Bab 3. MKL - Kebijakan Deviden

download Bab 3. MKL - Kebijakan Deviden

of 31

Transcript of Bab 3. MKL - Kebijakan Deviden

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTANDosen : TEGUH YULIONO, ST., MM.

BAB 3 KEBIJAKAN DEVIDEN1. Kontroversi Kebijakan Deviden 2. Isi Informasi Deviden & Efek Clientele 3. Teori Deviden Residual 4. Faktor-Faktor dlm Kebijakan Deviden 5. Pembelian Saham Kembali, Deviden Saham dan Stock Split

2

Kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham. Pada dasarnya kaba tersebut bisa dibagi sebagai deviden atau ditahan dan diinvestasikan kembali. Pertanyaannya, kapan laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan ? Ada beberapa tipe dividen :1. 2. Dividen kas Dividen nonkas yang berupa dividen saham (stock dividend) dan stock splits (pemecahan saham).

Prosedur Pembayaran Dividen Kas

Deklaration DateAwal Jan 2012

Ex-Devidend Date 24 Jan 2012

Record Date 31 Jan 2012

Payment Date 15 Feb 2012

Cum-DivRUPS Rp. 200,-

Ex-DivHarga Saham Rp. 2.800

Harga Saham Rp. 3.000

1. KONTROVERSI KEBIJAKAN DEVIDEN Beberapa Kontroversi terkait Kebijakan Deviden :1. Miller dan Modigliani (MM) berargumen bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan 2. Argumen lain mengatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan 3. Argumen terakhir mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kebijakan Deviden Tidak Relevan Miller dan Modigliani (1961) mengajukan argumen bahwa kebijakan dividen tidak relevan. Misalkan ada dua periode tahun ini dan tahun depan. Perusahaan membagi dividen setiap tahunnya. Jika tahun ini perusahaan tidak membagi dividen, maka pada tahun depan, investor bisa memperoleh dividen tahun depan dan dividen yang seharusnya dibayar tahun ini plus tingkat keuntungan dari dividen yang ditahan tersebut. Dari sisi perusahaan, jika perusahaan ingin membayar dividen semuanya pada tahun ini, perusahaan bisa meminjam sehingga tahun ini perusahaan bisa membayar lebih besar dibandingkan kapasitas pembayaran tahun ini.

Argumen semacam itu yang diajukan oleh Miller dan Modigliani (MM) menunjukkan bahwa investor indifferent (sama saja) terhadap kebijakan dividen. Asumsi berikut ini dalam analisis mereka: Tidak ada pajak atau biaya lainnya. Pelaku pasar tidak bisa mempengaruhi harga sekuritas. Pasar diasumsikan sempurna (perfect). Semua pelaku pasar mempunyai pengharapan yang sama terhadap investasi, keuntungan, dan dividen di masa mendatang. Kebijakan investasi ditentukan lebih dulu, kebijakan dividen tidak mempengaruhi kebijakan investasi.

Kebijakan Deviden Relevan Divididen Dibayar Tinggi (Bird In The Hand Theory) Alasannya :1. Mengurangi Ketidakpastian. Dividen yang tinggi akan membantu mengurangi ketidakpastian. Beberapa tipe investor akan menyukai pendapatan saat ini. Karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang, ketidakpastian dividen menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketidakpastian capital gain.Mengurangi Konflik Keagenan antara Manajer dengan Pemegang Saham. Berdasarkan kerangka teori keagenan (agency theory) tujuan pemegang saham (maksimisasi kemakmuran pemegang saham) bisa tercapai. Tetapi manajer bisa mempunyai agenda sendiri yang tidak selalu konsisten dengan tujuan pemegang saham.

2.

Kebijakan Deviden Relevan Deviden Dibayar Rendah Alasan yang mendasari argumen tersebut :1. Efek Pajak. Di negara tertentu, seperti di Amerika Serikat, pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen (28% versus 31%). Di samping itu, pajak atas capital gain akan efektif jika capital gain tersebut direalisir (yang berarti saham tersebut dijual). Dengan kata lain, pajak efektif atas capital gain bisa ditunda. Sedangkan pajak dividen akan dibayarkan pada saat dividen diterima. Berdasarkan argumen tersebut, dividen seharusnya dibayar rendah, karena akan menghemat pajak. Biaya Emisi (Flotation Costs), Jika perusahaan membayarkan dividen dan kemudian menerbitkan saham, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya emisi saham. Biaya modal saham eksternai lebih besar dibandingkan biaya modal internal, karena adanya biaya emisi, biaya transaksi, dan biaya underpricing saham. Karena itu perusahaan akan lebih baik membayarkan dividen rendah sehingga tidak harus menerbitkan saham baru.

