BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah dan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00362-MNSI Bab...
Transcript of BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah dan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-1-00362-MNSI Bab...
BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah dan Perkembangan Aftrees Gallery
Aftrees Gallery adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan
batik. Perusahaan ini yang berdiri tahun 2000, awalnya dikelola secara perseorangan
dan didirikan oleh Ibu Siti Fatimah, tetapi dua tahun terakhir berubah menjadi badan
usaha CV. Aftrees Gallery merupakan perusahaan kerajinan batik yang memproduksi
batik yang dirancang menjadi busana bagi kalangan semua umur. Kain batik Aftrees
merupakan workshop busana rancangan baju motif Gedog dan Tuban.
Aftrees Gallery telah memasarkan produknya bukan hanya di Jakarta tapi juga
sampai ke luar negeri seperti Singapura, Jepang, dan Amerika. Kantor perusahaan ini
terletak di Jalan Pejuangan No.24, Kebon Jeruk, dan sekaligus menjadi galerinya, dan
direncanakan untuk membuka showroom baru di Tanah Abang Blok A. Jumlah
karyawan ada sekitar 10-15 orang. Sedangkan produksi batiknya ada di Jalan. K.H.
Chusnan Aly No1, Desa Sumurgung, Montong, Tuban, Jawa Timur. Setiap pengrajin
batik yang ada di daerah dikumpulkan dalam suatu wadah yang disebut Madina yang
bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada mereka yang umumnya adalah petani
untuk melestarikan kerajinan asli Tuban dan terus menciptakan sebuah hasil kreasi yang
berunsurkan kedaerahan dan bernilai tinggi.
Produk Aftrees memilki keunggulan dibandingkan yang lain. Salah satu yang
membedakannya adalah motif Gedog dan Tuban yang hampir punah dan memiliki ciri
khas dibandingkan motif dari daerah lain. Setiap batik yang dihasilkan pengrajin akan
dikirim ke Jakarta dan luar negeri untuk dipasarkan.
48
3.2 Struktur Organisasi
Aftrees Gallery dipimpin oleh seorang Komisaris Utama. Seorang Komisaris
Utama membawahi seorang Direktur Utama. Direktur Utama dibantu oleh 3 Direktur
yang masing-masing membawahi Departemennya. Adapun Departemen yang ada yaitu:
Departemen Keuangan, Departemen Operasional, Departemen Kominfo (Komunikasi
dan Informasi).
KOMISARIS UTAMA
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUROPERASIONALDIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR KOMINFO
BAGIANADMINISTRASI
BAGIANMARKETING
Sumber: Hasil Penelitian
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Aftrees Gallery
3.3 Pembagian Tugas , Wewenang dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab dari tiap jabatan yang ada dalam strukur organisasi
Aftrees Gallery antara lain:
49
• Komisaris Utama
Wewenang :
Menentukan keputusan hasil Rapat
Mengangkat dan memberhentikan Direksi
Tugas dan Tanggung Jawab
Mengawasi kinerja dan melakukan kontrol perusahaan secara
keseluruhan
Bertanggung jawab memberikan pengarahan dan masukan
menangani masalah yang muncul pada tingkat manajemen
• Direktur Utama
Wewenang :
Mengangkat dan memberhentikan pegawai melalui persetujuan
Dewan Komisaris.
Menetapkan gaji pegawai.
Tugas dan Tanggung Jawab:
Merencanakan dan menyusun Program Kerja Perusahaan tahunan.
Mengelola perusahaan, memelihara harta kekayaan perusahaan,
dan bertanggung jawab atas aktivitas perusahaan secara umum.
Merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi visi, misi
dan strategi perusahaan.
Bertindak sebagai perwakilan perusahaan dalam hubungannya
dengan pihak luar.
50
Menjamin kredibilitas dan objektivitas laporan dan memberikan
laporan secara berkala kepada Dewan Komisaris.
• Direktur Keuangan
Wewenang :
Mengusulkan perubahan anggaran kepada Direktur Utama
Menandatangani cek sesuai ketentuan yang berlaku
Tugas dan Tanggung Jawab:
Mengelola aliran keluar masuk dana perusahaan
Memeriksa dan memberikan laporan keuangan secara berkala.
Merencanakan dan melaksakan pengendalian anggaran keuangan
perusahaan untuk acara pameran agar sesuai dengan target yang
ditentukan.
Menyediakan laporan keuangan yang transparan dan up- to- date
Menyusun anggaran perusahaan sesuai kebijakan Direksi
Menyediakan laporan manajemen yang berguna bagi Direksi
untuk menyusun kebijakan.
• Direktur Operasional
Wewenang:
Mengarahkan bagian Marketing untuk dalam pelaksanaan
kegiatan pemasaran.
Tugas dan Tanggung Jawab:
Membantu tugas Direktur Utama dalam mengendalikan
operasional perusahaan
51
Mengawasi jalur pengiriman dan distribusi barang
Merencanakan dan menyelenggarakan pameran baik di dalam
maupun luar negeri.
Merencanakan strategi pemasaran dan mengarahkan Bagian
Marketing untuk menjalankannya.
Bertanggung jawab atas terselenggaranya pameran
Menyediakan laporan kegiatan operasional
• Direktur Kominfo
Wewenang :
Menilai dan memilih peralatan teknologi informasi sesuai
kebutuhan perusahaan
Tugas dan Tanggung Jawab
Menetapkan konsep penyuluhan kepada pengrajin di daerah
Merencanakan penerapan teknologi untuk komunikasi dan
informasi
Membuat laporan dari hasil implementasi teknologi
Memberdayakan pengrajin daerah untuk peningkatan kreativitas.
• Bagian Administrasi
Wewenang:
Mengelola kegiatan pelayanan administrasi dan pelanggan
Tugas dan Tanggung Jawab:
Menginput data-data transaksi
52
Mengecek persediaan barang dan membuat laporannya ke
Direktur Operasional.
Membuat laporan bulanan untuk selanjutnya diserahkan ke
Direktur Keuangan setiap bulan
• Bagian Marketing
Wewenang:
Menyelenggarakan kegiatan pemasaran seperti: acara pameran
sesuai arahan Direktur Operasional
Tugas dan Tanggung Jawab
Menjalankan strategi pemasaran yang telah direncanakan
Menyebarkan brosur kepada pelanggan
Bertanggung jawab terhadap penawaran produk kepada pelanggan
dan acara pameran yang diselenggarakan
3.4 Visi dan Misi Perusahan
Adapun visi dan misi yang dimiliki Aftrees Gallery, yaitu:
o Visi
Menjadi pilihan utama pelanggan dalam pemilihan batik dan dapat memberikan
kepuasan tinggi dalam bagi pelanggan melalui batik yang berkualitas dan memiliki
kekhasan yang alami.
o Misi
1. Bekerjasama mengembangkan hasil budaya Indonesia terutama batik
bersama para pengrajin, galeri lain, pemerintah, dan pencinta batik.
2. Mempromosikan batik kepada masyarakat Indonesia dan mancanegara
melalui pameran dan kegiatan lainnya.
53
3. Menjadi wadah bagi para pengrajin daerah dalam meningkatkan keahlian
seni membatik dan kreativitas dalam setiap penciptaan batik .
4. Meningkatkan perekonomian masyarakat daerah dengan menyediakan mata
pencaharian yang tetap dan mendidik mereka dengan keahlian yang
dimiliki.
3.5 Analisis Sistem Berjalan
3.5.1 Analisa Lima Kekuatan Persaingan Porter
Kondisi persaingan yang dihadapi Aftrees Gallery akan dijelaskan melalui
analisis Lima Kekuatan Persaingan Porter seperti gambar berikut.
