IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik...

18
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan, iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini. 4.1.1. Kondisi Geografi Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71% luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak diantara 6 0 36sampai dengan 7 0 03Lintang Selatan dan 108 0 03’ sampai dengan 108 0 25’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26 kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan, Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada Gambar 7.

Transcript of IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik...

Page 1: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

59

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4.1. Kondisi Fisik Wilayah

Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang

merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan,

iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan

tersendiri pada bagian di bawah ini.

4.1.1. Kondisi Geografi

Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi

Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71% luas

wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke

Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten

Majalengka terletak diantara 60 36’ sampai dengan 7

0 03’ Lintang Selatan dan

1080 03’ sampai dengan 108

0 25’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah

administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten

Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26

kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten

Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran

desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa

yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu

Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan,

Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan

Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial

batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada

Gambar 7.

Page 2: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

60

Gambar 7. Peta administrasi Kabupaten Majalengka

Distribusi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Majalengka

disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas

wilayah per Kecamatan di Kabupaten Majalengka cenderung merata. Kecamatan

Page 3: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

61

yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Kecamatan Kertajati sedangkan

kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kadipaten.

Gambar 8. Distribusi luas wilayah per kecamatan (Km2)

4.1.2. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Majalengka sangat bervariasi yaitu ada

daerah dengan topografi landai (dataran rendah), berbukit bergelombang, serta

perbukitan terjal. Kondisi bentang alamnya melandai ke daerah Barat Laut,

menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara. Sehingga pada

wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan.

Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai.

Page 4: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

62

Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka di klasifikasikan kedalam 3

kelas yaitu 0 – 15 %, 15 – 40 % dan > 40 %. Berdasarkan klasifikasi kelas

kemiringan lahan, 13.21 % dari luas wilayah Kabupaten Majalengka mernpunyai

kemiringan lahan di atas 40%, sedangkan kontribusi kelas kemiringan lahan

mayoritas adalah pada kelas kemiringan lahan 0 - 15%, yaitu 82.207 Ha atau

68.26% luas wilayah Kabupaten Majalengka, dan daerah ini merupakan daerah

yang relatif datar (Bappeda Majalengka, 2005). Kondisi topografis ini sangat

berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah. Selain

itu juga mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah

yaitu daerah yang mempunyai kelerengan curam. Distribusi ketiga bagian

topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana disebutkan di atas,

adalah sebagai berikut :

1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0 - 15%, yaitu meliputi

kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung dan

Palasah.

2. Berbukit Gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15% - 40%, yaitu

metiputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,

Dawuan, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi,

Sukahaji dan Talaga.

3. Perbukitan Terjal, kemiringan tanahnya lebih dari 40%, sebagian besar

merupakan daerah-daerah di sekitar Gunung Ciremai yaitu meliputi

Kecamatan Agapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,

Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh,

Sindangwangi, Sukahaji, Sumberjaya dan Talaga.

Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Kabupaten Majalengka yang

mempunyai ketinggian di atas 2000 mdpl terletak di sekitar kawasan kaki Gunung

Ciremai. Adapun wilayah yang mempunyai ketinggian 25-100 m dpl

mendominasi pada bagian Utara Kabupaten Majalengka, yang dimanfaatkan

untuk pertanian lahan basah. Sebaran ketinggian wilayah yang lebih rinci

disajikan secara spasial pada Gambar 9.

Page 5: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

63

Gambar 9. Peta kelas ketinggian Kabupaten Majalengka

4.1.3. Kondisi Tanah dan Lahan

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis tanah memegang peranan penting dalam

menentukan sifat dan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang kegiatan

Page 6: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

64

pertanian di suatu daerah. Kemampuan tanah berdasarkan kedalaman efektif tanah

merupakan kondisi dimana tanaman dapat tumbuh karena perakaran tanaman

dapat menembusnya secara vertikal. Kedalaman efektif tanah dipengaruhi oleh

tingkat erosi yang dapat mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil) terkikis air ke

tempat yang lebih rendah (Hardjowigeno, 2007).

Gambar 10. Peta kedalaman efektif tanah Kabupaten Majalengka

Page 7: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

65

Kedalam efektif tanah di Kabupaten Majalengka dapat dikelompokkan

menjadi empat kelompok. Adapun sebaran kedalaman efektif tanah secara rinci

dapat dilihat pada Gambar 10.

