BAb 2 · Web viewMereka yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan...
Transcript of BAb 2 · Web viewMereka yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan...
BAB 2
Akar Pelayanan Publik Baru
Dalam bab pertama kita telah telah membahas mengenai perkembangan
Administrasi Publik Lama dan Manajemen Publik Baru. Sebelum kita
melanjutkan diskusi kita, ini akan sangat membantu untuk meninjau ulang
beberapa tema yang muncul dalam analisis. Pertama, paling tidak sekitar
seperempat abad dua puluh, aliran model yang ada mengenai administrasi publik
sebagian besar merupakan penjelasan model dari Woodraow Wilson, Frederick
Taylor, Luther Gulick, dan Herbert Simon. Penjelsan mereka kebanyakan
mengenai gambaran administrasi publik orthodox sebagai suatu penjelasan
yang netral untuk menghormati nilai-nilai yang ada pada saat itu. Ini merupakan
model normatif atau yang berhubungan dengan norma-norma yang ada yang
dilakukan oleh agen-agen publik. Diantara pilihan-pilihan nilai yang di buat
dalam pembentukan model khususnya penjelasan atau deskripsi mengenai
peranan para administrator publik khususnya yang berhubungan dengan proses
politik (kebijakan), pemilihan efisiensi (berbeda dengan pertanggung jawaban,
dan lain-lain) sebagai sebuah kriteria atau prasyarat utama untuk melakukan
penilaian kerja agen-agen administrasi, dan sebuah penekanan pembuatan disain
agen-agen publik sebagai sebuah sistem yang berhubungan, memperlihatkan
sebuah pengontrolan tunggal yang mana eksekutif memiliki otoritas yang
penting dan pengoperasian model perintah dari atas – bawah. Mungkin yang
paling perlu untuk diperhatikan dalam model ini adalah mengenai bukti-bukti
versi model ini yang kemudian penjelasannya akan menjadi lebih jelas pada versi
model selanjutnya dimana model sebelumnya menggunakan “Rational
Choice”/Pemilihan rasional sebagai dasar utama teori administrasi publik.
Ke dua, disamping dominannya model ini, kemunculan yang telah ada
mengenai asumsi-asumsi versi aliran Administrasi Publik Lama mendapatkan
perlawanan secara terus menerus oleh sejumlah para penulis dan praktisi yang
banyak memberikan beda pendapat untuk kebijakan yang lebih besar lagi,
pertanggung jawaban yang lebih besar, dan keterbukaan yang lebih besar
dalam proses administrasi. Pandangan-pandangan alternatif ini – yang mana
kami akan berhubungan dengan tokoh-tokoh seperti Dimock, Robert Dahl, dan
Dwight Waldo – yang akan memberikan pandangan berlawanan dengan semua
model yang ada, pentingnya untuk diingat dan sering diterima dalam situasi
tertentu, tetapi jarang menjadi tulisan yang dominan. Dengan begitu, ini mungkin
akan menjadi lebih tepat untuk dikatakan bahwa ide-ide ini telah digunakan
dan diterapkan dengan model yang ada yang mana model-model ini menjadi
banyak digunakan.
Ke tiga, Manajemen Publik Baru telah hadir sebagai sebuah alternatif baru
terhadap penggunaan birokrasi tradisional yang telah ada sebelumnya dalam
menjalankan bisnis publik. Manajemen Publik Baru menyatakan bahwa
pemerintah harus masuk dalam aktivitas yang tidak bisa dijalankan oleh pihak
swasta dan dikontrak dan secara umum, mekanisme pasar harus dijalankan sebisa
mungkin sehingga masyarakat memiliki pilihan pada pilihan-pilihan pemberian
pelayanan yang diberikan lain pihak, Manajemen Publik Baru menyarankan
sebuah peranan khusus untuk para manajer, khususnya para manajer perusahaan
yang diberikan tanggung jawab lebih besar untuk meningkatkan efisiensi dan
produktifitas, khususnya yang berhubungan dengan hasil kepemimpinannya yang
dilakukan. Akhirnya, Manajemen publik baru menyarankan bahwa para manajer
publik (lebih banyak memiliki peranan dari sebelumnya), mereka akan bertugas
menjadi pengawas untuk setiap implementasi kebijakan atau para pembeli jasa
atau pelayanan ketimbang terlibat langsung ke dalam pengiriman jasa atau
pelayanan secara langsung. Pada dasar rekomendasi ini terdapat komitmen secara
teori untuk ide-ide seperti teori publik; teori agen; dan secara umum penggunaan
model-model ekonomi dalam disain dan implementasi kebijakan publik.
Apa yang menarik adalah bahwa ketika manajemen publik Baru digunakan
sebagai sebuah alternatif dari Administrasi Publik Lama, manajemen ini secara
umum memiliki aliran model adminsitrasi publik, khususnya sebuah
ketergantungan dan komitmen pada model-model pilihan yang rasional. Sebagai
contoh, seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya, teori-teori agen bisa
diterapkan terhadap hubungan antara eksekutif publik dan semua yang memberi
laporan kepada mereka. Ketika menggunakan cara ini, sebuah pertanyaan penting
muncul: Sruktur insentif seperti apa yang tepat digunakan untuk mengamankan
kerja sama atau bahkan penerapan pada para pekerja yang memiliki kedudukan
lebih rendah? Seperti pendekatan pada sebuah pemogokan yang dilakukan sama
seperti yang dijelaskan oleh Herbert Simon pada model kontribusi dan bujukan
yang dilakukan setengah abad yang lalu. Yang mana partisipan yang lebih rendah
akan berperan serta dalam kerja atau kegiatan organisasi. Dalam kasus lainnya,
apa yang membuat kerja model adalah sebuah yang berhubungan dengan
komitmen untuk pilihan rasional atau masuk akal. Maka ketika di sana ada
perbedaan antara Administrasi Publik lama dan Manajemen Publik Baru, fondasi
teori secara mendasar untuk dua versi aliran ini mengenai admistrasi publik dan
kebijakan publik faktanya mereka memiliki kemiripan.
