BAB 3 Akuntabilitas Kinerja -...
Transcript of BAB 3 Akuntabilitas Kinerja -...
LKJiP 2016, BAB III
18
BAB 3 Akuntabilitas Kinerja
3.1 Capaian Kinerja Organisasi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah disusun sebagai tindak lanjut pelaksanaan PP
8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan
Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah dan tata cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi
pemerintah wajib menyusun Laporan Kinerja yang melaporkan progres kinerja atas
mandat dan sumber daya yang digunakannya.
Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Tengah dibuat untuk mengungkapkan capaian
kinerja sasaran terhadap target yang ditetapkan
pada setiap Agenda dalam Renstra Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2018
disertai pembandingan dengan realisasi tahun-
tahun sebelumnya dan penjelasan atas keberhasilan dan atau kegagalan pencapaian
sasaran.
Dalam rangka melakukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada perencanaan jangka menengah,
maka digunakan skala pengukuran sebagai berikut :
Tabel 3.1:
Skala Pengukuran Kinerja
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
NO SKALA CAPAIAN KINERJA KATEGORI
1 Lebih dari 100% Sangat Baik
2 75 – 100% Baik
Bab 3 berisi: 1. Capaian Kinerja Organisasi 2. Realisasi Anggaran 3. Prestasi
4.
LKJiP 2016, BAB III
19
3 55 – 74 % Cukup
4 Kurang dari 55 % Kurang
Untuk memudahkan interpertasi atas pencapaian kinerja sasaran dipergunakan
interval nilai sebagai berikut :
Pada tahun 2016, Dinas Kehutanan telah melaksanakan seluruh program dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja
terhadap program dan kegiatan yang dialokasikan dalam belanja langsung, secara
umum Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah telah mencapai kinerja kategori
“baik” dibidang pembangunann kehutanan. Pengukuran dimaksud merupakan hasil
dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator.
Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Tahun 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1 2 3 4 5
1. Terwujudnya Perencanaan
Kehutanan yang Berkualitas
1. Jumlah perencanaan
kehutanan Kab/Kota dan
pengelola kawasan hutan yang
selaras dengan Provinsi
10 dokumen 10 dokumen 100
2. Meningkatnya Kualitas dan
Kuantitas Konservasi tanah dan
Air pada Daerah Aliran Sungai
Prioritas
2. Persentase rehabilitasi hutan
dan lahan kritis
5 %
(31.730 Ha)
5,75 %
(36.492 Ha)
115,01
3. Meningkatnya Produktivitas
Sumber Daya Hutan dan Lahan
3. Jumlah Produksi hasil hutan:
Kayu yang bersertifikat
Non kayu (Pinus, Damar,
Kayu Putih)
Tanaman bawah tegakan
hutan (tanaman pangan
dan empon-empon)
235.000 M3
53.700 Ton
10.000 Ha
155.704
53.176,74 Ton
10.050 Ha
66.26
99,03
100,50
4. Terjaganya produktivitas industri
primer hasil hutan kayu dan jasa
lingkungan
1. Jumlah produksi hasil hutan
kayu dari industri primer
2. Jumlah lokasi pemanfaatan air
dan wisata alam
3. Kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB
1.470.000 M3
2 Lokasi
0,73 %
(0,1%/thn)
1.547.471,8 M3
2 Lokasi
0,51 %
(0,1%/thn)
100
100
78,08
5.
Meningkatnya Konservasi Alam
dan Menurunkan Potensi
Gangguan Terhadap Hutan
1. Jumlah kawasan konservasi
yang dikelola secara
profesional
2. Jumlah sarana prasarana, SDM
dan kelembagaan
pengendalian gangguan
terhadap hutan:
- Sarpras : (Alat damkarhut)
- SDM : (org)
- Kelembagaan
5% (2
unit/th)
1 Paket
150 Orang
5 Kelompok
5% (2 unit/th)
1 Paket
150 Orang
5 Kelompok
100
100
100
100
LKJiP 2016, BAB III
20
6. Meningkatnya Kapasitas
Kelembagaan Kehutanan dan
Kesejahteraan Petani Hutan dan
Masyarakat di Sekitar Hutan
1. Jumlah kelompok peduli
kelestarian hutan
2. Rata-rata pendapatan
masyarakat petani hutan
10 Kelompok
Rp.
1.200.000,-
/KK (1 tahun)
10 Kelompok
Rp. 1.200.000,-
/KK (1 tahun)
100
100
LKJiP 2016, BAB III
21
Pengukuran kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja.
Sebagaimana dengan hasil perjanjian kinerja Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 dan Rencana Strategis Dinas Kehutanan, telah ditetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang dipilih dari seperangkat indikator Kinerja yang berhasil
diidentifikasikan sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (core business) yang diemban
Dinas Kehutanan. Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah :
3.1.1 Meningkatkan kualitas perencanaan kehutanan
Tujuan meningkatkan kualitas perencanaan kehutanan dijabarkan dalam 1 (satu)
sasaran prioritas pembangunan kehutanan dengan 3 (tiga) indikator. Adapun sasaran
dimaksud adalah terwujudnya perencanaan kehutanan yang berkualitas yang diukur
dengan 2 (dua) indikator utama, yaitu :
a. Dokumen perencanaan yang disusun disinkronisasi dan dikendalikan
b. Persentase pertimbangan teknis dalam proses pemantapan dan penatagunaan
kawasan hutan yang terlayani
TUJUAN 1 SASARAN 1
Meningkatkan kualitas perencanaan
kehutanan
Terwujudnya perencanaan kehutanan
yang berkualitas
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 1 disajikan dalam tabel 3.3
sebagai berikut:
Tabel 3.3 : Pengukuran Kinerja Sasaran Terwujudnya perencanaan kehutanan yang
berkualitas Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 Dokumen perencanaan yang
disusun disinkronisasi dan
dikendalikan
10 Dokumen 10 Dokumen 100 %
2 Persentase pertimbangan teknis
dalam proses pemantapan dan
penatagunaan kawasan hutan
yang terlayani
100 % 100 % 100 %
LKJiP 2016, BAB III
22
Rata-rata persentase capaian 100 %
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran strategis 1 pada tabel 3.3 di atas dapat
disimpulkan bahwa pencapaian sasaran terwujudnya perencanaan kehutanan yang
berkualitas Tahun 2016 tergolong baik (100%), hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran
terhadap 2 (dua) indikator kinerja sasaran tercapai sesuai target yang ditetapkan.
