Bab 28,29,30 Syarif Ibrahim Alqadrie
-
Upload
muhamad-sadikin -
Category
Documents
-
view
67 -
download
8
Transcript of Bab 28,29,30 Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
ABSTRAK
BAB XXVIII
Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXVIII (Cinta, Politik, dan Kepentingan) mengungkapkan bahwa cinta dan politik adalah dua unsur yang tidak dapat dipersatukan. Apabila cinta dikaitkan dengan politik, itu bukanlah cinta yang sejati, karena di dalam politik yang ada hanyalah kepentingan, tidak ada cinta yang abadi. Politik erat kaitannya dengan keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memiliki suatu jabatan dan material, sehingga menggunakan berbagai upaya untuk mencapainya termasuk dengan motif cinta. Upaya yang demikian kadang mengandung unsur ketidaktulusan, hal ini bertentangan dengan pengertian cinta yang didasarkan pada prinsip ketulusan tanpa dipengaruhi kepentingan.
Persahabatan yang begitu lama terjalin bisa pula tercerai-berai oleh kepentingan politik. Seseorang atau sekelompok orang bisa dibutakan karena diiming-imingi dengan jabatan dan material, yang membuatnya tidak peduli dengan persahabatan dan kepentingan orang banyak, karena itu pula mata dan hati tertutup terhadap seseorang yang dikenal dan memiliki kelebihan sebagai pemimpin, tetapi justru yang dipilih adalah orang lain yang kita tahu persis kualifikasi, integritas, dan komitmennya diragukan. Dengan demikian tersingkirlah orang-orang baik yang memiliki kualitas dan kemampuan untuk memimpin, pada konteks ini politik harus dapat disandingkan dengan cinta untuk mengontrol kepentingan pribadi dan kelompok.
Kata kunci : Cinta, Politik, Kepentingan
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
RESUME
BAB XXVIII
Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXVIII (Cinta, Politik, dan Kepentingan) bagian 1
(satu) dan 2 (dua) dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, berpendapat
bahwa antara cinta dan politik tidak bisa dipersatukan. Kalaupun memang ada cinta di dalam
politik, itu bukan cinta sejati bukan pula cinta yang dalam, karena di dalamnya selalu ada unsur
kepentingan yang mendasar dan mendominasi, terutama material dan jabatan baik secara pribadi
maupun kelompok.
Sebaliknya apabila ada politik untuk mencintai, ini lebih tepat disebut cara atau strategi
untuk berupaya mendapatkan cinta. Upaya tersebut pun kadangkala dimotivasi oleh kepentingan
sesaat dan oleh keinginan memiliki, yang kadang mengandung unsur ketidaktulusan. Padalah
pengertian cinta menurut beberapa orang bijak, bukan untuk dimiliki, tetapi untuk dirasakan dan
dijalankan, tidak saja oleh mereka yang terlibat langsung, tetapi juga oleh keluarga besar mereka
dan masyarakat, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Karenanya cinta yang
diperoleh dengan motif ingin merealisasikan kepentingan pribadi dari suatu kelompok, serta
memburu dan melindungi cinta secara sangat berlebihan membuat kebebasan orang yang
dicintai terbelenggu, pada ujungnya hanya akan menimbulkan kebencian dan kekecewaan besar.
Upaya dalam memperoleh dan menjalankan cinta seperti itu mengalami kegagalan.
Alasan mengapa cinta dan politik tidak bisa dipersatukan, ini bersinergi dengan pribahasa
Ilmu Politik: tidak ada kawan dan musuh abadi, tetapi yang abadi hanyalah kepentingan pribadi
maupun kelompok. Ini berarti bahwa kita jangan berharap akan mendapatkan atau tidak
mendapatkan dukungan secara benar-benar ikhlas dan abadi, dari anggota badan perwakilan
dalam hal ini legislatif misalnya DPR/MPR, senat fakultas dan universitas atau para anggota
kelompok masyarakat pemilih dari sebuah daerah/kawasan pemilihan. Walaupun para pemilih
tersebut telah bersahabat dan sangat akrab dengan kita, karena politik pula hubungan
persahabatan dapat tercerai-berai dan menjadi tidak abadi. Dengan pribahasa politik tersebut
membuat kita maklum bahwa cinta dan politik tidak dapat dipersatukan.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
Pribahasa politik tersebut masih menjadi realitas saat ini karena manusia sering
kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri. Kepentingan tersebut sebagai komoditas yang dapat
menghasilkan uang, materi, jabatan atau lainnya, apabila menjatuhkan pilihan pada seseorang.