Untuk hal yang berbeda dalam model aliran ini pada administrasi publik
dan manajemen publik adalah pada akar ide pilihan rasional, kami menyarankan
sebuah alternatif, New Public Service/Pelayanan Publik Baru (lihat tabel 1 pada
halaman 28-29). Seperti pada Manajemen Publik Baru dan Administrasi Publik
Lama, Pelayanan Publik Baru terdiri dari banyak elemn-elemen yang berbeda, dan
banyak para sarjana dan praktisinya memiliki kontribusi yang berbeda, bahkan
sering tidak sependapat satu dengan yang lainnya. Tetapi terdapat ide-ide secara
umum yang terlihat membentuk pendekatan ini sebagai sebuah model normatif
dan untuk membedakannya dari model-model yang lainya. Dengan pasti
Pelayanan Publik Baru bisa mengklaim untuk warisan intelektualnya yang
impresif, yang meliputi semua kerja model yang telah disebutkan sebelumnya
yang memberikan pejelasan yang konstruksif yang berhubungan dengan
rasionalitas aliran model yang ada (Seperti Dimock, Dahl, dan Waldo).
Bagaimanapun, di sini kami akan memfokuskan lebih banyak kepada Pelayanan
Publik Baru, yang meliputi (1) teori-teori kewarga negaraan, (2) model-model
komunitas dan masyarakat sipil, (3) organisasi kemanusiaan dan Administrasi
publik baru, dan (4) administrasi publik paska moderen. Kami akan membuat
pejelasan apa yang kami pahami mengenai prinsip-prinsip atau ajaran pada
Pelayanan Publik Baru.
Demokrasi Kewarga Negaraan
Berhubungan mengenai kewarga negaraan dan demokrasi khususnya
mengenai pentingnya dan pandangan dalam politik dan teori sosial, ke duanya
terlibat lebih aktif terlibat dalam kewarga negaraan (Barber 1984, 1998;
mansbridge 1990, 1994; Pateman 1970; Sandel 1996). Tetapi kewarga negaraan
bisa dilihat dengan cara-cara yang berbeda. Pertama dan definisi sebelumnya
memfokuskan pada hak-hak dan keharusan warga negara seperti yang dijelaskan
pada sistem legal; adalah bahwa kewarga negaraan adalah di lihat sebagai sebuah
sistem status legal. Sebuah alternatif, pertimbangan pandangan yang lebih luas
kewarga negaraan yang berhubungan dengan isu-isu yang lebih umum yang
berhubungan dengan keanggotaan seseorang dalam sebuah komunitas politik,
yang meliputi seperti isu-isu hak-hak dan pertanggung jawaban warga negara,
yang berhubungan dengan status legal mereka (Turner 1993, 3). Dalam
pandangan ini, kewarga negaraan berhubungan dengan kapasitas individu untuk
mempengaruhi sistem politik yang ada; ini mengindikasikan keterlibatan yang
aktif dalam kehidupan politik. Ini merupakan pandangan yang akan kami jelaskan
dalam buku ini.
Di luar definisi ini, terdapat cara-cara berbeda untuk memahami apa yang
terlibat dalam demokrasi kewarga negaraan. Sebagai contoh, satu hal yang
mungkin untuk dikritisi adalah bahwa eksistensi pemerintah khususnya untuk
meningkatkan keinginan ekonomi pada komunitas dan individu dalam komunitas.
Dalam kasus ini, negara dan hubungan warga negara dan negara harus di dasarkan
pada ide saling ketertarikan diri dengan memberikan jaminan prosedur-prosedur
yang pasti (seperti pemilihan) dan hak-hak individu. Peranan pemerintah adalah
untuk membuat yakin bahwa ketertarikan individu akan berjalan dengan bebas
dan fair. Dengan jelas, perspektif atau pandangan ini sejalan dengan pilihan
ekonomi publik dan Manajemen Publik Baru (lihat Kamensky 1996), dan pilihan-
pulihan teori publik yang telah disahkan dalam pandangan ini. Sebagai contoh
James Buchanan, seorang ahli pembuat teori pilihan publik yang terkenal telah
mengatakan bahwa ketika atruisme/sifat mementingkan kepentingan orang lain
masuk ke dalam kebebasan publik, istitusi politik harus didisain untuk
meminimalkan perluasan terhadap ketergantungan insitusi pada perilaku
altruistik (Mansbridge 1994, 153).
Yang lainnya berpendapat bahwa politik altruisme/paham mementingkan
orang lain atau apa yang Mansbridge sebut dengan “public Spirit”/semangat
publik memerankan sebuah peranan yang penting bahkan menjadi peranan yang
esensial dalam proses demokrasi pemerintahan. Sandel sebagai contoh
menawarkan alternatif pandangan demokrasi kewarganegaraan yang mana
individu lebih aktif terlibat dalam pemerintahan. Warga negara lebih
mementigkan kepentingan umum dibanding dirinya sendiri, mengadopsi pola
perspektif yang lebih luas yang membutuhkan sebuah pengetahuan publik dan
juga rasa memiliki, dan adanya ikatan moral pada publik (sandel 1996, 5-6).
Mansbridge mengatakan bahwa pandangan kewarga negaraan ini memberikan
sebuah kepastian mengenai sistem politik. Dalam pandangannya, semangat
publik (politik altruisme) melibatkan perasaan cinta dan kewajiban yang mana
masing-masing orang memiliki sebuah peranan yang penting;
Jika saya bisa membuat empati saya lebih baik, saya tidak akan melakukan
sesuatu yang bisa membuat anda terluka atau tersakiti. Jika saya memiki
pemilihan yang bagus, saya akan hanya menginginkan keuntungan individu.
Jika saya berkomitmen terhadap sebuah prinsip-prinsip untuk satu alasan atau
menjelaskana kerja sama yang dilakukan dengan orang lain, saya akan
menginginkan kepentingan diri saya untuk alasan kewajiban (Mansbridge
1994, 147).
Mansbridge dengan cepat menunjukan bagaimanpun bahwa
altruisme/paham mementingkan kepentingan orang lain adalah bukan
merupakan sesuatu yang baik. Terdapat kemungkinan bahwa para elit politik
mungkin akan memanipulasi semangat publik sampai pada pendoktrinan atau
kharisma, pembatasan kemungkinan ini atau pembentukan debat publik
sehingga ini bisa dilakukan pelarangan.
Semangat publik membutuhkan penjagaan dan bisa dibantu dengan
pemberian perhatian pada pripnsip-prinsip keadilan, partisipasi publik, dan
kebebasan. Rasa keadilan memunculkan emosi yang kuat yang perlu dieksplorasi.
Dan penolakan mereka kadang sering menjadi sesuatu yang menekan cukup kuat.