Tabel 3.4: Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1, Terwujudnya Perencanaan Kehutanan
yang Berkualitas, 2014 - 2016
INDIKATOR
KINERJA
2014 2015 2016 Target Akhir % Capaian Thd
Target Akhir
RPJMD Capaian Capaian Target Realisasi
RPJMD Th.
2018
1. Dokumen
perencanaan yang
disusun
disinkronisasi dan
dikendalikan
(Dokumen)
10 10 10 10 50 60
2. Prosentase
pertimbangan teknis
dalam proses
pemantapan dan
penatagunaan
kawasan hutan yang
terlayani (%)
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Perencanaan Kehutanan
yang Berkualitas, sebesar 100 % atau kategori “baik”. Dari 2 (dua) indikator seluruhnya
tercapai 100% sesuai dengan target. Adapun capaian indikator kinerja tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Indikator :
1. Dokumen Perencanaan yang disusun dsinkronisasikan dan dikendalikan
Dokumen perencanaan yang disusun merupakan Dokumen Perencanaan
Pembangunan Kehutanan untuk periode 1 (satu) tahun anggaran yang disusun dan telah
di sinkronisasikan serta dikendalikan melalui proses perencanaan di Jawa Tengah rangka
mewujudkan visi dan misi pembangunan Jawa Tengah “Menuju Jawa Tengah Sejahtera
dan Berdikari- Mboten Korupsi Mboten Ngapusi”. Mekanisme perencanaan pembangunan
Kehutanan telah mengacu dan mensikronisasikan dengan dokumen perencanaan lainnya
dan Proses musrenbang tahun 2016 yang dimulai dari tingkat Desa, Kecamatan sampai
LKJiP 2016, BAB III
23
dengan Provinsi. Dokumen Perencanaan yang tersedia tahun 2016 sebanyak 5 (dokumen)
sebagai pedoman dan arah dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan tahun berjalan.
Selain itu selain Penyusunan Dokumen Perencanaan Penganggaran, Dinas
Kehutanan telah melaksanakan Pengendalian Perencanaan Pengelolaan Hutan Tahun
2016 telah menyusun Dokumen Perencanaan Pengelolaan Hutan sebanyak 5 (lima) jenis
yaitu :
1) Dokumen Perencanaan Pengelolaan Hutan Mangrove, lokasi kegiatan dilaksanakan di
2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Dokumen ini memuat
tentang pemanfaatan kawasan pesisir yang cukup intensif dan beragam menjadikan
ekosistem pesisir sebagai kawasan yang mempunyai potensi tingkat kerusakan yang
cukup tinggi khususnya bagi ekosistem mangrove di wilayah pesisir Jawa Tengah.
2) Dokumen Rencana Teknik Tahunan (RTT) Tahun 2016 sebanyak 4 dokumen (SPH I
Pekalongan, SPH II Yogyakarta SPH III Salatiga; SPH IV Rembang ), merupakan
pengawasan terhadap efektifitas pengelolaan hutan. Dalam Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 pasal 60 ayat (1) bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
melakukan pengawasan kehutanan. Namun demikian implementasi peraturan ini oleh
provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Tengah dirasakan belum optimal sehingga
berdampak terhadap kerusakan hutan. Beberapa permasalahan, antara lain regulasi
yang saling bertentangan dan kurangnya pemahaman maupun perbedaan persepsi
tentang substansi perundang-undangan oleh aparat. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Tengah merupakan amanat Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.60/Menhut-II/2011
tanggal 18 Agustus 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengaturan
Kelestarian Hutan dan Rencana Teknik Tahunan di Wilayah Perum Perhutani. Kegiatan
monitoring dan evaluasi RTT dimaksudkan untuk memantau realisasi pelaksanaan RTT
berdasarkan laporan RTT Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Adapun
tujuannya untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan pekerjaan,
identifikasi permasalahan serta antisipasi/upaya pemecahannya. Pencermatan
dilaksanakan dengan kunjungan ke KPH lingkup Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Tengah.
Tahun 2014 dan tahun 2015 dokumen perencanaan yang disusun, tersedianya
dokumen perencanaan yang terpadu sebanyak 10 dokumen, yang berarti jumlah
dokumen perencanaan yang disusun sama dengan tahun 2014 yaitu 10 Dokumen
perencanaan.
LKJiP 2016, BAB III
24
Capaian Kinerja sampai dengan tahun 2016 apabila dibandingkan dengan
target jangka menengah yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Dinas Kehutanan telah
tercapai 60%, ini berarti telah sesuai target yang ditetapkan yaitu tersedianya 10
Dokumen perencanaan pertahun.
Keberhasilan capaian kinerja “Tersedianya dokumen perencanaan yang
terpadu” pada sasaran 1, tidak terlepas dari program pendukung yang dilaksanakan
melalui Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan dengan Kegiatan:
1. Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Kehutanan.
2. Koordinasi dan Pengendalian Perencanaan Pengelolaan Hutan
3. Inventarisasi Hutan dan Pengembangan Informasi Sumber Daya Hutan
Indikator :
Prosentase pertimbangan teknis dalam proses pemantapan dan penatagunaan kawasan
hutan yang terlayani.
LKJiP 2016, BAB III
25
Capaian indikator kinerja “Prosentase pertimbangan teknis dalam proses
pemantapan dan penatagunaan kawasan hutan yang terlayani” pada sasaran strategis
1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahun 2014, Prosentase pertimbangan teknis dalam proses pemantapan dan
penatagunaan kawasan hutan yang terlayani adalah 100%, yang berarti
persentase pertimbangan teknis tahun 2014 sama dengan tahun 2015 atau
semua dapat terselesaikan 100 % sesuai dengan target.
b. Capaian Kinerja sampai dengan tahun 2016 apabila dibandingkan dengan target
jangka menengah yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Dinas Kehutanan telah
tercapai 100%, ini berarti telah sesuai target yang ditetapkan yaitu Dinas
Kehutanan telah memberikan pertimbangan teknis dalam proses pemantapan
dan penatagunaan kawasan hutan setiap tahun dapat terselesaikan 100%.
