Bab 4 (77-94)pdf baru

18
77 Sedangkan Desa Sumberagung dan Desa Joho bagian utara dikategorikan sebagai hirarki 2 pusat permukiman. Hal ini disebakan karena Desa Sumberagung berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah Pracimantoro di bagian selatan. Desa ini memiliki sarana perdagangan berupa pasar yang cukup berkembang sebagai pusat aktivitas. Jaringan infrastruktur yang dikembangkan menuju desa ini juga sudah cukup baik, sehingga berdasarkan potensi-potensi tersebut, Desa Sumberagung dapat direncanakan sebagai sub pusat kota Kecamatan Pracimantoro. Kemudian untuk desa-desa lainnya seperti Glinggang, Wonodadi, Gebangharjo, Lebak, Tubokarto, Trukan, Banaran, Gebangharjo, Gedong, Jimbar, Sambiroto, Suci, Joho, Gambirmanis, dan Petirsari dikategorikan sebagai hirarki 3 pada struktur sistem pusat permukiman di Kecamatan Pracimantoro. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan antara pusat-sub pusat, desa-desa tersebut berfungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian, peternakan dan kegiatan-kegiatan home industry lainnya. Perkotaan Kecamatan Pracimantoro disiapkan sebagai pusat pelayanan dan permukiman dimana akan dilakukan pemusatan terkait peletakan sarana perkotaan sehingga dapat diakses oleh seluruh masyarakat Kecamatan Pracimantoro ataupun oleh masyarakat luar Kecamatan Pracimantoro. Selain itu, juga menjadi lokasi pemusatan kegiatan ekonomi Kecamatan Pracimantoro karena berhubungan langsung dilakui oleh JJLS. Sedangkan wilayah selain kawasan perkotaan yang ditujukan sebagai fungsi produksi dan permukiman akan lebih diarahkan sebagai daerah bahan baku dan pelestarian lahan pertanian untuk mempertahankan produksi pertanian ke Kabupaten Wonogiri. 4.6 Rencana Perkotaan Perkotaan Pracimantoro terbagi atas dua wilayah perkotaan, yaitu kawasan perkotaan utama dan wilayah pendukung perkotaan. Perkotaan utama adalah Desa Pracimantoro, Desa Sambiroto, Desa Watangrejo, Desa Sedayu dan Kelurahan Gedong sedangkan kawasan pendukung perkotaan adalah Desa Sumberagung bagian utara dan termasuk sedikit bagian Desa Joho. Alasan perencanaan perkotaan menjadi 2 kawasan dikarenakan kawasan perkotaan utama dipersiapkan untuk menampung sarana yang dibutuhkan oleh perkotaan Pracimantoro dan wilayah Kecamatan Pracimantoro secara keseluruhan, selain itu juga dipersiapkan untuk dapat menampung aktivitas perdagangan dan jasa yang kemungkinan dapat berkembang karena lokasi yang berada di pusat Kecamatan Pracimantoro yang dilalui oleh JJLS dan jalur alternatif ke DIY. Selain itu, karena lokasi perkotaan utama rencana terletak di tengah Kecamatan Pracimantoro memiliki tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendukung semua sarana perkotaan. Dalam merencanakan perkotaan tentunya diperlukan rencana matang baik dalam hal struktur ruang dan pola perkotaan. Dalam rencana struktur ruang perkotaan memuat rencana jaringan perkotaan dan bagaimana hirarki internal kawasan perkotaan. Sedangkan dalam rencana pola ruang perkotaan memuat rencana KDB, KLB, GSB, dan rencana tata guna lahan perkotaan.

Transcript of Bab 4 (77-94)pdf baru

Page 1: Bab 4 (77-94)pdf baru

77

Sedangkan Desa Sumberagung dan Desa Joho bagian utara dikategorikan sebagai hirarki 2 pusat permukiman. Hal ini disebakan karena Desa Sumberagung berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi wilayah Pracimantoro di bagian selatan. Desa ini memiliki sarana perdagangan berupa pasar yang cukup berkembang sebagai pusat aktivitas. Jaringan infrastruktur yang dikembangkan menuju desa ini juga sudah cukup baik, sehingga berdasarkan potensi-potensi tersebut, Desa Sumberagung dapat direncanakan sebagai sub pusat kota Kecamatan Pracimantoro.

Kemudian untuk desa-desa lainnya seperti Glinggang, Wonodadi, Gebangharjo, Lebak, Tubokarto, Trukan, Banaran, Gebangharjo, Gedong, Jimbar, Sambiroto, Suci, Joho, Gambirmanis, dan Petirsari dikategorikan sebagai hirarki 3 pada struktur sistem pusat permukiman di Kecamatan Pracimantoro. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan antara pusat-sub pusat, desa-desa tersebut berfungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian, peternakan dan kegiatan-kegiatan home industry lainnya.

