BAB 2 TPA Kolonedale
description
Transcript of BAB 2 TPA Kolonedale
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 1
RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
2.1. Nama Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
Pemerintah Kabupaten Morowali Utara khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan
Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara akan merencanakan
membangun tempat/sarana untuk pengelolaan dan penanganan sampah sejak
mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan
dan pembuangan daerah Morowali Utara, dengan nama kegiatan :
“Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah pada areal seluas±5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia KabupatenMorowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah”
Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan Metode
Controlled Landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana
secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill
merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu
melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan
dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling
tidak setiap 7 (tujuh) hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan
pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal
pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup
sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu
system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 2
2.2. Lokasi Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan2.2.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Morowali Utara
Rencana Kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang
terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara,
Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang direncanakan ±5,00 Ha;sudah termasuk untuk pembangunan berbagai fasilitas penunjangnya.
Didasarkan pada Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan (SK. 635/Menhut-II/2013), serta Peta
Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2010, menunjukan keseluruhan lokasi Rencana Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan
Daerah Kabupaten Morowali Utara berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain
(APL) sehingga termasuk dalam kawasan budidaya. Detil status kawasan hutan
dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah,
disajikan pada Gambar 2.1.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 3
Gambar 2.1. Peta Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah (tahun 2013)
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 4
Sedangkan berdasarkan Dokumen Percepatan Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014 – 2034 (Proses
Finalisasi Penyusunan), menunjukkan bahwa tidak terdapat kawasan lindung (non
budidaya) dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah tersebut, dan merupakan wilayah pencadangan untuk pengembangan
sarana dan prasarana pembangunan Kabupaten Morowali Utara. Sehingga
keseluruhan areal rencana Pembangunan Anjungan Wisata tersebut yang dikelola
dalam Dokumen UKL-UPL oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara terletak pada kawasan budidaya (non kawasan lindung)
yang diperuntukkan untuk pengembangan sarana dan prasarana pembangunan,
sehingga rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah seluas ±5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia
Kabupaten Morowali Utara, telah sesuai dengan Peruntukan Wilayah
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Utara.
2.2.2 Tata letak Lokasi dan Batas Lahan Untuk Rencana Kegiatan
Lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Seluas
±5,00 Ha secara administratif terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan posisi geografis
berada pada koordinat 121o 19’ 57,7” BT s/d 121o 20’ 10,3”BT dan 02o 01’ 41,4” LS
s/d 02o 01’ 48,2” LS.
Rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah dengan luas area ±5,00 Ha, direncanakan dalam pelaksanaannya
menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled
landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara
dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh)
hari. Controlled landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang
ramah lingkungan.
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan
sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan
operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area
pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 5
Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan
lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan
sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau
dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.
Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah
penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m
disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini
diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk
mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam
penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas
metan, e) Alat berat.
Wilayah administrasi Desa Koromatantu Kecamatan Petasia yang menjadi lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah, terletak di bagian Selatan Kota Kolonodale (ibukota Kabupaten Morowali
Utara) yang merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi
yang terletak antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan
laut, lokasi berupa lahan milik warga yang tidak produktif.
Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah ini dibatasi sisi
sebelah barat merupakan area pertambangan dengan kegiatan operasi
pertambangan berjarak lebih dari 1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di
sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak lebih dari 2 km dari batas
terluar pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang
hingga ke bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun
akses calon lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan
jalan raya Kolonodale - Trans Sulawesi.
Dari hasil survey lapangan pada areal lokasi TPA Sampah, dapat diambil
kesimpulan daerah pengembangan dapat diperluas ke arah timur dari lokasi area
perluasan.
• Elevasi lahan
Berdasarkan referensi elevasi muka air laut selanjutnya elevasi lahan sekitar
proyek berkisar +42,53 meter sampai dengan +108,89 meter.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 6
• Tata guna lahan
Pada saat ini lahan TPA sampah merupakan lahan milik beberapa orang warga
masyarakat, dengan luas eksisting 4,99 Ha timur lokasi.
Gambar 2.2. Kondisi calon lokasi TPA dilihat dari batas terluar bagian utara dan barat
Gambar 2.1b.Kondisi jalan di bagian utara
calon lokasi TPA
Gambar 2.3.Kondisi Jalan raya Kolonodale -Trans Sulawesi, penghubung calonlokasi TPA dengan Pusat Kota
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 7
Calon lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara terletak pada Mendala Geologi
Sulawesi Timur (Eastern Sulawesi Terrain). Kondisi hidrogeologi calon lokasi TPA
Kabupaten Morowali Utara tergolong dalam jenis Kompleks ultramafik, merupakan
bagian dari jalur Onolit Sulawesi, terdiri atas harzburgit, lezolit, werlit, websterit,
dunit, piroksenit, dan serpentinit. Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali
pengalihtempatan, sejak Kapur sampai Miosen Tengah. Adapun dari peta hidrologi
di bawah, dapat diketahui bahwa di area calon lokasi TPA Kabupaten Morowali
Utara tidak ditemukan adanya mata air. Selain itu lapisan tanah merupakan batuan
terobosan yang terdiri dari batuan ultrabasa dan basa. Jenis batuan ini umumnya
kedap air.
Secara rinci, informasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui Dinas Pekerjaan
Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara, dapat dilihat pada
Peta Situasi Lokasi Kegiatan yang disajikan pada peta Orientasi dan Layout pada
Gambar 2.4, dan Gambar 2.5.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 8
Gambar 2.4. Peta Orientasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 9
Gambar 2.5. Peta Situasi/Lokasi Studi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 10
Gambar 2.6. Peta Lokasi dan Layout Rencana Pembangunan Tempat PemrosesanAkhir (TPA) Sampah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sekitar Lokasi Studi.
2.3. Skala Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dibangun pada areal
seluas ±5,00 Ha untuk masa layanan 20 tahun, yang terletak di Desa Koromatantu
Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara. Dalam pelaksanaannya
direncanakan menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug
terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan
sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-
kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu system
pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan
sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 11
operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area
pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.
Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan
lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan
sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau
dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.
Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah
penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m
disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini
diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk
mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam
penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas
metan, e) Alat berat.
Berdasarkan hasil studi, diperkiraan kebutuhan fasilitas penanganan sampah di
Kabupaten Morowali Utara meliputi; Pewadahan direncanakan menggunakan
wadah sampah 240 L, Pengumpulan direncanakan menggunakan motor sampah
kapasitas 1,5 m3 yang akan mengumpulkan sampah ke TPS kontainer maupun
bak, dan Pengangkutan sampah direncanakan menggunakan dumptruck dan
armroll truck kapasitas 6 m3.
Kondisi lahan cenderung menurun ke arah timur desain pembagian kawasan
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi topografi berdasarkan garis kontur
pada peta topografi agar pekerjaan cut and fill dapat dilakukan dengan lebih
optimal. Pembagian kawasan ini mengacu pada penempatan bangunan-bangunan
yang diperlukan dalam kawasan TPA Kabupaten Morowali Utara ini serta rencana
tata letak site TPA. Dari pertimbangan kondisi topografi, dapat dibuat desain layout
tata bangunan TPA sebagai berikut.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 12
Gambar 2.7. Desain Site Plant / Layout TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara
Berdasarkan perencanaan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten
Morowali Utara (lihat Gambar 2.7. Site Plant), secara umum rincian pembangunan
tersebut terdiri dari :
1) Bangunan Blok Landfill; 2 Unit (Landfill 1 ≈ 0,718 Ha; Landfill 2 ≈ 0,565 Ha)2) Bangunan Kolam penanganan Lindi TPA Sampah, terdiri dari 4 unit pengolahan
yaitu kolam anaerobik/stabilisasi, kolam fakultatif, kolam maturasi, danhayati/wetland.
3) Bangunan Tanggul Landfill dan Box Kontrol Lindi; 1 Unit.4) Jalan masuk ke lokasi TPA Sampah sepanjang ± 195 meter (starting dari jalan
raya Trans Sulawesi)5) Bangunan lain meliputi; Jembatan Timbang, kantor TPA, Pos Jaga, Mess
Karyawan, Bengkel/Garasi, Tempat Cuci Truk; masing-masing 1 Unit.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 13
Sedangkan sarana dan prasarana lain yang akan dibangun adalah terdiri dari :
1) Pintu gerbang, dan pagar keliling2) Sumur pantau/monitoring, dan Menara air3) Stock file tanah penutup, dan Greenbelt4) Instalasi luar, Daya, Penerangan Listrik dan Genset5) Pemasangan Pipa lindi dan Pipa gas metan.
2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
Kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu merupakan salah satu upaya
Pemerintah Kabupaten Utara dalam hal mengatasi sampah. Pada sub-bab ini akan
dijelaskan garis besar komponen rencana kegiatan TPA dengan besaran berdasarkan
rencana kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten
Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah, yang dibagi menjadi 4 tahapan utama yaitu
Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.