Pertimbangan teknis yang diberikan yaitu: (1) Pertimbangan Teknis Permohonan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro
(PLTM) Harjosari di Kab. Pekalongan, Prov. Jawa Tengah An. PT. Indonesia Power :
Desa Bojongkoneng, Desa Bubak, Kecamatan Kandangserang dan Desa
Notogiwang, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan; (2) Pertimbangan
Teknis Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Survei-Eksplorasi
Batu Gamping dan Tanah Lempung An. PT. Artha Parama Indonesia : Desa
Ngampel, Desa Plantungan, Desa Sendangharjo, Kecamatan Blora; Desa Gandu,
Desa Gayam, Desa Jurangrejo, Desa Nglengkir, Desa Tempurejo, Kecamatan
Bogorejo; Desa Nglangitan, Desa Sitirejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten
Blora; (3) Pertimbangan Teknis Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
untuk Eksplorasi Panas Bumi An. PT. Sejahtera Alam Energy : a.Desa Tumiyang,
Glempang, Kecamatan Pekuncen; Desa Gunung lurah, Sokawera, Kecamatan
Cilongok; Desa Kalisalak, Melung, Kecamatan Kedung banteng; Desa Ketenger,
Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. b. Desa Pandansari, Kecamatan
Paguyangan; Desa Igirklanceng, Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten
Brebes; c. Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal (4) Kajian Teknis
IPPKH Pembangunan Jalan Tembus Bawang-Deles-Pranten-Dieng An. Bupati
Batang : Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. (5) Pertimbangan Teknis
Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan SUTET 500
kV Ungaran-Mandiracan An. PT. PLN (Persero) (6) Kajian Teknis IPPKH
LKJiP 2016, BAB III
26
Pembangunan Jalan Tembus Pesanggrahan-Sadang An. Bupati Banjarnegara. (7)
Kajian Teknis IPPKH Pembangunan jalur evakuasi Sigedong-Sawangan An. Bupati
Tegal. (8) Kajian Teknis IPPKH Pembangunan Jalan Tembus Danareja – Sangkan
Jaya An. Bupati Tegal.
c. Keberhasilan capaian kinerja “Prosentase pertimbangan teknis dalam proses
pemantapan dan penatagunaan kawasan hutan yang terlayani” pada sasaran 1,
tidak terlepas dari program pendukung yang dilaksanakan melalui program
Perencanaan dan Pengembangan Hutan dengan Kegiatan Penatagunaan Hutan
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 1 telah dialokasikan
sebesar Rp. 1.155.500.000,- terealisasi sebesar Rp. 1.081.049.600,- atau 93,56 %.
Dengan demikian terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 6,44 % dari
pagu anggaran yang ditetapkan.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis
1 antara lain :
1. Terkait dengan pelaksanaan evaluasi izin penggunaan hutan, belum siapnya
dokumen penggunaan kawasan hutan khususnya dokumen Perjanjian Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan hal ini disebabkan adanya kebijakan internal
Perum Perhutani yang semula kegiatan Pinjam Pakai Kawasan Hutan diampu
Kasi Hukum dan Agraria Biro Perlindungan di Semarang sekarang di Biro
Perencanaan SDH dan Perusahaan di Salatiga.
2. Banyaknya peraturan perundangan dan seringnya perubahan dalam
pengaturannya telah meningkatkan beban bagi penyelenggaraan urusan
kehutanan di daerah dan telah menimbulkan potensi kekurangpaduan dan
kekurangsinergian dikarenakan banyaknya dokumen perencanaan, dokumen
pelaksanaan dan dokumen pelaksanaan dan dokumen pelaporan yang harus
dipenuhi;
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala melalui:
1. Melakukan koordinasi intensif lebih awal dengan para pihak terkait sehingga
dokumen dan perlengkapan lain yang diperlukan dapat disiapkan dan
penyampaikan rencana pelaksanaan lebih awal dengan baik.
2. Perlunya melakukan proses penyusunan dokumen secara berjenjang mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai unit terkecil. Semua tingkatan harus
LKJiP 2016, BAB III
27
sinkron. Perencanaan pada level bawah harus mengacu dan mendukung
perencanaan yang ada di bawah. Pelibatan ini diharapkan mulai dari tahap
penyusunan rencana sampai tahap akhir. Oleh karena itu perlu dilakukan
konsultasi publik dalam proses penyusunan rencana kehutanan. Mekanisme
yang tersedia adalah melalui musrenbang maupun rakorbanghutda. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk menyerap aspirasi, masukan dan saran untuk
menyempurnakan dokumen rencana dimaksud.
3.1.2 Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Tujuan Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dijabarkan dalam
1 (satu) sasaran prioritas pembangunan kehutanan dengan 1 (satu) indikator.
Adapun sasaran dimaksud adalah meningkatnya kualitas pengelolaan daerah aliran
sungai yang diukur dengan 1 (satu) indikator utama, yaitu :
a. Persentase lahan kritis yang direhabilitasi.
TUJUAN 2 SASARAN 2
Meningkatkan Kualitas Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan
Aliran Sungai
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 2 disajikan dalam tabel 3.5
sebagai berikut:
Tabel 3.5 : Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Aliran
Sungai Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 Persentase Lahan Kritis yang
Direhabilitasi,
5%
31.730 Ha
5,82 %
36.919 Ha
116 %
Rata-rata persentase capaian 116%
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran strategis 1 pada tabel 3.3 di atas dapat
disimpulkan bahwa sasaran meningkatnya kualitas pengelolaan aliran sungai tahun 2016
tergolong sangat baik (116%), hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran terhadap 1 (satu)
indikator kinerja sasaran tercapai sesuai target yang ditetapkan.
Tabel 3.6: Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2, Meningkatnya Kualitas Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, 2014 - 2016
INDIKATOR
2014 2015 2016 Target Akhir % Capaian Thd
Target Akhir Capaian Capaian Target Realisasi RPJMD Th.
LKJiP 2016, BAB III
28
KINERJA 2018 RPJMD
1. Persentase Lahan
Kritis yang
direhabilitasi
5,85 %
(37.109 Ha)
6,36 %
(40.350 Ha)
5% 5,82%
(36.919 Ha)
30%
(5%/thn dari
luas lahan
Kritis)
76,74
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas
Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Prioritas, sebesar 116 % atau
kategori “sangat baik”. Untuk capaian indikator persentase lahan kritis yang direhabilitasi
tercapai diatas 100%.