Dengan kata lain, sebuah sistem politik terlihat mengacu pada keadilan seperti
pada persamaan gender dan peningkatan manusia. Partisipasi adalah merupakan
faktor untuk mempromosikan semangat publik. Mereka yang terlibat dalam
pembuatan keputusan yang lebih baik mengenai kemputusan dan adalah untuk
membantu inplementasi, tetapi partisipasi bisa dibentuk untuk memberikan
keterlibatan seseorang, maka harus di seimbangkan dengan kondisi kebebasan
yang terbuka. Kebebasan bisa diklarifikasi dan kadang dianggap sebagai sesutau
yang berbeda; ini bisa memberikan sebuah dasar informasi maka orang akan
memulai dengan hal yang sama; dan ini bisa membangun sebuah rasa solidaritas
dan komitmen untuk pembuatan solusi yang saya ajukan. Dan sebuah kebebasan
yang baik akan sering memunculkan perlawanan terhadap perubahan dalam
bebarapa hal, kadang menghasilkan persetujuan, kadang klarifikasi memunculkan
konflik dalam langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya
(Mansbridge 1994, 156).
Perlu diperhatikan bahwa alternatif pandangan ini tidak menyarankan pada
kepentingan diri individu atau motif sosial atau penggantian pada nosi semangat
publik. Pandangan ini menyarankan adanya sebuah keseimbangan mengenai
motif-motif ini dan pengenalan pada pentingnya kepentingan publik, seperti
yang kita harapkan dalam sebuah masyarakat demokrasi. Ide kebebasan sebagai
contoh menyarankan sebuah perubahan antara ide yang megenai kepentingan diri
individu, tetapi juga menyarankan perubahan keterbukan pada ide baru dan
bahkan praktik baru, yang meliputi beberapa pencapaian pada keinginan diri
yang sempit.
Dalam kasus yang terjadi, telah terjadi peningkatan restorasi atau
perubahan warga negara yang didasarkan pada ketertarikan publik ketimbang
ketertarikan diri. Dalam pandangan ini, warga negara akan memfokuskan pada
ketertarikan publik, mereka akan aktif dan terlibat dalam dan mereka akan
berasumsi mengenai pertanggung jawaban kepada yang lainnya. Seperti yang
dikatakan oleh Evans dan Boyte bahwa tujuan warga warga negara meliputi:
Sebuah kepedulian untuk sesuatu yang baik, kesejahteraan komunitas secara
keseluruhhan, kesediaan untuk menghormati hak-hak kepemilikan orang lain,
toleransi terhadap perbedaan agama, politik, kepercayaan sosial, penerimaan
pada keputusan komunitas dan pengenalan keharusan untuk melindugi atau
melayani publik. (Evans dan Boyte 1986, 5).
Dengan kata lain, warga negara tidak akan atau dipaksa untuk
menjalankan demokrasi yang ada – mereka akan menjalankan pemerintahan.
Ketika mereka melakukan ini, mereka akan berperan serta tidak hanya untuk
masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, tetapi juga untuk perkembangan
diri secara aktif dan pertanggung jawaban sebagai manusia.
Kita akan menjelaskan poin ini, pelajaran ini akan lebih aktif
memperhatikan warga negara dalam sebuah literatur dan praktik administrasi
publik. Sebuah simposium awal “kewarga negaraan dan Administrasi’,
diterbitkan dalam Tinjauan Administrasi Publik yang mempertimbangkan sebuah
perbedaan teori dan praktik yang berhubungan dengan kemunculan ide mengenai
masyarakat dan kewarga negaraan dalam administrasi publik (Frederickson dan
Chandler 1984). Dua buku yang penting, Government Is Us (King and Stiver
1998) dan Citizen Governance (Box 1998) telah memfokuskan bagaimana
administrasi publik mungkin berperan serta terhadap penciptaan sistem
pemerintahan warga negara. King dan Stivers (1998) menyatakan bahwa para
adminitrator harus melihat warga negara sebagai warga negara ketimbang hanya
sebagai pemilih, klien dan pelanggan, harus saling berbagi kekuasaan dan
mengurangi pengawasan, dan harus percaya dalam melakukan kerja sama.
Bagaimanapun, manajer menyebut ini sebagai efisiensi yang lebih besar, King
dan Stivers menyarankan bahwa para manajer publik harus bertanggung jawab
lebih besar dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Box dalam argumennya
menyatakan yang berhubungan dengan pemerintahan tingkat lokal, menyarankan
cara-cara yang pemerintah lokal akan dibentuk untuk menginjinkan masyarakat
terlibat dalam proses kepemerintahan. Seperti yang kita lihat, adaptasi ini dan
lainnya untuk teori demokrasi akhir-akhir ini dan khususnya teori-teori kewarga
negaraan dan keterlibatan sipil telah berperan serta terhadap apa yang kita kenal
dengan Pelayanan Publik Baru.
Model Komunitas dan Masyarakat Sipil
Kita juga bisa menentukan pentingnya akan Pelayanan Publik Baru
dalam diskusi mengenai komunitas dan masyarakat sipil. Penyebaran dalam
ketertarikan komunitas dalam fenomena kemunculan memunculkan banyak
perbedaan (Bellah et al. 1958, 1991; Eetzioni 1988, 1995; Gardner 1991; Selzznic
1992; Wolfe 1989) dan diartikulasikan oleh para komentator baik yang
berhaluan kiri maupun kanan. Di sisi lain, mereka yang berhaluan kiri melihat
komunitas sebagai sesuatu yang merusak dan rakus dan hanya mementingkan
diri sendiri yang ditandai dengan adanya masyarakat moderen, individualisme
menjadi terdepan dalam hal ini. Sementara itu mereka yang berhaluan kanan
melihat masyarakat sebagai jalan untuk menyimpan nilai-nilai Amerika dan
menjadi tantangan bagi kita untuk melakukan pengawasan.
Kenapa banyak yang harus tertarik pada ketertarikan komunitas.
Beberapa orang menyatakan bahwa Amerika menjadi masyarkat dengan teknologi
yang maju, dengan penggunaan komputer dalam kegiatan mereka dan memiliki
banyak organisasi masyarakat. Kesalahan politik yang berhubungan dengan
perang Vietnam dan pergerakan hak-hak sipil dan harapan untuk sebuah waktu
dan keadaan yang lebih baik. Kapitalisme yang berlebihan dan turunnya moral
menjadi pertanyaan oleh para praktisi dan skema perdagangan membutuhkan
pertanggung jawaban sosial yang baru. Banyak orang yang waspada terhdap
ekonomi global yang terjadi karena penguasaan ekonomi yang besar oleh
Amerika dan harapan untuk kepastian ekonomi. Akhirnyya, beberapa poin
penurunan lingkungan dan kemugkinan berakhirnya eksistensi manusia
diindikasikan oleh eksistensi senjata pembunuh masal yang ada; mereka
menginginkan keseimbangan alam dan keamanan. Semua terlihat untuk
seseorang mengenali bahwa kehidupan yang ada di luar kontrol. Dan bahwa
orang membutuhkan sebuah cara untuk kembali kedalam kehiduan mereka yang
dulu.
