bab 2.docx

73
PT. Artha Demo Engineering Dokumen Akhir II-1 PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARA Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (BAPPELITBANG)

Transcript of bab 2.docx

Dokumen Akhir PT. Artha Demo Engineering Consultant

II-1PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan(BAPPELITBANG)

BAB 2

Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Pengelolaan Wp-3-k

2.1TUJUAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECILTujuan dari penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang tercantum dalam RSWP-3-K Kabupaten Minahasa Utara ini adalah sebagai berikut :Terwujudnya Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilKabupaten Minahasa Utara yang Asri, Lestari dan ProduktifMenuju Masyarakat Sejahtera, Maju dan MandiriPernyataan tersebut mengandung makna :Asri diartikan sebagai sebagai upaya untuk menciptakan kondisi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Minahasa Utara yang indah dan menyenangkan;Lestari diartikan sebagai sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan dan lingkungan yang indah dan lestari.Produktif diartikan bahwa segenap potensi sumberdaya wilayah pesisir dapat menciptakan aktivitas ekonomi wilayah secara berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Sejahtera diartikan sebagai kondisi dimana masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memiliki penghidupan dan kehidupan di atas standar kebutuhan minimal masyarakat sehingga akan memberikan dampak yang positif terhadap produktivitas, penataan wilayah, perkembangan ekonomi daerah dan etos kerja masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.Maju ditandai oleh masyarakat yang produktif, menguasai iptek, serta mampu memainkan peran dalam pembangunan yang berkelanjutan.Mandiri diartikan sebagai upaya untuk terus meningkatkan peran dan fungsi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang strategis dan senantiasa terus memperbaharui diri untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dalam pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Minahasa Utara saat ini dan dimana datang.2.2KEBIJAKAN DAN STRATEGI WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECILPenyusunan kebijakan dan strategi dilakukan dengan melakukan korelasi atau keterkaitan yang kuat dalam penyusunan perencanaan antara RTRWN, RPJM, RTRW Provinsi Sulawesi Utara dan turunannya yakni RZWP-3-K Kabupaten Minahasa Utara.2.2.1 Strategi dan Kebijakan dalam RSWP-3-K2.2.1.1Strategi dalam RSWP-3-KStrategi pembangunan ini ditetapkan secara umum dengan fokus pada masyarakat, pemerintahan dan kerjasama strategis dengan pihak lain dalam pengembangan dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang meliputi:a.Mendorong usaha ekonomi produktif yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan serta memanfaatkan teknologi tepat guna;b.Mengkondisikan lingkungan fisik tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang ada;c.Menekankan penanganan masalah yang bersifat strategis sehingga tidak banyak merugikan pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.d.Pembangunan infrastruktur yang lebih memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan.e.Pengembangan sumber daya manusia yang lebih produktif dan berkualitas di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

2.2.2.2Kebijakan dalam RSWP-3-KKebijakan umum pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara untuk Tahun 2014-2034 adalah, sebagai berikut :a. Pengembangan sumber daya manusia sebagai basis bagi upaya mendorong ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan;b. Pengembangan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang lebih memadai;c. Penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.d. Meningkatkan kegiatan pelestarian lingkungan guna mewujudkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang lestari dan berkelanjutan.e. Pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya optimalisasi daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kerjasama pemanfaatan dan penumbuhan ekonomi produktif.

Kebijakan tersebut dituangkan secara lebih rinci ke dalam Misi 1 sampai dengan Misi 5, sebagai berikut :

MISI 1 : Menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berwawasan lingkungan dan terpadu sehingga mendorong produktivitas yang tinggi namun tetap lestari.Arah Kebijakan :1. Penyusunan rencana tata ruang dalam berbagai jenjang perencanaan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.2. Pengelolaan tata ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara konsisten, efisien, produktif dan dinamis;3. Pengelolaan lingkungan yang nyaman, hijau dan indah di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;4. Penyebaran pusat-pusat kegiatan untuk meningkatkan pelayanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;5. Penghijauan dan melakukan konservasi yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil;

6. Penanganan dan penyelesaian konflik sosial berkaitan pemanfaatan lahan / ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil:

MISI 2:Mengembangkan sumber daya manusia yang sehat, terampil dan berdaya saing tinggi dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil.

Arah Kebijakan :a. Pengembangan pendidikan formal dan informal dalam semua strata pendidikan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;b. Pengembangan kewirausahaan dengan membangun kompetensi dan kemampuan daya saing dan kreatif bagi masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;c. Peningkatan peran swasta dalam bidang pendidikan dan kesehatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;d. Pembangunan fasilitas kesehatan dan umum di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

MISI 3Arah Kebijakan :Penataan dan optimalisasi prosedur investasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil khususnya bagi sektor swasta;Pengembangan standar produk perikanan dan kelautan yang baku dan lebih baik untuk meningkatkan daya saing.Penataan kawasan pariwisata dan meningkatkan kemitraan dengan sentra-sentra produk perikanan lokal dalam mengembangkan industri produktif;Perbaikan infrastruktur ekonomi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;:Mengembangkan perekonomian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berdayasaing, efektif, efisien dan berkesinambungan dalam menunjang penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Arah Kebijakan :Penataan dan optimalisasi prosedur investasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil khususnya bagi sektor swasta;Pengembangan standar produk perikanan dan kelautan yang baku dan lebih baik untuk meningkatkan daya saing.Penataan kawasan pariwisata dan meningkatkan kemitraan dengan sentra-sentra produk perikanan lokal dalam mengembangkan industri produktif;Perbaikan infrastruktur ekonomi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;Penataan struktur ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penataan ruang aktivitas, distribusi dan produksi perikanan dan kelautan yang baik;Pengembangan kemitraan usaha koperasi/usaha kecil, menengah dan besar dalam menunjang pengembangan ekonomi produktif di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;Penguatan promosi daerah dalam menarik wisatawan dan investasi dalam bidang pariwisata di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.Pengembangan kawasan minapolitan dan ekowisata sebagai sentra ekonomi unggulan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.MISI 4:Mengembangkan pelayanan usaha dan pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.Arah Kebijakan :a. Pengembangan kegiatan usaha kecil dan menengah di sektor perikanan, kelautan dan pariwisata;b. Pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat secara sistematis dan berdayaguna;

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

c. Pengembangan bantuan modal usaha dan skim kredit untuk masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.d. Menetapkan sentra produksi pengolahan hasil perikanan dan kelautan menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang kuat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mulai dari kelembagaan di tingkat masyarakat, desa/kelurahan/ kecamatan dan kota.

