BAB 3 PLANKTON 1. Istilah dan defenisi - fpik.bunghatta.ac.id Laut Jilid... · plankton dapat pula...

25
Plankton BAB 3 PLANKTON 1. Istilah dan defenisi Istilah plankton adalah suatu istilah umum. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Ini berlawanan dengan nekton, yaitu hewan-hewan yang gerakan-gerakan renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni: a. Fitoplankton, terdiri dari : tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. b. Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda, maka penggolongan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton, yaitu : a. Megaplankton ialah organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm b. Makroplankton, ukurannya 0.2 mm – 2.0 mm c. Mikroplankton berukuran 20 mikrometer – 0.2 mm 33

Transcript of BAB 3 PLANKTON 1. Istilah dan defenisi - fpik.bunghatta.ac.id Laut Jilid... · plankton dapat pula...

Plankton

BAB 3 PLANKTON

1. Istilah dan defenisi

Istilah plankton adalah suatu istilah umum.

Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik

demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh

gerakan-gerakan air. Ini berlawanan dengan nekton, yaitu

hewan-hewan yang gerakan-gerakan renangnya cukup kuat

untuk melawan arus laut. Plankton dapat dibagi menjadi

dua golongan, yakni:

a. Fitoplankton, terdiri dari : tumbuhan laut yang

bebas melayang dan hanyut dalam laut serta

mampu berfotosintesis.

b. Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang

planktonik

Karena organisme planktonik biasanya ditangkap

dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai

ukuran mata jaring yang berbeda, maka penggolongan

plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran

plankton, yaitu :

a. Megaplankton ialah organisme planktonik yang

besarnya lebih dari 2.0 mm

b. Makroplankton, ukurannya 0.2 mm – 2.0 mm

c. Mikroplankton berukuran 20 mikrometer – 0.2

mm

33

Plankton

d. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang

sangat kecil yang berukuran 2 mikrometer – 20

mikrometer.

e. Ultraplankton adalah organisme yang berukuran

kurang dari 2 mikro meter

2. Fitoplankton

Fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya

tertangkap oleh jaring plankton terdiri dari kelompok besar

yaitu diatom dan dinoflagelata.

Diatom

Diatom mudah dibedakan dari dinoflagelata

karena diatom hidup dalam suatu kotak gelas yang unik dan

tidak memilki alat-alat gerak. Kotak ini terdiri dari dua

bagian yang dinamakan katup. Bagian hidup diatom

terdapat dalam kotak ini.

Pada proses reproduksi, tiap diatom membelah dirinya

menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan

menempati katup atas. Belahan yang lain akan menempati

katup bawah. Kemudian setiap belahan akan suatu katup

atas dan katup bawah.

.

34

Plankton

Gambar 10 Organisme Plankton

Dinoflagelata

Kelompok utama kedua, dinoflagelata dicirikan

oleh sepasang flagela yang digunakan untuk bergerak

dalam air. Dinoflagelata tidak memiliki kerangka luar yang

terbuat dari silikon tetapi sering memiliki suatu ”baju

zirah” berupa lempeng-lempeng selulosa yaitu suatu

karbohidrat.

Sama halnya dengan diatom Dinoflagelata

berkembang biak melalui proses pembelahan. Bedanya

ialah setiap belahan mempunyai separu ”baju zirah”,

kemudian dibentuk separuh ”baju zirah” baru tanpa

pengecilan ukuran Dinoflagelata.

35

Plankton

Gambar 11Ciri-ciri diatom

Fitoplankton Lain

Anggota fitoplankton lainnya yang merupakan

minoritas adalah berbagai laga hijau-biru (Cyanophceace),

kokolitofordan silikoflagelata. Alga hijau-biru lautan hanya

terdapat dilaut tropik dan sering kali membentuk filamen

yang padat dan dapat mewarnai laut. Laut merah misalnya

dinamakan demikian karena terdapat alga hijau-biru yang

bewarna merah dalam laut ini. Alga hijau-biru ini mirip

dengan bakteri. Sama halnya dengan bakteri , alga hijau

tidak memiliki inti sel formal dan juga tidak terdapat

pigmen-pigmen fotosintesik dalam kloroplas-kloroplas.