Uraian masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
2.4.1. Tahap Pra Konstruksi
Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; koordinasi, sosialisasi
publik, pembebasan lahan dan pemagaran tapak kegiatan. Uraian kegiatan pada tahap
pra-konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi
Penentuan lokasi rencana lokasi TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara di Desa
Koromatantu berdasarkan masterplan perencanaan TPA Kabupaten Morowali Utara
tahun 2014 yang dilengkapi dengan DED maupun desain operasional TPA
Kabupaten Morowali Utara. Saat ini lahan rencana lokasi TPA Sampah di
Koromatantu kondisinya merupakan lahan semak belukar dan tidak/belum ada
kegiatan pemanfaatan lahan. Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah ini dibatasi sisi sebelah barat merupakan area pertambangan dengan
kegiatan operasi pertambangan berjarak ±1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di
sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak ±2 km dari batas terluar
pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang hingga ke
bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun akses calon
lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan jalan raya
Kolonodale -Trans Sulawesi.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 14
Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara merencanakan
pembangunan TPA Sampah di lokasi tersebut dengan sistem composting dan
controlled landfill/sanitary landfill sebagaimana amanat dalam Undang-Undang No.
18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah. Kepemilikan lahan saat ini sebagian
besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan oleh Pemda
Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan pihak-pihak
terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI, dengan luas lahan
sebesar ± 5,00 Ha.
Selain koordinasi pengadaan lahan, dalam kegiatan koordinasi ini juga dilakukan
kegiatan survei pendahuluan berupa observasi (pengamatan awal) di lokasi tapak
proyek dan sekitarnya. Kegiatan survey dan pemetaan yang dilakukan pada tahap
Pra-Konstruksi dilakukan untuk kondisi eksisting lahan dan keberadaan masyarakat
terdekat dari lokasi TPA Sampah di Desa Koromatantu pada khususnya sebagai
objek dari pengoperasian TPA di lokasi tersebut. Pemetaan dilakukan untuk melihat
pembagian zonasi dalam Pembangunan TPA yang sesuai dengan rencana
pembagian layanan tersebut. Berikut ini adalah foto kondisi situasi terakhir di lokasi
rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah Koromatantu.
Gambar 2.8. Foto kondisi terakhir di lokasi rencana kegiatan
2. Sosialisasi Rencana Kegiatan
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 15
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah merupakan salah satu bagian pelaksanaan studi analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dalam bentuk studi UKL - UPL. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan maksud memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat
mengenai keberadaan, jadwal, tahapan, serta hal lain yang berkaitan dengan
dampak-dampak yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan.
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menghindari adanya sikap kontra-produktif
dari masyarakat, terutama masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha. Bentuk
sosialisasi yang diterapkan adalah dengan pengumuman di media massa,
pemasangan papan pengumuman rencana usaha di sekitar lokasi proyek, dan
pertemuan langsung dengan masyarakat di sekitar areal usaha. Untuk pelaksanaan
sosialisasi berupa pertemuan secara langsung dengan masyarakat di sekitar lokasi
proyek berkoordinasi dengan instansi terkait dari tingkat kecamatan dan desa, serta
melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka adat.
3. Pembebasan lahan
Status lahan pada lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara
sebagian besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan
oleh Pemda Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan
pihak-pihak terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI,
dengan luas lahan sebesar ± 5,00 Ha.
Pada saat studi UKL/UPL dilakukan, di sekitar lokasi rencana proyek tersebut
kondisinya merupakan lahan semak belukar yang tidak produktif dan tidak/belum ada
kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya. Prosedur pembebasan lahan dimulai
dengan melakukan inventarisasi kepemilikan tanah masyarakat yang dibuktikan
dengan adanya surat kepemilikan tanah yang sah ataupun surat penetapan
penguasaan tanah dari instansi yang berwenang, ataupun berdasarkan keterangan
tertulis dari aparat tingkat RT/RW/kelurahan dan saksi-saksi tokoh masyarakat
setempat. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran lapangan bersama-sama dengan
pemilik tanah, aparat dari instansi terkait tingkat desa, kelurahan, kecamatan,
kabupaten, dan juga melibatkan saksi-saksi dari RT, RW, dan tokoh masyarakat yang
ada. Kesepakatan yang dicapai pada proses inventarisasi dan pengukuran lapangan
selanjutnya dituangkan dalam berita acara, dan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan pembayaran ganti rugi dengan harga yang telah disepakati. Pelepasan
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 16
hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut nantinya harus disaksikan oleh
anggota-anggota panitia pengadaan tanah Kabupaten Morowali Utara.
Pelepasan hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut di atas, disertai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Bahwa bidang tanah ini bebas dari pembebanan hak tanggungan sertatanggungan-tanggungan lainnya.
2) Bahwa apabila dikemudian hari terdapat gugatan-gugatan mengenai bidangtanah tersebut, demikian pula berupa tagihan-tagihan yang berupa tunggakanpajak sampai dengan tanggal berita acara tersebut, menjadi tanggung jawabsepenuhnya dari pihak yang melepaskan hak dan penerimaan ganti rugi.
3) Bahwa hak atas bidang tanah tersebut dilepaskan haknya dengan maksud untukdipergunakan menjadi lokasi Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)Sampah.
Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak berupa
terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/sumber mata pencaharian
penduduk sekitar, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk. Pengadaan lahan
yang dimiliki oleh masyarakat dilakukan dengan cara ganti rugi, maka hal tersebut
akan meningkatkan pendapatan/penghasilan masyarakat setempat. Peningkatan
pendapatan dari para pemilik lahan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi
para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan
tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan
berpotensi memunculkan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat
menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan.
4. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan
Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi sebagai
gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp berada dekat tapak
kegiatan TPA Sampah di Desa Koromatantu. Untuk pengamanan dan tidak
terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran pada tapak proyek
pembangunan TPA Sampah tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara
dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 17
2.4.2. Tahap Konstruksi
1. Perekrutan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
Pada tahap konstruksi proses recruitment tenaga kerja dikelola oleh kontraktor yang
dipilih berdasarkan hasil tender oleh Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Tanjabtim. Waktu recruitment tenaga kerja ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan kegiatan konstruksi di setiap tahapnya. Jumlah tenaga
kerja maksimal yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan konstruksi TPA
Sampah Koromatantu ini diperkirakan sebanyak 80 orang, dengan rincian
kebutuahnnya sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja untuk KonstruksiNo. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Kualifikasi Jumlah (orang)1. Project Manager S1 12. Site Engineer S1 23. Mandor SMA 34. Operator alat berat SMA 45. Supir Dump Truck SMA 86. Supir proyek SMA 37. Tukang batu dan penggali tanah SD 308. Tukang Las, Kayu, dan Listrik SMA 129. Tenaga Bagian Logistik SMA 510. Tenaga Bagian Administrasi D3 311. Tenaga Bagian Gudang SMA 312. Tenaga Bagian Bengkel SMA 313. Office Boy SD 3
Total 80Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)
Diperkirakan ±90% kesempatan kerja dapat diisi oleh calon tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan SLTA ke bawah. Rekruitmen tenaga kerja akan diprioritaskan
untuk tenaga kerja dari daerah sekitar TPA Sampah Koromatantu yang memenuhi
kualifikasi.
Gambar 2.9. Struktur Organisasi Kerja Tahap Konstruksi
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 18
Kebutuhan air pada tahap konstruksi diperkirakan sebanyak 4,3 m3/hari, yang akan
disuplai dari sumber mata air atau sumur dangkal yang disimpan di water tank
dengan kapasitas 5 m3. Berikut adalah perhitungan kebutuhan air tahap konstruksi :
Tabel 2.2. Kebutuhan Air Tahap Konstruksi dan Limbah Cair yang Dihasilkan
No SumberJumlahPekerja(Orang)
Standar Jumlah(l/hari)
Jumlah(m3/hari) Keterangan
a b c D e = c x d f = e/1000A Air Bersih
DomestikPekerja 6
100l/orang/hari *
600 0,6 Tinggal di lokasi
DomestikPekerja 74
50l/orang/hari **
3700 3,7Kebutuhan pekerja konstruksiselama ada di lokasi (jam kerjakonstruksi)
KegiatanKonstruksi - - 1000** 1
Asumsi kebutuhan konstruksi(campuran adukan semenpasir, siram jalan, dll)
TOTAL Kebutuhan Air Bersih 5300 l/hari 5,3 m3/hari
TOTAL Air Limbah Yang Dihasilkan 80% x 5300 =4240 l/hari
80% x 5,3 =4,3 m3/hari
Keterangan :
(*) : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plumbing.Soufyan M Noer Bambang dan Taeko Moriumura(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)
Adapun neraca kebutuhan air adalah sebagai berikut :
Gambar 2.10. Neraca Kebutuhan Air Pada Tahap Konstruksi
Tabel 2.3. Perhitungan Timbulan Limbah Padat Tahap Konstruksi
No SumberJumlahPekerja(Orang)
Standar Jumlah(l/hari)
Jumlah(m3/hari)
a b C D e = c x d f = e/1000
1. Pekerja 80 2,5 l/orang/hari* 200 l/hari 0,2 m3/hari
Konstruksi Batu kali, Pasir, Split, semen, cat, cat minyak, dan besi **
Keterangan :(*) : Sesuai Laporan Akhir Pekerjaan penyusunan Bahan Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan Oleh
Pusat Penelitian Sains dan Teknologi LP UI & Dirjen Cipta Karya PU tahun 1989(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)
SumurDangkal
4,3 m3/hari
Domestik4,3 m3/hari
Septic Tank4,3 m3/hari
Konstruksi1 m3/hari
SaluranDrainase1 m3/hari
Akan dilakukanpenyedotan ketikaakan penuh oleh
Pihak Ketiga yangtelah mendapat
Izin
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 19
Pengelolaan limbah padat domestik pekerja dilakukan dengan cara mengumpulkan
limbah padat di TPS eksisting yang ada di area lokasi kegiatan, kemudian diangkut
ke lokasi TPA yang sudah bisa digunakan. Limbah padat yang dihasilkan
diprakirakan adalah 0,2 m3/hari terdiri dari sampah domestik dan sisa konstruksi yang
dihasilkan antara lain batu kali, pasir, split, semen, cat, cat minyak, dan besi.