MISI 5 :Meningkatkan kapasitas pengelolaan pembangunan, keuangan dan pembiayaan pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar terwujud wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang produktif, mapan dalam pelayanan prasarana dan sarana serta menjadi tumpuan pembangunan di Kabupaten Minahasa Utara.Arah Kebijakan :a.Peningkatan dan menggali sumber pendapatan daerah berdasarkan azas proporsionalitas, adil dan merata;b.Peningkatan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan sebagai bagian dari deregulasi dalam pengembangan pelayanan kepada masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;c.Pemanfaatan dana secara efisien dan produktif yang didasarkan pada pendekatan hasil/output dengan dilandasi azas manfaat;d.Peningkatan pengelolaan aset pemerintah Kabupaten Minahasa Utara untuk meningkatkan PAD dan peningkatan pelayanan publik di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;2.2.2Kebijakan RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)Dalam rangka menghadapi kondisi keterbatasan ruang wilayah Nusantara, sementara di sisi lain kebutuhan terhadap ruang semakin meningkat, maka diperlukan pendekatan pengelolaan ruang wilayah nasional secara bijaksanauntuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan, yang kemudian kita kenal dengan pendekatan penataan ruang. Lahirnya UUPR pada tahun 2007 beserta peraturan pelaksanaannya merupakan era baru dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan ruang merupakan matra spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan semua pihak, baik sektor maupun daerah. Atas dasar kesepakatan tersebut, maka rencana tata ruang seyogyanya secara konsisten menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pelaksanaan pembangunan nasional tentunya tidak akan hanya berjalan dengan implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) beserta rencana rincinya pada tataran spasial yang makro. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan mendorong investasi di segala bidang, diperlukan rencana tata ruang pada tataran yang lebih operasional.Untuk itu, penetapan RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya perlu menjadi perhatian kita bersama. Selain perlu upaya untuk menetapkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota menjadi sebuah dokumen peraturan daerah (perda), hal yang tak kalah pentingnya adalah implementasi secara konsisten dari RTRW tersebut. Saat ini, kita diharapkan tidak lagi hanya berada dalam tahap perencanaan, namun secara simultan seyogyanya sudah masuk ke dalam tahap implementasi pengembangan wilayah yang sesuai dengan rencana tata ruang.Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan tertib tata ruang, diperlukan pengendalian pemanfaatan ruang secara efektif.Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman untuk: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. Penataan ruang kawasan strategis nasional. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi:1. Kebijakan dan strategipengembanganstruktur ruangsebagaimana dimaksud adalah :a) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.b) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi : Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.2. Kebijakan dan strategipengembanganpola ruang.Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:A. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi :1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi: Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi: Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.B. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.Kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi:1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya. Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi: Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di alur laut kepulauan indonesia (alki), zona ekonomi ekslusif indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.2) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi: Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.C. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional.Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.2) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi: Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.3) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional. Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional meliputi: Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah. Menciptakan iklim investasi yang kondusif. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan. Mengintensifkan promosi peluang investasi. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.4) Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal meliputi: Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.5) Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa meliputi: meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat. melestarikan situs warisan budaya bangsa.6) Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi: Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya. Meningkatkan kepariwisataan nasional. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.7) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal meliputi : Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.2.2.3 KEBIJAKAN NASIONAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN1. 2. 2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalTujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 diarahkan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian.Terkait dengan penguatan daya saing perekonomian tersebut, diantaranya ditempuh melalui peningkatan pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya sesuai dengan potensi daerah secara terpadu serta meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pembangunan kelautan meliputi industri kelautan seperti perhubungan laut, industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral yang dikembangkan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan.Kerangka pencapaian tujuan RPJMN II tersebut dirumuskan lebih lanjut dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014 (Renstra KKP) yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia. Kerangka Visi dan Misi Indonesia 2014 adalah:Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera Demokratis dan BerkeadilanMisi 1 : Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang SejahteraMisi 2 : Memperkuat Pilar-Pilar DemokrasiMisi 3 : Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua BidangDalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009-2014, ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014, yaitu: Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi Agenda IV : Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan BerkeadilanTerkait dengan visi, misi dan agenda utama pembangunan nasional tersebut, maka perumusan dan penjabaran operasionalnya dituangkan dalam 11 prioritas nasional yakni :1) Reformasi birokrasi dan tata kelola2) Pendidikan3) Kesehatan4) Penanggulangan kemiskinan5) Ketahanan pangan6) Infrastruktur7) Iklim investasi dan usaha8) Energy9) Lingkungan hidup dan bencana10) Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.Dalam prioritas nasional tersebut, pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 yang terkait dengan 5 prioritas nasional sebagai berikut :1. Prioritas 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan.Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik.2. Prioritas 4: Penanggulangan Kemiskinan; Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan perbaikan distribusi pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah.3. Prioritas 5: Ketahanan Pangan; Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7% per tahun dan Indeks Nilai Tukar Petani sebesar 115-120 pada 2014.4. Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang keberlanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim.5. Prioritas 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik; Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik.Rencana Strategis Perikanan dan Kelautan 2010 2014Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan.Namun demikian, perubahan tatanan global serta nasional yang berkembang dinamis menuntut percepatan pembangunan kelautan dan perikanan nasional secara nyata untuk mampu menyesuaikan dan memenuhi tantangan lingkungan strategis yang bergerak cepat tersebut.Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumber daya kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional, tercermin dalam keputusan politik nasional, sebagaimana terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang salah satu misinya menyatakan:Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan misi tersebut adalah dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi pembangunan kelautan dan perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh KKP diarahkan untuk mengoptimalkan segenap potensi yang ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tersebut.Sehubungan dengan hal tersebut, visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 ditetapkan sebagai berikut :A. VisiVisi pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015.

B. MisiUntuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka misi yang diemban adalah Mensejahterakan MasyarakatKelautan dan Perikanan.C. TujuanTujuan pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah:1. Memperkuat kelembagaan dan sumber daya manusia secara terintegrasi.2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional.D. Sasaran StrategisSasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 berdasarkan tujuan yang akan dicapai adalah:1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi:a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat.c. SDM kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan:a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan.c. Pulaupulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.d. Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan:a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable.b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional:a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan.b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik IndonesiaDalam rangka tercapainya pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut WPP-RI, merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, 2011Gambar 2.1Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik IndonesiaWilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut WPP-RI, merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia. WPP-RI Menurut Permen No.PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia dibagi menjadi 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Perairan Kabupaten Minahasa Utara berada pada WPP-RI 715 yang meliputi Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau dan WPP-RI 716 yang meliputi Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera. Dari aspek perikanan, perairan ini memiliki potensi sumberdaya ikan yang cukup yang terdiri dari jenis-jenis ikan ekonomis seperti cakalang, layang, madidihang, tongkol, teri, tuna mata besar, tongkol abu-abu, tenggiri, ikan kembung, dan albakora. Dari aspek kelautan, perairan ini dikenal dengan keindahan alam bawah lautnya yang dapat menjadi potensi pariwisata.Hal ini dikarenakan adanya keanekaragaman terumbu karang dan ikan di wilayah minahasa yang dapat menjadi daya tarik wisata.Outering Fishing PortIndonesia merupakan Negara Maritime yang wilayahnya (5,8 juta km) berupa laut dan didalamnya ditaburi 17.500 lebih pulau yang dirangkai oleh garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Lebih jauh dari itu kawasan laut dan kawasan pesisir nusantara yang mengitarinya mengandung potensi ekonomi yang sangat kaya dan beraneka ragam sehingga masyarakat dunia mengenal Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega-marine biodiversity).Potensi sumberdaya ikan laut Indonesia sebesar 6,4 juta ton pertahun.Pada tahun 2008 tingkat pemanfaatannya baru mencapai 4,7 juta ton pertahun yang berarti masih terdapat 1,7 juta ton ikan pertahun yang belum termanfaatkan. Sedangkan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dengan asumsi tingkat konsumsi sebesar 22 kg/kapita/tahun dan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta orang saja maka kebutuhan ikan di dalam negeri mencapai 5,5 juta ton per tahun. Berdasarkan potensi dan kebutuhan konsumsi akan ikan tersebut maka hal ini merupakan tantangan dan peluang untuk pengembangan perikanan pada masa yang akan datang, terlebih FAO memperkirakan kekurangan kebutuhan ikan dunia hingga tahun 2010 dapat mencapai 2 juta per tahun. Oleh karena itu dalam upaya mencari terobosan (breaktrough) guna mewujudkan Indonesia yang maju dan makmur dan berkeadilan maka perlu dikembangkan paradigma pembangunan dari land-base socio-economic development menjadi ocean-base socio-economic development yang diawali dengan Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan dan Perikanan (GERBANG MINA BAHARI) yang telah dicanangkan sejak tahun 2003.Sejalan dengan GERBANG MINA BAHARI tersebut maka Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menyusun Rencana Strategis (RENSTRA). Dalam implementasi kebijakan operasional tersebut, khususnya dalam pemanfaatan potensi perikanan tersebut sebagai upaya memperkuat dan mengembangkan usaha perikanan tangkap nasional secara efisien dan lestari/berkelanjutan, maka terdapat beberapa kendala diantaranya sebagai berikut:1. Belum optimalnya pemanfaatan potensi lestari laut dibidang perikanan ditinjau dari segi penyebaran armada yang tidak merata. Hal ini mengakibatkan terjadinya over-fishing di wilayah tertentu dan under-fishing di wilayah yang lain.2. Dari nilai potensi SDI sebesar 6,4 juta ton/tahun, Indonesia diperkirakan mengalami kerugian akibat pencurian ikan (IUU Fishing) sekitar 4 6 miliar dolar AS/tahun, dengan asumsi ikan yang dicuri mencapai 1 1,5 juta ton.Hal ini terjadi karena keterbatasan jumlah prasarana pelabuhan perikanan yang dapat digunakan sebagai base camp untuk kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan yaitu sebanyak 33 pelabuhan perikanan untuk mencover garis pantai sepanjang 81.000 km (satu pelabuhan setiap 2.531,25 km garis pantai). Sebagai gambaran bahwa Jepang dengan panjang pantai 34.000 km memiliki 3.000 pelabuhan perikanan (satu pelabuhan perikanan setiap 11 km garis pantai).Untuk itu peranan pelabuhan sebagai infrastruktur yang dapat memfasilitasi kegiatan usaha penangkapan ikan yaitu sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, pusat pemasaran dan pembinaan mutu hasil perikanan, pusat penyuluhan dan pengumpulan data, pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan serta pusat pelayanan informasi sepatutnya harus lebih dioptimalkan. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan kegiatan Pengembangan Prasarana Perikanan Tangkap di Lingkar Luar Wilayah Indonesia (Outer Ring Fishing Port).Seperti yang telah disinggung sebelumnya maka dasar pemikiran pengembangan outer ring fishing port ini diantaranya adalah sebagi berikut : 1. Dalam rangka menunjang pembangunan perekonomian nasional (makro mikro), perlu ditunjang dengan fasilitas yang memadai dalam pemanfaatan segenap potensi yang ada, baik potensi yang ada di dalam Kawasan Indonesia, maupun yang ada di luar Kawasan Indonesia..2. Kemudian dalam rangka rasionalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan dan pengamanan Wilayah Perairan Indonesia, perlu dikembangkan/dibangun pelabuhan perikanan di posisi Lingkar Luar Wilayah Indonesia;3. Selama ini perusahaan perikanan asing yang melakukan penangkapan di perairan internasional, tidak berpangkalan di Indonesia, tetapi berada di negara yang lebih jauh dari Indonesia. Apabila kegiatan tersebut difasilitasi, bukan hal yang mustahil akan lebih memacu perekonomian Indonesia (baik makro maupun mikro). Untuk itu perlu dibangun pelabuhan perikanan yang memenuhi standar internasional di Wilayah Lingkar Luar Kawasan Indonesia yang dapat menarik kapal-kapal yang beroperasi di Luar Perairan Indonesia untuk berpangkalan di pelabuhan perikanan tersebut. Pelabuhan Perikanan yang memenuhi standar internasional dalam pengertian, antara lain : Menerapkan good operation and management practice; Memadai sebagai one-stop shopping fishing port yang dapat menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat nelayan/perikanan.Adapun tujuan dari pembangunan pengembangan Outer Ring Fishing Port antara lain :1. Optimalisasi pemanfaatan potensi SDI sekaligus pengamanan wilayah perbatasan perairan Indonesia;2. Menekan IUU Fishing;3. Membangun pusat-pusat pertumbuhan baru (growth center) yang berada pada posisi lingkar luar Wilayah Indonesia (Outer Ring Fishing Port) dan menunjang kapal-kapal yang beroperasi di perairan internasional (luar ZEEI); 4. Mendukung pelaksanaan konvensi hukum laut guna pemanfaatan potensi sumberdaya ikan di perairan High Seas Area;5. Menyediakan fasilitas pelabuhan perikanan yang memenuhi standar internasional pada lingkar luar Wilayah Indonesia. 2.2.4Rencana Tata Ruang Laut NasionalTinjauan UU No 27 tahun 2007 Jo. UU No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilDalam UU No 27 Tahun 2007 Jo. UU No. 1 Tahun 2014, yang dimaksud dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan kearah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan dengan tujuan:a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dand. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui peran serta Masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.Beberapa pointer yang dapat digarisbawahi sebagai pokok-pokok kebijakan dalam UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini diantaranya dapat disarikan ke dalam tabel berikut ini :Tabel II.1Pokok-pokok Pengaturan Kebijakan dalam UU No 27 Tahun 2007 Jo. UU No.1 Tahun 2014NoKomponen/AspekPengaturan Kebijakan