36

Plankton

Kokolitofor sangat kecil, sekitar 5 mikro meter

dengan ciri khas adanya lempeng-lempeng yang terbuat

dari kalsium karbonat yang melekat pada lapisan

terluarnya. Kokolitofor dapat melimpah dalam laut,

terutama dalam laut tropik.

Silikofalgelata adalah suatu organisme

fitoplanktonik yang kecil dan monoselular dengan suatu

kerangka terbuat dari gelas. Terdapat disemua samudra,

tetapi biasanya tidak umum terdapat.

3. Zooplankton

Berlawanan dengan fitoplankton yang didominasi

oleh dua kelompok tumbuhan, zooplankton yang

merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat

beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk

dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan.

Namun demikian, dari sudut ekologi hanya satu golongan

zooplankton yang sangat penting artinya yaitu subklas

kopepoda.

Kopepoda

Pada umumnya kopepoda hidup bebas berukuran

kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter.

Gerakan-gerakan renangnya lemah, menggunakan kaki-

kaki torakal dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-

37

Plankton

sentak. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk

menghambat laju tenggelamnya.

Kopopeda makan fitoplankton dengan cara

menyaringnya melalui rambut-rambut halus yang tumbuh

di apendiks tertentu yang mengelilingi mulut atau dengan

lansung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya.

Pada kopopeda terdapat dua jenis kelamin yang

terpisah. Sperma dipindahkan ke kopopeda betina dalam

bentuk paket spermatofor. Setelah pembuahan, telur-telur

ditaruh dalam suatu kantung yang melekat pada kopopeda

betina. Telur-telur menetas dan menghasilkan larva yang

dinamakan nauplius. Larva mencapai stadium dewasa

setelah mencapai beberapa stadium naupliar dan beberapa

stadium kopepodit.

Zooplankton lain

Di antara zooplankton yang holoplanktonik,

jumlah individu dari filum Protozoa sangat besar. Protozoa

lautan ini didominasi oleh ordo Foraminifera dan ordo

Radiolaria. Para anggota kedua ordo ini semuanya

organisme-organisme monoselular berkerangka. Kerangka

foraminiferida terdiri dari kalsium karbonat sedangkan

kerangka radiolaria terdiri dari gelas (SiO2). Radiolaria

hanya terdapat dilaut sedangkan foraminifera hanya

sebagian yang hidup dilaut.

38

Plankton

Gambar 12Kopepoda dan garis besar daur hidup kopepoda

Gambar 13Holoplankton

39

Plankton

Mekanisme Mengapung

Kerapatan (massa per satuan volume) plankton

akan lebih besar daripda air laut. Hal ini berarti bahwa

setiap organisme plankton akhirnya cenderung tenggelam,

sesuatu yang merugikan bagi fitoplankton maupaun

zooplankton.

Fitoplankton akan tenggelam di daerah dimana

cahaya cukup untuk berfotosintesis, sedangkan

zooplankton akan tenggelam dimana terdapat makanan

yaitu fitoplankton. Plankton cenderung tenggelam karena

daya renang plankton sangat lemah sehingga tidak dapat

mengatasi arus dan angin.

Prinsip-prinsip

Karena jaringan tubuh hidup cenderung tenggelam

maka plankton berusaha untuk tetap tinggal dekat

permukaan laut dengan cara :

a. Kerapatan air adalah fungsi dari dua parameter

yaitu suhu dan salinitas air.