Pengelolaan limbah padat adalah sebagai berikut :
Gambar 2.11. Pengelolaan Sampah Tahap Konstruksi
2. Mobilisasi Peralatan Kerja (alat-alat berat) dan Material
Mobilisasi peralatan berat dan material untuk keperluan konstruksi akan dilakukan
melalui jalur Jalan Raya Kolonodale -Trans Sulawesi dan masuk ke lokasi TPA
melalui pertigaan jalan raya baru jalur Koromatantu – Korololama/Bunta dengan
kondisi jalan yang masih perkerasan sirtu seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Kondisi Jalan Menuju Lokasi TPA Koromatantu
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 20
Jenis peralatan konstruksi yang akan dimobilisasi untuk pelaksanaan Kegiatan
konstruksi TPA meliputi alat penggalian tanah, mobilisasi bahan bangunan,
pemadatan tanah, pengaduk semen cor, penerangan, dan tidak menutup
kemungkinan akan ada kegiatan pemasangan tiang pancang jika dibutuhkan dan
lain-lain sebagaimana tabel berikut;
Tabel 2.4. Daftar Peralatan Konstruksi TPA Sampah Koromatantu
No Jenis alat Jumlah (unit) Kapasitas/unit Kegunaan
1 Excavator 3 50–100 m3/jam Penggalian tanah
2 Dump Truck 4 70 m3/hari Pengangkutan material
3 Stampler 2 1.500 m3/hari Pemadatan tanah
4 Molen 1 70 m3/hari Adukan beton skala kecil
5 Genset 2 200 KVA Penerangan dan molenSumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)
Adapun bahan material yang akan dimobilisasi untuk kegiatan konstruksi meliputi :
Tabel 2.5. Bahan Material Yang Dibutuhkan dan Ritase Pengangkutannya
No Material Jumlah SatuanKebutuhanPengangkut
(truck)
Ritase/hari(truck/hari)
Dikerjakan(Hari)
1 Semen 500 sak 10 5 22 Pasir 250 m3 32 8 43 Batu Kali 90 m3 12 6 24 Bata Merah 2.000 buah 5 5 15 Besi 100 Kg 1 1 16 Paralon φ10 cm 667.086 meter 20 5 47 Paralon φ2,5 cm 420 meter 8 4 28 Kaso 10 m3 2 2 19 Seng 20 m2 2 2 1
10 Tripleks 12 m2 2 2 111 Ubin 20 lusin 1 1 112 Cat 500 Kg 1 1 113 Drain Pre Cast 500 meter 5 3 2
Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)
Untuk mengurangi masalah kebisingan dan debu yang ditimbulkan oleh kegiatan
transportasi peralatan dan bahan bangunan, maka laju kendaraan pengangkut
dijalankan dengan kecepatan rendah. Selain itu untuk mengurangi kadar debu yang
beterbangan di udara, maka akan dilakukan penyiraman di jalan sekitar. Alat-alat
berat dan bahan material ini didatangkan dari ibukota Kabupaten Morowali Utara
yaitu dari Kolonodale atau dari dari ibukota Morowali induk (Bungku).
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 21
3. Persiapan LahanKondisi lokasi TPA Sampah di Koromatantu merupakan lahan semak belukar yang
tidak produktif dan tidak/belum ada kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya, yang
merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi yang terletak
antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan laut, lokasi berupa
lahan milik warga yang tidak produktif.
Rencana Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan
Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu
metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan
ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled
landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
Untuk memberikan gambaran awal bentuk site TPA Sampah Kab. Morowali Utara,
sesuai arahan DED berikut ini diuraikan potongan lahan memanjang dan melintang
seperti dijelaskan pada Gambar berikut.
Gambar 2.13. Gambar Kerja Potongan Sel Sampah
Mempertimbangkan arahan site plan pada Gambar di atas maka pembentukan
elevasi site TPA Kab. Morowali Utara direncanakan sebagai berikut :
a. Potongan Memanjang (Section A-A), Dengan mengambil titik awal titik 1 (h = 13
m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :
Ratakan tanah dan padatkan lapis demi lapis, sehingga mencapai ketinggian 16m.dpl untuk jalan operasi truk sampah.
Dari titik 4 sampai dengan 5 sepanjang 82,8 m dengan menggali sedalam 2,5 mpada titik antara 4-5, sehingga diperoleh elevasi dasar lahan sebesar 13 m.dpl.Pembentukan lahan ini ditujukan untuk membuat lahan penimbunan sampah.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 22
Pembentukan lahan ditujukan untuk jalan operasi truk sampah. Pada titik iniharus dilakukan penimbunan dan pemadatan tanah sebesar 2 meter (titik awal14.0 m.dpl), sehingga diperoleh ketingian dasar jalan operasi sebesar 16.00m.dpl.
b. Potongan Memanjang (Section B-B), Dengan mengambil titik awal titik 2 (h =
82.80 m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :
Timbun tanah sebesar 1.5 meter dan gali tanah sedalam 2.5 meter, sehinggadiperoleh ketinggian dasar rencana untuk jalan operasi sebesar 16,00 .dpl
Gali lahan sedalam 2.5 meter, dan bentuk menjadi bentuk trapesium sampaidengan ketinggian dasar lahan timbun zona 1.
Lapisan dasar lahan TPA Sampah Koromatantu Kab. Morowali Utara, direncanakan
terdiri dari 5 (Lima) lapisan, yaitu :
Lapisan Galar kayu, yang di Pasang Menggunakan Kayu diameter 10 cmLapisan Tanah Dasar, yang dipadatkan dari 50 cm menjadi 25 cmLapisan Geomembran, di pasang menutupi keseluruhan land fillLapisan Geotextile protextionLapisan kerikil
Penggunaan Clay / Lapisan Tanah Dasar ditunjukkan pada Tabel dibawah ini
Tabel 2.6. Parameter dan Jenis Lapisan Tanah Dasar
No. Parameter Tanah dasar
1. Permeabilitas Tergantung pemadatan, artinya semakin padatsemakin baik
2. Ketebalan 50 cm (dua lapisan)3. Daya tahan terhadap zat kimia Cukup sampai buruk4. Pemadatan Perlu5. Daya tahan terhadap api Baik6. Pengadaan Terbatas7. Biaya material Murah
8. Transportasi Mudah hingga sulit, tergantung lokasi sumberdan jaraknya
9. Instalasi Sulit, perlu banyak peralatanSumber :Malendu Bagchi, (1994), Design, Construction and Monitoring Landfills,
4. Pembangunan Fasilitas Umum
Pembangunan fasilitas umum di TPA sangat diperlukan agar pekerjaan proyek dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang didesign dalam master plant dan DDE TPA
Sampah Morowali Utara. Fasilitas umum yang akan dibangun antara lain:
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 23
a. Rencana Jaringan jalanJaringan jalan yang direncanakan dalam lahan TPA Kab. Morowali Utara, ditujukan
untuk :
Menjadi sarana lalu lintas angkutan truk pengangkut sampah dan alat-alat beratlain yang beroperasi dalam lahan TPA (bulldozer, excavator dan compactor)Memperlancar kegiatan pembongkaran sampah (tipping activity).Pencegahan masuknya aliran permukaan dari luar lahan efektif maupun daridalam lahan.Memperindah area landfill
Rancangan jalan operasional dalam TPA Kab. Morowali Utara , terbagi menjadi :
Jalan penghubung (akses)Jalan operasiJalan kerja
Jalan Penghubung
Jalan penghubung merupakan jalan utama pada lokasi TPA yang berfungsi
menghubungkan jalan umum dan jalan operasi. Jalan ini akan menampung arus
kendaraan pengangkut sampah yang masuk dan keluar dari TPA. Jalan penghubung
direncanakan dengan kriteria perencanaan sebagai berikut :
a) Kecepatan kendaraan = 30 km/jamb) Lebar jalan = Tahap I : 12 mc) Bahu jalan (kiri dan kanan jalan) selebar 1 meter dengan konstruksi pasangan
batu belah, dengan ketebalan lapisan bawah pondasi = 15 cm & lapisan ataspondasi = 7 cm
d) Kemiringan = < 2 %e) Slope tanggul jalan 1 : 1.5 dengan ketinggian 0,5-4,0 meterf) Beban kendaraan minimum 30 tong) Lapisan perkerasan terdiri dari :
Lapisan permukaan (surface course) adalah beton tebal 22 cmLapisan atas adalah lantai kerja tebal 5 cmLapisan bawah adalah sirtu (pasir batu) tebal 15 cmLapisan tanah dasar dipadatkan sampai ketebalan 20 cm
Jalan Operasi
Jalan operasi merupakan tempat beroperasinya kendaraan pengangkut sampah yang
masuk dan ke luar dari area penimbunan sampah. Jalan ini dilengkapi dengan cul de
sac, yang berfungsi untuk berputar arah untuk menghindari kemacetan dan lahan
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 24
curah yang berfungsi sebagai tempat truk pengangkut sampah menuangkan sampah
dalam lahan timbun. Jalan operasi direncanakan dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kecepatan kendaraan = 20 km/jamb) Jumlah jalur = 1 jalurc) Lebar perkerasan = 6 md) Kuat beban minimum = 30 tone) Kantong persilangan selebar = 10 meterf) Lapisan perkerasan terdiri dari = 2 Lapis
Jalan Kerja
Jalan Kerja adalah jalan yang digunakan alat-alat berat menuju sel sampah yang
ditentukan dalam lahan penimbunan. Jalan ini bersifat sementara karena pada
akhirnya akan ditimbun dengan sampah. Jalan Kerja direncanakan dengan kriteria
sebagai berikut :
a) Kecepatan kendaraan = 10 km/jam
b) Panjang jalan kerja maksimum = 300 meter
c) Lebar badan jalan = Tahap I : 6 m
d) Lapisan Jalan = Lapisan pondasi bawah (sub
base) adalah lapisan tanah dipadatkan dengan ketebalan 20 cm
b. DrainaseSaluran drainase diperlukan untuk mencegah agar air hujan yang jatuh di luar area
TPA tidak melimpas ke dalam area TPA. Demikian halnya saluran drainase juga
dibutuhkan untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dan melimpas di
atas permukaan timbunan sampah ke luar dari area TPA ke badan air terdekat.