1. Terminologi/Definisi Umum yang digunakan dalam UU No 27 Tahun 2007 Jo. UU No.1 Tahun 2014 Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam Ekosistem pesisir. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail dalam 1 (satu) Zona berdasarkan arahan pengelolaan di dalam Rencana Zonasi yang dapat disusun oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan teknologi yg dapat diterapkan serta ketersediaan sarana yang pada gilirannya menunjukkan jenis & jumlah surat izin yg dapat diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Hak Pengusahaan Perairan Pesisir, selanjutnya disebut HP-3, adalah hak atas bagian-bagian tertentu dari perairan pesisir untuk usaha kelautan dan perikanan, serta usaha lain yang terkait dengan pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mencakup atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. Daya Dukung Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kemampuan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pencemaran Pesisir adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan pesisir akibat adanya kegiatan Orang sehingga kualitas pesisir turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan pesisir tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2. Asas dan Tujuan Pengelolaan Wilayah PesisirPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berasaskan:a. keberlanjutan;b. konsistensi;c. keterpaduan;d. kepastian hukum;e. kemitraan;f. pemerataan;g. peran serta masyarakat;h. keterbukaan;i. desentralisasi;j. akuntabilitas; dank. keadilan.

3. Proses pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau KecilPerencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, terdiri atas:a. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K;b. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K;c. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dand. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.

5. Pemanfaatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil1) Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) Pemanfaatan perairan pesisir diberikan dalam bentuk HP-3 meliputi pengusahaan atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut. HP-3 dapat diberikan kepada: Orang perseorangan warga negara Indonesia; Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukumIndonesia; atau Masyarakat Adat. HP-3 tidak dapat diberikan pada Kawasan Konservasi, suaka perikanan, alur pelayaran, kawasan pelabuhan, dan pantai umum.2) Pemanfaatan PulauPulau Kecil dan Perairan di SekitarnyaPemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut: konservasi; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; budidaya laut; pariwisata; usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara lestari; pertanian organik; dan/atau peternakan3) Konservasia. Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diselenggarakan untuk: menjaga kelestarian ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain; melindungi habitat biota laut; dan melindungi situs budaya tradisional.b. Kawasan konservasi dibagi atas tiga Zona, yaitu: Zona inti; Zona pemanfaatan terbatas; dan Zona lain sesuai dengan peruntukan Kawasan4) Rehabilitasi Rehabilitasi dilakukan dengan cara: pengayaan sumber daya hayati; perbaikan habitat; perlindungan spesies biota laut agar tumbuh dan berkembang secara alami; dan ramah lingkungan.5) ReklamasiReklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.

6. Pengawasan dan PengendalianPengawasana. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan secara terkoordinasi oleh instansi terkait sesuai dengan kewenangannya.b. Pengawasan oleh Masyarakat dilakukan melalui penyampaian laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang.Pengendaliana. Dalam melaksanakan pengendalian, Pemerintah wajib menyelenggarakan Akreditasi terhadap program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Standar dan Pedoman Akreditasi mencakup: relevansi isu prioritas; proses konsultasi publik; dampak positif terhadap pelestarian lingkungan; dampak terhadap peningkatan kesejahteraan Masyarakat; kemampuan implementasi yang memadai; dan dukungan kebijakan dan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah.b. Dalam upaya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dibentuk Mitra Bahari sebagai forum kerja sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, tokoh Masyarakat, dan/atau dunia usaha. Kegiatan Mitra Bahari difokuskan pada: pendampingan dan/atau penyuluhan; pendidikan dan pelatihan; penelitian terapan; serta rekomendasi kebijakan.

7. Mitigasi Bencana

Dalam menyusun rencana pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil terpadu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib memasukkan dan melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan jenis, tingkat, dan wilayahnya. Penyelenggaraan mitigasi bencana Wilayah Pesisir dilaksanakan dengan memperhatikan aspek: sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat; kelestarian lingkungan hidup; kemanfaatan dan efektivitas; serta lingkup luas wilayah.

