Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen...

27
18 Bab 3 Analisis Data Cerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya kira-kira 30 tahun, tetapi ia kelihatan masih sangat muda. Pasien 23 menceritakan kisah ini pada dokter S. sambil mendekap kedua lututnya erat-erat dan terkadang melemparkan pandangan keluar. Kadang kala ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk memperkuat ceritanya. Misalnya saja, pada saat kaget tiba-tiba ia menghentakkan kepalanya kebelakang. Akutagawa di duga menderita schizophrenia, hingga ia sering berilusi dan mengalami halusinasi berulang-ulang, menarik diri dari hubungan sosial, dan tenggelam dalam dunia sendiri. Dalam karya ini sosok penderita schizophrenia tampil dalam sosok tokoh Aku. Tokoh aku sebagai narator, diceritakan juga sulit beradaptasi dengan dunia manusia setelah kembali dari negeri Kappa ( Wibawarta, 2003: 210 ). Saya akan menganalisis unsur psikologis pada diri Pasien 23 berdasarkan teori Sigmund Freud (2003), melalui tahapan-tahapan kejadian yang dialami oleh tokoh utama, agar lebih terfokus. Tahapan ini saya bagi menjadi tujuh tahapan, berdasarkan perubahan sikap psikologis atau pandangan hidup dari tokoh utama. Tahapan itu adalah sebagai berikut : 1. Tahapan Pertama : Pasien 23 bertemu dengan Kappa. 2. Tahapan Kedua : Masuknya Pasien 23 kedunia Kappa, dan untuk pertama kalinya mengenal sesosok kappa bernama Bag. 3. Tahapan Ketiga : Hutang budi Pasien 23 terhadap kedua kappa dan jijiknya Pasien 23 melihat kappa tersenyum.

Transcript of Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen...

Page 1: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

18

Bab 3

Analisis Data

Cerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa.

Usianya kira-kira 30 tahun, tetapi ia kelihatan masih sangat muda. Pasien 23

menceritakan kisah ini pada dokter S. sambil mendekap kedua lututnya erat-erat dan

terkadang melemparkan pandangan keluar. Kadang kala ia menggerakkan anggota

tubuhnya untuk memperkuat ceritanya. Misalnya saja, pada saat kaget tiba-tiba ia

menghentakkan kepalanya kebelakang.

Akutagawa di duga menderita schizophrenia, hingga ia sering berilusi dan

mengalami halusinasi berulang-ulang, menarik diri dari hubungan sosial, dan tenggelam

dalam dunia sendiri. Dalam karya ini sosok penderita schizophrenia tampil dalam sosok

tokoh Aku. Tokoh aku sebagai narator, diceritakan juga sulit beradaptasi dengan dunia

manusia setelah kembali dari negeri Kappa ( Wibawarta, 2003: 210 ).

Saya akan menganalisis unsur psikologis pada diri Pasien 23 berdasarkan teori

Sigmund Freud (2003), melalui tahapan-tahapan kejadian yang dialami oleh tokoh

utama, agar lebih terfokus. Tahapan ini saya bagi menjadi tujuh tahapan, berdasarkan

perubahan sikap psikologis atau pandangan hidup dari tokoh utama.

Tahapan itu adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Pertama : Pasien 23 bertemu dengan Kappa.

2. Tahapan Kedua : Masuknya Pasien 23 kedunia Kappa, dan untuk pertama kalinya

mengenal sesosok kappa bernama Bag.

3. Tahapan Ketiga : Hutang budi Pasien 23 terhadap kedua kappa dan jijiknya Pasien 23

melihat kappa tersenyum.

Page 2: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

19

4. Tahapan Keempat : Perasaan kaget dan muak Pasien 23 karena menerima tawaran

memakan daging buruh Kappa.

5. Tahapan Kelima : Kagetnya Pasien 23 akan kebakaran yang menimpa kontrakan

rumah Gael.

6. Tahapan Keenam : Kekhawatiran Pasien 23 terhadap Lap dan Tock.

7. Tahapan Ketujuh : Kembalinya Pasien 23 kedunia manusia dan merasakan hal aneh

dalam dunia manusia.

3.1. Analisis Psikologis Tahapan Pertama Ketika Pasien 23 Pertama Kalinya

Bertemu Dengan Kappa

Pada awalnya digambarkan seorang Pasien 23 yang sedang mendaki gunung

Hodaka. Pada saat itu, hanya ia seorang diri yang mendaki gunung Hodaka. Cuaca

berkabut membuatnya merasa kelelahan, karena itu ia memutuskan untuk beristirahat

sejenak. Ketika ia sedang melihat ke arah jam tangan untuk memastikan waktu, ia

melihat sesuatu melintas di depannya. Id nya mendorong Pasien 23 untuk mengetahui

mahluk apa yang tadi melintas di depannya. Setelah tampak jelas, baru ia tahu bahwa

makhluk yang tadi dilihat olehnya adalah seekor Kappa. Id Pasien 23 mendorong

egonya melakukan pencaharian akan keberadaan mahluk tersebut, sehingga ia berlari

menyusul makhluk itu ke dalam sebuah lubang.

Page 3: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

20

.僕はパンをかじりながら、ちょっと腕時計をのぞいて見ま した。時刻はもう一時二十分過ぎですが、それよりも驚いたのは何か氣味の惡い顏が一つ、円い腕時計の硝子(ガラス)の上へちらりと影を落としたことです。僕は驚いて ふり返りました。すると、――僕が河童というものを見たのは僕にこの時が始めてだったのです( Kappa, 2005 : 33 ).