Kerapatan air laut akan meningkat dengan

meningkatnya salinitas dan menurunnya suhu air

laut. Jadi kerapatan air suatu perairan mungkin

tidak konstan, terutama dilaut-laut daerah beriklim

sedang dimana suhu sangat berbeda sepanjang

tahun

40

Plankton

Sifat fisik yang juga perlu diperhatikan adalah

viskositas air laut yang berkaitan dengan suhu dan

salinitas. Bila salinitas air laut tinggi sedangkan

suhunya rendah viskositas akan lebih tinggi dan

ini memperlambat tenggelamnya benda-benda

didalamnya.

b. Bentuk benda terhadap laju tenggelamnya dalam

benda cair. Benda-benda yang beratnya sama

tetapi berlainan bentuk akan jatuh dalam gas

seperti udara, cairan, dengan laju yang berbeda-

beda pula. Laju suatu benda berbanding lurus

dengan besarnya hambatan yang ditimbulkan

benda itu terhadap gas atau cairan dimana benda

itu jatuh.

Dari hukum fisika tentang perubahan kerapatan

dan viskositas serta hambatan dapat dibuat suatu persamaan

sederhana yang menggambarkan hubungan antara laju

tenggelam suatu organisme dengan ketiga parameter

tersebut, yaitu:

LT = laju tenggelamW1 = kerapatan organismeW2 = kerapatan air lautW1 – W2 = jumlah berat lebih yaitu jumlah kelebihan berat organisme dibandingkan dengan berat air laut pada volume yang sama.

41

W1-W2

LT= --------- (R) (Vw)

Plankton

R = hambatan permukaanVw = viskositas air laut.

Organisme tidak dapat mempengaruhi viskositas

air laut, dengan demikian semua adaptasi oleh organisme

untuk mengurangi laju tenggelamnya harus berupa

pengurangan dalam berat lebih atau memperbesar

hambatan permukaan.

Pengurangan Berat Lebih

Salah satu mekanisme yang dapat digunakan

untuk mengurangi berat lebih adalah dengan mengubah

komposisi cairan-cairan tubuh sehingga kerapatannya

menjadi lebih kecil daripada kerapatan air laut. Tetapi

jumlah partikel yang larut dalam cairan tubuh perlu

dipertahankan. Bila tidak akan timbul osmosis. Osmosis

adalah peristiwa lewatnya air melalui suatu dinding

semipermiabel untuk menyamakan kadar larutan di kedua

dinding sisi.

Mekanisme lain adalah dengan membentuk

pelampung-pelampung berisi gas karena kerapatan gas jauh

lebih kecil daripada air maka terjadi kemampuan

mengapung. Contohnya adalah ubur-ubur dan kandung

renang ikan. Mekanisme pengaturan tekanan gas di dalam

atau kandung renang hewan dapat digunakan untuk

mengatur posisinya dalam kolom air sehingga hewan dapat

bergerak ke atas atau kebawah menurut kemampuannya.

42

Plankton

Gambar 14Mekanisme Mengapung

Mengubah Hambatan Pemukaan

Ada beberapa cara untuk meningkatan hambatan

permukaan pada organisme-organisme planktonik, yaitu

dengan cara :

a. Semakin kecil suatu organisme maka semakin

besar laus permukaannya per satuan volume

menjadi jauh lebih besar bila dibandingkan dengan

suatu organisme bertubuh besar.

b. Mengubah bentuk tubuh dengan cara

pembentukan bermacam duri dan tonjolan. Duri

dan tonjolan-tonjolan meningkatkan hambatan

permukaan sedangkan berat organisme hanya

43

Plankton

sedikit bertambah. Adaptasi ini umum didapatkan

pada berbagai diatom.

Gambar 15Mekanisme mengapung

Gerakan Air

Mekanisme terakhir untuk mengapung tidak

tersangkut paut dengan organisme, melainkan dengan sifat

gerakan air dalam laut. Di laut, air permukaan menjadi

panas pada siang hari dan dingin di malam hari. Silih

bergantinya pemanasan dan pendinginan ini akan merubah

kerapatan air dan mengakibatkan terjadinya sel-sel

konveksi yaitu satuan-satuan air yang sangat kecil yang

akan naik dan turun dalam kolom air sesuai dengan

kerapatannya. Gerakan sel-sel konveksi ini sangat lemah

dan dapat memindahkan suatu organisme planktonik.