4.1.4. Iklim

Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Majalengka termasuk kedalam iklim

tropis dengan suhu udara rata-rata berdasarkan data Tahun 2009 berkisar antara

25,9oC sampai dengan 29,3

oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober

yaitu 35,9oC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus dengan

suhu sebesar 22,2oC.

Variasi curah hujan bulanan pada Tahun 2009 antara 60 mm sampai 419

mm dengan jumlah hari hujan antara 2 sampai 26 hari setiap bulan. Dengan

menggunakan pembagian tipe hujan dari Oldeman, maka Kabupaten Majalengka

termasuk tipe iklim C yaitu daerah yang memiliki bulan basah 5-6 bulan. Curah

hujan tertinggi di Kabupaten Majalengka terjadi pada bulan Februari 2009 yang

mencapai 419 mm dengan jumlah hari hujan 26 hari, sedangkan kemarau terjadi

pada bulan Agustus dan September. Adapun data iklim di Kabupaten Majalengka

selama Tahun 2009 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Fluktuasi Iklim di Kabupaten Majalengka Tahun 2009

No. Bulan

Suhu Udara (oC) Hujan Penyinaran

Matahari

(%) Maks. Min. Rata-rata Curah Hujan

(mm)

Hari

Hujan

1 Januari 31,1 23,7 26,6 234 22 35

2 Februari 30,6 23,4 25,9 419 26 27

3 Maret 33,3 23,6 26,7 293 23 66

4 April 33,1 24,1 27,5 217 14 61

5 Mei 32,7 24,1 27,3 90 14 78

6 Juni 32,7 22,5 27,2 60 6 81

7 Juli 33,1 22,3 26,9 ttu*)

2 85

8 Agustus 34,2 22,2 27,5 0 0 89

9 September 35,9 23,6 29,2 0 0 86

10 Oktober 35,2 24,8 29,3 69 8 72

11 Nopember 33,9 24,9 28,4 364 18 53

12 Desember 32,9 24,4 27,6 219 23 56

Jumlah 398,7 283,6 330,1 1965 156 789

Rata-rata 33,2 23,6 27,5 178,64 13 65,8

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010 *)ttu=tidak terukur

Page 8: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

66

4.1.5. Penggunaan Lahan

Pada dasarnya penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan

fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan

lahan ini sangat diperlukan baik untuk memperoleh gambaran mengenai

organisasi tata ruang maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial

ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.

Sebagai daerah agraris, penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka masih

didominasi oleh kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering.

Penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2009

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Proporsi (%)

1 LAHAN PERTANIAN

1.1 Lahan Sawah

1. Irigasi teknis 17.982 14,93

2. Irigasi ½ teknis 7.970 6,62

3. Irigasi sederhana 5.534 4,60

4. Irigasi Desa / Non PU 7.901 6,56

5. Tadah hujan 12.512 10,39

Jumlah Lahan Sawah 51.899 43,10

1.2 Lahan Bukan Sawah -

1. Tegal (kebun) 27.275 22,65

2. Ladang (huma) - -

3. Perkebunan 370 0,31

4. Ditanami pohon/hutan rakyat 4.739 3,94

5. Tambak - -

6. Kolam/tebat/empang 543 0,45

7. Padang penggembalaan/rumput 693 0,58

8. Sementara tidak diusahakan 28 0,02

9. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman

pertanian, dll)

2.584 2,15

Jumlah Lahan Bukan Sawah 36.232 30,09

2 LAHAN BUKAN PERTANIAN -

1. Rumah, bangunan dan halaman sekitar 12.025 9,99

2. Hutan Negara 17.217 14,30

3. Rawa-rawa (tidak ditanami) 99 0,08

4. Lainnya (Jalan, sungai, danau, lahan tandus) 2.952 2,45

Jumlah Lahan Bukan Pertanian 32.293 26,82

Luas Lahan Keseluruhan 120.424 100,00 Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Page 9: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

67

4.2. Sosial Kependudukan

Pada bagian sosial kependudukan ini dikemukakan gambaran mengenai

penduduk dan ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Majalengka. Masing-

masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini.

4.2.1. Kependudukan

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan.

Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan

permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk

dan tidak meratanya penyebaran penduduk.

Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 berdasarkan

hasil Susenas 2009 adalah 1.206.702 jiwa terdiri dari 600.396 jiwa laki-laki dan

606.306 jiwa perempuan atau meningkat 0,83% bila dibandingkan jumlah

penduduk tahun sebelumnya. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk

perempuan masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan

sex ratio 99.02%. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan

penduduk di Kabupaten Majalengka selama kurun 2005-2009 dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten

Majalengka Tahun 2005 - 2009

PENDUDUK 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah (Jiwa) 1.169.337 1.179.136 1.188.189 1.196.811 1.206.702

Laki-laki (Jiwa) 577.633 582.474 588.321 594.981 600.396

Perempuan (Jiwa) 591.704 596.662 599.868 601.830 606.306

Laju Pertumbuhan

Penduduk (persen)

0,82 0,84 0,76 0,73

0,83

Kepadatan (Jiwa/

Km2)

971 979 987 994 1002

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Persebaran penduduk di Kabupaten Majalengka belum merata di tiap

kecamatan. Kecamatan Jatiwangi, Majalengka dan Cikijing adalah tiga

kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Di lain pihak, Kecamatan

Sindang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit.

Page 10: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

68

Adapun distribusi jumlah penduduk per kecamatan menurut jenis kelamin

disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Distribusi penduduk Kabupaten Majalengka per Kecamatan Tahun 2009

Kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka bervariasi antara satu

kecamatan dengan kecamatan lainnya. Secara keseluruhan rata-rata kepadatan

penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 adalah 1.002 Jiwa/Km2,

kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan

2.096 Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan

kepadatan 333 Jiwa/Km2.

4.2.2. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Peningkatan jumlah penduduk umumnya

diikuti pula dengan penambahan jumlah angkatan kerja yang tentunya menuntut

peningkatan penyediaan lapangan kerja.

Pencari kerja terdaftar selama tahun 2009 di Kabupaten Majalengka

sebanyak 13.417 orang, yang terdiri dari 6.897 orang perempuan dan 6.520 orang

laki-laki. Rincian tentang pencari kerja terdaftar dan yang telah ditempatkan

selama tahun 2009 di Kabupaten Majalengka berdasarkan tingkat pendidikannya

dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 11: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

69

Tabel 11. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Kabupaten Majalengka Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Pencari Kerja

(Orang)

Persentase

(%)

Belum

Ditempatkan

(Orang)

Telah

Ditempatkan

(Orang)

SD 1.158 8,63 847 311

SLTP 1.550 11,53 1.361 189

SLTA 6.305 46,99 6.252 53

D1, D2, D3 1.523 11,35 1.523 -

Sarjana 2.881 21,47 2.881 -

Pasca Sarjana - - - -

J u m l a h 13.417

12.864 553 Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Perkembangan angka statistik ketenagakerjaan yang meliputi tingkat

partisipasi angkatan kerja, persentase penduduk usia kerja, tingkat pengangguran,

upah minimum regional dan persentase penduduk yang bekerja berdasarkan

kelompok sektor di Kabupaten Majalengka dari Tahun 2007 sampai Tahun 2009

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Perkembangan Angka Statistik Ketenagakerjaan Uraian 2007 2008 2009

Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja

69,06 62,23 66,48

Tingkat Pengangguran 7,46 7,98 6,74

Bekerja (%) 92,54 92,02 93,26

UMR (Rp) 555.000 605.000 680.000

Bekerja di Sektor Primer (%) 37,96 31,05 30,94

Bekerja di Sektor Sekunder (%) 19,53 23,38 18,96

Bekerja di Sektor Tersier (%) 42,51 45,57 50,10 Sumber : Statistik Daerah Kab. Majalengka Tahun 2010

Berdasarkan kelompok sektornya, angkatan kerja yang bekerja di sektor

primer selama periode Tahun 2007 – 2009 cenderung menurun yaitu dari 37,96

persen pada Tahun 2007 menjadi 30,94% pada Tahun 2009. Sebaliknya untuk

kelompok sektor tersier cenderung meningkat yaitu dari 42,51% pada Tahun 2007

menjadi 50,10% pada Tahun 2009.

4.2.3. Sosial Budaya

Pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Majalengka menjadi

prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas sumber daya manusia

(SDM) Kabupaten Majalengka menunjukkan perkembangan yang semakin

Page 12: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

70

membaik, hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu

Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Daya Beli.

IPM Kabupaten Majalengka pada tahun 2007 mencapai 69,25 kemudian

meningkat kemudian meningkat sebesar 0,15 poin menjadi 69,40 di Tahun 2008.