Perkotaan Kecamatan Pracimantoro disiapkan sebagai pusat pelayanan dan permukiman dimana akan dilakukan pemusatan terkait peletakan sarana perkotaan sehingga dapat diakses oleh seluruh masyarakat Kecamatan Pracimantoro ataupun oleh masyarakat luar Kecamatan Pracimantoro. Selain itu, juga menjadi lokasi pemusatan kegiatan ekonomi Kecamatan Pracimantoro karena berhubungan langsung dilakui oleh JJLS. Sedangkan wilayah selain kawasan perkotaan yang ditujukan sebagai fungsi produksi dan permukiman akan lebih diarahkan

sebagai daerah bahan baku dan pelestarian lahan pertanian untuk mempertahankan produksi pertanian ke Kabupaten Wonogiri. 4.6 Rencana Perkotaan

Perkotaan Pracimantoro terbagi atas dua wilayah perkotaan, yaitu kawasan perkotaan utama dan wilayah pendukung perkotaan. Perkotaan utama adalah Desa Pracimantoro, Desa Sambiroto, Desa Watangrejo, Desa Sedayu dan Kelurahan Gedong sedangkan kawasan pendukung perkotaan adalah Desa Sumberagung bagian utara dan termasuk sedikit bagian Desa Joho. Alasan perencanaan perkotaan menjadi 2 kawasan dikarenakan kawasan perkotaan utama dipersiapkan untuk menampung sarana yang dibutuhkan oleh perkotaan Pracimantoro dan wilayah Kecamatan Pracimantoro secara keseluruhan, selain itu juga dipersiapkan untuk dapat menampung aktivitas perdagangan dan jasa yang kemungkinan dapat berkembang karena lokasi yang berada di pusat Kecamatan Pracimantoro yang dilalui oleh JJLS dan jalur alternatif ke DIY. Selain itu, karena lokasi perkotaan utama rencana terletak di tengah Kecamatan Pracimantoro memiliki tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendukung semua sarana perkotaan.

Dalam merencanakan perkotaan tentunya diperlukan rencana matang baik dalam hal struktur ruang dan pola perkotaan. Dalam rencana struktur ruang perkotaan memuat rencana jaringan perkotaan dan bagaimana hirarki internal kawasan perkotaan. Sedangkan dalam rencana pola ruang perkotaan memuat rencana KDB, KLB, GSB, dan rencana tata guna lahan perkotaan.

Page 2: Bab 4 (77-94)pdf baru

78

4.6.1 Rencana Struktur Ruang Kota

Rencana struktur ruang perkotaan merupakan rencana yang akan diterapkan di kawasan perkotaan Pracimantoro untuk menuju perkotaan Pracimantoro yang mandiri sebagai Secondary Hub City. Rencana struktur ruang perkotaan ini terdiri atas rencana jaringan perkotaan. Rencana jaringan perkotaan terdiri atas jaringan jalan, rencana jaringan drainase, rencana rencana jaringan air bersih, rencana jaringan sanitasi, rencana jaringan persampahan, rencana jaringan listrik dan rencana jaringan telekomunikasi. Pada dasarnya rencana jaringan ini merupakan rencana jaringan dalam skala wilayah, namun dalam pengelolaannya akan dialokasi ke wilayah perkotaan, sehingga perhitungan kebutuhan untuk setiap jaringan diperhitungkan untuk melayani warga satu Kecamatan Pracimantor.

a. Jaringan Jalan Kecamatan Pracimantoro memiliki berbagai tingkatan sistem

jaringan jalan. Di mana pada masing-masing tingkatan jalan memiliki peranan fungsi dan pembinaanya sendiri. Tingkatan jalan yang ada di Kecamatan Pracimantoro sendiri adalah :

1. Jalan Nasional: Jalan Jalur Lintas Selatan 2. Jalan Kabupaten: Jalan Wonogiri 3. Jalan Desa: Jalan Pracimantoro Tingkatan jalan yang ada di Kecamatan Pracimantoro

tergolong variatif karena terdapat berbagai tingkatan di dalamnya. Lokasi Kecamatan Pracimantoro di bagian selatan kota Wonogiri menjadikannya sebagai kecamatan yang dilalui oleh jalan nasional lintas selatan. Hal itu mengharuskan kecamatan Pracimantoro untuk mampu menyediakan prasarana jalan yang memenuhi standar agar menjadikan Kecamatan Pracimantoro lebih berkembang.

Berdasarkan peranan jalan, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi terkait sistem jaringan jalan yang ada di Kecamatan Pracimantoro. Sistem jaringan jalan yang ada di kecamatan Pracimantoro terbagi menjadi dua, yaitu sistem jaringan jalan primer dan sekunder. 1. Sistem Jaringan Jalan Primer

Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional yang melalui Kecamatan Pracimantoro. Analisis jaringan jalan primer yang ada dispesifikasikan sebagai berikut:

Arteri Primer Sistem jaringan jalan arteri primer Kecamatan

Pracimantoro ada pada jalan jalur lintas selatan yang melalui

bagian tengah wilayah kecamatan. Standar yang sudah terpenuhi hanya kecepatan minimal yaitu 60 km/jam. Standar yang belum terpenuhi terkait lebar jalan dan kondisinya. Lebar jalan yang sudah memenuhi standar 11 m hanya sekitar 30% dari jalan lintas selatan yang ada. Diperlukan pengkontrolan lebih agar jalan yang ada dapat memenuhi standar, karena jalan ini merupakan jalan yang

Page 3: Bab 4 (77-94)pdf baru

79

menghubungkan tiga provinsi sekaligus yaitu D.I.Y, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Oleh karena itu dilakukan pelebaran pada 30% jalan yang lebarnya belum mengikuti standar agar memenuhi standar 11 meter. Kolektor Primer

Jaringan kolektor primer dari kecamatan Pracimantoro terdapat pada jalan yang menghubungkan simpul kegiatan di pasar menuju ke arah pusat Wonogiri di bagian utara. Jalan ini menghubungkan kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Kabupaten Gunung Kidul, dan Paranggupito. Jalan ini sudah memenuhi standar kecepatan minimal yaitu 40 km/jam. Namun dalam penyediaan prasarana jalan yang ada di kecamatan Pracimantoro masih terdapat banyak standar yang harus dipenuhi terkait street furniture maupun standar pengguna dan penggunaan jalannya. Oleh karena itu akan ditambahkan street furniture dan penyesuaian mutu jalan sesuai dengan standar jalan kolektor primer. Lingkungan Primer

Sistem jalan lingkungan primer Kecamatan Pracimantoro ada pada jalan yang menghubungkan antar desa dan dusun. Jaringan ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan antar desa yang tidak dilalui oleh sistem jaringan jalan kolektor sekunder. Kondisi yang ada saat ini pada sistem jaringan jalan lingkungan primer di Kecamatan Pracimantoro adalah kualitasnya yang tidak memenuhi standar. Kualitas yang tidak memenuhi standar tersebut menjadi penghambat

bagi proses distribusi hasil pertanian karena rusaknya jalan lingkungan yang menghubungkan lahan pertanian dengan permukiman pedesaan.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sistem jaringan jalan sekunder yang ada di Kecamatan

Pracimantoro digunakan sebagai fungsi pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Jaringan jalan sekunder dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

Kolektor Sekunder Klasifikasi jalan kolektor sekunder di kecamatan

Pracimantoro tidak tersebar di tiap desa. Sehingga terdapat beberapa desa yang bersifat kekotaan yang memiliki sistem jaringan kolektor sekunder dan desa yang sulit dijangkau tidak memiliki sistem jaringan ini. Kondisi jalan kolektor sekunder pun tidak terlalu mendukung dan kurang memenuhi standar. Lingkungan Sekunder

Merupakan sistem jaringan jalan terendah yang terdapat di kecamatan Pracimantoro. Di mana jaringan ini terdapat paling banyak di setiap desa di kecamatan Pracimantoro, karena menghubungkan permukiman pedesaan yang ada. Permasalahan fundamental ada pada standarisasi kondisi jalan ini, di mana pada sistem jaringan jalan inilah pertama kali hasil pertanian mulai didistribusikan.

Page 4: Bab 4 (77-94)pdf baru

80

Jika dilihat dari analisis sistem jaringan jalan yang ada di kecamatan Pracimantoro, terlihat jelas bahwa kondisi saat ini belum memenuhi standar yang ada. Meski belum menjadi masalah krusial terkait penyediaannya, namun masih banyak jalan pada klasifikasi terendah yang harus segera ditindaklanjuti agar mampu mendukung perencanaan dan pengembangan kecamatan Pracimantoro sebagai pusat pelayanan daerah selatan. Lokasi kecamatan Pracimantoro tergolong sangat strategis karena juga dilalui jalan nasional lintas selatan yang menghubungkan tiga provinsi sekaligus. Melihat potensi besar di bidang perhubungan ini menjadikan Pracimantoro memiliki keharusan untuk mampu menyediakan fasilitas yang menunjang, terutama untuk wilayah perkotaan, karena dapat memicu pertumbuhan kota yang tidak terkontrol. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana tingkat pelayanan

jalan yang berkaitan dengan kapasitas jalan maka dilakukan perhitungan LOS (Level of Service). Perhitungan ini dibutuhkan data dari hasil perekaman gambar. Perekaman gambar dilakukan di dua titik : Titik Amatan 1 (Perbatasan Kecamatan Giritontro)

Perhitungan tingkat pelayanan jalan pada titik amatan satu dilakukan dengan durasi 15 menit pada hari kerja dan hari libur dengan masing-masing dilakukan pada 2 jam puncak, yaitu puncak pagi (07.30-07.45) dan puncak sore (16.15-16.30). Berdasarkan hasil perhitungan volume dan kapasitas jalan

(terlampir) maka dapat diketahui tingkat pelayanan jalan pada titik amatan 1, yaitu :

LOS Pada hari Kerja (Hari Senin, 4 November 2013)

Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui

dari kedua jam puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 1 (Perbatasan Kecamatan Giritontro) pada hari kerja adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendakinya. Jalan di daerah perbatasan Kecamatan Giritontro tersebut merupakan JJLS yang tergolong jalan arteri primer dengan lebar jalur lalu lintas 6 meter. Pada kondisi eksisting, volume lalu lintas di daerah perbatasan tersebut masih rendah sehingga lalu lintas lengang baik pada pagi hari maupun sore hari pada hari kerja. Jika membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam puncak sore jumlah kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak sore lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak pagi.

Puncak Pagi 07.30-07.45 VCR = 64,3/ 2082,99 = 0,031

Puncak Sore 16.15-16.30 VCR = 96/ 2082,99 = 0,046

Page 5: Bab 4 (77-94)pdf baru

81

LOS Pada hari Libur (Hari Minggu, 3 November 2013) Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui dari kedua jam puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 1 (Perbatasan Kecamatan Giritontro) pada hari kerja adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendakinya. Jalan di daerah perbatasan Kecamatan Giritontro tersebut merupakan JJLS yang tergolong jalan arteri primer dengan lebar jalur lalu lintas 6 meter. Pada kondisi eksisting, volume lalu lintas di daerah perbatasan tersebut masih rendah sehingga lalu lintas lengang baik pada pagi hari maupun sore hari pada hari kerja. Jika membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam puncak sore jumlah kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak sore lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak pagi.

Titik Amatan 2 (Perempatan Pasar Pracimantoro) Perhitungan tingkat pelayanan jalan pada titik amatan

kedua dilakukan dengan durasi 15 menit. Titik amatan 2 berada di dekat Perempatan Pasar Pracimantoro dengan mengamati pergerakan kendaraan dari dan menuju arah Kabupaten Gunung Kidul pada hari kerja dan hari libur dengan masing-masing dilakukan pada 2 jam puncak, yaitu puncak pagi (07.30-07.45) dan puncak sore (16.15-16.30). Berdasarkan hasil perhitungan volume dan kapasitas jalan (terlampir) maka dapat diketahui tingkat pelayanan jalan pada titik amatan 1, yaitu : LOS Pada hari Kerja Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui

dari ketiga puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 2 (Perempatan Pasar Pracimantoro) pada hari kerja adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendakinya. Meskipun hasil tingkat kapasitas jalan tergolong A sama dengan titik pertama (Perbatasan

Puncak Pagi 06.30-07.00 VCR = 49/ 2082,99

= 0,024

Puncak Sore 16.00-16.30 VCR = 87,2/ 2082,99

= 0,042

Puncak Pagi 06.30-07.00 VCR = 234,1/ 1340,77 = 0,175

Puncak Sore 16.00-16.30 VCR = 212,5/ 1340,77 = 0,158

Page 6: Bab 4 (77-94)pdf baru

82

Giritontro), tingkat pelayanan jalan di titik amatan kedua yang berada di Perempatan Pasar Pracimantoro lebih tinggi nilainya. Hal tersebut dikarenakan adanya Pasar Pracimantoro yang menjadi faktor tarikan dan bangkitan perjalanan orang-orang. Sehingga menjadi ramai dan banyak dilalui oleh kendaraan. Jika membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam puncak pagi jumlah kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak pagi lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak sore.

LOS Pada hari Libur Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui

dari ketiga puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 2 (Perempatan Pasar Pracimantoro) pada hari libur adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendakinya. Pada hari libur, jumlah kendaraan yang melintasi titik amatan kedua masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang melintas pada hari kerja maupun hari pasar. Hal tersebut dikarenakan aktivitas masyarakat di Pasar Pracimantoro

lebih didominasi pada hari kerja dan hari pasar. Sehingga kendaraan yang melintas lebih sedikit. Jika membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam puncak sore jumlah kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak sore lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak pagi. Berdasarkan hasil perhitungan LOS, baik jalan arteri ataupun kolektor, keduanya masuk dalam criteria A. Namun walaupun demikian, lebar jalan belum sesuai serta terdapat sebagian jalan yang belum memiliki rambu lalu lintas guna mengatur lalu lintas. Terkait kondisi jalan yang demikian, maka dilakukan penyesuain berdasarkan criteria jalan agar lebih optimal. (Peta Peletakkan rambu lalu lintas terlampir).

a. Perbaikan Jaringan Jalan Lingkungan Sekunder Sistem jaringan jalan ini berada pada kebanyakan

permukiman pedesaan di seluruh pelosok kecamatan Pracimantoro. Di mana jalan ini merupakan jalan pertama yang digunakan sebagai akses dan distribusi hasil pertanian. Sehingga diperlukan sebuah peremajaan dan peningkatan kondisi jalan lingkungan. Karena dilalui banyak moda transportasi dan tidak didukung dengan standar jalan yang memadai, menjadikan kondisi jalan lingkungan ini sering rusak dan menjadi penghambat mobilisasi.

Sehingga dalam perencanaan kecamatan Pracimantoro terkait sistem jaringan jalan, yang menjadi sasaran utama adalah

Puncak Pagi 06.30-07.00 VCR = 71,6/ 1340,77 = 0,053

Puncak Sore 16.00-16.30 VCR = 85,9/ 1340,77 = 0,064

Page 7: Bab 4 (77-94)pdf baru

83

melakukan perbaikan jalan lingkungan yang berada di setiap permukiman pedesaan yang berfungsi sebagai akses utama pengangkutan hasil pertanian yang menjadi sektor utama perekonomian kecamatan Pracimantoro. Setelah perbaikan jalan merata, kemudian memenuhi standar minimal terkait penyediaan sistem jaringan jalan sekunder yang ada di seluruh kecamatan Pracimantoro, dengan tujuan memperkuat akses dan mobilisasi di bagian dalam kecamatan terlebi dahulu. Sehingga mampu menciptakan kota Pracimantoro yang lebih mapan dan siap sebagai pusat pelayanan yang besar di bagian selatan Wonogiri.

b. Pemenuhan Standar Minimal Jalan Jika perencanaan perbaikan sistem jaringan jalan sekunder

telah dilakukan dengan baik, maka langkah berikutnya adalah menyesuaikan dengan standar pelayanan yang ada. Ketika seluruh sistem jaringan jalan di kecamatan Pracimantoro sudah pada kondisi yang optimal, maka dapat dilakukan pemenuhan standar penyediaannya. Di mana seperti penambahan marka jalan, ataupun rambu jalan yang menjadi keperluan klasifikasi sistem jaringan jalan yang ada. Berikut penampang rencana penyesuaian mutu jalan Kecamatan Pracimantoro.

JJLS yang merupakan jalan arteri sekaligus jalan nasional yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro akan dilakukan penyesuaian terkait

mutu jalannya sesuai dengan standar Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Lebar jalan liap lajur adalah 6 meter dengan lebar median jalan 1 meter.

Penampang Jalan Arteri Rencana

GAMBAR 4.2

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013

Page 8: Bab 4 (77-94)pdf baru

84

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013

Sama halnya dengan jalan utama yang merupakan jalan kolektor di Kecamatan Pracimantoro yang juga akan dilakukan penyesuaian terkait mutu jalannya sesuai dengan standar Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Lebar jalan liap lajur adalah 4 meter dengan lebar median jalan 1 meter.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013

Jalan Lingkungan yang merupakan jalan desa di Kecamatan Pracimantoro yang akan dilakukan penyesuaian terkait mutu jalannya sesuai dengan standar Panduan Penentuan Klasifikasi

Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Lebar jalan yang direncanakan adalah 4 meter.

