Bab 3 Jaringan Fisik
-
Upload
samuelfox94 -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
Transcript of Bab 3 Jaringan Fisik
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Bab 3
Jaringan Fisik, Status saat ini danUsulan Pekerjaan
3.1 BANGUNAN UTAMA
3.1.1 Kondisi Bendung Sekarang
a. Data Bendung
- Tipe bendung : Bendung Tetap (Fixed
Weir)
- Lebar total bendung : 90 m
- Tinggi mercu bendung : 3,00 m
- Panjang kolam olak : 60 m
- Konstruksi bendung : Pasangan batu karang
dilapisi beton
- Elevasi mercu bendung : + 16,30
- Eevasi lantai hulu : + 13,30
- Elevasi hulu kolam olak : + 14,30
- Elevasi hilir kolam olak : + 12,80
- Elevasi dekzerk : + 19,30 :
b. Data Pengambilan Kanan (Glapan Timur)
- Lebar pintu pengambilan : .... m
- Jumlah pintu pengambilan : .... m
- Tipe pintu pengambilan : ....
- Elevasi dasar pengambilan : + ....
- Debit pengambilan : ..... m3/dt
- Panjang kantong lumpur : .... m
- Lebar kantong lumpur : ..... m
- Lebar pintu penguras : ..... m
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 1
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
- Jumlah pintu penguras : ..... m
c. Data Pengambilan Kiri (Glapan Barat)
- Lebar pintu pengambilan : .... m
- Jumlah pintu pengambilan : .... m
- Elevasi dasar pengambilan : + ....
Kondisi bagunan secara umum masih baik, namun ada beberapa
penambahan atau peningkatan jenis bagian bangunan yang perlu
dilaksanakan, antara lain adalah :
a. Bendung
- Penambahan elevasi crest ambang bendung
- Penambahan batu pengisi pemecah energi kolam olak
- Perbaikan dan pemasangan kembali secara permanen
papan duga bendung
- Penambahan pasangan batu kosong di hilir kolam olak
untuk menghindari gerusan terhadap perletakan kolam
olak
- Perbaikan lantai jembatan diatas bendung, tetapi dengan
tetap membatasi kelas kendaraan yang melewati
- Pengerukan sedimen di hulu bendung
- Penambahan pintu penguras di ambang bendung
b. Pengambilan Kanan (Glapan Timur)
- Peningkatan tipe pintu pengambilan menjadi elektrik
- Penambahan bangunan trashrack di hulu bangunan
pengambilan
- Penambahan dinding pembagi di kantong lumpur
- Pengalihan fungsi jembatan sebagai lalu lintas umum ke
bagian lain di hilir pintu pengambilan
- Penambahan dinding pengaman lereng sungai di bagian
hulu sebelah kanan pintu pengambilan
- Pengerukan sedimen di hulu pintu pengambilan
c. Pengambilan Kiri (Glapan Barat)
- Penambahan bangunan trashrack di hulu bangunan
pengambilan
- Pengerukan sedimen di hulu pintu pengambilan
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 2
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
- Penambahan kantong lumpur di hilir bangunan
pengambilan
3.1.2 Masalah Endapan dan Kantong Lumpur
Kantong lumpur Bendung Glapan baru terdapat di hilir
pengambilan bagian kanan, untuk sebelah kiri belum ada.
Kantong lumpur mempunyai fungsi sebagai penangkap fraksi
pasir halus (0,06 – 0,07) agar tidak masuk kesaluran-saluran.
Sehingga sangat jelas terjadi perbedaan antara kondisi
sedimentasi yang terjadi di jaringan bagian barat dan timur.
Sedimentasi di jaringan timur lebih dapat diminimalisasi dari pada
bagian barat. Untuk mengatasi permasalahan sedimen di jaringan
barat laternatif yang dapat dilaksanakan adalah pembuatan
kantong lumpur dengan menyesuaikan lahan yang ada.
Sementara untuk mengoptimalkan pola operasi kantong lumpur
Glapan Timur diperlukan dinding-dinding pembagi. Layout
kantong lumpur disajikan pada Gambar 3.1.