Sedangkan persahabatan tidak dapat diperjualbelikan. Karena itulah manusia sering kehilangan
kontrol terhadap dirinya secara manusiawi ini, sebagaimana dikritik oleh Marx dan Lukacs,
menjadi penganut fetithisme dan reifikasi yaitu mendewa-dewakan komoditas kepentingan
dirinya sendiri atau kelompok, mereka berprinsip uang dapat membeli segala-galanya termasuk
harga diri.
Dengan prinsip semacam ini kita telah kehilangan momentum tidak saja sebagai manusia
yang memiliki harga diri dan hati nurani, juga sebagai warga bangsa yang telah menyia-nyiakan
pilihan dengan menutup mata dan hati kita terhadap seseorang yang dikenal dan memiliki
kelebihan sebagai pemimpin, tetapi justru yang dipilih adalah orang lain yang kita tahu persis
kualifikasi, integritas, dan komitmennya diragukan. Itulah yang terjadi di negara ini dan
menyebabkan terpuruknya bangsa karena masih berlaku realitas: sikap adalah fungsi
kepentingan. Dan kepemimpinan adalah fungsi dari situasi sosial, siapa pemimpin yang tampil
dan bagaimana kepemimpinan, wawasan, dan kualifikasinya merupakan perwujudan dari kondisi
yang dipimpinnya.
Seseorang yang memiliki integritas dan prinsip tidak tergoyahkan, kualifikasi tinggi,
kerja keras, profesionalisme dan komitmen, sering mengalami banyak kesulitan dalam
menapakkan karirnya ke jenjang lebih tinggi ke posisi pengambil keputusan. Pada kondisi ini ia
memerlukan sahabat yang ikhlas, pada konteks ini politik harus dapat disandingkan dengan cinta,
untuk mengontrol dan menomor sekiankan kepentingan pribadi dan kelompok. Kesemuanya
adalah buat kemajuan ke depan, kepentingan orang banyak dan meningkatkan kualitas dan daya
saing nasional, regional, dan global.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
TANGGAPAN
BAB XXVIII
Artikel yang membahas tentang keterkaitan cinta dengan politik serta kepentingan yang
ada di dalamnya, ini merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas. Banyak realita yang
dapat kita lihat bahwa politik yang sarat dengan kepentingan-kepentingan tersebut tidak bisa
dihindari dari praktik dan taktik para pemeran politik dalam menggunakan berbagai cara untuk
meraih kekuasaan. Bahkan motif cinta pun digunakan, para pemain politik mendekatkan diri
kepada orang-orang atau kelompok yang nantinya dapat mendongkrak suaranya dengan iming-
iming berupa jabatan, material dan kepentingan lainnya. Hal semacam ini perlu disikapi secara
selektif oleh semua orang, jangan sampai suara kita dimanfaatkan hanya untuk kepentingan
pribadi dan kelompok, tanpa memperhatikan kepentingan orang banyak nantinya. Dalam
menentukan dukungan, tidak baik pula meletakkan dukungan kepada sembarang orang yang kita
tahu bahwa orang tersebut kualitasnya meragukan dan tidak memiliki kemampuan. Karena perlu
kita tahu pilihan sekarang menentukan baik dan buruknya hasil yang akan terjadi ke depan.
Berkaitan dengan daya dukung terhadap orang-orang yang memiliki integritas dan prinsip
tidak tergoyahkan, kualifikasi tinggi, kerja keras, profesionalisme dan komitmen, saat ini sering
mengalami banyak kesulitan dalam menapakkan karirnya ke jenjang lebih tinggi ke posisi
pengambil keputusan. Begitulah yang terjadi, orang-orang yang baik disingkirkan, karena oknum
merasa takut kedudukannya tersingkirkan. Pada konteks seperti ini saya setuju dengan Prof.