44

Plankton

4. Produktivitas Primer

Adanya kehidupan di bumi berpangkal pada

kemampuan tumbuhan hijau dalam menggunakan energi

cahaya matahari untuk mensintesis molekul-molekul

organik yang kaya akan energi dari senyawa-senyawa

anorganik. Proses ini adalah fotosintesis.

Produkstivitas primer adalah laju pembentukan

senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-

senyawa anorganik. Jadi biasanya produktivitas primer

dianggap sebagai padanan fotosintesis.

Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses

produktivitas dinamakan produksi primer kotor atau

produksi total. Karena sebagian dari produksi total ini

digunakan tumbuhan untuk kelangsungan hidup yang

secara kolektif disebut dengan respirasi, tinggallah

sebagian dari produksi total yang tersedia bagi pemindahan

ke atau pemanfaatan oleh organisme lain. Produksi primer

bersih ialah istilah yang digunakan bagi jumlah sisa

produksi primer kotor setelah sebagian digunakan untuk

respirasi.

Mengukur Produkstivitas Primer

Metode klasik yang digunakan untuk menetapkan

produktivitas primer ialah metode botol gelap terang. Pada

metode ini digunakan dua botol yang identik. Sebuah botol

45

Plankton

tembus cahaya dan botol yang lain dibuat sama sekali tidak

tembus cahaya. Tiap botol diisi air laut dengan volume

yang sama dan diambil pada kedalaman yang sama pula di

perairan laut yang akan ditentukan produktivitas primernya.

Dengan demikian air laut yang diisikan kedalam dua botol

juga mengandung fitoplankton dan zooplankton secara

alamiah hidup di perairan ini.

Setelah kedua botol diisi dengan air laut dan

ditutup, keduanya digantung dikedalaman air laut yang

diambilnya. Dalam botol gelap fotosintesis tidak dapat

berlangsung tetapi respirasi fitoplankton dan zooplankton

tetap berlangsung dan oksigen air laut dalam botol tersebut

akan dikonsumsi. Sebaliknya fotosintesis pada botol terang

denga laju melebihi laju respirasi sehingga akan terjadi

penimbunan oksigen karena oksigen tidak dapat keluar dari

botol. Setelah beberapa waktu tertentu botol diangkat dan

diukur kadar oksigennya.

Metode kedua untuk menetapkan produktivitas

primer ialah dengan metode 14C, yang dewasa ini

merupakan metode yang paling disukai. Pada metode 14C,

radioaktif dimasukan dalam botol yang volumenya

diketahui. Air laut ini mengandung fitoplankton. Beberapa

kelemahan dan masalah terdapat pada kedua metoda ini.

Sumber kelemahan dan masalah terdapat pada asumsi-

asumsi yang digunakan.

46

Plankton

Hasil Tetap

Hasil tetap belaku baik untuk tumbuhan maupun

hewan. Hasil tetap (pada saat tertentu) ialah beda antara

faktor-faktor yang cenderung meningkatkan jumlah

individu, serta reproduksi dan pertumbuhan dan faktor-

faktor yang mengurangi biomassa atau jumlah individu

seperti kematian dan penenggelaman atau pengangkutan

kearah lateral. Bila tingkat reproduksi dan pertumbuhan

tinggi, sedangkan tingkat kematian atau pemusnahan

rendah hasil akan tetap tinggi dan sebaliknya. Didalam laut

hasil tetap ini merupakan suatu faktor yang sulit diukur

secara tepat. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak

meratanya penyebaran organisme plankton.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer

Faktor Kimia dan Fisik

Bermacam faktor kimia dan fisik dapat

mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan

produktivitas tumbuhan terestial. Faktor-faktor penting

yang sangat kritis bagi tumbuhan terestrial ialah cahaya,

suhu, kadar, zat-zat hara, tanah dan air.

Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila

intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar

daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti bahwa

fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat dilapisan-

47

Plankton

lapisan air teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi

berlansungnya fotosintesis.

Bila cahaya sampai di permukaan air, sebagian

akan dipantulkan. Besarnya bagian yang dipantulkan

bergantung pada besarnya sudut antara berkas cahaya

datang dengan permukaan air. Makin kecil sudut ini, makin

banyak cahaya yang dipantulkan. Sebaliknya, semakin

sudut ini mendekati 900 (yaitu tegak lurus terhadap

permukaan air) semakin sedkit cahaya yang dipantulkan.

Cahaya yang dipantulkan ini berarti suatu kehilangan bagi

ekosistem perairan. Jadi dilihat dari sudut produktivitas

plankton, penetrasi maksimumlah yang paling dikehendaki.

Cahaya

Gambar 16Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh cahaya di lautan

48

Plankton

Turbelensi dan kedalaman kritis

Percampuran vertikal bukan saja menaikan zat

hara mendekati permukaan air tetapi juga mengangkut sel-

sel fitoplankton ke bawah menjauhi permukaan air.

Kedalaman kritis adalah kedalaman dimana fotosintesis

total dalam kolom air sama dengan respirasi total. Letak

kedalaman kritis selalu lebih dalam daripada kedalaman

kompensasi karena bersangkutan dengan suatu proses

pencampuran vertikal dimana populasi fitoplankton ada di

zona eufotik dan pada saat lain ada dibawahnya. Apabila

fitoplankton berada di zona eufotik, laju fotosintesis

melebihi laju respirasi dan fitoplankton menimbun bahan

organik.

Variasi Produktivitas secara Geografik

Laut Tropik

Dalam laut tropik, massa air dekat permukaan

cukup menerima cahaya sepanjang tahun karena ketinggian

matahari diatas cakrawala tidak banyak berubah sepanjang

tahun. Dengan demikian diperoleh kondisi cahaya yang

optimal bagi produksi fitoplankton. Sejalan dengan kondisi

cahaya masukan energi secara terus menerus dari matahari

mengakibatkan suhu massa air dekat permukaan lebih

tinggi daripada massa perairan dalam. Karenanya tidak

akan terjadi percampuran air. Dikatakan peraiaran

semacam ini mengalami stratafikasi.

49

Plankton

Laut Daerah Beriklim Sedang

Dalam laut ini, intensitas cahaya bervariasi

menurut musim. Akibatnya besarnya energi cahaya

matahari yang masuk kedalam laut juga bervariasi dan

selanjutnya akan menimbulkan perubahan suhu air pada

lapisan-lapisan atas. Jadi stratafikasi termal kolom air

berubah secara musiman.

Laut Kutub

Dalam daerah kutub produktivitas yang terbesar

hanya terjadi selama suatu periode pendek yaitu dalam

musim panas kutub, biasanya pada bulan Juli-Agustus

dalam laut Arktika. Dalam bulan ini salju tidak lagi

menutupi es dan ini memungkinkan cahaya untuk

menembus es sehingga fitoplankton dapat tumbuh.