Pendatang Baru:Galeri-galeri batik yang
baru bermunculan(Yudhistira Batik)
Pesaing dalam satuindustri:
- Rosano Batik- Batik Alhadi- Batik Keris
- Veron Gallery
Barang Subtitusi:Jas, Blazer, kemeja
Pemasok:- supplier Madina- pengrajin lepasan
Pembeli :- Kolektor
- non kolektor: individudan perusahaan
(pegawai pemerintah)
Sumber: Hasil Penelitian
Gambar 3. 2 Analisa Lima Kekuatan Persaingan Porter
54
3.5.1.1 Tekanan Satu Industri
Persaingan antar perusahaan dalam industri ini dapat dikatakan cukup kompetitif,
karena banyak perusahaan yang bergerak di dalam segmen yang sama dengan Aftrees
Gallery. Banyaknya jumlah pesaing juga menimbulkan tekanan bagi Aftrees Gallery
untuk menarik pelanggan. Adapun pesaing yang ada dalam industri ini antara lain:
Rosano Batik dan Batik Keris . Hal tersebut berdasarkan pengamatan bahwa pesaing
tersebut juga membidik segmen pelanggan yang sama, yaitu kelas menengah ke atas,
terutama konsumen dari luar negeri. Selain itu Rosano Batik juga sudah mempunyai
banyak cabang di Indonesia, seperti di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Rosano Batik juga
telah menggunakan e-marketing sebagai salah satu cara mempromosikan produknya.
Pesaing lain yang bergerak dalam industri yang sama adalah Veron Gallery, Megaria
Batik, dan toko-toko sejenis lainnya.
No Pesaing Alamat 1. Batik Keris Kel.Cemani, Kec. Grogol, Kabupaten Sukoharjo
57191
2. Rosano Batik Jl. MH.Thamrin No. 11 Lt.4, Jakarta Pusat
3. Veron Gallery Pasaraya Grande 4th Floor, Ken Dedes Room- Jl Iskandarsyah II/2 – Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160
4 Batik Alhadi Jl. K.H Mas Mansyur No.24, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Sumber : Hasil Penelitian
Tabel 3.1 Pesaing Satu Industri
55
3.5.1.2 Tekanan Pemasok
Aftrees Gallery memiliki supplier tetap yaitu para pengrajin yang sudah
tergabung dalam suatu wadah yaitu Madina. Berikut keterangannya:
Nama : Madina
Alamat : Jalan K.H.Chusnan Aly No.1 Desa Sumurgung, Montong,
Tuban, Jawa Timur.
Telepon/Fax : 0356-611179
e-mail : [email protected]
Mereka ini memiliki ikatan kerjasama dengan perusahaan Aftrees dalam
memenuhi setiap pesanan. Para pengrajin tersebut kebanyakan berasal dari desa
Margorejo yang umunya terdiri dari orang tua. Jika pengrajin tidak dapat memenuhi
pesanan tersebut maka perusahaan ini akan mengalihkan pesanannya kepada supplier
lain yaitu pengrajin lepas di desa tersebut dan sekitarnya. Harga yang ditawarkan tidak
terlalu berbeda jauh maka tidak ada tambahan biaya yang berarti. Mengenai hal tersebut
pihak perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam mencari supplier pengganti. Maka
tekanan dari pemasok terbilang rendah.
3.5.1.3 Tekanan dari Pembeli
Pembeli memiliki andil besar dalam perkembangan perusahaaan. Segmen pasar
dari perusahaan Aftrees adalah kalangan menengah ke atas. Biasanya mereka membeli
dalam jumlah yang cukup besar. Bagi pencinta seni batik Aftrees tetap memiliki
keunggulan karena motif yang langkah dan kualitas yang dihasilkan dari produknya
tidak sama dengan yang dijual di pasaran. Pembeli biasanya lebih mementingkan
56
kualitas daripada harga. Karena produk yang dijual tidak standar seperti di pasaran,
pembeli tidak mempunyai kekuatan penawaran yang besar. Beberapa pelanggan yang
menggunakan produk Aftrees diantaranya: Departeman Kehutanan (seragam acara);
Walikota Jakarta Barat, Badan Pemeriksa Keuangan, Departemen Kementrian UKM
(seragam dinas); desainer Gea S. Panggabean ( kain batik).
3.5.1.4 Ancaman Pendatang Baru
Banyaknya pendatang baru yang bermunculan juga membawa tekanan bagi
Aftrees Gallery. Bagi pendatang baru yang ingin masuk ada beberapa hambatan yang
perlu dipertimbangkan. Dari segi keuangan diperkirakan dibutuhkan modal bervariasi
untuk membuka usaha ini tergantung segmen pasar yang ingin dituju. Alasannya karena
segmen pasar batik untuk kelas menengah sudah direbut batik Cina, maka pendatang
baru yang ingin datang harus membidik segmen pasar kelas menengah sampai atas
Dibandingkan dengan perusahaan lokal, perusahaan asing lebih membutuhkan modal
yang besar karena mereka harus dibebani pajak sekitar 27,5% yang terdiri dari 15%
tariff bea masuk, 10% PPN, 2,5% PPh. Bagi perusahaan lokal yang ingin bertahan,
maka biasa perusahaan yang bergerak dalam industri ini harus aktif melakukan promosi
seperti ikut pameran-pameran atau memasarkan produknya sampai ke luar negeri. Maka
dibutuhkan modal yang cukup besar. Selain itu, perlu dipertimbangkan akses
distribusinya karena banyak pemasok merupakan pengrajin-pengrajin di daerah. Faktor
lain adalah dari segi diferensiasi produk yaitu bagaimana menciptakan produk yang
memiliki nilai berbeda dari produk lain yang ditawarkan di pasaran karena banyaknya
produk batik yang menjamur maka perusahaan yang ingin bermain dalam industri ini
harus bisa menciptakan suatu produk unggulan. Adapun pendatang baru dalam industri
ini adalah Batik Yudhistira yang berpusat di Jl. Hoscokroaminoto No.25 Pekalongan,
57
Jawa Tengah. Dalam hal ini, pendatang baru tidak terlalu mengancam karena adanya
kepercayaan dari pelanggan terhadap produk Aftrees, sehingga tidak terjadi perubahan
jumlah pembelian yang signifikan. (www.Gatra.com)
3.5.1.5 Ancaman Produk Subtitusi
Banyaknya produk sandang selain batik bisa menjadi salah satu kendala. Produk
pengganti lain bisa berupa kemeja, jas, serta berbagai produk kain lainnya. Tetapi
produk batik masih memiliki keunggulan bahkan dalam beberapa tahun ini menjadi tren
di masyarakat. Hal itu terlihat dari minat masyarakat yang tinggi terhadap batik apalagi
batik sudah dimodifikasi lebih modern dapat menghasilkan model, corak, dan warna
yang menarik sehingga menyentuh semua lapisan masyarakat. Tetapi produk subtitusi
seperti kemeja, jas dan banyak produk pakaian lainnya juga terus membuat model dan
tren baru sehingga menjadi ancaman yang kuat juga jika Aftrees Gallery tidak bisa
mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini produk subtitusi memiliki pengaruh
yang kuat.
Melihat analisa diatas maka dapat disimpulkan industri ini masih tergolong
menarik (attractive industry) karena potensi yang dimiliki masih lebih tinggi daripada
kelemahannya. Potensi yang dimiliki yakni: tingginya hambatan untuk perusahaan baru
untuk masuk industri ini, kekuatan pemasok dan pembeli yang tidak terlalu kuat.
Sedangkan kelemahan yang ada yakni persaingan yang tinggi diantara perusahaan dalam
satu industri dan banyaknya barang subtitusi.
3.5.2 Evaluasi Faktor Eksternal Perusahaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan perusahaan dan juga hasil
kuesioner yang diberikan pada para pelanggan Aftrees Gallery. Selain itu juga studi
pustaka dari beberapa buku dan artikel tentang kondisi lingkungan usaha yang kemudian
58
difokuskan pada industri batik, maka akan diperoleh informasi yang memberikan
gambaran umum mengenai kondisi perekonomian, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi serta persaingan yang terjadi. Faktor-faktor yang bersangkutan dapat
dikategorikan menjadi faktor yang menjadi ancaman maupuan peluang bagi perusahaan.