Dengan demikian saluran drainase TPA bangunan agar dapat menampung air hujan
yang mengalir di permukaan tanah dan dengan segera mengeluarkan dari wilayah
TPA. Kapasitas saluran drainase disesuaikan dengan tingginya curah hujan, luas
area yang dilayani dan koefisien pengaliran. Fungsi drainase di TPA selain untuk
mencegah tergenangnya area timbulan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi.
Tipe penampang saluran drainase sebagaimana gambar berikut ;
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 25
Gambar 2.14. Typikal Saluran Drainase
c. Tanggul dan Pagar TPATanggul dan pagar TPA selain berfungsi sebagai batas dan keamanan TPA, juga
berfungsi sebagai pengendali air limpasan agar tidak keluar area dan sebagai green
barrier. Tanggul TPA dibuat dari timbunan tanah setinggi ± 2 meter dan lebar ± 2,5
meter, di sekeliling TPA yang di atasnya ditanami tanaman pagar hidup dari jenis
pohon yang rimbun dan cepat tumbuh, seperti pohon angsana dan bambu jepang.
5. Pembangunan Fasilitas Perlindungan Lingkungan
Salah satu tujuan dilakukannya rehabilitasi dan pengembangan TPA Sampah
Koromatantu adalah untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan akibat kegiatan di
TPA. Fasilitas perlindungan lingkungan yang akan dibangun di TPA adalah :
a. Fasilitas Pengolahan Leachate
a.1. Rencana Pengolahan LeachatePerbaikan kualitas leachate melalui instalasi pengolahan leachate, ditujukan untuk:
Menurunkan konsentrasi konstituen leachate agar memenuhi baku mutu yangberlakuUntuk mencegah terjadinya polusi badan air penerima, sehingga tidakmengganggu kehidupan air dan peruntukan badan air penerima.Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan olehzat-zat toksik atau pathogen dalam leachate.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 26
Dalam merencanakan bangunan pengolahan leachate, dilakukan pendekatan
terhadap karakteristik leachate. Secara teoritikal berdasarkan hasil penelitian (DR.
Enri Damanhuri), leachate mempunyai karakter yang khas, yaitu :
a) Leachate dari TPA yang muda (umur < 2 tahun) bersifat asam, berkandungan
organik yang tinggi, mempunyai ion-ion terlarut yang tinggi serta rasio
BOD/COD relatif tinggi
b) Leachate dari TPA yang sudah tua (umur > 10 tahun) sudah mendekati netral,
mempunyai kandungan karbon organik dan mineral menurun serta rasio
BOD/COD relatif menurun.
Secara teori, beberapa karakteristik utama leachate diuraikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.7. Karakteristik Utama Leachate
No. ParameterLandfill
Umur < 2 tahun Umur > 10 tahun1. BOD5 (ppm) 2.000 – 30.000 100 – 2002. TOC (ppm) 1.500 – 20.000 80 – 1603. COD (ppm) 3.000 – 45.000 100 – 5004. Total suspended solids (ppm) 200 – 2.000 100 – 4005. Organic Nitrogen (ppm) 10 – 600 80 – 1206. Ammonia Nitrogen (ppm) 10 – 800 20 – 407. Nitrite (ppm) 5 – 40 5 – 108. Total Phosporus (ppm) 1 – 70 5 – 109. Alkalinity as CaCO3 (ppm) 1.000 – 10.000 200 – 100010. pH 4.5 – 7.5 6.6 – 7.511. Total Kesadahan (ppm CaCO3) 300 – 10.000 200 – 50012. Kalsium (ppm) 200 – 3.000 100 – 40013. Magnesium (ppm) 50 – 150 50 – 20014. Potasium (ppm) 200 – 2.000 50 – 50015. Sodium (ppm) 200 – 2.000 100 – 20016. Chlorida (ppm) 100 – 3.000 100 – 400017. Sulfat (ppm) 100 – 1.500 200 – 55018. Total Besi (ppm) 50 – 600 20 – 200
Sumber : E.D. McBean, F.A. Rovers, G.J. Farquher, (1995), Solid Waste Landfill Engineering and Design
Berdasarkan hal tersebut, untuk kebutuhan perencanaan ini diambil asumsi
kualitas leachate dengan umur landfill < 2 (dua) tahun. Kualitas leachate (minimum)
sesuai dengan Tabel 2.7, sebelum diolah adalah sebagai berikut :
a) BOD (Biochemical Oxygen Demand) : 2.000 mg/lb) COD (Chemical Oxygen Demand) : 3.000 mg/lc) pH : 4.5 – 7.5d) SS (Suspended Solids) : 200 mg/le) TOC (Total Organic Carbon) : 1.500 mg/l
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 27
Effluent dari Instalasi Pengolahan Leachate direncanakan dibuang ke Badan Air
Penerima berupa parit yang menuju Sungai terdekat.
a.2. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Leachate
Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan di dalam usaha memilih dan
menentukan lokasi penempatan bangunan pengolahan leachate didasarkan pada
kriteria-kriteria seperti diuraikan dibawah ini.
a) Kondisi Topografib) Bangunan pengolahan leachate, direncanakan ditempatkan pada lokasi elevasi
terendah, sehingga pengaliran leachate melalui pipa pengumpul dapatdilakukan secara gravitasi.
c) Rencana badan air Penerimad) Direncanakan lokasi bangunan pengolahan leachate dekat dengan badan air
penerima yang direncanakan akan menerima buangan air.e) Kedekatan dengan Sumber Leachatef)Lokasi bangunan pengolahan leachate diupayakan dekat dengan sumber
leachate (lahan TPA), sehingga dapat meminimalkan masalah-masalah yangakan timbul.
a.3. Rencana Pipa Pengumpul Leachate
Pipa pengumpul direncanakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan leachate
yang terjadi ke bangunan pengolahan leachate. Pipa yang digunakan
direncanakan jenis PVC baik yang berlubang dan tidak berlubang. Pipa berlubang
(perforated pipe) dipasang di dalam lahan pembuangan sampah, sementara pipa
tidak berlubang (non perforated pipe) dipasang di luar lahan pembuangan sampah
yang digunakan untuk mengalirkan leachate ke bangunan pengolahan leachate.
Pemasangan pipa leachate disesuaikan dengan kemiringan dasar lahan, yaitu :
a) Kemiringan minimum 1.0 % yang digunakan untuk pipa lateral leachate
b) Kemiringan minimum 2.0 % yang digunakan untuk pipa manifold leachate
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi
terutama adanya operasi alat-alat berat, pipa leachate akan dipasang di dalam
dengan konstruksi penutup beton bertulang.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 28
a.4. Instalasi Pengolahan Leachate
Instalasi pengolahan leachate yang akan diterapkan di TPA Kab. Morowali Utara
adalah sistem pengolahan biologis yang merupakan alternatif pengolahan terbaik
dan layak dari segi teknis dan ekonomis.