Syarif Ibrahim Alqadrie bahwa politik memang harus disandingkan dengan cinta yang tulus
tanpa mengharapkan imbalan dan iming-iming berupa jabatan dan material, dengan seperti itu
maka kepentingan pribadi dan kelompok dapat dinomorsekiankan, buat kemajuan, kepentingan
orang banyak, dan meningkatkan daya saing dalam segala aspek. Karena negara dan bangsa ini
butuh orang-orang yang baik.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
ABSTRAK
BAB XXIX
Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXIX (Pilkada Kalbar dan Nanan Sukarna) mendiskusikan isu tentang Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura (Pilrek Untan) dan Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat (Pilgub Kalbar). Berbicara teknis Pemilihan Gubernur adalah secara langsung dipilih rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, ini berbeda dengan Pemilihan Rektor karena Senat Universitas pada tahap kedua masih memiliki kesempatan untuk memilih Balon yang terpilih oleh para dosen pada tahap pertama. Sehingga Pilgub Kalbar yang lebih demokratis ini menjadi isu yang menarik. Apalagi muncul nama Brigjen Drs. Nanan Sukarna yang sedang menjabat Kapolda Kalbar sebagai Balon yang dijagokan. Sosok Nanan Sukarna telah dikenal baik dan dekat dengan masyarakat Kalimantan Barat, ia juga memiliki sepak terjang yang cukup sukses dalam penegakan hukum, disiplin, pemberantasan kriminalitas dan pelanggaran lainnya selama masa tugasnya.
Terlepas dari pernyataan Nanan Sukarna sendiri yang pada akhirnya menegaskan bahwa ia menolak untuk menjadi Balon Gubernur. Terdapat pro dan kontra ketika namanya mencuat menjadi bahan diskusi. Berbagai alasan pun dilontarkan dari kelompok-kelompok yang setuju dan tidak setuju untuk mendukung. Munculnya Konsep Putra Daerah yang akan dijelaskan pada BAB ini adalah bagian dari alasan ketidaksetujuan terhadap dijagokannya Nanan Sukarna.
Kata kunci : Pemilihan, Gubernur, Nanan, Kapolda, Kalbar
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
RESUME
BAB XXIX
Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXIX (Pilkada Kalbar dan Nanan Sukarna) bagian 1
(satu) dan bagian 2 (dua) dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat,
mendiskusikan tentang isu Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura dan Pemilihan Kepala
Daerah/Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007. Pemilihan Gubernur yang secara langsung
dipilih rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, ini berbeda dengan Pemilihan Rektor karena Senat
Universitas pada tahap kedua masih memiliki kesempatan untuk memilih Balon yang terpilih
oleh para dosen pada tahap pertama. Namun demikian PILREK UNTAN tidak dapat dikatakan
“tidak demokratis” karena Dirjen Dikti atas nama Mendiknas menghendaki hal itu masih harus
dilakukan karena Undang-Undang dan Peraturan baru, yang mengatur pemilihan langsung oleh
para dosen tanpa campur tangan Senat Universitas belum ada.
Karena itu isu PILKADA/PILGUB Kalimantan Barat tampaknya lebih demokratis dan
menarik, dan lebih menarik lagi karena muncul nama Brigjen Drs. Nanan Sukarna (Kapolda
Kalbar, 2007) pernah disebut-sebut sebagai yang dijagokan. Namun pada akhirnya beliau
sendirilah yang menegaskan bahwa ia menolak diusung menjadi Balon Gubernur Kalbar. Tapi
isu penjagoan namanya pernah mencuat, menjadi diskusi, debat publik dan dialog yang menarik
dan informatif. Adalah karena adanya kelompok tertentu yang mencuatkan namanya, yang
mengatakan beliau sebagai orang yang pantas menjadi Gubernur Kalbar, karena memiliki
kemampuan dan integritas pribadinya, mengingat kerja keras dan upaya beliau semasa
jabatannya sebagai Kapolda tiada henti menangani keamanan pada umumnya, khususnya dalam
pemberantasan Penebangan hutan secara liar, kriminalitas, dan kasus Narkoba. Namun tentu ada
pula yang kontra terhadap wacana pencalonan tersebut dengan mengatakan sesuatu tidak tepat,
salah sasaran, dan pernyataan yang terlalu berlebihan.
Berbicara tentang sepak terjang yang beliau lakukan semasa jabatannya telah menarik
simpati banyak orang terutama dalam penegakan hukum, disiplin, dan pemberantasan kriminal
serta pelanggaran lainnya. Sosok figur pemimpin seperti yang ditunjukkan oleh Brigjen Drs.