3.2 SALURAN PEMBAWA DAN BANGUNAN
Setelah beroperasi selama beberapa periode, fungsi dan kinerja suatu
sistem jaringan irigasi akan semakin menurun, apalagi jika umur
jaringan irigasi tersebut sudah berumur lebih dari seratus tahun seperti
Daerah Irigasi Glapan. Hal tersebut dipengaruhi juga keberadaan PLTA
yang di bangun di hulu Sungai Tuntang. Faktor kondisi bangunan irigasi
yang menurun, semakin meningkatnya proses sedimentasi, serta
pengaruh pola operasi PLTA mengharuskan adanya langkah-langkah
konkret untuk mengatasinya. Berdasarkan hasil inventarisasi dan
pembahasan bersama P3A yang telah dilakukan teridentifikasi
penurunan luas areal layanan Bendung Glapan.
3.2.1 Kondisi Saluran Pembawa
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 3
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Lingkup pekerjaan Desain Rinci Rehabilitasi D.I. Glapan terdiri dari
saluran induk dan saluran sekunder sebagai berikut :
Tabel 3.2. Data saluran D.I. Glapan
No. Nama SaluranPanjang
(m)I. Pengambilan Glapan Barat
1. Saluran Induk Glapan Barat 17.9652. Saluran Sekunder Gubug 24.7303. Saluran Sekunder Glapan Setu 8.980
II. Pengambilan Glapan Timur1. Saluran Induk Glapan Timur 6.3852. Saluran Sekunder Mlilir 15.1553. Saluran Sekunder Dangi 15.4004. Saluran Sekunder Doreng 9.8975 Saluran Sekunder Kendal Doyong 3.8876 Saluran Sekunder Bonangrejo 10.578
Kondisi saluran DI. Glapan setelah dilakukan Survai Pendahuluan
dan Inventarisasi Jaringan Irigasi serta penelusuran saluran
dengan Mantri Pengairan dan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A), secara umum adalah sebagai berikut :
- Permasalahan
1. Terjadinya penumpukan sedimen disepanjang saluran
induk dan sekunder terutama untuk jaringan Glapan
Barat yang diakibatkan tidak adanya bangunan kantong
lumpur serta semakin rusaknya kondisi Daerah Aliran
Sungai (DAS) di hulu Bendung Glapan.
2. Terjadinya keruntuhan (longsor) di beberapa bagian
tanggul saluran, sehingga air irigasi melimpas ke areal
persawahan.
3. Adanya pengambilan liar di luar bangunan sadap yang
ada. Kondisi tersebut diperburuk dengan tata letak
penyadapan tersebut dengan elevasi dasar sama dengan
elevasi dasar saluran irigasi serta tanpa dilengkapi pintu
pengatur. Air irigasi yang seharusnya dibutuhkan secara
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 4
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
periodik dialirkan terus menerus tanpa
mempertimbangkan kebutuhan areal di hilirnya.
4. Adanya kerusakan dinding saluran di beberapa bagian
5. Adanya aktifitas penduduk setempat yang memanfaatkan
tanggul dengan menanaminya jagung atau tanaman
palawija lainnya. Aktifitas tersebut menyebabkan tingkat
kepadatan tanggul berkurang dan pada akhirnya banyak
dijumpai terjadinya kelongsoran.
- Usulan Pemecahan Masalah
1. Perlu adanya upaya penangkapan sedimen sebelum
masuk ke jaringan irigasi dengan pembangunan kantong
lumpur di hilir bangunan pengambilan.
2. Perlu adanya kajian menyeluruh baik secara teknis
maupun non teknis sehubungan dengan terjadinya
kerutuhan (longsornya) tanggul dilanjutkan dengan
normalisasi tanggul agar tinggi dan lebar tanggul sesuai
kebutuhan.
3. Adanya upaya penertiban sadap-sadap liar secara
partisipatif, dilanjutkan penutupan sadap liar yang masih
dapat dipenuhi dari sadap sebelumnya atau merubah
sadap liar tersebut menjadi sadap resmi dengan pola
operasi dan pengaturan.
4. Adanya perbaikan linning saluran dengan cara perbiakan
sebagian atau pembongkaran dan pemasangan kembali
jika diperlukan. Untuk beberapa bagian saluran yang
berada pada perletakan tanah tidak stabil diusulkan
dibuat dari konstruksi beton setebal ± 10 cm dengan
tulangan tunggal (wire mesh).