Untuk itu direncanakan pengolahan yang akan digunakan terdiri dari 3 (tiga) fase,
yaitu :
a. Fase I : Pengolahan melalui proses an-aerobicb. Fase II : Pengolahan melalui proses fakultatifc. Fase III : Pengolahan melalui proses maturasi
Pemilihan pengolahan tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut :
a. Murah dan mudah untuk operasi dan pemeliharaannyab. Topografi lokasi TPA memungkinkan untuk dibuat sistem tersebut tanpa
memerlukan sistem pengomposanc. Teknologi yang diterapkan mudah dipahami
Kriteria desain yang digunakan dalam merencanakan pengolahan leachate ini
ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 2.8. Kriteria Perencanaan Kolam Pengolah Leachate
No. Jenis PengolahanLeachate
Kedalamanbak (m)
Waktu Detensi(hari)
1. An-aerobic 2,5 – 3,6 2 – 5
2. Fakultatif 1,0 – 2,5 7 – 10
3. Maturasi 0,75 – 1,5 7 - 10
Sumber : Syed. R. Qasim, Walter Chiang, (1994),Sanitary Landfill Leachate Generation, Control and Treatment
An-aerobic System
Pengolahan sistem anaerobic digunakan untuk mengolah zat organik yang
memiliki COD/BOD tinggi. Partikel-partikel organik berukuran besar mengendap ke
dasar kolam kemudian diuraikan oleh mikroorganism melalui proses anaerobic.
Keberhasilan proses penguraian dalam sistem anaerobic ini sangat tergantung
pada aktivitas bakteri acid forming bacteria dan methagonic bacteria. Untuk itu pH
Kolam harus dijaga di atas 6 dengan membubuhkan kapur tohor. Lumpur yang
terkumpul di dasar kolam harus dibesihkan minimal 3 tahun sekali.
Berdasarkan hasil analisa dari nilai BOD yang ada, diperkirakan BOD Maksimum
yang akan dihasilkan oleh TPA adalah 2.000 mg/l, sehingga dimensi kolam
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 29
anaerobic adalah (Metcalf & eddy). Jika waktu tinggal kolam an aerobic
direncanakan selama 3 hari dan design kolam dengan kedalaman (H) = 2,5 m,
maka dengan Q = 31,104 m3/hari, dimensi kolam adalah :
HtdxQA =
232,375,2
3104,31 mxA ==
Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 37,32 m2 = 3 L2
→ L = 3,5 m→ P = 3 x 3,5 m atau sama dengan 10,5 m
Dimensi Kolam An Aerobic =
a. Panjang Kolam = 10,5 m
b. Lebar Kolam = 3,5 m
c. Kedalaman Kolam = 2,5 m
Facultatif System
Proses biokomia yang berlangsung dalam
kolam fakultatif merupakan perpaduan
antara proses aerobic dengan proses
anaerobic. Proses aerobic berlangsung
dibagian atas kolam dan proses anaerobic
berlangsung didasar kolam. Secara garis
besar proses biokimia yang berlangsung
dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalam proses anaerobic, bakteri memanfaatkan oksigen dari dua sumber, yaitu
dari hasil transfer oksigen antara air dan udara serta dari oksigen yang dihasilkan
oleh ganggang. Mineral yang dihasilkan oleh bakteri dimanfaatkan oleh ganggang
untuk pertumbuhannya dan oksigen yang dihasilkan oleh ganggang dimanfaatkan
oleh bakteri untuk proses mineralisasi, sehingga ada proses timbal balik yang
menguntungkan.
Untuk desain kolam fakultatif, waktu detensi yang direncanakan adalah 7 hari
dengan kedalaman standar sebesar 2,5 meter.
Sel Baru
Oksigen
Ganggang
Sinar Matahari
CO2, NH4+, PO4-3
Bakteri
Sel BaruZat Organik
L
P
D
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 30
HtdxQA =
209,875,2
7104,31 mxA ==
Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 87,09 m2 = 3 L2
→ L = 5,4 m ( direncanakan 5,5 m)→ P = 3 x 5,4 m atau sama dengan16 m
Dimensi Kolam Fakultatif :
a. Panjang Kolam = 16 m
b. Lebar Kolam = 5,5 m
c. Kedalaman Kolam = 2,50 m
Maturation System
Kolam maturasi pada umumnya digunakan sebagai pengolahan lanjut dari pengolahan
kolam fakultatif yang berfungsi untuk menghilangkan bakteri pathogen. Kedalaman
kolam maturasi antara 0,75 – 1,5 meter, dimana untuk perencanaan ini diambil 1,5
meter. Waktu detensi standar dari kolam maturasi sebesar 7-10 hari, dimana untuk
perencanaan ini diambil 7 hari.
Berdasarkan asumsi di atas, dimensi kolam maturasi dihitung sebagai berikut.
HtdxQA =
215,1455,1
7104,31 mxA ==
Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 145,15 m2 = 3 L2
→ L = 6,95 m (direncanakan 7 m)→ P = 20,8 m atau sama dengan 21 m
L
P
D
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 31
Dimensi Kolam Maturasi =
a. Panjang Kolam = 21 m
b. Lebar Kolam = 7 m
c. Kedalaman Kolam = 1,5 m
Bak Polishing
Untuk menstabilkan proses pengolahan yang direncanakan, untuk membantu lebih
menstabilkan hasil dari proses-proses terdahulu sebelum dibuang ke kolam uji hayati,
Bak Polishing dibuat untuk menyempurnakan proses pengolahan dari keseluruhan
sistem.
⇒ Waktu detensi (td) untuk Bak Polishing direncanakan = 2 hari (172.800 detik),
sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :
C = Q x td= 0,31 l/det x 172.800 detik= 53568 L= 53,568 m3
Jika kedalaman Bak Polishing direncanakan 5 meter, maka Luas Bak adalah :
⇒ 23
43,215,2
568,53 mmmbakA →=
⇒ Bak Polisihing direncanakan berbentuk empat persegi panjang dengan P sama
dengan L, sehingga panjang dan lebar bak adalah
= 243,21 m
= 4,6 m ≈ 5,00 m
Kualitas leachate yang dibuang kedalam badan air penerima harus memenuhi syarat
baku mutu yang ditetapkan. Jika dihitung efesiensi penyisihan BOD dengan rumus :
tdxKSoSe251+
=
Dimana :So : BOD influent (mg/L)K25 : konstanta reaksi pada suhu 25° C (Metcalf & Eddy)Td : Waktu detensi (hari)Se : BOD effluent (mg/L)
L
P
D
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 32
Dengan 4 (empat) jenis pengolahan standar yang ditetapkan, leachate yang keluar dari
instalasi pengolahan untuk masing-masing bangunan pengolahan ditunjukkan pada
Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Efisiensi Penyisihan BOD Masing-Masing Bangunan Pengolahan
Jenis So K25 td Se Efisiensipenyisihan
BakuMutu(BOD)
Keterangan
Anaerobic 2000 0.23 3 1183.432 59.17% 150Belum
memenuhibaku mutu
Fakultatif 1183.432 0.23 7 453.4222 38.31% 150Belum
memenuhibaku mutu
Maturasi 453.4222 0.23 7 173.725 38.31% 150Belum
memenuhibaku mutu
Polishing 173.725 0.23 2 118.9897 68.49% 150Sudah
memenuhibaku mutu
Sumber : Hasil Perhitungan DED TPA Morowali Utara, 2014
Kolam Uji Hayati (Kolam Kontrol)
Pada bagian akhir proses pengolahan leachate, dibuat kolam uji hayati yang
direncanakan dibagi menjadi 2 (dua) kompartemen, dimana 1 kompartemen
diperuntukan untuk uji kualitas leachate dengan penanaman ikan didalamnya dan 1
kompartemen untuk out let akhir sebelum dibuang ke Badan Air Penerima.
⇒ Waktu detensi (td) untuk Kolam uji hayati direncanakan = 12 jam (43.200 detik),
sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :
C = Q x td= 0,31 L/det x 43.200 detik= 13.392 L= 13,392 m3
Jika kedalaman kolam uji direncanakan 3 meter, maka luas kolam adalah
⇒ 23
4,55,2
392,13 mmmmkolamA →=
⇒ Lebar kolam direncanakan 2 meter, maka panjang kolam adalah
=mm
24,5 2
= 2,7 m≈ 3 meter
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 33
Skematik pengolahan leachate dan lay out lokasi pengolahan ditunjukkan pada
Gambar 2.15.