Nanan Sukarna dirindukan oleh masyarakat Kalbar, yang memiliki integritas tinggi, tegas dan
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
berani, kreatif, konsisten, tidak pandang bulu, dan mau mengakui kekhilafan dan kekeliruannya
beserta kesalahan anak-anak buahnya, merupakan ciri orang besar yang tidak dimiliki banyak
orang. Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa ia dijagokan sebagai BALON Gubernur
Kalbar.
Dibalik kekaguman dan keinginan untuk menjagokan Brigjen Drs. Nanan Sukarna, ada
pula sebagian kecil masyarakat yang belum sepenuhnya menerima wacana tersebut. Paling tidak
ada dua alasan ketidaksetujuan tersebut, yang pertama kelompok Si Sang Jago akan tampil
sebagai Balon Gubernur, tetapi nantinya ia bakal bingung sendiri memikirkan perahu mana yang
akan digunakan, dan setelah memperoleh perahu bisa jadi ia akan kehilangan momentum
integritas dan konsistensi. Yang kedua munculnya wacana Konsep Putra Daerah di dalam aturan
bermain Pilkada Kalbar, dan masalah Brigjen Nanang bukannya pada ia putra Kalbar atau bukan,
melainkan hal teknis yang menyangkut waktu dan lamanya bermukim, konsep Putra Daerah
Kalbar ini dikemukan oleh Alqadrie (1999;2000;2005).
Namun juga hal yang mungkin apabila Kalbar dipimpin oleh Brigjen Drs. Nanan
Sukarna, karena masyarakat Kalbar tidak bersifat kesukuan dan provinsialisme, dalam artian
mau menerima siapa saja dan darimana saja untuk menjadi pemimpin, asalkan figur tersebut
bersedia bahu-membahu bersama masyarakat membangun Kalbar, apalagi Brigjen Nanan
memiliki sepakterjang yang baik di Kalbar yang membuat ia diterima oleh masyarakat Kalbar.
Dengan harapan masyarakat menyadari akan pentingnya kualifikasi dan integritas pemimpin.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
TANGGAPAN
BAB XXIX
Berkaitan dengan isu tentang Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura (Pilrek Untan)
dan Pilkada/Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Barat pada tahun 2007, memang menjadi
topik hangat yang banyak diperbincangkan. Bagaimana tidak, model Pemilihan Rektor yang
masih ada campur tangan dari Senat Universitas Tanjungpura tentu menjadi dipertanyakan
kedemokratisan dalam pemilihan tersebut. Sehingga hal ini sebenarnya menjadi perlu
diperhatikan oleh Mendiknas melalui Dirjen Dikti untuk membuat Undang-Undang atau
Peraturan yang mengatur mengenai Pemilihan Rektor tanpa campur tangan Senat Universitas,
agar prinsip demokratis memang benar-benar diterapkan. Lain hal dengan Pilkada Gubernur
yang memang dipilih langsung oleh rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, tentu Pilgub bisa
dikatakan lebih demokratis, dan menjadi menarik untuk dibahas apalagi muncul nama Brigjen
Drs. Nanan Sukarna (Kapolda Kalbar;2007) sebagai yang dijagokan.
Brigjen Drs. Nanan Sukarna merupakan tokoh yang berhasil semasa ia menjabat tugas
sebagai Kapolda Kalbar, banyak prestasi dan catatan-catatan positif yang dibuatnya, seperti
memberantas kriminalitas dan Narkoba. Ia memiliki integritas tinggi, tegas dan berani, kreatif,
konsisten, tidak pandang bulu, dan mau mengakui kekhilafan dan kekeliruannya beserta
kesalahan anak-anak buahnya, merupakan ciri orang besar yang tidak dimiliki banyak orang dan
dirindukan oleh masyarakat Kalbar Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa ia dijagokan
sebagai BALON Gubernur Kalbar. Masalah juga muncul ada kelompok yang tidak setuju apabila
dikaitkan Konsep Putra Daerah, menurut saya boleh-boleh saja Konsep Putra Daerah ini
diberlakukan, tapi jangan melupakan apabila memang ada seseorang dengan integritas pribadi,
berkualitas dan memiliki kemampuan, yang walaupun bukan kelahiran dari daerah dan ia mau
bahu-membahu bersama masyarakat untuk membangun daerah agar lebih maju, itu seharusnya
perlu didukung.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
ABSTRAK
RESUME BAB XXX
Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXX (Kenangan, Harapan Buat Kapolda Lama dan Baru, dan Obsesi Bagi Kepala Daerah Kalbar) mendiskusikan tentang kepindahan Brigjen Drs. Nanan Sukarna ke Jakarta, kepindahan Nanan berkaitan dengan tugasnya yang kini naik memiliki jabatan di pusat. Banyak kenangan yang ditinggalkan, ada yang merasa sedih bahkan ada pula yang merasa senang. Kelompok yang sedih karena tidak banyak orang besar yang memiliki kualitas dan berintegritas tinggi seperti ia, sedangkan kelompok yang senang karena mereka yang merasa dirugikan ketika ada Nanan kini serasa menjadi pemenang.
