta menetapkan
tata tertib dalam melaksanakan rapat.
Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero)
pada tahun 2011, dapat diketahui bahwa selama tahun berjalan Dewan
Komisaris PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan rapat internal sebanyak
96 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Direksi, 4 kali Rapat Pra-RUPS, dan
4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Pada tahun 2012, Dewan Komisaris
telah melaksanakan Rapat Dewan Komisaris sebanyak 87 kali, 14 kali Rapat
Gabungan dengan Direksi, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum
Pemegang Saham.
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris
dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan
tingkat kehadirannya mencapai 70,98%:
Table 4. 3 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2011
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 85 11 0 Umar Said 87 2 7
117
Anggota Dewan Komisaris Hadir
Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Evita Herawati Legowo
28 64 4
Anny Ratnawati 53 41 2 Triharyo Indrawan Soesilo
92 2 2
Nurdin Zainal 79 13 4 Luluk Sumiarso 53 36 7 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat
kehadirannya mencapai 54,45%:
Table 4. 4 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2012
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 78 9 0 Evita Herawati Legowo
15 70 2
Anny Ratnawati 47 38 2 Nurdin Zainal 77 9 1 Luluk Sumiarso 78 9 0 Harry Susetyo Nugroho
51 16 3
Umar Said 16 0 1 Triharyo Indrawan Soesilo
17 0 0
(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan
tingkat kehadirannya mencapai 72,86%:
118
Table 4. 5 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi
tahun 2011
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 18 2 0 Umar Said 17 0 3 Evita Herawati Legowo
11 9 0
Anny Ratnawati 10 8 2 Triharyo Indrawan Soesilo
18 1 1
Nurdin Zainal 14 4 2 Luluk Sumiarso 14 2 4 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan
tingkat kehadirannya mencapai 59,82%:
Table 4. 6 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi tahun
2012
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 14 0 0 Evita Herawati Legowo
8 6 0
Anny Ratnawati 6 8 0 Nurdin Zainal 11 3 0 Luluk Sumiarso 11 3 0 Harry Susetyo Nugroho
13 1 0
Umar Said 2 0 0 Triharyo Indrawan Soesilo
2 0 0
(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 46,43%:
119
Table 4. 7 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2011
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo
0 4 0
Anny Ratnawati 0 4 0 Triharyo Indrawan Soesilo
4 0 0
Nurdin Zainal 0 3 1 Luluk Sumiarso 1 1 2 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 66,67%:
Table 4. 8 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2012
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 2 0 0 Evita Herawati Legowo
1 1 0
Anny Ratnawati 1 1 0 Nurdin Zainal 2 0 0 Luluk Sumiarso 2 0 0 Harry Susetyo Nugroho
0 2 0
(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 85,71%:
120
Table 4. 9 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2011
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo
2 2 0
Anny Ratnawati 3 1 0 Triharyo Indrawan Soesilo
4 0 0
Nurdin Zainal 3 1 0 Luluk Sumiarso 4 0 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 83,33%:
Table 4. 10 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2012
Anggota Dewan Komisaris
Hadir Tidak Hadir dengan Surat
Kuasa
Tidak Hadir tanpa Surat
Kuasa Sugiharto 4 0 0 Evita Herawati Legowo
3 1 0
Anny Ratnawati 3 1 0 Nurdin Zainal 4 0 0 Luluk Sumiarso 4 0 0 Harry Susetyo Nugroho
2 2 0
(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pada pasal 16 ayat 3
menyatakan bahwa dalam setiap rapat Dewan Komisaris baik rapat internal, rapat
gabungan maupun rapat dengan komite harus dibuat risalah rapat yang berisi hal-hal
yang dibicarakan, termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion peserta
rapat (jika ada) dan hal-hal yang diputuskan.
Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas tidak memuat alasan ketidakhadiran Dewan
121
Komisaris/Dewan Pengawas dalam Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa
apabila Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam Rapat.
Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero) pada
tahun 2011, diketahui bahwa Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan
Direksi sebanyak 41 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 4 kali
Rapat Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Selama tahun 2012,
Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan Direksi sebanyak 54 kali, 14 kali
Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali RUPS.
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat
kehadirannya mencapai 85,37%:
Table 4. 11 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2011
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 32 9 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
37 4
Direktur Hulu 34 7 Direktur Pengolahan
35 6
Direktur Pemasaran dan Niaga
33 8
Direktur Umum 36 5 Direktur Sumber Daya Manusia
36 5
Direktur Keuangan 37 4 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat
kehadirannya mencapai 81,89%:
Table 4. 12 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2012
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 45 9 Direktur 46 8
122
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Direktur Hulu 48 6 Direktur Pengolahan
49 5
Direktur Pemasaran dan Niaga
46 8
Direktur Gas 23 5 Direktur Umum 48 6 Direktur Sumber Daya Manusia
48 6
Direktur Keuangan 45 9 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun
2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 83,13%:
Table 4. 13 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun
2011
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 16 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
16 4
Direktur Hulu 15 5 Direktur Pengolahan
16 4
Direktur Pemasaran dan Niaga
17 3
Direktur Umum 15 5 Direktur Sumber Daya Manusia
20 -
Direktur Keuangan 18 2 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
123
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun
2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 85,71%:
Table 4. 14 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun
2012
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 10 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
13 1
Direktur Hulu 14 0 Direktur Pengolahan
13 1
Direktur Pemasaran dan Niaga
13 1
Direktur Gas 9 2 Direktur Umum 11 3 Direktur Sumber Daya Manusia
12 2
Direktur Keuangan 13 1 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 93,75%:
Table 4. 15 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2011
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
4 0
Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan
2 2
Direktur Pemasaran dan Niaga
4 0
124
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia
4 0
Direktur Keuangan 4 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 94,44%:
Table 4. 16 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2012
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 1 1 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
2 0
Direktur Hulu 2 0 Direktur Pengolahan
2 0
Direktur Pemasaran dan Niaga
2 0
Direktur Gas 2 0 Direktur Umum 2 0 Direktur Sumber Daya Manusia
2 0
Direktur Keuangan 2 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 100%:
Table 4. 17 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2011
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
4 0
125
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan
4 0
Direktur Pemasaran dan Niaga
4 0
Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia
4 0
Direktur Keuangan 4 0 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)
Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam
RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya
mencapai 86,11%:
Table 4. 18 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2012
Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
4 0
Direktur Hulu 3 1 Direktur Pengolahan
3 1
Direktur Pemasaran dan Niaga
4 0
Direktur Gas 4 0 Direktur Umum 3 1 Direktur Sumber Daya Manusia
3 1
Direktur Keuangan 3 1 (Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)
Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pasal 12 ayat 3 menyatakan
bahwa dalam setiap Rapat Direksi harus dibuat Risalah Rapat yang ditandatangani
oleh Ketua Rapat Direksi dan seluruh anggota Direksi yang hadir yang berisi hal-hal
yang dibicarakan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion anggota
Direksi jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Satu salinan Risalah Rapat Direksi
agar disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diketahui.