Dalam banyak kasus, komunitas menjadi sebuah tema yang dominan
dalam kehidupan merika. Ketika perbedan oleh para penulis yang memfokuskan
pada aspek komunitas, penjelsan dari John Gardner dalam penjelasannya
mengajak kepada kejelasan dan ketertarikan. Gardner (1991) mengatakan bahwa
komunitas berasal dari tingkat asosiasi perkumpulan yang berbeda yang
kemudian menjadi kelompok kerja, yang mungkin memberikan sebuah struktur
mediasi pertolongan antara individu dan masyarakat. Gardner menulis, dalam
sistem kami sesuatu yang baik adalah adalah semua perlindungan sebuah sistem
yang mana semua jenis orang bisa mengejar visi mereka dan pada waktu yang
bersamaan menyelesaikan jenis akomodasi yang saling menguntungkan yang
membuat sebuah sistem sosial hidup dan bekerja dengan baik. Peranan konflik
yang terjadi dalam sebuah kerangka tujuan adalah dari kebebasan masyarakat
(1991, 15). Nilai-nilai komunitas menurut Gardner merupakan sesuatu yang
penting tetapi ia berpendapat bahwa kami juga mengetahui bahwa semuanya
harus bekerja sama dengan perbedaan yang ada. Gardner menulis bahwa,
Untuk mencegah adanya permasalahan karena perbedaan yang ada, harus
terdapat filosofi pluralisme atau perbedaan, sebuah iklim keterbukaan dan
kesempaatan untuk sub komunitas untuk mendapatakan identitas mereka
dan berbagi dalam tujuan kelompok yang lebih besar. Untuk mencegah
adanya perbedaan dari kehanacuran secara keseluruhan, harus terdapat
pengaturan institusi untuk mengurangi polarisasi, permasalahan perubahan,
negosiasi dan mediasi. Eksistensi kesehatan komunitas itu sendiri juga
merupakan sebuah instrumen yang bisa memunculkan perubahan konflik
yang ada (Gardner 1991, 16).
Di luar hal ini, menururt Gardner dan lainnya, komunitas adalah
didasarkan pada perawatan, kepercayaan dan tim kerja, yang terikat bersama
dengan sebuah kekuatan dan sistem yang efektif untuk komunikasi dan
perubahan konflik. Interaksi kounitas menghubungkan antara individu dan
kolektifitas. Rosabeth Moss Kantor terkenal sebagai seorang pembuat teori
manajemen mengatakan ide ini. Ia menulis bahwa pencarian untuk pemahaman
juga merupakan tantangan besar untuk tujuan dan arahan dalam pemilihan
kehidupan individu. Investasi diri dalam sebuah komunitas, penerimaan
otoritasnya dan kesedian untuk mendukung kehidupannya bisa menawarkan
identitas, arti personal, dan kesempatan untuk tumbuh dalam pola yang standar
dan tuntunan prinsip-prinsip (Kantor 1972, 73).
Usaha-usaha dilakukan tergantung kepada kesehatan dan peran aktif
institusi sebagai mediasi yang akan mendorong untuk memberikan fokus pada
keinginan dan ketertarikan warga negara dan untuk memberikan pengalaman yang
akan menyiapkan lebih baik kepada semua warga negara dalam aktifitasnya dalam
sistem politik yang lebih besar. Seperti yang dikatakan oleh Robert Putnam
(2000) tradisi demokrasi amerika tergantung kepada eksistensi keterlibatan
masyarakat sipil, aktif i semua jenis kelompok, asosiasi, dan unti-unit
pemerintahan. Keluarga, kelompok kerja, gereja, sosiasi sipil, kelompok
tetangga, organisasi sosial dan kelompok sosial bahkan tim atlit membantu
membentuk hubungan antara antara individu dan masyarakat yang lebih besar.
secara kolektif, kelompok kecil ini menggantikan sebuah masyarakat sipil dimana
orang-orangnya membutuhkan untuk menemukan keinginan mereka dalam
kontek komunitas. Masyarakat sipil merupakan suatu tempat dimana
warganya bisa terlibat dengan warga lainnya dalam jenis dialog personal dan
kebebasan tidak hanya membentuk komnitas tetapi juga pada demokrasi itu
sendiri.
Gagasan kewarga negaraan dan masyarakat sipil telah memfokuskan
pada penurunan keterlibatan warga negara amerika dalam politik dan
pemerintahan, mereka ditarik dari proses politik dan mereka menjadi lebih
terisolasi dalam ruang pribadi mereka. Poling yang dilakukan mengenai opini
publik, sebagai contoh, telah menunjukan sebuah peurunan yang tajam
kepercayaan orang terhadap pemerintahan, khususnya pada tingkat
pemerintaahan federal. Dalam beberapa dekade sekarang in, penelitian survey
universitas Michigan telah mendapatkan respon dari masyarakat mengenai
seberapa banyak kamu percaya kepada pemerintahan di Washington untuk
melakukan sesuatu yang benar? Empat puluh lima tahun yang lalu, lebih dari
tiga dari empat orang amerika yang mengatakan bahwa mereka percaya kepada
pemerintah amerika. Sekarang hanya satu dari empat yang memberikan respon
yang sama. Kepercayaan dalam pemerintahan terlihat menurun sekarang ini.
David Mathew dari yayasan Kettering sebagai contoh, mengatakan
ketertarikan warga negara dalam proses politik mengalami penurunan dalam
beberapa tahun. Mathew (1994) dalam studi yang dilakukan ditemukan perasaan
yang kuat mengenai ketidak berdayaan warga negara. Warga negara merasa
frustasi dan marah bahwa mereka telah didorong keluar dari sistem politik oleh
kelas profesional politik, pemimpin kampanye dan elit atau tokoh media. Mereka
melihat sistem dengan pintunya yang berdekatan dengan rata-rata warga negara
(mathew 1994, 12-15). Sebagai sebuah konsekwensi, warga negara merasa
ditinggalkan.