Dengan digantikannya Brigjen Drs. Nanan Sukarna oleh Brigjen Zainal Abidin sebagai Kapolda Kalbar yang baru, terbesit harapan agar dapat mempertahankan, meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Bagi penulis buku ini, terhadap Brigjen Nanan punya kesan tersendiri, mereka pernah berdiskusi dengan suasana yang begitu bersahabat, mengenai permasalahan daerah Kalimantan Barat terutama tentang Pemilihan Gubernur sehingga dari hasil diskusi tersebut menghasilkan obsesi bersama yang dihimpun dari keinginan masyarakat, berupa persyaratan atau indikator yang seharusnya dipenuhi oleh Bakal Calon Gubernur Kalbar.
Kata kunci : Nanan, Kapolda, Pemilihan, Gubernur, Obsesi
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
RESUME
BAB XXX
Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXX (Kenangan, Harapan Buat Kapolda Lama dan
Baru, dan Obsesi Bagi Kepala Daerah Kalbar) bagian 1 (satu) dan 2 (dua) dalam bukunya yang
berjudul Matahari akan Terbit di Barat, mendiskusikan tentang Brigjen Drs. Nanan Sukarna yang
pada Oktober 2006 pindah tugas ke Jakarta. Kepindahannya mengandung kenangan berupa
kesedihan dan kebahagiaan. Brigjen Nanan adalah sosok yang begitu dekat dengan masyarakat
dan memiliki kepedulian terhadap masa depan daerah. Terlepas dari itu ada pula pihak yang
merasa senang dengan kepindahannya, yang pertama sebuah prestasi karir ia semakin menanjak
menjadi pejabat pusat yang pada ujungnya bermanfaat bagi negara, bangsa, dan daerah. Yang
kedua ada sekelompok kecil yang merasa “dirugikan” dengan sepak terjang brigjen Nanan
sehingga mereka merasa bahagia dan serasa menjadi pemenang dengan mutasi sang mantan
Kapolda ini.
Adalah Brigjen Zainal Abidin yang merupakan pengganti Brigjen Nanan sebagai
Kapolda Kalbar yang baru. Dengan adanya Kapolda yang baru ini tentu terbesit harapan agar
dapat mempertahankan, meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Karena selama masa
tugas Brigjen Nanan sebagai Kapolda Kalbar cukup banyak prestasi yang telah dicapai, ia
berhasil mengurangi tingkat kejahatan dan kriminal di sektor kehutanan serta NARKOBA. Sosok
Kapolda lama ini tegar dengan segala macam ancaman dan tidak mempan dengan segala macam
“bujukan halus” agar tidak konsisten dan konsekuen dengan kebijakannya, sehingga ia dianggap
telah berhasil dalam menjalankan tugasnya.
Terlepas dari itu semua, penulis bahkan memiliki kesan tersendiri terhadap Brigjen
Nanan sebelum ia dimutasikan, yang diceritakan bahwa Brigjen Nanan atas kemauannya sendiri
datang ke rumah penulis, untuk berdiskusi. Diskusi yang berlangsung antara penulis dan Brigjen
Drs. Nanan Sukarna berisi sebagian besar obsesi keduanya tentang kepemimpinan di daerah
karena pada saat itu berkaitan dengan Pilkada Kalbar tahun 2007. Dari saran dan ide-ide
cemerlang oleh Brigjen Nanan, menurut hemat penulis, sosok orang yang konsisten ini
tampaknya merupakan figur pemimpin masa depan, yang memiliki kepedulian sangat besar
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
terhadap daerah ini. Yang menjadi obsesi penulis beserta Brigjen Nanan adalah apa yang
menjadi keinginan masyarakat, berkaitan dengan persyaratan atau indikator para Calon Gubernur
yang terpilih nanti.