Peningkatan cukup besar terjadi pada Tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 0,5

poin menjadi sebesar 69,94. Tetapi di lain pihak dari sisi peringkatnya, diantara

26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Kabupaten Majalengka menduduki peringkat

ke-22 pada Tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Majalengka

masih berada pada kelompok bawah. Untuk mendongkrak IPM tersebut

diperlukan upaya-upaya nyata sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat

benar-benar mengangkat kualitas hidup masyarakat Kabupaten Majalengka.

Dalam bidang seni dan budaya, pembangunan ditujukan untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati

diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus

informasi dan pengaruh negatif budaya global. Selain itu kesenian dan

kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang

dimiliki. Adapun budaya yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat

di Kabupaten Majalengka yaitu diantaranya upacara sambut pengantin, upacara

guar bumi, upacara mapag sri, dan beberapa tradisi budaya yang masih

dilestarikan oleh perorangan yang merupakan tradisi budaya dalam kehidupannya.

4.3. Perekonomian Daerah

Gambaran mengenai perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam

bahasan ini adalah meliputi produk domestik regional bruto (PDRB) dan potensi

sektor-sektor ekonomi.

4.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran

atas nilai tambah yang mampu diciptakan karena adanya berbagai aktivitas

ekonomi dalam suatu wilayah. Selain itu, data PDRB merupakan gambaran atas

kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya

Page 13: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

71

manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu besarnya nilai PDRB dari suatu

wilayah akan sangat tergantung pada kedua faktor tersebut, sehingga dengan

beragamnya kondisi dan keterbatasan dari kedua faktor di atas menyebabkan nilai

PDRB bervariasi antar daerah. PDRB merupakan ukuran produktivitas wilayah

yang paling umum dan paling dapat diterima secara luas sebagai standar ukuran

pembangunan suatu wilayah, sehingga walaupun dianggap memiliki berbagai

kelemahan tetapi PDRB ini merupakan tolak ukur yang paling operasional karena

tidak ada satu wilayah pun yang tidak melakukan pengukuran nilai PDRB.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka dapat dilihat dari

laju PDRB atas dasar harga konstan yang mengalami peningkatan, nilai ini

menunjukan terjadinya peningkatan produk yang dihasilkan dibandingkan

tahun sebelumnya. Stuktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang

digambarkan oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan

bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan dan menjadi

andalan dalam memberikan nilai tambah PDRB Kabupaten Majalengka,

dimana kontribusi yang diberikan sektor ini cukup besar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka atas

dasar harga konstan tahun 2000 pada kurun waktu tahun 2006-2009 mengalami

kenaikan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh kenaikan hampir semua sektor

lapangan usaha dengan dominasi sektor pertanian diikuti sektor perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2006 PDRB atas

dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 3.686.235.930.000, tahun 2007

sebesar Rp.3.865.690.520.000, dan pada tahun 2008 sebesar Rp.

4.041.007.620.000 serta pada tahun 2009 sebesar Rp. 4.225.926.070.000.

Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita

Kabupaten Majalengka atas dasar harga konstan tahun 2000 setiap tahun

mengalami kenaikan dari Rp. 3.126.217,78 pada tahun 2006 menjadi Rp.

3.502.046,13 pada tahun 2009. Kenaikan PDRB per kapita menunjukkan bahwa

kondisi perekonomian Kabupaten Majalengka meningkat, sejalan dengan jumlah

penduduk dan keadaan penduduk pada tahun berjalan. Gambaran mengenai

perkembangan kontribusi sektoral dan nilai PDRB per kapita Kabupaten

Majalengka atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 14: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

72

Tabel 13. Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Majalengka Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000 dari Tahun 2006-2009 (Dalam Jutaan Rupiah)

No. LAPANGAN USAHA SATUAN TAHUN

2006 2007 2008 2009

1 PDRB atas dasar harga

konstan thn 2000 (Jutaan

Rupiah)

3.686.235,93 3.865.690,52 4.042.240,29 4.225.926,07

Pertanian Rp.000.000,00 1.046.430,59 1.093.907,26 1.133.648,71 1.184.973,86

% (28,39) (28,30) (28,05) (28,04)

Pertambangan dan

Galian

Rp.000.000,00 150.590,75 159.586,22 166.138,45 162.266,80

% (4,09) (4,13) (4,11) (3,84)

Industri Pengolahan Rp.000.000,00 624.229,78 657.996,42 691.093,64 724.330,61

% (16,93) (17,02) (17,10) (17,14)

Listrik, Gas, Air Bersih Rp.000.000,00 24.480,32 26.149,82 27.540,86 28.810,27

% (0,66) (0,68) (0,68) (0.68)