Terjemahan : Sambil menggigit sepotong roti, sekilas aku melihat arloji. Hari sudah pukul satu lewat dua puluh menit. Tiba-tiba ada yang seketika itu mengagetkanku; sesosok bayangan berwajah seram tercermin sepintas pada kaca bulat arloji. Aku segera menoleh kebelakang; dan untuk pertama kali aku melihat makhluk kappa (Kappa, 2005 : 85 ).

Analisis : Kalimat “tiba-tiba ada yang seketika mengagetkanku”, diucapkan oleh Pasien 23

karena dia merasa kaget, ada makhluk aneh yang terlihat melintas melalui arlojinya.

Dengan spontan Pasien 23 menoleh ke arah tersebut, reaksi ini muncul karena adanya

dorongan dari Id, yang mereduksi “ kekagetan “ dalam diri tokoh cerita. Dalam hal ini Id

pada Pasien 23 bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan, yang

timbul karena kemunculan Kappa secara tiba-tiba. Sesuai dengan teori Frued yang

menyatakan bahwa ego itu timbul karena adanya dorongan dari Id (Freud, 2006:64).

そのうちに僕は飛び立つが早いか、岩 の上の河童へおどりかかりました。同時にまた河童も逃げ出しました。いや、おそらくは逃げ出したのでしょう。僕はひらりと身をかわしたと思うと、たちまちどこかへ消えてしまったのです (Kappa, 2005 : 33 ).

Sekonyong-konyong aku melompat berdiri hendak menangkapnya. Tetapi berbarengan dengan gerakanku, kappa itu kabur. Aku sudah membalikkan badan secepat kilat, namun dalam sekejap pula ia menghilang entah kemana (Kappa, 2005 : 85 ).

Page 4: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

21

Pada kutipan sebelumnya unsur Id memberikan suatu respon secara spontan.

Seperti kita ketahui dimana proses itu bekerja guna mereduksi suatu masalah untuk

mengambil suatu keputusan yang tepat. Akan tetapi, pada kutipan di atas ini, nilai Id

sebagai penghantar dimana Ego bekerja secara maksimal dan menjadikan nilai

kepuasan sendiri. Dengan melompatnya tokoh utama dan hendak menangkapnya, Ego

yang terdapat pada tokoh utama menjadikan suatu titik berat untuk mencapai suatu

tujuan demi kepentingan pribadi, yang menyebabkan hilangnya nilai kesadaran diri

pasien 23. Ego pada pasien 23 menjadikan titik puncak akan keinginannya untuk

menangkap seekor kappa. Dapat disimpulkan bahwa nilai normal pada diri tokoh utama

tidak terkendali. Pada dasarnya tokoh utama mengikuti prinsip kenyataan, dan

beroperasi menurut Proses sekunder ( berfikir realistik ). Dengan berfikir realistik,

sehingga Pasien 23 berusaha menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan

mengujinya dengan tindakan.

僕は、―― 僕も「しめた」と思ひましたから、いきなりそのあとへ追ひすがりました。するとそこには僕の知らない穴でもあいてゐたのでせう。僕は滑かな河童の背中にや つと指先がさはつたと思ふと、忽ち深い闇の中へまつ逆さまに轉げ落ちました ( Kappa, 2005 : 34).

Terjemahan :

Karena saat itu kupikir aku akan dapat menangkapnya, maka aku ikut melompat ke dalam rumpunan bambu itu. Tetapi ternyata disitu ada lubang yang tak tampak olehku. Aku terjatuh dengan kepala lebih dahulu ke dalam lubang gelap pekat sebelum akhirnya menyentuh kulit kappa yang licin itu (Kappa, 2005 : 86).

Nilai Ego yang besar pada Pasien 23 menjadikan suatu bumerang buat dirinya,

dimana ketidakpuasaan demi mendapatkan seekor kappa sangat kuat. Seperti kita

ketahui pada kutipan di atas bahwa Pasien 23 berusaha menangkap seekor kappa demi

Page 5: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

22

untuk memuaskan dirinya. Dalam hal ini, dengan mengandalkan Ego dan hawa nafsu

yang begitu tinggi, membuat Pasien 23 hilang konsentrasi yang menyebabkan ia

terjatuh tanpa mengetahui akan adanya lubang. Sehingga Pasien 23 ikut melompat tanpa

berfikir panjang. Hal ini dapat dilihat bahwa, Ego pada Pasien 23 memegang peranan

dalam dirinya Dengan mengikuti Egonya dapat disimpulkan terjatuhnya Pasien 23

kedalam lubang, menjadikan suatu hukuman yang diakibatkan tidak terkendalinya suatu

pikiran atau insting yang terdapat pada diri Pasien 23.

Page 6: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

23

Tabel 3.1

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Dalam hal ini Id pada Pasien 23 bekerja sedemikian rupa untuk

segera menghentikan tegangan, yang mengakibatkan

menolehnya Pasien 23 untuk menanggulangi rasa penasaran akan

bayangan yang terdapat pada kaca arlojinya, sehingga

menimbulkan keingintahuan Pasien 23 akan bayangan tersebut.

Pembentukan reaksi

Pada saat bayangan seram yang tercermin pada arlojinya,

Dengan spontan menolehnya Pasien 23 menimbulkan reaksi,

dimana reaksi itu bekerja didasari oleh unsur Id.

Ego

Dengan melompatnya tokoh utama dan hendak menangkapnya,

Ego yang terdapat pada tokoh utama menjadikan suatu titik berat

untuk mencapai suatu tujuan demi kepentingan pribadi, yang

menyebabkan hilangnya nilai kesadaran diri.