Penampang Jalan Kolektor Rencana

GAMBAR 4.3

Penampang Jalan Lingkungan Rencana

GAMBAR 4.4

Page 9: Bab 4 (77-94)pdf baru

85

Selain terkait dengan penyesuaian mutu jalan berdasarkan standar oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dan penyediaan atribut jalan, juga mulai ditegaskan terkait peraturan dan pengaturan struktur pengguna jalan. Peraturan terkait kecepatan minimum bagi kendaraan bermotor yang melalui jalan tersebut. Hal itu dimaksudkan, agar pengguna jalan yang lain dapat mengetahui standar pelayanan yang ada dan dapat lebih bijak

dalam menggunakan jalan. Kemudian terkait tingkatan moda kendaraan yang boleh melalui jalan tersebut, di mana diatur setiap jenis kendaraan bermotor yang boleh melalui jalan tertentu. Sehingga akan terbagi jenis kendaraannya dan tidak terdapat penumpukan volume serta moda transportasi yang melalui jalan tersebut. (Peta rencana Jaringan Jalan Perkotaan lihat pada lampiran)

b. Jaringan Drainase

Drainase merupakan salah satu prasarana yang harus diperhitungkan dalam pembangunan wilayah dan kota yang baik dan tepat. Drainase merupakan aliran pembuangan air permukaan baik secara grafitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan. Berdasarkan hasil perhitungan terkait jumlah limbah yang dihasilkan, baik dari rumah tangga, swasta ataupun pemerintah, dengan perhitungan tahun dasar yaitu tahun 2004 diketahui bahwa pada tahun 2004 volume debit total drainase adalah 5534395 L/detik, sedangkan berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2024 diketahui volume debit total drainase menjadi 6760155 L/detik. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah penambahan volume debit drainase pada tahun-tahun yang akan datang. Penambahan jumlah debit juga berkaitan dengan jumlah penduduk, karena semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula limbah yang akan dihasilkan. Oleh itulah maka diperlukan pendekatan rencana terkait drainase.

Bahan Saluran Drainase Arteri : Beton Bahan Saluran Drainase Kolektor : Beton Bahan Saluran Drainase Lingkungan : Pipa Bawah Tanah

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013

Penampang Rencana Saluran Drainase

GAMBAR 4.5

Page 10: Bab 4 (77-94)pdf baru

86

Jenis drainase yang direncanakan di Kecamatan Pracimantoro adalah berupa drainase buatan atau arficial drainage yaitu drainase yang sengaja dibuat manusia dan memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan beton, gorong-gorong dan pipa-pipa. Jenis drainase buatan ini mendukung kondisi jenis tanah yang terdapat pada Kecamatan Pracimantoro dimana sebagian besar merupakan kars. Sifat kars tersebut dapat langsung menyerap air, sehingga jika terdapat limbah akan langsung diserap oleh tanah dan dapat merusak kualitas air tanah tersebut. Sedangkan sistem yang akan digunakan nantinya adalah drainase primer yang memanfaatkan sungai dan anak sungai, drainase sekunder, yaitu saluran yang menghubungkan saluran tersier dan primer yang dibangun dengan beton, kemudian drainase tersier, yaitu saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder berupa plasteran atau pipa bawah tanah.

Menurut letaknya, drainase yang direncanakan adalah drainase bawah permukaan tanah, yaitu saluran drainase yang mengalirkan air limpasan permukaan melalui media bawah tanah menggunakan pipa-pipa. Berdasarkan fungsinya maka perencanaan drainase yang akan digunakan adalah drainase multi purpose, yaitu drainase yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian. Jika dilihat dari konstruksinya, maka sistem drainase yang digunakan adalah saluran drainase tertutup. Saluran draiase

tertutup ini mengalirkan air limbah secara tertutup dan cocok digunakan pada wilayah disekitar permukiman supaya tidak mengganggu masyarakat dari bau dan dan terhindar dari penyakit. Selain juga juga cocok diterapkan dikawasan kars sehingga tidak mencemari sumber air bawah tanah. (Peta rencana jenis drainse, Peta rencana system drainase dan perhitungan volume drainase lihat pada lampiran). c. Jaringan Air Bersih

Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang menggunakan standar – standar perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas – fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam analisis kebutuhan air adalah jumlah penduduk di Kecamatan Pracimantoro. Dari proyeksi penduduk yang telah dilakukan, dihitung jumlah kebutuhan air dari sektor domestik dan sektor non domestik berdasarkan kriteria Ditjen Cipta Karya 1996.

Dengan adanya analisis kebutuhan air bersih ini ditargetkan kebutuhan air bersih masyarakat dapat dipenuhi dengan tingkat pelayanan hingga 100 % dari jumlah penduduk Kecamatan Pracimantoro pada masa mendatang di mana dengan menggunakan data penduduk terakhir tahun 2012 dengan jangka waktu 12 tahun ke depan yaitu tahun 2024.

Page 11: Bab 4 (77-94)pdf baru

87

Standar Analisis Berdasarkan kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya

Dinas PU, maka : 1. Konsumsi sambungan rumah tangga : 70

liter/orang/hari 2. Konsumsi sambungan hidran umum : 30

liter/orang/hari 3. Perbandingan antara sambungan rumah tangga dan

hidran umum : SR : HU = 70:30 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,

diketahui bahwa kebutuhan air bersih pada tahun 2024 berdasarkan jumlah penduduk proyeksi serta jumlah sarana, baik sarana yang ada ataupun tambahan, diketahui bahwa kebutuhan air bersih adalah 155,492 Lt/detik per harinya dari 59,302 Lt/detik pada tahun 2012. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air jangka panjang untuk Penduduk Kecamatan Pracimantoro khususnya untuk melayani perkotaan Pracimantoro.