Dari TPAQ = 0,68 l/det
BADAN AIR
Sungai Citanduy
Kolam An-aerobic
Kolam Fakultatif
Kolam Maturasi
1. Td = 3 hari2. P = 15 m3. L = 5 m4. H = 2,5 m
1. Td = 12 jam2. P = 4 m3. L = 2,5 m4. H = 3 m
Bak Polishing
Kolam Uji Hayati
1. Td = 7 hari2. P = 22,5 m3. L = 7,5 m4. H = 2,5 m
1. Td = 7 hari2. P = 30 m3. L = 10 m4. H = 1,5 m
1. Td = 2 hari2. P = 5 m3. L = 5 m4. H = 5 m
Gambar 2.15. Skematik Instalasi Pengolahan Leachate
b. Fasilitas Pengelolaan Gas
Secara teoritis, pengolahan leachate akan merupakan penguraian materi organik
dalam keadaan an-aerobik yang menghasilkan gas bio, terutama dalam bentuk
methan, Karbondioksida dan gas-gas lain dalam proporsi yang kecil seperti Hidrogen
Sulfida dan Nitrogen. Hal ini terjadi karena sebagian besar proses dekomposisi yang
terjadi akan berlangsung dalam proses an-aerobik. Bila gas-gas ini tidak dikendalikan,
dapat menimbulkan efek yang berbahaya seperti :
a) Gangguan terhadap tanaman di lokasi land fill atau sekitarnya, karena mengurangi
oksigen pada zona akar, meningkatkan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi
tanaman.
b) Methane pada konsentrasi 5% - 15% volume udara mudah terbakar/meledak, juga
merupakan kontributor dalam pemanasan global.
c) Bau, walaupun methane dan karbondioksida tidak berbau tetapi gas-gas yang lain
seperti H2S Mercaptane dan Gas organik menimbulkan bau.
d) Karbondioksida dapat meningkatkan kesadahan air.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 34
Untuk itu perlu diadakan celah ventilasi yang terdiri dari ventilasi vertikal dari pipa
PVC Ф 4” yang dilubang-lubangi dan dipasang di atas tanah penutup dengan jarak
antara pipa 50 – 100 meter. Pipa berlubang tersebut diselimuti dengan kerikil 5-15 cm
untuk mencegah tersumbatnya lubang tersebut dan dipasang pada box (junction)
pipa induk penyalur leachate Disamping itu terdapat sistem pengumpul gas bio yang
horisontal atau miring, yaitu :
a) Vertikal, yang naik sesuai dengan kenaikan timbunan artinya bila lahan mencapai
bukit akhir, maka ventilasi dibuat dengan menyambung ventilasi yang sudah ada
sebelunya, akhirnya pada bukit akhir dibuat pipa ventilasi tegak dan berada 1 (satu)
meter di atas muka bukit.
b) Horisontal, yang menyatu dengan penutup harian.
c) Miring, yang direncanakan mengikuti kemiringan dinding lahan.
Sistem pengendalian gas vertikal akan dihubungkan dengan sistem pengumpulan
leachate agar leachate yang terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa pengendalian
gas dapat melayani sampai daerah pada radius 20 meter disekitarnya, yang dipasang
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Media kerikil 5 – 10 cm dengan ketebalan sekitar 40 cm yang dapat dicetak
dengan bantuan bronjong/anyaman bambu.
b) Ф pipa berlubang = 100 cm (4”).
c) Radius pengaruh sumuran = 25 – 40 cm.
c. Fasilitas Kawasan Penyangga TPA
Kawasan penyangga berfungsi sebagai penahan gangguan yang diakibatkan oleh
kegiatan dan aktivitas sekitar TPA, yang dibuat melingkari tapak dengan lebar 10 - 20
meter. Pada kawasan penyangga ini, akan ditanam pohon-pohon baru atau
mempertahankan pohon lama, yang berfungsi untuk menahan kemungkinan erosi
dan longsoran.
a. Green Barrier
Selain penanaman tanaman pagar berupa angsana dan bambu jepang, kegiatan
penghijauan juga akan dilakukan di sekitar/sekeliling area TPA serta areal-area yang
telah dilakukan penutupan dengan tanah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi
penyebaran bau sampah ke lingkungan sekitar serta meningkatkan estetika
lingkungan di sekitar TPA. Tanaman penghijauan ini akan berfungsi sebagai buffer
zone/green barrier TPA terhadap lingkungan permukiman sekitar TPA. Penanaman
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 35
pohon tersebut juga sekaligus digunakan untuk ujicoba pemanfaatan kompos hasil
produksi TPA.
Adapun jenis tanaman penghijauan yang akan dibudidayakan selain angsana dipilih
dari jenis yang memiliki kemampuan menyerap polusi udara dan menetralisir bau
tidak sedap (mengeluarkan bau wangi), antara lain :
Tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap debu dari udara:
mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung, kayu hitam.
Tanaman yang baik menghasilkan bau wangi: kemuning, kenanga, melati,
sedap malam, dan mawar.
Tanaman yang baik untuk penghalang angin: bambu jepang. Bambu jepang
perlu ditanam rapat mengikuti keliling pagar, sehingga dapat mengurangi
kecepatan angin dari luar masuk ke dalam area TPA dan sebaliknya
mengurangi kecepatan angin dari dalam area TPA keluar ke kawasan sekitar.
Pada area yang sudah ditutup tanah selain akan ditanami jenis tanaman
tahunan/tanaman keras tersebut, di bawahnya juga akan ditanami rumput-
rumputan dan sereh wangi. Berbagai penelitian tentang kualitas lingkungan,
melaporkan bahwa sereh wangi dapat menyerap zat-zat pencemar, seperti
logam berat. Demikian halnya tanaman melati air juga menunjukkan
kemampuan yang baik untuk menyerap zat pencemar di dalam tanah. Untuk
itu penanaman sereh wangi dan melati air terutama pada area yang telah
ditutup tanah dan di tebing-tebing sekitar kolam pengendapan lindi akan sangat
membantu menurunkan kadar zat pencemar di dalam tanah dan air tanah.
b. Sumur Uji
Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah
yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap,
kebocoran geomembran, keretakan lapisan tanah liat). Sumur uji akan dibuat pada
setiap zona pembuangan sampah dan lingkungan sekitar TPA.
6. Pembangunan Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung: sarana air bersih; tempat pencucian kendaraan, kantor, pos
keamanan seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 36
Tabel 2.10. Bangunan Penunjang Operasional
No. JenisBangunan Perletakan / fungsi Dimensi Keterangan
1. Pos Satpampenjaga TPA
Terletak diantara pintu masuk danpintu keluar Luas bangunan 9 m2 Dibangun 2 (dua) unit
2. Rumah PetugasTPA
Terlindung dari lalu lintas truksampah dan bau sampah
Luas rumah penjaga 36m2 1 unit
3. Kantor TPA Terlindung dari lalu lintas truksampah dan bau sampah Luas 52,5 m2 1 unit
4. Garasi Untuk menyimpan alat-alat berat Luas 220 m2 1 (satu) unit
5. Ruang Genset Untuk penyimpanan generatorcadangan listrik Luas minimal 86,25 m2 1 unit
6. GudangUntuk penyimpanan suku cadangalat-alat berat dan berbagaikebutuhan lain
Luas 48 m2 1 unit
7. Tempat cucimobil
Berbentuk bangunan cuci mobilbiasa Luas minimal 200 m2
Dilengkapi dengan alatsemprot air dan
bangunan tunggu
8 Pelataran parkirTruk
1. Antisipasi antrian truk menunggupenuangan sampah
2. Parkir truk di malam hari
Luas pelataran parkir 50m x 50 m
Dibuat berbentukmemanjang menujutempat lokasi untuk
memudahkanpergerakan
9. Bangunantimbangan
Untuk mencatat timbulan sampahyang masuk
1. Kapasitas bebasminimum 30 ton
2. Ketelitian 5 kg
Pencatatan digitalindikator dengan printer
10. Penyediaan airbersih
1. Digunakan untuk pencuciankendaraan operasional,
2. Kebutuhan sehari-hari3. Penyiraman taman
Dibuat sumur pompadalam, minimal 150 mdengan menara danreservoir 20 m3
-
Sumber : DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014
2.4.3. Tahap Operasional
Pada tahap operasi kegiatan yang akan dilakukan mencakup pengangkutan sampah,
mobilisasi alat berat, penimbunan dan pemadatan sampah, penutupan tanah, ventilasi
gas, pengumpulan dan pengolahan lindi dan pengolahan sampah menjadi kompos.