Dengan kata lain, warga negara masih menginginkan keterlibatan mereka
dalam politik. Mereka bangga dengan komunitas mereka dan mereka ingin untuk
membantu untuk melakukan perubahan yang positif. Faktanya, banyak warga
negara menjadi terlibat dalam kegiatan politik, tidak menghabiskan waktu mereka
pada pemilihan atau partai politik tetapi dalam warga negara kelas bawah
pergerakan keluarga, kelompok kerja, dan asosiasi. Kegiatan ini menggantikan
laboratorium kewarga negaraan, dimana orang mencari untuk menemukan
hubungan yang baru dengan orang lain dan peraturan politik yang lebih besar,
hubungan-hubungan dalam dunia moderen, tetapi juga diinformasikan dengan
kemungkinan baru untuk paham aktivitisme dan keterlibatan terhadap kondisi
moderen yang ditawarkan (Boyte dan Kari 1996; Lappe dadn DuBois 1994).
Di sana juga terlihat menjadi peranan penting dalam pemerintahan untuk
mendorong pembangunan komunitas dan masyarakat sipil. Banyak kemajuan
dalam masyarakat sipil dan kepemimpinan politik untuk mengenali pentingnya
usaha-usaha yang dilakukan dan menjadi lebih terlibat dalam diri mereka sendiri.
Pemimpin politik menggapai warga negara dengan beberapa cara dengan
teknologi informasi yang moderen dan alat-alat konvensional lainnya. Hal yang
sama, para manajer publik akan menjelaskan kembali peran mereka terhadap
keterlibatan warga negara dalam proses kepemerintahan (Thomas 1995). King
dan Stivers (1998) mengatakan pemerintah bisa memerankan peranan penting
dalam menciptakan, memfasilitasi dan mendukung hubungan antara warga negara
dan komunitasnya.
Bagaimana adminstrasi publik dipengaruhi oleh dan bagaimana mereka
mempengaruhi komunitas dan masyarakat sipil? Ketika pertanyaan ini ada pada
kami yang mengingatkan pada buku ini, terdapat beberapa komentar umum yang
bisa kita buat. Pertama, hubungan yang kuat dalam interaksi warga negara dan
tingginya tingkat kepercayaan sosial dan ketertarikan warga negara, para
administrator publik bisa menghitung modal sosial untuk membangun jaringan
yang lebih kuat, untuk membuka jalan baru melakukan dialog dan debat, dan lebih
jauh mendidik warga negara untuk menghormati demokrasi pemerintahan
(Woolum 2000). Ke dua, para administrator publik bisa berkontribusi untuk
membangun komunitas dan modal sosial. Beberapa orang mengatakan
pentingnya peranan para administrator publik dalam pembentukan komunitas
publik (Nalbandian 1999). Lainnya mengatakan bahwa para administrator publik
bisa memerankan peranan yang aktif untuk mempromosikan modal sosial dengan
mendorong keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan publik.
Di dasarkan pada pengalaman mereka dalam menghubungkan skala usaha-usaha
dalam keterlibatan publik, Joseph Gray dan Linda Chapin mengatakan “warga
negara tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi memasukan
mereka dalam administrasi publik. Dan hubungan ini memunculkan pemahaman
yang memperkaya hubungan antara pemerintahan dan komunitas.
Humanisme Organisasi dan Administrasi Publik Baru
Pentingnya akar teori ke tiga Pelayanan Publik baru adalah humanisme
organisasi. Selama tiga puluh tahun yang lalu, para pembuat teori administrasi
publik telah melakukan kerja sama dalam berbagai disiplin ilmu yang
menyarankan bahwa pendekatan hierarki tradisional terhadap orgnisasi sosial
dibatasi oleh pandangan-pandangan perilaku manusia, dan mereka bersama-
sama mengkritik birokrasi dan mencari alternatif pendekatan baru mengenai
manajemen dan organisasi. Secara kolektif, pendekatan ini kurang dominannya
orgnisasi publik dengan isu kekuasan dan pengawasan dan lebih memperhatikan
pada kebutuhan konstituen internal dan eksternal.
Penulis seperti Dimock, Dahl, dan Waldo memberikan pendapat yang
kotras terhadap pandangan teori administrasi publik, penulis seperti Chris Argyris
dan Robert Golembiewski memberikan pandangannya mengenai manajemen
organisasi dalam terakhir abad dua puluh. Dalam sebuah buku Personaliaty and
Orrganization, Agris mengeksplorasi dampak praktik manajemen tradisional
dalam perkembangan secara psikologi idividu dengan organisasi yang kompleks.
Agris menyatakan bahwa studi-studi yang dilakukan mengenai keperibadian
manusia mengindikasikan bahwa orang tumbuh dari jamian kemudian dewasa
dari yang tadinya pasif menjadi aktif,dari tadinya yang selalu tergantung menjadi
tidak tergantung lagi dengan orang lain, dari perilaku yang terbatas hingga
menjadi tidak terbatas, dari keinginan yang sempit menjadi ke inginan yang besar,
dan dari kurangnya kesadaran menjadi kuatnya kesadaran (1957, 50). Hal yang
kontras, apa yang Agris lihat sebagai praktik standar manajemen bahwa waktu
menghalangi perkembangan pekerja ketimbang meningkatkan. Sebagai contoh,
dalam banyak organisasi, orang hanya memiliki sedikit keteterbatasan terhadap
kerja mereka. Dalam banyak kasus, mereka diharapkan untuk saling tergantung
dan terbatas untuk apa yang mereka lakukan. Beberapa pengaturan dilakukan,
Agris menyatakan pembatasan kontribusi pekerja bisa dilakukan dalam organisasi.
Agar supaya untuk mempromosikan pertumbuhan individu yang bertujuan untuk
meningkatkan performa organisasi juga, Agris melihat sebuah pendekatan
terhadap manajemen dimana para manajer akan mengembangkan dan
menggunakan keterampilan dalam kesadaran diri, dalam perkiraan yang efektif,
dalam memberikan bantuan kepada individu untuk menjadi lebih aktif, dan untuk
tidak bisa mandiri (Argyris 1962, 213). Seperti dalam kerja Argyris, ia
memfokuskan pada perubahan perencanaan yang bisa menggerakan dalam
petunjuk ini. Sampai pada program-program perubahan yang telah direncanakan
yang diketahui sebagai “pengembangan organisasi.”