3.2. Analisis Psikologis Tahapan Kedua Masuknya Pasien 23 Kedunia Kappa

Page 7: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

24

Tepatnya sore hari tokoh utama (Pasien 23) dan Bag (kappa) sedang mengobrol

berhadapan, hanya sebuah meja saja yang memisahkan jarak mereka berdua. Dalam

perbincangan, Bag yang duduk berhadapan dengannya tiba-tiba berubah sikap menjadi

aneh, yang menimbulkan rasa takut pada Pasien 23. Saat itu juga kecurigaan dan rasa

takut menjadikan Pasien 23 ingin segera lari dari tempat duduk, untungnya dengan

waktu yang bertepatan dokter Chack datang. Dengan melihat sikap Bag yang aneh,

dengan serentak dokter Chack menanyakan apa yang terjadi pada Bag, dengan merasa

malu Bag mengangkat kedua tangannya sambil meminta maaf pada Pasien 23, lalu Bag

berkata bahwa ia senang melihat Pasien 23 merasa takut.

或生暖あるなまあたた

かい日の暮く

れです。僕はこの部屋へ や

のテエブルを中に漁夫ぎ ょ ふ

のバツグ

と向む

かい合っていました。するとバツグはどう思ったか、急きゅう

に默ってし

まった上、大きい目を 一層いっそう

大きくしてじっと僕を見つめました。僕は

勿論妙もちろんみょう

に思いましたから、「Quax, Bag, quo quel quan? 」と言いました。

これは日本語に翻訳ほんやく

すれば、「おい、バツグ、どうしたんだ」というこ

とです。が、バックは返事へ ん じ

をしません。のみならずいきなり立ち上る と、

べろりと舌を出したなり、丁度蛙ちょうどかえる

の跳はねるやうに飛と

びかかる氣色け し き

さへ

示しました。僕はいよいよ無氣味む き あ じ

になり、そっと椅子から立た

ち上がると、

一足飛びに戸口へ飛び 出そうとしました。丁度ちょうど

そこへ顏を出したのは幸

いにも愛車あいしゃ

のチヤツクです。「こら、バツグ、何をしてゐるのだ?」(Kappa, 2005: 36).

Page 8: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

25

Terjemahan : Pada suatu sore yang agak hangat, aku dan Bag mengobrol berhadapan

dipisahkan meja, tiba-tiba saja ia terdiam dan kedua matanya yang lebar membelalak lebih lebar menatapku. Entah apa yang ada dalam benaknya. Karena merasa aneh aku bertanya dalam bahasa kappa.

“Quax, Bag, quo, quel quan?” Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa manusia artinya kira-kira, “Hei,

Bag, ada apa?” tetapi Bag tetap diam. Tiba-tiba ia melompat berdiri, menjulurkan lidah dan melompat seperti katak.

Aku menjadi ketakutan dan bangkit dari tempat duduk dengan perlahan, bermaksud hendak kabur dari ruangan itu. Tepat pada saat itu, untung saja , dokter Chack muncul (Kappa, 2005: 88).

Setelah masuk kedunia Kappa Pasien 23 mengenal sosok kappa yang bernama Bag.

Sosok Kappa ini mempunyai sifat yang aneh. Banyak keanehan-keanehan yang

ditunjukkan pada Pasien 23. Terlihat sekali keanehan yang ditunjukkan dalam

或生暖あるなまあたた

かい日の暮く

れです。僕はこの部屋へ や

のテエブルを中に漁夫ぎ ょ ふ

のバツグ

と向む

かい合っていました。するとバツグはどう思ったか、急きゅう

に默ってし

まった上大きい目を一層いっそう

大きくしてじっと僕を見つめました (Kappa, 2005: 36).

Terjemahan :

Pada suatu sore yang agak hangat, aku (pasien 23) dan Bag mengobrol berhadapan dipisahkan meja, tiba-tiba saja ia terdiam dan kedua matanya yang lebar membelalak lebih lebar menatapku (Kappa, 2005: 88).

Analisis : Dalam kutipan di atas tampak Pasien 23 merasa cemas dengan melihat tingkah laku

Bag. Id menjadi faktor utama yang menimbulkan kecemasan yang terdapat pada Pasien

23. Seperti yang dikatakan Hall & Lindzey dalam Freud ( 1993: 81), fungsi kecemasan

Page 9: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

26

adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya; kecemasan merupakan isyarat

bagi Ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan

meningkat sampai Ego dikalahkan (1993:81). Dengan membelalaknya mata seekor

Kappa, kecemasan timbul pada diri Pasien 23, yang mengakibatkan terdoronganya

perasaan dasar yaitu Id. Seperti yang dilampirkan pada bab 2 Id adalah segi kepribadian

tertua, sistem kepribadian pertama (naluri), dan sejak lahir, diturunkan secara genetik.

Dengan Id pada Pasien 23 memotivasinya untuk melakukan sesuatu, yaitu ia

bangkit dari tempat duduknya karena merasa terancam. Tindakkan ini menemukan

adanya tindakkan defensif dari si pelaku utama, yang mengakibatkan berkembangnya

pembentukkan reaksi. Tindakkan itu berperan untuk menjaga suatu hal buruk dari

kecemasan yang terjadi.

Pernyataan tersebut dapat dipahami kembali dalam kutipan :

僕はいよいよ無氣味む き あ じ

になり,そっと椅子から立た

ち上がると、一足飛びに戸口へ飛び出そうとしました (Kappa, 2005: 36).

Aku menjadi ketakutan dan bangkit dari tempat duduk dengan perlahan,

bermaksud hendak kabur dari ruangan itu (Kappa, 2005: 88).