126
Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Direksi
tidak memuat alasan ketidakhadiran Direksi dalam Rapat namun harus menyertakan
Surat Kuasa apabila Direksi berhalangan hadir dalam Rapat.
e. Keterbukaan atas Informasi PT. Pertamina (Persero)
Dalam mengelola perusahaan diharuskan kepada manajemen untuk
melakukannya secara transparan berdasarkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang
Baik yaitu transparansi atau keterbukaan. Informasi yang harus disajikan secara
transparan antara lain informasi mengenai keuangan perusahaan, analisis dan diskusi
manajemen, penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan
perusahaan, program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, data
perusahaan lainnya yang bersifat materiil. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang
memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di tanah air kita ini maka PT.
Pertamina (Persero) diwajibkan untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip yang
terkait dengan tata kelola perusahaan yang baik terutama dalam keterbukaan atas
informasi perusahaan yang disajikan dan dapat dengan mudah diakses oleh publik
dan stakeholders.
Menurut Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance, informasi yang harus diungkapkan
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG
serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan. PT. Pertamina (Persero) tidak memuat seluruh informasi tersebut seperti
hal-hal terkait kompensasi pengurus terutama mengenai fasilitas dan tunjangan bagi
Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak dijelaskan secara rinci, tetapi tertuang
dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia
Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Pengahasilan Direksi,
Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara yang dijadikan
acuan bagi PT. Pertamina (Persero) dalam penetapan penghasilan bagi Direksi dan
Dewan Komisaris Perusahaan. Selain itu, hal mengenai kepemilikan saham oleh
beberapa pihak tidak berlaku pada PT. Pertamina (Persero) mengingat bahwa
kepemilikan saham perusahaan seluruhnya milik Pemerintah.
127
Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik menyatakan bahwa Keterbukaan Informasi Publik merupakan sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan Negara dan Badan
Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. PT.
Pertamina (Persero) mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Layanan Informasi Publik
yang diadopsi dari Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang Standar
Layanan Informasi Publik yang menjadi acuan pelaksanaan layanan informasi publik
kepada stakeholders PT. Pertamina (Persero) baik di Kantor Pusat (Korporat)
maupun Unit-Unit Operasi Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu
guna mencapai tujuan Perusahaan.
1. Akses Informasi
PT. Pertamina (Persero) menggunakan beberapa media yang dapat
digunakan dalam menyajikan informasi dan data perusahaan melalui
website PT. Pertamina (Persero), portal BUMN, media cetak dan media
elektronik.
a. Website
PT. Pertamina (Persero) telah memiliki website resmi yang tersedia
bagi publik dengan alamat www.pertamina.com. Dari website resmi
PT. Pertamina (Persero) publik dan stakeholders dapat mengakses
berbagai data dan informasi perusahaan yang berkaitan dengan PT.
Pertamina (Persero) antara lain profil perusahaan, bisnis PT.
Pertamina (Persero), jaringan kantor, kegiatan Corporate Social
Responsibility, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan, serta data dan
informasi perusahaan lainnya.
b. Portal BUMN
Informasi dan data PT. Pertamina (Persero) dapat diakses melalui
portal BUMN dengan alamat www.bumn.go.id/pertamina.
Kementerian BUMN Republik Indonesia yang mengelola Portal
BUMN yang beranggotakan 137 anggota termasuk PT. Pertamina
(Persero). Informasi yang disediakan tidak jauh berbeda antara
informasi yang disajikan dalam website resmi PT. Pertamina (Persero)
dengan yang disajikan dalam Portal BUMN.
128
c. Media Elektronik
Ada dua media elektronik yang dapat digunakan sebagai sarana
penyebaran data dan informasi PT. Pertamina (Persero), yaitu TV dan
Radio. Perusahaan memiliki Pertamina TV yang ditayangkan di
lingkungan internal perusahaan.
d. Media Cetak
Ada beberapa media cetak yang digunakan PT. Pertamina dalam
menyebarkan data dan informasi perusahaan, yaitu majalah Energia
yang merupakan majalah internal perusahaan yang memuat berita
perusahaan dan disebarluaskan kepada stakeholders. Selain itu,
penyebaran data dan informasi perusahaan dapat dilakukan melalui
barang cetakan yang berupa Laporan Tahunan, profil perusahaan dan
data serta informasi perusahaan lainnya.
2. Diseminasi Informasi dan Data Perusahaan
PT. Pertamina (Persero) melakukan kegiatan dalam diseminasi data dan
informasi perusahaan melalui konferensi pers, talkshow, dan Rapat
Dengar Pendapat (RDP). Data dan informasi yang disampaikan dalam
kegiatan tersebut tidak jauh dari perkembangan perusahaan. Pada tahun
2011 PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan konferensi pers
sebanyak 31 kali. Selama tahun 2012 telah diadakan konferensi pers
hampir setiap bulan yang diawali dari bulan Maret sampai Desember
dengan total pelaksanaan sebanyak 25 kali. Pada tahun 2012, PT.
Pertamina bekerja sama dengan Radio Sindo untuk melangsungkan
program OPERGIGI atau Obrolan Pertamina Pagi Pagi yang ditayangkan
setiap hari Jumat jam 7 pagi. Kegiatan terakhir dalam diseminasi data dan
informasi perusahaan dilakukan dengan mengadakan Rapat Dengar
Pendapat dengan DPR-RI pada tahun 2011 sebanyak 8 kali yang diadakan
dengan Komisi VII DPR-RI. Selama tahun 2012 PT. Pertamina (Persero)
mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR-RI sebanyak 10 kali.
f. Laporan Tahunan (Annual Report)
PT. Pertamina (Persero) menyajikan Laporan Tahunan (Annual
Report) yang berisi mengenai profil perusahaan, laporan analisis dan diskusi
manajemen, laporan penerapan tata kelola perusahaan (GCG), laporan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), informasi keuangan perusahaan
129
yang sudah diaudit, serta informasi perusahaan lainnya yang bersifat materiil
yang berhubungan dengan perkembangan kegiatan usaha Persero.
PT. Pertamina (Persero) telah menyajikan Laporan Tahunan yang
telah memenuhi syarat kriteria Annual Report dan Undang-Undang Nomor:
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi perusahaan
telah disajikan dan mudah diakses oleh publik dan stakeholders melalui
website resmi perusahaan serta. Perusahaan menyajikan Laporan Tahun untuk
setiap tahunnya dan dipublikasikan setiap satu tahun sekali dalam bentuk
buku Laporan Tahunan atau Annual Report. PT. Pertamina (Persero) tidak
memuat seluruh informasi terkait kompensasi pengurus terutama mengenai
fasilitas dan tunjangan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak
dijelaskan secara rinci, tetapi penetapan kompensasi mengacu pada Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor:
PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan
Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.
4.2.2 Akuntabilitas (Accountability)
Definisi akuntabilitas (accountability) menurut Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerpan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Komite Nasional
Kebijakan Governance mendefinisikan akuntabilitas dalam Pedoman Umum Good
Corporate Governance pada tahun 2006 bahwa perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki
sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung terciptanya kejelasan fungsi,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ Perseroan sehingga pengelolaan
Perseroan terlaksana secara efektif. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menegakkan prinsip akuntabilitas antara lain pelaporan Direksi kepada Dewan
130
Komisaris mengenai rencana anggaran tahunan, penyampaian laporan keuangan pada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, pembentukan Audit Internal dan
penunjukkan Auditor Eksternal, serta pemberlakuan Etika Usaha dan Tata Perilaku
(Code of Conduct), Pedoman Konflik Kepentingan serta Pedoman Penerimaan
Hadiah/Cinderamata dan Hiburan (Gratifikasi).
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan terlaksana
secara efektif jika terdapat pengawasan terhadap keseimbangan antar Organ
Perseroan seperti Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan Auditor.
a. Organ Perusahaan
Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dinyatakan pada Bab 1 Pasal 1 ayat 2 bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum
Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dalam PT. Pertamina (Persero), RUPS merupakan Organ Perusahaan
yang memegang kekuasaan dan wewenang tertinggi yang tidak di
serahkan kepada Direksi maupun Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS
antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris
dan Direksi, menyetujui perubahan Anggaran dasar, menyetujui Laporan
Tahunan dan menetapkan bentuk dan jumlah remunerasi anggota Dewan
Komisaris dan Direksi.
2. Dewan Komisaris
Dalam PT. Pertamina (Persero), Dewan Komisaris bertugas melakukan
pengawasan terhadap kebijakan pengurus, jalannya pengurusan pada
umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang
dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat pada Direksi termasuk
terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana Kerja
dan Anggaran Perseroan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku, untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan tujuan
Perseroan. Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dewan
Komisaris juga memiliki fungsi untuk melakukan pemantauan terhadap
efektivitas praktek Good Corporate Governance yang diterapkan
Perusahaan.
131
Dewan Komisaris berkewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS. Tugas
utama yang harus dilaksanakan oleh Dewan Komisaris adalah melakukan
pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perusahaan
termasuk pelaksanaan rencana jangka panjang Perusahaan, rencana kerja
dan anggaran Perusahaan serta ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan
keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu, Dewan Komisaris memiliki kewajiban dalam memantau
efektivitas prakter Good Corporate Governance antara lain dengan
mengadakan pertemuan berkala antara Dewan Komisaris dengan Direksi
untuk membahas implementasi Good Corporate Governance.
PT. Pertamina (Persero) memberikan kewenangan kepada Dewan
Komisaris untuk mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan
Komisaris, jika dianggap perlu. Fungsi pengangkatan Sekretaris Dewan
Komisaris yaitu membantu Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas
Dewan Komisaris dalam bentuk dukungan administratif dan
kesekretariatan. Selain itu, kewenangan yang diberikan kepada Dewan
Komisaris adalah pembentukan organ pendukung yang berfungsi untuk
membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan kegiatan tugas dan
fungsinya. Komite penunjang Dewan Komisaris antara lain (1) Komite
Audit, dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris untuk memastikan
efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas
eksternal auditor dan internal auditor dengan menilai pelaksanaan
kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan
Intern maupun auditor eksternal serta memberikan rekomendasi mengenai
penyempurnaan sistem pengendalian manajemen dan pelaksanaannya. (2)
Komite Pemantau Manajemen Risiko, dibentuk untuk membantu Dewan
Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan terhadap kebijakan
Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat kepada
Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan
peraturan perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan
risiko usaha. (3) Komite Nominasi dan Remunerasi, dibentuk untuk
membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang
132
berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi
dan nominasi di Perusahaan.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah
mengatur mengenai komposisi Dewan Komisaris, sekurang-kurangnya
20% dari Anggota Dewan Komisaris harus berasal dari kalangan di luar
Perusahaan atau independen. Selama tahun 2011 dan 2012, PT. Pertamina
(Persero) telah menetapkan paling tidak 2 atau 3 Anggota Dewan
Komisaris yang menjabat sebagai Komisaris Independen. Mantan anggota
Direksi BUMN dapat menjadi anggota Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak menjabat
sebagai anggota Direksi BUMN yang bersangkutan sekurang-kurangnya
5 tahun.
3. Dewan Direksi
PT. Pertamina (Persero) telah menetapkan struktur organisasi dan tata
kerja yang berguna untuk pembagian tugas dan tanggung jawab masing-
masing Direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan demi
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab Anggota Direksi sebagai
berikut:
(1) Direktur Utama
Tugas dan wewenang Direktur Utama adalah sebagai Chief Executive
Officer yang memberikan arahan dan mengendalikan kebijakan visi,
misi, dan strategi Perseroan. Direktur utama bertugas unntuk
memimpin para anggota Direksi dalam melaksanakan keputusan
Direksi. Direktur Utama berkonsentrasi kepada koordinasi pemecahan
masalah eksternal Perseroan, kebijakan perencanaan-pengendalian-
pencapaian sasaran jangka panjang Perseroan, kebijakan hukum,
kebijakan audit, pembentukan budaya perusahaan, peningkatan citra,
dan tata kelola Perseroan (GCG). Unit Kerja yang termasuk dalam
Direktorat Utama adalah Integrated Supply Chain (ISC), Gas,
Corporate Secretary, Legal Counsel, dan Internal Audit.
133
(2) Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko
Tugas dan wewenang Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen
Risiko adalah memimpin dan mengendalikan pembuatan perencanaan
strategis (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), menyelaraskan
perencanaan korporat dengan strategi kelompok bisnis, pembuatan
rencana kerja, mengevaluasi usulan investasi, pengembangan usaha
kelompok bisnis (Hulu, Pengolahan, dan Pemasaran & Niaga),
Subsidiary & Joint Venture, dan mengelola manajemen risiko. Unit
Kerja yang termasuk dalam Direktorat Perencanaan Investasi dan
Manajemen Risiko adalah Corporate Strategic Growth dan Upstream
Business Development.
(3) Direktur Hulu
Tugas dan wewenang Direktur Hulu adalah mengelola dan
mengoptimalkan upaya-upaya peningkatan sumber daya dan
cadangan minyak dan gas bumi, produksi minyak dan gas bumi,
penyimpanan minyak mentah, pengembangan usaha minyak serta
kegiatan usaha terkait termasuk kegiatan usaha panas bumi dan energi
alternatif lainnya yang terkait minyak dan gas, baik yang dilakukan
melalui kegiatan operasional sendiri, anak perusahaan, maupun
melalui kerja sama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan oleh
Direksi. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Hulu adalah
Upstream Strategic Planning and Subsidiary Management.
(4) Direktur Pengolahan
Tugas dan wewenang Direktur Pengolahan adalah mengelola dan
mengoptimalkan upaya-upaya pengolahan minyak mentah dan gas
menjadi produk BBM dan non BBM, penyimpanan minyak mentah
dan produk migas,pengembangan usaha pengolahan minyak dan gas
bumi serta kegiatan usaha terkait, baik yang dilakukan melalui
kegiatan operasional sendiri maupun melalui kerja sama kemitraan
sesuai strategi yang ditetapkan oleh Direksi. Unit Kerja yang
termasuk dalam Direktorat Pengolahan adalah Refining Operation dan
Business Development.
134
(5) Direktur Pemasaran dan Niaga
Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran dan Niaga adalah
mengelola dan mengoptimalkan upaya–upaya Pemasaran, Niaga,
penyimpanan dan distribusi produk BBM dan non BBM, pengadaan
transportasi, pengembangan usaha Pemasaran dan Niaga, serta
kegiatan usaha terkait, termasuk pengelolaan bidang Perkapalan, baik
yang dilakukan melalui kegiatan operasional sendiri maupun melalui
kerja sama kemitraan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat
Pengolahan adalah Fuel Marketing and Distribution, Petroleum
Product Marketing and Trading dan Shipping.
(6) Direktur Gas
Tugas dan wewenang Direktur Gas adalah Mengelola dan
mengoptimalkan upaya-upaya pengembangan, pengelolaan,
pengolahan (pencairan dan regasifikasi), pemasaran, transportasi dan
niaga, serta kegiatan usaha terkait bisnis gas (conventional dan
unconventional), power, dan EBT di sepanjang rantai bisnis baik yang
diselenggarakan oleh Perusahaan, Anak Perusahaan maupun melalui
kerjasama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang
termasuk dalam Direktorat Gas adalah Gas and Power.
(7) Direktur Umum
Tugas dan wewenang Direktur Umum adalah memimpin pengelolaan
dan pengembangan kebijakan-kebijakan di bidang pengelolaan
Corporate Shared Services, HSSE (Health, Safety, Security &
Environment), Manajemen Mutu, Manajemen Aset, dan Strategic
Sourcing sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang termasuk
dalam Direktorat Umum adalah Corporate Shared Services.
(8) Direktur Sumber Daya Manusia
Tugas dan wewenang Direktur Sumber Daya Manusia adalah
memimpin pengelolaan dan pengembangan kebijakan-kebijakan SDM
dan organisasi, pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, dan
pembentukan budaya sesuai strategi Perusahaan. Unit Kerja yang
termasuk dalam Direktorat Sumber Daya Manusia adalah Human
Resource Development.
135
(9) Direktur Keuangan
Tugas dan wewenang Direktur Keuangan adalah memimpin dan
mengendalikan pembuatan kebijakan, pengelolaan dan pelaporan
keuangan secara korporat yang mencakup kegiatan fungsi Kontroler,
Perbendaharaan, Pendanaan, Tax, Keuangan Kelompok Usaha dan
Unit Usaha guna meningkatkan kinerja dan peringkat keuangan
Perseroan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Keuangan
adalah Financing and Business Support dan Controller.
b. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam
penyusunan kebijakan, perencanaan dan pengendalian komunikasi korporat,
hubungan investor, kesekretariatan Direksi, menjalankan program Corporate Social
Responsibility Korporasi, menjalankan Good Corporate Governance, pengelolaan
informasi perusahaan dan mengontrol dokumen keluar dari Perusahaan.
Mengendalikan pengelolaan strategi komunikasi untuk membangun citra korporat
dengan cara bertindak selaku wakil perusahaan dan pejabat penghubung antara
perusahaan dengan seluruh stakeholders dalam mengkomunikasikan kegiatan
perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
c. Komite Audit
Komite Audit membantu Komisaris dalam mengawasi pelaksanaan
pengelolaan perusahaan yang baik sesuai dengan asas-asas GCG. Dalam
melaksanakan tugasnya Komite Audit bersifat mandiri, serta bertanggung jawab
langsung kepada Komisaris. Komite Audit memastikan bahwa Laporan keuangan
serta informasi lainnya yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak terkait dan
publik, telah disajikan secara transparan, handal, dapat dipercaya dan tepat waktu.
Selain itu, Komite Audit harus memastikan bahwa perusahaan telah memiliki
pengendalian intern memadai yang dapat melindungi kekayaan miliknya serta
memastikan perusahaan bekerja secara efektif dan efisien serta mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku.
Komite Audit berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugas
pengawasan dan memberi nasihat kepada Direksi/ Manajemen perusahaan antara lain
dengan melakukan penilaian perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta hasil audit
yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga
dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar. Komite
136
Audit dapat memberikan rekomendasi penyempurnaan sistem pengendalian
manajemen perusahaan serta pelaksanaannya. Komite Audit berkewajiban untuk
memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala
informasi yang dikeluarkan oleh Perusahaan serta melakukan indentifikasi hal-hal
yang memerlukan perhatian Komisaris serta tugas-tugas Dewan Komisaris lainnya.
d. Komite Pemantau Manajemen Risiko
Komite Pemantau Manajemen Risiko dibentuk berdasarkan Surat Wakil
Menteri BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris
No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur
dalam Piagam Komite Pemantau Manajemen Risiko. Komite Pemantau Manajemen
Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan
terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat
kepada Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan peraturan
perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan risiko usaha.
Komite Pemantau Manajemen Risiko, atas perintah/ijin/mewakili Dewan
Komisaris, berwenang untuk mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas atas
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Fungsi
Komite Pemantau Manajemen Risiko adalah sebagai perangkat Dewan Komisaris
dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, serta kegiatan
Investasi Perusahaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil
usaha Perusahaan. Selain itu, fungsinya sebagai penyedia rujukan dan informasi
tentang kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, dan kegiatan Investasi Perusahaan kepada
Dewan Komisaris.
e. Komite Nominasi dan Remunerasi
Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk berdasarkan Surat Wakil Menteri
BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris
No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur
dalam Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi. Komite Remunerasi dan Nominasi
bertugas membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi dan nominasi di
Perusahaan.