3.5.2.1 Evaluasi Peluang
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Aftrees Gallery, maka teridentifikasi
beberapa faktor sebagai peluang antara lain:
• Adanya kesempatan perluasan pangsa pasar untuk pemasaran produk di dalam
dan luar negeri. Hal tersebut terlihat dari pengaruh positif ekspor batik ke
mancanegara. Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan (Depdag), yang
menunjukkan peningkatan ekspor dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, nilai
ekspor batik tidak langsung tidak mencapai sekitar Rp 200 miliar, sedangkan
ekspor langsung nilainya US$ 3,2 juta. Selang lima tahun ekspor batik khusus di
daerah Jawa Tengah tahun 2007 sebesar US$ 29,3 juta atau naik 20,24 persen
dibanding tahun 2006 sebesar US$ 24,4 juta. Nilai tersebut merupakan 36,46
persen dari total ekspor batik Indonesia tahun 2007. Sementara tujuan umum
ekspor batik adalah negara AS yang menyerap 64,59 persen dari seluruh ekspor
batik dunia. Urutan selanjutnya Jerman 5,39 persen, Inggris 5,20 persen, Belgia
2,75 persen dan Prancis 2,27 persen . ”
(Sumber : http://202.169.46.231/News/2008/05/18/Utama/ut01.htm)
• Adanya tren batik yang dipopulerkan oleh desainer pakaian.
Perancang busana juga ikut membuka peluang dalam industri batik. Adapun
beberapa desainer yang berjasa mengenalkan batik ke kancah nasional dan
59
internasional seperti Poppy Darsono, Edward Hutabarat, dan Adjie Notonegoro.
Tren busana batik ini juga berpengaruh pada nilai produksi batik yang terus
meningkat, terutama sejak tahun 2004. Berdasarkan data dari Departemen
Perindustrian, tahun 2006 nilai produksi batik Rp. 2,9 triliun. Sedangkan pada
tahun 2007 produksi meningkat menjadi Rp. 3, 045 triliun. Selain itu tren batik
juga didorong oleh kebijakan pemerintah daerah dan instansi swasta yang
mewajibkan pegawainya mengenakan batik sehari dalam sepekan.
(www.kompas.com)
• Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung usaha.
Dalam dunia usaha salah satu faktor yang paling dipertimbangkan adalah
kecepatan. Semakin cepat perusahaan dapat menyediakan informasi, semakin
konsumen akan merasa puas. Pertumbuhan Teknologi Informasi tahun 2008
mencapai 12-15%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 10-
11%. Salah satu pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
dengan penggunaan Telecenter Batik. Dalam membuka akses ke luar melalui
internet telah digunakannya tiga Telecenter Batik City di Pekalongan untuk
mewakili kaum pengusaha batik, sehingga dapat meningkatkan aksesbilitas
masyarakat terhadap sumber informasi dan mendukung pemasaran. Telecenter
Batik juga mulai dimanfaatkan oleh pengusaha Batik Tuban. Pemanfaatan
teknologi informasi komunikasi lainnya dengan penerapan e-marketing yang
telah dimiliki perusahaan batik yang kuat seperti Rosano Batik. Dengan
pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dapat membantu usaha
bisnis terutama dalam memperoleh informasi yang aktual, cepat,dan
terpercaya.(http://www.scribd.com/doc/)
60
• Kebutuhan akan informasi yang mudah dan cepat
Kebutuhan pengguna informasi selalu berubah dari segi keragaman maupun
aksesnya. Pengguna cenderung membutuhkan semakin banyak informasi untuk
mengimbangi aktivitasnnya, untuk itu pengguna lebih mempertimbangkan
efisiensi dan efektivitas dalam penelusuran informasi. Kebutuhan akan informasi
yang mudah dan cepat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan
teknologi informasinya untuk mengimbangi pelanggannya.
• Pembeli merupakan pelanggan potensial
Pelanggan potensial bisa dilihat dari sisi penjualan yang didapat setiap tahunnya.
Berikut data penjualan Aftrees Gallery selama 3 tahun :
Tahun Penjualan
2006 Rp. 105.257.750, 00
2007 Rp. 95.109.500,00
Sampai November 2008 Rp. 167.215.000, 00
Sumber: Bagian Keuangan Aftrees Gallery
Tabel 3.2 Data Penjualan Aftrees Gallery
Jika diperhatikan dari tahun 2006-2007, ada penurunan penjualan karena Aftrees
Gallery kurang terlibat dalam pemeran-pameran yang diselenggarakan. Tetapi
dari tahun 2007-November 2008, penjualan Aftrees Gallery mengalami
pengingkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 43, 12%. Hal tersebut karena
Aftrees Gallery mulai berpartisipasi dalam pameran-pameran sehingga
meningkatkan daya jualnya dan memberi akses kepada pelanggan untuk melihat
61
produk yang ditawarkan. Dari sisi pelanggan, mereka adalah prospek bagi
Aftrees Gallery dalam arti produk apapun yang ditawarkan, mereka mempunyai
kesanggupan membeli. Hal tersebut terlihat dari penjulan tahun 2008, penjualan
produk cukup meningkat dan itu menunjukkan pelanggan adalah pembeli
potensial. Maka Aftrees Gallery harus berupaya meningkatkan pemasaran untuk
menarik pelanggan dan meningkatkan penjualan.
3.5.2.2 Evaluasi Ancaman
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Aftrees Gallery, maka teridentifikasi
beberapa faktor sebagai ancaman antara lain:
• Adanya perusahaan lain yang memberikan harga lebih murah
Perusahaan lain tersebut terutama berasal luar negeri yaitu Cina dan Vietnam.
Batik Cina dan Vietnam yang memanfaatkan teknologi mesin printing yang lebih
canggih bisa menghasilkan produk dengan cepat dan dengan kuantitas yang
banyak walaupun kualitasnya jauh di bawah produk lokal. Tetapi harga murah
yang ditawarkannya dibandingkan harga batik lokal menjadi ancaman bagi usaha
batik lokal. Kadin Pekalongan mengakui pembeli batik asal Perancis dan Kanada
mulai merelokasi order batiknya ke Vietnam karena harganya lebih murah 25%
ketimbang di Indonesia. Relokasi pesanan tersebut mengakibatkan penurunan
ekspor sebesar 40%. Banyak pembeli atau perusahaan asing lebih memilih untuk
mengalihkan pesanannya ke negara lain karena harga yang ditawarkan lebih
murah. Selain itu menurut data dari Departemen Perindustrian ekspansi batik
Cina pada awal tahun 2008 telah mencapai mencapai Rp.290 milyar. Nilai
kapitalisasi batik nasional saat ini sekitar 2,9 trilyun, dan angka tersebut 10 %
terdistorsi batik Cina. (www. dispenrindag-jabar.go.id/cetak.php?id=2115)
62
• Kurangnya pemasaran produk di sektor UKM
Kebanyakan pengrajin batik dari sektor UKM masih bergantung pada pameran-
pameran yang digelar pemerintah namun itu belum optimal jika tidak ditopang
dengan bantuan pemasaran. Padahal persaingan yang dihadapi UKM semakin
kompleks. Dari data BPPKU (Badan Promosi Pengelola Keterkaitan Usaha)
tahun 2007 menunjukkan dari seluruh UKM di Jawa, sekitar 40% diantaranya
mengalami kesulitan dalam pemasaran produk. Jika pemasaran tidak didukung
oleh infrastukrur yang memadai bisa tertinggal dengan pelaku bisnis lainnya.
(www.kompas.com, inkubator-Bisnis.com:Memasarkan UKM)
• Adanya kemungkinan perusahaan pesaing yang menawarkan produk lain selain
batik.
Selain batik ada kemungkinan bagi perusahaan pakaian untuk merambah ke
produk pakaian lain selain batik. Perusahaan pesaing misalnya Batik Alhadi yang
mulai memadukan koleksi batiknya dengan kain jeans untuk menarik minat
masyarakat akan busana yang ditawarkan. Djoeragan Batik juga memiliki
kategori produk yang beragam selain batik seperti busana Muslim. Dalam hal ini,
Aftrees Gallery masih kalah dalam diversifikasi produknya dibandingkan dengan
pesaing.
