BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA.pdf

81
BAB 3 – GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA - LAPORAN KEMAJUAN 3 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA Bab ini membahas mengenai: (1) Kondisi Geografis dan Administratif, (2) Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan, (3) Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan, (4) Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir (5) Perekonomian Kelautan dan Perikanan, dan (6) Kondisi Sosial Masyarakat Pesisir.

Transcript of BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA.pdf

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA Bab ini membahas mengenai: (1) Kondisi Geografis dan Administratif, (2) Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan, (3) Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan, (4) Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir (5) Perekonomian Kelautan dan Perikanan, dan (6) Kondisi Sosial Masyarakat Pesisir.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 2 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF

    Kabupaten Lingga terletak di antara 0 derajat 20 menit Lintang Utara

    dengan 0 derajat 40 menit Lintang Selatan dan 104 derajat Bujur Timur dan 105

    derajat Bujur Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai 45.456,7162 km2

    dengan luas daratan 2.117,72 km2 dan lautan mencapai 43.338,9962 km2.

    Wilayahnya terdiri dari 531 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 95 buah

    diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 436 buah walaupun belum

    berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan

    pertanian, khususnya pada usaha perkebunan. Batas-batas wilayah Kabupaten

    Lingga yaitu:

    Utara : Kota Batam dan Laut Cina Selatan

    Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala

    Barat : laut Indragiri Hilir

    Timur : Laut Cina Selatan

    Berdasarkan pemekaran yang telah dilakukan di Kabupaten Lingga, maka

    pada saat ini Kabupaten Lingga yang terdiri atas 5 Kecamatan dimekarkan menjadi

    9 kecamatan yaitu:

    1. Kecamatan Singkep;

    2. Kecamatan Singkep Pesisir;

    3. Kecamatan Singkep Barat;

    4. Kecamatan Singkep Selatan;

    5. Kecamatan Selayar;

    6. Kecamatan Lingga;

    7. Kecamatan Lingga Timur;

    8. Kecamatan Lingga Utara; dan

    9. Kecamatan Senayang.

    Pemekaran terjadi di Kecamatan Singkep dan Kecamatan Lingga, dimana

    dua kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 6 kecamatan pemekaran. Adapun

    luas wilayah sebelum dan setelah pemekaran menjadi 9 kecamatan dapat terlihat

    pada tabel sebagai berikut:

    Tabel III.1

    Pemekaran Wilayah Kecamatan Kabupaten Lingga, Tahun 2013

    No. Kecamatan Luas Wilayah

    (Km2) Pemekaran

    Luas Wilayah (Km2)

    1 Singkep Barat 337,10 1. Singkep Barat 337,10

    2 Singkep 491,90 2. Singkep 176,27

    3. Singkep Pesisir 125,76

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 3 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    No. Kecamatan Luas Wilayah

    (Km2) Pemekaran

    Luas Wilayah (Km2)

    4. Singkep Selatan 189,88

    3 Lingga 609,51

    5. Lingga 428,81

    6. Lingga Timur 135,08

    7. Selayar 45,62

    4 Lingga Utara 283,21 8. Lingga Utara 283,21

    5 Senayang 396,00 9. Senayang 396,00

    Jumlah 2.117,72 2117,72

    Sumber: Data Olahan, BPS Kab. Lingga Tahun 2012 dan Hasil Perhitungan GIS, Tahun 2013

    Secara administrasi Kabupaten Lingga terdiri dari 9 kecamatan dengan

    rincian sebanyak 55 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Lingga ini berada di Daik

    yang berjarak 60 mil dari Tanjung Pinang. Kecamatan-kecamatan yang termasuk

    wilayah Kabupaten Lingga adalah Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir,

    Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga,

    Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Lingga Barat, Kecamatan Lingga Utara, dan

    Kecamatan Senayang.

    Tabel III.2 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Lingga

    No. Kecamatan Jumlah

    Desa/Kelurahan Nama Desa/Kelurahan

    1 Singkep 5 Dabo Dabo Lama

    Tanjung Harapan Batu Kacang

    Batu Berdaun

    2 Singkep Pesisir 4 Berindat Kote

    Lanjut Sedamai

    3 Singkep Selatan 2 Berhala Marok Kecil

    4 Singkep Barat 9 Raya Bakong Kuala Raya

    Marok Tua Posek Sungai Buluh

    Sungai Raya Sungai Harapan Jagoh

    5 Lingga 8 Daik Kelombok Mepar

    Kelumu Mentuda Merawang

    Panggak Darat Panggak Laut

    6 Lingga Timur 6 Kerandin Pekaka

    Keton Bukit Langkap

    Kudung Sungai Pinang

    7 Lingga Barat 2 Penuba Selayar

    8 Lingga Utara 8 Pancur Bukit Harapan Duara

    Limbung Resun Sekanah

    Teluk Linau

    9 Senayang 11

    Senayang Mamut Pasir Panjang Rejai

    Temiang Pulau Medang Mensanak Tanjung Kelit

    Pulau Batang Benan Batu Belubang

    Jumlah 55

    Sumber: RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 4 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Lingga A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 5 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.2 Peta Struktur Ruang Kabupaten Lingga A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 6 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Dimana sistem perkotaan dan perdesaannya terdiri atas:

    Tabel III.3

    Sistem Perkotaan dan Perdesaan Pemekaran Kabupaten Lingga

    Sistem Perkotaan Sistem Perdesaan

    PKW Daik Kecamatan Lingga Cempa Kecamatan Senayang

    Dabo Kecamatan Singkep Tajur Biru Kecamatan Senayang

    PKL Pancur Kecamatan Lingga Utara Pulau Benan Kecamatan Senayang

    Senayang Kecamatan Senayang Penarik Kecamatan Lingga

    PPK

    Rejai Kecamatan Senayang Centeng Kecamatan Lingga Utara

    Sungai Tenam Kecamatan Lingga Penuba Kecamatan Selayar

    Marok Tua Kecamatan Singkep Barat Kuala Raya Kecamatan Singkep Barat

    Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur Jagoh Kecamatan Singkep Barat

    Marok Kecil Kecamatan Singkep Selatan

    Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat

    Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir

    Sumber: RANPERDA Tentang RTRW Kabupaten Lingga, Tahun 2011-2031.

    3.2 KONDISI FISIK DASAR PESISIR DARATAN DAN PERAIRAN

    Kondisi fisik dasar pesisir daratan dan perairan terdiri dari: iklim,

    topografi/Bathimetri, geologi dan geomorfologi, jenis tanah, dan hidro-

    oceanografi

    3.2.1 IKLIM

    Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis, dalam RTRW Kabupaten Lingga

    Tahun 2011-2031 dapat diketahui bahwa iklim di daerah tersebut mempunyai

    sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 C; kelembaban relatif rata-rata 84 %;

    Kecepatan angin rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar;

    jumlah curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari; Penyinaran matahari rata-rata 52 %.

    3.2.2 TOPOGRAFI/BATHIMETRI

    3.2.2.1 TOPOGRAFI

    Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 1.272 m dpl, sebagian

    besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari

    Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 Ha yang berupa daerah

    berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 Ha. Pada

    dasarnya wilayah Kabupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk

    dikembangkan sebagai kawasan perkotaan karena hampir mencapai 65 % wilayah

    Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0 2 %, dan disusul oleh wilayah

    dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 7 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Tabel III.4

    Tinggi Rata-rata dari Permukaan Laut menurut Kecamatan Kabupaten Lingga

    No. Kecamatan Tinggi (mdpl

    1 Singkep Barat 0 - 415

    2 Singkep

    0 - 519 3 Singkep Pesisir*

    4 Singkep Selatan*

    5 Lingga

    0 - 1.272 6 Lingga Timur*

    7 Selayar*

    8 Lingga Utara 0 - 800

    9 Senayang 0 - 200

    Sumber : BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2009) dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

    Keterangan : *) Kecamatan Pemekaran

    Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, Kabupaten Lingga

    dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:

    1. Dataran

    Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan

    antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18 - 45 meter di atas

    permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini

    mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di

    bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang,

    Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.

    2. Perbukitan berelief halus

    Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus

    dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara

    45 - 144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke

    dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran

    satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep

    Barat dan Kecamatan Singkep.

    3. Perbukitan berelief sedang

    Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang

    dengan kemiringan lereng medan 15 - 30% (8 - 170) dengan ketinggian

    wilayah 150 - 400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang

    termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah

    sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar

    sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta

    sebagian di Kecamatan Lingga.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 8 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    4. Perbukitan berelief agak kasar

    Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak

    kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50% (17 - 270), dengan ketinggian

    wilayah 200 - 550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang

    termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah.

    Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep,

    sebagian kecil di Kecamatan Singkep Barat, sebagian kecil di Kecamatan

    Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.

    5. Perbukitan berelief kasar

    Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar

    dengan kemiringan lereng 50 - 70% (27 - 360), dengan ketinggian wilayah

    225 - 644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam

    satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini

    antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di

    Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan singkep.

    6. Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak

    Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat

    kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan

    ketinggian wilayah 262 - 815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah

    yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat

    tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain

    terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan

    Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

    3.2.2.2 BATHIMETRI

    Bathimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar lautan.

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan

    Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011 diketahui bahwa berdasarkan

    pengamatan terhadap peta laut wilayah perairan Kabupaten Lingga diketahui

    bahwa kedalaman perairan laut wilayah ini berada oada kisaran 0,5-52 m. sebaran

    kedalaman < 11 meter berada disekitar wilayah pulau-pulau. Untuk wilayah

    perairan yang berada diantara pulau-pulau (selat) memiliki kedalaman < 30 meter.

    Kedalaman perairan > 30 meter berada pada bilayah lautan lepas (Laut Cina

    Selatan dan Selat Malaka). Disisi sebelah timur laut gugusan Kepulauan Lingga

    (Pulau Sebangka) terdapat sebaran kedalaman dibawah 21 meter yang sangat

    menjorok kearah Laut Cina Selatan sejauh lebih kurang 25 mil laut.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 9 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.3

    Profil Kedalaman (Bathimetri) Perairan Kabupaten Lingga

    Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011

    3.2.3 GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI

    Batuan yang terdapat di Kabupaten Lingga berupa batuan Pluton Asam

    (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung

    Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari

    zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga. Kabupaten Lingga

    memiliki 5 gunung yaitu Gunung Daik, Gunung Sepincan, Gunung Tanda, Gunung

    Lanjut, dan Gunung Muncung yng mempengaruhi kondisi geologi di Kabupaten

    Lingga.

    3.2.4 JENIS TANAH

    Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah

    podsolik merah kuning, litosol dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur

    remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh.