Kami harus mencatat bahwa ide Argyris berlawanan terhadap kemunculan
model rasional administrasi, yang diartikulasikan dengan jelas, seperti yang kami
lihat oleh Herbetr Simon. Pada tahun 1973, Argyris menggunakan halaman
Public Administration Review untuk mengeksplore beberapa pembatasan model
rasional (Argyris 1973). Ia memulai dengan menyatakan bahwa model rasional
Simon hampir sama dengan teori administrasi, yang mana dalam manajemen
menjelaskan tujuan organisasi dan tugas yang harus dilakukan, sebaik pelatihan,
penghargaan, dan penentuan pekerja – semua berhubungan dengan kerangka
struktur piramid formal yang mana kekuasaan mengalir dari atas ke bawah. Apa
yang Simon tambahkan dalam model ini adalah sebuah perilaku rasional, bahwa
perilaku bisa dijelaskan dalam sebuah pola. Dengan penekanan ini, model rasional
menekankan memfokuskan pada konsistensi, program, organisasi, pemikiran
manusia. Ini memberikan perilaku yang berhubungan dengna tujuan dan
mengasumsikan tujuan tanpa bertanya bagaimana ini telah berkembang (Argyris
1973, 261).
Sebuah pandangan yang gagal unuk mengakui sepenuhnya mengenai
tingkat pengalaman manausia, faktanya adalah orang melakukan sesuatu secara
spontan, bahwa pengalaman mereka memperburuk dan tidak bisa diprediksi
dalam kehidupan mereka dan bahwa mereka bertindak berdasarkan perasaan dan
emosi yang jauh dari rasional. Bagaiamanapun, karena pertumbuhan manusia
bukan merupakan sepenuhnya proses yang rasional, pembenetukan organisasi
dalam modedel ini tidak akan mendukung pertumbuhan, perkembangan dan
aktualisasi diri pada individu. Ketimbang model rasional akan memberikan
referensi untuk perubahan yang akan meningkatkan rasionalitas (efisiensi)
organisasi. Semua perubahan sepenuhnya konservatif, memaksakan status kuo
(Argyris 1973, 261). Hal yang berlawanan dengan pandangan ini, Argyris
menekankan lebih besar pada moralitas individu, keasliaan, dan aktualisasi diri
manusia yang berhubungan dengan sudut pengusaha manusia (253).
Dalam administrasi publik, pandangan perkembangan organisasi (OD)
telah dieksplorasi oleh Robert Golembiewski. Dalam kerja awalnya, manusia,
manajemen, dan moralitas (1967), Golembiewski mengembangkan sebuah teknik
teori-teori tradisional orgranisasi, dengan penekanan mereka pada otoritas atas
ke bawah, pengawasan hierearki, dan standar prosedur kegiatan, mengatakan
bahwa pendekatan-pendekatan ini merefleksikan ketidak sensitifan terhadap
moral individu, khususnya pertanyaan mengenai kebebasan individu. Hal yang
berlawanan, Golembiewski melihat sebuah cara untuk memperrbesar wilayah
petunjuk untuk organisasi dan untuk meningkatkan kebebasan individu (1967,
305). Dengan perspektif OD selanjutnya, Golembieski mendesak para manajer
untuk menciptakan sebuah penyelesaian permasalahan dengan terbuka pada
orgranisasi sehingga para anggotanaya bisa berhubungan langsung dengan
permasalahan tersebut. Ia mendorong mereka untuk membangun kepercayaan
antar individu dan kelompok orgranisasi, untuk mendukung atau menggantikan
otoritas peranan atau status otoritas pengetahuan dan kompetensi.
Ia menyarankan bahwa pembuatan keputusan dan pertanggung jawaban
pemecahan masalah untuk bisa diselesaikan sebisa mungkin dengan sumber
informasi yang ada dan untuk membuat persaingan, dimana ini akan berperan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ia mengatakan bahwa ide ini adalah
untuk memaksimalkan kerja sama antara individu dan unit yang ada yang
bekerja saling ketergantungan dan untuk mengembangkan sistem penghargaan
yang mengenali untuk pencapaian misi organisasi dan pertumbuhan dan
perkembangan para anggota organisasi. Para manajer harus bekerja, ia
mengatakan untuk menciptakan kondisi yang mana konflik bisa diatasi dan
dilakukan tindakan dengan tepat dan positif, dan untuk meningkatkan kesadaran
proses kelompok dan konsekwensinya untuk performa (Denhardt 1999, 405).
Golembiewski, seperti Argyris memiliki pandangan berbeda mengenai
organisasi dengan model pilihan rasional. Ia pertama berpendapat bahwa asumsi
rasionalitas klasik adalah sebuah gagasan metodologikal yang tidak
merefleksikan realitas. Orang tidak selalu bertindak rasional atau bahkan pada
perilaku yang rasional. Dasar teori pilihan asumsi bahwa orang akan berperilaku
jika mereka melakukan dengan rasional artinya adalah bahwa sesorang dibatasi
oleh keadaan logis mengenai bagaimana orang akan berperilaku jika mereka
melakukan secaara rasional. Seperti pandangan Golembiewski yang mengatakan
penolakan terhadap pentingnya politik dan pertimbangan emosional yang harus
dijelaskan untuk mengembangkana teori yang komprehensif atau luas mengenai
perilaku manusia. Dengan kata lain, satu hal yang perlu untuk disimpulkan adalah
mengenai pendapat Norton Long bahwa para pembuat teori publik yang
mengatakan dengan elegan mengenai sesuatu yang logis mengenai Unicorn
(Golembiewski 1977, 1492).
Kontribusi penting lainnya utuk pembentukan organisasi manusia dalam
sektor publik dibuat oleh kelompok sarjana yang di kenal dengan Administrasi
Publik Baru yang berhubungan dengan administrasi publik pada abad ke enam
dan tujuh mengenai pergerakan radikal yang terjadi pada masyarakat pada
umumnya dan disiplin ilmu pengetahuan sosial lainnya. Ketika Administrasi
Publik Baru tidak pernah berhubungan dengan pergerakan yang rasional, dengan
para kontributornya sering mengemukakan ide yang berbeda dengan yang lain,
beberapa ide itu berhubungan dengan Adminstrasi Publik Baru yang penting
untuk dibahas kembali. Dengan menghormati isu mengenai humanisme
organisasi, beberapa sarjana selama periode itu menekankan pada kebutuhan
untuk mengekplorasi alternatif lain dari tradisi birokrasi atas ke bawah, model
hierarki birokrasi organisasi. Model lama tujuannya adalah mengenai
pembentukan anggota organisasi dan pembentukan keterbukaan, kejujuran, dan
kepercayaan, para sarjana ini mendiskusikan alternatif dengan nama-nama
sepereti “dialetikal organisasi’ dan “model consiciateed” pembentukan kreatifitas
dan dialog bisa terjadi dimana mengacu pada kontribusi keduanya untuk
pertumbuhan individu dan perkembangan kelompok dan organisasi akan lebih
efektif dan bertanggung jawab terhadap kompleksitas lingkungan, adalah
merupakan sebuah cara untuk memulai dengan tindakan individu (1981, xii).