Bangunan Rp.000.000,00 165.831,17 175.415,37 185.168,46 195.870,28

% (4,50) (4,54) (4,58) (4,63)

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

Rp.000.000,00 724.540,91 756.470,52 797.726,94 838.517,68

% (19,66) (19,57) (19,73) (19,84)

Pengangkutan dan

Komunikasi

Rp.000.000,00 238.842,61 250.435,89 260.476,07 271.937,70

% (6,48) (6,48) (6,44) (6,43)

Keuangan Rp.000.000,00 205.604,05 219.085,84 229.950,10 240.097,63

% (5,58) (5,67) (5,69) (5,68)

Jasa Rp.000.000,00 505.685,75 526.643,19 550.497,06 579.121,25

% (13,72) (13,62) (13,62) (13,70)

2 PDRB per Kapita (Rp) 3.126.217.78 3.253.430,66 3.377.492,37 3.502.046,13

Sumber : BPS Kabupaten Majalengka Tahun 2010

Nilai tambah terbesar bagi PDRB Kabupaten Majalengka pada Tahun

2009 berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 1,184 trilyun rupiah atau sebesar

28,04 % dimana sebagian besar penduduk berusaha di sektor pertanian. Sektor

perdagangan hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu

sebesar 838 milyar atau sebesar 19,84%. Sektor industri pengolahan memberikan

kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 724 milyar atau sebesar 17,14%.

4.3.2. Potensi Sektor-Sektor Ekonomi

Potensi sektor-sektor ekonomi yang dijelaskan dalam bahasan ini adalah

potensi sektor-sektor ekonomi yang memiliki sumbangan terbesar terhadap PDRB

di Kabupaten Majalengka yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor industri pengolahan.

4.3.2.1. Pertanian

Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang

besar dan variatif, serta didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk

Page 15: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

73

pengembangan komoditas pertanian. Potensi ini dapat dilihat dari besarnya

sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB. Dominasi sektor pertanian dalam

perekonomian Kabupaten Majalengka sangat dimungkinkan dengan besarnya luas

lahan yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari

rincian penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka yaitu dari luas wilayah

Kabupaten Majalengka sebesar 120.424 hektar tersebut terdiri atas lahan sawah

51.370 hektar, lahan bukan sawah 33.362 hektar dan lahan bukan pertanian 35.692

hektar. Berdasarkan data tersebut maka 73,18% luas lahan di Kabupaten Majalengka

digunakan sebagai lahan pertanian.

Kontribusi terbesar sektor pertanian adalah berasal dari sub sektor tanaman

bahan makanan yang rata-rata mencapai 23,80% dari nilai PDRB Kabupaten

Majalengka, hal ini berarti produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal

dari usaha budi daya tanaman bahan makanan. Tanaman bahan makanan terdiri

dari tiga jenis komoditas yaitu padi dan palawija, sayuran serta buah-buah.

Kinerja dari sub sektor tanaman bahan makanan ini dapat dilihat dari

perkembangan angka produksi beberapa komoditasnya.

Tabel 14 menggambarkan besarnya luas panen, hasil per hektar dan

produksi padi sawah di Kabupaten Majalengka. Dari tabel ini tergambar bahwa

pada Tahun 2009 produksi padi telah mencapai 567.796 ton. Bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, ternyata produksi padi mengalami peningkatan sebesar

10,77%. Peningkatan produksi ini karena bertambahnya luas panen dari 88.503 ha

menjadi 93.517 ha atau meningkat sebesar 5,67% serta juga disebabkan oleh

meningkatnya produktivitas atau hasil per hektar sebesar 4,83 %.

Tabel 14. Perkembangan Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Padi Sawah

di Kab. Majalengka Tahun Luas Panen

(Ha)

Hasil per Hektar

(Kuintal)

Produksi

(Ton)

2008 88.503 57,92 512.596

2009 93.517 60,72 567.796

Laju 5,67 4,83 10,77

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Perkembangan produksi tanaman palawija pada Tahun 2009 ditunjukkan

dalam Tabel 15. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya

Page 16: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

74

tanaman palawija mengalami pertumbuhan yang positif, bahkan komoditas jagung

dan ubi jalar pada Tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup pesat dari

tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 59,29 % dan 53,95%.