Sumber: UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau KecilTinjauan UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan perubahannnya sesuai UU No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk masa depan bangsa, sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Pemanfaatan secara optimal diarahkan pada pendayagunaan sumber daya ikan dengan memperhatikan daya dukung yang ada dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan serta tata ruang. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan sumber daya perikanan harus seimbang dengan daya dukungnya, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Salah satunya dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan melalui pengaturan pengelolaan perikanan. Oleh karena itu, dibutuhkan dasar hukum pengelolaan sumber daya ikan yang mampu menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum dan teknologi. Kehadiran UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan diharapkan dapat mengantisipasi sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan yang sangat besar di bidang perikanan, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern. Di sisi lain, terdapat beberapa isu dalam pembangunan perikanan yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak lain yang terkait dengan pembangunan perikanan. Isu-isu tersebut diantaranya adanya gejala penangkapan ikan yang berlebih, pencurian ikan, dan tindakan illegal fishing lainnya yang tidak hanya menimbulkan kerugian bagi negara, tetapi juga mengancam kepentingan nelayan dan pembudi daya-ikan, iklim industri, dan usaha perikanan nasional. Permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan sungguh-sungguh, sehingga penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan berkelanjutan. Adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan dalam penanganan tindak pidana di bidang perikanan. Namun pada kenyataannya, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan saat ini masih belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya ikan dan belum dapat menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa substansi, baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi, maupun aspek hukum. Kelemahan pada aspek manajemen pengelolaan perikanan antara lain belum terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan. Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain terjadinya benturan kepentingan dalam pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek hukum antara lain masalah penegakan hukum, rumusan sanksi, dan yurisdiksi atau kompetensi relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di luar kewenangan pengadilan negeri tersebut. Melihat beberapa kelemahan yang terdapat dalam UU Nomor 31 Tahun 2004 tersebut, maka dirasa perlu untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang tersebut, yang meliputi: 1. Terkait pengawasan dan penegakan hukum menyangkut masalah mekanisme koordinasi antarinstansi penyidik dalam penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan sanksi (pidana atau denda), hukum acara, terutama mengenai penentuan batas waktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum di bidang perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.2. Terkait masalah pengelolaan perikanan antara lain kepelabuhanan perikanan, konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran. 3. Diperlukannya perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Di samping itu perubahan substansi juga mengarah pada keberpihakan kepada nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil antara lain dalam aspek perizinan, kewajiban penerapan ketentuan mengenai sistem pemantauan kapal perikanan, pungutan perikanan, dan pengenaan sanksi pidana. Pada bagian berikut dapat dilihat beberapa pokok kebijakan dari UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan perubahannnya sesuai UU No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004, dalam tabel berikut.Tabel II.2Pokok-Pokok Kebijakan Dalam UU No 31 Tahun 2004 dan UU No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang PerikananNoKomponen/AspekPengaturan Kebijakan

1. Terminologi/Definisi Umum yang digunakan dalam UU No 45 Tahun 2009a. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. b. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan c. Lingkungan sumber daya ikan adalah perairan tempat kehidupan sumber daya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya. d. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. e. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya f. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. g. Konservasi Sumber Daya Ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. h. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang selanjutnya disebut ZEEI, adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia. i. Laut Lepas adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia.j. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

2. Asas Pengelolaan PerikananPengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas: a. manfaat; b. keadilan; c. kebersamaan; d. kemitraan; e. kemandirian; f. pemerataan; g. keterpaduan; h. keterbukaan; i. efisiensi; j. kelestarian; dan k. pembangunan yang berkelanjutan.

3. Wilayah Pengelolaan PerikananWilayah Pengelolaan Perikanan RI untuk penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan meliputi:a. perairan Indonesiab. ZEEIc. Sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah RI

4. Kebijakan Pengelolaan sumber daya ikan1) Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri menetapkan:a. rencana pengelolaan perikananb. potensi dan alokasi sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan RIc. jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan RId. potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan perikanan RIe. potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu di wilayah pengelolaan perikanan RIf. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikang. jenis, jumlah, ukuran dan penempatan alat bantu penangkapan ikanh. daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikani. persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikanj. pelabuhan perikanank. sistem pemantauan kapal perikananl. jenis ikan baru yang akan dibudidayakanm. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis budidayan. pembudidayaan ikan dan perlindungannyao. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannyap. rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannyaq. ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkapr. kawasan konservasi perairans. wabah dan wilayah wabah penyakit ikant. jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dari wilayah RIu. jenis ikan yang dilindungi2) Dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan

5. Usaha PerikananUsaha perikanan dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan, meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran yang diatur dalam Peraturan Menteri

6. Kapal Perikanan1) Kapal perikanan berdasarkan fungsinya meliputi:a. kapal penangkap ikanb. kapal pengangkut ikanc. kapal pengolah ikand. kapal latih ikane. kapal penelitian/eksplorasi perikananf. kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan2) Kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara RI wajib menggunakan nakhoda dan anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia3) Kapal perikanan berbendera asing yang melakukan penangkapan ikan di ZEEI wajib menggunakan anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia paling sedikit 70% dari jumlah anak buah kapal

7. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan1) Dalam Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan pelabuhan perikanan, Menteri menetapkan:a. rencana induk pelabuhan perikanan secara nasionalb. klasifikasi pelabuhan perikananc. pengelolaan pelabuhan perikanand. persyaratan dan atau standar teknis dalam perencanaan, pembangunan, operasional, pembinaan, dan pengawasan pelabuhan perikanane. wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan yang meliputibagian perairan dan daratan tertentu yang menjadi wilayah kerja dan perngoperasian pelabuhan perikananf. pelabuhan perikanan yang tidak dibangun oleh Pemerintah2) Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran3) Fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa:a. pelayanan tambat dan labuh kapal perikananb. pelayanan bongkar muat c. pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanand. pemasaran dan distribusi ikane. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikananf. tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayang. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikananh. tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikani. pelaksanaan kesyahbandaraanj. tempat pelaksanaan fungsi karantina ikank. publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikananl. tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikananm. pemantauan wilayah pesisir dan wisata baharin. pengendalian lingkungan

8. Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya-ikan kecil1. Pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil melalui:a. penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, baik untuk modal usaha maupun biaya operasional dengan cara yang mudah, bunga pinjaman yang rendah, & sesuai dengan kemampuan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecilb. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi nelayan kecil serta pembudi daya ikan kecil untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikanc. penumbuhkembangan kelompok nelayan kecil, kelompok pembudi daya ikan kecil dan koperasi perikanan2. Nelayan kecil bebas menangkap ikan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan RI3. Pembudidaya ikan kecil dapat membudidayakan komoditas ikan pilihan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan RI4. Nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil wajib mentaati ketentuan konservasi dan ketentuan lain, dan ikut serta menjaga kelestarian lingkungan perikanan dan keamanan pangan hasil perikanan sesuai dengan ketentuan yg berlaku