137
Komite Nominasi dan Remunerasi bertanggung jawab secara profesional
kepada Dewan Komisaris berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Dalam bidang nominasi, Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas untuk
memberikan telaahan dan saran strategis mengenai kriteria seleksi, sistem penilaian
dan prosedur nominal Direksi Perusahaan dan apabila diperlukan Komite Nominasi
dan Remunerasi dapat memberikan telaahan dan saran tentang pelaksanaan fit &
proper test atas calon Direksi Perusahaan yang dilaksanakan oleh Dewan Komisaris.
Sedangkan dalam bidang remunerasi, Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki
kewajiban untuk memberikan telaahan, saran strategis dan rekomendasi tentang
usulan penetapan serta pemantauan tentang sistem remunerasi Direksi dan Dewan
Komisaris Perusahaan untuk memastikan sistem tersebut berdaya saing dengan
pasar. Hubungan antara tugas Komite Nominasi dan Remunerasi dalam pelaksanaan
Good Corporate Governance yaitu Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki
tugas untuk memberikan telaahan dan saran strategis serta melakukan pemantauan
tentang implementasi GCG di Perusahaan antara lain atas pelaksanaan assesment
GCG secara berkala oleh penilai independen, pelaksanaan whistle blower dan hal-hal
terkait kepatuhan Perusahaan terhadap ketentuan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
Dari hasil wawancara, telah menjelaskan bahwa Komite Nominasi dan
Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota
Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. Umunya
Komite Nominasi dan Remunerasi hanya mencalonkan Direksi pada Anak
Perusahaan, tetapi untuk mencalonkan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Pertamina
(Persero) merupakan wewenang dari RUPS dalam penetapannya.
f. Sistem Pengendalian Intern
PT. Pertamina (Persero) memiliki Sistem Pengendalian Intern yang
diselenggarakan baik di Kantor Pusat (Korporat) maupun Unit-Unit Operasi
Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu guna mencapai tujuan
Perusahaan. Sistem Pengendalian Intern berjalan dengan mengacu pada Pedoman
No. A-001/J00000/2009-S0 tentang Pedoman Satuan Pengawasan Intern yang
memuat unsur-unsur Internal Control yang mengacu pada Internal Control
Framework yang didefinisikan oleh The Committee of Sponsoring Organization
(COSO), yang terdiri dari: (1) Lingkungan Pengendalian, mencakup sikap
manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep
138
pengendalian secara khusus yang dapat menentukan kondisi lingkungan perusahaan
dan mempengaruhi kesadaran pegawai. (2) Penilaian Risiko, mencakup identifikasi
dan analisa risiko perusahaan yang relevan dengan pencapaian tujuan, memberikan
dasar bagi penentuan pengelolaan risiko. (3) Aktivitas Pengendalian, mencakup
sistem dan prosedur yang memberikann keyakinan bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. (4) Informasi dan Komunikasi, mencakup proses yang dilakukan untuk
menjamin terciptanya suatu proses pengelolaan dan penyampaian informasi secara
tepat guna dan tepat waktu sehingga seluruh jajaran manajemen dapat mengambil
keputusan dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan organisasi. (5) Monitoring,
mencakup suatu proses untuk memastikan kehandalan sistem dan pengendalian
intern secara berkesinambungan yang meliputi ongoing monitoring, evaluasi terpisah
(separate evaluation), dan pelaporan terhadap defisiensi.
Manajemen bertanggung jawab dan konsisten untuk membangun dan
melaksanakan Sistem Pengendalian Intern secara memadai, sehingga dapat
memberikan keyakinan atas penyajian laporan keuangan dan laporan kegiatan.
Monitoring Sistem Pengendalian Intern perusahaan dilaksanakan oleh Enterprise
Risk Management (ERM), sedangkan evaluasinya dilaksanakan oleh Internal Audit.
Dari hasil evaluasi atas pengendalian intern pada pelaksanaan audit atas laporan
keuangan tahun 2011, 2010 dan tahun sebelumnya diketahui adanya beberapa
kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pertamina yang memerlukan perbaikan dan
pengembangan secara berkesinambungan. Mengingat besarnya volume, nilai dan
kompleksitas transaksi serta permasalahan dalam perseroan, maka diperlukan
dukungan sistem pengendalian intern yang baik, efisien dan efektif. Untuk langkah
awal maka program implementasi ICoFR (Internal Control over Financial
Reporting) harus dapat berjalan dengan baik dan didukung oleh semua Direktorat
terkait. Program tersebut mendorong terbangunnya pengendalian intern di Pertamina,
khususnya terkait dengan pelaporan keuangan yang konvergen dengan standar IFRS
(International Financial Reporting Standards). PT. Pertamina (Persero) berencana
untuk mengimplementasikan program ICoFR yang direncanakan dapat diselesaikan
pada tahun 2013.
4.2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pengertian pertanggungjawaban (responsibility) menurut Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan
139
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Bagi Komite Nasional
Kebijakan Governance pengertian pertanggungjawaban yang dituliskan dalam
Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006 adalah perusahaan harus
mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki
sistem pengelolaan perusahaan yang menitikberatkan pada kejelasan tugas dan
tanggung jawab setiap personel, sehingga masing-masing insan PT. Pertamina
(Persero) dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan efektif. Langkah-langkah
yang dilakukan untuk menegakkan prinsip responsibilitas antara lain pembuatan
laporan LP2P, laporan penerimaan cinderamata atau gratifikasi, laporan conflict of
interest. Setiap pekerja juga berkewajiban untuk patuh dan taat terhadap aturan
internal maupun aturan perundangan. Perusahaan juga memperhatikan reward dan
consequences atas tiap insan PT. Pertamina dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
a. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Semangat terbarukan PT. Pertamina (Persero) tercermin dalam penerapan tata
kelola korporasi perusahaan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
dilaksanakan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG). Salah satu tujuan
implementasi GCG di PT. Pertamina (Persero) adalah mendorong agar perusahaan
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan senantiasa dilandasi nilai
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. Insan Pertamina
dalam pengelolaan perusahaan harus mematuhi hukum, peraturan dan undang-
undang, Anggaran Dasar dan Pedoman Good Corporate Governance serta
kebijakan-kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
Komitmen terhadap penegakan GCG juga ditandai dengan inisiatif
penyempurnaan Surat Perintah Direksi yang menunjuk Sekretaris Perusahaan
sebagai Chief Compliance Officer (CCO) sebagai pejabat tertinggi yang bertanggung
jawab atas program kepatuhan perusahaan, berfungsi sebagai badan independen dan
140
obyektif yang melakukan review dan evaluasi atas permasalahan kepatuhan dalam
Perseroan. Memastikan bahwa Direksi, manajemen dan pekerja mematuhi baik
peraturan dan ketentuan pemerintah, Perseroan maupun ketentuan lain yang berlaku,
serta perilaku organisasi sesuai dengan Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku
perusahaan (Code of Conduct).