Selain itu Pasien 23 juga terlihat mengalami kecemasan realistis akan kebimbangan

dalam mengambil keputusan untuk lari atau tetap diam di tempat. Kecemasan realistis

adalah rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar. Hal itu menyebabkan tidak

tahunya harus berbuat apa. Hal ini membuktikan bahwa Pasien 23 berada dalam tekanan

psikis, sehingga ia tidak dapat berfikir logis. Pasien 23 menjadi terombang ambing tanpa

tahu harus berbuat apa.

Page 10: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

27

Pada saat yang tepat dokter Chack datang ke arahnya. Dengan melihat tingkah laku

Bag, dokter Chack langsung menegurnya. Pasien 23 merasa lebih tenang dimana

perasaan was-was sebelumnya dapat diredam dengan baik. Hal ini menyebabkan

berkembangnya Superego yang berfungsi untuk meredam kecemasan yang sedang

terjadi.

Dan perasaan lega itu digambarkan pada kutipan di bawah ini :

丁度ちょうど

そこへ顏を出したのは幸いにも愛車あいしゃ

のチヤツクです。こら、バツグ、何をしてゐるのだ?」(Kappa, 2005: 36).

Tepat pada saat itu, untung saja , dokter Chack muncul. “ Hei, Bag, apa yang kau lakukan?” (Kappa, 2005: 88).

Tabel 3.2

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Dengan membelalaknya mata seekor kappa, kecemasan timbul pada

diri Pasien 23, yang mengakibatkan terdoronganya perasaan dasar

yaitu id

↓ Cemas

Segi cemas yang ditunjukan adalah pada saat membelalaknya mata

seekor kappa, dan kemudian kecemasan timbul pada diri pasien 23, yang

mengakibatkan terdoronganya perasaan dasar yaitu id.

Page 11: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

28

Pembentukan

reaksi

Bangkit dari tempat duduk karena merasa terancam. Tindakkan ini

menemukan adanya tindakkan defensif dari si pelaku utama, yang

mengakibatkan berkembangnya pembentukkan reaksi. Tindakkan itu

berperan untuk menjaga suatu hal buruk dari kecemasan yang terjadi.

3.3. Analisis Psikologis Tahapan Ketiga Jijiknya Pasien 23 Melihat Kappa

Tersenyum Hutang budi Pasien 23 terhadap kedua kappa dan jijiknya Pasien 23 melihat kappa

tersenyum.

Dengan masuknya ke dunia kappa, Pasien 23 merasakan banyaknya keanehan-

keanehan yang terjadi. Hal itu sudah dirasakannya saat pertama kali ia masuk kedunia

kappa. Akan tetapi, Pasien 23 merasa terbantu akan adanya dua sosok kappa yang

bernama Lap dan Bag.

Dengan kejenuhannya berada di dunia kappa, sesekali Pasien 23 berkunjung

kerumah seekor kappa yang bernama Tock. Disaat pasien 23 berkunjung, ia melihat

sesosok kappa betina berada di salah satu pojok kamar, dan tersenyum padanya.

Sebenarnya Pasien 23 tidak suka melihat seekor kappa tersenyum, sehingga rasa jijik

menyelimuti perasaan Pasien 23, namun karena kebaikan Tock, Pasien 23 berusaha

meredam perasaan tersebut.

僕はこのラツプという河童にバツグにも劣らぬ世話になりました。が、その中でも忘れられないのはトツクという河童に紹介されたことです。トツクは河童仲間 の詩人です。詩人が髪を長くしていることは我々人間と變りません。僕は時々トツクの家へ退屈しのぎに遊びにゆきました。

Page 12: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

29

トツクはいつも狹い部屋に高山植物の 鉢植えを並べ、詩を書いたり煙草をのんだり、いかにも氣樂さうに暮らしていました。そのまた部屋の隅には雌の河童が一匹、(トツクは自由戀愛家ですから、細 君というものは持たないのです。)編み物か何かしていました。トツクは僕の顏を見ると、いつも微笑してこう言うのです。(もっとも河童の微笑するのはあまりいものではありません。少なくとも僕は最初のうちはむしろ無氣味に感じたものです。)「やあ、よく来たね。まあ、その椅子にかけたまえ。」(Kappa, 2005 : 40).

Terjemahan :

Aku sangat berhutang budi pada Lap maupun Bag. Mereka banyak menolongku dalam berbagai hal. Khususnya dengan Lap, aku tak dapat melupakan jasa baiknya karena telah memperkenalkanku dengan kappa lain bernama Tock. Tock adalah kappa penyair, berambut gondrong seperti halnya penyair kita. Terkadang aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk membunuh rasa bosan. Tock selalu berada di dalam kamarnya yang sempit dengan berbagai pot tanaman dari pegunungan. Ia menulis sajak dan merokok, sepertinya hidup sangat santai. Ia menganut cinta bebas, dan tidak beristri. Meskipun begitu aku sering melihat kappa betina di salah satu pojok kamarnya, entah sedang merenda atau melakukan pekerjaan lain. Sebenarnya aku tidak suka melihat kappa tersenyum, atau setidak-tidaknya aku merasa jijik pada awalnya, tetapi tock selalu tersenyum menyambutku, dan berkata. “Terima kasih mau berkunjung. Silahkan duduk!” (Kappa, 2005 : 93).

Analisis : Tock adalah seekor kappa yang ramah, ia selalu tersenyum pada Pasien 23. Karena

Tock inilah, Pasien 23 bisa mereduksi rasa jijik terhadap Kappa. Dari hal tersebut

tampak bahwa Pasien 23 dapat mengendalikan Id nya, dengan bekerjanya Superego. Hal

ini sesuai dengan teori Freud yang menyatakan bahwa Superego adalah perwujudan

internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat, sebagaimana diterangkan

orang tua kepada anak dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah atau hukuman

(Freud, 2006: 66).

Page 13: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

30

Rasa jijik akan senyuman Kappa pada awalnya merupakan gambaran Ego yang

muncul dari Id Pasien 23. Dalam hal ini sesuai teori yang dikemukakan Freud dalam

Hall dan Lindsey (1993 : 66), dimana Ego Pasien 23 mulai berkembang sedikit demi

sedikit, dan mulai mengikuti prinsip kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder.

Dimana prinsip kenyataan Pasien 23 mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan

suatu objek yang cocok untuk pemuas kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip

kenyataan pada Pasien 23 menunda prinsip kenikmatan, dimana perasaan jijik terhadap

Kappa juga dirasakan.

Seperti yang terdapat pada kutipan diatas, kata ” aku merasa jijik pada awalnya,

tetapi tock selalu tersenyum menyambutku”. Disini dapat kita lihat Pasien 23 mengalami

konflik batin antara perasaan jijik dan keramahan yang selalu Tock berikan kepadanya.

Hal ini disebabkan Id pada Pasien 23 sebagai pemuas dalam perasaan, kemudian Ego

tokoh utama bekerja berdasarkan realitas yang ada. Dalam hal ini dengan perasaan jijik,

tidak menjadikan suatu tindakan perasaan yang membuat tokoh utama terfokus pada

suatu masalah. Dengan keramahan Tock membuat terjadinya pembentukan reaksi,

dimana pembentukan reaksi merupakan tindakan defensif yang berguna untuk

mereduksi suatu masalah, yang menyebabkan keterbalikan suatu perasaan awal ketahap

yang lebih baik yang didasari oleh Superego Tokoh Utama.

Page 14: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

31

Tabel 3.3.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Rasa jijik pada kappa yang tersenyum

Ego Ingin pegi / ingin berlalu dari tempat itu

Superego

Dengan keramahan Tock pasien 23 merasa berhutang budi,

karena ituah super egonya bekerja, yang membuat dia teta

berada di tempat itu, dengan menghilangkan rasa jijiknya.

3.4. Analisis Psokologis Tahapan Keempat Perasaan Kaget Dan Muak Pasien 23

Karena Menerima Tawaran Memakan Daging Buruh Kappa.

Pada tahapan ini ego Pasien 23 sudah mulai bekerja, yang artinya sudah berfikir

rasional. Akan tetapi Pasien 23 dihadapkan pada dua pilihan antara makan daging buruh

yang ditawarkan atau pergi dari tempat itu. Pasien 23 yang merasa kaget dan muak

melihat daging para buruh yang ditawarkannya, membuat ia hendak pergi pulang

kerumah dengan perasaan muak sambil terus menerus meludah. Berikut ini adalah

kutipan yang menunjukkan kecemasan dan kemuakan yang ada pada pasien 23:

Page 15: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

32

こういう問答を聞いていたゲエルは手近いテエブルの上にあったサンドウイツチの皿を勸めながら、恬然と僕にこう言いました。

「どうです?一つとりませんか?これも職工の肉ですがね。」

僕はもちろん辟易しました。いや、そればかりではありません。ペップやチャックの笑い声を後ろにゲエル家の客間を飛び出しました。それはちょうど家々の空に星明りも 見えない荒れ模樣の夜です。僕はその闇の中を僕の住居へ歸りながら、のべつ幕なしに嘔吐を吐きました。夜目にも白じらと流れる嘔吐を (Kappa, 2005 :49-50).

Terjemahan :

Gael yang dari tadi mendengar debat kami mengambil piring sandwich dari meja didekatnya lalu dengan tenang menawarkannya padaku. “ Bagaimana? Kau mau ambil satu? Ini juga daging para buruh itu.” Sudah barang tentu aku kaget dan muak. Lebih dari itu, aku segera buru-buru kabur dari ruang tamu rumah Gel menembus gelap malam diiringi gelak tawa Pep dan Chack di belakangku. Malam itu sangat mengerikan, sama sekali tak tampak cahaya bintang di atas rumah-rumah. Dalam gelap malam itu, di sepanjang jalan menuju rumah aku terus menerus meludah, sampai-sampai terlihat memutih dalam gelapnya malam (Kappa, 2005: 102)

Analisis : Pasien 23 yang merasa kaget dan muak menerima tawaran Gael, menunjukkan Ego

Pasien 23 yang mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan. Dalam hal ini

sesuai dengan teori Freud mengenai mekanisme pertahanan, yang menjelaskan bahwa

karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka Ego kadang-

kadang terpaksa mengambil cara singkat untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan,

cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Dalam hal ini Pasien 23

mengalami Represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua, represi adalah proses psikis yang tak sadar

Page 16: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

33

dimana pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas disingkirkan dari kesadaran,

yang kemudian dipindahkan ke taraf lain, yaitu taraf tak sadar, dimana Pasien 23 yang

merasa begitu kaget dan muak akan tawaran sandwich tanpa sadar menyingkirkan

perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa

sadar hendak pergi tanpa meminta ijin.

Pasien 23 yang tadinya memperlihatkan rasa ingin tahu yang lebih kuat dibanding

perasaan takut yang dimilikinya, kemudian perasaan tersebut berubah menjadi perasaan

takut yang lebih kuat dibandingkan perasaan ingin tahunya. Reaksi yang ditunjukan

Pasien 23 muncul dari Kecemasan realistis Pasien 23 yang begitu kuat sehingga

memaksa Ego Pasien 23 melakukan mekanisme pertahanan untuk menghilangkan atau

mereduksi tegangan tersebut.

Tabel 3.4.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Ego Pasien 23 yang merasa kaget dan muak menerima tawaran

Gael.

Mekanisme pertahanan

Aku segera buru-buru kabur dari ruang tamu rumah Gael

menembus gelap malam diiringi gelak tawa Pep dan Chack

di belakangku.

Page 17: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

34

Represi

Pasien 23 yang merasa begitu kaget dan muak akan tawaran

sandwich tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari

kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia

tanpa sadar hendak pergi tanpa meminta ijin.

3.5. Analisis Psokologis Tahapan Kelima Kagetnya Pasien 23 Akan Kebakaran

Yang Menimpa Kontrakan Rumah Gael.

Pada tahapan ini kebencian Pasien 23 terhadap Gael mulai mereda sedikit demi

sedikit mulai terlihat lebih perubahan dalam diri Pasien 23 ketika mendengarkan cerita

Gael. Dimana yang tadinya dianggap Gael sebagai kappa kapitalis, dengan melihat

wajah Gael pada saat mendengar kabar kebakaran tepat dikontrakan rumahnya,

membuat terbentuknya suatu reaksi terhadap Pasien 23. Dengan memberikan setangkai

bunga mawar kepada Gael, menunjukkan kepedulian Pasien 23 menjadi pendorong

terbentuknya sifat mulia yang didasari oleh Id. Dimana perubahan sikap Pasien 23 itu

tidak lain diakibatkan suatu perubahan keadaan yang menimpa Gael, yang mendorong

Superego Pasien 23 untuk bekerja sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.

ちょうどそこへはいってきたのはこの倶樂部の給仕です。給仕はゲエルにお時宜をした後、朗読でもするようにこう言いました。

「お宅のお隣に火事がございます。」

Page 18: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

35

「火――火事!」

ゲエルは驚いて立ち上がりました。僕も立ち上がったのはもちろんです。が、給仕は落ち着き払って次の言葉をつけ加えました。

「しかしもう消し止めました。」

ゲエルは給仕を見送りながら、泣き笑いに近い表情をしました。僕はこういう顏を見ると、いつかこの硝子会社の社長を憎んでいたことに気づきました。が、ゲ エルはもう今では大資本家でも何でもないただの河童になって立っているのです。僕は花瓶の中の冬薔薇の花を拔き、ゲエルの手へ渡しました (Kappa, 2005: 53 ).

terjemahan :

Tepat pada saat itu kappa pelayan klub itu memberi hormat pada Gael lalu berkata seperti membaca sajak.

“ada kebakaran di sebelah rumah tuan!”

“Ke… ke… kebakaran?” Gael kaget dan melompat dari tempat duduknya. Begitu pula aku. Tetapi pelayan dengan tenang menambahkan, “tetapi api sudah dapat dipadamkan.” Pelayan itu lalu keluar. Gael memandanginya dengan muka antara tertawa dan menangis. Melihat wajahnya seperti itu, entah kapan, aku juga pernah merasa benci pada direktur pabrik kaca itu. Ia yang kini berdiri di hadapanku, bukan lagi sebagai kappa kapitalis melainkan kappa biasa. Kucabut sekuntum bunga mawar, musim dingin dari jambangan dan kuberikan padanya (Kappa, 2005 : 106 ).

Analisis :

Dengan mendengar kabar atas kebakarannya kontrakan Gael, meyakinkan Pasien 23

untuk hengkang dari tempat duduknya, yang menimbulkan terdorongnya Id hingga titik

puncak kecemasan yang terdapat pada Pasien 23 ikut terpacu, sehingga dengan spontan

memberikan symbol akan terjadinya reaksi untuk mengambil suatu tindakan. Dimana

Page 19: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

36

perasaan cemas Pasien 23 itu yang membantu sebagai penggerak akan kepedulian Pasien

23 terhadap Gael yang dianggap sebagai kappa kapitalis.

Melihat mimik muka Gael antara tertawa dan sedih, membuat pasien 23 teringat

akan kebencian terhadap direktur pabrik kaca (Gael) dalam beberapa waktu lalu.

Dimana perasaan benci itu terjadi karena berkembangnya ego yang begitu besar pada

Pasien 23, yang di sebabkan oleh kesombongan Gael pada awalnya, sehingga Id pada

Pasien 23 berkembang sampai titik Ego ditemukan. Akan tetapi, perasaan benci itu dapat

diredam, dengan melihat keadaan Gael sekarang ini, sehingga menimbulkan terjadinya

proyeksi pada Pasien 23, dimana dapat kita ketahui proyeksi adalah mereduksi

kecemasan dengan cara menggantikan suatu masalah besar dengan masalah yang lebih

ringan, yang mengakibatkan superego pada diri Pasien 23 berkembang dalam tahap yang

lebih tinggi. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan “kucabut sekuntum bunga mawar

musim dingin dari jambangan dan kuberikan padanya”. Dengan berkembangnya

Superego pada Pasien 23, sehingga Pasien 23 menunjukkan kepeduliannya terhadap

Gael, dengan cara mengambil sekuntum bunga mawar dan memberikannya. Sifat Pasien

23 ini menjadikan simbol kepedulian untuk menunjukkan toleransinya terhadap Gael.

Dimana semua perasaan negatif yang ia miliki dapat direduksi dengan baik, hingga

terbentuknya suatu tujuan mulia yang dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja dan

kapan saja.

Page 20: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

37

Tabel 3.5.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Dengan melihat Gael berdiri dengan serentak, meyakinkan

pasien 23 untuk hengkang dari tempat duduknya dan ikut

melihat keadaan sebelah rumah Gael.

Cemas Dengan spontan memberikan simbol akan terjadinya reaksi

untuk mengambil suatu tindakan. Dimana perasaan itu timbul

karena melihat keadaan yang menimpa Gael.

Superego

Tokoh utama menunjukkan kepeduliannya terhadap Gael,

dengan cara mengambil sekuntum bunga mawar dan

memberikannya. Hal itu menjadikan simbol kepedulian pasien

23 untuk menunjukkan toleransinya terhadap Gael, guna untuk

meredam suatu keadaan yang menimpa Gael.

3.6. Analisis Psokologis Tahapan Keenam Kekhawatiran Pasien 23 Terhadap

Lap dan Tock

Pada tahapan ini Id Pasien 23 mulai bekerja, perasaan khawatir Pasien 23 akan Lap

dan Tock begitu terlihat. Kekhawatiran itu membuat terbentuknya suatu proses

Page 21: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

38

manusiawi yang mengakibatkan ingin membantunya Pasien 23 terhadap kedua kappa

yang mengalami masalah yang berbeda. Pandangan hidup Pasien 23 telah sepenuhnya

berubah. Dimana Pasien 23 yang tadinya merasa aneh akan kehidupan kappa, berubah

ingin membantunya. Hal ini terlihat karena Superego yang ia miliki sudah mulai bekerja

sesuai kebutuhan yang diinginkan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara kappa dan

manusia.

Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini:

トツクはこう叫ぶが早いか、しっかり僕の腕をつかみました。しかもいつか体中に冷汗を流しているのです。

「どうしたのだ?」「どうしたのです?」

「何あの自動車の窓の中から緑いろの猿が一匹首を出したように見えたのだよ。」

僕は多少心配になり、とにかくあの医者のチャックに診察してもらうように勧めました。しかしトックは何と言っても、承知する気色さえ見せません。のみならず何か疑わしそうに僕らの顔を見比べながら、こんなことさえ言い出すのです。

「僕は決して無政府主義者ではないよ。それだけはきっと忘れずにいてくれたまえ。――ではさようなら。チャックなどはまっぴらごめんだ。」(Kappa, 2005: 58 ).

Terjemahan :

Tock tiba-tiba berteriak dan mencengkeram tanganku. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. “Tock, ada apa?”

“Kenapa?”

Page 22: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

39

“Aku merasa seperti melihat monyet hijau yang menjulurkan kepala dari jendela mobil itu.”

Aku merasa sedikit khawatir akan Tock, dan menganjurkannya agar segera datang ke dokter Chack untuk diperiksa. Tetapi ternyata ia tak mau mendengarkan kata-kataku. Ia memandangi kami bergantian seperti membanding-bandingkan, lalu berkata. “pastikan kalau aku bukan anarkis. Ingat itu! Itu saja…! Selamat tinggal! Ampun, aku tak mau bertemu dokter itu.” (Kappa, 2005: 111 ).

Analisis :

Pasien 23 tidak mengetahui alasan kenapa Tock berteriak dan mencengkeram

tangannya, dan keringat membasahi tubuhnya. Sehingga Pasien 23 mengkhawatirkan

keadaan Tock, dan menganjurkan Tock untuk segera pergi ke dokter. Dorongan

superego yang Pasien 23 miliki mulai menundukkan hasrat dari Ego nya, karena

superego memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri. Kesadaran moral pada

diri Pasien 23 telah mendorongnya untuk membuang jauh-jauh perasaan aneh terhadap

kappa, dimana pada awalnya sempat terlintas dalam benaknya. Sesuai dengan teori

Freud yang telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya bahwa Superego yang

memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri, selalu menuntut kesempurnaan

manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hal ini menunjukkan kesadaran moral

rupanya masih lebih kuat tertanam dalam diri Pasien 23.

Perasaan aneh Pasien 23 ketika pertama kali melihat kappa telah sepenuhnya hilang.

Oleh keramahan dan kebaikan kappa yang begitu besar, keanehan itu berubah menjadi

suatu kebaikkan yang dapat ia berikan.

Page 23: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

40

Tabel 3.6.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Pasien 23 tidak mengetahui alasan kenapa Tock berteriak dan

mencengkeram tangannya, dan keringat membasahi tubuhnya.

Sehingga Pasien 23 mengkhawatirkan keadaan Tock. Dan

menganjurkan Tock untuk segera pergi ke dokter.

Superego

Kesadaran moral pada diri pasien 23 telah mendorongnya

untuk membuang jauh-jauh perasaan aneh terhadap kappa,

dimana pada awalnya sempat terlintas dalam benaknya.

学生ラツプはいつの間にか往来のまん中に脚を ひろげ、しっきりない自動車や人通りを股目金にのぞいているのです。僕はこの河童も発狂したかと思い、驚いてラップを引き起こしました。

「常談じゃない。何をしている?」

しかしラツプは目をこすりながら、意外にも落ち着いて返事をしました。

「いえ、あまり憂鬱ですから、さかさまに世の中をながめて見たのです。けれどもやはり同じことですね。」(Kappa, 2005: 58 ).

Page 24: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

41

Terjemahan :

Entah kapan tiba-tiba Lap sudah berada di tengah jalan. Ia membentangkan kedua kakinya, dan memandangi mobil dan para kappa yang lalu lalang tak ada hentinya melalui selangkangannya. Aku terkejut dan khawatir jangan-jangan ia sudah gila, maka kutarik ia bangun. “Hei! Apa yang kau lakukan? Jangan bergurau,” Rupanya tidak terjadi apa-apa dengan Lap. Sambil mengucek mata ia menjawab tenang. “ aku lagi murung, dan hanya ingin melihat dunia ini dari sudut lain, dengan terbalik. Tetapi ternyata sama saja.” (Kappa, 2005: 111).