Produktivitas Perairan Pantai dan Pesisir

Pada lautan terbuka yang bebas dari pengaruh

massa daratan, produktivitas fitoplankton bervariasi secara

geografik. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel

50

Plankton

Tabel 4Produksi beberapa daerah geografik yang berbeda

LokasiProduksi dalam g

C/ m2/tahunSelat Long Island (pantai daerah beriklim sedang)Paparan BenuaLautan TropikLautan Iklim SedangLautan AntartikaLautan Arktika

380

100-16018-5017-120

100<1

Tabel 5Perubahan Jumlah Individu dari suatu Populasi

Fitoplankton dengan suatu Laju reproduksi yang Konstan pada Dua Intensitas Pemangsaan yang

Berbeda

Kepadatan Populasi FitoplanktonWaktu dalam Hari

Intensitas Pemangsaan

awal

Intensitas Pemangsaan

Dilipatgandakan

Intensitas Pemangsaan

Dilipatlimakan012345

1.000.0001.000.0001.000.0001.000.0001.000.0001.000.000

1.000.000487.000237.000106.00056.00027.000

1.000.00062.0003.900240151

Daur Kopepoda

Karena kopepoda mendominasi zooplankton

disemua laut dan samudra dan karena hewan ini adalah

herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan

memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk kurva

populasi fitoplankton. Jadi pada umumnya daur kopepoda

51

Plankton

dipertahankan sedemikan rupa sehingga pemanfaatan

fitoplankton oleh kopepoda maksimal sehingga banyaknya

fitoplankton yang tidak dimanfaatkan minimal.

Migrasi Vertikal

Migrasi vertikal adalah migrasi harian yang

dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu kearah

dasar laut pada siang hari dan kearah permukaan laut pada

malam hari. Migrasi vertikal telah diamati pada semua

kelompok taksonomi zooplankton dan ternyata bahwa tidak

semua zooplankton melakukan imigrasi vertikal harian.

Tujuan dari migrasi vertikal ini adalah:

1. Untuk menghidari pemangsaan dari predator yang

mendeteksi mangsa secara visual.

2. Untuk mengubah posisi dalam kolom air

3. Sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan

menghemat energi.

5. Metode Penelitian Plankton

Pengumpulan Sampel

Karena plankton berukuran kecil sekali dan di laut

relatif sangat tidak padat, apalagi di laut bebas, maka

pengambilan sampel plankton harus dilakukan dengan alat

yang dapat menyaring air laut sedemikian rupa sehingga

plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk di analisis,

untuk itu alat yang digunakan adalah plankton net

52

Plankton

tergantung pada jumlah plankton yang akan dikumpulkan,

kalau phytoplankton ukuran jaring lebih kecil sedangkan

untuk zooplankton ukuran jaring lebih besar.

Untuk meneliti plankton biasanya menggunakan

mata jaring yang bernama Kitahara yang dimodifikasi yaitu

berbentuk kerucut, diameter mulut 0,30 m, panjang 1,0 m

dan lebar mata jaring 0,08 mm. pengambilan sampel di

perairan dangkal dilakukan secara horizontal dengan

menarik jaring selama 5 menit dibawah permukaan air laut.

Di laut yang relatif dalam pengambilan fythoplankton

dibatasi mulai dari 150 m keatas sampai 0 m (paras laut)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan

contoh plankton:

– Lama penarikan jaring : 2 menit atau 5 menit.

– Waktu penarikan : pagi, siang, sore atau malam.

– Musim yang berlaku di Indonesia: musim barat

(Desember, Januari dan Februari.)

– Keadaan cuaca: cerah, mendung atau hujan.

– Keadan pasut: pasang tertinggi atau surut terendah.

– Lokasi: muara sungai, perairan pantai (pantai) atau

tengah

– Posisi: lintang utara, lintang selatan, bujur timur atau

bujur barat.

– Arah tarikan jarring : horizontal, vertical atau miring

(membentuk sudut 450 C).

53

Plankton

Gambar 17Alat untuk mengambil plankton

Pengawetan Sampel

Plankton yang telah dikumpulkan dengan metode

yang telah diterangkan, dituang dari tabung penampung

(bucket) kedalam botol yang bermulut luas. Bahan

pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4% yang

telah dinetralkan denga boraks. Botol diberi label yang

ditempelkan didinding luar botol sampel maupun label

yang dimasukan kedalam botol tersebut (label dalam).

Label dalam menggunakan kertas kalkir yang tahan air.