Tabel 15. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten Majalengka (dalam ton) Komoditas 2008 2009 Laju

Jagung 69.479 110.674 59,29

Ubi Kayu 42.575 46.461 9,13

Ubi Jalar 11.409 17.564 53,95

Kacang Tanah 1.769 1.531 13,45

Kedelai 2.825 3.378 19,57

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Seperti yang telah disebutkan diatas, selain padi dan palawija, tanaman

lain yang termasuk dalam sub sektor tanaman bahan makanan adalah sayuran dan

buah-buahan. Perkembangan produksi sayuran dan buah-buahan pada Tahun 2009

disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17.

Tabel 16. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Majalengka

(dalam kuintal) Komoditas 2008 2009 Laju

Bawang merah 330.150 316.790 -4,05

Bawang daun 864.640 419.600 -51,47

Cabe 128.330 97.740 -23,84

Tomat 67.560 103.440 53,11

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Dari Tabel 16 terlihat bahwa sebagian besar komoditas sayuran

mengalami penurunan produksi, yang mengalami peningkatan produksi hanya

komoditas tomat yaitu meningkat sebesar 53,11%. Bawang merah menurun

sebesar 4,05 %, kemudian komoditas bawang daun juga menurun sebesar sebesar

51,47 % dan cabe menurun sebesar 23,84 %.

Selanjutnya Tabel 17 menunjukkan perkembangan produksi buah-buahan

di Kabupaten Majalengka. Seperti halnya sayuran, komoditas buah-buahan pun

sebagian besar menunjukkan penurunan, yang mengalami peningkatan dantaranya

adalah mangga dan pisang. Komoditas mangga meningkat sebesar 3,07 % dan

pisang meningkat cukup pesat yaitu mencapai 125,10 %.

Page 17: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

75

Tabel 17. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Kab. Majalengka (dalam

kuintal) Komoditas 2008 2009 Laju

Alpukat 62.193 46.156 -25,78

Jambu biji 30.374 26.568 -12,53

Mangga 452.235 466.103 3,07

Nangka 61.215 33.587 -45,13

Pisang 122.094 274.838 125,10

Jeruk besar 1.456 482 -66,89

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

4.3.2.2. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan di Kabupaten Majalengka pengembangannya

difokuskan pada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik pasar

daerah maupun pasar luar daerah. Pengembangan sistem distribusi diarahkan

untuk memperlancar arus barang dan jasa, memperkecil kesenjangan antar daerah,

mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang yang terjangkau

oleh masyarakat.

Berdasarkan data yang tercatat di BPS (2010), beberapa fasilitas

perdagangan yang terdapat di Kabupaten Majalengka meliputi pasar desa

sebanyak 33 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari

pasar sebanyak 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah

Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya,

Talaga dan Kadipaten, jumlah kelompok pertokoan sebanyak 3.440 buah,

Supermarket (Pasar Swalayan, Toserba, Minimarket) sebanyak 27 buah, Restoran

(Rumah Makan, Kedai Makanan) sebanyak 21 buah, sedangkan sarana akomodasi

meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri atas 192 kamar, sementara

jumlah restoran sebanyak 21 buah.

4.3.2.3. Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memegang peranan yang sangat penting dalam

peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat

meningkatkan nilai tambah juga sangat diharapkan perkembangannya dalam

menunjang perekonomian, terutama dalam upaya mengatasi pengangguran. Selain

itu, sektor ini pun merangsang kegiatan ekonomi sektor lainnya seperti sektor

Page 18: IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan

76

jasa, angkutan dan perdagangan. Sebagai gambaran pada PDRB Kabupaten

Majalengka Tahun 2009 sektor industri memberikan kontribusi sebesar 17,14 %.

Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka

saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain

industri kerajinan dan industri olahan makanan. Sementara industri besar

perkembangannya relatif lebih lambat. Banyaknya perusahaan industri besar dan

sedang berdasarkan produksi utamanya yang ada di Kabupaten Majalengka dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Banyaknya Industri Besar dan Sedang di Kabupaten Majalengka

Tahun

Produksi Utama (unit)

Pakaian Makanan Genteng Kerajinan

Rotan

Bola

Sepak Lainnya

2005 3 4 318 25 1 18

2006 3 6 324 50 1 18

2007 11 8 401 50 1 17

2008 23 8 450 64 2 23

2009 15 8 395 22 1 13

Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010

Apabila dilihat dari produksi utamanya, industri pengolahan di Kabupaten

Majalengka didominasi oleh industri genteng. Pada tahun 2009, industri genteng

ini mencapai 395 unit atau sebesar 87% dari industri yang ada. Keberadaan

industri genteng ini terpusat di Kecamatan Jatiwangi.