• Kurangnya minat masyarakat dalam mencintai seni
Rendahnya minat masyarakat terhadap seni terutama seni budaya dapat dilihat
dari minimnya pengunjung di galeri-galeri seni dan aktivitas seni budaya
nasional. Menurut hasil jajak pendapat hanya 6,2 persen responden yang
63
menyisihkan pengeluaran per bulan untuk kegiatan yang berhubungan dengan
seni. Hampir seluruh responden (92 persen) mengaku tidak punya anggaran
khusus untuk kegiatan seni budaya. Kurangnya minat ini juga bisa mengancam
kelestarian seni daerah termasuk seni batik. Maka banyak dari kesenian batik
Indonesia dibawa oleh pihak asing untuk diperkenalkan ke
negerinya.(http://cetak.kompas.com/read/xml/2008)
• Pesaing dengan brand yang sudah dikenal masyarakat
Brand memegang peranan penting dalam penjulan dan kelangsungan hidup
produk. Pada kenyataanya, masyarakat akan lebih menyukai produk dengan
brand yang lebih dikenal seperti Batik Keris atau Kencana Ungu yang sudah
lebih berpengalaman dalam bidang usahanya.
3.5.3 Evaluasi Faktor Internal Perusahaan
3.5.3.1 Evaluasi Kekuatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Aftrees Gallery, maka
terdidentifikasi beberapa faktor sebagai kekuatan antara lain:
• Produk yang dihasilkan berkualitas karena menggunakan bahan alami (tidak
sintetis) dan mempertahankan produksi dengan cara manual.
Nilai dari batik dilihat dari motif, bahan digunakan, dan tingkat kesulitan dalam
pembuatan. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional
(BSN) dengan No.SNI 8-3530-1994 ada beberapa syarat dalam penilaian batik
Tulis yakni: bahan baku, ciri desain, dan warna. Walaupun Aftrees Gallery
belum memperoleh standar nasional tapi produk-produknya sangat berkualitas.
Keistimewaan Batik Gedog milik Aftrees Gallery adalah motifnya yang
64
dipengaruhi nilai-nilai budaya Jawa, Islam, dan Tiongkok. Selain itu, pemilihan
bahan baku tradisional yang memakai kain katun atau kain tenun dengan
melewati 12 proses pengerjaan dari pemutihan sampai pengeringan. Pemilihan
bahan yang alami dan pembuatan dengan cara manual menjadikan produk lebih
awet terutama dari segi warna dan bahan. Berbeda dengan perusahaan batik
lainnya yang memakai zat pewarnaan kimia sehingga mengakibatkan
pencemaran lingkungan, Aftrees Gallery masih mempertahankan zat warna alam
dan pembuatan manual. Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan pemerintah
yang memberlakukan standar ISO 14001 tentang standar pengelolaaan
lingkungan bagi perusahaan untuk meminimalkan pencemaran lingkungan yang
salah satunya sering dihasilkan dari perusahaan batik yang sering menghasilkan
limbah akibat memakai pewarnaan buatan.
• Adanya diferensiasi produk
Perusahaan ini memiliki produk unggulan yaitu batik Tuban. Batik tradisional
Tuban selain memiliki nilai estetik yang cukup tinggi juga kandungan nilai
budayanya tampak jelas sehingga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri.
Keunikan batik Gedog (Tuban) dapat dilihat dari motif-motifnya yang sangat
dipengaruhi tiga corak kebudayaan, yaitu Majapahit, Islam, dan Cina. Misalnya,
motif burung “Hong” yang merupakan burung dari Tiongkok. Lalu,corak
kebudayaan Islam yang terlihat dari nama-nama motif yang religius. Karena
banyak nilai estetik dan kandungan nilai budaya yang tertuang dalam karya batik
Tuban tersebut membuat batik Tuban memiliki kekhasan tersendiri dan termasuk
langkah di pasaran berbeda dengan batik yang biasa berbeda di pasaran.
Pewarnaan alami juga menjadi diferensiasi bagi Aftrees Gallery dan hal tersebut
65
merupakan prospek menjanjikan karena menurut data yang ada, 75% peminat
batik dengan warna alami masih didominasi oleh pihak asing seperti: Jepang,
Eropa, dan Amerika.
• Adanya kerjasama dan hubungan baik dengan pengrajin daerah serta adanya
tanggung jawab sosial terhadap pengembangan SDM di daerah.
Saat ini, jumlah industri batik mencapai 48. 287 unit usaha dengan menyerap
tenaga kerja 792.285 orang. Aftrees Gallery menjalin kerjasama dengan para
pengrajin dalam suatu wadah yang disebut Madina. Pengrajin yang tergabung
dalam wadah ini diberi pembinaan dan penyuluhan secara berkala untuk
memotivasi dan meningkatkan keahlian mereka. Pengrajin batik yang telah
tergabung dalam wadah Madina milik Aftrees Gallery sekitar 5 orang pengrajin
utama, dan beberapa orang lainnya yang membantu pekerjaan mereka. Aftrees
Gallery mempunyai tanggung jawab sosial dalam hal menjadikan pekerjaan
mereka sebagai pengrajin batik Gedog sebagai mata pencaharian yang tetap. Hal
ini sangat membantu masyarakat di daerah yang bergantung pada industri batik
untuk penghidupannya. (www.Gatra.com)
• Kinerja pelayanan yang baik
Kinerja layanan yang baik bisa terlihat dari sedikitnya keluhan yang disampaikan
konsumen yang datang. Konsumen yang datang ke Galeri Aftrees maupun
showroomnya biasa mendapat layanan yang memuaskan walaupun terkadang
mereka tidak selalu membeli produknya.
66
• Para pengrajin dengan kreativitasnya bisa bisa menghasilkan dan
mengembangkan produk yang bernilai seni tinggi.
Selain menjaga kelestarian, para pengrajin juga bisa memperkaya dan
mentransformasikan karya budaya ini ke alam modern. Perpaduan antara
keduanya bisa menghasilkan pengembangan produk yang bernilai tinggi. Para
pengrajin biasa melakukan percobaan untuk menghasilkan warna alam untuk
batik buatannya. Para pengrajin bisa melakukan inovasi untuk melahirkan warna
alam sesuai warna aslinya, dengan cara mencari warna daun,pohon, atau
tumbuhan. Dengan demikian, kreativitas mereka akan terus terasah dan bisa
menghasilkan produk bernilai seni tinggi.
3.5.3.2 Evaluasi Kelemahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Aftrees Gallery, maka
terdidentifikasi beberapa faktor sebagai kelemahan antara lain:
• SDM ( pengajin daerah) kurang terutama dalam pelestarian kerajinan daerah.
Masyarakat di daerah mulai meninggalkan kerajinan asli Tuban dan beralih ke
profesi petani. Mereka lambat laun meninggalkan kerajinan asli daerah mereka
dan beralih ke profesi sebagai petani. Masyarakat di daerah hanya membatik
pada waktu senggang. Tetapi aktivitas utamanya adalah sebagai petani. Bahkan
menurut laporan tahun 2008, pengrajin batik di salah satu desa di Jawa timur
hanya tersisa 15 orang.
(Sumber: www. Karsajatim.com)
67
• Pemasaran masih lemah
Pemasaran yang selama ini digunakan hanya dari mulut ke mulut, brosur dan
katalog. Hal itu belum memenuhi tujuan perusahaan apalagi jika ingin
melakukan bisnis ke pasaran luar negri. Sedangkan banyak perusahaan dalam
industri batik menggunakan sarana internet seperti: e-mail, blogspot atau
website pemasaran untuk pemasarannya. Jika dibandingkan dengan pesaing
seperti Batik Alhadi, yang menyebarkan model rancangan baju melalui ribuan
brosur dan internet atau Batik Rosano yang sudah menerapkan e-marketing
untuk pemasarannya. Maka dibandingkan pesaing, pemasaran Aftrees Gallery
masih lemah.
• Kurangnya dukungan pemerintah dalam melestarikan hasil kreativitas daerah.
Kurangnya pemahaman, apresiasi, dan komitmen pemerintah daerah dalam
pengelolaan kekayaan budaya berdampak pada makin menurunnya kualitas
pengelolaan kekayaan budaya dan kreativitas daerah. Hal tersebut
mengakibatkan ada beberapa seni daerah yang sudah dipatenkan negara asing.
Selain itu bisa dilihat dari nasib pengrajin daerah yang terus menurun dan beralih
ke profesi lain.
• Wilayah pemasaran produk baru relatif masih kecil.
Sampai dengan saat ini Aftrees Gallery masih menitikberatkan pemasaran
produknya di daerah Jakarta dan sekitarnya, juga sebagian wilayah Jawa Timur.