5. Adanya sosialisasi dan pelarangan secara lebih nyata
bahwa tanggul saluran harus terbebas dari aktifitas yang
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 5
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
dapat menyembabkan terjadinya keruntuhan.
Kondisi saluran dan usulan pekerjaan perbaikannya disajikan
dalam Lampiran Bab 3 : Daftar Usulan Pekerjaan untuk
Saluran.
3.2.2 Kondisi Bangunan
Bangunan yang dimaksud disini adalah bangunan bagi, bagi-
sadap, sadap, talang, shipon, dan bangunan-bangunan pelengkap
lainnya. Sebagian besar kondisi bangunan tersebut masih dalam
kondisi baik, namun banyak dijumpai bagian-bagian bangunan
terutama pintu-pintu sadap yang rusak atau bahkan hilang.
Rekapitulasi bangunan D.I. Glapan disajikan dalam tabel 3.3
sebagai berikut :
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 6
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 7
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
- Permasalahan
Permasalahan yang terjadi terhadap kondisi bangunan-
bangunan di jaringan irigasi Glapan adalah sebagai berikut :
1. Bangunan sadap tidak dapat berfungsi dengan baik
akibat rusak atu hilangnya pintu-pintu pengambilan.
2. Tipe pintu-pintu pengambilan eksisting adalah Romijn.
Akibat besarnya sedimen yang masuk ke jaringan irigasi
menyebabkan sulitnya operasionalisasi pintu.
3. Penumpukan sedimen di hulu bangunan-bangunan yang
mempunyai elevasi dasar lebih tinggi daripada dasar
saluran di bagian hulunya.
4. Bangunan pelengkap lainnya sebagian mengalami
kerusakan akibat faktor usia atau pihak yang tidak
bertanggungjawab, seperti hilangnya handrail dan tiang
sandaran jembatan serta talang.
- Usulan Pemecahan Permasalahan
1. Perbaikan bangunan-bangunan sadap dan sejenisnya
terutama bagian pintu yang banyak hilang atau rusak.
2. Penggantian tipe pintu romijn menjadi pintu sorong di
bagian pintu romijn yang tidak mungkin diperbaiki, hilang
atau rusak berat. Perubahan pintu tersebut harus disertai
dengan penambahan bangunan pengukur debit dibagian
hilirnya.
3. Pengerukan sedimen secara keseluruhan termasuk
sedimen yang menumpuk di hulu bangunan-bangunan
sadap atau sejenisnya.
4. Perbaikan dan penambahan kembali bagian bangunan
yang hilang seperti handrail serta tiang sandaran
jembatan dan talang, serta perlu adanya upaya untuk
mendorong keterlibatan petani lebih aktif ikut
mempunyai rasa tanggungjawab menjada serta
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 8
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
memelihara.
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 9
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Kondisi bangunan dan usulan perbaikannya secara rinci disajikan
dalam Lampiran Bab 3 : Daftar Usulan Pekerjaan untuk
Bangunan.
3.2.3 Kapasitas Debit yang Ada dan Dibutuhkan
Secara teknis kinerja sistem Irigasi Glapan mengalami penurunan
akibat faktor usia, termasuk penurunan kapasitas saluran. Untuk
kapasitas debit yang ada dan dibutuhkan, banyak faktor yang
berpengaruh, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan air
Ketersediaan secara kuantitatif banyak dipengaruhi oleh
aspek hidroklimatologi dan vegetasi. Biasanya tingkat
ketersediaan air dinyatakan dengan keandalaan debit tersebut
tersedia (debit andalan). Debit andalah debit minimum yang
diandalkan ketersediaannya untuk dapat dimanfaatkan
dengan tingkat kemungkinan terpenuhi tertentu. Analisa
ketersediaan di bangunan pengambilan dapat dilakukan
dengan analisa frekuensi terhadap debit normal yaitu debit
minimum untuk kemungkinan terpenuhi 80%.
Ketersediaan air pada sistem Jaringan Irigasi Glapan diperoleh
dari Sungai Tuntang melalui bendung Glapan yang
dimanfaatkan untuk irigasi. Oleh karena itu keandalan
ketersediaan air DI. Glapan untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi sangat tergantung pada tingkat keandalan Sungai
Tuntang.
b. Kebutuhan air
Kebutuhan air semakin bertambah sesuai dengan aneka
kebututuhan yang harus dilayani oleh sistem jaringan irigasi
Glapan, sementara tingkat ketersediaan debit sungai tuntang
relatif tetap dengan intensitas yang berbeda dari waktu ke
waktu. Kearifan untuk menentukan dan menerima sistem pola
tata tanam serta peningkatan jenis linning saluran untuk
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 10
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
menekan tingkat efisiensi jaringan irigasi akan dapat menjadi
salah satu penyesuaian antara ketersediaan air dan
pemenuhan terhadap kebutuhan air.
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 11
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
c. Pola tata tanam dan luas tanam
Rencana pola tata tanam bertujuan untuk meningktakan
efisiensi penggunaan air dan menambah luasan serta
intensitas tanaman, rencana pola tata tanam disesuaikan
dengan pola tata tanam yang sudah berjalan dengan
mempertimbangkan kondisi ketersediaan air, lahan tersedia
dan tingkat ekonomis tanaman yang berlaku. Bentuk pola tata
tanam yang berlaku pada D.I. Glapan termasuk lebih baik
apabila dibandingkan dengan daerah irigasi lainnya, karena
sudah dipayungi dengan badan hukum dalam bentuk
Peraturan Bupati.
Perhitungan imbangan air dilakukan dengan membandingkan
jumlah kebutuhan air dengan jumlah ketersediaan air pada
sistem jaringan irigasi Glapan. Dengan neraca air dapat
diketahui keandalan Sungai Glapan dalam memenuhi
kebutuhan air pada sistem jaringan irigasi Glapan. Apabila
terjadi surplus maka kelebihan air dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk kebutuhan air yang bernilai ekonomis, dan
apabila terjadi defisit maka perlu dilakukan optimalisasi
pembagian air.
Imbangan air (Neraca Air) pada sistem Irigasi Glapan adalah
perbedaan antara ketersediaan air dengan jumlah seluruh
kebutuhan air yang dilayani. Untuk pola tata tanam dan luas
tanam dan imbangan air (Neraca Air) dapat dilihat pada Tabel
3.4 Rencana Pola Tanam DI. Glapan dan Grafik Neraca
Air Rencana Pola Tanam DI. Glapan berikut ini :
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 12
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 13
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 14
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
d. Kondisi fisik jaringan irigasi
Kondisi fisik jaringan irigasi sangat mempengaruhi kinerja
sistem irigasi Glapan, kondisi fisik tersebut meliputi : kondisi
saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan
pelengkap (terjunan, bangunan silang, jembatan dan lain-
lainnya), bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap dan bangunan pengukur debit. Berdasarkan survai
inventarisasi secara umum kondisi fisik telah mengalami
penurunan sejak awal dibangun sampai sekarang. Perbaikan
sering dilaksanakan, tetapi dalam tingkat skala kecil dan
parsial (setempat), sehingga tidak mampu menyelesaikan
permasalahan secara tuntas yaitu tingginya kehilangan air di
saluran/efisensi jaringan irigasi.
Pada saluran induk (Glapan Barat dan Glapan Timur) secara
umum linning saluran masih dalam kondisi baik, hanya saja
terjadi pendangkalan dan penurunan kapasitas saluran,
terjadinya penurunan tinggi tanggul, serta adanya bangunan
sadap liar yang dibuat petani setempat. Bangunan sadap liar
sangat berdampak buruk baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Akibat bangunan sadap liar tidak dilengkapi dengan
pintu pengatur dan dimensinya ditentukan tanpa dasar
perhitungan teknis, maka akan mengakibatkan terjadinya
kehilangan air yang cukup besar secara menerus tanpa
terpengaruh waktu gilir. Keberadaan sadap liar tersebut
apabila dibiarkan dalam jangka waktu lama, akan
mempengaruhi petani lainnya untuk membuat bangunan
sejenis tanpa memperhatikan nasib areal di hilirnya.
Kondisi bangunan pelengkap seperti terjunan, jembatan,
talang dan shipon secara umum masih berfungsi, namun
demikian masih perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan
fungsi dan kinerja Sistem Irigasi Glapan.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada umumnya akibat
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 15
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
faktor usia, tidak terawat dengan baik maupun akibat
perusakan. Banyak juga kerusakan pada tanggul saluran induk
dan sekunder di sekitar bangunan sadap, sehingga pintu
sadap dan bangunan ukur tidak dapat difungsikan. Kerusakan-
kerusakan kecil sudah bisa dipecahakn dan diperbaiki oleh
Petani, Dinas Pengairan Kabupaten Demak, Dinas Pengairan
Kabupaten Grobogagan dan Balai PSDA Jragung Tuntang
sebagai pengelola namun karena keterbatasan dana dan
personil untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan belum
secara maksimal dapat meningkatkan kinerja jaringan irigasi
Glapan seperti yang diharapkan.
Dalam irigasi teknis harus menerapkan sistem operasi
bangunan pengatur dan pengukur untuk pengelolaan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan air irigasi yang optimal. Jika
keberadaan atau kondisi bangunan yang berfungsi sebagai
pengatur dan pengukur tidak sesuai maka kelas sebagai
irigasi teknis dapat berubah.
e. Operasi dan pemeliharaan
Operasi dan pemeliharaan dapat dilakukan berdasarkan
kewenangan yang melekat pada sistem irigasi Glapan ataupun
berdasarkan kesepakatan-kesepakatan (role sharg) antara
stake holder (pihak yang berkepentingan) yaitu petani,
perkumpulan petani, Dinas Pengairan Kabupaten Demak,
Dinas Pengairan Kabupaten Grobogan dan Balai PSDA Jragung
Tuntang.
Sistem Irigasi Glapan merupakan sistem irigasi teknis,
kewenangan operasi dan pemeliharaan saluran primer dan
sekunder serta bangunan 50 meter daris saluran tersebut
adalah Dinas Pengairan Kabupaten Demak, Dinas Penairan
Kabupaten Grobogan, Balai PSDA Jragung Tuntang dan Balai
Besar Wilayah Sungai Pemali Juana. Sedangkan operasi dan
pemeliharaan saluran tersier adalah kewenangan Dinas
Pengairan Kabupaten Demak, Dinas Pengairan Kabupaten
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 16
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Grobogan dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Pembagian air ke petak-petak tersier adalah kewenangan
Petugas Pengairan (Mantri Pengairan) dari Balai PSDA Jragung
Tuntang Satuan Kerja Tuntang. Sedangkan petani mempunyai
hak dan kewajiban membayar iuran dan menerima bagian air.
Pembagian kewenangan ini belum dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Operasi dan pemeliharaan masih
kendala, ketegasan dalam kewenangan dan pelaksanaan
kewenangan harus dilaksanakan, sifat kedaerahan (desa)
masih mendominasi dalam pembagian air ini dan demikian
juga halnya dengan pemeliharaan. Kerusakan dalam skala
kecil tidak dapat diselesaikan dengan pemeliharaan rutin,
masih menunggu pendanaan dari pusat.
Hal tersebut di atas perlu pengkajian agar saluran induk,
saluran sekunder maupun saluran tersier baik dan tidak terjadi
kebocoran-kebocoran, dengan demikian air yang ada mengairi
sampai ke hilir secara merata sesuai kebutuhan.
Secara rinci mengenai ketersediaan air (debit andalan) dan
kebutuhan air serta penggolongan giliran tanam dapat
diperiksa pada BAB 5. RENCANA OPERASI.
3.2.4 Masalah Pelumpuran (Sedimentasi)
Banyak sedimentasi yang terjadi di saluran irigasi Glapan, hal-hal
yang menyebabkan terjadinya sedimentasi antara lain :
- Tidak berfungsinya saluran pembuang (saluran gendong)
disamping saluran irigasi akibat terjadinya pendangkalan.
Posisi saluran induk Glapan Timur dan Glapan Barat yang
sejajar dengan arah lajur dataran tinggi disebelahnya
mengakibatkan limpasan dari daerah hulu mengalir ke arah
berpotongan Saluran Induk Glapan Timur dan Glapan Barat.
Limpasan dari arah hulu tersebut seharusnya dapat di tangkap
oleh saluran pembuang disebelahnya. Hal tersebut di atas
selain menyebabkan kikisan muka tanggul juga
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 17
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
mengakibatkan terjadinya proses pengangkutan sedimen ke
arah saluran irigasi.
- Semakin berkurangnya vegetasi di daerah hulu
mengakibatkan terjadinya erosi dan secara lebih lanjut
menyebabkan terjadinya pengangkutan sedimen dari Sungai
Tuntang dari hulu ke hilir serta masuk ke jaringan irigasi
Glapan. Ditunjang tidak adanya keberadaan kantong lumpur di
hulu jaringan irigasi Glapan Barat, proses transportasi sedimen
yang terjadi terus menerus menumpuk di sepanjang saluran.
- Adanya aktifitas sebagian petani yang memanfaatkan tanggul
untuk ditanami tanaman, menyebabkan tanggul mudah
runtuh, dan sebagain mengarah ke arah saluran. Hal tersebut
menyebabkan ketinggian tanggul berkurang dan berpindah ke
arah saluran.
Dari hal tersebut di atas, dibutuhkan kesadaran dari petani
maupun masyarakat di hulu dan disekitar saluran dalam menjaga
kebersihan dan keutuhan saluran, serta diharapkan ada upaya
lebih lanjut dengan pembangunan kantong lumpur di hulu
jaringan irigasi Glapan Barat untuk mengurangi pengangkutan
sedimen ke arah saluran di hilirnya.
3.2.5 Perbaikan Berat Bangunan yang Dibutuhkan dan
Modifikasi untuk Peningkatan Operasi
Perbaikan berat untuk bangunan yang dibutuhkan dan modifikasi
untuk peningkatan operasi diusulkan sesuai dengan temuan-
temuan di lapangan serta usulan dari petani. Secara umum
perbaikan bangunan adalah sebagai berikut :
- Pembuatan dinding pembagi kantong lumpur Glapan Timur
untuk mempermudah proses penggelontoran lumpur.
- Penggunaan sistem mekanikal elektrikal pintu pengambilan
Glapan Timur
- Pengalihan tranportasi umum yang melewati jembatan
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 18
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
pelayanan diatas bangunan pengambilan Glapan Timur ke
arah hilir dengan pembangunan jembatan baru.
- Penggantian lantai jembatan dan perkuatan tiang jembatan di
atas bendung.
- Pembangunan kantong lumpur untuk jaringan Glapan Barat
- Bangunan sadap yang ada perlu diperbaiki terutama pintu
pengambilan sudah tidak dapat berfungsi secara baik, perlu
diganti atau diperbaiki untuk peningkatan operasi pembagian
air irigasi.
- Keberadaan sadap liar di sepanjang saluran pembawa,
berdasarkan kajian dan tingkat kebutuhan, beberapa perlu
dilegalkan dan yang tingkat fungsinya rendah segera ditutup
serta perlu dijaga agar tidak bermunculan lagi sadap liar baru.
Mengenai kondisi bangunan dan usulan pekerjaannya dapat
diperiksa pada lampiran Bab 3. Daftar Usulan Pekerjaan
untuk Bangunan.
3.3 SALURAN PEMBUANG DAN BANGUNAN
Daerah Irgasi Glapan terletak diantara sungai-sungai yang memanjang dari bagian
hulu daerah irigasi di bagian selatan sampai dengan bagian hilir daerah irigasi
pada daerah sebelah utara (Laut Jawa).
Sungai-sungai besar yang melintasi sistem jaringan Irigasi Glapan antara lain :
Sungai Tuntang (lokasi Bendung Glapan)
Sungai Banyuasin
Sungai Teleng
Sungai Jajar
Sungai Kliteh
Sungai Jragung
Sungai Cabean
Sungai Dolok
Sungai Setu
Sungai Tulung
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 19
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Sungai Wonokerto
Sungai Onggorawe
Dari hasil survai dan usulan petani sistem pembuang Irigasi Glapan yang perlu
perbaiki adalah sebagai berikut :
1. Avoor Glapan Timur
Avoor yang berada di sepanjang saluran Induk Glapan Timur dan mengarah
ke Sungai Banyuasin dan Sungai Teleng mengalami pendangkalan, sehingga
pada saat musim penghujan kapasitas saluran tidak dapat memenuhi limpasan
dari arah hulu. Kondisi tersebut mengakibatkan limpasan air hujan sampai
memasuki saluran Induk Glapan Timur.