Dalam pembayaran pajak kepada negara, PT. Pertamina merupakan BUMN
pembayar pajak terbesar di Indonesia. Pajak-pajak yang dibayarkan antara lain PPh
pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPN, PBB,
BPHTB, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama, Retribusi Pemakaian Air,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, dan pajak-pajak lainnya.
b. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility)
Sebagai perusahaan energi nasional, PT. Pertamina (Persero) senantiasa
menjunjung tinggi etika pengelolaan bisnis yang bertanggung jawab baik secara fisik
maupun sosial. Seiring aktivitas pengelolaan bisnisnya, PT. Pertamina (Persero)
melakukan program-program pengembangan dan pelibatan masyarakat, yang dikenal
dengan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Visi CSR PT. Pertamina
(Persero) yaitu “Menuju Kehidupan yang Lebih Baik”. Sebagian besar dari penerima
manfaat tersebut adalah warga masyarakat yang berada di lokasi terdekat dengan
setiap wilayah operasional Pertamina di seluruh Indonesia. Kegiatan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan PT. Pertamina (Persero) antara lain Peningkatan
Kualitas Pendidikan, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup dan Pertamina Peduli Bencana Alam.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, PT. Pertamina
(Persero) memiliki dua tanggung jawab besar yaitu meningkatkan profit dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan negara dan melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Peran dan tanggung jawab sosial PT. Pertamina (Persero)
dilaksanakan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil mitra binaan PT. Pertamina
(Persero) agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan multiplier effect
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah operasi Perusahaan. Hal
tersebut diharapkan akan dapat mendukung kegiatan usaha Perusahaan maupun mitra
bisnis. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Perusahaan melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN dan bersifat hibah.
141
c. Kesejahteraan Karyawan
PT. Pertamina (Persero) telah mengatur suatu Perjanjian Kerja Bersama
dalam rangka melindungi hak karyawan serta menyejahterakan karyawan. Perjanjian
Kerja Bersama dimaksudkan untuk mengatur syarat-syarat kerja yang merupakan
hasil perundingan dan kesepakatan antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja/Serikat
Buruh di Perusahaan, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh kedua belah pihak
dalam pelaksanaan hubungan kerja dan sebagai rujukan utama dalam hal terjadi
perselisihan Perjanjian Kerja Bersama.
Dalam Perjanjian Kerja Bersama yang telah disepakati oleh Federasi Serikat
Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) dan PT. Pertamina (Persero) memuat pokok-
pokok yang diatur antara lain adalah ketentuan umum, status pekerja dan keluarga,
pengupahan, perlindungan, keselamatan dan kesehatan kerja, fasilitas dan
kesejahteraan, penugasan di luar tempat kedudukan dan pemindahan, pemberian
penghargaan, hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja, awak kapal, serta
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara menyatakan bahwa Direksi
harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari RUPS untuk melakukan perjanjian
(PKB) dengan karyawan yang berkaitan dengan penghasilan karyawan yang tidak
diwajibkan oleh atau melebihi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari hasil
wawancara dengan Manajer Kepatuhan PT. Pertamina (Persero), telah menjelaskan
bahwa dalam RUPS hanya membahas penetapan tantiem dan remunerasi bagi
anggota Dewan Komisaris dan Direksi. Namun mengenai penghasilan karyawan
yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Direksi SDM mewakili
seluruh Direksi yang menentukan besaran penghasilan bagi karyawan.
d. Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor
PT. Pertamina (Persero) menginginkan agar kegiatan bisnis/operasionalnya
berjalan dengan bersih sesuai dengan nilai Clean dalam Tata Nilai Unggulan
Pertamina, untuk itu Insan Pertamina diminta berpartisipasi aktif melaporkan setiap
dugaan terjadinya kecurangan yang diketahui oleh Insan Pertamina. Pelaporan ini
dilakukan dengan didukung data-data yang relevan dan ditujukan untuk kepentingan
Perusahaan yang dapat disampaikan melalui jalur formal kepada pimpinan tertinggi
di fungsi Insan Pertamina ditugaskan. Jika Insan Pertamina tidak merasa nyaman
142
untuk melaporkannya secara langsung, silahkan menghubungi operator Whistle
Blowing System (WBS) Pertamina yang telah ada sejak tahun 2007.
Sistem ini yang mengelola Pengaduan/Penyikapan mengenai perilaku
melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan
mandiri (independen) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan
Pertamina dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi di
lingkungan Perusahaan. Lingkup pengaduan yang akan ditindaklanjuti melalu WBS
meliputi korupsi, suap, gratifikasi, konflik kepentingan, pencurian, kecurangan dan
pelanggaran hukum dan peraturan Perusahaan. Whistleblowing System yang
membantu Dewan Komisaris untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan
tentang pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan perusahaan
dan peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu.
4.2.4 Kemandirian (Independency)
Keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat merupakan
pengertian dari kemandirian (independency) menurut Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara. Komite Nasional Kebijakan Governance menyatakan pengertian
kemandirian dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006
bahwa kemandirian bertujuan untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing Organ Perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
PT. Pertamina memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan secara
independen tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Manajemen puncak dan seluruh pekerja PT. Pertamina
(Persero) secara rutin setiap tahun membuat pernyataan terkait dengan benturan
kepentingan. Selain itu, pada tahun 2011 PT. Pertamima (Persero) memiliki 2 orang
Komisaris Independen sedangkan pada tahun 2012 terdapat 3 Komisaris Independen.
143
a. Pengelolaan Benturan Kepentingan
Menurut PT. Pertamina (Persero), Benturan Kepentingan adalah situasi
dimana seorang Insan Pertamina yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan
memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan
wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang
seharusnya. Dalam Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT. Pertamina (Persero)
dijelaskan bahwa Insan Pertamina bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
kepentingan pribadi di luar pekerjaan tidak mengganggu kewajibannya terhadap
Perusahaan. Insan Pertamina menghindari situasi di mana kepentingan pribadi
(langsung maupun tidak langsung), aktivitas di luar, atau kepentingan keuangan,
bertentangan, tampak bertentangan atau berpotensi bertentangan dengan kepentingan
Pertamina.