1. Pengangkutan sampahKegiatan operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan jumlah volume
sampah dan kendaraan pengangkut sampah. Volume sampah harian yang dapat
ditampung dalam lahan TPA dapat dilihat pada Tabel 2.14. Proyeksi Timbunan Sampah
Kabupaten Morowali Utara berikut ini. Tabel berikut ini merupakan proyeksi timbulan
sampah untuk mengetahui besar timbulan sampah yang akan ditangani dalam 20 tahun
kedepan.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 37
Tabel 2.11. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Morowali Utara
Sumber : Madter Plant & DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 38
Kegiatan pengangkutan sampah akan dilakukan setiap hari antara pukul 06.00 s/d 15.00
WIB. Jumlah truk yang akan beroperasi akan disesuaikan jumlah timbulan sampah. Jika
kapasitas pengangkutan 6 m3/truk dan tiap truk dapat mengangkut 2 rit/hari, maka
sesuai prediksi timbulan sampah dimasa mendatang jumlah truk yang dibutuhkan
adalah 10-13 truk. Penggunaan truk yang layak jalan dalam kondisi yang baik
merupakan jantung dari kegiatan pengelolaan sampah. Penggunaan terpal penutup
pada dump truk merupakan langkah pencegahan sampah tercecer di jalan serta
mengurangi timbulnya bau bagi pengguna jalan lainnya. Sedangkan manajemen sel
dalam TPA Kab. Morowali Utara ini direncanakan sebagai berikut :
a. Kendaraan – kendaraan pengangkut akan diarahkan ke jalur penurunan sampah
(tipping area), dimana lokasi penurunan sampah (tipping place) direncanakan sesuai
dengan arah kemajuan penimbunan sampah.
b. Sampah yang diangkut, dibongkar di titik jalur penurunan sampah, dipindahkan ke
lokasi penimbunan dan disebarkan. Kemudian sampah tersebut ditutup dengan
lapisan tanah penutup (soil cover) setiap 1,5 meter.
2. Mobilisasi Alat Berat Operasional LandfillAlat-alat berat yang direncanakan dipergunakan dalam proses operasional TPA Kab.
Morowali Utara adalah :
a. Bulldozer
b. Compactor
c. Excavator
Kebutuhan BulldozerBulldozer berfungsi untuk mendorong dan meratakan sampah yang dituangkan truk dari
lahan curah ke lahan timbun, untuk kemudian disimpan dalam area sel yang sudah
ditentukan. Jumlah kebutuhan bulldozer dihitung berdasarkan perbandingan produksi
maksimum per hari bulldozer dengan volume sampah harian yang masuk. Produksi
maksimum per hari bulldozer sesuai spesifikasi teknis.
Tabel 2.12. Perhitungan Produksi Maksimum Bulldozer
No. UraianJenis Alat Berat
Bulldozer Type JCB190/1110
1. Maksimum produksi - m3/jam 1602. Jarak tempuh efisien – meter 50
Faktor Koreksi1. Operator 0,752. Material 1,23. Slot Dozing 1,2
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 39
No. UraianJenis Alat Berat
Bulldozer Type JCB190/1110
4. Side by side dozing 1,155. Kondisi 0,86. Efisiensi kerja 0,847. Efisiensi mesin 0,98. Kemiringan 19. Density Standar (Kg/m3) 1.370A. Sampah1. Density Sampah (Kg/m3) 3002. Berat Koreksi = density standar/density sampah 4,573. Faktor Koreksi 3,434. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 548,855. Jumlah kerja per hari (jam) 86. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 4.390,79B. Tanah Penutup1. Density tanah penutup (Kg/m3) 14802. Berat Koreksi = density standar/density tanah penutup 0,933. Faktor Koreksi 0,704. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 111,255. Jumlah kerja untuk penutupan per hari (jam) 1,506. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 166,88
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat
Contoh perhitungan :
a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3. (volume sampah pada akhir perencanaan tahun 2022)
b. Produksi maksimum per hari bulldozer untuk sampah (Pbms), adalah 4.390,79 m3.
Maka bulldozer yang dibutuhkan adalah
05,079,390.4
52,2193
3
==m
mPV
bms
n ≈ 1
Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun rencana,
jumlah bulldozer direncanakan adalah 1 (satu) buah, yang
dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah penutup 1 unit.
Kebutuhan Compactor
Compactor berfungsi untuk meratakan sampah dan memadatan tanah penutup antara
dan penutup akhir, dengan produksi maksimum per hari compactor sesuai spesifikasi
teknis, ditunjukkan pada Tabel 2.13.
Contoh perhitungan :
a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3.
b. Produksi maksimum per hari compactor untuk sampah (Pcms), adalah 9.557 m3.c. Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.d. Produksi maksimum per hari compactor untuk tanah penutup (Pcmt), adalah 972 m3.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 40
Maka compactor yang dibutuhkan untuk sampah adalah 02,0557.9
52,2193
3
==mm
PV
cms
n dan
untuk tanah penutup adalah 0172,0972
296,163
3
==m
mPS
cmt
o
Berdasarkan perhitungan, pada akhir rencana,
jumlah compactor yang direncanakan adalah 2 (dua)
buah, yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah
penutup 1 unit.
Tabel 2.13. Perhitungan Produksi Maksimum Compactor
No. UraianJenis Alat Berat
CompactorType SV 900
A. Sampah1. Waktu efisiensi kerja (menit/jam) - E (50 menit/jam/60 menit/jam) x 100% 83,33%2. w = 2 x lebar roda (meter) 2,13. Kecepatan rata-rata (v) - km/jam 124. Tebal kepadatan (L) – mm 4005. Jumlah gilasan ® - kali 36. Perbandingan m3 padat terhadap lepas = 400 : 750 0,537. Faktor koreksi 0,88. Efisiensi Mesin 100%9. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 1.194,67
10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 811. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 9.557B. Tanah Penutup1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,852. Bucket Fill Faktor (fb) 0,813. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,68854. Efisiensi mesin (em) 100%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%6. Faktor koreksi 0,87. Tebal kepadatan (L) – mm 1508. Jumlah gilasan ® - kali 4,009. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 432,02
10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 1,511. Produksi Padat (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 648,0312. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 972
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 41
Kebutuhan ExcavatorExcavator digunakan untuk menaikkan dan meninggikan sampah dan membawa tanah
penutup dengan sekopnya dari satu tempat ke tempat lain. produksi maksimum per hari
excavator ditunjukkan pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14. Perhitungan Produksi Maksimum Excavator
No. UraianJenis Alat BeratExcavator Type
JCB 3 CXA. Tanah Penutup1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,52. Bucket Fill Faktor (fb) 0,93. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,454. Efisiensi mesin (em) 90%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%
Cycle time1. Waktu muat (detik) 2,52. Waktu manuver muat (detik) 4,53. Waktu buang (detik) 3,54. Waktu manuver kosong (detik) 4,55. Jumlah (detik) 156. Jumlah (menit) 0,257. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 2408. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 80,6769. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 710. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 565B. Sampah1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,52. Bucket Fill Faktor (fb) 0,83. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,44. Efisiensi mesin (em) 90%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%
Cycle time1. Waktu muat (detik) 42. Waktu manuver muat (detik) 4,53. Waktu buang (detik) 1,54. Waktu manuver kosong (detik) 3,55. Jumlah (detik) 13,56. Jumlah (menit) 0,237. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 266,678. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 79,689. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 710. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 558
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 42
Contoh perhitungan :
a) Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3.
b) Produksi maksimum per hari excavator untuk sampah (Pems), adalah 558 m3.c) Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.d) Produksi maksimum per hari excavator untuk tanah penutup (Pemt), adalah 565 m3.
Maka excavator yang dibutuhkan untuk sampah adalah 398,0558
52,2193
3
==m
mPV
cms
n
dan untuk tanah penutup adalah 029,0565
296,163
3
==m
mPS
cmt
o
Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun
rencana, jumlah excavator yang direncanakan
untuk sampah dan tanah penutup adalah 2 buah,
yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah
penutup 1 unit.
3. Penimbunan dan Pemadatan SampahKegiatan penimbunan dan pemadatan sampah akan menerapkan sel yang terdiri dari
sel-sel sampah. Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel
harian. Setiap timbunan sampah yang telah dipadatkan mencapai luas tertentu dan
ketinggian ±1,5 meter, maka akan dilapisi tanah penutup antara setebal 20 – 30 cm
(setelah pemadatan) dan penutup akhir setebal 100 cm. Penutupan tanah ini dilakukan
setiap hari pada akhir kerja. Dalam operasi penimbunan sampah, kriteria-kriteria
pembentukan sel akan dijadikan panduan operasi penimbunan sampah. Dengan kriteria-
kriteria ini, diharapkan bentuk-bentuk bukit timbunan akhir yang telah ditentukan akan
lebih mudah dicapai. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan sel dimulai dari lapisan paling bawah, arah pembentukan dari bawah
ke atas.
b. Sel harus memiliki satu bidang tumpu, dimana bidang tumpu ini dapat merupakan
lereng dari sel yang lain atau lereng dari lahan kerja, sehingga tidak ada satu sel
pun yang terpisah dari sel lainnya.
c. Lereng kemiringan sel direncanakan 45°
d. Tebal sel harian sebesar 0,8 m – 5,0 m
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 43
4. Penutupan TanahPenutupan tanah harian harus dilakukan guna mengurangi bahaya kebakaran, infiltrasi
air hujan, bau, terbangnya sampah yang ringan, gas, berkembangnya binatang pengerat
dan vektor, dan memperbaiki penampilan (estetika) TPA. Tanah penutup yang harus
disediakan untuk sistem Sanitary Landfill, akan diupayakan dari tanah hasil proses
penggalian setiap zona. Tanah penutup diperlukan pada waktu selesainya kegiatan
pemadatan sampah harian yang disebut tanah penutup harian, serta pada saat lahan
selesai dipergunakan yaitu disebut tanah penutup akhir. Tanah penutup untuk operasi
penimbunan sel sampah di TPA Kab. Morowali Utara direncanakan dari tanah yang
mempunyai sifat kedap air. Perhitungan tanah penutup diperhitungkan atas dimensi sel,
yaitu :
a. Ketebalan tanah penutup antar sel (hi) = 0,2 meter
b. Tebal sel sampah (hw) = 1,50 meter
c. Lebar sel sampah (lw) = 5 meter (skenario 2)
d. Panjang sel sampah (ps) = 6,7 meter
Kebutuhan tanah penutup harian dan rekapitulasi sampai akhir umur lahan TPA Kab.