Cakupan wilayah pemasaran yang masih relatif kecil ini merupakan kendala
perusahaan untuk mengembangkan potensinya. Jika dibandingkan dengan Batik
68
Alhadi yang memiliki lebih dari 4 toko di wilayah Jakarta, dan Batik Keris yang
memiliki toko yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
• Jumlah toko masih sedikit
Saat ini Aftrees Gallery baru memiliki galeri di Kebon Jeruk dan showroom di
Tanah Abang. Jumlah toko yang relatif masih sedikit membuat produk mereka
belum dikenal masyarakat luas. Padahal peminat batik Katun Jatim terbesar
adalah di Jakarta yang mencapai 90% dari total konsumsi batik.
3.5.4 Matriks IFE dan EFE Aftrees Gallery
Setelah data-data terkumpul, maka tahap selajutnya memasukkan data tersebut ke dalam
tabel penentuan bobot dengan perbandingan berpasangan batik untuk faktor eksternal
maupun faktor internal. Hasilnya adalah matriks EFE (External Factor Evaluation) dan
matriks IFE (Internal Matriks Evaluation).
No. Faktor Internal B S B*S
1. Produk yang dihasilkan berkualitas karena menggunakan bahan alami (tidak sintetis) dan mempertahankan produksi dengan cara manual.
0.082 4 0.328
2. Diferensiasi produk 0.145 4 0.58
3. kerjasama dan hubungan baik dengan pengrajin daerah serta adanya tanggung jawab sosial terhadap pengembangan SDM di daerah.
0.067 3 0.201
4. Kinerja pelayanan yang baik 0.056 3 0.168
5. Para pengrajin dengan kreativitasnya bisa bisa menghasilkan dan mengembangkan produk yang bernilai seni tinggi.
0.091 4 0.364
Sub total strenght 1.641
6. SDM ( pengajin daerah) kurang terutama dalam pelestarian kerajinan daerah
0.033 2 0.066
7. Pemasaran masih lemah 0.168 2 0.336
69
8. Kurangnya dukungan pemerintah dalam melestarikan hasil kreativitas daerah
0.026 1 0.026
9. Wilayah pemasaran produk baru relatif masih kecil. 0.181 2 0.362 10. Jumlah toko masih sedikit 0.104 2 0.208
Sub total weakness 0.998
1.00 2.639
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah)
Tabel 3.3 Matriks IFE Aftrees Gallery
No. Opportunity B S B*S
1. Adanya kesempatan perluasan pangsa pasar untuk pemasaran produk di dalam dan luar negri.
0.176 2 0.352
2. Adanya tren batik yang dipopulerkan oleh desainer pakaian.
0.055 3 0.165
3. Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi 0.112 3 0.336
4. Adanya kebutuhan akan informasi yang cepat dan mudah.
0.052 2 0.104
5. Pembeli merupakan pelanggan potensial 0.135 4 0.54
Sub total opportunity 1.497
6. Adanya perusahaan lain yang memberikan harga lebih murah
0.073 2 0.146
7. Kurangnya pemasaran produk di sektor UKM 0.211 3 0.633
8. Adanya kemungkinan perusahaan pesaing yang menawarkan produk baju lain selain batik
0.035 2 0.07
9. Kurangnya minat masyarakat dalam mencintai seni 0.049 3 0.147
10. Pesaing dengan brand yang sudah dikenal masyarakat 0.04 2 0.08 Sub total threat 1,076
1.00 2.573
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah) Tabel 3.4 Matriks EFE Aftrees Gallery
70
Total nilai IFE yang diperoleh perusahaan adalah 2,639. hal tersebut mencerminkan
perusahaan mempunyai posisi internal yang kuat karena berada di atas rata-rata, yaitu
2,5. sedangkan total nilai EFE yang diperoleh perusahaan adalah 2,573 mengindikasikan
bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang-peluang yang ada dan
menghindari ancaman-ancaman di pasar industri, karena beraada di atas rata-rata, yakni
2,5.
3.5.5 Matriks Internal Eksternal (IE)
Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal dan eksternal sebelumnya, maka dapat
diproyeksikan hasil yang bersangkutan ke dalam Matriks Internal Eksternal sebagai
tahap pencocokkan strategi perusahaan, di mana nilai EFE adalah 2,573 dan IFE adalah
2,639.
71
Hasil Matriks Internal Eksternal ( IE )
Total Nilai IFE
Kuat Rata-rata Lemah (3.0-4.0) (2.0-2.99) (1.0-1.99) 4.0 3.0 2.0 1.0
Tinggi
(3.0-4.0)
3.0
TOTAL
NILAI
EFE
Sedang
(2.0-2.99)
2.0
Rendah
(1.00-1.99)
1.0
S
Sumber : Hasil Analisis Data
Gambar 3.3 Matriks IE
Tumbuh dan bina
Strategi intensif:
• penetrasi pasar
• pengembangan
pasar
• pengembangan
produk
1
Tumbuh dan bina
Strategi intensif:
• penetrasi pasar
• pengembangan
pasar
• pengembangan
produk
2
Pertahankan dan
pelihara
• penetrasi pasar
• pengembangan
produk
3
Tumbuh dan bina
Strategi intensif:
• penetrasi pasar
• pengembangan
pasar
• pengembangan
produk
4
Pertahankan dan
pelihara
• penetrasi pasar
• pengembangan
produk
5
Panen atau divestasi
6
Pertahankan dan pelihara
• penetrasi pasar
• pengembangan
produk
7
Panen atau divestasi
8
Panen atau divestasi
9
72
Daerah yang berwarna gelap merupakan tindakan strategis yang perlu dilakukan
oleh Aftrees Gallery, yaitu menumbuhkan dan membina jenis usaha yang telah
dilakukan dengan melaksanakan strategi intensif seperti melakukan:
- Penetrasi pasar
Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan meningkatkan pangsa pasar untuk
produk-produk yang telah ada melalui usaha pemasaran yang lebih aktif.
- Pengembangan produk
Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan menambah jenis produk
yang baru dan berkualitas dengan variasi warna dan motif. Usaha ini dilakukan
dengan dukungan promosi yang maksimal pula agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
3.5.6 Matriks SWOT
Dari hasil evaluasi menggunakan matriks SWOT maka dapat diidentifikasi beberapa
alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan.
73
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) S1 Produk yang
dihasilkan berkualitas karena menggunakan bahan alami (tidak sintetis) dan mempertahankan produksi dengan cara manual.
S2 Diferensiasi produk S5 Para pengrajin
dengan kreativitasnya bisa menghasilkan dan mengembangkan produk yang bernilai tinggi
S3 Adanya kerjasama dan hubungan baik dengan pengrajin daerah serta adanya tanggung jawab sosial terhadap pengembangan SDM di daerah
S4 Kinerja layanan yang baik
WEAKNESS (W) W1 SDM kurang terutama
dalam pelestarian kerajinan daerah
W5 Jumlah toko masih sedikit
W2 Pemasaran masih lemah W4 Wilayah pemasaran produk masih relatif kecil W3 Kurangnya dukungan pemerintah dalam melestarikan hasil kreativitas daerah
OPPORTUNITIES (O) O5 Pembeli merupakan
pelanggan potensial O2 Tren batik yang
dipopulerkan oleh desainer pakaian
O3 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
O1 Kesempatan perluasan pangsa pasar untuk pemasaran di dalam dan luar negeri
O4 Kebutuhan akan Informasi yang mudah
dan cepat
Strategi SO • Strategi
pengembangan pasar (S4, O1, O3, O4)
• Strategi penetrasi pasar (S1,S2,O1 O3)
• Strategi integrasi ke depan ( S4, O5, O3)
• Strategi pengembangan produk ( S1, S2, S3, O3)
Strategi WO • Strategi
pengembangan pasar: Meningkatkan cakupan pemasaran untuk menjangkau segemen pasar yang belum terjangkau (W5, W4, O1)
• Strategi penetrasi pasar: menggunakan website dan menambah jumlah tenaga penjual untuk meningkatkan pemasaran (W2, W4, O3, O1,O4)
74
THREATS (T) T2 Kurangnya pemasaran produk di sektor UKM T4 Kurangya minat
masyarakat dalam mencintai seni
T1 Perusahaan sejenis yang memberikan harga lebih murah
T3 Adanya kemungkinan perusahaan pesaing yang menawarkan produk lain selain batik
T5 Pesaing lama dengan brand yang sudah dikenal masyarakat
Strategi ST: • Strategi
diversifikasi kosentrik : mencoba masuk ke pasar lain dengan menambah produk baru yang berkaitan (membuat asesoris dan perlengkapan lain dari batik ) kepada pelanggan ( S5, T1, T3)
• Stategi penghematan : mengurangi aset perusahaan untuk mempertahakan diri ( S1, S2, T1, T3,T5)
Strategi TW: • Strategi usaha
patungan: Merger dengan pesaing lain untuk meningkatkan daya saing.
( W4, T3, T5)
Sumber: Hasil Analisis Data Gambar 3.4 Matriks SWOT
Berdasarkan hasil pengurangan total kekuatan (S) dengan total kelemahan (W)
yakni 0,643 (S lebih besar), serta pengurangan total peluang (O) dengan total ancaman
(T) yaitu 0,403 (O lebih besar), maka strategi yang dipilih yaitu strategi SO dimana
perusahaan memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang yang ada.
Strategi yang dapat diterapkan antara lain:
• Strategi pengembangan pasar, yakni memperkenalkan produk Aftrees Gallery ke
wilayah lain yang belum dapat dijangkau. Aftrees Gallery ingin meningkatkan
kinerja layanan yang baik dengan pemanfaatan teknologi. Perusahaan juga ingin
memperkenalkan produknya yang ada saat ini khusunya ke Jepang dan
75
Singapura. Salah satu cara yang dapat ditempuh dengan penggunaan e-
marketing.
• Strategi penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk
produk yang sudah ada dengan menggencarkan kegiatan pemasaran dengan
menggunakan sarana tambahan lainnya untuk memperkenalkan produknya yang
berkualitas dengan memanfaatkan sarana atau media tambahan seperti media
elektronik. Salah satu caranya dengan penggunaan e-marketing untuk
memberikan informasi up-to-date kepada pelanggan tetap dan memasarkan
produknya kepada masyarakat luas.
• Strategi integrasi ke depan, yaitu meningkatkan kendali atas pelanggan. Cara
yang bisa dilakukan dengan membuat alat bantu pemasaran sehingga perusahaan
dapat langsung berinteraksi dengan pelangganya yang potensial.
• Strategi pengembangan produk, yaitu dengan mengembangkan produk baik dari
segi motif, bahan, atau warna untuk menghasilkan produk lebih baik. Tetapi
pengembangan tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan pemasaran untuk
memberikan hasil optimal. Salah satu caranya dengan memanfaatkan media
elektronik.
3.5.7 Matriks QSPM
Dari hasil alternatif strategi yang paling banyak muncul maka dipilih satu strategi yang
paling menarik.
76
ALTERNATIF STRATEGIS Penetrasi pasar pengembangan produk FAKTOR-FAKTOR SUKSES KRITIS BOBOT AS TAS AS TAS
PELUANG 1. Adanya kesempatan perluasan pangsa
pasar untuk pemasaran produk di dalam dan luar negri.
0,176 4 0,704 3 0,582
2. Adanya tren batik yang dipopulerkan oleh desainer pakaian.
0,055 3 0,165 4 0,22
3. Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
0,112 4 0,448 3 0,336
4. Adanya kebutuhan akan informasi yang cepat dan mudah.
0,052 3 0,156 4 0,208
5. Pembeli merupakan pelanggan potensial 0,135 4 0,54 3 0,405 ANCAMAN 6. Adanya perusahaan lain yang
memberikan harga lebih murah 0,073 3 0,219 - -
7. Kurangnya pemasaran produk di sektor UKM
0,211 4 0,844 3 0,633
8. Adanya kemungkinan perusahaan pesaing yang menawarkan produk baju lain selain batik
0,035 1 0,035 2 0,07
9. Kurangnya minat masyarakat dalam mencintai seni
0,049 2 0,098 3 0,147
10. Pesaing dengan brand yang sudah dikenal masyarakat
0,04 1 0,04 3 0,12
KEKUATAN 1. Produk yang dihasilkan berkualitas
karena menggunakan bahan alami (tidak sintetis) dan mempertahankan produksi dengan cara manual
0,082 2 0,164 3 0,246
2. Diferensiasi produk 0,145 3 0,435 4 0,58 3. Kerjasama dan hubungan baik dengan
pengrajin daerah serta adanya tanggung jawab sosial terhadap pengembangan SDM di daerah.
0,067 4 0,268 3 0,201
4. Kinerja pelayanan yang baik 0,056 2 0,112 - - 5. Para pengrajin dengan kreativitasnya
bisa bisa menghasilkan dan mengembangkan produk yang bernilai seni tinggi.
0,091 3 0,273 4 0,364
77
KELEMAHAN 6. SDM ( pengajin daerah) kurang terutama
dalam pelestarian kerajinan daerah 0,033 - - 3 0,099
7. Pemasaran masih lemah 0,168 4 0,672 3 0,504
8. Kurangnya dukungan pemerintah dalam melestarikan hasil kreativitas daeraH
0,026 2 0,052 - -
9. Wilayah pemasaran produk baru relatif masih kecil.
0,181 2 0,362 3 0,543
10. Jumlah toko masih sedikit 0,104 3 0,312 2 0,208 JUMLAH TOTAL NILAI DAYA TARIK 1,0 5,899 5,466
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah)
Gambar 3.5 Matriks QSPM
Dari tabel QSPM di atas dapat dilihat bahwa penetrasi pasar merupakan strategi yang
lebih menarik dibandingkan dengan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan penjualan terhadap pelanggan yang sudah
ada saat ini, tanpa harus mengubah produk. Hal ini dapat dilakukan dengan teknologi
yang memadai. Maka penerapan e-marketing adalah cara bisa dilakukan untuk
mendukung pemasaran. E-marketing memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pelanggan yang sudah ada. Pelanggan tersebut dapat mengakses
informasi kapan pun mereka mau tanpa dibatasi ruang dan waktu dan melakukan
pemesanan secara online. E-marketing juga memungkinkan perusahaan
memperkenalkan produknya kepada masyarakat luas baik di dalam maupun luar negeri.
Pemasaran online dengan e-marketing dapat meningkatkan usaha pemasaran untuk
memperkenalkan produk.
3.6 Seven Stages of e-Marketing
Sub bab ini akan memaparkan analisis yang berkaitan dengan perancangan e-
marketing. Perancangan e-marketing akan menggunakan metode seven stages of e-
marketing. Pada bab ini akan dijelaskan tiga tahap pertama dari metode tersebut,
78
sedangkan empat bab berikutnya akan dijelaskan di dalam bab berikutnya. Berikut
adalah penjelasan secara detil dari tiga tahap pertama dari seven stages of e-marketing.
3.6.1 Tahap 1: Framing the Market Opportunity
Tahap ini dilakukan untuk menilai peluang perlu tidaknya penerapan e-marketing
pada Aftrees Gallery. Tahap ini terdiri dari enam langkah yang akan dibahas pada
subbab-subbab berikut:
1. Meneliti Peluang pada Sistem yang Berjalan atau pada Sistem yang Baru
(Investigate Opportunity from Existing System and Value New System)
Peluang yang diambil berdasarkan sistem yang ada dan sistem yang baru adalah sebagai
berikut:
• Adanya kesempatan perluasan pangsa pasar untuk pemasaran produk di dalam
dan luar negri.
• Adanya tren batik yang dipopulerkan oleh desainer pakaian
• Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
• Adanya kebutuhan akan informasi yang cepat dan mudah
• Pembeli merupakan pelanggan potensial
2 Identifikasi Kebutuhan yang Belum Terpenuhi ( Identify Unmet or Underserved
Needs)
Berikut adalah gambaran proses bisnis penjualan pada sistem yang berjalan :
Pelanggan yang ingin membeli batik baik itu kain maupun baju jadi dapat
langsung datang ke Aftrees Gallery yang merupakan kantor dan showroom utamanya,
juga ke toko lainnya maupun ke pameran-pameran. Sebelum melakukan pembelian,
pelanggan akan melihat-lihat terlebih dahulu koleksi batik yang ada didampingi oleh
79
staff dari perusahaan tersebut yang bertugas untuk memberikan informasi mengenai
koleksi pakaian dan menjawab pertanyaan dari pelanggan. Apabila pelanggan tertarik
untuk membeli suatu produk, maka staf tersebut akan mengecek persediaan di gudang.