Sumber: UU No 31 Tahun 2004 & UU No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Tinjauan PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya IkanUndang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan antara lain mengatur tentang konservasi sumber daya ikan yang dilakukan melalui konservasi ekosistem, konservasi jenis dan konservasi genetik. Upaya konservasi sumber daya ikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara keseluruhan.Mengingat karakteristik sumber daya ikan dan lingkungannya mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap pengaruh iklim global maupun iklim musiman serta aspek-aspek keterkaitan (connectivity) ekosistem antarwilayah perairan baik lokal, regional maupun global, yang kemungkinan melewati batas-batas kedaulatan suatu negara, maka dalam upaya pengembangan dan pengelolaan konservasi sumber daya ikan harus berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan dukungan bukti-bukti ilmiah.Peraturan Pemerintah tentang Konservasi Sumber Daya Ikan ini mengatur lebih rinci tentang upaya pengelolaan konservasi ekosistem atau habitat ikan termasuk didalamnya pengembangan Kawasan Konservasi Perairan sebagai bagian dari konservasi ekosistem. Selain itu Peraturan Pemerintah ini juga memuat aturan-aturan untuk menjamin pemanfaatan berkelanjutan dari jenis-jenis ikan serta terpeliharanya keanekaragaman genetik ikan.Mengingat hal-hal tersebut di atas, sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan kegiatan konservasi sumber daya ikan perlu mengatur ketentuan mengenai konservasi sumber daya ikan dengan peraturan pemerintah.Pada tabel berikut akan diuraikan beberapa pokok kebijakan dan pengaturannya yang terkandung dalam PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan :Tabel II.3Pokok-pokok Kebijakan dalam PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya IkanNoKomponen/AspekPengaturan Kebijakan

1. Terminologi/Definisi Umum yang digunakan dalam PP No 60 Tahun 2007a. Konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.b. Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan yang akan datang.c. Konservasi jenis ikan adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.d. Konservasi genetik ikan adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya genetik ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.e. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.f. Taman Nasional Perairan adalah kawasan konservasi perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi.g. Suaka Alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya.h. Taman Wisata Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.i. Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan.

2. Asas Konservasi Sumber Daya IkanKonservasi sumber daya ikan dilakukan berdasarkan asas:a. manfaat;b. keadilan;c. kemitraan;d. pemerataan;e. keterpaduan;f. keterbukaan;g. efisiensi; danh. kelestarian yang berkelanjutan.

3. Klasifikasi Konservasi Sumber Daya IkanKonservasi sumber daya ikan meliputi:a. konservasi ekosistemb. konservasi jenis ikan; danc. konservasi genetik ikan.

4. Konservasi ekosistem1) Konservasi ekosistem dilakukan pada semua tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan, mencakup:a. laut;b. padang lamun;c. terumbu karang;d. mangrove;e. estuari;f. pantai;g. rawa;h. sungai;i. danau;j. waduk;k. embung; danl. ekosistem perairan buatan.2) Konservasi ekosistem dilakukan melalui:a. perlindungan habitat dan populasi ikan;b. rehabilitasi habitat dan populasi ikan;c. penelitian dan pengembangan;d. pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa lingkungan;e. pengembangan sosial ekonomi masyarakat;f. pengawasan dan pengendalian; dan/ataug. monitoring dan evaluasi.3) Satu atau beberapa tipe ekosistem yang terkait dengan sumber daya ikan dapat ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan, yang terdiri atas: taman nasional perairan, taman wisata perairan, suaka alam perairan, dan suaka perikanan4) Penetapan kawasan konservasi perairan didasarkan pada kriteria:a. ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan;b. sosial dan budaya, meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi ancaman, kearifan local serta adat istiadat; danc. ekonomi, meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan kemudahan mencapai kawasan.

5. Konservasi jenis ikan1) Konservasi jenis ikan dilakukan melalui:a. penggolongan jenis ikan;b. penetapan status perlindungan jenis ikan;c. pemeliharaan;d. pengembangbiakan; dane. penelitian dan pengembangan.2) Penggolongan jenis ikan terdiri atas:a. jenis ikan yang dilindungi;b. jenis ikan yang tidak dilindungi.3) Kriteria jenis ikan yang dilindungi, meliputi:a. terancam punah;b. langka;c. daerah penyebaran terbatas (endemik);d. terjadinya penurunan jumlah populasi ikan di alam secara drastis; dan/ataue. tingkat kemampuan reproduksi yang rendah.

6. Konservasi Genetik IkanKonservasi sumber daya genetik ikan dilakukan melalui upaya:a. pemeliharaan;b. pengembangbiakan;c. penelitian; dand. pelestarian gamet.

7. Pemanfaatan Konservasi Sumber Daya Ikan1) Pemanfaatan konservasi sumber daya ikan meliputi:a. pemanfaatan kawasan konservasi perairan; danb. pemanfaatan jenis ikan dan genetik ikan.2) Pemanfaatan kawasan konservasi perairan dilakukan melalui kegiatan:a. penangkapan ikan;b. pembudidayaan ikan;c. pariwisata alam perairan; ataud. penelitian dan pendidikan.3) Pemanfaatan jenis ikan dan genetik ikan dilakukan melalui kegiatan:a. penelitian dan pengembangan;b. pengembangbiakan;c. perdagangan;d. aquaria;e. pertukaran; danf. pemeliharaan untuk kesenangan.