    3.2.5 KONDISI HIDRO-OCEANOGRAFI

    Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi potensi sumber

    air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang

    lainnnya. Pada umumnya sungai-sungai di Kabupaten Lingga memiliki kedalaman

    dari permukaan air pada kawasan datar berkisar 2-3 meter, sedangkan pada

    tempat yang berbukit antara 3-7 meter.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 10 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun,

    dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/tahun. Potensi ini

    cukup besar untuk dapat dimanfaatkan. Berikut merupakan uraian potensi

    ketersediaan air lahan.

    Tabel III.5

    Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga

    Nama Daerah

    Curah Hujan (mm/th)

    Air Tersedia (mm)

    Kondisi Air (mm/th)

    Defisit Surplus

    Lingga 2600,7 64 0 968

    Singkep 2600,7 82,2 0 968

    Senayang 2600,7 62,7 0 968

    Sumber: BPS Kabupaten Lingga (Kabupaten Lingga Dalam Angka 2009) dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

    3.2.5.1 ARUS

    Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan

    oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut atau gerakan pasang surut. Arus

    yang disebabkan pasang surut biasanya diamati di perairan pantai terutama pada

    selat-selat yang sempit dengan kisaran pasang surut yang tinggi.

    Gambar 3.4

    Peta Pola Arus di Kabupaten Lingga

    Sumber: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam dalam Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga, Tahun 2011

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 11 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan (hingga

    kedalaman 150-200 meter) sangat ditentukan oleh angin. Angin yang berhembus

    di perairan Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam setahun dua kali

    pembalikan arah yang mantap masing-masing disebut Musim Barat dan Musim

    Timur.

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, hasil penelitian di bulan November

    2011 kecepatan arus maksimum di perairan pesisir Kabupaten Lingga terjadi pada

    saat pergerakan pasang surut terbesar, yaitu pada saat neap tide dan spring tide

    dengan kecepatan arus rerata menvapai 20 80 cm/s dengan arah arus pasang

    1350 1800 dan arah arus surut 3160 - 3550. Menurut informasi nelayan, di perairan

    pesisir Kabupaten Lingga, angin/arus besar terjadi pada bulan Juli dan Agustus,

    sedangkan pada bulan-bulan lainnya arusnya tenang.

    3.2.5.2 SUHU

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan pengukuran terhadap

    perairan laut Kabupaten Lingga diketahui memiliki suhu yang hangat (28,80C)

    sebagaimana perairan yang berada di lintasan garis khatulistiwa. Suhu

    minimumnya berkisar di 230C sedangkan suhu maksimumnya adalah 31,40C.

    Kelembaban udara di Kabupaten Lingga berkisar Antara 65 97 %. Sedangkan

    untuk temperatur udara di Dabo Singkep tahun 2011 berdasarkan data BPS

    temperatur udara maksimum adalah 31,3 0C, minimum 23 0C dan rata-rata 27,10C.

    Tekanan udara di Dabo Singkep tahun 2011 maksimum 1.011,1 milibar, minimum

    1.007,7 milibar dan rata-rata 998,7 milibar.

    Tabel III.6

    Kondisi Suhu di Kabupaten Lingga (Stasiun Dabo)

    Bulan Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara (%)

    Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata

    Januari 32,0 20,6 26,8 95 52 80

    Februari 33,0 20,8 27,0 96 55 81

    Maret 32,0 20,0 26,3 100 65 86

    April 33,2 20,0 26,9 98 64 86

    Mei 33,4 20,2 27,3 97 58 86

    Juni 33,6 20,0 27,5 99 60 83

    Juli 32,4 20,0 27,3 100 57 84

    Agustus 32,8 19,8 27,6 98 62 81

    September 33,0 20,6 27,7 98 61 82

    Oktober 34,0 18,4 27,4 100 57 84

    November 33,6 20,0 27,0 100 58 85

    Desember 32,6 19,8 26,4 100 62 87

    Sumber: Kepulauan Riau dalam Angka, 2010

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 12 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.2.5.3 SALINITAS

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan pengukuran terhadap

    perairan laut Kabupaten Lingga diketahui memiliki salinitas yang cukup tinggi

    yaitu rata-rata 29,9 0/00. Dengan derajat keasaman (pH) rata-rata adalah 8,2.

    Kandungan oksigen didalam badan air untuk perairan laut Lingga adalah 5,9 ini

    memberikan arti bahwa perairan ini cukup subur.

    3.2.5.4 PASANG SURUT

    Dari Buku Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia Tahun 2013 dapat

    dilihat ramalan pasang surut di Stasiun Pengamatan Dabo yang dilakukan

    berdasarkan metode Admiralty dengan menggunakan data Tetapan Harmonis yang

    diperoleh dari buku Kenpaduan Bahari dan hasil survey hidro-oseanografi. Adapun

    hasil ramalan pasang surut di Kabupatan Lingga pada bulan Oktober 2013 dapat

    dilihat pada Tabel 3.9.

    3.2.5.5 KECEPATAN DAN ARAH ANGIN

    Kecepatan angin rata-rata di Kabupaten Lingga pada tahun 2009 berkisar

    antara 2,7 8,1 knot. Angin bertiup lebih kencang di bulan Januari dan Februari.

    Tabel III.7

    Kecepatan Angin di Kabupaten Lingga

    Bulan Kecepatan Angin

    Januari 8,1

    Februari 6,5

    Maret 3,7

    April 3,1

    Mei 4,0

    Juni 3,7

    Juli 3,3

    Agustus 3,8

    September 3,8

    Oktober 2,7

    November 3,2

    Desember 3,8

    Sumber: Kepulauan Riau dalam Angka, 2010

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 13 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Tabel III.8

    Kondisi Pasang Surut di Kabupaten Lingga (Pengukuran Dabosingkep)

    T/J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J/T

    1 1,2 1,0 0,9 0,8 0,9 1,0 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1 2,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,0 1,9 1,7 1,5 1 2 1,4 1,3 1,1 1,0 1,0 1,0 1,1 1,3 1,4 1,6 1,7 1,9 2,1 2,2 2,2 2,2 2,2 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 2 3 1,6 1,5 1,4 1,3 1,1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,8 1,9 2,0 2,1 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 3 4 1,8 1,7 1,7 1,5 1,4 1,3 1,3 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0 1,9 1,8 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,8 1,8 4 5 1,8 1,9 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,5 1,5 1,6 1,7 1,7 1,8 1,9 1,9 1,9 1,7 1,6 1,4 1,4 1,4 1,5 1,6 1,6 5 6 1,7 1,9 2,0 2,0 2,0 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 1,1 1,2 1,3 1,4 6 7 1,6 1,8 1,9 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0 1,9 1,9 1,8 1,5 1,3 1,0 0,9 0,9 1,0 1,1 7 8 1,3 1,6 1,8 2,0 2,2 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0 2,1 2,1 2,1 2,1 2,0 2,0 1,8 1,6 1,3 1,0 0,8 0,7 0,7 0,8 8 9 1,0 1,3 1,6 1,9 2,1 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,1 2,0 1,8 1,5 1,2 0,8 0,6 0,5 0,6 9

    10 0,7 1,0 1,3 1,6 1,9 2,2 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,1 1,9 1,7 1,3 1,0 0,7 0,5 0,4 10

    11 0,5 0,7 1,0 1,3 1,7 2,0 2,2 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,2 2,1 1,9 1,6 1,2 0,9 0,6 0,4 11 12 0,4 0,5 0,7 1,0 1,4 1,7 2,0 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,2 2,0 1,8 1,5 1,2 0,9 0,6 12 13 0,5 0,5 0,6 0,8 1,1 1,4 1,8 2,0 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,1 1,9 1,7 1,4 1,1 0,9 13 14 0,7 0,6 0,6 0,7 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,3 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,1 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 14 15 1,0 0,8 0,7 0,7 0,8 1,0 1,3 1,6 1,8 2,1 2,2 2,3 2,4 2,4 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 1,9 1,8 1,6 1,5 15 16 1,3 1,2 1,0 0,9 0,9 1,0 1,2 1,4 1,6 1,9 2,0 2,2 2,3 2,3 2,2 2,1 2,0 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,7 16 17 1,6 1,5 1,3 1,2 1,1 1,1 1,2 1,4 1,5 1,7 1,9 2,0 2,2 2,2 2,1 2,0 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 17 18 1,7 1,7 1,7 1,6 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,1 1,9 1,8 1,6 1,5 1,4 1,5 1,5 1,6 1,7 18 19 1,8 1,9 1,9 1,9 1,8 1,7 1,6 1,6 1,6 1,7 1,8 1,8 1,9 2,0 2,0 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 1,2 1,3 1,4 1,5 19

    20 1,7 1,7 2,0 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,7 1,4 1,2 1,0 1,0 1,0 1,1 1,3 20

    21 1,5 1,5 2,0 2,2 2,3 2,3 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,7 1,4 1,1 0,9 0,8 0,8 0,9 1,0 21 22 1,2 1,2 1,8 2,1 2,3 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,0 1,9 1,9 1,7 1,5 1,2 0,9 0,7 0,6 0,6 0,8 22 23 1,0 1,0 1,6 1,9 2,2 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,3 2,2 2,1 2,1 1,8 1,6 1,3 1,0 0,7 0,5 0,5 0,6 23 24 0,7 0,8 1,3 1,6 2,0 2,3 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,5 2,4 2,3 2,2 2,2 1,9 1,7 1,4 1,1 0,8 0,5 0,4 0,4 24 25 0,6 0,6 1,0 1,4 1,7 2,1 2,4 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,5 2,4 2,3 2,0 1,8 1,6 1,3 0,9 0,7 0,5 0,4 25 26 0,5 0,6 0,8 1,1 1,5 1,8 2,1 2,4 2,5 2,6 2,6 2,7 2,6 2,6 2,5 2,4 2,2 2,0 1,7 1,4 1,1 0,9 0,6 0,5 26 27 0,5 0,6 0,7 1,0 1,3 1,6 1,9 2,2 2,4 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,5 2,4 2,3 2,1 1,9 1,6 1,3 1,1 0,8 0,7 27 28 0,6 0,6 0,7 0,9 1,1 1,4 1,7 2,0 2,2 2,3 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,3 2,1 2,0 1,8 1,5 1,3 1,1 0,9 28 29 0,8 0,8 0,8 0,9 1,1 1,3 1,6 1,8 2,0 2,2 2,3 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,2 2,1 2,0 1,8 1,7 1,5 1,3 1,2 29

    30 1,1 1,0 1,0 1,0 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 2,0 2,1 2,2 2,2 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 30

    31 1,3 1,3 1,2 1,2 1,3 1,4 1,5 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,1 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 31

    Sumber: Buku Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia Tahun 2013

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 14 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Berdasarkan data BPS, kecepatan dan arah angin di Dabo Singkep pada

    tahun 2011 adalah sebagai berikut:

    Tabel III.9

    Arah dan Kecepatan Angin di Dabo Singkep Tahun 2011

    No Bulan Arah Angin

    Kecepatan Angin (knot)

    Rata-rata Maksimum

    1 Januari 294,2 5,4 16

    2 Februari 253,2 6,5 18

    3 Maret 239,4 2,9 14

    4 April 242,9 2,5 16

    5 Mei 174,2 1,5 14

    6 Juni 120,7 2,0 14

    7 Juli 74,5 2,8 14

    8 Agustus 97,1 3,6 12

    9 September 109,3 3,3 15

    10 Oktober 127,4 1,9 12

    11 Nopember 202,7 1,4 15

    12 Desember 265,5 2,4 16

    Rata-rata 183,4 3,0 14,7

    Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dabo Singkep dalam Kabupaten Lingga dalam Angka Tahun 2012, BPS

    3.2.5.6 KECERAHAN

    Dari Buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, yang dilakukan pengukuran terhadap

    perairan laut Kabupaten Lingga diketahui bahwa rata-rata kecerahan perairan

    adalah 4,5 meter. Hal ini memberikan arti bahwa pada umumnya perairan laut

    Kabupaten Lingga tergolong pada perairan jernih.