Analisis :

Kecemasan Pasien 23 memberikan perhatiannya terhadap Lap, ia merasa Lap

banyak membantu selama ia berada di dunia kappa. Dengan melihat perubahan tingkah

laku Lap, menimbulkan Id pada Pasien 23 bekerja sesuai kebutuhan yang diinginkan. Id

pada Pasien 23 sebagai penggerak rasa khawatir akan Lap. Sehingga menimbulkan

kecemasan realistis pada Pasien 23. Dimana kita ketahui kecemasan realistis adalah

kecemasan atau ketakutan yang realistis. Dengan melihat perubahan Lap, sehingga

Pasien 23 takut akan terjadi gangguan kejiawaan terhadap Lap. Hal ini dapat kita lihat

pada saat ia menarik bangun dan menanyakan apa yang terjadi pada Lap.

Tabel 3.6.1.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Id

Dengan melihat perubahan tingkah laku Lap, menimbulkan Id

pada pasien 23 bekerja sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Kecemasan

Dengan melihat perubahan Lap, sehingga Pasien 23 takut akan

terjadi gangguan kejiawaan terhadap Lap.

Page 25: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

42

Defensif Menarik bangun dan menanyakan apa yang terjadi pada Lap.

3.7. Analisis Psokologis Tahapan Ketujuh Kembalinya Pasien 23 kedunia Manusia

Dan Merasakan Hal Aneh Dalam Dunia Manusia.

Pada akhir cerita, Pasien 23 digambarkan telah menentukan pilihannya untuk

kembali kedunia manusia. Dengan kembalinya ke dunia manusia, Pasien 23 yang sudah

merasa terbiasa di dunia Kappa, merasa terganggu oleh bau manusia. Akan tetapi,

perasaan itu lama kelamaan bisa diatasinya. Setelah berada di dunia manusia, Pasien 23

sering tanpa sadar mengucapkan kata-kata dalam bahasa kappa ketika sedang bercakap-

cakap.

僕は河童の國から帰ってきた後、しばらくは我々人間の皮膚の匂いに閉口しました。我々人間に比べれば、河童は実に清潔なものです。のみならず我々人間の頭は河童 ばかり見ていた僕にはいかにも気味の惡いものに見えました。これはあるいはあなたにはおわかりにならないかもしれません。しかし目や口はともかくも、この鼻というものは妙に恐しい気を起させるものです。僕は勿論できるだけ、だれにも会わない算段をしました (Kappa, 2005: 79).

Terjemahan :

Setelah kembali dari negeri kappa, untuk beberapa lama aku merasa terganggu oleh bau manusia. Dibandingkan manusia, kappa sejujurnya lebih bersih. Bahkan aku merasa aneh melihat kepala manusia karena selama ini hanya melihat kepala kappa. Mungkin saja kau tidak dapat memahaminya. Selain itu mata dan mulut,

Page 26: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

43

juga hidung manusia, membangkitkan rasa takut. Tentu saja sedapat mungkin aku berusaha agar tak bertemu manusia (Kappa, 2005: 132-133).

Analisis : Ketika Pasien 23 pergi dari dunia kappa, dorongan Ego Pasien 23 mulai

menundukan hasrat Id nya, dimana Ego bekerja pada prinsip realitas, yaitu agar dapat

bebas Pasien 23 memutuskan untuk kembali kedunia manusia. Hal ini sesuai dengan

teori Freud ( 2006: 65 ) yang menjelaskan bahwa Ego merupakan perkembangan dari Id

dan harus mencari realitas yang dibutuhkan Id. Dan Ego lah yang menyebabkan manusia

mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud rasional.

Setelah masuk kedunia manusia Pasien 23 mengalami keanehan yang terdapat pada

organ tubuh manusia. Rasa terganggu dan takut terhadap manusia menunjukan Ego

Pasien 23 mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan, hal ini sesuai dengan

teori Freud ( 2006: 96 ) mengenai mekanisme pertahanan, yang menjelaskan bahwa

karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebihan-lebihan, maka Ego

kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau

mereduksi tegangan, cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Pasien

23 mengalami represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua, represi adalah proses psikis yang tak sadar

dimana suatu pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas disingkirkan dari

kesadaran, yang kemudian dipindahkan ke taraf lain, yaitu tak sadar, dimana Pasien 23

yang merasa terganggu dan takut ketika melihat sosok manusia tanpa sadar

menyingkirkan perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya

membuat ia tanpa sadar kalau Pasien 23 adalah manusia juga.

Page 27: Bab 3 Analisis Data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00337-JP Bab 3.pdfCerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa. Usianya

44

Reaksi yang ditunjukan Pasien 23 muncul dari kecemasan realistis Pasien 23 yang

begitu kuat sehingga memaksa Ego Pasien 23 melakukan mekanisme pertahanan untuk

menghilangkan atau mereduksi tegangan tersebut.

Tabel 3.7.

Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23

Ego

Pasien 23 yang pada awalnya terjebak didunia kappa, pada

akhirnya kembali ke dunia manusia demi memenuhi hasrat dari

id nya, akan tetapi ego pasien 23 lah yang paling berperan besar

dalam mengambil keputusan untuk kembali.

Mekanisme pertahanan

Setelah masuk kedunia manusia pasien 23 mengalami keanehan

yang terdapat pada organ tubuh manusia. Pasien 23 yang merasa

terganggu dan takut terhadap manusia menunjukan ego pasien 23

mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan.

Represi

Pasien 23 yang merasa terganggu dan takut ketika melihat sosok

manusia,tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari

kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa

sadar kalau pasien 23 adalah manusia juga.