Selanjutnya akan terjadi transaksi pembelian barang sesuai dengan harga yang telah
disepakati.
Aftrees Gallery juga menerima pesanan dari pelanggannya yang ingin
melakukan pesanan khusus sesuai selera mereka. Apabila pelanggan ingin memesan
kain atau pakaian jadi batik tertentu, maka pelanggan tersebut dapat datang ke Aftrees
Gallery dan menyampaikan pesanannya tersebut. Apabila pihak Aftrees Gallery
menyanggupi pesanan tersebut maka akan dilakukan proses negoisasi harga hingga
tercapai kesepakatan harga. Kemudian pelanggan dapat melakukan pembayaran dimuka
dengan melakukan transfer rekening atau membayar secara langsung di bagian
keuangan. Sisa pembayaran dapat dilunasi ketika pesanan sudah selesai dikerjakan.
80
Pemasaran
Percetakandesain pesanan brosur
brosur pesanan
$
pameran
mengikuti pameran
datang ke pameran
customersales promotion
program promosi
brosur
product knowledge
brosur
customer
rekomendasi produk
Sumber: Hasil Analisis Data
Gambar 3. 6 Rich Picture sistem pemasaran pada Aftress Gallery
Berdasarkan analisis sistem pada Aftrees Gallery, ada beberapa kebutuhan
pelanggan yang belum dapat terpenuhi, antara lain:
• Adanya kebutuhan untuk mengakses informasi kapan saja (24 jam 7 hari
seminggu)
Sampai saat ini, pelanggan atau calon pelanggan masih kesulitan dalam mencari
informasi yang mereka butuhkan saat diperlukan. Biasanya pelanggan atau calon
pelanggan hanya bisa menghubungi perusahaan pada jam-jam kerja. Sedangkan
yang lain tidak tahu bagaimana cara menghubungi perusahaan karena
81
keterbatasan informasi tentang nomor telepon yang bisa dihubungi. Dalam
memperoleh informasi, mereka hanya bisa menggunakan telepon atau datang
langsung datang ke Aftrees Gallery .
• Kebutuhan akan jangkauan pemasaran yang lebih luas
Aftrees Gallery hanya memasarkan produknya di daerah Jakarta yaitu daerah
Kebon Jeruk dan Tanah Abang, dan sebagian kecil daerah Jawa Timur. Untuk
mengembangkan usahanya, Aftrees Gallery ingin memasarkan produknya ke
seluruh wilayah Indonesia.
• Kebutuhan untuk katalog produk yang bisa diupdate kapan saja.
Kebutuhan lain adalah menyediakan katalog yang up-to-date untuk informasi
produknya. Sedangkan banyak konsumen yang menginginkan katalog produk
yang dapat memberikan informasi terkini tentang produknya.
3. Menentukan Target Segmen Pasar (Determine target customer segments)
Target segmen pasar Aftrees Gallery didasarkan pada tiga faktor, yaitu:
1) Demografi
Berdasarkan demografi, target segmen Aftrees Gallery adalah untuk semua umur
dan kalangan menengah atas. Biasa mereka membeli untuk dijadikan pakaian
atau hanya sekedar koleksi.
2) Geografi
Berdasarkan geografi, target segmen Aftrees Gallery adalah masyarakat yang
tinggal di daerah Pulau Jawa (Jakarta dan Tuban), Pulau Sumatra, dan Pulau
Bali. . Untuk pengembangan usahanya, Aftrees Gallery ingin memperluas target
segmen pasarnya ke seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.
82
3) Psikografis
Berdasarkan gaya hidup, target segmen Aftrees Gallery adalah pencinta seni
terutama seni batik. Umumnya mereka yang membeli kain batik sekedar untuk
koleksi.
Berikut tabel target pasar pada Aftrees Gallery
Tabel 3.5 Target Pasar Aftrees Gallery
Geografis Demografis
Jawa Sumatera Bali
Besar 1 2 2 Pegawai
Pemerintah Sedang 2 2 3
Besar 1 2 1
Sedang 2 1 2
Designer
Kecil 3 3 3
Besar 1 2 1 Personal
Sedang 2 2 2
Sumber :Hasil Wawancara
Penjelasan segmen (Demografis dan Geografis ):
1. Pada segmentasi ini ditemukan bahwa pegawai pemerintah, designer,
dan personal yang berada di Pulau Jawa paling banyak menggunakan
batik sehingga segmen ini dipilih oleh Aftrees Gallery.
83
2. Dalam hal ini segmentasi pegawai pemerintah, designer, dan personal
sedang menjadi prioritas di Pulau Jawa.
3. Dalam hal ini segmentasi pegawai pemerintah, designer, personel kecil
memiliki prioritas yang sama untuk ketiga wilayah geografis (Jawa,
Sumatera, dan Bali). Tetapi Aftress Gallery tetap memprioritaskan di
wilayah Pulau Jawa karena jumlah instansi pemerintah yang lebih banyak
di wilayah tersebut.
Tabel 3.6 Target Pasar Aftrees Gallery
Geografis Psikografis
Jawa Sumatera Bali
Besar 1 3 1
Sedang 1 2 2
Kolektor
Kecil 3 3 3
Besar 1 2 1
Sedang 2 3 2
Non-Kolektor
Kecil 3 3 3
Sumber :Hasil Wawancara
Penjelasan segmen (Psikografis dan Geografis):
1. Pada segmentasi ini ditemukan bahwa kolektor dan non-kolektor besar yang
menggunakan batik paling banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Bali.
2. Dalam hal ini segmentasi kolektor dan non- kolektor sedang paling banyak
ditemukan di Pulau Bali. Sedangkan di Jakarta akan tetap menjadi prioritas
walaupun bukan yang utama.
84
3. Dalam hal ini segmentasi kolektor dan non-kolektor kecil memiliki jumlah
pembagian yang sama rata untuk ketiga wilayah geografisnya.
Keterangan Segmentasi dibedakan menjadi:
1= Top Priority
2= Medium Priority
3= Low Priority
4. Menilai kebutuhan sumber daya untuk memberikan penawaran (Asses
resource requirements to deliver the offering)
Adapun sumber daya yang dimiliki oleh Aftrees Gallery adalah:
a. customer facing
o Kinerja pelayanan yang baik dalam melayani konsumen sehingga
memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi konsumen. Para karyawan
memiliki karakter yang ramah dan sigap dalam memberikan layanan
sehingga ada kesan baik bagi konsumen dan tertarik untuk kembali lagi
ke Aftrees Gallery.
o Pendistribusian produk ke galeri, pameran-pameran di dalam dan luar
negri dan pusat grosir (di Tanah Abang). Selain itu, Aftress Gallery
aktif dalam mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan baik itu
di dalam maupun luar negeri.
o Produk yang dihasilkan berkualitas karena menggunakan bahan alami
dan target pasarnya untuk kalangan menengah ke atas.
b. Internal
o Mempunyai seorang desainer yang terpercaya
85
o Para pengrajin daerah dengan bakat dan kreativitas di bidang
pembatikkan.
o Memiliki staf yang mampu mengoperasikan komputer.
c. Upstream
Selama lebih dari 8 tahun telah bekerjasama dengan pemasok yaitu para
pengrajin daerah terpercaya, yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur,
dan dapat memberikan penyuluhan serta tanggung jawab sosial kepada mereka.
5. Mengetahui Daya Tarik Peluang Dalam Berkompetisi, Teknologi dan
Finansial (assesing competitive, technological, and financial acctractiveness
opportunity)
Di bagian ini akan dianalisis mengenai tingkat kemenarikan (attractiviness) dari peluang
yang ada.
a) Competitive intensity
Aftrees Gallery mempunyai pesaing langsung dan tidak langsung seperti yang
digambarkan di bawah ini:
o Direct competitor
Pesaing langsung dari Aftrees Gallery yang menawarkan produk yang
memiliki keunggulan dalam kualitasnya, antara lain: Batik Keris, Veron
Gallery, Batik Alhadi.
o Indirect competitor
Pesaing tidak langsung dari Aftress Gallery yang menawarkan produk
yang sama tapi tidak terlalu mementingkan kualitas. Biasa para penjual
tersebut hanya mengikuti mode yang ada saat itu. Penjual tersebut biasa
muncul di pusat-pusat perbelanjaan.
86
Sumber: Hasil Analisis Data
Gambar 3.8 Peta competitor Aftress Gallery
b) Customer dynamics
o Tingkat kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi
Kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi adalah kurangnya sarana
dalam hal penyampaian informasi dan jangkauan pemasaran yang belum
optimal. Sedangkan pelanggan membutuhkan informasi mengenai produk
baru dan penawaran-penawaran lainnya sehingga menarik mereka untuk
datang ke showroom Aftrees.
o Tingkat interaksi dalam segmentasi pelanggan
Interaksi yang ada cukup baik, karena pelanggan yang merasa puas
dengan produk yang ditawarkan akan merekomendasikannya kepada
kenalannya untuk membeli produk Aftrees. Hal ini terlihat dari pelanggan
Indirect Competitor Toko-toko Batik di mal
Direct Competitor Batik Keris Batik Alhadi RosanoBatik Veron Gallery
Aftrees Gallery
87
yang datang juga sering mendapat referensi dari pelanggan sebelumya
yang pernah membeli produk Aftrees.
o Tingkat kemungkinan pertumbuhan pasar
Pertumbuhan pasar di masa depan diprediksi cukup baik, dilihat dari
peningkatan penjualan Aftrees Gallery dari pertama kali dibuka.
c) Technology Vulnerability
Aftrees Gallery memiliki 3 unit komputer dalam menjalankan operasionalnya.
Komputer tersebut berfungsi untuk segala keperluan administratif dan penjualan.
Data-data disimpan dalam microsoft exel dan word.
d) Microeconomics
Berikut data penjualan Aftrees Gallery selama 3 tahun :
Tahun Penjualan
2006 Rp. 105.257.750, 00
2007 Rp. 95.109.500,00
Sampai November 2008 Rp. 167.215.000, 00
Penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai Rp. 167.215.000,00.
Hal itu disebabkan karena Aftrees Gallery sudah mulai aktif dalam setiap
pameran yang diselenggarakan. Biasa Aftrees Gallery mengikuti pameran batik
setiap 3 bulan sekali di JHCC dan di tempat-tempat lain yang diselenggarakan
oleh Dekrinas (Dewan Kerajinan Nasional) Indonesia.
88
6. Membuat Keputusan Lanjut/ Tidak Lanjut (Conduct Go/ Not Go Assestment)
Ada beberapa variabel yang digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya
penerapan e-marketing, yaitu:
• Competitive vulnerability
Peluang ini bernilai positif karena masih sedikit dari pesaing yang ada yang
menggunakan e-marketing, sehingga jika Aftrees Gallery menerapkan
penggunaan e-marketing maka akan menaikkan daya saing terhadap
pesaingnya.
• Technical vulnerability
Bernilai positif karena proses layanan dari tiap transaksi dilakukan secara
cepat dan tidak merepotkan konsumen.
• Magnitude of unmet need
Secara umum, kebutuhan pelanggan sudah dapat terpenuhi walaupun masih
memiliki beberapa kekurangan seperti terbatasnya penyampaian informasi.
Maka dalam hal ini dapat dikatakan netral.
• Interaction between segments
Bernilai posistif karena pelanggan Aftrees Gallery yang merekomendasikan
produk Aftrees kepada kenalan yang lain sehingga mereka dapat menjadi
pelanggan baru Aftress.
• Likely Rate of Growth
Bernilai positif, karena Aftrees Gallery dapat terus berkembang dalam
industri galeri. Selain itu untuk memperluas pemasarannya, Aftrees Gallery
juga terus membuka toko-toko baru di berbagai wilayah.
89
• Technological vulnerability
Bernilai negatif, karena kurangnya sarana pemasaran sehingga sulit untuk
menyebarkan informasi dan sulit untuk menjangkau pemasaran ke wilayah
lain. Teknologi belum diterapkan secara maksimal sehingga perlu untuk
ditingkatkan penggunaanya. Salah satu pemanfaatan teknologi yang dinilai
baik untuk mengatasinya adalah Internet.
• Market size
Saat ini Aftrees Gallery memiliki satu galeri di daerah Kebon Jeruk dan satu
showroom yang ada di Pusat Grosir Tanah Abang. Selain itu, Aftrees Gallery
sering mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan baik di Indonesia
maupun luar negeri. Maka dapat disimpulkan faktor ini bersifat netral.
• Level of profitability
Sampai saat ini tingkat keuntungan yang diperoleh Aftrees Gallery masih
netral. Namun dengan penerapan e-marketing, diharapkan tingkat
keuntungan Aftrees Gallery akan semakin meningkat.
90
positivefactor
neutralfactor
negativefactor
competitivevulnerability
technicalvulnerability
magnitudeof unmet
need
interactionbetween
segments
likelyrate ofgrowth
technologicalvulnerability
marketsize
level ofprofitability
Sumber: Hasil Analisis Data
Gambar 3. 9 Gambar Conduct Go/ Not Go Assestment
Setelah melalui 5 tahapan di atas, maka perusahaan berpeluang untuk
menerapkan e-marketing. Penggunaan e-marketing dapat membantu perusahaan untuk
menjangkau segmen pasar di luar Jakarta. e-marketing juga membantu memenuhi
kebutuhan perusahaan seperti kebutuhan akan biaya promosi yang lebih efisien, menjaga
hubungan dengan konsumen, dan kebutuhan akan informasi yang up-to-date.
3. 6.2 Tahap 2: Formulating the Marketing Strategy
3.6.2.1 Segmentation
Posisi Aftrees Gallery pada market expansion, karena dengan penggunaan e-
marketing akan mengubah ukuran segmentasi pasarnya. E-marketing dapat menjangkau
wilayah lebih luas sehingga Aftrees Gallery dapat melayani lebih banyak pelanggan dan
pasarya menjadi bertambah besar, juga memberi kemudahan akses bagi pelanggannya.
Sedangkan karateristik segmentasinya tidak berubah, karena e-marketing hanya
91
membantu pemasaran tanpa dibatasi ruang dan waktu tetapi karateristik pelanggan
online akan sama seperti pelanggan offline.
Sumber: Hasil Analisis Data Gambar 3.10 Brick and Mortar Segmentation (BAMS) pada Aftrees Gallery
3.6.2.2 Targeting
Sasaran dari Aftrees Gallery adalah Blanket Targeting karena target pasar yang
dituju dari segmen online sama dengan segmen offlinenya namun dengan e-marketing
bisa memberikan kemudahan akses dan fasilitas yang lebih baik bagi konsumen.
Sumber:Hasil Analisis Data
Gambar 3.11 Bricks and Mortar Targeting Scenarios Aftress Gallery
92
3.6.2.3 Positioning
Aftrees Gallery menggunakan blanket positioning untuk strategi positioningya.
Segmentasi targetnya tidak berubah dan tetap merujuk ke kelompok pelanggan
yang sama.
Sumber: Hasil Analisis Data
Gambar 3.12 Bricks and Mortar Positioning Scenarios Aftress Gallery
3.6.3 Tahap 3: Designing the Customer Experience
Tahapan Website yang diinginkan
konsumen
Website yang akan dibuat Aftrees
Gallery
Functionality Akses yang mudah dan
cepat
Kemudahan navigasi
Interface yang menarik
Akses website yang cepat
Navigasi yang user friendly
Desain yang menarik dan
teratur
Dapat dibuka pada platform
yang berbeda
Intimacy Komunikasi yang mudah Contact us untuk
93
Kemudahan pencarian
informasi tentang produk
menghubungi perusahaan
Fungsi search untuk
pencarian sesuai kriteria
Promosi yang
ditawarkan
Profil perusahaan
Lokasi galeri
Berita terbaru
Evangelism Rekomendasi ke orang
lain
Berbagi pengalaman
Fitur pooling untuk saran
dan kritik
Menu tell a friend untuk
mengkomunikasikan
website pada Aftrees Gallery
Sumber : Hasil Analisis Data
Tabel 3.7 Perancangan Customer Experience