Kami akan mencatat bahwa Administrasi Publik Baru berperan serta pada
sudut pandang teori lainnya dan menjadi bahan diskusi dalam administrasi publik.
Khususnya, terdapat argumen untuk para administrator yang memiliki peranan
lebih aktif dalam pengembangan kebijakan publik dibandingkan dengan yang
sebelumnya, karena komplektisitas permasalahan membutuhkan ahli profesional
dengan administrator yang terlatih dan para ahli spesialis untuk bisa menghadapi
tantangan yang ada. Terdapat pengenalan yang lebih eksplisit dan diskusi peranan
nilai-nilai administrasi publik. Sebgai contoh, George Frederickson dalam
Administrasi Publik Baru menyatakan persamaan sosial sebagai tuntunan konsep
dalam pembuatan keputusan dalam administrasi dan politik. Sangat diperlukan
bagi publik untuk mengembangkan dan mengukur persamaan dan untuk
memahami dampak dari pelayanan publik pada warga negara (1980, 46). Dengan
menyediakan solusi terhadap permasalahan publik yang melibatkan tidak hanya
menawarkaan pelayanan yang sama untuk semua tetapi pada tingkat yang lebih
besar pelayanan untuk semua kebutuhan yang lebih besar. Frederickson
menyatakan bahwa adaministrasi publik bukan merupakan sesuatu yang netral dan
tid ak harus dinilai dengan kriteria efisiensi. Ketimbang, konsep seperti persamaan
dan pertanggung jawaban juga harus memerankan peranan.
Jaman Moderen
Ke empat pentingnya akar teori Pelayanan Publik Baru dalam jaman
moderen. Dalam akhir abad ke tujuh dan awal abad ke tujuh belas, para sarjana
administrasi publik memulai mengekplorasi pendekatan yang kritis terhadap
akuisisi pengetahuan model rasional adaministrasi. Dasar dari eksplorasi ini
adalah mengenai ide bahwa aliran administrasi publik yang ada, seperti ilmu
pengetahuan sosial lainnya telah menjadi pendekatan yang khusus atau sendiri
terhadap akuisisi pengetahuan tetapi masih dibatasi oleh tingkat pemikiran yang
ada. Pendektaan yang positif menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial bisa
dipahami dengan menggunakan pendekatan yang sama dalam ilmu pengetahuan.
Dalam pandangan ini, fakta sosial dan organisasi bisa dipisahkan dari
nilai-nilai yang ada. Faktanya bisa diamati dan diukur, hanya sebagai perilaku
fisik atau seperti elemen kimia yang bisa diukur. Konsep dan teori-teori bisa
dibuat berdasarkan pengamatan ini. Pendekatan positif yang dilakukan diakui
sebagai dasar model rasional Simon mengenai administrasi dan dengan jelas
didominasi oleh aspek-aspek lain mengenai studi administrasi publik, khususnya
ilmu pengetahuan kebijakan.
Kritik mengenai pandangan ini menunjuk pada perilaku manusia anga
kurang dipahami mengenai tindakan manusia yang dilakukan. Sebagai contoh,
kamu ungkin melihat seorang berlari ke arah hutan, tetapi kamu mengetahui lebih
mengenai apa yang sedang terjadi jika kamu tahu kalau orang itu adalah seorang
kriminal yang sedang kabur dari sherif. Hal yang sama juga terjadi pada
kehidupan sosial, fakta, dan nilai-nilai yang ekstrim yang sulit untuk untuk
memisahkan dan dalam banyak kasus nilai-nilai menjadai lebih penting
ketimbang fakta dalam pemahaman tidandakan manusia. Dalam banyak kasus,
sejak perilaku manusia berbeda setiap waktunya dan dari budaya satu ke budaya
lainya, ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk menyususn jenis
pernyataan yang sama. Bagaimanapun, penjelasan tindakan manusia dalam pola
objektifitas observasi dan hubungan gagal untuk mengenali unsur-unsur bukan
rasional pada manusia – sepereti intuisi, emosi, dan perasaan. Akhirnya, para
sarjana menemukan bahwa ilmu pengetahun sosial bukan merupakan sesuatu
yang netral; pengukuran perilaku manusia bisa mempengaruhi perilaku, seperti
pengalaman hawthorne ketika para pekerja bereaksi lebih terhadap fakta mereka
akan diawasi kemudian mengganti para peneliti dalam lingkungan kerja mereka.
Di lain pihak, kritik juga ditujukan pada model positif yang menekankan
pada kecenderungan objektifitas dan penurunan kepribadian yang menjadi bagian
dari model administrasi publik. Di lain pihak, mereka juga mengatakan bahwa
paham positivisme tidak memperbolehkan adanya persaingan dan nilai-nilai
pada kehidupan manusia. Dalam sebuah pencarian alternatif, para sarjana
memfokuskan pada pemahaman pengalaman yang dilalui oleh manusia,
khususnya pengalaman untuk saling dibagikan. Yang lainnya mengacu pada
pengujian kritik pada nilai pada manusia, khususnya berhubungan dengan
kekuasaan dan dominasi yang ada. Pendekatan ini, para sarjana berharap untuk
membuat pendekatan model alternatif studi dan praktik administrasi publik,
alternatif yang lebih sensitif terhadp nilai-nilai untuk tujuan manusia dan tingkat
emosi dan perasaan yang terlibat dalam hubungan antara manusia.
Ide-ide ini telah berkembang dengan luas dalam usaha sekarang ini untuk
menggunakan perspektif pemikiran moderen, khususnya perubahan teori, dalam
pemahaman organisasi publik. Ketikaa terdapat perbedaan yang signifikan pada
para pembuat teori moderen, mereka akan mencari kesimpulan yang sama-karena
kami tergantung kepada yang lainnnya dalam dunia moderen, pemerintahan harus
meningkatkan kemampuan berdasarkan ketulusan dan keterbukaan pada semua
kelompok, termasuk warga negara dan para administrator. Dan ketika pembuat
teori administrasi publik moderen anti terhadap pendekaatan tradisional pada
partisipasi publik, terlihat adanya persetujuan pertimbangan yang meningkatkan
dialog publik dibutuhkan untuk membahas mengenai birokrasi publik dan
melegitimasi adaministrasi publik yang ada dilapangan.