2.

2. ISI INFORMASI DEVIDEN & EFEK CLIENTELE Di bagian muka kita telah membicarakan kontroversi kebijakan dividen, apakah relevan atau tidak, jika relevan, apakah dividen dibayar tinggi atau rendah. Bagian ini membicarakan dua isu yang berkaitan dengan dividen yaitu :1. 2. Isi informasi dividen Efek clientele.

Isi Informasi Deviden Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Sebagai contoh, penelitian, dengan data di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa harga saham naik sebesar 3% setelah pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham turun sekitar 7% setelah pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa sebenarnya dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen.

Menurut teori signaling tersebut, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat di mana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan dividen. Pasar akan merespons positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Hal yang sebaliknya akan terjadi. Jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun, perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya dan pasar akan merespon negatif pengumuman tersebut. Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.

Efek Clientele Menurut argumen ini, kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen. Contoh lain, kelompok investor usia muda barangkali akan lebih memilih capital gain (pajak rendah), karena mereka mempunyai orientasi jangka panjang. Sebaliknya, kelompok investor usia lanjut (misal, mendekati pensiun) akan lebih menyukai dividen, karena dividen memberikan tingkat kepastian yang lebih feiggi.

3. TEORI DEVIDEN RESIDUAL Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan 'sisa' (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Menurut teori tersebut, manajer keuangan akan melakukan langkahIangkah berikut ini.1.2.

3.4.

Menetapkan penganggaran modal yang optimum. Semua usulan investasi yang mempunyai NPV yang positif akan diterima. Menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk membiayai investasi baru tersebut sambil menjaga struktur modal yang ideal (target). Menggunakan dana internal untuk mendanai kebutuhan dana dari saham tersebut. Membayarkan dividen hanya jika ada sisa dari dana internal, setelah semua usulan investasi dengan NPV positif didanai.

Sebagai contoh, misal suatu perusahaan mempunyai penganggaran modal sebagai berikut ini. Tabel 1. Usulan Investasi dan IRR-nya

Misalkan biaya modal perusahaan tersebut adalah 19%. Kemudian perusahaan mempunyai dana internal sebesar Rp750 miliar. Target struktur modal adalah 60% saham dan 40% utang.

Bagan 4. IRR Usulan Investasi dan Biaya Modal

Dari bagan di atas, nampak perusahaan akan menerima proyek A, B, C, D dan E. Total dana yang dibutuhkan adalah Rp850 juta. Dari jumlah tersebut, 60% x Rp850 juta = Rp510 juta menggunakan dana internal, sedangkan sisanya (Rp340 juta) menggunakan utang. Perusahaan dengan demikian mempunyai kelebihan kas sebesar Rp240 juta (Rp750 juta - Rp510 juta). Jumlah kas tersebut bisa dibagikan sebagai dividen.

Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV positif Pada waktu kita membicarakan penilaian perusahaan, kita mengatakan bahwa nilai suatu saham merupakan present value dari aliran kas yang akan diterima investor (dividen dan capital gain) di masa mendatang. Kenapa kebijakan dividen tidak relevan dalam penilaian perusahaan? Jawabannya adalah present value dari aliran kas di masa mendatang (dividen dan capital gain) tetap sama. Dengan kata lain, kebijakan dividen hanya mengubah 'timing' pembayaran dividen, sedemikian rupa sehingga total aliran kas yang akan diterima di masa mendatang akan tetap sama.

Kebijakan dividen residual jika dilakukan akan menyebabkan fluktuasi pembayaran dividen yang sangat tinggi. Pada saat perusahaan mempunyai banyak usulan investasi, dividen tidak dibayarkan. Sebaliknya, pada saat usulan investasi sedikit, dividen akan dibayarkan cukup besar. Pembayaran dividen yang tidak stabil bisa merugikan/menurunkan harga saham (efek informasi dividen).

4. FAKTOR-FAKTOR DLM KEBIJAKAN DEVIDEN Berikut ini faktor-faktor praktis yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijakan dividen :1. 2. 3. 4. 5. Kesempatan Investasi Profitabilitas Dan Likuiditas Akses Ke Pasar Keuangan Stabilitas Pendapatan Pembatasan-Pembatasan

1.

Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV yang positif.

2.

Profitabilitas dan Likuiditas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.

3. Akses Ke Pasar Keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi keburuhan likuiditasnya.

4. Stabilitas Pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi.

5. Pembatasan-Pembatasan Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja yang tertentu, atau rasio likuiditas yang tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar.

5. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM, DEVIDEN SAHAM DAN STOCK SPLIT Di samping pembayaran dividen kas, perusahaan mempunyai beberapa alternatif dalam kebijakan dividen, seperti :1. Pembelian saham kembali / Stock repurchase, 2. Dividen saham, dan 3. Pemecahan saham / stock split.

Pembelian Kembali Saham Pembelian saham perusahaan yang beredar tersebut bisa dilakukan melalui pasar sekunder Bursa Efek. Saham yang dibeli tersebut masuk dalam rekening treasury stock. Secara teoritis, nilai perusahaan sebelum dan sesudah pembelian saham kembali akan sama. Misalkan suatu perusahaan mempunyai informasi sebagai berikut ini. Jumlah saham yang beredar adalah 10.000 lembar. PER (Price Earning Ratio) adalah 20 kali. Perusahaan memperoleh keuntungan total sebesar Rp4 juta. Perusahaan mempunyai dua pilihan:1) 2) Membayar dividen kas sebesar Rp2 juta, atau Membeli saham kembali senilai Rp2 juta.

Tabel berikut ini meringkaskan hasil dari kedua alternatif tersebut

Tabel Alternatif Dividend an Pembelian Saham Kembali

Jika perusahaan membayarkan dividen sebesar Rp2 juta, earning per lembar adalah Rp200,00 (sesudah dividen). Total kekayaan pemegang saham adalah Rp2.200,00 Jika perusahaan memutuskan untuk membeli saham kembali, misal dengan harga Rp2.200,00. Dengan kas sebesar Rp2 juta, perusahaan bisa membeli sahamnya sebesar 909 lembar (Rp2 juta/Rp2.200,00). Jumlah saham yang beredar berkurang menjadi 9.091 lembar (10.000 909). Earning Per Share (EPS) menjadi Rp2 juta/9.091 lembar yaitu Rp220,00. Karena kondisi perusahaan sama sebelum dan sesudah melakukan pembelian saham kembali, PER perusahaan tetap sama yaitu 20 kali. Dengan demikian harga perlembar saham adalah Rp2.200,00. Total nilai perusahaan adalah Rp2.200,00 x 9.091 lembar = Rp20 juta. Pemegang saham memperoleh kekayaan sebesar Rp2.200,00, sama dengan jumlah kekayaan yang diterima jika perusahaan membagikan dividen. Dengan demikian, membagi dividen kas atau melakukan pembelian saham kembali memberikan hasil yang sama.

Keuntungan pembelian kembali saham :1. 2.3. 4. 5.

Pembelian saham kembali bisa menghemat pajak. Pengumuman pembelian kembali bisa dianggap sebagai signal positif oleh investor, Pembayaran dividen biasanya dilakukan dengan pola stabil. Pemegang saham mempunyai pilihan dengan pembelian saham kembali. Dalam beberapasituasi tertentu, pembelian saham kembali dilakukan secara selektif (targeted repurchase).

Kerugian Pembelian Saham Kembali1. Pemegang saham barangkali mempunyai preferensi yang berbeda antara dividen kas dan pembelian saham kembali (keuntungan diperoleh dari capital gain). 2. Perusahaan barangkali membayar harga pembelian kembali terlalu tinggi, sehingga merugikan pemegang saham saat ini (yang tetap memegang saham). 3. Pemegang saham yang menjual sahamnya barangkali tidak mengetahui persis implikasi dan efek dari program pembelian saham kembali.

Alasan Dilakukannya Stock Split1. Perusahaan ingin menahan kas, tetapi juga ingin membayar dividen 2. Perusahaan ingin memperoleh trading range yang dianggap ideal. 3. Perusahaan ingin memberi signal ke pasar.

Reverse Split Reverse split merupakan kebalikan dari stock split (pemecahan saham). Dalam reverse split, beberapa lembar saham disatukan menjadi satu saham. Reverse split dilakukan karena beberapa alasan : Pertama. saham yang nilainya terlalu kecil sering dianggap sebagai saham yang tidak baik dan cenderung menilai rendah (under estimate) saham tersebut. Untuk menghilangkan kesan tersebut, harga saham dinaikkan agar mendekati range yang ideal. Kedua, jika harga saham meningkat, biaya transaksi diharapkan menjadi semakin kecil. Biaya transaksi yang lebih kecil tersebut diharapkan mendorong likuiditas saham lebih lanjut.

TERIMA KASIH TERIMA KASIH TERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIH

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

TERIMA KASIH