Pada label-label tersebut dituliskan: nomor stasiun, posisi

stasiun, tanggal dan waktu pengambilan, metode

pengambilan, kejelukan dan data lain yang dianggap perlu.

Cara mempersiapkan bahan formalin 4% adalah sebagai

berikut:

54

Plankton

• Sebelum formalin diencerkan, tambahkan larutan

penyangga berupa boraks kedalam formalin tersebut

dengan perbandingan 2 g boraks dan 98 ml formalin

40 % (formalin komersial). Cara ini akan menaikan

pH larutan menjadi 8-8,2. jika menginginkan pH

yang lebih rendah gunakan gliserofosfat 4 g untuk

setiap 98 ml formalin 40%.

• Cairkan larutan formalin 40% yang telah disangga

menjadi 4% dengan cara menambahkan 90% ml air

laut kedalam 10 ml formalin.

Analisa Data

1. Cara Menghitung Volume Air Tersaring

Volume air tersaring oleh jaring plankton dihitung

dengan menggunakan rumus:

V = Volume air tersaring R = Jumlah putaran meteran-alir. a = Luas mulut jaring. p = Panjang kolom air.

Nilai p merupakan sertifikat kalibrasi alat

meteran-alir yang digunakan. Kalau nilai p ini belum

tercantum pada alat pada waktu pembelian, biasanya dalam

brosur dicantumkan cara-cara mengkalibrasi alat tersebut.

55

V= R x a x p

Plankton

Cara Menghitung dan Mengidentifikasi fitoplankton

Pencacahan fitoplankton dilakukan dengan

menghitung jumlah sel fitoplankton, karena fitoplankton

yang berbentuk rantai akan mudah putus pada saat diambil.

Pencacahan sel dilakukan dengan rumus:

N = jumlah sel per m3

n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes m = jumlah tetes contoh yang diperiksa s = volume contoh dengan pengawetnya (ml). a = volume tiap tetes contoh (menggunakan pipet otomatik 0,05 ml) v = volume air tersaring (m3).

Analisis Statistik

Sesudah hasil data cacahan didapat dan ditabulasi

dengan baik, analisis statistik ini sebaiknya dirancang

sebelum ke lapangan, dimulai dan diperhatikan asumsi

yang menyertai rumus statistik itu. Cara-cara menunjukan

kondisi komunitas plankton disuatu perairan dilakukan

dengan menggunakan indeks keanekaragaman (hayati),

indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks kesamaan, uji–

t atau kesemuanya.

Penampilan Hasil

56

n s lN = --- x --- x ---- m a v

Plankton

Data hasil analisis plankton dari setiap samprl

dapat di tampilkan dalam tiga lembar data mentah,

contohnya terlihat pada Tabel A, B dan C. Tabel A

merupakan hasil perhitungan dari volume air tersaring pada

tiap-tiap sampel. Pada umumnya kolom kiri dari Tabel B

berisi daftar plankton yang dikelompokan ke dalam takson

tinggi seperti kelas, atau suku atau bahkan jenis tergantung

pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasinya.

Tabel B merupakan lembar data yang meliputi jumlah

individu (sel) plankton dari masing-masing kelompok

takson tinggi, suku atau jenis dalam satuan volume yang

akan diamati dibawah mikroskop dari satu sampel,

kemudian data dari Tabel B dapat dikembangkan menjadi

Tabel C yang menunjukan jumlah sel masing-masing

plankton per satuan volume (misalnya 1.000 liter). Sebagai

contoh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5Hasil perhitungan volume air tersaring yang melalui jaring

plankton. (Perairan Teluk Jakarta 31-12-1997)

Catatan: Diameter mulut jaring = 30 cm kalibrasi p = 0,999.

No stasiun

Luas mulut jaring (m2)

Jumlah putaran meteran air

Volume air tersaring (m3)

1 0,07 111 7,762 0,07 109 7,623 0,07 113 7,90

57