Ketika jaman moderen menghadapi permasalahan yang kompleks dan
berbeda, para penganut teori model moderen ini menyatakan bahwa permasalahan
yang kami hadapi sekarang ini adalah bahwa kami telah kehilangan kapasitas
untuk menceritakan apa yang menjadi kebenaran. Pandangan sebelumnya dalam
penjelasan ilmu pengetahuan hanya berlaku untuk masa lalu, semua ini
berhubungan dengan fakta bahwa penjelasan ini merupakan produk masa lalu.
Jika kami menciptakan dunia dengan pemahaman kami dan interaksi kami,
kemudian tidak akan terhindarkan lagi adanya pembatasan apa yang kami sebut
dengan kebenaran.
Situasinya bahwa akan lebih rumit karena dunia yang membingunkan
dan simbol-simbol yang telah menentukan pemikiran kita dana perasaan kita.
Sebagai contoh, dalam komersial pendidikan, sex digunakan untuk menjual mobil
dan kodik digunakan untuk menjual bir. Semua komunikasi hanya dengan satu
cara. Kita hanya sebagai penonton pasif, tidak memiliki kesempatan untuk
berbicara. Simbol-simbol ini seperti seni, musik, arsitektur, dan politik telah
menggantikan realitas. Pada tingkat budaya kami bisa berkomunikasi dengan
yang lainnya dalam pola yang jauh dari kenyataan. Lagi dan lagi kami dipaksa
untuk mengenali bahwa hanya komunikasi yang otentik yang mana kami bisa
terlibat untuk bisa melakukan interaksi berdasarkan pengenalan dengan orang
lain.
Para pembuat administrasi publik menggunakan perspektif moderen yang
berubungan dengan paham rasionalisme khususnya pasar yang berdasarkan teori
rasional. Dalam birokras, kegiatan sosial digantikan dengan dunaia rasional.
Kepatuhan terhadap perintah hierarki akan terjalin hubungan dengan yang
lainnya. Dalam komunikasi monologi tidak ada kesempatan untuk melakukan
perjuangan verbal untuk menjelaskan permasalahan dan memutuskan apa yang
harus dilakukan terhadap permasalahan ini. (Fox dan Miller 1997, 70-71). Para
pembuat teori administrasi publik moderen menggunakan pengukuran objektif
dan analisis rasional (McSwite 1997, 377). Hasil proses negosiasi dan konsensus
dimana individu terlibat dengan yang lain yang berhubungan dengan semua aspek
kepribadian manausia, tidak hanya rasionalitas tetapi juga pengalaman, intuisi dan
emosional. Tetapi perubahan merupakan sesuatu yang sulit membutuhkan
pemahaman (1) bagaimana mungkin untuk bertindak tanpa ada alasan dan (2)
bagaimana untuk mendatangkan ide. O.C.MCMcSwite menawarkan cara praktis
untuk memberikan keterbukaan pada orang lain. Alternatif adalah untuk
mendengarkan, untuk bisa menerima orang lain. Ini bukan merupakan akhir
perubahan. Dengan membuat orang dan kehidupan mereka objek alasan, alasan
memisahkan kita dari orang lain ketika realitas kondisi manusia adalah, saya
adalah kamu (1997, 276-277).
Pelayanan Publik Baru
Teori kewarga negaraan, komunitas dan masyarakat sipil, organisasi
kemanusiaan dan administrasi publik baru dan paska moderen telah membantu
untuk membentuk iklim untuk sekarang ini untuk berbicara mengenai Pelayanan
Publik Baru. Kami mengakui bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang masih
terjadi pada sudut pandang berbeda, kami akan menyarankan juga terdapat
persamaan mengenai ide-ide pada Administrsi Publik Lama. Bagaimanapun
terdapat sejumlah pelajaran praktis bahwa Pelayanan Publik Baru menjelaskan
mengenai administrasi publik. Pelajaran ini tidak ekslusif. Kami akan meringkas
ide-ide ini, kemudian mendiskusikan dengan lebih lengkap dalam bab ke tujuh.
Diantara ide-ide ini, kami menemukan sesuatu yang menarik:
1. Melayani Warga Negara, Bukan Pelanggan: kepentingan publik
merupakan hasil dialog mengenai nilai-nilai ketimbang penambahan
kepentingan diri individu. Bagaimanapun, pelayan publik tidak hanya
merespon terhadap permintaan pelanggan, tetapi lebih memfokuskan pada
pembentukan hubungan kepercayaan dan kolaborasi dengan antara warga
negara (Bab 3).
2. Melihat Kepentingan Publik: Para administrator publik harus berperan
serta terhadap pembentukan sebuah kolektif, berbagi pendapat mengeneai
kepentingan publik. Tujuan adalah tidak hanya menemukan solusi dengan
cepat yang dilakukan dengan pilihan individu. Ini merupakan pembuatan
kepentingan dan pertanggung jawaban (Bab 4).
3. Nilai Kewarga Negaraan sampai Jiwa Pengusaha: Kepentingan publik
mengalami kemajuan yang lebih baik oleh pelayan publik dan warga
negara berkomitmen untuk membuat kontribusi yang berarti terhadap
masyarakat ketimbang para para pemimpin yang bertintak seolah-olah
uang publik adalah miliknya (Bab 5).
4. Berpikir strategis, Bertindak Demokratif: kebijakan dan program
kebutuhan publik bisa menjadi efektif dan dicapai melalu usaha-usaha
kolektif dan proses kerja sama atau kolaborasi (Bab 6).
5. Mengenali Akuntabilitas tidak mudah: Pelayan publik harus lebih
memperhatikan pasar; mereka juga harus menghormati nilai komunitas,
norma politik, standar profesionalisme (Bab 7).
6. Melayani ketimbang Mengendalikan: ini merupakan sesuatu yang penting
untuk pelayan publik untuk berbagi, nilai kepemimpinan untuk
membantu warga negara dan saling berbagi kepentingan ketimbang
berusaha untuk mengontrol atau mengendalikan masyarakat dalam
peraturan baru (Bab 8).
Nilai Orang, Tidak Hanya Produktifitas: Organisasi Publik dan jaringan yang
mana mereka berpartisipasi hanya untuk keberhasilan jika mereka menjalankan
semua proses kolaborasi dan berbagi kepemimpinan yang didasarkan pada saling
menghormati kepada semua orang (Bab 9).