PT. Pertamina (Persero) memiliki Pedoman yang mengatur hal-hal terkait
dengan etika dalam Konflik Kepentingan atau Conflict of Interest (CoI) dan
mekanisme pelaporannya di lingkungan PT. Pertamina (Persero) yang disusun ke
dalam Pedoman No. A-002/N00300/2009-S0 tentang Pedoman Konflik
Kepentingan/Conflict of Interest (CoI). Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk
memberikan arahan dan acuan bagi seluruh Insan Pertamina yang berkenaan dengan
Konflik Kepentingan di lingkungan Perusahaan, agar sesuai dengan asas Good
Corporate Governance (GCG), sehingga dapat mendorong terlaksananya etika bisnis
yang tinggi dan mencegah kecurangan serta penyimpangann perilaku lainnya.
b. Pengelolaan Gratifikasi
Bagi PT. Pertamina (Persero), gratifikasi merupakan pemberian dan/atau
penerimaan dalam arti luas, yakni meliputi hadiah/cinderamata dan hiburan
(entertainment) kepada Insan Pertamina, baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik dan/atau
tanpa melalui sarana elektronik. Seluruh Insan Pertamina dan/atau anggota Keluarga
Inti-nya dilarang memberi gratifikasi kepada Pihak Ketiga dan menerima gratifikasi
dari Pihak Ketiga, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada
partai politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun
eksekutif, tidak diperbolehkan atau dilarang memberikan donasi dalam bentuk
apapun walaupun dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan diwajibkan setiap
144
bulan membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan berupa laporan Boundary Key
Performance Indicators (KPI). Jika KPI tidak tercapai maka akan dikenakan
sanksi/penalty.
c. Independensi Satuan Pengawas Intern (SPI)
Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina (Persero) memiliki standar profesi
dan kode etik yang mengatur salah satunya mengatur hal terkait independensi dan
obyektivitas SPI. Fungsi SPI mempunyai akses komunikasi yang memadai kepada
Direksi, Dewan Komisaris dan Komite Audit. Melihat dari struktur organisasi, posisi
Audit Internal berkedudukan di bawah Direksi sehingga harus bertanggungjawab dan
melaporkan hasil pengawasan kepada Direksi. Selain itu, Audit Internal berhubungan
dengan Komite Audit karena hasil pengawasan/audit akan dinilai dan akan
ditindaklanjuti oleh Komite Audit.
Audit Internal merupakan kegiatan assurance dan consulting yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kegiatan operasi. Kegiatan assurance adalah suatu pengujian yang
obyektif berdasarkan bukti yang bertujuan memberikan suatu penilaian yang
independen atas pengelolaan risiko, pengendalian atau proses pengelolaan operasi,
sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Sedangkan kegiatan
consulting adalah kegiatan pemberian saran dan jasa lainnya yang dibutuhkan oleh
manajemen yang sifat dan cakupan penugasannya telah disepakati dengan
manajemen tersebut, yang bertujuan untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan
pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Auditor internal harus
memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan
timbulnya konflik kepentingan (conflict of interest).
d. Independensi Pemilihan Kantor Akuntan Publik (KAP)
PT. Pertamina (Persero) melakukan penunjukkan Kantor Akuntan Publik
yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perusahaan dan Program Kemitraan Bina
Lingkungan melalui prosedur yang ditetapkan dalam Surat Keputusan No. Kpts-
15/C00000/2010-S0 tentang Manajemen Pengadaan Barang/Jasa. Seperti yang
tertulis dalam Manajemen Pengadaan Barang/Jasa telah dijelaskan bahwa etika
dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa yaitu bekerja secara profesional dengan
menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga informasi yang bersifat
rahasia serta mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest)
145
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.
Auditor eksternal yang ditunjuk bebas dari pengaruh Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas, Direksi dan pihak yang berkepentingan di BUMN. PT. Pertamina
(Persero) selalu menunjuk KAP yang terdapat dalam Big Four. Sebelum KAP
melaksanakan audit harus menandatangani Pakta Integritas untuk menjamin bahwa
KAP yang ditunjuk memiliki sikap independen dan bebas dari benturan kepentingan,
tekanan, pengaruh pihak lain yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip korporasi yang sehat.
e. Pengukuran terhadap Penerapan GCG
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01
/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara mengatur tentang kewajiban BUMN
dalam melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk penilaian
(assessment) dan evaluasi (review). Penilaian penerapan GCG pada PT. Pertamina
(Persero) dilakukan secara berkala setiap 1 tahun. Selama tahun 2011 dan 2012, PT.
Pertamina (Persero) telah melaksanakan penilaian yang dilakukan oleh penilai
independen terhadap penerapan Good Corporate Governance pada Perusahaan guna
menguji dan menilai penerapan GCG serta memperoleh rekomendasi perbaikan atas
kekurangan dalam penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero).
Penilaian penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) yang dilaksanakan
setiap tahunnya oleh penilai independen yang didasarkan pada kriteria dan parameter
penilaian yang ditetapkan oleh Kementrian BUMN. Setelah memperoleh hasil
penilaian independen akan dimuat dalam Laporan Tahunan serta dilaporkan hasilnya
kepada RUPS/Menteri. Selama tahun 2011, PT. Pertamina (Persero) memperoleh
skor penilaian sebesar 91,85% dan pada tahun 2012 telah mengalami peningkatan
skor penilaian menjadi 93,51%.
PT. Pertamina (Persero) menindaklanjuti hasil penilaian independen atas
penerapan GCG pada Perusahaan dengan melakukan evaluasi (review) setelah
dilakukan penilaian (assessment). Pelaksanaan evaluasi tersebut dilaksanakan secara
self-assessment dengan menggunakan indikator/parameter yang ditetapkan oleh
Sekretaris Kementrian BUMN serta mengacu pada skor/rating yang tertuang dalam
kontrak manajamen antara Direksi dan RUPS untuk perbaikan penerapan GCG di
tahun berikutnya. Hasil pelaksanaan evaluasi secara tertulis dilaporkan kepada
RUPS/Menteri namun tidak dimuat dalam Laporan Tahunan.
146
4.2.5 Kewajaran (Fairness)
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance) menyatakan definisi kewajar yaitu keadilan dan kesetaraan
di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Komite Nasional
Kebijakan Governance menyatakan dalam Pedoman Umum Good Corporate
Governance tahun 2006 bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
PT. Pertamina (Persero) menerapkan perlakuan yang adil dan setara dalam
memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan, dalam hal ini adalah masyarakat umum, pemerintah,
investor, pekerja serta pemangku kepentingan lainnya. Hubungan dengan pekerja
dijaga dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara adil dan wajar sesuai
dengan Perjanjian Kerja Bersama, selain itu PT. Pertamina (Persero) memberikan
ruang kepada pekerja untuk bergabung dalam Serikat Pekerja Perseroan.
a. Perlindungan terhadap Pemegang Saham
Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) dijelaskan bahwa Negara
Republik Indonesia merupakan satu-satunya pemilik dan pemegang saham tunggal
pada PT. Pertamina (Persero). Pemegang saham pada PT. Pertamina (Persero) akan
memperoleh perlindungan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara, antara lain adalah:
1. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi
pemegang saham Persero, dengan ketentuan satu saham memberi hak
kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara.
2. Mengambil keputusan tertinggi pada Perum, khusus bagi pemilik modal
Perum.
3. Memperoleh informasi material mengenai BUMN, secara tepat waktu,
terukur, dan teratur.
147
4. Menerima pembagian dari keuntungan BUMN yang diperuntukkan bagi
pemegang saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan
hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham/modal yang dimilikinya.
5. Hak lainnya berdasarkan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan
b. Perlakuan Setara terhadap Stakeholders
PT. Pertamina (Persero) menerapkan prinsip kewajaran dan kesetaraan
dengan memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan melalui Call
Center PT. Pertamina (Persero) dan saluran pelaporan pelanggaran (whistleblowing
system). Selain itu, Perusahaan menunjukkan bentuk perlakuan yang setara terhadap
stakeholders dengan komitmen sebagai berikut:
1. Komitmen terhadap Pekerja
Komitmen PT. Pertamina (Persero) terhadap Pekerja ditunjukkan dengan
memperlakukan sesama Insan Pertamina sesuai dengan prinsip bahwa
semua manusia adalah sama, tanpa membedakan suku bangsa maupun
jabatan dengan memperhatikan tata karma
2. Komitmen terhadap Serikat Pekerja
PT. Pertamina (Persero) menempatkan Serikat Pekerja sebagai mitra
Perusahaan dalam usaha mencapai tujuan Perusahaan demi terciptanya
hubungan industrial yang dinamis dan harmonis.
3. Komitmen terhadap Anak Perusahaan
PT. Pertamina (Persero) menjaga agar setiap hubungan bisnis dengan
anak perusahaan maupun perusahaan patungan (perusahaan afiliasi)
dilaksanakan dalam kerangka hubungan bisnis yang wajar sebagaimana
layaknya hubungan bisnis yang dikembangkan dengan pihak yang tidak
terafiliasi, serta terus menjaga rasa saling menghormati kepentingan
masing-masing pihak melalui perjanjian kerjasama yang saling
menguntungkan.
4. Komitmen terhadap Penyedia Barang/Jasa
PT. Pertamina (Persero) memelihara komunikasi yang baik dengan
penyedia barang/jasa atau rekanan sebagai mitra strategis yang berperan
menjamin ketersediaan pasokan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
kelancaran operasi Perusahaan.
148
5. Komitmen terhadap Pemerintah sebagai Regulator
PT. Pertamina (Persero) mematuhi dan mendukung peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan operasi Perusahaan termasuk di dalamnya
ketaatan terhadap pembayaran pajak, retribusi, masalah ketenagakerjaan
dan lindungan lingkungan hidup.
6. Komitmen terhadap Legislatif
PT. Pertamina (Persero) menyediakan informasi yang relevan tentang
Perusahaan bagi legislatif dengan tetap mengacu kepada ketentuan yang
berlaku serta memperhatikan dan memberikan respon terhadap masukan
dari legislatif yang membawa kepentingan masyarakat luas sesuai
kepentingan dan kemampuan Perusahaan.
7. Komitmen terhadap Investor, Kreditur dan Bank
PT. Pertamina (Persero) mengupayakan keamanan terhadap investasi
yang dilakukan oleh investor dan pemenuhan tingkat pengembalian
investasi secara optimal. Selain itu, PT. Pertamina (Persero) melakukan
pinjaman dengan kreditur yang resmi dan memiliki reputasi baik, serta
tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perusahaan.
8. Komitmen terhadap Mitra Usaha, Lembaga Penelitian dan Perguruan
Tinggi
PT. Pertamina (Persero) menjamin akurasi informasi layanan dan produk
yang akan dipasarkan oleh mitra usaha strategis. Perusahaan juga
menjadikan hasil-hasil penelitian yang relevan sebagai referensi dalam
peningkatan kinerja serta bersikap akomodatif terhadap kebutuhan
penelitian dan kemajuan pendidikan
9. Komitmen terhadap Kesehatan, Keselamatan, Keamanan (K3) dan
Lindungan Lingkungan
PT. Pertamina (Persero) memiliki tanggung jawab untuk menciptakan
tempat bekerja yang aman dan sehat serta menyediakan perlengkapan dan
perlindungan kerja yang sesuai bagi semua Insan Pertamina dan
kontraktor untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cedera dan wabah
penyakit di tempat kerja serta melakukan kegiatannya dengan
memperhatikan lindungan lingkungan.
149
10. Komitmen terhadap Masyarakat sekitar dan Tanggung Jawab Sosial
Pertamina mendukung keterlibatan Insan Pertamina melalui program
Corporate Social Responsibility dalam pengembangan masyarakat dan
pelestarian alam di lingkungan tempatnya ditugaskan.
4.2.6 Kelemahan atau Kekurangan dalam Penerapan GCG PT. Pertamina
(Persero)
1. Dalam Laporan Tahunan PT. Pertamina (Persero) tahun 2011 dan 2012 tidak
dijelaskan secara rinci mengenai fasilitas dan tunjangan bagi Anggota Dewan
Komisaris dan Anggota Dewan Direksi.
2. Risalah Rapat Dewan Komisaris/Dewan Pengawas tidak memuat alasan
ketidakhadiran Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dalam Rapat namun
harus menyertakan Surat Kuasa apabila Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
berhalangan hadir dalam Rapat.
3. Risalah Rapat Direksi tidak memuat alasan ketidakhadiran Direksi dalam
Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa apabila Direksi berhalangan
hadir dalam Rapat.
4. RUPS hanya membahas penetapan tantiem dan remunerasi bagi anggota
Dewan Komisaris dan Direksi, namun mengenai penghasilan karyawan yang
tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Direksi SDM mewakili
seluruh Direksi dalam menentukan besaran penghasilan bagi karyawan.
5. Hasil pelaksanaan evaluasi secara tertulis dilaporkan kepada RUPS/Menteri
namun tidak dimuat dalam Laporan Tahunan.
6. PT. Pertamina (Persero) tidak mengungkapkan informasi mengenai
kompensasi pengurus tidak diungkapkan secara rinci dalam Laporan Tahunan
tetapi penetapan kompensasi mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang
Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan
Pengawas Badan Usaha Milik Negara.
7. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya yang umumnya hanya mencalonkan
Direksi pada anak perusahaan, tetapi untuk mencalonkan Dewan Komisaris
150
dan Direksi PT. Pertamina (Persero) merupakan wewenang dari RUPS dalam
penetapannya.