Adapun capaian indikator kinerja “Persentase lahan kritis yang direhabilitasi”
pada sasaran strategis 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahun 2016 hutan negara di Jawa Tengah seluas 651.214,02 ha dan hutan rakyat
seluas 637.890 ha, sehingga luas lahan yang berfungsi sebagai kawasan hutan
seluas 1.289.104,54 ha. Berdasarkan review lahan kritis yang dilakukan pada tahun
2013, luas lahan kritis di Jawa Tengah seluas 634.601 ha.
b. Dalam rangka meningkatkan tutupan pohon pada lahan kritis dilakukan melalui
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Pada tahun 2016 telah dilakukan penanaman
dan pembuatan bangunan sipil teknis pada luasan 146.108 Ha. Perkembangan
upaya penanganan lahan kritis tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel 3.6. Dalam
kurun waktu tahun 2014 – 2016 persentase lahan kritis yang direhabilitasi adalah
sebagai berikut :
1. Tahun 2014, Rehabilitasi hutan dan lahan kritis sebesar 5,85%, yang berarti
terjadi penanganan lahan kritis seluas 37.109 Ha, dengan demikian kondisi
kekritisan lahan di yang ditangani diharapkan dapat memulihkan produktifitas
lahan sebesar 37,109 Ha.
2. Tahun 2015, Rehabilitasi hutan dan lahan kritis sebesar 6,36%, naik 0,51 %
dibanding tahun 2014, dengan demikian kondisi kekritisan lahan yang ditangani
diharapkan dapat memulihkan produktifitas lahan sebesar 40.350 Ha.
3. Tahun 2016, Reahbilitasi hutan dan lahan kritis sebesar 5,82 %, turun 0,54 %
dibanding tahun 2015, namun 0,82 % diatas target tahun 2016. Dengan
demikian kondisi kekritisan lahan yang ditangani diharapkan dapat memulihkan
produktifitas lahan sebesar 36.919 Ha.
LKJiP 2016, BAB III
29
c. Capaian Kinerja sampai dengan tahun 2016 apabila dibandingkan dengan target
jangka menengah yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Dinas Kehutanan telah
tercapai 76,74 % .
d. Keberhasilan capaian kinerja “Persentase lahan kritis yang direhabilitasi” pada
sasaran 2, tidak terlepas dari program pendukung yang dilaksanakan melalui
program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan Kegiatan:
1. Fasilitasi Bantuan Bibit, Perbenihan dan Pengembangan Budidaya Tanaman
Kehutanan;
2. Rehabilitasi dan Penanganan DAS
3. Pengembangan Usaha Hutan Rakyat dan Aneka Usaha Kehutanan
4. Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan
5. Pengelolaan Kebun Benih dan Bibit Tanaman Kehutanan dan MPTS (Persemaian
Permanen)
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 2 telah dialokasikan
sebesar Rp. 7.462.283.000,- terealisasi sebesar Rp.7.388.063.880,- atau 99,01 %. Dengan
demikian terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 0,99 % dari pagu
anggaran yang ditetapkan.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis 2
antara lain Tingkat kesadaran masyarakat atas tingginya nilai ekonomi hutan rakyat
telah meningkatkan animo masyarakat dalam menanam pohon; namun demikian pola
budidaya hutan rakyat masih dijumpai kegagalan budidaya dikarenakan bibit yang
kurang berkualitas, teknik budidaya yang belum sepenuhnya menerapkan silvikultur
intensif dan tingginya serangan hama dan penyakit;
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala melalui
pendampingan kepada masyarakat salah satunya dengan pelatihan, fasilitasi bantuan
bibit (bersertifikat) dan alat yang mampu mendorong peningkatan kualitas hutan dan
lahan.
3.1.3 Meningkatkan Produktifitas Sumber Daya Hutan dan Lahan
Tujuan meningkatkan produktifitas sumber daya hutan dan lahan dijabarkan dalam 1
(satu) sasaran prioritas pembangunan kehutanan dengan 1 (satu) indikator. Adapun
sasaran dimaksud adalah Meningkatnya produktifitas sumber daya hutan dan lahan
diukur dengan 1 (satu) indikator utama, yaitu :
a. Jumlah Produksi Hasil Hutan :
LKJiP 2016, BAB III
30
- Kayu yang bersertifikat
- Non Kayu (Pinus, Damar, Kayu Putih)
- Tanaman bawah tegakan hutan (tanaman pangan dan empon-empon)
TUJUAN 3 SASARAN 3
Meningkatkan produktifitas sumber
daya hutan dan lahan
Meningkatnya produktifitas sumber
daya hutan dan lahan
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 1 disajikan dalam tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7 : Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Produktifitas Sumber Daya
Hutan dan Lahan Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 Jumlah Produksi Hasil Hutan:
- Kayu yang bersertifikat
- Non Kayu
- Tanaman bawah tegakan
hutan
235.000 M3
155.704 M3
66,26
99,23
100,50
53.700 Ton 53.176,74
10.000 Ha 10.050 Ha
Rata-rata persentase capaian 88,66 %
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran strategis 3 pada tabel 3.7 di atas dapat
disimpulkan bahwa pencapaian sasaran Meningkatnya Produktifitas Sumber Daya
Hutan dan Lahan Tahun 2016 tergolong baik (88,66%), hal ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran rata-rata terhadap 3 (tiga) indikator kinerja sasaran tercapai sesuai target
yang ditetapkan.
Tabel 3.8 : Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3, Meningkatnya Produktifitas Sumber
Daya Hutan dan Lahan , 2014 - 2016
INDIKATOR
KINERJA
2014 2015 2016
Capaian Capaian Target Realisasi
Jumlah Produksi Hasil
Hutan:
- Kayu yang bersertifikat
- Non Kayu
- Tanaman bawah
tegakan hutan
-
51.664 Ton
15.109 Ha
-
58.032 Ton
15.760 Ha
235.000 M3
53.700 Ton
10.000 Ha
155.704 M3
53.176 Ton
10.050 Ha
LKJiP 2016, BAB III
31
Capaian Kinerja Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya produktifitas sumber daya
hutan dan lahan sebesar 116 % atau kategori “sangat baik”. Untuk capaian indikator
jumlah produksi hasil hutan tercapai diatas 100%.
Adapun capaian indikator kinerja “Jumlah Produksi Hasil Hutan” pada sasaran
strategis 3 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahun 2016, jumlah produksi hasil hutan yang berasal dari hasil hutan non kayu seperti
daun kayu putih, naik 2,84 % dibanding tahun 2014, dan turun sebesar 9,13
% atau turun 4.856 Ton. Sebaliknya luas lahan yang digunakan untuk tanaman bawah
tegakan capaian diatas target tahun 10.000 Ha.
b. Keberhasilan capaian indikator kinerja sasaran “Meningkatnya Produktifitas Sumber
Daya Hutan dan Lahan” pada sasaran 3, tidak terlepas dari program pendukung yang
dilaksanakan melalui program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dengan
Kegiatan:
1. Pengembangan jasa lingkungan;
2. Pemantapan pengendalian penatausahaan hasil hutan dan pemanfaatan hutan;
3. Pengembangan Pengelolaan Hasil Hutan, Pemasaran Hasil Hutan dan
Restrukturisasi Industri Kehutanan
4. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan Hasil Hutan di BPPHH
Wilayah I dan wilayah II
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 4 telah dialokasikan
sebesar Rp. 1.509.238.000,- terealisasi sebesar Rp. 1.474.395.455,- atau 97,69 %. Dengan
demikian terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 2,31 % dari pagu anggaran
yang ditetapkan
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis 4
antara lain Kontribusi HHBK masih dipandang belum layak bagi penurunan kemiskinan,
pembangunan ekonomi dan sosial dan berkelanjutan lingkungan hidup, padahal
pemanfaatan HHBK di sebagian komponen masyarakat sudah bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan subsisten tetapi sudah bertujuan komersial.
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala dapat dilakukan
dengan menjadikan masyarakat sebagai mitra atau menjadi salah satu shareholder
kehutanan dalam aneka usaha produk HHBK yang dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat; Memfasilitasi proses perencanaan pada level mikro, unit usaha, unit petak dengan
LKJiP 2016, BAB III
32
prosedur terbuka dan adaptif; Mendorong masyarakat memperlakukan ekosistem sebagai
pabrik dan HHBK sebagai produk.
3.1.4 Meningkatkan Produktifitas Industri Primer Hasil Hutan Kayu dan Jasa
Lingkungan
Tujuan meningkatkan produktifitas industri Hasil hutan kayu dan jasa lingkungan
dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran prioritas pembangunan kehutanan dengan 1 (satu)
indikator. Adapun sasaran dimaksud adalah Terjaganya produktifitas primer hasil
hutan kayu dan jasa lingkungan diukur dengan 3 (tiga) indikator utama, yaitu :
1. Jumlah produksi hasil hutan kayu dari industri primer
2. Jumlah lokasi pemanfaatan air dan wisata alam
3. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
TUJUAN 4 SASARAN 4
Meningkatkan produktifitas industri
primer hasil hutan dan jasa
lingkungan
Terjaganya produktifitas industri primer
hasil hutan kayu dan jasa lingkungan
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 4 disajikan dalam tabel 3.9
sebagai berikut:
Tabel 3.9 : Pengukuran Kinerja Sasaran Terjaganya produktifitas industri primer
hasil hutan dan jasa lingkungan Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 - Jumlah produksi hasil hutan
dari industri primer
1.470.000 M3
1.547.471,8 M3
105,27
- Jumlah lokasi pemanfaatan air
dan wisata alam
2 Lokasi 2 Lokasi 100
- Kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB
0,73 % 0,51 % 69,86
Rata-rata persentase capaian 91,71 %
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran strategis 4 pada tabel 3.9 di atas dapat
disimpulkan bahwa pencapaian sasaran Terjaganya produktifitas industri primer hasil
hutan kayu dan jasa lingkungan Tahun 2016 tergolong baik (91,71%), hal ini dapat
LKJiP 2016, BAB III
33
dilihat dari hasil pengukuran rata-rata terhadap 3 (tiga) indikator kinerja sasaran
tercapai sesuai target yang ditetapkan.
Tabel 3.10 : Capaian Kinerja Sasaran Strategis 4, Terjaganya produktifitas industri
primer hasil hutan kayu dan jasa lingkungan, tahun 2016
INDIKATOR
KINERJA
2014 2015 2016
Capaian Capaian Target Realisasi
1. Jumlah produksi hasil hutan
dari industri primer
2. Jumlah lokasi pemanfaatan
air dan wisata alam
3. Kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB
-
-
0,59
-
-
0,60
1.470.000 M3
2 Lokasi
0,73
1.547.471,8 M3
2 Lokasi
0,51
a. Tahun 2016, produktifitas industri primer hasil hutan kayu dan jasa lingkungan
b. Tahun 2016, Jumlah lokasi pemanfaatan air dan wisata alam berada di 2 lokasi, yaitu
Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu (Kabupaten Karanganyar) dan TWA Telogo
Warno dan Pengilon (Kabupaten Wonosobo) merupakan kawasan pelestarian alam
yang pengelolaannya berada di bawah BKSDA Jawa Tengah. kawasan pelestarian alam
yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Taman
wisata alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan Penyimpanan dan/atau penyerapan
karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam;
c. Tahun 2016, kontribusi dalam PDRB sub sektor kehutanan, pada tahun 2016 terjadi
penurunan sebesar 34% yang berasal dari jumlah tebangan kayu yang bersertifikat, hal
tersebut berpengaruh terhadap PDRB tahun 2016 sebesar 0,51% kurang dari target
0,73% dan lebih rendah dari tahun sebelumnya 0,56%. Tidak tercapainya Target
dikarenakan adanya kebijakan penundaan seluruh tebangan kayu jati untuk menjaga
keseimbangan supply dan demand.
d. Keberhasilan capaian indikator kinerja sasaran “Terjaganya produktifitas industri
primer hasil hutan kayu dan jasa lingkungan” pada sasaran 4, tidak terlepas dari
program pendukung yang dilaksanakan melalui program Pemanfaatan Potensi
Sumber Daya Hutan dengan Kegiatan:
a. Jumlah produksi hasil hutan kayu dari industri primer
b. Jumlah lokasi pemanfaatan air dan wisata alam
LKJiP 2016, BAB III
34
c. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 4 telah dialokasikan sebesar
Rp. 1.509.238.000,- terealisasi sebesar Rp. 1.474.395.455,- atau 97,69 %. Dengan demikian
terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 2,31 % dari pagu anggaran yang
ditetapkan
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis 4
antara lain kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB mengalami penurunan sebesar
34 %, hal tersebut dikarenakan adanya kebijakan penundaan seluruh tebangan kayu jati
untuk menjaga keseimbangan suplly dan demand.
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala yaitu: selama ini PDRB
dihitung dan diterbitkan masih bersifat konvensional karena hanya mengukur hasil
kegiatan ekonomi tanpa memasukkan dimensi lingkungan di dalamnya dengan kata lain,
PDRB konvensional hanya mencerminkan nilai kontribusi produk kehutanan yang
dipasarkan, belum terintegrasi unsur deplesi sumber daya hutan dan degradasi
lingkungan. Berdasarkan klasifikasi sektor yang dilakukan BPS pada Tabel Input-Output,
peranan sektor kehutanan hanya dilihat dari produksi kayu dan non kayu yang umumnya
merupakan input dasar yang masih akan diolah lagi menjadi produk yang bernilai tambah.
Produk-produk yang berasal dari hutan yang kemudian diolah lagi (industri hilir) tidak
masuk ke dalam kontribusi sektor kehutanan. Sehingga apabila produk tersebut
dimasukan dalam kontribusi sektor kehutanan, kontribusi sektor kehutanan diestimasi
menjadi sangat besar. Dengan demikian persoalan ’posting’ terkadang menyebabkan nilai
PDB sektor kehutanan tidak mencerminkan fakta sesungguhnya, sehingga disarankan
posting PDB antar sektor disempurnakan dengan menggunakan pendekatan yang lebih
komprehensif.
3.1.5 Meningkatnya Konservasi Alam dan Menurunkan Potensi Gangguan Terhadap
Hutan
Tujuan Meningkatkan Konservasi Alam dan Menurunkan Potensi Gangguan
Terhadap Hutan dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran prioritas pembangunan kehutanan
dengan 2 (dua) indikator. Adapun sasaran dimaksud adalah meningkatnya konservasi
alam dan menurunkan potensi gangguan terhadap hutan diukur dengan 2 (dua)
indikator utama, yaitu :
1. Jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional
LKJiP 2016, BAB III
35
2. Jumlah sarana prasarana, SDM dan kelembagaan pengendalian gangguan
terhadap hutan:
a. Sarpras : (Alat damkarhut)
b. SDM : (org)
c. Kelembagaan
TUJUAN 5 SASARAN 5
Meningkatkan Konservasi Alam dan
Menurunkan Potensi Gangguan
Terhadap Hutan
Meningkatnya Konservasi Alam
danMenurunkan Potensi Gangguan
Terhadap Hutan
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 1 disajikan dalam tabel 3.11
sebagai berikut:
Tabel 3.11 : Pengukuran Kinerja Sasaran Terjaganya produktifitas industri primer
hasil hutan dan jasa lingkungan Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 - Jumlah kawasan konservasi
yang dikelola secara
profesional
5 % ( 2 unit)
5 % (2 unit)
100
- Jumlah sarana prasarana, SDM
dan kelembagaan
pengendalian gangguan
terhadap hutan :
Sarpras
SDM
Kelembagaan
1 Paket
150 Orang
5 Kelp
1 Paket
150 Orang
5 Kelp
100
100
100
Rata-rata persentase capaian 100 %
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran strategis 5 pada tabel 3.11 di atas
dapat disimpulkan bahwa sasaran terjaganya produktifitas industri primer hasil hutan
kayu dan jasa lingkungan tahun 2016 tergolong baik (100 %), hal ini dapat dilihat
dari hasil pengukuran terhadap 2 (dua) indikator kinerja sasaran tercapai sesuai
target yang ditetapkan.
Tabel 3.12:Capaian Kinerja Sasaran Strategis 5, Meningkatnya Konservasi Alam dan
Menurunkan Potensi Gangguan Terhadap Hutan, 2014 – 2016
INDIKATOR
KINERJA
2014 2015 2016 Target
Akhir % Capaian
Thd Target
Akhir RPJMD Capaian Capaian Target Realisasi RPJMD
LKJiP 2016, BAB III
36
Th. 2018
- Jumlah kawasan
konservasi yang
dikelola secara
profesional ( 5% /thn)
2 unit 2 unit 2 unit 2 unit
35%
45 %
77
- Jumlah sarana
prasarana, SDM dan
kelembagaan
pengendalian
gangguan terhadap
hutan :
Sarpras
SDM
Kelembagaan
1 paket
150 Org
5 Kelp
1 paket
150 Org
5 Kelp
1 paket
150 Org
5 Kelp
1 paket
150 Org
5 Kelp
5 Paket
750 Org
25 Kelp
60
60
60
Capaian kinerja Sasaran Strategi 5 : Meningkatnya Konservasi Alam dan Menurunkan
Potensi Gangguan Terhadap Hutan, sebesar 100 % atau kategori baik. Adapun capaian
indikator kinerja tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahun 2014, Jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional profesional
telah tercapai sesuai target 25% atau 2 unit kawasan konservasi, didukung dengan
tersusunnya Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) 2014-2023 di Cagar Alam
Pagerwunung Darupono di Kabupaten Kendal dan Suaka Margasatwa Gunung
Tunggangan di Kabupaten Sragen dengan maksud memberikan arahan kebijakan
operasional pengelolaan dan pengembangan kawasan selama 10 tahun, agar sesuai
dengan rencana pembangunan kehutanan dengan tetap mempertahankan situasi,
kondisi dan perkembangan pembangunan pada umumnya, selain itu mampu
melindungi potensi alami kawasan (hayati dan nonhayati).
b. Tahun 2015, Jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional telah tercapai
30% atau meningkat 5 % dibanding tahun 2014, meningkatnya pengelolaan kawasan
konservasi ini diikuti dengan tersusunnya Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) di Cagar
A Grojogan Sewu di Kabupaten Karanganyar; Taman Wisata Alam Sumber Semen di
Kabupaten Rembang.
c. Tahun 2016, jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional mencapai
30% atau 2 unit sesuai target dan meningkat dari 25%, hal ini didukung dengan
tersusunnya RPJP Cagar Alam Gunung Butak Kabupaten Rembang, Cagar Alam
Gunung Celering Kabupaten Jepara.
LKJiP 2016, BAB III
37
d. Capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 apabila dibandingkan dengan target
jangka menengah yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Dinas Kehutanan telah
tercapai 77 %
e. Keberhasilan kinerja “jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional”
pada sasaran 5 tidak terlepas dari program pendukung yang dilaksanakan melalui
program konservasi sumber daya hutan dengan kegiatan:
1. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
2. Pengendalian Pemanfaatan Flora dan Fauna dan Peningkatan Peran Serta
Masyarakat di Bidang Kehutanan
3. Rehabilitasi Pengelolaan dan Pengamanan Tahura KGPAA Mangkunagoro
4. Pengembangan Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunagoro
5. Pengembangan Kebun Raya Baturaden
Capaian indikator “Jumlah Sarana Prasarana, SDM dan kelembagaan pengendalian
gangguan terhadap hutan” tercapai sesuai target dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Tahun 2014, Jumlah sarana dan prasarana, SDM dan kelembagaan pengendalian
gangguan terhadap hutan sebesar 100 % sesuai target yang ditetapkan.
b. Tahun 2015 dan 2016 Jumlah sarana dan prasarana, SDM dan kelembagaan
pengendalian gangguan terhadap hutan sebesar 100 % sesuai target yang ditetapkan
dan telah menurunkan kebakaran 90 % atau 6.019,30 Ha dan menurunkan pencurian
pohon 69 % atau 21,36 Ha dibanding tahun 2014.
c. Capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 apabila dibandingkan dengan target
jangka menengah yang telah ditetapkan dalam RENSTRA Dinas Kehutanan telah
tercapai 60 %
d. Keberhasilan kinerja “jumlah kawasan konservasi yang dikelola secara profesional”
pada sasaran 5 tidak terlepas dari program pendukung yang dilaksanakan melalui
program konservasi sumber daya hutan dengan kegiatan Perlindungan dan
Pengamanan Hutan.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis 5
antara lain Dari luas kebakaran yang terjadi sejak tahun 2014 sampai dengan 2016
cenderung mengalami penurunan, namun kondisi berbeda terjadi pada tahun 2015,
berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kondisi tahun 2015
terjadinya peristiwa badai El Nino yang terjadi di beberapa titik samudera di daerah
tropikal Pasifik. Bahkan intensitas El Nino semakin meningkat dan menjadi lebih kencang,
LKJiP 2016, BAB III
38
sehingga membuat suhu di beberapa titik daerah tropikal menjadi panas, sehingga angka
kebakaran meningkat kembali.
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan kendala menurunkan angka
kebakaran hutan tahun 2016 dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya diantaranya
melalui upaya pengamanan hutan dan perlindungan hutan terus menerus dilakukan
melalui penyuluhan, pembentukan dan pembinaan Masyarakat Peduli Api dan Masyarakat
Mitra Polhut (MMP).
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 5 telah dialokasikan sebesar
Rp. 4.151.514.000,- terealisasi sebesar Rp. 4.102.805.605,- atau 98,83 % dengan demikian
terdapat efisiensi 1,17 %.
2.1.6 Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kehutanan dan Kesejahteraan Petani
Hutan dan Masyarakat di Sekitar Hutan
Tujuan Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kehutanan dan Kesejahteraan Petani
Hutan dan Masyarakat di Sekitar Hutan dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran prioritas
pembangunan kehutanan dengan 2 (dua) indikator. Adapun sasaran dimaksud
adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan kehutanan dan kesejahteraan petani
hutan dan masyarakat di sekitar hutan diukur dengan 2 (dua) indikator utama, yaitu :
1. Jumlah Kelompok Peduli Kelestarian Hutan
2. Rata-rata pendapatan masyarakat petani hutan
TUJUAN 6 SASARAN 6
Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
Kehutanan dan Kesejahteraan Petani
Hutan dan Masyarakat di Sekitar Hutan
Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan
Kehutanan dan Kesejahteraan Petani
Hutan dan Masyarakat di Sekiat Hutan
Indikator Kinerja, target dan realisasi dari sasaran 6 disajikan dalam tabel 3.13
sebagai berikut:
Tabel 3.13 :Pengukuran Kinerja Sasaran Terjaganya produktifitas industri primer hasil
hutan dan jasa lingkungan Tahun 2016
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1
- Jumlah kelompok peduli
kelestarian hutan
5 % ( 2 unit)
5 % (2 unit)
100
LKJiP 2016, BAB III
39
- Rata-rata pendapatan
masyarakat petani hutan
1.200.000/ KK 1.200.000/ KK 100
Rata-rata persentase capaian 100 %
Anggaran pendukung pencapaian sasaran strategis 6 telah dialokasikan
anggaran untuk Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan sebesar
Rp. 606.252.000,- terealisasi sebesar Rp. 584.473.525,- atau 96,41%. Dengan demikian
terdapat efisiensi penggunaan sumber daya sebesar 3,59 % dari pagu anggaran yang
ditetapkan.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian Sasaran Strategis 6
antara lain Petani sekitar hutan kurang berminat untuk mengelola lahan hutan karena
terbentur tidak adanya modal dan keterampilan, walaupun sebetulnya ada Kelompok
Masyarakat Sekitar Hutan (LMDH; KTH) yang telah membentuk pra koperasi dengan salah
satu kegiatannya berupa peminjaman modal kepada anggotanya.
Alternatif solusi untuk mengatasi hambatan antara lain melalui Pembinaan atau
penyuluhan kepada petani sekitar kawasan hutan dengan tujuan untuk menambah
wawasan, pengetahuan keterampilan bagi kelompok masyarakat sekitar hutan di dalam
mengelola hutan lebih terarah; Perhutani dan Instansi terkait perlu membantu masyarakat
desa hutan untuk meningkatkan input produksi artinya mencakup peningkatan
penggunaan modal, pemakaian bibit unggul, melakukan pembasmian hama dan penyakit
tanaman serta penggunaan pupuk, selain itu bantuan lunak dapat diberikan khususnya
bagi masyarakat sekitar hutan.
3.2. Realisasi Anggaran
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2016 didukung dengan anggaran Rp. 59.254.580.000,-
anggaran tersebut bersumber pada APBD sebesar Rp. 56.098.208.000,- dan APBN sebesar
Rp. 3.156.372.000,-. Rincian Penggunaan Anggaran :
I. APBD
Anggaran 56.098.208.000
Realisasi 51.409.896.118 91,64%
Sisa Anggaran 4.688.311.882 8,36%
a. Belanja Tidak Langsung
LKJiP 2016, BAB III
40
Untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai dengan perincian sebagai berikut :
Anggaran 21.339.228.000,-
Realisasi 20.812.429.390,- 97,53 %
526.798.610 2,47 %
b. Belanja Langsung
Anggaran 34.758.980.000,-
Realisasi 30.596.993.359,- 88,03 %
4.161.986.641 11,97 %
Adapun rinciannya per program sebagai berikut:
Penggunaan anggaran tersebut apabila dirinci dalam mendukung pencapaian
sasaran adalah sebagai berikut:
No. NAMA PROGRAM/ JUMLAH REALISASI
KEGIATAN ANGGARAN (Rp.) (%) FISIK (%)
1. Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
5.136.130.000 4.929.489.312 95,98 100
2. Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
12.963.375.000 9.392.494.082 72,45 84,83
3. Program peningkatan
disiplin aparatur 110.000.000 106.600.000 96,91
100
4. Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
235.000.000 196.398.500 83,57 100
5. Program perencanaan
dan pengembangan
hutan
1.155.500.000 1.081.049.600 93,56 100
6. Program Pendidikan
Non Formal dan
Informal
1.429.688.000 1.341.223.400 93,81 100
7. Program pemanfaatan
potensi sumber daya
hutan
1.509.238.000 1.474.395.455 97,69 100
8. Program rehabilitasi
hutan dan lahan 7.462.283.000 7.388.063.880 99,01
100
9. Program Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar
Hutan
606.252.000 584.473.525 96,41 100
10. Program Perlindungan
dan konservasi sumber
daya hutan
4.151.514.000 4.102.805.605 98,83 100
LKJiP 2016, BAB III
41
JUMLAH 34.758.980.000 30.596.993.359 88,03 94,34
Tabel 3.14
Penggunaan Anggaran dalam mendukung Pencapaian Sasaran
Sasaran Program Anggaran Realisasi %
Realisasi
1 2 3 4 5
Terwujudnya
perencanaan
kehutanan yang
berkualitas
Program
Perencanaan dan
Pengembangan
Hutan
1.155.500.000 1.081.049.600 93,56
Meningkatnya
kualitas dan
kuantitas
konservasi tanah
dan air pada
Daerah Aliran
Sungai Prioritas
Program Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
7.462.283.000 7.388.063.880 99,01
Meningkatnya
Produktifitas
Industri Primer
Hasil Hutan Kayu
dan Jasa
Lingkungan
Program
Pemanfaatan Potensi
Sumber Daya Hutan
1.509.238.000 1.474.395.455 97,69
Meningkatnya
konservasi alam
dan menurunnya
potensi gangguan
terhadap hutan
Program
Perlindungan dan
Konservasi Sumber
Daya Hutan
4.151.514.000 4.102.805.605
98,83
Meningkatnya
kapasitas
kelembagaan dan
kesejahteraan
petani hutan dan
masyarakat di
sekitar hutan
Program
Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar
Hutan 606.252.000 584.473.525
96,41
LKJiP 2016, BAB III
42
II. APBN
Dana dekonsentrasi yang bersumber dari APBN tahun 2016 sebesar
Rp. 3.135.350.000,- terealisasi sebesar Rp. 3.119.691.110,- (99,50%) dan realisasi fisik
100% didukung melalui program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan, dengan kegiatan Koordinasi Perencanaan dan
Evaluasi Kementerian Kehutanan. Kegiatan APBN per sub komponen dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan, dengan jumlah
anggaran Rp. 434.440.800,- realisasi keuangan 99,70 % dan realisasi fisik 100 %
2. Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, dengan jumlah anggaran
Rp. 773.570.000,- realisasi keuangan 99,15 % dan realisasi fisik 100 %
3. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, dengan jumlah anggaran
Rp. 357.961.900,- realisasi keuangan 99,76 % dan realisasi fisik 100 %
4. Planologi dan Tata Lingkungan, dengan jumlah anggaran Rp. 560.900.000,-
realisasi keuangan 99,87 % dan realisasi fisik 100 %.
5. Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, dengan jumlah anggaran
Rp. 203.200.000,- realisasi keuangan 97,30% dan realisasi fisik 100 %
6. Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan jumlah anggaran
Rp. 132.150.000,- realisasi keuangan 99,96 % dan realisasi fisik 100 %
7. Pengendalian Perubahan Iklim, dengan jumlah anggaran Rp. 132.250.000,- realisasi
keuangan 99,96 % dan realisasi fisik 100 %
8. Program, Evaluasi dan Pelaporan, dengan jumlah anggaran Rp. 539.877.300,-
realisasi keuangan 99,92 % dan realisasi fisik 100 %
3.3 Prestasi
Berikut Lomba dan Apresiasi Wana Lestari pada prinsipnya diselenggarakan
untuk memacu prestasi baik aparat pemerintah maupun masyarakat serta pelaku usaha
dalam upaya rehabilitasi serta pelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
LKJiP 2016, BAB III
43
Di tahun 2016, Jawa Tengah yang menerima 2 penghargaan Lomba dan Apresiasi Wana
Lestari, dengan kategori :
1. Kategori kader konservasi alam, juara 1 nasional atas nama Bapak Mukidin (Desa
Ngrancah, Grabag, Kab. Magelang)
LKJiP 2016, BAB III
44
2. Kategori kelompok pecinta alam, juara 2 nasional atas nama OPA KOMANGJO (Kel.
Pangenjuru tengah, Kec Purworejo, Kab. Purworejo)