2. Sungai Banyuasin
Kondisi Sungai Banyuasin banyak mengalami pendangkalan, sehingga air
melimpas ke areal persawahan disekitarnya. Seharusnya Sungai Banyuasin
berfungsi sebagai salah satu saluran pembuang untuk areal sawah
disekitarnya.
3. Saluran Pembuang Kuniran
Saluran pembuang kuniran yang mengarah ke pembuang KB.1 tidak dapat
berfungsi sehingga menyebabkan terjadinya genangan.
Sistem saluran pembuang pada jaringan Irigasi Glapan disajikan pada Gambar
3.6. Sistem Pembuang Daerah Irigasi Glapan.
3.4 JALAN INSPEKSI
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan pembuang oleh Instansi Pengelola. Masyarakat boleh
menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluan-keperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka tidak
diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan
inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jernbatan dibangun untuk saling
menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau
untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 20
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Jalan inspeksi Daerah Irigasi Glapan pada umumnya telah diperkeras dan cukup
lebar, sehingga dapat dilalui kendaraan roda 4 (empat). Namun akibat
digunakannya jalan tersebut untuk kegiatan lain yang beberapa diantaranya
melebihi kapasitas jalan maka terdapat kerusakan-kerusakan yang harus segera
ditindak lanjuti untuk diperbaiki. Namun demikian, untuk jalan inspeksi yang telah
digunakan sebagai lalu lintas umum diusulkan agar pekerjaan perbaikan di
fasilitasi oleh Dinas Bina Marga setempat.
3.5 BANGUNAN PELENGKAP
Fasilitas-fasilitas eksploitasi diperlukan untuk eksploitasi jaringan irigasi secara
efektif dan amen. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi antara lain: kantor-
kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan komunikasi,
patok hektometer, papan eksploitasi, papan duga, dan sebagainya.
3.5.1 Kantor Lapangan
Instansi yang bertanggung jawab dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan Bangunan Utama Glapan secara langsung adalah
Balai PSDA Jragung Tuntang melalui satker Tuntang yang
berdomisili di Gubug Kabupaten Grobogan. Secara fisik bangunan
kantor Satker Tuntang masih dalam kondisi baik dan sedang
dilakukan perbaikan.
3.5.2 Bengkel
Rumah bengkel irigasi selain dipergunakan untuk perbaikan juga
dipergunakan sebagai gudang penyimpanan bahan-bahan
pemeliharaan, terutama pintu-pintu irigasi.
3.5.3 Perumahan Staf Irigasi
Kondisi perumahan staf irigasi saat ini sangat memprihatinkan
dan tidak layak huni. Berdasarkan kondisi fisik dan struktur
diusulkan perumahan staf irigasi dilakukan perbaikan total.
Gambaran kondisi fisik bangunan perumahan staf irigasi disajikan
dalam Gambar ..... berikut :
3.5.4 Jaringan Komunikasi
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 21
PT. MAXITECH UTAMA INDONESIAPT. MAXITECH UTAMA INDONESIAEngineering and Management Consultants Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING
Jaringan komunikasi masih dalam kondisi baik dan berfungsi. Alat
yang dipergunakan dalam jaringan komunikasi adalah HT (Handy
Talky) yang dilengkapi antena dan penguat. Alat diletakkan di
dekat bangunan utama dan kantor Satker Tuntang di Gubug.
Jaringan komunikasi yang ada selain dipergunakan dalam
kegaitan operasi harian juga dimanfaatkan dalam kegiatan
pemantauan banjir. Untuk memperlancar arus komunikasi data
perlu dipertimbangkan pemanfaatan teknologi telpon dan wireles.
Topologi jaringan komunikasi disajikan dalam gambar ....
3.5.5 Patok Hektometer
Patok hektometer di Jaringan Irigasi Glapan saat ini tidak ada.
Diusulkan untuk pembuatan patok hektometer di sepanjang
saluran induk dan sekunder.
3.5.6 Papan Eksploitasi
Papan ekploitasi berada di bangunan-bangunan yang memiliki
pintu pengatur, mulai dari intake maupun bangunan sadap.
Kondisi di lapangan menunjukkan sebagian papan ekploitasi
bangunan sadap dalam kondisi rusak atau bahkan tidak ada.
Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak III - 22