Dipahami paling tidak ada lima persyaratan yang menjadi obsesi masyarakat KALBAR
terhadap pemimpin mereka yang seharusnya dipenuhi oleh BALON Gubernur Kalbar 2007-
2012: (1) Bersih dari segala indikasi Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi (KKN); (2) hendaknya
para BALON mengadakan introspeksi tidak saja untuk masa mendatang, tetapi juga apa yang
terjadi pada masa lalu ketika mereka memimpin; (3) Bagi para BALON GUB jadikan momen
Idul Fitri untuk kembali fitrah (kebersihan diri dan kesucian diri dari noda dan dosa), dan
keadaan fitrah ini tetap terus berlanjut setelah Idul Fitri; (4) Keberpihakan yang jelas secara
konsisten dan konsekuen kepada daerah dan masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang
diwujudkan dalam bentuk pembukaan lapangan kerja menyeluruh, mendukung perluasan
kabupaten, tetapi memberikan penjelasan ketidakefektifan pembentukan provinsi baru yang tidak
menyentuh masyarakat secara langsung; (5) Motivasi menjadi Kepala Daerah harus jelas, apakah
untuk popularitas atau untuk menyejahterakan rakyat, dan tentu motivasi kedua yang diperlukan.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
TANGGAPAN
BAB XXX
Berita mengenai kepindahan Brigjen Drs. Nanan Sukarna ke Jakarta karena mendapatkan
tugas untuk naik ke jabatan pusat, ini memiliki secercah kenangan bagi masyarakat Kalimantan
Barat. Sosok seperti Brigjen Nanan sangat dirindukan, yang begitu dekat dengan masyarakat dan
memiliki kepedulian terhadap masa depan daerah, ia sosok yang tegar dengan segala macam
ancaman dan tidak mempan dengan segala “bujukan halus” agar tidak konsisten dan konsekuen
dengan kebijakannya, sehingga ia dianggap telah berhasil dalam menjalankan tugasnya.
Dengan kepindahannya, posisi Kapolda yang baru digantikan oleh Brigjen Zainal Abidin,
dan masyarakat menaruh harapan kepada Kapolda yang baru agar dapat mempertahankan,
meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Tentu ini menjadi tantangan yang tidak ringan
buat Kapolda yang baru untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
kepolisian. Dan semoga Brigjen Zainal Abidin sebagai Kapolda baru mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Selanjutnya penulis buku ini sendiri pernah berdiskusi dengan Brigjen Nanan, di mana
diskusi yang sebagian besar membicarakan tentang Pilkada ini menghasilkan suatu obsesi
bersama yang dihimpun dari keinginan masyarakat mengenai kepimpinan untuk daerah
Kalimantan Barat, menurut saya obsesi tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa berdampak
positif bagi daerah apabila ada pemimpin yang memang sesuai dengan obsesi tersebut. Semoga
Kalimantan Barat dapat lebih baik ke depannya dengan memiliki pemimpin yang benar-benar
peduli terhadap kemajuan daerah.
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie
Oleh Muhamad Sadikin Program Studi Ilmu PemerintahanNIM E42010048
TUGAS MERESUME, MEMBUAT ABSTRAK, DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN
NAMA : MUHAMAD SADIKIN
NIM : E4 2010 048
MATA KULIAH : Teori Pembangunan
Dosen : Prof. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc
PRODI : Ilmu Pemerintahan
KELAS / SEMESTER : A / IV
JUDUL BUKU : “Teori Pembangunan”, pengarang Björn
Hettne
TUGAS : Meresume, Membuat Abstrak, dan
Memberikan Tanggapan pada halaman
81 - 133
TANGGAL MULAI : 6 Juni 2012
TANGGAL DIKUMPULKAN : 13 Juni 2012
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXXdari buku “Matahari akan Terbit di Barat” pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie