BAb 2 · Web viewMereka yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan...

36
BAB 2 Akar Pelayanan Publik Baru Dalam bab pertama kita telah telah membahas mengenai perkembangan Administrasi Publik Lama dan Manajemen Publik Baru. Sebelum kita melanjutkan diskusi kita, ini akan sangat membantu untuk meninjau ulang beberapa tema yang muncul dalam analisis. Pertama, paling tidak sekitar seperempat abad dua puluh, aliran model yang ada mengenai administrasi publik sebagian besar merupakan penjelasan model dari Woodraow Wilson, Frederick Taylor, Luther Gulick, dan Herbert Simon. Penjelsan mereka kebanyakan mengenai gambaran administrasi publik orthodox sebagai suatu penjelasan yang netral untuk menghormati nilai-nilai yang ada pada saat itu. Ini merupakan model normatif atau yang berhubungan dengan norma-norma yang ada yang dilakukan oleh agen-agen publik. Diantara pilihan-pilihan nilai yang di buat dalam pembentukan model khususnya penjelasan atau deskripsi mengenai peranan para administrator publik khususnya yang berhubungan dengan proses politik (kebijakan), pemilihan efisiensi (berbeda dengan pertanggung jawaban, dan lain-lain) sebagai sebuah kriteria atau prasyarat utama untuk melakukan penilaian kerja agen-agen administrasi, dan sebuah penekanan pembuatan disain agen-agen publik

Transcript of BAb 2 · Web viewMereka yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan...

BAB 2

Akar Pelayanan Publik Baru

Dalam bab pertama kita telah telah membahas mengenai perkembangan

Administrasi Publik Lama dan Manajemen Publik Baru. Sebelum kita

melanjutkan diskusi kita, ini akan sangat membantu untuk meninjau ulang

beberapa tema yang muncul dalam analisis. Pertama, paling tidak sekitar

seperempat abad dua puluh, aliran model yang ada mengenai administrasi publik

sebagian besar merupakan penjelasan model dari Woodraow Wilson, Frederick

Taylor, Luther Gulick, dan Herbert Simon. Penjelsan mereka kebanyakan

mengenai gambaran administrasi publik orthodox sebagai suatu penjelasan

yang netral untuk menghormati nilai-nilai yang ada pada saat itu. Ini merupakan

model normatif atau yang berhubungan dengan norma-norma yang ada yang

dilakukan oleh agen-agen publik. Diantara pilihan-pilihan nilai yang di buat

dalam pembentukan model khususnya penjelasan atau deskripsi mengenai

peranan para administrator publik khususnya yang berhubungan dengan proses

politik (kebijakan), pemilihan efisiensi (berbeda dengan pertanggung jawaban,

dan lain-lain) sebagai sebuah kriteria atau prasyarat utama untuk melakukan

penilaian kerja agen-agen administrasi, dan sebuah penekanan pembuatan disain

agen-agen publik sebagai sebuah sistem yang berhubungan, memperlihatkan

sebuah pengontrolan tunggal yang mana eksekutif memiliki otoritas yang

penting dan pengoperasian model perintah dari atas – bawah. Mungkin yang

paling perlu untuk diperhatikan dalam model ini adalah mengenai bukti-bukti

versi model ini yang kemudian penjelasannya akan menjadi lebih jelas pada versi

model selanjutnya dimana model sebelumnya menggunakan “Rational

Choice”/Pemilihan rasional sebagai dasar utama teori administrasi publik.

Ke dua, disamping dominannya model ini, kemunculan yang telah ada

mengenai asumsi-asumsi versi aliran Administrasi Publik Lama mendapatkan

perlawanan secara terus menerus oleh sejumlah para penulis dan praktisi yang

banyak memberikan beda pendapat untuk kebijakan yang lebih besar lagi,

pertanggung jawaban yang lebih besar, dan keterbukaan yang lebih besar

dalam proses administrasi. Pandangan-pandangan alternatif ini – yang mana

kami akan berhubungan dengan tokoh-tokoh seperti Dimock, Robert Dahl, dan

Dwight Waldo – yang akan memberikan pandangan berlawanan dengan semua

model yang ada, pentingnya untuk diingat dan sering diterima dalam situasi

tertentu, tetapi jarang menjadi tulisan yang dominan. Dengan begitu, ini mungkin

akan menjadi lebih tepat untuk dikatakan bahwa ide-ide ini telah digunakan

dan diterapkan dengan model yang ada yang mana model-model ini menjadi

banyak digunakan.

Ke tiga, Manajemen Publik Baru telah hadir sebagai sebuah alternatif baru

terhadap penggunaan birokrasi tradisional yang telah ada sebelumnya dalam

menjalankan bisnis publik. Manajemen Publik Baru menyatakan bahwa

pemerintah harus masuk dalam aktivitas yang tidak bisa dijalankan oleh pihak

swasta dan dikontrak dan secara umum, mekanisme pasar harus dijalankan sebisa

mungkin sehingga masyarakat memiliki pilihan pada pilihan-pilihan pemberian

pelayanan yang diberikan lain pihak, Manajemen Publik Baru menyarankan

sebuah peranan khusus untuk para manajer, khususnya para manajer perusahaan

yang diberikan tanggung jawab lebih besar untuk meningkatkan efisiensi dan

produktifitas, khususnya yang berhubungan dengan hasil kepemimpinannya yang

dilakukan. Akhirnya, Manajemen publik baru menyarankan bahwa para manajer

publik (lebih banyak memiliki peranan dari sebelumnya), mereka akan bertugas

menjadi pengawas untuk setiap implementasi kebijakan atau para pembeli jasa

atau pelayanan ketimbang terlibat langsung ke dalam pengiriman jasa atau

pelayanan secara langsung. Pada dasar rekomendasi ini terdapat komitmen secara

teori untuk ide-ide seperti teori publik; teori agen; dan secara umum penggunaan

model-model ekonomi dalam disain dan implementasi kebijakan publik.

Apa yang menarik adalah bahwa ketika manajemen publik Baru digunakan

sebagai sebuah alternatif dari Administrasi Publik Lama, manajemen ini secara

umum memiliki aliran model adminsitrasi publik, khususnya sebuah

ketergantungan dan komitmen pada model-model pilihan yang rasional. Sebagai

contoh, seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya, teori-teori agen bisa

diterapkan terhadap hubungan antara eksekutif publik dan semua yang memberi

laporan kepada mereka. Ketika menggunakan cara ini, sebuah pertanyaan penting

muncul: Sruktur insentif seperti apa yang tepat digunakan untuk mengamankan

kerja sama atau bahkan penerapan pada para pekerja yang memiliki kedudukan

lebih rendah? Seperti pendekatan pada sebuah pemogokan yang dilakukan sama

seperti yang dijelaskan oleh Herbert Simon pada model kontribusi dan bujukan

yang dilakukan setengah abad yang lalu. Yang mana partisipan yang lebih rendah

akan berperan serta dalam kerja atau kegiatan organisasi. Dalam kasus lainnya,

apa yang membuat kerja model adalah sebuah yang berhubungan dengan

komitmen untuk pilihan rasional atau masuk akal. Maka ketika di sana ada

perbedaan antara Administrasi Publik lama dan Manajemen Publik Baru, fondasi

teori secara mendasar untuk dua versi aliran ini mengenai admistrasi publik dan

kebijakan publik faktanya mereka memiliki kemiripan.

Untuk hal yang berbeda dalam model aliran ini pada administrasi publik

dan manajemen publik adalah pada akar ide pilihan rasional, kami menyarankan

sebuah alternatif, New Public Service/Pelayanan Publik Baru (lihat tabel 1 pada

halaman 28-29). Seperti pada Manajemen Publik Baru dan Administrasi Publik

Lama, Pelayanan Publik Baru terdiri dari banyak elemn-elemen yang berbeda, dan

banyak para sarjana dan praktisinya memiliki kontribusi yang berbeda, bahkan

sering tidak sependapat satu dengan yang lainnya. Tetapi terdapat ide-ide secara

umum yang terlihat membentuk pendekatan ini sebagai sebuah model normatif

dan untuk membedakannya dari model-model yang lainya. Dengan pasti

Pelayanan Publik Baru bisa mengklaim untuk warisan intelektualnya yang

impresif, yang meliputi semua kerja model yang telah disebutkan sebelumnya

yang memberikan pejelasan yang konstruksif yang berhubungan dengan

rasionalitas aliran model yang ada (Seperti Dimock, Dahl, dan Waldo).

Bagaimanapun, di sini kami akan memfokuskan lebih banyak kepada Pelayanan

Publik Baru, yang meliputi (1) teori-teori kewarga negaraan, (2) model-model

komunitas dan masyarakat sipil, (3) organisasi kemanusiaan dan Administrasi

publik baru, dan (4) administrasi publik paska moderen. Kami akan membuat

pejelasan apa yang kami pahami mengenai prinsip-prinsip atau ajaran pada

Pelayanan Publik Baru.

Demokrasi Kewarga Negaraan

Berhubungan mengenai kewarga negaraan dan demokrasi khususnya

mengenai pentingnya dan pandangan dalam politik dan teori sosial, ke duanya

terlibat lebih aktif terlibat dalam kewarga negaraan (Barber 1984, 1998;

mansbridge 1990, 1994; Pateman 1970; Sandel 1996). Tetapi kewarga negaraan

bisa dilihat dengan cara-cara yang berbeda. Pertama dan definisi sebelumnya

memfokuskan pada hak-hak dan keharusan warga negara seperti yang dijelaskan

pada sistem legal; adalah bahwa kewarga negaraan adalah di lihat sebagai sebuah

sistem status legal. Sebuah alternatif, pertimbangan pandangan yang lebih luas

kewarga negaraan yang berhubungan dengan isu-isu yang lebih umum yang

berhubungan dengan keanggotaan seseorang dalam sebuah komunitas politik,

yang meliputi seperti isu-isu hak-hak dan pertanggung jawaban warga negara,

yang berhubungan dengan status legal mereka (Turner 1993, 3). Dalam

pandangan ini, kewarga negaraan berhubungan dengan kapasitas individu untuk

mempengaruhi sistem politik yang ada; ini mengindikasikan keterlibatan yang

aktif dalam kehidupan politik. Ini merupakan pandangan yang akan kami jelaskan

dalam buku ini.

Di luar definisi ini, terdapat cara-cara berbeda untuk memahami apa yang

terlibat dalam demokrasi kewarga negaraan. Sebagai contoh, satu hal yang

mungkin untuk dikritisi adalah bahwa eksistensi pemerintah khususnya untuk

meningkatkan keinginan ekonomi pada komunitas dan individu dalam komunitas.

Dalam kasus ini, negara dan hubungan warga negara dan negara harus di dasarkan

pada ide saling ketertarikan diri dengan memberikan jaminan prosedur-prosedur

yang pasti (seperti pemilihan) dan hak-hak individu. Peranan pemerintah adalah

untuk membuat yakin bahwa ketertarikan individu akan berjalan dengan bebas

dan fair. Dengan jelas, perspektif atau pandangan ini sejalan dengan pilihan

ekonomi publik dan Manajemen Publik Baru (lihat Kamensky 1996), dan pilihan-

pulihan teori publik yang telah disahkan dalam pandangan ini. Sebagai contoh

James Buchanan, seorang ahli pembuat teori pilihan publik yang terkenal telah

mengatakan bahwa ketika atruisme/sifat mementingkan kepentingan orang lain

masuk ke dalam kebebasan publik, istitusi politik harus didisain untuk

meminimalkan perluasan terhadap ketergantungan insitusi pada perilaku

altruistik (Mansbridge 1994, 153).

Yang lainnya berpendapat bahwa politik altruisme/paham mementingkan

orang lain atau apa yang Mansbridge sebut dengan “public Spirit”/semangat

publik memerankan sebuah peranan yang penting bahkan menjadi peranan yang

esensial dalam proses demokrasi pemerintahan. Sandel sebagai contoh

menawarkan alternatif pandangan demokrasi kewarganegaraan yang mana

individu lebih aktif terlibat dalam pemerintahan. Warga negara lebih

mementigkan kepentingan umum dibanding dirinya sendiri, mengadopsi pola

perspektif yang lebih luas yang membutuhkan sebuah pengetahuan publik dan

juga rasa memiliki, dan adanya ikatan moral pada publik (sandel 1996, 5-6).

Mansbridge mengatakan bahwa pandangan kewarga negaraan ini memberikan

sebuah kepastian mengenai sistem politik. Dalam pandangannya, semangat

publik (politik altruisme) melibatkan perasaan cinta dan kewajiban yang mana

masing-masing orang memiliki sebuah peranan yang penting;

Jika saya bisa membuat empati saya lebih baik, saya tidak akan melakukan

sesuatu yang bisa membuat anda terluka atau tersakiti. Jika saya memiki

pemilihan yang bagus, saya akan hanya menginginkan keuntungan individu.

Jika saya berkomitmen terhadap sebuah prinsip-prinsip untuk satu alasan atau

menjelaskana kerja sama yang dilakukan dengan orang lain, saya akan

menginginkan kepentingan diri saya untuk alasan kewajiban (Mansbridge

1994, 147).

Mansbridge dengan cepat menunjukan bagaimanpun bahwa

altruisme/paham mementingkan kepentingan orang lain adalah bukan

merupakan sesuatu yang baik. Terdapat kemungkinan bahwa para elit politik

mungkin akan memanipulasi semangat publik sampai pada pendoktrinan atau

kharisma, pembatasan kemungkinan ini atau pembentukan debat publik

sehingga ini bisa dilakukan pelarangan.

Semangat publik membutuhkan penjagaan dan bisa dibantu dengan

pemberian perhatian pada pripnsip-prinsip keadilan, partisipasi publik, dan

kebebasan. Rasa keadilan memunculkan emosi yang kuat yang perlu dieksplorasi.

Dan penolakan mereka kadang sering menjadi sesuatu yang menekan cukup kuat.

Dengan kata lain, sebuah sistem politik terlihat mengacu pada keadilan seperti

pada persamaan gender dan peningkatan manusia. Partisipasi adalah merupakan

faktor untuk mempromosikan semangat publik. Mereka yang terlibat dalam

pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan dan adalah untuk

membantu inplementasi, tetapi partisipasi bisa dibentuk untuk memberikan

keterlibatan seseorang, maka harus di seimbangkan dengan kondisi kebebasan

yang terbuka. Kebebasan bisa diklarifikasi dan kadang dianggap sebagai sesutau

yang berbeda; ini bisa memberikan sebuah dasar informasi maka orang akan

memulai dengan hal yang sama; dan ini bisa membangun sebuah rasa solidaritas

dan komitmen untuk pembuatan solusi yang saya ajukan. Dan sebuah kebebasan

yang baik akan sering memunculkan perlawanan terhadap perubahan dalam

bebarapa hal, kadang menghasilkan persetujuan, kadang klarifikasi memunculkan

konflik dalam langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya

(Mansbridge 1994, 156).

Perlu diperhatikan bahwa alternatif pandangan ini tidak menyarankan pada

kepentingan diri individu atau motif sosial atau penggantian pada nosi semangat

publik. Pandangan ini menyarankan adanya sebuah keseimbangan mengenai

motif-motif ini dan pengenalan pada pentingnya kepentingan publik, seperti

yang kita harapkan dalam sebuah masyarakat demokrasi. Ide kebebasan sebagai

contoh menyarankan sebuah perubahan antara ide yang megenai kepentingan diri

individu, tetapi juga menyarankan perubahan keterbukan pada ide baru dan

bahkan praktik baru, yang meliputi beberapa pencapaian pada keinginan diri

yang sempit.

Dalam kasus yang terjadi, telah terjadi peningkatan restorasi atau

perubahan warga negara yang didasarkan pada ketertarikan publik ketimbang

ketertarikan diri. Dalam pandangan ini, warga negara akan memfokuskan pada

ketertarikan publik, mereka akan aktif dan terlibat dalam dan mereka akan

berasumsi mengenai pertanggung jawaban kepada yang lainnya. Seperti yang

dikatakan oleh Evans dan Boyte bahwa tujuan warga warga negara meliputi:

Sebuah kepedulian untuk sesuatu yang baik, kesejahteraan komunitas secara

keseluruhhan, kesediaan untuk menghormati hak-hak kepemilikan orang lain,

toleransi terhadap perbedaan agama, politik, kepercayaan sosial, penerimaan

pada keputusan komunitas dan pengenalan keharusan untuk melindugi atau

melayani publik. (Evans dan Boyte 1986, 5).

Dengan kata lain, warga negara tidak akan atau dipaksa untuk

menjalankan demokrasi yang ada – mereka akan menjalankan pemerintahan.

Ketika mereka melakukan ini, mereka akan berperan serta tidak hanya untuk

masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, tetapi juga untuk perkembangan

diri secara aktif dan pertanggung jawaban sebagai manusia.

Kita akan menjelaskan poin ini, pelajaran ini akan lebih aktif

memperhatikan warga negara dalam sebuah literatur dan praktik administrasi

publik. Sebuah simposium awal “kewarga negaraan dan Administrasi’,

diterbitkan dalam Tinjauan Administrasi Publik yang mempertimbangkan sebuah

perbedaan teori dan praktik yang berhubungan dengan kemunculan ide mengenai

masyarakat dan kewarga negaraan dalam administrasi publik (Frederickson dan

Chandler 1984). Dua buku yang penting, Government Is Us (King and Stiver

1998) dan Citizen Governance (Box 1998) telah memfokuskan bagaimana

administrasi publik mungkin berperan serta terhadap penciptaan sistem

pemerintahan warga negara. King dan Stivers (1998) menyatakan bahwa para

adminitrator harus melihat warga negara sebagai warga negara ketimbang hanya

sebagai pemilih, klien dan pelanggan, harus saling berbagi kekuasaan dan

mengurangi pengawasan, dan harus percaya dalam melakukan kerja sama.

Bagaimanapun, manajer menyebut ini sebagai efisiensi yang lebih besar, King

dan Stivers menyarankan bahwa para manajer publik harus bertanggung jawab

lebih besar dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Box dalam argumennya

menyatakan yang berhubungan dengan pemerintahan tingkat lokal, menyarankan

cara-cara yang pemerintah lokal akan dibentuk untuk menginjinkan masyarakat

terlibat dalam proses kepemerintahan. Seperti yang kita lihat, adaptasi ini dan

lainnya untuk teori demokrasi akhir-akhir ini dan khususnya teori-teori kewarga

negaraan dan keterlibatan sipil telah berperan serta terhadap apa yang kita kenal

dengan Pelayanan Publik Baru.

Model Komunitas dan Masyarakat Sipil

Kita juga bisa menentukan pentingnya akan Pelayanan Publik Baru

dalam diskusi mengenai komunitas dan masyarakat sipil. Penyebaran dalam

ketertarikan komunitas dalam fenomena kemunculan memunculkan banyak

perbedaan (Bellah et al. 1958, 1991; Eetzioni 1988, 1995; Gardner 1991; Selzznic

1992; Wolfe 1989) dan diartikulasikan oleh para komentator baik yang

berhaluan kiri maupun kanan. Di sisi lain, mereka yang berhaluan kiri melihat

komunitas sebagai sesuatu yang merusak dan rakus dan hanya mementingkan

diri sendiri yang ditandai dengan adanya masyarakat moderen, individualisme

menjadi terdepan dalam hal ini. Sementara itu mereka yang berhaluan kanan

melihat masyarakat sebagai jalan untuk menyimpan nilai-nilai Amerika dan

menjadi tantangan bagi kita untuk melakukan pengawasan.

Kenapa banyak yang harus tertarik pada ketertarikan komunitas.

Beberapa orang menyatakan bahwa Amerika menjadi masyarkat dengan teknologi

yang maju, dengan penggunaan komputer dalam kegiatan mereka dan memiliki

banyak organisasi masyarakat. Kesalahan politik yang berhubungan dengan

perang Vietnam dan pergerakan hak-hak sipil dan harapan untuk sebuah waktu

dan keadaan yang lebih baik. Kapitalisme yang berlebihan dan turunnya moral

menjadi pertanyaan oleh para praktisi dan skema perdagangan membutuhkan

pertanggung jawaban sosial yang baru. Banyak orang yang waspada terhdap

ekonomi global yang terjadi karena penguasaan ekonomi yang besar oleh

Amerika dan harapan untuk kepastian ekonomi. Akhirnyya, beberapa poin

penurunan lingkungan dan kemugkinan berakhirnya eksistensi manusia

diindikasikan oleh eksistensi senjata pembunuh masal yang ada; mereka

menginginkan keseimbangan alam dan keamanan. Semua terlihat untuk

seseorang mengenali bahwa kehidupan yang ada di luar kontrol. Dan bahwa

orang membutuhkan sebuah cara untuk kembali kedalam kehiduan mereka yang

dulu.

Dalam banyak kasus, komunitas menjadi sebuah tema yang dominan

dalam kehidupan merika. Ketika perbedan oleh para penulis yang memfokuskan

pada aspek komunitas, penjelsan dari John Gardner dalam penjelasannya

mengajak kepada kejelasan dan ketertarikan. Gardner (1991) mengatakan bahwa

komunitas berasal dari tingkat asosiasi perkumpulan yang berbeda yang

kemudian menjadi kelompok kerja, yang mungkin memberikan sebuah struktur

mediasi pertolongan antara individu dan masyarakat. Gardner menulis, dalam

sistem kami sesuatu yang baik adalah adalah semua perlindungan sebuah sistem

yang mana semua jenis orang bisa mengejar visi mereka dan pada waktu yang

bersamaan menyelesaikan jenis akomodasi yang saling menguntungkan yang

membuat sebuah sistem sosial hidup dan bekerja dengan baik. Peranan konflik

yang terjadi dalam sebuah kerangka tujuan adalah dari kebebasan masyarakat

(1991, 15). Nilai-nilai komunitas menurut Gardner merupakan sesuatu yang

penting tetapi ia berpendapat bahwa kami juga mengetahui bahwa semuanya

harus bekerja sama dengan perbedaan yang ada. Gardner menulis bahwa,

Untuk mencegah adanya permasalahan karena perbedaan yang ada, harus

terdapat filosofi pluralisme atau perbedaan, sebuah iklim keterbukaan dan

kesempaatan untuk sub komunitas untuk mendapatakan identitas mereka

dan berbagi dalam tujuan kelompok yang lebih besar. Untuk mencegah

adanya perbedaan dari kehanacuran secara keseluruhan, harus terdapat

pengaturan institusi untuk mengurangi polarisasi, permasalahan perubahan,

negosiasi dan mediasi. Eksistensi kesehatan komunitas itu sendiri juga

merupakan sebuah instrumen yang bisa memunculkan perubahan konflik

yang ada (Gardner 1991, 16).

Di luar hal ini, menururt Gardner dan lainnya, komunitas adalah

didasarkan pada perawatan, kepercayaan dan tim kerja, yang terikat bersama

dengan sebuah kekuatan dan sistem yang efektif untuk komunikasi dan

perubahan konflik. Interaksi kounitas menghubungkan antara individu dan

kolektifitas. Rosabeth Moss Kantor terkenal sebagai seorang pembuat teori

manajemen mengatakan ide ini. Ia menulis bahwa pencarian untuk pemahaman

juga merupakan tantangan besar untuk tujuan dan arahan dalam pemilihan

kehidupan individu. Investasi diri dalam sebuah komunitas, penerimaan

otoritasnya dan kesedian untuk mendukung kehidupannya bisa menawarkan

identitas, arti personal, dan kesempatan untuk tumbuh dalam pola yang standar

dan tuntunan prinsip-prinsip (Kantor 1972, 73).

Usaha-usaha dilakukan tergantung kepada kesehatan dan peran aktif

institusi sebagai mediasi yang akan mendorong untuk memberikan fokus pada

keinginan dan ketertarikan warga negara dan untuk memberikan pengalaman yang

akan menyiapkan lebih baik kepada semua warga negara dalam aktifitasnya dalam

sistem politik yang lebih besar. Seperti yang dikatakan oleh Robert Putnam

(2000) tradisi demokrasi amerika tergantung kepada eksistensi keterlibatan

masyarakat sipil, aktif i semua jenis kelompok, asosiasi, dan unti-unit

pemerintahan. Keluarga, kelompok kerja, gereja, sosiasi sipil, kelompok

tetangga, organisasi sosial dan kelompok sosial bahkan tim atlit membantu

membentuk hubungan antara antara individu dan masyarakat yang lebih besar.

secara kolektif, kelompok kecil ini menggantikan sebuah masyarakat sipil dimana

orang-orangnya membutuhkan untuk menemukan keinginan mereka dalam

kontek komunitas. Masyarakat sipil merupakan suatu tempat dimana

warganya bisa terlibat dengan warga lainnya dalam jenis dialog personal dan

kebebasan tidak hanya membentuk komnitas tetapi juga pada demokrasi itu

sendiri.

Gagasan kewarga negaraan dan masyarakat sipil telah memfokuskan

pada penurunan keterlibatan warga negara amerika dalam politik dan

pemerintahan, mereka ditarik dari proses politik dan mereka menjadi lebih

terisolasi dalam ruang pribadi mereka. Poling yang dilakukan mengenai opini

publik, sebagai contoh, telah menunjukan sebuah peurunan yang tajam

kepercayaan orang terhadap pemerintahan, khususnya pada tingkat

pemerintaahan federal. Dalam beberapa dekade sekarang in, penelitian survey

universitas Michigan telah mendapatkan respon dari masyarakat mengenai

seberapa banyak kamu percaya kepada pemerintahan di Washington untuk

melakukan sesuatu yang benar? Empat puluh lima tahun yang lalu, lebih dari

tiga dari empat orang amerika yang mengatakan bahwa mereka percaya kepada

pemerintah amerika. Sekarang hanya satu dari empat yang memberikan respon

yang sama. Kepercayaan dalam pemerintahan terlihat menurun sekarang ini.

David Mathew dari yayasan Kettering sebagai contoh, mengatakan

ketertarikan warga negara dalam proses politik mengalami penurunan dalam

beberapa tahun. Mathew (1994) dalam studi yang dilakukan ditemukan perasaan

yang kuat mengenai ketidak berdayaan warga negara. Warga negara merasa

frustasi dan marah bahwa mereka telah didorong keluar dari sistem politik oleh

kelas profesional politik, pemimpin kampanye dan elit atau tokoh media. Mereka

melihat sistem dengan pintunya yang berdekatan dengan rata-rata warga negara

(mathew 1994, 12-15). Sebagai sebuah konsekwensi, warga negara merasa

ditinggalkan.

Dengan kata lain, warga negara masih menginginkan keterlibatan mereka

dalam politik. Mereka bangga dengan komunitas mereka dan mereka ingin untuk

membantu untuk melakukan perubahan yang positif. Faktanya, banyak warga

negara menjadi terlibat dalam kegiatan politik, tidak menghabiskan waktu mereka

pada pemilihan atau partai politik tetapi dalam warga negara kelas bawah

pergerakan keluarga, kelompok kerja, dan asosiasi. Kegiatan ini menggantikan

laboratorium kewarga negaraan, dimana orang mencari untuk menemukan

hubungan yang baru dengan orang lain dan peraturan politik yang lebih besar,

hubungan-hubungan dalam dunia moderen, tetapi juga diinformasikan dengan

kemungkinan baru untuk paham aktivitisme dan keterlibatan terhadap kondisi

moderen yang ditawarkan (Boyte dan Kari 1996; Lappe dadn DuBois 1994).

Di sana juga terlihat menjadi peranan penting dalam pemerintahan untuk

mendorong pembangunan komunitas dan masyarakat sipil. Banyak kemajuan

dalam masyarakat sipil dan kepemimpinan politik untuk mengenali pentingnya

usaha-usaha yang dilakukan dan menjadi lebih terlibat dalam diri mereka sendiri.

Pemimpin politik menggapai warga negara dengan beberapa cara dengan

teknologi informasi yang moderen dan alat-alat konvensional lainnya. Hal yang

sama, para manajer publik akan menjelaskan kembali peran mereka terhadap

keterlibatan warga negara dalam proses kepemerintahan (Thomas 1995). King

dan Stivers (1998) mengatakan pemerintah bisa memerankan peranan penting

dalam menciptakan, memfasilitasi dan mendukung hubungan antara warga negara

dan komunitasnya.

Bagaimana adminstrasi publik dipengaruhi oleh dan bagaimana mereka

mempengaruhi komunitas dan masyarakat sipil? Ketika pertanyaan ini ada pada

kami yang mengingatkan pada buku ini, terdapat beberapa komentar umum yang

bisa kita buat. Pertama, hubungan yang kuat dalam interaksi warga negara dan

tingginya tingkat kepercayaan sosial dan ketertarikan warga negara, para

administrator publik bisa menghitung modal sosial untuk membangun jaringan

yang lebih kuat, untuk membuka jalan baru melakukan dialog dan debat, dan lebih

jauh mendidik warga negara untuk menghormati demokrasi pemerintahan

(Woolum 2000). Ke dua, para administrator publik bisa berkontribusi untuk

membangun komunitas dan modal sosial. Beberapa orang mengatakan

pentingnya peranan para administrator publik dalam pembentukan komunitas

publik (Nalbandian 1999). Lainnya mengatakan bahwa para administrator publik

bisa memerankan peranan yang aktif untuk mempromosikan modal sosial dengan

mendorong keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan publik.

Di dasarkan pada pengalaman mereka dalam menghubungkan skala usaha-usaha

dalam keterlibatan publik, Joseph Gray dan Linda Chapin mengatakan “warga

negara tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi memasukan

mereka dalam administrasi publik. Dan hubungan ini memunculkan pemahaman

yang memperkaya hubungan antara pemerintahan dan komunitas.

Humanisme Organisasi dan Administrasi Publik Baru

Pentingnya akar teori ke tiga Pelayanan Publik baru adalah humanisme

organisasi. Selama tiga puluh tahun yang lalu, para pembuat teori administrasi

publik telah melakukan kerja sama dalam berbagai disiplin ilmu yang

menyarankan bahwa pendekatan hierarki tradisional terhadap orgnisasi sosial

dibatasi oleh pandangan-pandangan perilaku manusia, dan mereka bersama-

sama mengkritik birokrasi dan mencari alternatif pendekatan baru mengenai

manajemen dan organisasi. Secara kolektif, pendekatan ini kurang dominannya

orgnisasi publik dengan isu kekuasan dan pengawasan dan lebih memperhatikan

pada kebutuhan konstituen internal dan eksternal.

Penulis seperti Dimock, Dahl, dan Waldo memberikan pendapat yang

kotras terhadap pandangan teori administrasi publik, penulis seperti Chris Argyris

dan Robert Golembiewski memberikan pandangannya mengenai manajemen

organisasi dalam terakhir abad dua puluh. Dalam sebuah buku Personaliaty and

Orrganization, Agris mengeksplorasi dampak praktik manajemen tradisional

dalam perkembangan secara psikologi idividu dengan organisasi yang kompleks.

Agris menyatakan bahwa studi-studi yang dilakukan mengenai keperibadian

manusia mengindikasikan bahwa orang tumbuh dari jamian kemudian dewasa

dari yang tadinya pasif menjadi aktif,dari tadinya yang selalu tergantung menjadi

tidak tergantung lagi dengan orang lain, dari perilaku yang terbatas hingga

menjadi tidak terbatas, dari keinginan yang sempit menjadi ke inginan yang besar,

dan dari kurangnya kesadaran menjadi kuatnya kesadaran (1957, 50). Hal yang

kontras, apa yang Agris lihat sebagai praktik standar manajemen bahwa waktu

menghalangi perkembangan pekerja ketimbang meningkatkan. Sebagai contoh,

dalam banyak organisasi, orang hanya memiliki sedikit keteterbatasan terhadap

kerja mereka. Dalam banyak kasus, mereka diharapkan untuk saling tergantung

dan terbatas untuk apa yang mereka lakukan. Beberapa pengaturan dilakukan,

Agris menyatakan pembatasan kontribusi pekerja bisa dilakukan dalam organisasi.

Agar supaya untuk mempromosikan pertumbuhan individu yang bertujuan untuk

meningkatkan performa organisasi juga, Agris melihat sebuah pendekatan

terhadap manajemen dimana para manajer akan mengembangkan dan

menggunakan keterampilan dalam kesadaran diri, dalam perkiraan yang efektif,

dalam memberikan bantuan kepada individu untuk menjadi lebih aktif, dan untuk

tidak bisa mandiri (Argyris 1962, 213). Seperti dalam kerja Argyris, ia

memfokuskan pada perubahan perencanaan yang bisa menggerakan dalam

petunjuk ini. Sampai pada program-program perubahan yang telah direncanakan

yang diketahui sebagai “pengembangan organisasi.”

Kami harus mencatat bahwa ide Argyris berlawanan terhadap kemunculan

model rasional administrasi, yang diartikulasikan dengan jelas, seperti yang kami

lihat oleh Herbetr Simon. Pada tahun 1973, Argyris menggunakan halaman

Public Administration Review untuk mengeksplore beberapa pembatasan model

rasional (Argyris 1973). Ia memulai dengan menyatakan bahwa model rasional

Simon hampir sama dengan teori administrasi, yang mana dalam manajemen

menjelaskan tujuan organisasi dan tugas yang harus dilakukan, sebaik pelatihan,

penghargaan, dan penentuan pekerja – semua berhubungan dengan kerangka

struktur piramid formal yang mana kekuasaan mengalir dari atas ke bawah. Apa

yang Simon tambahkan dalam model ini adalah sebuah perilaku rasional, bahwa

perilaku bisa dijelaskan dalam sebuah pola. Dengan penekanan ini, model rasional

menekankan memfokuskan pada konsistensi, program, organisasi, pemikiran

manusia. Ini memberikan perilaku yang berhubungan dengna tujuan dan

mengasumsikan tujuan tanpa bertanya bagaimana ini telah berkembang (Argyris

1973, 261).

Sebuah pandangan yang gagal unuk mengakui sepenuhnya mengenai

tingkat pengalaman manausia, faktanya adalah orang melakukan sesuatu secara

spontan, bahwa pengalaman mereka memperburuk dan tidak bisa diprediksi

dalam kehidupan mereka dan bahwa mereka bertindak berdasarkan perasaan dan

emosi yang jauh dari rasional. Bagaiamanapun, karena pertumbuhan manusia

bukan merupakan sepenuhnya proses yang rasional, pembenetukan organisasi

dalam modedel ini tidak akan mendukung pertumbuhan, perkembangan dan

aktualisasi diri pada individu. Ketimbang model rasional akan memberikan

referensi untuk perubahan yang akan meningkatkan rasionalitas (efisiensi)

organisasi. Semua perubahan sepenuhnya konservatif, memaksakan status kuo

(Argyris 1973, 261). Hal yang berlawanan dengan pandangan ini, Argyris

menekankan lebih besar pada moralitas individu, keasliaan, dan aktualisasi diri

manusia yang berhubungan dengan sudut pengusaha manusia (253).

Dalam administrasi publik, pandangan perkembangan organisasi (OD)

telah dieksplorasi oleh Robert Golembiewski. Dalam kerja awalnya, manusia,

manajemen, dan moralitas (1967), Golembiewski mengembangkan sebuah teknik

teori-teori tradisional orgranisasi, dengan penekanan mereka pada otoritas atas

ke bawah, pengawasan hierearki, dan standar prosedur kegiatan, mengatakan

bahwa pendekatan-pendekatan ini merefleksikan ketidak sensitifan terhadap

moral individu, khususnya pertanyaan mengenai kebebasan individu. Hal yang

berlawanan, Golembiewski melihat sebuah cara untuk memperrbesar wilayah

petunjuk untuk organisasi dan untuk meningkatkan kebebasan individu (1967,

305). Dengan perspektif OD selanjutnya, Golembieski mendesak para manajer

untuk menciptakan sebuah penyelesaian permasalahan dengan terbuka pada

orgranisasi sehingga para anggotanaya bisa berhubungan langsung dengan

permasalahan tersebut. Ia mendorong mereka untuk membangun kepercayaan

antar individu dan kelompok orgranisasi, untuk mendukung atau menggantikan

otoritas peranan atau status otoritas pengetahuan dan kompetensi.

Ia menyarankan bahwa pembuatan keputusan dan pertanggung jawaban

pemecahan masalah untuk bisa diselesaikan sebisa mungkin dengan sumber

informasi yang ada dan untuk membuat persaingan, dimana ini akan berperan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ia mengatakan bahwa ide ini adalah

untuk memaksimalkan kerja sama antara individu dan unit yang ada yang

bekerja saling ketergantungan dan untuk mengembangkan sistem penghargaan

yang mengenali untuk pencapaian misi organisasi dan pertumbuhan dan

perkembangan para anggota organisasi. Para manajer harus bekerja, ia

mengatakan untuk menciptakan kondisi yang mana konflik bisa diatasi dan

dilakukan tindakan dengan tepat dan positif, dan untuk meningkatkan kesadaran

proses kelompok dan konsekwensinya untuk performa (Denhardt 1999, 405).

Golembiewski, seperti Argyris memiliki pandangan berbeda mengenai

organisasi dengan model pilihan rasional. Ia pertama berpendapat bahwa asumsi

rasionalitas klasik adalah sebuah gagasan metodologikal yang tidak

merefleksikan realitas. Orang tidak selalu bertindak rasional atau bahkan pada

perilaku yang rasional. Dasar teori pilihan asumsi bahwa orang akan berperilaku

jika mereka melakukan dengan rasional artinya adalah bahwa sesorang dibatasi

oleh keadaan logis mengenai bagaimana orang akan berperilaku jika mereka

melakukan secaara rasional. Seperti pandangan Golembiewski yang mengatakan

penolakan terhadap pentingnya politik dan pertimbangan emosional yang harus

dijelaskan untuk mengembangkana teori yang komprehensif atau luas mengenai

perilaku manusia. Dengan kata lain, satu hal yang perlu untuk disimpulkan adalah

mengenai pendapat Norton Long bahwa para pembuat teori publik yang

mengatakan dengan elegan mengenai sesuatu yang logis mengenai Unicorn

(Golembiewski 1977, 1492).

Kontribusi penting lainnya utuk pembentukan organisasi manusia dalam

sektor publik dibuat oleh kelompok sarjana yang di kenal dengan Administrasi

Publik Baru yang berhubungan dengan administrasi publik pada abad ke enam

dan tujuh mengenai pergerakan radikal yang terjadi pada masyarakat pada

umumnya dan disiplin ilmu pengetahuan sosial lainnya. Ketika Administrasi

Publik Baru tidak pernah berhubungan dengan pergerakan yang rasional, dengan

para kontributornya sering mengemukakan ide yang berbeda dengan yang lain,

beberapa ide itu berhubungan dengan Adminstrasi Publik Baru yang penting

untuk dibahas kembali. Dengan menghormati isu mengenai humanisme

organisasi, beberapa sarjana selama periode itu menekankan pada kebutuhan

untuk mengekplorasi alternatif lain dari tradisi birokrasi atas ke bawah, model

hierarki birokrasi organisasi. Model lama tujuannya adalah mengenai

pembentukan anggota organisasi dan pembentukan keterbukaan, kejujuran, dan

kepercayaan, para sarjana ini mendiskusikan alternatif dengan nama-nama

sepereti “dialetikal organisasi’ dan “model consiciateed” pembentukan kreatifitas

dan dialog bisa terjadi dimana mengacu pada kontribusi keduanya untuk

pertumbuhan individu dan perkembangan kelompok dan organisasi akan lebih

efektif dan bertanggung jawab terhadap kompleksitas lingkungan, adalah

merupakan sebuah cara untuk memulai dengan tindakan individu (1981, xii).

Kami akan mencatat bahwa Administrasi Publik Baru berperan serta pada

sudut pandang teori lainnya dan menjadi bahan diskusi dalam administrasi publik.

Khususnya, terdapat argumen untuk para administrator yang memiliki peranan

lebih aktif dalam pengembangan kebijakan publik dibandingkan dengan yang

sebelumnya, karena komplektisitas permasalahan membutuhkan ahli profesional

dengan administrator yang terlatih dan para ahli spesialis untuk bisa menghadapi

tantangan yang ada. Terdapat pengenalan yang lebih eksplisit dan diskusi peranan

nilai-nilai administrasi publik. Sebgai contoh, George Frederickson dalam

Administrasi Publik Baru menyatakan persamaan sosial sebagai tuntunan konsep

dalam pembuatan keputusan dalam administrasi dan politik. Sangat diperlukan

bagi publik untuk mengembangkan dan mengukur persamaan dan untuk

memahami dampak dari pelayanan publik pada warga negara (1980, 46). Dengan

menyediakan solusi terhadap permasalahan publik yang melibatkan tidak hanya

menawarkaan pelayanan yang sama untuk semua tetapi pada tingkat yang lebih

besar pelayanan untuk semua kebutuhan yang lebih besar. Frederickson

menyatakan bahwa adaministrasi publik bukan merupakan sesuatu yang netral dan

tid ak harus dinilai dengan kriteria efisiensi. Ketimbang, konsep seperti persamaan

dan pertanggung jawaban juga harus memerankan peranan.

Jaman Moderen

Ke empat pentingnya akar teori Pelayanan Publik Baru dalam jaman

moderen. Dalam akhir abad ke tujuh dan awal abad ke tujuh belas, para sarjana

administrasi publik memulai mengekplorasi pendekatan yang kritis terhadap

akuisisi pengetahuan model rasional adaministrasi. Dasar dari eksplorasi ini

adalah mengenai ide bahwa aliran administrasi publik yang ada, seperti ilmu

pengetahuan sosial lainnya telah menjadi pendekatan yang khusus atau sendiri

terhadap akuisisi pengetahuan tetapi masih dibatasi oleh tingkat pemikiran yang

ada. Pendektaan yang positif menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial bisa

dipahami dengan menggunakan pendekatan yang sama dalam ilmu pengetahuan.

Dalam pandangan ini, fakta sosial dan organisasi bisa dipisahkan dari

nilai-nilai yang ada. Faktanya bisa diamati dan diukur, hanya sebagai perilaku

fisik atau seperti elemen kimia yang bisa diukur. Konsep dan teori-teori bisa

dibuat berdasarkan pengamatan ini. Pendekatan positif yang dilakukan diakui

sebagai dasar model rasional Simon mengenai administrasi dan dengan jelas

didominasi oleh aspek-aspek lain mengenai studi administrasi publik, khususnya

ilmu pengetahuan kebijakan.

Kritik mengenai pandangan ini menunjuk pada perilaku manusia anga

kurang dipahami mengenai tindakan manusia yang dilakukan. Sebagai contoh,

kamu ungkin melihat seorang berlari ke arah hutan, tetapi kamu mengetahui lebih

mengenai apa yang sedang terjadi jika kamu tahu kalau orang itu adalah seorang

kriminal yang sedang kabur dari sherif. Hal yang sama juga terjadi pada

kehidupan sosial, fakta, dan nilai-nilai yang ekstrim yang sulit untuk untuk

memisahkan dan dalam banyak kasus nilai-nilai menjadai lebih penting

ketimbang fakta dalam pemahaman tidandakan manusia. Dalam banyak kasus,

sejak perilaku manusia berbeda setiap waktunya dan dari budaya satu ke budaya

lainya, ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk menyususn jenis

pernyataan yang sama. Bagaimanapun, penjelasan tindakan manusia dalam pola

objektifitas observasi dan hubungan gagal untuk mengenali unsur-unsur bukan

rasional pada manusia – sepereti intuisi, emosi, dan perasaan. Akhirnya, para

sarjana menemukan bahwa ilmu pengetahun sosial bukan merupakan sesuatu

yang netral; pengukuran perilaku manusia bisa mempengaruhi perilaku, seperti

pengalaman hawthorne ketika para pekerja bereaksi lebih terhadap fakta mereka

akan diawasi kemudian mengganti para peneliti dalam lingkungan kerja mereka.

Di lain pihak, kritik juga ditujukan pada model positif yang menekankan

pada kecenderungan objektifitas dan penurunan kepribadian yang menjadi bagian

dari model administrasi publik. Di lain pihak, mereka juga mengatakan bahwa

paham positivisme tidak memperbolehkan adanya persaingan dan nilai-nilai

pada kehidupan manusia. Dalam sebuah pencarian alternatif, para sarjana

memfokuskan pada pemahaman pengalaman yang dilalui oleh manusia,

khususnya pengalaman untuk saling dibagikan. Yang lainnya mengacu pada

pengujian kritik pada nilai pada manusia, khususnya berhubungan dengan

kekuasaan dan dominasi yang ada. Pendekatan ini, para sarjana berharap untuk

membuat pendekatan model alternatif studi dan praktik administrasi publik,

alternatif yang lebih sensitif terhadp nilai-nilai untuk tujuan manusia dan tingkat

emosi dan perasaan yang terlibat dalam hubungan antara manusia.

Ide-ide ini telah berkembang dengan luas dalam usaha sekarang ini untuk

menggunakan perspektif pemikiran moderen, khususnya perubahan teori, dalam

pemahaman organisasi publik. Ketikaa terdapat perbedaan yang signifikan pada

para pembuat teori moderen, mereka akan mencari kesimpulan yang sama-karena

kami tergantung kepada yang lainnnya dalam dunia moderen, pemerintahan harus

meningkatkan kemampuan berdasarkan ketulusan dan keterbukaan pada semua

kelompok, termasuk warga negara dan para administrator. Dan ketika pembuat

teori administrasi publik moderen anti terhadap pendekaatan tradisional pada

partisipasi publik, terlihat adanya persetujuan pertimbangan yang meningkatkan

dialog publik dibutuhkan untuk membahas mengenai birokrasi publik dan

melegitimasi adaministrasi publik yang ada dilapangan.

Ketika jaman moderen menghadapi permasalahan yang kompleks dan

berbeda, para penganut teori model moderen ini menyatakan bahwa permasalahan

yang kami hadapi sekarang ini adalah bahwa kami telah kehilangan kapasitas

untuk menceritakan apa yang menjadi kebenaran. Pandangan sebelumnya dalam

penjelasan ilmu pengetahuan hanya berlaku untuk masa lalu, semua ini

berhubungan dengan fakta bahwa penjelasan ini merupakan produk masa lalu.

Jika kami menciptakan dunia dengan pemahaman kami dan interaksi kami,

kemudian tidak akan terhindarkan lagi adanya pembatasan apa yang kami sebut

dengan kebenaran.

Situasinya bahwa akan lebih rumit karena dunia yang membingunkan

dan simbol-simbol yang telah menentukan pemikiran kita dana perasaan kita.

Sebagai contoh, dalam komersial pendidikan, sex digunakan untuk menjual mobil

dan kodik digunakan untuk menjual bir. Semua komunikasi hanya dengan satu

cara. Kita hanya sebagai penonton pasif, tidak memiliki kesempatan untuk

berbicara. Simbol-simbol ini seperti seni, musik, arsitektur, dan politik telah

menggantikan realitas. Pada tingkat budaya kami bisa berkomunikasi dengan

yang lainnya dalam pola yang jauh dari kenyataan. Lagi dan lagi kami dipaksa

untuk mengenali bahwa hanya komunikasi yang otentik yang mana kami bisa

terlibat untuk bisa melakukan interaksi berdasarkan pengenalan dengan orang

lain.

Para pembuat administrasi publik menggunakan perspektif moderen yang

berubungan dengan paham rasionalisme khususnya pasar yang berdasarkan teori

rasional. Dalam birokras, kegiatan sosial digantikan dengan dunaia rasional.

Kepatuhan terhadap perintah hierarki akan terjalin hubungan dengan yang

lainnya. Dalam komunikasi monologi tidak ada kesempatan untuk melakukan

perjuangan verbal untuk menjelaskan permasalahan dan memutuskan apa yang

harus dilakukan terhadap permasalahan ini. (Fox dan Miller 1997, 70-71). Para

pembuat teori administrasi publik moderen menggunakan pengukuran objektif

dan analisis rasional (McSwite 1997, 377). Hasil proses negosiasi dan konsensus

dimana individu terlibat dengan yang lain yang berhubungan dengan semua aspek

kepribadian manausia, tidak hanya rasionalitas tetapi juga pengalaman, intuisi dan

emosional. Tetapi perubahan merupakan sesuatu yang sulit membutuhkan

pemahaman (1) bagaimana mungkin untuk bertindak tanpa ada alasan dan (2)

bagaimana untuk mendatangkan ide. O.C.MCMcSwite menawarkan cara praktis

untuk memberikan keterbukaan pada orang lain. Alternatif adalah untuk

mendengarkan, untuk bisa menerima orang lain. Ini bukan merupakan akhir

perubahan. Dengan membuat orang dan kehidupan mereka objek alasan, alasan

memisahkan kita dari orang lain ketika realitas kondisi manusia adalah, saya

adalah kamu (1997, 276-277).

Pelayanan Publik Baru

Teori kewarga negaraan, komunitas dan masyarakat sipil, organisasi

kemanusiaan dan administrasi publik baru dan paska moderen telah membantu

untuk membentuk iklim untuk sekarang ini untuk berbicara mengenai Pelayanan

Publik Baru. Kami mengakui bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang masih

terjadi pada sudut pandang berbeda, kami akan menyarankan juga terdapat

persamaan mengenai ide-ide pada Administrsi Publik Lama. Bagaimanapun

terdapat sejumlah pelajaran praktis bahwa Pelayanan Publik Baru menjelaskan

mengenai administrasi publik. Pelajaran ini tidak ekslusif. Kami akan meringkas

ide-ide ini, kemudian mendiskusikan dengan lebih lengkap dalam bab ke tujuh.

Diantara ide-ide ini, kami menemukan sesuatu yang menarik:

1. Melayani Warga Negara, Bukan Pelanggan: kepentingan publik

merupakan hasil dialog mengenai nilai-nilai ketimbang penambahan

kepentingan diri individu. Bagaimanapun, pelayan publik tidak hanya

merespon terhadap permintaan pelanggan, tetapi lebih memfokuskan pada

pembentukan hubungan kepercayaan dan kolaborasi dengan antara warga

negara (Bab 3).

2. Melihat Kepentingan Publik: Para administrator publik harus berperan

serta terhadap pembentukan sebuah kolektif, berbagi pendapat mengeneai

kepentingan publik. Tujuan adalah tidak hanya menemukan solusi dengan

cepat yang dilakukan dengan pilihan individu. Ini merupakan pembuatan

kepentingan dan pertanggung jawaban (Bab 4).

3. Nilai Kewarga Negaraan sampai Jiwa Pengusaha: Kepentingan publik

mengalami kemajuan yang lebih baik oleh pelayan publik dan warga

negara berkomitmen untuk membuat kontribusi yang berarti terhadap

masyarakat ketimbang para para pemimpin yang bertintak seolah-olah

uang publik adalah miliknya (Bab 5).

4. Berpikir strategis, Bertindak Demokratif: kebijakan dan program

kebutuhan publik bisa menjadi efektif dan dicapai melalu usaha-usaha

kolektif dan proses kerja sama atau kolaborasi (Bab 6).

5. Mengenali Akuntabilitas tidak mudah: Pelayan publik harus lebih

memperhatikan pasar; mereka juga harus menghormati nilai komunitas,

norma politik, standar profesionalisme (Bab 7).

6. Melayani ketimbang Mengendalikan: ini merupakan sesuatu yang penting

untuk pelayan publik untuk berbagi, nilai kepemimpinan untuk

membantu warga negara dan saling berbagi kepentingan ketimbang

berusaha untuk mengontrol atau mengendalikan masyarakat dalam

peraturan baru (Bab 8).

Nilai Orang, Tidak Hanya Produktifitas: Organisasi Publik dan jaringan yang

mana mereka berpartisipasi hanya untuk keberhasilan jika mereka menjalankan

semua proses kolaborasi dan berbagi kepemimpinan yang didasarkan pada saling

menghormati kepada semua orang (Bab 9).