Sumber: PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan

2.2.5Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi UtaraTujuan dan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah ProvinsiTujuan RTRW Provinsi Sulawesi Utara adalah Mewujudkan Provinsi Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke kawasan Asia Timur dan Pasifik yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, dengan berbasis pada kelautan, perikanan, pariwisata dan pertanian, yang berdaya saing serta mengutamakan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan.Kebijakan penataan ruang di wilayah provinsi untuk mewujudkan tujuan penataan ruang, meliputi: Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana; Peningkatan fungsi ruang evakuasi pada kawasan rawan bencana alam; Peningkatan potensi, sumber daya, aksesibilitas pemasaran produksi dan kualitas sumber daya manusia di bidang kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian; Peningkatan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara1. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana, terdiri atas:a. Mengembangkan sistem jaringan internasional, nasional dan regional penghubung antar wilayah laut, darat, dan udara pada PKSN, PKN, PKW, dan PKL;b. Mengembangkan dan memantapkan sistem jaringan internasional, nasional dan regionalpenghubung antar pusat-pusat produksi kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian dengan PKSN, PKN, PKW, dan PKL;c. Mengembangkan prasarana teknologi modern kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian;d. Mengembangkan sistem jaringan dan moda transportasi andal guna mendukung sektor kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian;e. Meningkatkan jaringan energi dalam sistem kemandirian energi listrik dengan lebih menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumberdaya terbarukan yang ramah lingkungan; danf. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, informasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air, sanitasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah provinsi.2. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan fungsi evakuasi pada kawasan rawan bencana alam, terdiri atas:a. Mengembangkan sistem peringatan dini bagi evakuasi masyarakat di kawasan rawan bencana alam;b. Membangun fasilitas-fasilitas jalur dan ruang evakuasi bencana bagi masyarakat yang sangat berguna bila terjadi bencana alam; c. Menetapan kawasan rawan, kawasan waspada dan kawasan berpotensi bencana alam;d. Mengembangkan fungsi bangunan gedung modern dengan konstruksi tahan gempa;e. Menerapkan perijinan pemanfaatan ruang secara ketat pada kawasan rawan bencana alam; danf. Mengendalikan pembangunan di sekitar kawasan rawan bencana alam.3. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan potensi, sumber daya, aksesibilitas pemasaran produksi dan kualitas sumber daya manusia dibidang kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian, terdiri atas:a. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi kawasan pesisir pantai;b. Mengendalikan kegiatan di sekitar sempadan kawasan pesisir pantai;c. Mengelola pulau-pulau kecil sesuai potensi dan kondisi alamnya;d. Mengembalikan fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan;e. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan perikanan darat dan laut serta perubahan-perubahan yang terjadi; f. Melestarikan kawasan hutan bakau sebagai tempat pemijahan ikan/udang, filter pencemar, dan penahan ombak/arus laut;g. Mengembangkan kawasan pesisir pantai melalui pemetaan, pengukuhan, dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya;h. Mengembangkan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung kawasan pariwisata;i. Mengembangkan promosi pariwisata;j. Mengembangkan objek wisata sebagai pendukung daerah tujuan wisata yang ada;k. Meningkatkan jalur perjalanan wisata;l. Mengembangkan jenis wisata alam yang ramah lingkungan; m. Mempertahankan kawasan situs budaya sebagai potensi wisata;n. Mengembangkan pusat informasi pariwisata di ibukota provinsi dan di setiap ibukota kabupaten atau kota;o. Mengendalikan pemanfaatan ruang untuk fungsi lahan pertanian;p. Menetapkan lahan pangan berkelanjutan;q. Mengembangkan teknik konservasi tanah untuk mencegah erosi pada daerah berlereng;r. Mengembangkan area dan industri pengolahan buah-buahan untuk investasi tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias);s. Mengembangkan wilayah-wilayah tanaman perkebunan sesuai dengan potensi berdasarkan kesesuaian lahannya;t. Mengembangkan lembaga pendidikan formal dan informal sebagai pusat ilmu pengetahuan guna mendukung sdm dibidang kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian;u. Menjamin ketersediaan informasi di bidang kelautan, perikanan, pariwisata, dan pertanian; danv. Mengembangkan sistem pendidikan non formal yang berkelanjutan guna peningkatan kualitas produksi dan hasil kelautan dan perikanan pariwisata dan pertanian.4. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, terdiri atas:a. Mengelola taman wisata alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/rekreasi;b. Mengelola kawasan cagar budaya yang memadukan kepentingan pelestarian, pariwisata/rekreasi serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah;c. Melakukan pelarangan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada. d. Melakukan pencegahan terhadap kegiatan budidaya di kawasan lindung yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air dan kondisi fisik sungai maupun aliran sungai;e. Mengendalikan kegiatan yang telah ada di sekitar sungai;f. Mengamankan daerah aliran sungai;g. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya di sekitar danau/waduk yang dapat mengganggu fungsi danau (terutama sebagai sumber air dan sumber energi listrik);h. Mengendalikan kegiatan yang telah ada di sekitar danau/waduk; i. Mengatur kegiatan yang ada di danau dengan cara zonasi pemanfaatan danau, serta melakukan pengelolaan lingkungan termasuk pengelolaan limbah;j. Mengamankan di daerah hulu;k. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air yang dapat mengganggu kuantitas air dan/atau merusak kualitas air;l. Mengendalikan kegiatan yang telah ada di sekitar mata air;m. Mengamankan dan konservasi daerah tangkapan air (catcment area);n. Mencegah dan membatasi kerusakan kawasan terbuka hijau/hutan kota yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit;o. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas kawasan terbuka hijau, kawasan hutan kota, hasil hutan kota, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan kota; p. Mengelola kawasan cagar alam dan suaka margasatwa sesuai dengan tujuan perlindungannya; danq. Mengembangkan areal yang berpotensi untuk dijadikan taman wisata alam.5. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, terdiri atas:a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan yaitu 11 (sebelas) pulau kecil terluar di perbatasan Provinsi Sulawesi Utara dan Filipina;b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;c. Mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya terbangun disekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi kawasan pertahanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun; d. Turut serta menjaga aset-aset pertanahan / TNI;e. Meningkatkan perekonomian di kawasan perbatasan antarnegara berdasarkan asas kesejahteraan dan pelestarian alam; danf. Mendukung fungsi kota-kota kepulauan di kawasan perbatasan antarnegara sebagai pusat Kegiatan Strategis Nasional.2.2.6STRATEGI PENGEMBANGAN ASPEK KEWILAYAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MINAHASA UTARA1. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Industri a. Pengembangan klaster industri intib. Pembangunan industri prioritasc. Memperkuat dan mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) tertentu

2. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidupa. Pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutanb. Pemantapan kawasan hutanc. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya kelautand. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan hidup yang diarahkan pada pelestarian fungsi ekologi dari ekosistem sebagai kunci pendukung kehidupane. Pembinaan dan pengelolaan usaha pertambangan sumber daya mineral

3. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Pembangunan Infrastruktura. Manajemen sumber daya air dilakukan dengan menciptakan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan hulu dan hilir, pemanfaatan air permukaan dan air tanahb. Konservasi sumber daya air dilakukan untuk menciptakan keseimbangan pemenuhan kebutuhan perlu dibatasic. Peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun dan belum optimum pemanfaatannya, rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak serta pemeliharaan jaringan irigasid. Pengamanan pantai dari abrasi dilakukan pada wilayah-wilayah yang sangat rawan abrasie. Peningkatan pelayanan prasarana jalan, keselamatan lalu lintas secara komprehensif dan terpadu dan aksesibilitas dan penyediaan pelayanan angkutan pada daerah-daerah terpencil4. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Penataan Ruang, Pengembangan Wilayah dan Pengelolaan Pertanahana. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus berpihak kepada kepentingan masyarakat lebih luasb. Mengikutsertakan peran masyarakat (pemberdayaan) dalam proses penyusunan rencana tata ruang5. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Pembangunan Perdesaan dan Revitalisasi Pertaniana. Mengembangkan praktik-praktik budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutanb. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dengan memenuhi hak-hak dasar atas pelayanan pendidikan, kesehatan serta meminimalkan resiko kerentananc. Mempertahankan tingkat ketersediaan beras dalam posisi stok beras mencukupi kebutuhan minimal 4 bulan ke depand. Peningkatan pemeliharaan hutan sebagai salah satu fungsi daya dukung keseimbangan alam

6. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Pembangunan Perikanan, Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil a. Percepatan pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung serta pembangunan dan perbaikan TPI/PPI/Pelabuhan Perikanan Pantaib. Percepatan pengembangan usaha perikanan budidaya yang berdaya saing dan berwawasan llingkungan melalui pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang memadaic. Peningkatan pengelolaan sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat berdasarkan daya dukung lingkungannya

7. Strategi untuk mewujudkan kebijakan peningkatan dan pelestarian fungsi dari Aspek Pembangunan Sektor Pariwisataa. Mengutamakan penyusunan grand design pembangunan pariwisata berkelanjutan, bersinergi dan terintegrasib. Melakukan pembenahan objek-objek wisata, infrastruktur dan sarana pendukung, keamanan yang terkoordinasi dan terintegrasi antar pemerintah provinsi, kabupaten dan kota serta menciptakan objek-objek wisata eksotis yang baru

Secara garis besar sistem kota-kota (urban system) di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang dituju pada akhir tahun perencanaan (Tahun 2031) dibagi ke dalam 5 (lima) Wilayah Pengembangan, yaitu:a) Wilayah Pengembangan Airmadidi

Keterangan :Pelabuhan RegionalPelabuhan LokalTerdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian tengah Kabupaten Minahasa Utara, yang akan berorientasi ke kota Airmadidi sebagai pusat pelayanan wilayah kegiatan ekonomi dan sosial. Wilayah yang dipengaruhi oleh Wilayah Pengembanagan Airmadidi ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Minahasa Utara b) Wilayah Pengembangan LikupangTerdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian utara dan timur Kabupaten Minahasa Utara, yang akan berorientasi ke kota Likupang sebagai pusat pelayanan lokal primer kegiatan ekonomi dan sosial. Wilayah yang dipengaruhi oleh Wilayah Pengembanagan Likupang ini adalah kecamatan-kecamatan; Likupang Selatan, Likupang Timur, Likupang Barat, dan desa-desa di Kecamatan Dimembe yang berbatasan dengannya. c) Wilayah Pengembangan DimembeTerdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian tengah Kabupaten Minahasa Utara, yang akan berorientasi ke kota Tatelu sebagai pusat pelayanan lokal sekunder kegiatan ekonomi dan sosial. Wilayah yang dipengaruhi oleh Wilayah Pengembangan Dimembe ini adalah Kecamatan Dimembe, Talawaan dan desa-desa di Kecamatan Kalawat dan Airmadidi yang berbatasan dengannya.d) Wilayah Pengembangan Kema Terdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian selatan Kabupaten Minahasa Utara, yang akan berorientasi ke kota Kema sebagai pusat pelayanan lokal sekunder kegiatan ekonomi dan sosial. Wilayah yang dipengaruhi oleh Wilayah Pengembangan Kema ini adalah Kecamatan Kema dan desa-desa di Kecamatan Kauditan yang berbatasan dengannya.e) Wilayah Pengembangan Wori Terdiri atas pusat-pusat permukiman, baik yang bersifat desa urban dan desa rural yang terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Minahasa Utara, yang akan berorientasi ke kota Wori sebagai pusat pelayanan lokal sekunder kegiatan ekonomi dan sosial. Wilayah yang dipengaruhi oleh Wilayah Pengembangan Wori ini adalah Kecamatan Wori dan desa-desa di Kecamatan Talawaan dan Likupang Barat yang berbatasan dengannya.Hirarki Pusat PelayananHirarkhi pusat permukiman sebagai pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yang dituju hingga akhir tahun perencanaan tahun 2031 dalam konteks Kabupaten Minahasa Utara sebagai berikut :a) Wilayah Pengembangan Airmadidi Kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kawasan Manado Bitung (Airmadidi, Kalawat, Kauditan dan Kema) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Desa Kuwil Kecamatan Kalawat, Desa Lembean Kecamatan Kauditan, Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi.b) Wilayah Pengembangan Likupang Kota Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) adalah Likupang Timur Kota Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Likupang Selatan dan Likupang Barat Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Desa Wangurer Kecamatan Likupang Selatan,Desa Wineru, Desa Lihunu (Likupang Timur) , Desa Buhias, Desa Kinabuhutan Kecamatan Likupang Selatan.c) Wilayah Pengembangan Dimembe Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalahDimembe Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Talawaan Kota Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Desa Dimembe Kecamatan Dimembed) Wilayah Pengembangan Kema Kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kema Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Desa Lilang Kecamatan Kemae) Wilayah Pengembangan Wori Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Wori Pusat Pelayanan Lingkunagan (PPL) adalah Desa Budo Kecamatan Wori

II-8PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA UTARABadan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan(BAPPELITBANG)