Untuk sumber yang akan dijadikan sebagai sumber air pemenuhan kebutuhan untuk konsumsi dan pengairan berasal dari sumber mata air alami yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro dengan catatan juga dilakukan pengelolaan dan perlindungan terhadap sumber air alami

tersebut baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Melihat dari banyaknya jumlah sumber air alami yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air jangka panjang dengan system distribusi air dengan menggunakan system perpipaan (Peta rencana jaringan air bersih dan irigasi, peta rencana penyediaan jaringan IPAL pelayanan perkotaan, peta dan perhitungan kebutuhan air bersih lihat pada lampiran dan)

d. Jaringan Sanitasi Kecamatan Pracimantoro mayoritas memiliki sistem sanitasi

individu dengan tipe permanen. Kondisi sanitasi di Kecamatan Pracimantoro sebagian besar dengan kondisi baik. Terdapat di beberapa desa yang memiliki kondisi sanitasi yang buruk diantaranya Desa Suci, Desa Sambiroto, dan Desa Sedayu. Dimana masih ada sebagian rumah tangga yang menggunakan WC cubluk atau WC non permanen yang kondisinya masih buruk. Serta masih ada sebagian masyarakat Kecamatan Pracimantoro yang menggunakan WC umum dan sungai untuk sanitasi. Padahal dengan kondisi lahan Pracimantoro yang berupa formasi batuan gamping sangat rentan terhadap pencemaran air tanah oleh limbah buangan, karena formasi batuan tidak memiliki filter seperti yang ada pada karakteristik tanah pada biasanya.

Sehingga perlu adanya perencanaan dan perhatian khusus terhadap penyediaan infrastruktur sistem sanitasi yang

memperhatikan aspek lingkungan Kecamatan Pracimantoro agar tidak mencemari air bawah tanah serta dapat berkelanjutan

Page 12: Bab 4 (77-94)pdf baru

88

kedepannya. Sistem sanitasi Kecamatan Pracimantoro direncanakan dengan penggunaan septic tangki digunakan dengan kedalamanan air tanah >1,5 m, septik tangki ini terdiri dari ruang lumpur, ruang basah (ruang cairan) dan ruang udara. Kapasitas tangki septik biasanya tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya : a. Besarnya aliran air limbah masuk b. Jumlah pemakai, maksimal 300 orang minimal 4 orang c. Produksi lumpur perorang pertahun d. Frekuensi penyedotan (1-3 tahun) e. Pengelolaan air limbah dibedakan atas limbah domestic dan

non domestic Air limbah domestik merupakan air limbah buangan yang

berasal dari rumah tangga. Pengelolahan air limbah rumah tangga di Kecamatan Pracimantoro dengan pengembangan sistem terpusat maupun setempat. Sistem on-site atau setempat masing-masing rumah membuat sendiri sistem pengelolaan pembuangan air limbahnya, kemudian dibuang ke badan air penerima. Sistem on-site ini dengan menggunakan sistem Tangki Septik setempat, khususnya daerah yang memiliki kepadatan yang rendah yaitu <500 jiwa/ha. Sistem tangki septik ini dengan bidang resapan yang dapat ditingkatkan menjadi Small Bore Sewer. Hal tersebut untuk pengolahan lebih lanjut untuk menampung effluent dari tangki septic (tidak termasuk lumpurnya) dan air bekas mandi dan cuci sehingga dapat memperbaiki kualitas lingkungan.

Sedangkan untuk daerah perkotaan Pracimantoro yang memiliki kepadatan >500 jiwa/ha akan direncanakan dengan sistem off site atau terpusat dan dilengkapi dengan Sarana instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL). Dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam satu tempat pembuangan kota menuju tempat pengelolahan dan baru di buang ke badan penerima. Sistem ini lebih aman digunakan pada daerah yang memiliki kepadatan tinggi, karena menampung semua air buangan rumah tangga dan jaringan pipa tertanam didalam tanah sehingga pencemaran saluran drainase dan air tanah dapat dihindarkan. Sistem terpusat Air Limbah yang dikembangkan adalah terpisah antara air kotor (dari kamar mandi, cuci, dan dapur) dan air kotoran (dari kakus/kloset). Air kotor diolah di IPAL untuk menjadi air baku air bersih. sedangkan air kotoran di olah di IPAL yang lain untuk bisa dibuang ke badan penerima setelah memenuhi persyaratan baku mutu.

Baik sistem pengelolahan limbah setempat maupun terpusat digunakan dengan jaringan pipa beton. Hal ini untuk pengairan gravitasi karena topografi wilayah Kecamatan Pracimantoro yang bervariasi dari datar hingga agak curam. Serta mencegahnya penyerapan air oleh tanah karena kondisi tanah Pracimantoro yang berupa batuan gamping dimana tidak memiliki filter sehingga rentan terhadap pencemaran air bawah tanah. Untuk mencegah korosi terhadap asam yang berasal dari limbah maka

Page 13: Bab 4 (77-94)pdf baru

89

diberi linning, pemeliharaan kecepatan glontor, ventilasi memadai, dan pembubuhan bahan kimia

Pada pengolahan air limbah non domestik merupakan pengolahan air limbah yang berasal selain dari hasil limbah rumah tangga. Seperti kegiatan industri, hotel dan restauran Kecamatan Pracimantoro harus melengkapi sarana pembuangan air limbah dapurnya dengan “Unit Penangkap Lemak dan Minyak”. Selanjutnya air limbah diperbolehkan masuk ke sistem perpipaan pengelolaan air limbah terpusat. Hal ini dikarenakan kegiatan industri menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang bersifat penting, maka harus membuat studi AMDAL yang direkomendasi pihal yang berwenang sebagaimana telah diatur dalam PM Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006, tentang jenis usaha san atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak lingkungan Hidup.