    3.2.5.7 SEDIMENTASI

    Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport

    oleh media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di

    mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang

    diangkut oleh air sungai.

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, perairan laut antara Kuala Tungkal

    Pulau Sumatera hingga Pulau Kepulauan Kepri seperti Pulau Bulan, Pulau

    Rempang, Pulau Petong dan sebalah barat Kepulauan Singkep tekah dianalisa oleh

    Masduki (1995) dan Astjario (1995) dengan hasil analisa yang memberikan

    gambaran tentang keadaan geologi dasar laut, berupa urutan litologi/stratigrafi

    maupun struktur geologi. Secara umum stratigrafi daerah ini dapat dibagi menjadi

    4 unit lapisam dari bawah ke atas yaitu:

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 15 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    a) Unit (1) merupakan lapisan terbawah yang masih dapat direkam

    perangkat seismic pantul dangkal dan disebut sebagai batuan dasar

    acoustic chaotic. Dicirikan tidak menerus dan berundulasi sedang

    sampai kasar, diperkirakan material penyususnya merupakan batuan keras

    dan kompak. Berdasarkan konfigurasi pola reflektornya memperlihatkan

    ciri-ciri batuan beku sesuai dengan kondisi geologi pada daerah ini, maka

    diduga sebagai kenampakan dari batuan granit. Ketidakselarasan yang

    dicirikan oleh kontras refleksi dengan lapisan (2) selain merupakan bidang

    erosional, pada beberapa tempat juga merupakan zona pelapukan.

    b) Unit (2) merupakan lapisan yang diendapkan diatas unit (1).

    Memperlihatkan adanya sedimen yang diendapkan pada lingkungan

    berenergi relatif tinggi dengan kecepatan pengendapan yang berubah-

    rubah, menunjukan sedimen penyusun berbutir kasar.

    c) Unit (3) dicirikan pola umumnya menunjukan sedimen diendapkan pada

    lingkungan pengendapan dengan energi yang berubah-ubah, sehingga

    menghasilkan butiran sedimen yang tidak sama dengan komposisi yang

    mudah berubah secara vertikan maupun lateral. Butiran penyusunnya

    berupa batu pasir berukuran sedang sampai kasar dan merupakan

    endapan aluvial delta. Pada bagian selatan ditemukan adanya indikasi

    saluran purba dengan ukuran yang berbeda-beda dan memanjang kea rah

    timur. Arah aliran sungai purba ini adalah kea rah timur sesuai dengan

    pola aliran sungai purba regional yang melalui sebelah selatan Pulau

    Singkep.

    d) Unit (4) merupakan lapisan sedimen yang paling atas dan paling muda,

    parallel, tegas dan menerus. Hal ini mencerminkan pola sedimentasi

    terjadi pada lingkungan berenergi rendah/tenang, memperlihatkan ciri

    endapan penyusunnya berbutir halus dan lunak yang diduga merupakan

    endapan lupur, lanau dan pasir halus. Batas atas dari unit adalah dasar

    laut sedangkan batas bawahnya adalah unit (3).

    3.3 PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DARATAN DAN PERAIRAN

    3.3.1 PENGUNAAN LAHAN

    Gambaran umum kondisi penggunaan lahan Kabupaten Lingga meliputi

    distribusi penggunaan lahan, kondisi penggunaan lahan menurut jenisnya, kondisi

    penggunaan lahan kawasan terbangun, penggunaan lahan kawasan non terbangun,

    dan penggunaan lahan menurut fungsinya.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 16 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Penggunaan lahan merupakan suatu cara atau metode bagaimana

    pemanfaatan ruang di suatu wilayah yang akan digunakan berdasarkan potensi dan

    sumber daya alam yang tersedia. Penggunaan lahan di suatu wilayah dapat dibagi

    menurut fungsi dan jenisnya. Penggunaan lahan menurut fungsinya dapat dibagi

    menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan terbangun (perumahan dan perkampungan,

    jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan kawasan non terbangun (sawah teknis

    an sawah non teknis, tegalan atau ladang, kebun, hutan, penggunaan tanah khusus

    dan lainnya seperti sungai, jalan).

    Salah satu aspek yang dikaji dalam melihat potensi fisik dasar adalah

    penggunaan lahan eksisting pada suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan

    penggunaan lahan merupakan gambaran dari pemanfaatan lahan yang terdapat di

    wilayah Kabupaten Lingga. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar

    Peta Tutupan Lahan Wilayah Kabupaten Lingga sebagai berikut:

    Tabel III.8

    Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Lingga Berdasarkan Jenisnya

    No Penggunaan

    Lahan

    Kecamatan Jumlah (km2) Lingga

    Lingga Utara

    Senayang Singkep Singkep Barat

    1 Area Permukiman 1,96 4,48 0,60 6,14 7,84 320

    2 Belukar 141,11 76,21 14,09 197,37 151,81 738

    3 Hutan 344,87 50,60 61,08 79,48 11,79 827

    4 Perkebunan 79,51 113,56 237,87 5,54 26,49 757

    5 Sawah Irigasi 12,15 13,25 54,65 25,20 34,97 360

    6 Sungai dan Danau 1,06 1,21 2,00 0,00 0,46 77

    7 Tanah Ladang 27,72 23,62 24,79 175,01 101,91 655

    8 Lain-lain 1,13 0,28 0,92 3,16 1,83 237

    Daratan 957 601 792,00 6800 9410 18560

    Lautan 209.654,28

    Jumlah 211.772,00

    Sumber: Peta Penggunaan Lahan dan Hasil Perhitungan, 2009 dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-203

    Pada tabel di atas dapat dilihat luas penggunaan lahan berdasarkan

    jenisnya di Kabupaten Lingga. Pengertian dari masingmasing jenis penggunaan

    lahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Pesawahan/sawah merupakan lahan pematang dengan ditunjang atau

    tidak ditunjang oleh saluran irigasi, sering digenangi, ditanami padi atau

    tanaman semusim lainnya.

    b. Perkampungan merupakan lahan pemukiman (rumah tinggal, dan

    penggunaan fasilitas lainnya, seperti pendidikan, pemerintahan dan

    lainnya) yang berkelompok tetapi tersebar pada pusatpusat kota/desa

    maupun sepanjang jalur jalan.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 17 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    c. Tegalan/perkebunan merupakan lahan yang diusahakan untuk

    pengembangan pertanian lahan kering yang diusahakan menetap dengan

    tanaman semusim dengan tanaman keras sebagai batas persil dan tidak

    memiliki saluran irigasi.

    d. Padang rumput merupakan lahan yang tanamannya merupakan padang

    rumput dan kadangkadang hanya digunakan bagi kepentingan ternak,

    tetapi kadang pula dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman

    sebagai tanaman sambilan.

    e. Empang/kolam merupakan areal lahan yang tidak dapat dimanfaatkan

    dikarenakan lahannya rusak.

    f. Hutan merupakan lahan hutan yang berdasarkan ciri vegetasi dan

    status, serta fungsinya dapat dibedakan dalam:

    Hutan lebat mempunyai ciriciri tumbuhan dengan berbagai jenis

    pohon, tingkat pertumbuhan maksimum, tajug rapat, semak belukar

    jarang didapati.

    Hutan belukar banyak ditumbuhi dengan tumbuhan berbatang kecil,

    umumnya merupakan bekas daerah penebangan hutan, perladangan.

    Hutan sejenis dicirikan oleh dominasi satu jenis pohon dengan kriteria

    dominasi 75% atau lebih.

    Perkebunan merupakan lahan yang ditanami dengan berbagai jenis

    tanaman dan berumur panjang baik diusahakan oleh perkebunan besar

    maupun perkebunan rakyat/kecil. Umumnya tanaman yang diusahakan

    hanya satu jenis.

    Penggunaan lainnya, dimana penggunaan ini termasuk penggunaan untuk

    jalan, irigasi, riool, sungai, tanah yang tidak diusahakan, penggalian, industri, dan

    peternakan serta pariwisata. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pola

    penggunaan tersebut mengalami pergeseran luasan jenis penggunaan sejalan

    dengan tuntutan perubahan kegiatan, guna meningkatkan nilai tambah dari setiap

    jenis penggunaan lahan bersangkutan.

    Kecenderungan perubahan penggunaan lahan yaitu dengan tumbuhnya

    beberapa kawasan perumahan baru, kawasan/zona industri, persawahan, dan

    lainnya yang akan menggeser jenis penggunaan kegiatan pertanian lahan basah

    dan pertanian lahan kering.

    a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun

    Berdasarkan data penggunaan tanah di Kabupaten Lingga, luas

    pemanfaatan ruang sebagai kawasan terbangun sudah mencapai 240,1

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 18 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    km2. Pada penggunaan lahan keseluruhan di Lingga, kawasan terbangun

    terbagi menjadi beberapa bagian. Permukiman di Kabupaten Lingga

    memiliki luas 21,03 Km2 dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Lingga.

    Perumahan ini dibedakan atas 2 macam utama, yaitu permukiman

    (perumahan) yang dibangun oleh pengembang (developer) dan

    permukiman (kampung) yang dibangun secara individu oleh masyarakat.

    b. Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya

    Wilayah Kabupaten Lingga dapat juga dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu:

    kawasan lindung, yang berfungsi untuk melindungi kawasan Kabupaten

    Lingga; dan kawasan budidaya, yang berfungsi untuk tempat

    pembudidayaan sumber daya yang ada di wilayah Kabupaten Lingga.

    1. Penggunaan Lahan Kawasan Lindung

    Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang

    direncanakan atau ditetapkan dalam wilayah Kabupaten Lingga

    meliputi:

    Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.

    Kawasan perlindungan kawasan sempadan pantai,

    kawasan sempadan sungai dan sempadan mata air.

    Kawasan resapan air

    2. Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian

    Pada penggunaan lahan kawasan budidaya pertanian, kawasan ini

    terbagi menjadi beberapa bagianbagian, antara lain: sawah, sawah

    tadah hujan, tegalan/ladang, kebun campur, dan perkebunan/kebun.

    Sawah

    Total penggunaan lahan persawahan di Kabupaten Lingga seluas

    140,22 Km2 atau sekitar 27,26% dari luas penggunaan lahan di

    Kabupaten Lingga. Sawah terluas ada di Kecamatan Senayang.

    Tanah Ladang dan Perkebunan

    Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan ini adalah Tanah

    ladang dan Perkebunan, yang merupakan bagian dari pertanian

    lahan kering. Total luas pertanian lahan kering tersebut adalah

    816.01 Ha dari luas wilayah Kabupaten Lingga, yang terdiri atas:

    Perkebunan sebesar 462.96 Ha dan Tanah Ladang sebesar 353.05

    Ha.

    3. Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun

    Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama, yaitu

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 19 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya pertanian

    (perdesaan). Dalam kawasan budidaya perkotaan ini tercakup baik

    kawasan budidaya perkotaan yang telah ada dewasa ini maupun

    kawasan budidaya transisi perkotaan, dalam arti transisi dari

    karakter perdesaan menjadi karakter perkotaan. Prinsip penetapan

    kawasan tersebut adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan

    utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut.

    a. Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD)

    Kawasan Pusat Kota ini merupakan pusat utama bagi Kabupaten

    Lingga. Kawasan Pusat Kota ini terletak di wilayah ibukota

    kecamatan yang telah maju seperti Daik dan Dabo. Dalam kawasan

    pusat kota ini terdapat fungsi atau kegiatan:

    - Taman/ruang terbuka pusat kota;

    - Perniagaan/perbelanjaan;

    - Jasajasa;

    - Fasilitas sosial/fasilitas umum;

    - Perumahan pusat kota (rumahtoko/ruko).

    - Institusi/fasum

    b. Kegiatankegiatan khusus

    Kegiatankegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat

    diidentifikasi luas pemanfaatan ruang/lahannya, yang meliputi:

    - Komplek Batalyon Infantri/kawasan militer di Kecamatan

    Singkep.

    - Lapangan terbang di Kecamatan Singkep.

    - Komplek perkantoran di Kecamatan Lingga.

    3.3.2 EKOSISTEM PESISIR

    Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study Baseline

    Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna Manuputty,

    Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini

    adalah melihat kondisi terumbu karang di pesisir dan di beberapa pulau di

    perairan Lingga Utara dan Senayang sebagai studi awal untuk memperoleh data

    dasar (baseline data) untuk keperluan pemantauan ditahun- tahun berikutnya.

    Lokasi Penelitian meliputi perairan pesisir timur laut Pulau Lingga, yaitu perairan

    Limbung dan Sekanah dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti P. Penooh, P.

    Kongka Besar, P. Kongka Kecil, P. Ileuh, P. Alut, P. Bulu dan P. Gaja.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 20 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.5 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Lingga A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 21 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.3.2.1 MANGROVE

    Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga

    tahun 2011, Kabupaten Lingga memiliki hutan mangrove seluas 12.195 ha yang

    tersebar di beberapa kecamatan yaitu:

    Tabel III.9

    Luas Hutan Mangrove Kabupaten Lingga Berdasarkan Kecamatan

    No Kecamatan Luas (ha)

    1 Lingga

    44.067,8 2 Lingga Timur*

    3 Selayar*

    4 Lingga Utara 935,3

    5 Senayang 2.973,6

    6 Singkep

    171,5 7 Singkep Pesisir*

    8 Singkep Selatan*

    9 Singkep Barat 4.047,0

    Total 12.195,0

    Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lingga, Tahun 2011 Keterangan: *) Kecamatan Pemekaran

    Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study Baseline

    Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna Manuputty,

    Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Dari pengamatan 21 titik

    pencuplikan data didapatkan 24 jenis mangrove yang termasuk dalam 18 marga

    dan 15 suku. Masing-masing titik pencuplikan data dari lapangan digambarkan

    sebagai berikut:

    1. Pulau Hantu (0.12969 LS -104.82121 BT)

    Di pulau ini ketebalan mangrove hanya sekitar 10 m dengan ketinggian 46

    m. Di tempat ini ditemukan mangrove yang berupa belta (diameter 2 - <

    10 cm) sebanyak 6 jenis dengan kepadatan antara 300-900 batang per

    hektar dan jenisyang dominan adalah Rhizophora stylosa.

    2. Desa Limbung (0.20415 LS - 104.79427 BT)

    Ketebalan mangrove di tempat ini berkisar 40-50 meter yang umumnya

    didominasi oleh jenis Avicennia alba untuk bagian depan sedang untuk

    bagian belakang banyak ditemukan Rhizophora apiculata. Di tempat ini

    ditemukan mangrove dalam bentuk belta dengan kepadatan 500-1200

    batang per hektar dengan ketinggian 4-9 meter dan ditemukan 11 jenis.

    3. Desa Limbung (0.120415 LS -104.7942o BT)

    Ditempat ini hanya ditemukan 4 jenis, bagian depan untuk pohon

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 22 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    ditemukan jenis Avicennia alba, Sonneratia alba dan Rhizophora

    apiculata. Sedang bagian belakang didominasi oleh Rhizophora apiculata

    dengan ketinggian ada yang mencapai 20 meter.

    4. Pulau Baru (0.13444 LS - 104.79072 BT)

    Kondisi mangrove di tempat ini hanya bergerombol tipis sekitar 5 meter

    dan hanya didapatkan 3 jenis). Hanya ditemukan mangrove dalam bentuk

    belta dengan kepadatan 500 - 800 batang per hektar dan ketinggian 3 - 6

    meter.

    5. Pulau Kekek (0.18740 LS - 104.77980 BT)

    Ketebalan mangrove mencapai 20 meter, bagian depan didominasi jenis

    Rhizophorastylosa dan bagian belakang didominasi Sonneratia alba. Jenis

    yang ditemukan sebanyak 7 jenis belta dengan kepadatan 600-1000

    batang per hektar dan ketinggian 4 - 7 meter.

    6. Desa Limbung (0.17282 LS -104.74853 BT)

    Ditempat ini Rhizophora stylosa mendominasi bagian depan dengan

    ketinggia 4-6 meter berupa belta dengan kepadatan 1000 -2000 batang

    per hektar. Sedang dibagian belakang didominasi oleh Sonneratia alba.

    7. Pulau Pongole (0. 1508o LS - 104.74389 BT)

    Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 20 meter, di temukan 8 jenis

    dalam bentuk belta dengan kepadatan 750-1500 batang per hektar. Zonasi

    depan didominasi jenis Rhizophora stylosa, sedang bagian belakang

    didominasi jenis Bruguiera gymnorrhiza. Di tempat ini ditemukan jenis

    Rhizophora lamarckii yang merupakan persilangan antara Rhizophora

    stylosa dan Rhizophora apiculata, jenis ini bersifat steril artinya

    mempunyai hypocotyl yang tidak bisa tumbuh menjadi semai.

    8. Pulau Ujung Beting (0.13886 LS -104.744830 BT)

    Bagian depan (zonasi) di tempat ini di dominasi Rhizophora stvlosa

    danbagian belakang didominasi oleh Sonneratia alba. Ketebalan mangrove

    sekitar 20 meter dengan kepadatan belta 800-1600 batang per hektar

    yang mempunyai ketinggian berkisar 4 - 8 meter.

    9. Pulau Alut (0.08762 LS - 104.726030 BT)

    Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 15 meter, zonasi depan

    ditemukan Sonneratia alba dalam bentuk pohon ada yang berdiameter 80

    cm dengan ketinggian 15 meter dan kepadatan 300 batang per hektar,

    untuk belta didominasi Rhizophora styfosa dengan kepadatan 600-1000

    batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 4 - 6 meter.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 23 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    10. Pulau Lingga (0.087110 LS - 104.684610 BT)

    Bagian depan belta yang mendominasi adalah Rhizophoro. stylosa. Sedang

    dibagian belakang banyak ditemukan Rhizophora mucronata. Ketebalan

    mangrove sekitar 20 meter dengan kepadatan belta antara 1000-1600

    batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 4 - 7 meter.

    11. Pulau Buluh (0.12805 LS -104.9164 BT)

    Ketebalan mangrove di tempat ini mencapai 50 meter, zonasi bagian

    depan didominasi oleh Rhizophora stylosa. yang berupa belta dengan

    kepadatan berkisar 3000-4000 batang per hektar dengan ketinggian 4-6

    meter. Bagian belakang ditemukan mangrove yang berupa pohon

    (Bruguiera gymnorrhiza) dengan diameter 20-22 cm dan tingginya

    mencapai 20 meter. Untuk belta didominasi Rhizophora rnucronata

    dengan kepadatan antara 3000-4000 batang per hektar dan ketinggian

    berkisar 4- 6 meter.

    12. Pulau Kongka Kecil (0.066t0LS -104.85000 BT)

    Pertumbuhan mangrove hanya ditemukan di pantai bagian barat dengan

    ketebalan berkisar antara 15 hingga 75 meter terdiri atas 15 jenis,

    umumnya didominasi oleh Rhizophora stylosa. Kepadatan pohon (diameter

    >10 cm) hanya berkisar 100 - 200 batang per hektar, sedangkan belta

    mencapai 400 -600 batang per hektar dengan habitat berupa pasir dan

    koral mati dengan campuran lumpur.

    13. Pulau Ileuh (02882 LS -104.663700 BT)

    Kondisi mangrove pada posisi 000.898' LS104.039715' BT mempunyai

    ketebalan sekitar 20 meter yang didominasi oleh Rhizophoro stylosa. Jenis

    lain yang ditemukan adalah Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa,

    Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum,

    Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia marina dan Ceriops tagal. Tinggi

    mangrove berkisar antara 4-8 meter dengan diameter berkisar 4 -12 cm

    dan kepadatan mencapai 300 batang per hektar.

    14. Pulau Kecil didepan P. Ileuh (0.02509 LS - 104.65504 BT)

    Lokasi ini merupakan pulau kecil tanpa nama, terletak didepan Pulau

    Ileuh. Ketebalan mangrove hanya sampai 15 meter yang didominasi

    Rhizophora stylosa dengan ketinggian 10 meter dan kepadatan 400-800

    batang per hektar.

    15. Pulau Berang Kecil (0.01043 LS -1040655040 BT)

    Di sebelah utara pada posisi 000.45LS-104039.403' BT jenis yang

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 24 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    mendominasi adalah Rhizophora stylosa demikian juga di daerah selatan

    yang terletak pada posisi 00.440' LS-104039.393' BT didominasi oleh jenis

    yang sama. Jenis lain yang dijumpai adalah Rhizophora mucronata,

    Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum, Bruguiera cylindrica, Heritiera

    littoralis, Pemphis addula, Excoecaria agallocha, Bruguiera gymnorrhiza,

    Rhizophora apiculata, Oncosperma filamentosa, Baringtonia racemosa dan

    Thespesia populnea. Keadaan zonasi tidak begitu tampak, jenis dominan

    (Rhizophora stylosa) hampir dijumpai pada bagian depan sampai ke

    belakang yang berjarak sekitar 50 meter. Tinggi pohon berkisar antara 4-

    10 meter dengan diameter antara 6-12 cm dan kepadatan antara 200-400

    batang per hektar. Habitat berupa hamparan terumbu karang yang sudah

    mati yang dilapisi pasir tipis.

    16. Pulau Malin (0.06506 LS -1040547030BT)

    Bagian depan didominasi Rhizophora mucronata yangberasosiasi dengan

    Rhizophora stylosa dengan ketinggian 3-5 meter dan kepadatan berkisar

    800-1400 batang per hektar. Zonasi belakang didominasi Sonneratia alba

    dengan ketinggian 5-7 meter yang berasosiasi dengan Bruguiera

    cylindrica, Rhizophora apiculata sehingga secara keseluruhan didapatkan

    5 jenis.

    17. Pulau Ujung Kayu

    Di bagian barat pulau ini hampir semua pantai ada mangrove yang

    didominasi jenis Rhizophora stylosa bagian depannya dengan ketinggian 4-

    5 meter. Bagian belakang Rhizophora apiculata merupakan jenis dominan.

    Kepadatan belta secara keseluruhan berkisar 800 -1000 batang per hektar

    dengan jenis yang didapatkan hanya 5 jenis).

    18. Pulau Bugai (0.06506 LS -1040547030BT)

    Di pantai ini tidak dijumpai mangrove yang murni hanya dijumpai asosiasi-

    nya saja yang berjumlah 4 jenis.

    19. Sta. 20. (0.06427 LS -1040520240BT)

    Bagian Timur pulau ini dijumpai mangrove dengan ketebalan berkisar 10-

    20 meter. Bagian depan dijumnpai mangrove Sonneratia alba dalam

    bentuk pohon berkisar 400-500 batang per hektar dengan ketinggian 8-10

    meter. Untuk belta kepadatan 1000-1200 batang per hektar dengan

    ketinggian 4-6 meter. Bagian belakang hanya didapatkan mangrove dalam

    bentuk belta dengan kepadatan 900-1200 batang per hektar dengan

    ketinggian 4-5 meter. Secara keseluruhan didapatkan hanya 3 jenis.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 25 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    20. Depan pelabuhan Baru (0.00142 LS -1040502630BT)

    Ketebalan mangrove berkisar 10-20 meter dengan kepadatan beIta

    berkisar 2000-3000 batang per hektar dan ketinggiannya mencapai 3-6

    meter. Bagian depan didominasi jenis Aegiceras corniculatum. Bagian

    belakang banyak ditemukan Rhizophora stylosa dengan ketinggian 4-6

    meter, sedang untuk pohon dijumnpai jenis Xylocarpus granatum dan

    Lumnitzera littoralis, kepadatan pohon berkisar 100- 200 batang per

    hektar dengan ketinggian 6-7 meter, sehingga keseluruhan didapatkan 6

    jenis.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa umumnya

    mangrove di Pulau Lingga dan pulau-pulau kecil sekitamya didominasi jenis

    Rhizophora stylosa walaupun sebagian ada juga zonasi depan yang didominasi

    Rhizophora mucronata yang umumnya hidup pada lumpur yang agak lembek.

    Tabel III.10

    Jenis, Marga, dan Suku Mangrove di P. Lingga dan Sekitarnya

    No Suku No Jenis

    1 Apocynaceae 1 Cerbera odollum Gaertn

    2 Avicenniaceae 2 Avicennia alba Bl.

    3 Combretaceae 3 Lumnitzera littorea (Jack) Voiroh

    4 Terminalia catappa L.

    4 Euphorbiaceae 5 Excoecaria agallocha L.

    5 Goodeniaceae 6 Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.

    6 Guttiferae 7 Calophyllum inophyllum L.

    7 Lythraceae 8 Pemphis acidula J.R.G. Forst

    8 Malvaceae 9 Thespesia populnea Soland

    9 Meliaceae 10 Xylocarpus granatum Koen

    11 Xylocarpus moluccensis (Lmk) Roem

    10 Myrsinaceae 12 Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

    11 Palmae 13 Nypa fruticans Wurmb

    12 Pandanaceae 14 Pandanus tectorius Parkinson ex Z.

    13 pteridaceae 15 Acrostichum aureum L.

    14 Rhizophoraceae

    16 Bruguiera cylindrica (L.) BI.

    17 B. gymnorrhiza (L.) Lamk.

    18 B. parviflora (Roxb.) W. & A. ex Griff

    19 Ceriops tagal (Griff) Din,g Hou

    20 Rhizophora apiculata BL

    21 R. lamarckii Montr.

    22 R. mucronata Lmk.

    23 R. stylosa Griff

    15 Sonneratiaceae 24 Sonneratia alba J.E. Smith

    Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 26 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.6 Peta Sebaran Mangrove di Kabupaten Lingga A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 27 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Kebanyakan habitatnya berupa batuan koral yang sudah mati atau pasir

    bercampur sedikit lumpur. Dari 21 pencuplikan data didapatkan 24 jenis mangrove

    yang termasuk dalam 18 marga dan 15 suku. Sekitar 90% Pulau Lingga dan pulau-

    pulau kecil lainnya dipantainya ditumbuhi mangrove. Daerah Desa Limbung zonasi

    depan dijumpai jenis Avicennia alba, akan tetapi untuk masa mendatang jenis ini

    akan terganti oleh Rhizophora stylosa. Jenis dominan untuk belta umumnya

    Rhizophora stylosa sedang untuk pohon didominasi Sonneratia alba.

    3.3.1.2 TERUMBU KARANG

    Kondisi terumbu karang di wilayah studi terdiri dari koral hidup, koral

    mati dan koral mati dengan algae. Jenis koral yang terdapat di wilayah studi yaitu

    ACB (Acopora Brancing), ACT (Acopora Tubulate), ACE (Acopora Encrusting), ACS

    (Acopora Submasive), ACD (Acopora Digitata), CB (Coral Brancing), CM (Coral

    Masive), CE (Coral Encrusting), CS (Coral Submasive), CF (Coral Foliosa)CMR

    (Coral Musrom), CME (Coral Meliopora), CHL (Coral Heliopora), DC (Dead Coral),

    DCA (Dead Coral with Algae). Adapun kondisi terumbu karangnya dapat terlihat

    pada tabel sebagai berikut:

    Tabel III.11

    Kondisi Terumbu Karang di Lokasi Sampling

    No Lokasi DCA Live Coral Kondisi

    1 Maraktua 38.20 37.30 Sedang

    2 Rejai 23.00 49.50 Sedang

    3 Limbung 39.50 46.50 Sedang

    4 Cempa 59.50 35.50 Sedang

    5 Nuja 2 61.60 34.05 Sedang

    6 Nuja 1 50.15 29.65 Buruk

    7 Panjang 24.50 50.00 Baik

    8 Kongka 2.00 36.50 Sedang

    9 Mesanak 30.65 51.55 Baik

    10 Centeng 29.00 56.00 Baik

    11 Tanjung Kelit 25.50 62.85 Baik

    12 Rejai 40.60 31.90 Sedang

    13 Kentar 53.75 37.60 Sedang

    14 Bakung 51.75 36.00 Sedang

    15 Busung 1 19.00 57.50 Baik

    16 Busung 2 9.90 29.40 Sedang

    17 Teban 52.80 34.40 Sedang

    18 Benan 34.80 54.45 Baik

    19 Temiang 27.50 40.17 Sedang

    20 Buaya 22.67 32.33 Sedang

    Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 28 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.7 Peta Sebaran Terumbu Karang A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 29 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.3.1.3 PADANG LAMUN

    Dari hasil analisis citra diketahui bahwa luas padang lamun di Kabupaten

    Lingga mencapai 10.870,03 ha. Jenis lamun yang ditemui di lokasi studi berjenis

    Cymodecea rotundata, C. serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,

    Halophila ovalis, H. Spinulosa, Syringodium isoetifolium, Thalasia hemprici dan

    Thalassodendron ciliatum. Total individu lamun yang ditemui di likasi studi

    bersisar antara 0 -215 individu lamun. Lokasi yang tidak terdapat lamun

    merupakan lokasi yang dekat dengan sungai. Sedangkan jumlah individu lamun

    yang terbanyak ditemukan pada daerah Centeng yaitu ditemukan total individu

    215 individu/m3. Komposisi lamun yang ditemukan pada wilayah studi antara 1-3

    jenis. Jenis lamun yang banyak ditemukan pda lokasi Tukul yaitu 3 jenis.

    Sedangkaan untuk daerah lain bervariasi antara 1-2 jenis lamun.

    Tabel lII.12

    Total Individu, Jumlah Spesies dan Densitas Lamun yang Ditemukan

    No Lokasi Total

    Individu Jumlah Spesies

    Densitas

    1 Maroktua 19 1 19

    2 Tg. Datuk 17.2 1 17.2

    3 Limbung 5.2 0.6 5.2

    4 Tg. Buton 9.4 0.8 9.4

    5 Nuja 3.8 0.6 3.8

    6 Kualaraya 15.4 1 15.4

    7 Panjang 7.0 0.8 7

    8 Alut 6.6 1 6.6

    9 Tajur 12.6 0.6 12.6

    10 Centeng 215 1.6 215

    11 Rejai 2 37.2 1.4 37.2

    12 Rejai 1 141 1 141

    13 Kentar 69.2 2.2 69.2

    14 Tukul 162.4 2.8 162.4

    15 Pungut 1 0 0 0

    16 Pungut 2 65 1.2 65

    17 Teban 37.4 1 37.4

    18 Benan 75 0.4 75

    19 Temiang 30.4 1 30.4

    20 Cempa 12.8 1 12.8

    Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga dalam Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 30 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.8

    Sebaran Padang Lamun

    Sumber: Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga-Tahun 2011

    3.3.1.4 BIOTA PERAIRAN

    a. IKAN KARANG

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, Sementara itu ikan yang berasosiasi

    dengan terumbu karang di witayah studi terdiri dari genus yaitu Chaetodontidae,

    Lutjanidae, Lethrinidae, Caesionidae, Serranidae, Haemutidae, Siganidae,

    Nemipteridae, Ctupeidae, Pomacantidae, Apogonidae, Pempheridae, Centricidae,

    Pomacentridae, dan Labridae. Adapun jenis-jenis yang ditemui dari genus yang

    disebutkan tersebut yaitu jenis ikan antara lain Chaetodon Octofasciatus,

    Coradion metanotus, Chelmon rostratus, Lutjanus carponotatus, Lutjanus

    fulviflamm, Lutjanus vitta, Lethrinus harak, Caesia cuning, Pterocaesio

    chrysozona, Cephaopolish boencck, Ephynepetus sp, Diploprion bifasciatum,

    Plecforincus muculafus, Ptectorincus chaefodonoides, Siganus guttatus, Siganus

    argenteus, Sigonus doliatus, Scolopsis frenatus, Clupea sp, Chaetodontoplus

    mesoleocus, Pomacanthus sextriatus, Abudefduf bengalensis, Abudefduf

    sexfasciatus, Ambiglipidodon curacao, Doccillus trimaculatus, Dischistodus

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 31 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    chrysopoecilus, Amphiprion ocellaris, Amphiprion melanopus, Hemiglyphidodon

    plagiometopan, Pomacentrus molucensis, Pomacentrus nigromanus, Pomacentrus

    mileri, Neopomacenfrus fitamentosus, Chromis lepidolepis, dan Cryseptera

    parasema.

    lkan karang pada lokasi sampling sebanyak 21 stasiun sampling dibeberapa

    kawasan terumbu karang yaitu ikan target, ikan indikator, ikan mayor, dan spesies

    lain. Jumlah individu ikan yang ditemui pada terumbu karang berkisar antara 9-36.

    Jumlah individu ikan terendah ditemukan pada lokasi terumbu karang di lokasi

    Maroktua dan P. Buaya. Sedangkan jumlah individu ikan terbanyak ditemui pada

    lokasi terumbu karang di Rejai dan Temiang. Indek keragaman ikan karang

    menunjukkan kisaran antara 1,10 - 3,32 dan lndeks dominansi berkisar antara 0,12

    - A,74. lndeks keragaman yang tertinggi ditemui pada lokasi Rejai dan Cempa.

    lndeks keragaman terendah terdapat pada tokasi Teban. Sedangkan indeks

    dominasi terendah dijumpai pada tokasi Rejai dan indeks dominasi tertinggi

    dijumpai pada lokasi Teban. lndeks ini mempertihatkan bahwa kondisi ikan karang

    baik terdapat di Rejai dengan keragaman yang tinggi dan kondisi keragaman ikan

    rendah yang menunjukkan juga karang buruk terdapat pada lokasi Teban.

    Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study Baseline

    Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna Manuputty,

    Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Dari 70 stasiun RRI di perairan

    Lingga Utara yang dilakukan pengamatan ikan karang jenis Chaetodon

    octofasciatus. merupakan jenis yang paling sering dijumpai selama pengamatan

    dengan metode ini. Demikian juga jenis Choerodon anchorago. Frekuensi relatif

    kehadiran berdasarkan jumlah stasiun yang diamati untuk kedua jenis di atas

    masing-masing 58,73%.

    Kemudian diikuti oleh Hemiglyphidodon plagiometopon (50,79%),

    Chaetodontoplus mesoleucus (44,44%) dan Chelmon rostratus yang memiliki nilai

    frekuensi relatif kehadiran 41,27 %. Sepuluh ikan karang yang memiliki nilai

    frekuensi relatif kehadirannya diatas 33,33% (berdasarkan jumlah stasiun RRI yang

    diamati dan dijumpai ikan karang) di perairan Lingga Utara dapat dilihat pada

    Tabel berikut:

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 32 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Tabel III.13 Sepuluh Jenis Ikan Karang yang Memiliki Nilai Frekuensi Relatif Kehadiran Terbesar

    yang Diamati dan Dijumpai Ikan Karang di Perairan Lingga Utara

    No Jenis Frekuensi Relatif Kehadiran

    (%)

    1 Chaetodon octofasciatus 58.73

    2 Choerodon anchorago 58.73

    3 Hemiglyphidodon plagiometopon 50.79

    4 Chaetodontoplus mesoleucus 44.44

    5 Chelmon rostratus 41.27

    6 Abudefduf septemfasciatus 39.68

    7 Lutjanus carponotatus 39.68

    8 Paraglyphidodon melas 36.51

    9 Apogon quinquelineata 33.33

    10 Dischistodus prosopotaeniatus 33.33

    Sumber: Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta

    Tabel III.14

    Kelimpahan Jenis Ikan Karang untuk Masing-masing Suku yang Dijumpai Di Perairan Lingga Utara

    No Jenis Kelimpahan (jumlah

    individu/Ha)

    1 pomacentridae 2.418

    2 apogonidae 1.125

    3 chaetodontidae 507

    4 caesionidae 304

    5 labridae 300

    6 pomacanthidae 111

    7 lutjanidae 71

    8 scolopsidae 64

    9 nemipteridae 50

    10 serranidae 39

    11 pempheridae 25

    12 haemulidae 14

    13 mullidae 14

    14 holocentridae 7

    15 centropomidae 4

    16 dasyatidae 4

    17 monacanthidae 4

    Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta

    Tabel III.15

    Sepuluh Jenis Ikan Karang yang Mempunyai Kelimpahan yang Tinggi

    di Perairan Lingga Utara

    No Jenis Kelimpahan

    (Jumlah indiv./Ha)

    1 Archamia fucata 482

    2 Amblyglyphidodon curacao 436

    3 Neopomacentrus filamentosus 429

    4 Chaetodon octofasciatus 407

    5 Apogon quinquelineata 371

    6 Hemiglyphidodon plagiometopon 304

    7 Caesio teres 304

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 33 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    No Jenis Kelimpahan

    (Jumlah indiv./Ha)

    8 Amphiprion ocellaris 229

    9 Neopomacentrus cyanomos 179

    10 Apogon compressus 175

    Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta

    Sehingga untuk lokasi Perairan Lingga Utara adapun suku ikan karang

    berjumlah total 18, dengan 58 jenis dan totalnya kelimpahan (jumlah individu/ha)

    5056 ekor.

    b. MEGABENTOS

    Berikut ini merupakan data ekologi yang bersumber dari Study Baseline

    Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 yang disusun oleh Anna Manuputty,

    Winardi, Soerojo, Dkk. CRITC Coremap Jakarta. Pencatatan biota megabentos

    dilakukan bidang pengamatan 2 x 70 m2, seluas 140 m2. Hasil pencacahan biota dik

    onversikan per satuan luas Ha (hectare) dan disajikan dalam Tabel.

    Kelimpahan megabentos didominasi oleh 2 kelompok biota yaitu mushroom

    coral yaitu karang jamur yang terdiri dari Fungia spp. Dan juga kelompok bulu

    babi (Diadema setosum). Kelimpahan tertinggi untuk kedua kelompok ini dicatat di

    lokasi SNL 021 yaitu di Pulau Ileuh. Karang jamur dicatat 387 individu per 140

    m2, di lokasi lain sangat sedikit bahkan tidak dijumpai. Untuk bulu babi, jumlah

    tertinggi di P. Ileuh (127 individu per 140 m2) kemudian di P. Buli (100 individu

    per 140 m2). Di lokasi lain jumlahnya bervariasi antara 339 individu per 140m2.

    Untuk biota lain seperti teripang (Holothuria sp., kima (Tridacna sp) dan

    lola (Trochus sp.) hanya ditemukan di P. Ileuh (masing -masing hanya 1

    ekor) dan di P. Gaja hanya ditemukan lola (1 ekor).

    Tabel III.16

    Kelimpahan Megabentos Di Perairan Lingga Utara

    Megabentos hasil belt transect di Lingga Utara (jumlah individu per 140 m2)

    Stasiun SNL009 SNL010 SNL012 SNL023 SNL0291 SNL702 SNL705 SNL707

    Acanthaster planci 0 0 0 0 0 0 0 0

    CMR 1 0 0 56 387 4 0 0

    Diadema setosum 17 3 20 16 127 3 100 39

    Drupella 0 0 0 0 0 0 0 0

    Large Giant Clam 0 0 0 0 0 0 0 0

    Small Giant Clam 0 0 0 0 1 0 0 0

    Large Holothurian 0 0 0 0 1 0 0 0

    Small Holothurian 0 0 0 0 0 0 0 0

    Lobster 0 0 0 0 0 0 0 0

    Pencil sea urchin 0 0 0 0 0 0 0 0

    Trochus niloticus 0 0 0 0 0 0 0 1 Sumber : Study Baseline Ekologi Kabupaten Lingga Utara Tahun 2006 CRITC Coremap Jakarta

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 34 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.3.2 KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN

    Alat penangkapan yang digunakan nelayan di Kabupaten Lingga umumnya

    beroperasu di sekitar wilayah perairan antar pulau-pulau yang ada. Untuk

    beberapa jenis alat tertentu, seperti kelompok pancing dan jaring insang kecil

    (jaring karang) serta bubu memiliki daerah penangkapan disekitar perairan desa.

    Demikian juga halnya dengan alat tangkap sondong dan kelong yang pada

    umumnya memiliki derah penangkapan yang tidak jauh dari perairan desa atau

    dioperasikan di sekitaran perairan pulau-pulau yang ada (selat-selat kecil).

    Beberapa lokasi yang ada di wilayah Kabupaten Lingga, seperti perairan di

    sebelah Barat Pulau Singkep (perairan desa Kote) merupakan daerah penangkapan

    yang didominasi oleh alat tangkap kelong (bagan tancap). Berbeda dengan derah

    lainnya pada perairan ini alat tangkap kelong sangat terkonsentrasi.

    Alat tangkap pancing dari jenis rawai (mini longline) umumnya

    dioperasikan oleh nelayan di perairan laut Natuna, Selat Berhala dan ke arah Selat

    Malaka. Untuk alat tangkap trawl terkonsentrasi di daerah Pulau Selayar umumnya

    beroperasi ke wilayah perairan yang berada di arah Barat laut Pulau Singkep. Alat

    tangkap trawl ini umumnya diopersikan nelayan disekitar perairan Pulau Panjang,

    Pulau Posik dan sekitarnya sedangkan sasarannya adalah udang.

    3.3.3 KEGIATAN PERIKANAN BUDIDAYA

    Kawasan perikanan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan

    bagi kegiatan memelihara, membesarkan, dan atau membiakkan ikan serta

    memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Perikanan budidaya dapat

    dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak, dan

    budidaya air tawar.

    Perikanan Budidaya Laut di Kabupaten Lingga yang akan dikembangkan

    meliputi budidaya rumput laut, budidaya perikanan keramba jaring apung, dan

    keramba jaring tancap. Pengembangan perikanan budidaya laut direncanakan

    akan dikembangkan di:

    1. Kecamatan Senayang: perairan Pulau Benan, Pulau Mesanak, Pulau Dua

    Besar, Pulau Duyung, Pulau Panjang, PulauTekeres, Pulau Setumu,

    Tanjung Gantung, Pulau Kongki Besar, Pulau Penaah, Pulau Senayang,

    Pulau Tajur Biru, Pulau Rejai, Pulau Pongok, Pulau Talas, Pulau Kekek,

    Pulau Baran dan Pulau Cempa;

    2. Kecamatan Lingga Utara: perairan Kelurahan Pancur, Desa Tekuk, Desa

    Limbung dan Teluk Tengkis;

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 35 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3. Kecamatan Lingga: perairan Tanjung Lebok, Tanjung Datuk, Tanjung

    Buaya, Pulau Serang, dan Pulau Pulon;

    4. Kecamatan Lingga Barat: perairan Pulau Selayar dan Pulau Serang;

    5. Kecamatan Singkep Pesisir: perairan Pelalak Desa Lanjut dan Pulau

    Serang;

    6. Kecamatan Singkep Selatan: perairan Labuh Desa Marok Kecil, Teluk

    Baruk, dan Tanjung Napan.

    7. Kecamatan Singkep Barat: perairan Desa Marok Tua, Teluk Sekanah, Teluk

    Raya,Tanjung Pompun, Desa Sungai Buluh dan Desa Posek.

    Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Lingga

    di rencanakan seluas kurang lebih 1.104 Ha yang tersebar di wilayah Kecamatan

    Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Lingga Barat, Singkep Barat

    dan Kecamatan Senayang dengan rincian sebagai berikut :

    1. Kecamatan Lingga Timur seluas kurang lebih 447 Ha

    2. Kecamatan Lingga Barat seluas kurang lebih 150 Ha

    3. Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 103 Ha

    4. Kecamatan Senayang seluas kurang lebih 88 Ha

    5. Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 316Ha

    Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan untuk

    kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan

    dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk

    memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau

    mengawetkannya. Pengembangan peruntukan kawasan ikan tangkap di rencanakan

    sebagai berikut:

    a. Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap dengan bagan, bubu

    atau perahu 4 mil dari garis pantai.

    Berdasarkan hasil kajian terhadap keunggulan pada tiap kecamatan di

    Kabupaten Lingga maka peruntukan perikanan tangkap berpotensi di Kecamatan

    Singkep Barat, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Lingga Timur (Pulau

    Pekajang).

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 36 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3.3.4 KONSERVASI

    Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud yang ditetapkan sebagai

    Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) meliputi:

    1) Kawasan cagar alam laut, meliputi:

    a. Kawasan cagar alam laut di pesisir dan lautan sebelah timur Pulau

    Sebangka Kecamatan Senayang;

    b. Kawasan habitat penyu meliputi:

    1. Kecamatan Senayang;

    2. Kecamatan Lingga; dan

    3. Kecamatan Singkep Selatan.

    c. Kawasan habitat Lumba-lumba terletak di perairan Kecamatan

    Senayang;

    2) Kawasan suaka alam laut sebagaimana dimaksud berupa Kawasan

    Konservasi Laut Daerah (KKLD) dan kawasan perlindungan laut Core Map

    terletak di Kecamatan Senayang meliputi:

    a. Perairan Pulau Katang Lingga;

    b. Perairan Pulau Reman;

    c. Perairan Pulau Buaya;

    d. Perairan Pulau Sikeling;

    e. Perairan Pulau Tapai;

    f. Perairan Pulau Ujung Kayu;

    g. Perairan Pulau Belading; dan

    h. Perairan Pulau Berai.

    Dari buku Kajian Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2011, daerah pengembangan Kawasan

    Konservasu Laut Daerah (KKLD) dimana Kabupaten Lingga merupakan salah satu

    wilayah yang dijadikan sebagai target Program Coremap II di Indonesia dengan

    tujuan memperbaiki ekosistem terumbu karang. Program Coremap II di Kabupaten

    Lingga tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Senayang (Kelurahan

    Senayang, Desa Mamut, Temiang, Batu Belobang dan Benan) dan Kecamatan

    Lingga Utara (Desa Limbung dan Sekana).

    Secara Administrasi KKLD di Kabupaten Lingga terletak di wilayah Pesisir

    Kecamatan Senayang dan Kecamatan Lingga Utara. Beberapa kawasan yang

    termasuk kedalam wilayah tersebut adalah:

    1. Kawasan I, terdiri atas Pulau Benan, Pulau Baru dan Pulau Medang;

    2. Kawasan II, terdiri dari Pulau Cempa, Buaya, Berjung dan Batu Belobang;

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 37 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 3.9 Peta Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Lingga A3

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 38 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3. Kawasan III, terdiri dari Tanjung Kelit, Linau, Pulau Manik dan Air Batu;

    4. Kawasan IV, terdiri dari Pulau Selentang, Bujang, Penaah, Kentar,

    Sebangka dan Ileuh.

    Dari hasil perhitungan Kawasan Konservasu Laut Daerah (KKLD) di

    Kabupaten Lingga mempunyai luasan sebesar 626,22 ha yang ditandai oleh 13 titik

    terluar koordinat.

    3.3.5 KERAWANAN BENCANA

    Berikut ini akan diuraikan beberapa bencana di Kabupaten Lingga selama

    beberapa tahun terakhir, adapun uraiannya akan terlihat pada poin-poin sebagai

    berikut:

    a. GERAKAN TANAH

    Bencana gerakan tanah (tanah longsor/gempa) merupakan peristiwa alam

    yang seringkali mengakibatkan banyak kerusakan, baik berupa kerusakan

    lingkungan maupun kerusakan prasarana dan sarana fisik hasil pembangunan, serta

    menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik berupa harta benda maupun korban

    jiwa manusia hampir setiap daerah mengalami bencana gerakan tanah dan

    menimbulkan kerusakan yang cukup besar.

    1. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Lingga meliputi:

    Tanah rawan longsor di Desa Kelumu;

    Tanah rawan longsor di Desa Mentuda;

    Tanah rawan longsor di Desa Panggak Darat;

    Tanah rawan longsor di Desa Mepar;

    Tanah rawan longsor di Desa Merawang;

    Tanah rawan longsor di Kelurahan Daik; dan

    Tanah rawan longsor di Desa Panggak Laut;

    2. Kawasan rawan tanah rawan longsor di Desa Pekaka Kecamatan Lingga

    Timur.

    3. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Lingga Utara meliputi:

    Tanah rawan longsor di Desa Resun;

    Tanah rawan longsor di Desa Linau;

    Tanah rawan longsor di Desa Limbung; dan

    Tanah rawan longsor di Desa Bukit Harapan;

    4. Kawasan rawan tanah longsor di Kecamatan Senayang meliputi:

    Tanah rawan longsor di Cempa; dan

    Tanah rawan longsor di Kelurahan Senayang.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 39 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Tabel III.17

    Potensi Tingkat Kejadian Gerakan Tanah Pada Tiap Kecamatan

    No Kecamatan Luas

    Keterangan Ha %

    1 Singkep Barat 47,774.61 22.56 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah

    2 Singkep

    31,532.21 14.89 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah

    3 Singkep Pesisir*

    4 Singkep Selatan*

    5 Lingga

    16,444.45 7.77 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah

    6 Lingga Timur*

    7 Selayar*

    36,969.03 17.46 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah

    8 Lingga Utara 2,359.96 1.11 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah

    30,863.97 14.57 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah

    9 Senayang 486.31 0.23 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah

    45,341.46 21.41 Potensi Terjadi Gerakan Tanah Rendah

    Jumlah 211,772.00 100.00

    Sumber: RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 Keterangan: *) Kecamatan Pemekaran

    b. BANJIR

    Terjadinya perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari kawasan hutan

    menjadi kawasan terbangun, secara langsung akan mempengaruhi besarnya

    koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan konsentrasi aliran serta

    perubahan fungsi tersebut akan merusak bagian hulu sungai (DAS), seperti pada

    DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Pangak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Pinang serta DAS

    lainnya yang berada di Kabupaten Lingga.

    Pada umumnya banjir yang terjadi di Kabupaten Lingga merupakan Banjir

    luapan yang diakibatkan kapasitas sungai yang tidak mampu untuk menampung air

    masuk dari sistem drainase yang tersedia, diperparah pada saat banjir di sungai

    terjadi bersamaan dengan pasang tinggi (spring tide) di laut. Selain itu sistem

    drainase yang masih kurang memadai sehingga akibat adanya hujan tinggi air

    permukaan yang mengalir sebagian menggenang pada jalan atau permukiman.

    Penyebaran lokasi rawan bencana banjir di Kabupaten Lingga adalah pada daerah

    daerah yang berbatasan dan bersentuhan langsung dengan sungaisungai yang

    tersebar di Kabupaten Lingga, yaitu pada Kelurahan Daik Kecamatan Lingga,

    Kelurahan Dabo dan Desa Marok Kecil di Kecamatan Singkep. Untuk lebih jelasnya

    diuraikan sebagai berikut:

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 40 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    1. Kawasan rawan bencana banjir Daik dan sekitarnya terletak di Kecamatan

    Lingga;

    2. Kawasan rawan bencana banjir Dabo dan sekitarnya terletak di

    Kecamatan Singkep;

    3. Kawasan rawan bencana banjir Resun, Sungai Besar dan sekitarnya

    terletak di Kecamatan Lingga Utara; dan

    4. Kawasan rawan bencana banjir air merah dan sekitarnya terletak di

    Kecamatan Singkep Barat.

    c. GELOMBANG PASANG DAN ABRASI

    Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi di Kabupaten Lingga

    meliputi:

    1. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai selatan Pulau Singkep; dan

    2. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Berindat Desa Lanjut Desa

    Sedamai Desa Kote terletak di Kecamatan Singkep Pesisir.

    3. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di Kecamatan Senayang.

    4. Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di kecamatan Lingga Utara

    meliputi:

    a. Pesisir dan sepanjang pantai Desa Teregeh;

    b. Pesisir dan sepanjang pantai Sasah;

    c. Pesisir dan sepanjang pantai Tanjung Awak; dan

    d. Pesisir dan sepanjang pantai Sungai Nona.

    3.4 KONDISI INFRASTRUKTUR KELAUTAN DAN PESISIR

    3.4.1 SENTRA KEGIATAN PERIKANAN

    Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap hasil

    tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Kabupaten Lingga.

    Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut),

    serta perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non lahan,

    maka usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan

    perekonomian masyarakat Kabupaten terutama di kawasan pesisir Kabupaten

    Lingga. Peruntukan pengolahan ikan akan diintegrasikan dengan pengembangan

    kawasan Minapolitan di Pulau Selayar dan Pulau Tajur Biru. Selain itu juga

    didorong pengembangan pada kawasan sebagai berikut:

    1. Tanjung Sembilang sampai Tanjung Irat di Kecamatan Singkep Barat di

    Pulau Singkep dapat dijadikan sentra pengolahan ikan laut dengan pusat

    pengolahan di Sungaikai.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 41 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2. Tanjung Awak dan Sekanah di Kecamatan Lingga Utara di Pulau Lingga

    dengan pusat pengolahan di Sekanah dikarenakan dekat dengan PKL

    Pancur.

    3. Tanjung Pelak sampai Tanjung Datuk Kecamatan Lingga di Pulau Lingga.

    4. Selat Buaya Kecamatan Senayang di Pulau Sebangka.

    5. Pulau-pulau kecil diantaranya: Pulau Cempa dan Pulau Rejai.

    Untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan maka akan

    direncanakan pembangunan dan pengembangan pelabuhan khusus berupa

    Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Rencana pengembangan pelabuhan perikanan di

    Kabupaten Lingga berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Kepulauan Riau adalah

    Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal

    perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20 buah kapal atau

    60 GT kapal perikanan sekaligus. Pelabuhan ini melayani kegiatan perikanan di

    perairan pedalaman dan perairan kepulauan. Sesuai dengan arahan Kementerian

    Kelautan, rencana pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) terletak di:

    1. Tajur Biru Kecamatan Senayang;

    2. Rejai Kecamatan Senayang;

    3. Senayang Kecamatan Senayang;

    5. Singkep Kecamatan Singkep;

    6. Penuba Kecamatan Lingga;dan

    7. Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat.

    Dalam Jangka Panjang, pengembangan PPI Penuba dan Tajur Biru akan

    didorong sebagai embrio untuk pengembangan kawasan minapolitan berbasis ikan

    tangkap. Dengan demikian, untuk mengembangkan Pulau Selayar dan Tajur Biru

    sebagai kawasan minapolitan berbasis ikan tangkap, maka akan dikembangkan

    fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana

    produksi, pengolahan, pemasaran, kelembagaan usaha, serta fasilitas penyuluhan

    dan pelatihan.

    3.4.2 SENTRA KEGIATAN PARIWISATA

    Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi

    pengembangan kegiatan pariwisata, serta mempunyai salah satu kondisi sebagai

    berikut:

    1. Keindahan alam dan keindahan panorama

    2. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh

    wisatawan

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 42 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    3. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah tinggi

    4. Kawasan yang mendukung upaya pelestarian Budaya dan lingkungan

    Dalam arahan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau,

    Kabupaten Lingga terbagi menjadi 3 Unit Kawasan Wisata (UKW), yaitu:

    1. Unit Kawasan Wisata Lingga, memiliki fungsi utama untuk wisata sejarah

    dan agro wisata dengan wisata pendukungnya adalah wisata alam

    pegunungan dan wisata bahari

    2. Unit Kawasan Wisata Singkep, memiliki fungsi utama sebagai pintu masuk

    wisatawan serta pusat transit wisatawan dengan kegiatan wisata adalah

    wisata alam dan wisata bahari

    3. Unit Kawasan Wisata Senayang, memiliki fungsi utama adalah wisata

    bahari

    Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan kegiatan wisata

    dapat dikembangkan pada kawasan lain yang memiliki potensi untuk

    dikembangkan sebagai kegiatan wisata seperti kawasan cagar budaya, kawasan

    hutan lindung, kawasan sempadan pantai dan sebagainya. Pengembangan kawasan

    wisata dan fasilitas pendukungnnya secara khusus akan dikembangkan berdasarkan

    potensi wisata yang meliputi:

    1. Kawasan wisata pantai Serim di Kecamatan Lingga utara

    2. Kawasan wisata pantai Mempanak Kecamatan Lingga

    3. Kawasan wisata pantai Pasir Panjang Kecamatan Lingga

    4. Kawasan wisata pantai Tanjung Dua Kecamatan Lingga.

    5. Kawasan wisata pantai Batu berdaun Kecamatan Singkep

    6. Kawasan wisata pantai Sergang Kecamatan Singkep

    7. Kawasan wisata pulau Serak Kecamatan Singkep Barat.

    8. Kawasan wisata Pulau Berhala Kecamatan Singkep

    9. Kawasan wisata Pulau Benan dan pulau-pulau sekitarnya di Kecamatan

    Senayang

    Luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan untuk mendukung

    struktur perekonomian Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang kurang

    lebih seluas 2.447 Ha dengan rincian sebagai berikut:

    1. Kecamatan Singkep seluas kurang lebih 267 Ha

    2. Kecamatan Singkep Pesisir seluas kurang lebih 45 Ha

    3. Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 45 Ha

    4. Kecamatan Singkep Selatan seluas kurang lebih 34 Ha

    5. Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 688 Ha

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 43 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    6. Kecamatan Lingga Timur seluas kurang lebih 108 Ha

    7. Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 269 Ha

    8. Kecamatan Lingga Barat seluas kurang lebih 18 Ha

    10. Kecamatan Senayang seluas kurang lebih 789 Ha

    Selain kawasan wisata sebagaimana tersebut di atas, di Kabupaten Lingga

    juga terdapat obyek-obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan obyek wisata

    buatan yang akan dikembangkan sebagai potensi pengembangan kepariwisataan

    yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

    1. Perdesaan, Kelurahan Senayang Kecamatan Senayang

    Pasar Tradisional Perkotaan, Marok Tua Kecamatan Singkep Barat

    2. Botanical Garden di Pulau Bakung

    Pulau Bakung di Kecamatan Senayang, dengan mengkonversi hutan

    bakau/mangrove dan menambahkan flora fauna yang mendukung

    3. Kawasan Agropolitan terintegrasi dengan kondisi dan karakteristik

    perdesaan (Wisata Pendidikan)

    Kecamatan Lingga Utara dan Lingga: kawasan agropolitan Bukit

    Harapan, Linau,Kerandin, dan Bukit Langkap

    Kecamatan Singkep Barat: Kawasan Agropolitan Santel Lambuk

    Maroktua dan Kuala Raya

    4. Kawasan Minapolitan (Wisata Pendidikan)

    Tanjung Sembilang sampai Tanjung Irat di Kecamatan Singkep Barat di

    Pulau Singkep

    Tanjung Awak dan Sekanah di Kecamatan Lingga Utara di Pulau Lingga

    Tanjung Pelaka sampai Tanjung Datuk Kecamatan Lingga di Pulau

    Lingga

    Selat Buaya Kecamatan Senayang di Pulau Sebangka

    5. Kawasan KUNAK (Wisata Pendidikan)

    Pulau Lingga: Mentuda (Kecamatan Lingga)

    Pulau Singkep: Tanjung Buku (Kecamatan Singkep Barat)

    Pulau Sebangka: Tanjung Gantur(Kecamatan Senayang)

    6. Wisata Kuliner

    3.4.3 SENTRA KEGIATAN PERHUBUNGAN

    Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Lingga meliputi:

    a. Pelabuhan pengumpul meliputi:

    1. Pelabuhan Dabo Singkep teletak di Kecamatan Singkep;

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 44 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2. Pelabuhan Sebayur terletak di Kecamatan Singkep Barat;

    3. Pelabuhan Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat;

    4. Pelabuhan Sungai Tenam terletak di Kecamatan Lingga.

    5. Pelabuhan Senayang terletak di Kecamatan Senayang;

    6. Pelabuhan Penarik terletak di Kecamatan Lingga;

    7. Pelabuhan Sungai Buluh terletak di Kecamatan Singkep Barat;

    8. Pelabuhan Pekajang terletak di Kecamatan Lingga;

    9. Pelabuhan Berhala terletak di Kecamatan Singkep Selatan; dan

    10. Pelabuhan Sungai Mergong terletak di Kecamatan Lingga Timur;

    b. Pelabuhan pengumpan regional meliputi:

    1. Pelabuhan Tanjung Buton terletak di Kecamatan Lingga;

    2. Pelabuhan Pancur terletak di Kecamatan Lingga Utara;

    3. Pelabuhan Benan terletak di Kecamatan Senayang;

    4. Pelabuhan Rejai terletak di Kecamatan Senayang; dan

    5. Pelabuhan Limbung terletak di Kecamatan Lingga Utara;

    c. Pelabuhan pengumpan lokal tersebar di seluruh kecamatan.

    Sedangkan Angkutan laut di Kabupaten Lingga terdiri dari:

    a. Angkutan laut luar negeri dilayani Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan

    Sungai Tenam dan Pelabuhan Benan, meliputi:

    1. Lingga Singapura; dan

    2. Lingga Malaysia.

    b. Angkutan laut nasional meliputi:

    1. Lingga Jambi (Kuala Tungkal dan Muara Sabak) dilayani dari

    pelabuhan Dabo, pelabuhan Daik, pelabuhan Berhala, pelabuhan

    Pancur, pelabuhan Marok Tua

    2. Lingga Bangka Belitung (Belinyu) dilayani dari Pelabuhan Senayang,

    Pelabuhan Sungai Tenam, Pelabuhan Dabo, Pelabuhan Pekajang;

    3. Lingga Jakarta (Tanjung Priok) dilayani dari Pelabuhan Dabo;

    4. Lingga Sumatera Utara (Belawan) dilayani dari Pelabuhan Dabo;

    5. Lingga Jawa Barat (Cirebon) dilayani dari Pelabuhan Penarik dan

    Kelombok; dan

    6. Lingga Riau (Tebing Tinggi Kabupaten Meranti) dilayani dari

    Pelabuhan Penarik dan Kelombok.

    c. Angkutan laut regional meliputi:

    1. Lingga Tanjungpinang; dan

    2. Lingga Batam.

  • BAB 3 GAMBARAN EKSISTING KABUPATEN LINGGA -

    LAPORAN KEMAJUAN 3 - 45 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang alami

    maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya

    dianggap aman untuk dilayari. Alur Laut dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran,

    alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut.

    Rencana pengembangan alur pelayaran laut di Kabupaten Lingga dapat dilihat

    sebagai berikut:

    Tabel III.18

    Rencana Alur Pelayaran Laut Kabupaten Lingga

    No Lokasi Rute

    Cargo Penumpang

    1. Sei Temam Kecamatan Lingga 1. Singapura 2. Tj. Pinang 3. Jambi 4. Jakarta

    1. Singapura 2. Tj. Pinang 3. Jambi 4. Jakarta

    2. Jagoh Kecamatan Singkep Barat Penuba Kecamatan Lingga Sai Buluh Kecamatan Singkep Barat

    Penuba-Singapura 1. Sai Buluh-Jambi 2. Sai Buluh-Jakarta 3. Sai Buluh-Cirebon

    Jagoh-Tj Jabong Jambi

    Penarik Kecamatan Lingga (Roro)

    Penarik Jagoh Tj Jabong Jambi

    Penarik Jagoh Tj Jabong

    Pengambil Singkep Barat (rencana Pembangunan)

    1. Pengambil-Jambi 2. Pengambil-Jakarta 3. Pengambil-Cirebon

    Dabo Kecamatan Singkep Lingga Tj. Pinan