Lokasi pengolahan lumpur tinja atau biasa disebut dengan Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) harus berada tidak jauh dari pusat produksi lumpur tinja sehingga efisien terhadap penggunaan truk pengangkut tinja. Akan tetapi dengan memperhatikan nilai estetika kawasan, IPLT sebaiknya berada tidak berada di pusat kepadatan penduduk melainkan diluarnya dengan jarak <20 km dari titik terjauh. (Peta rencana Jaringan sanitasi beserta lokasi peletakan IPAL lihat pada lampiran)

e. Jaringan Persampahan Jaringan persampahan merupakan hal yang patut

diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah penduduk Kecamatan Pracimantoro ataupun perkotaan Pracimantoro. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, maka dapat terjadi penumpukan sampah di satu titik di Kecamatan Pracimantoro terutama daerah perkotaan karena menjadi pusat dari segala kegiatan penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting belum terdapat sistem persampahan di Kecamatan Pracimantoro.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk

berdasarkan proyeksi penduduk hingga tahun 2024, berdasarkan SNI 03-1733-2004 perhitungan rencana persampahan untuk standart penduduk tahun 2024 sebesar 84398 jiwa adalah 3 TPS dan 1 TPA, namun rencana yang akan dibuat adalah 1 TPA dan 1 TPS dengan mempertimbangkan kondisi eksisting wilayah yang sebagian adalah formasi batuan kars dan memiliki topografi yang beragam sehingga tidak bisa dibangun TPS ataupun TPA disembarang tempat. TPA dan TPS akan dibangun pada wilayah yang memiliki topografi datar dan di daerah nonkars.

Persampahan Perhitungan Eksisting Rencana TPA 1 0 1 TPS 3 0 1

Rencana Jaringan Persampahan TABEL IV.3

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013

Page 14: Bab 4 (77-94)pdf baru

90

TPS yang direncanakan akan dibuat di wilayah perkotaan Pracimantoro yaitu di Kelurahan Sedayu. TPS dibuat di wilayah perkotaan untuk mengantisipasi tingginya pertumbuhan penduduk perkotaan. Sedangkan TPA dibuat di Kelurahan Banaran dengan mempertimbangkan lokasi yang jauh dari pusat kota, masih sedikit pemukiman, memiliki daerah yang datar dan tidak terdapat formasi batuan kars. (Peta rencana peletakan TPS dan TPA beserta rute rencana angkutan persampahan lihat pada lampiran)

f. Jaringan Listrik Jaringan listrik yang ada di Kecamatan Pracimantoro terhitung

sudah cukup tersebar merata. Dapat dikatakan seperti begitu karena semua desa yang ada di Kecamatan Pracimantoro sudah tersaluri oleh listrik. Akan tetapi masing ada kekurangan terkait pelayanan listrik yang ada di Kecamatan Pracimantoro

Untuk rencananya, pada tahun 2024 pemenuhan kebutuhan pelayanan listrik terkait daya listriknya akan terpenuhi. Rencana penambahan atau pengadaan daya listrik pada tahun 2024 akan didasarkan perhitungan dari jumlah rumah dan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kebutuhan listrik berdasarkan jumlah rumah yang ada pada tahun 2024 adalah 21.944.000 watt untuk kebutuhan domestic dan 4.388.800 watt untuk kebutuhan non-domestik. Sedangkan apabila berdasarkan jumlah penduduk yang diproyeksikan pada tahun 2024, diketahui bahwa listrik yang dibutuhkan adalah 38.222.100 VA.

Berdasarkan hasil tersebut, maka akan dilakukan penambahan daya terhadap saluran voltase listrik Kecamatan Pracimantoro terutama wilayah perkotaan. (Peta rencana Jaringan Listrik lihat pada lampiran) g. Jaringan Telekomunikasi

Kecamatan pracimantoro ini memiliki jaringan telepon yang terbilang kurang dalam melayani kebutuhan penduduknya dikarenakan sulitnya perolehan sinyal untuk beberapa provider. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya ketersediian tower BTS namun banyak penduduk yang memakai handphone sehingga sulit dalam perolehan sinyal.

Selain itu, penduduk di Pracimantoro jarang yang memakai telepon rumah di karenakan susahnya mendapatkan sambungan telepon. Oleh karena itu, perlu diadakan kerjasama lebih lanjut terkait penyediaan tower-tower BTS untuk beberapa provider, dimana lokasi peletakan tower-tower itu sendiri sebagian besar akan diletakkan di perkotaan Pracimantoro. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemungkinan yang dapat terjadi ketika penyelesaian JJLS sudah selesai dan perdagangan kecamatan Pracimantoro berkembang dengan pesat. Tentunya akan mendatangkan banyak penduduk ke Kecamatan Pracimantoro yang akan membutuhkan jaringan untuk berkomunikasi satu sama lain. (Peta rencana Jaringan Telekomunikasi lihat pada lampiran)

Page 15: Bab 4 (77-94)pdf baru

91

Berdasarkan rencana jaringan perkotaan yang telah dilakukan, rencana struktur ruang perkotaan Pracimantoro terbagi menjadi dua hirarki yaitu pusat pelayanan kota yang merupakan desa Pracimantoro dan desa lainnya sebagai sub-pusat pelayanan kota. Pada rencana struktur ruang perkotaan Kecamatan Pracimantoro tidak terdapat pelayanan lingkungan karena pelayanan lingkungan nantinya akan terdapat di 13 desa di luar kawasan perkotaan. Titik-titik pelayanan ini tersebar dengan pusat pelayanan di pusat kawasan perkotaan dan disekitarnya yaitu hirarki kedua (sub-pusat pelayanan) tersebar di sekitar pusat pelayanan kota. Pusat pelayanan kota berperan sebagai pusat kegiatan dari segala aktivitas perkotaan ataupun sebagai pusat penyediaan sarana. Sedangkan sub pusat pelayanan kota berperan sebagai pendukung kawasan pusat perkotaan dimana berperan dalam pendukung kegiatan pusat perkotaan. (Peta Rencana Struktur ruang lebih jelas lihat pada lampiran)

Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013

Peta Rencana Struktur Ruang Kec. Pracimantoro

GAMBAR 4.6

Page 16: Bab 4 (77-94)pdf baru

92

4.7 Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang perkotaan Pracimantoro terdiri atas rencana tata guna lahan dan rencana terkait arahan pemanfaatan lahan.

4.7.1 Rencana Tata Guna Lahan (Land Uses Planning)

Rencana pola ruang perkotaan yang terdapat di Kecamatan

Pracimantoro terbagi kedalam beberapa kawasan. Terdapat kawasan permukiman yang berwarna kuning. Kawasan permukiman tersebut rencananya hanya akan terdapat beberapa penambahan di beberapa permukiman yang ada. Pemukiman ini menyebar merata di bagian utara hingga selatan kawasan perkotaan Pracimantoro. Kawasan permukiman yang direncanakan letaknya berada di belakang kawasan campuran maupun perdagangan dan jasa. Kawasan perdagangan dan jasa yang direncanakan berada di tengah kawasan perkotaan yang dimaksudkan lebih memusat.

Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013

Peta Tata Guna Lahan Perkotaan Pracimantoro Eksisting dan Rencana GAMBAR 4.7

Page 17: Bab 4 (77-94)pdf baru

93

Selain kawasan perdagangan dan jasa terdapat pula kawasan campuran yaitu kawasan dimana merupakan gabungan antara permukiman dan perdagangan baik rumah yang dilengkapi toko pribadi maupun ruko. Kawasan campuran rencana akan ditempatkan disepanjang jalan utama yang terdapat diperkotaan dimana tidak akan banyak merubah kawasan eksisting namun menambah kuantitas dari kawasan ini. Terdapat pula sawah maupun RTH yang direncanakan di Kawasan perkotaan Pracimantoro. Sebagian besar rencana pola ruang khususnya terkait vegetasi, RTH, sawah tetap mempertahankan kondisi eksisting sehingga jumlah produksi pertanian yang dihasilkan tidak akan terganggu (berkurang). Dalam rencana pola ruang terdapat pula kawasan kesehatan berupa posyandu, klinik, dan lainnya sebagai pendukung aktivitas perkotaan dan sekitar. Selain itu juga terdapat kawasan pemakaman dan pasar yang terdapat di rencana pola ruang perkotaan Pracimantoro. 4.7.2 Rencana Arahan Pemanfaatan Lahan

Peta rencana arahan pemanfaatan lahan di Kecamatan Pracimantorodapat dilihat pada Gambar 4.8 . Pemanfaatan lahan di Kecamatan Pracimantoro akan direncanakan menjadi 9 jenis penggunaan lahan, antara lain permukiman, perdagangan dan jasa, campuran, pasar, sarana pendidikan, sarana kesehatan, terminal,

sawah dan tegalan, serta ruang terbuka hijau. Rencana pemanfaatan lahan di Kecamatan Pracimantoro dikembangkan dengan mengacu kepada kota utama Pracimantoro yang terletak di desa Pracimantoro dan Desa Sedayu, serta pendukung perkotaan Pracimantoro yang terletak di Desa Sumberagung.

Di sepanjang persimpangan jalan yang terdapat di pusat kota dimanfaatkan sebagai kawasan perdangan dan jasa serta kawasan campuran. Kemudian di sepanjang jalan utama dikembangkan sebagai pusat-pusat perdagangan jasa dan terdapat terminal sebagai fasilitas pendukung aktivitas transportasi dengan skala yang cukup luas yaitu penghubung antara Propinsi D.I.Y, Jawa Tengah, serta Jawa Timur. Pada lapisan berikutnya dikembangkan kawasan permukiman yang direncanakan berdekatan dengan Ruang Terbuka Hijau. Kawasan permukiman didesain berdekatan dengan kawasan perdagangan dan jasa dengan tujuan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas. Selain itu di antara kawasan permukiman juga tetap mempertahankan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan air. Kemudian di sekitar kawasan permukiman juga dikembangkan kawasan pendidikan dan kesehatan. dan pada lapisan paling luar dikembangkan untuk aktivitas pertanian berupa sawah dan tegalan.

Page 18: Bab 4 (77-94)pdf baru

94

Kota utama di Desa pracimantoro dan pendukung perkotaan di Desa Sumberagung dihubungkan oleh sebuah jaringan jalan sebagai akses utama. Di sepanjang jaringan jalan tersebut dikembangkan Ruang Terbuka Hijau dan diterapkan kebijakan disinsentif yaitu pembatasan pengembangan lahan terbangun. Hal ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya urban sprawl di sepanjang akses utama tersebut. Sehingga di sepanjang jalan tersebut tidak disediakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan lainnya. Kemudian untuk wilayah pendukung perkotaan Pracimantoro yang terdapat di bagian selatan Kecamatan Pracimantoro juga dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa, campuran, pendidikan, kesehatan, permukiman, sawah dan tegalan, serta tetap mempertahankan keberadaan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah resapan air.

Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013

Peta Rencana Arahan Pemanfaatan Lahan Kecamatan Pracimantoro

GAMBAR 4.8