Morowali Utara, ditunjukkan pada Tabel berikut.
Tabel 2.15. Kebutuhan Tanah Penutup
hw sin ά lebarsel (lw)
Tebal TanahLapisan
antar Sel (hi)PanjangSel (ps)
Volume TanahPenutup
Terkompaksi
Volume TanahPenutup Sebelum
Terkompaksi
m m M m m3 m3
1.50 0.70710 5 0.20 6,7 11,45 9,54
Tanah penutup ini akan dipergunakan untuk proses pembentukan lahan (untuk lahan
uyang memerlukan peimbunan dan pemadatan), dan sisanya disimpan sementara pada
lahan yang direncanakan di lokasi buffer zona (zona pelindung) Secara rinci standar
penutupan tanah dilakukan sebagai berikut :
a) Kemiringan dan kondisi tanah penutup harian harus dikontrol setiap hari untukmenjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikanpada lapisan ini;
b) Dalam panduan pengoperasian harus dicantumkan (1) sumber tanah penutup sertajenis dan klasifikasi yang perlu ada (2) pengaturan kemiringan (slope) area penguruganmininal 450 untuk memperbanyak run-off dan mengurangi erosi akibat air limpasan,serta mengurangi infiltrasi, (4) prosedur untuk mempertahankan integrasi bahanpenutup;
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 44
c) Penutup harian sedapat mungkin diaplikasikan setiap hari, namun bila tidak mungkin,dilakukan paling tidak setiap minggu;
d) Ketebalan tanah penutup minimum adalah 15 cm;e) Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka
dibutuhkan penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan;f) Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan
digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm;g) Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final sebaiknya ditanami pohon yang
sesuai.
Jenis tanah yang akan digunakan adalah jenis tanah yang tidak kedap, yakni tanah
laterit. Tanah penutup akan diambil di sekitar lokasi. Guna mengurangi kebutuhan tanah
urug yang harus didatangkan dari luar lokasi, maka tanah penutup juga akan
menggunakan kompos curah yang dihasilkan dari TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu sendiri.
5. Perawatan Ventilasi GasPipa ventilasi gas berupa pipa berlubang atau bambu berlubang yang dilindungi oleh
kerikil dan casing yang dipasang secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan
timbunan sampah.
6. Pengumpulan dan Pengolahan LindiPengolahan lindi dikondisikan untuk mengoptimalkan proses pengolahan baik melalui
proses anaerob, aerob, fakultatif, maturasi dan resirkulasi lindi, sehingga dicapai efluen
yang memenuhi standar baku mutu.
7. Pembuatan KomposKegiatan pengolahan sampah organik menjadi kompos di TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu merupakan salah satu bagian dari strategi pengurangan sampah
di Kabupaten Morowali Utara. Selain bertujuan memanfaatkan sampah menjadi pupuk,
kegiatan ini juga bertujuan untuk memperpanjang umur teknis TPA dan memberdayakan
masyarakat di sekitar TPA. Kegiatan pengolahan sampah organik yang akan
dilaksanakan di TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu terbagi ke dalam dua
bagian, yaitu:
a) Pengolahan sampah organik dari pasar yang relatif bersih dari pengotor dengan
mekanisasi (mesin pencacah sampah) dan menghasilkan kompos yang disebut
kompos murni. Cairan/leachate yang dihasilkan dari proses pengomposan
dimanfaatkan menjadi pupuk cair.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 45
b) Pengolahan sampah pasar yang tercampur pengotor dengan sistem penumpukan di
lahan terbuka. Setelah melalui proses pengayakan akan dihasilkan kompos yang
disebut kompos curah.
Kompos murni dapat dimanfaatkan untuk segala jenis tanaman termasuk tanaman
konsumsi. Sedangkan kompos curah disarankan hanya digunakan untuk tanaman hias
dan tanaman keras, karena ada resiko tercemar oleh B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya). Kompos murni hasil pengomposan di TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu adalah sampah sisa sayuran dan buah-buahan dari Pasar. Dalam rangka
mendukung rencana pengelolaan TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu yang
mengarah kepada sistem controlled landfill, maka kapasitas pengolahan kompos akan
terus ditingkatkan.
8. Pembinaan PemulungSuka atau tidak suka kehadiran pemulung di lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu sesungguhnya akan ikut andil dalam proses pengelolaan sampah
Kabupaten Morowali Utara. Kegiatan mandiri yang dilakukan para pemulung ini akan
membantu proses pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan, pengumpulan kembali,
dan pengangkutan ke luar TPA. Sampah berupa plastik, potongan besi, dan lain-lain
yang masih bisa didaur ulang dikumpulkan dan dijual kepada pengumpul. Sehingga
pada dasarnya melalui jasa pemulung ini pengurangan sampah telah terjadi.
Bagi pemerintah (Dinas Tata Kota, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Morowali
Utara) selaku penanggungjawab pengelolaan TPA, yang terpenting adalah memberikan
arahan, pembinaan, dan fasilitasi yang cukup agar para pemulung dapat bekerja secara
optimal dan sejalan dengan program pengelolaan sampah di TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu. Pemulung harus dipandang sebagai ”karyawan” yang perlu
memperoleh hak-hak pengembangan diri dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
pengelola TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu perlu memberikan pelatihan
dan peralatan yang dibutuhkan. Pemberian seragam berupa rompi, topi, masker, dan
sepatu boot mungkin dapat dilakukan guna meningkatkan harga diri, karena merasa
diakui, dan meningkatkan keselamatan kerja yang pada gilirannya akan memotivasi
kinerja para pemulung di TPA ini. Guna membantu proses pencucian plastik yang
selama ini dilakukan di rumah-rumah penduduk, maka Pengelolan TPA Kabupaten
Morowali Utara di Koromatantu berencana untuk mengadakan fasilitas pencucian plastik,
menggunakan air bekas pencucian truk.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 46
9. Penggunaan EnergiEnergi listrik yang digunakan untuk menunjang operasional TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu berasal dari PLN Ranting Kolonodale dengan daya 500 KVA.
Sebagai cadangan akan digunakan genset dengan daya 500 KVA. Untuk itu sebagai
cadangan bahan bakar minyak akan diadakan stok BBM solar sebanyak 100 liter/hari.
10. Penggunaan AirSumber air bersih akan diperoleh dari sumur pompa dalam minimal 150 m dengan
menara dan reservoir 20 m3. Pendistribusian air ke bagian-bagian layanan akan
dilakukan dengan menggunakan pipa. Secara kebutuhan air rinci dan neraca kebutuhan
air untuk operasional TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu adalah sebagai
berikut ;
Tabel 2.16. Rincian Kebutuhan Air TPA
Uraian Asumsi Jumlah Satuan KebutuhanAir (liter/hari)
Domestik Kantor dan Rumah Jaga 100 l/o/h 15 orang 1500Proses Kompos 500 l/h - 500Pencucian Truck 500 l/t/h 13 truck 6500Pencucian Plastik 2000 l/h - 2000Penghijauan 0.5 l/m2/h 10000 m2 5000MCK Umum 50 l/o/h 50 orang 2500
TOTAL 18000TOTAL (m3/hari) 18
2.4.4. Tahap Pasca Operasi
Setelah TPA Sampah di Koromatantu penuh, maka akan dilakukan reklamasi lahan
sesuai persyaratan teknis tanah penutup akhir TPA. Pada tahap selanjutnya TPA dapat
dimanfaatkan sesuai dengan lansekap akhir diselaraskan dengan peruntukkan lahan di
sekitar TPA pada RTRW Kabupaten Morowali. Kegiatan pasca operasi TPA antara lain
meliputi kegiatan :
Inspeksi rutin
Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup
Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA
Pemeliharaan dan kontrol leachate dan gas
Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase
Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng
Pemantauan kualitas lingkungan.
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 47
1. Reklamasi Lahan
Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah
menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun, maka lahan
bekas TPA Koromatantu direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai
dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas TPA akan digunakan sebagai
daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu memperhitungkan faktor keamanan
bangunan secara maksimal. Reklamasi lahan bekas TPA Morowali Utara di
Koromatantu disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama yang berkaitan
dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah
penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam),
ditambah lapisan top soil.
2. Pemantauan Kualitas Lindi dan Udara/Gas
Monitoring kualitas lingkungan pasca operasi TPA di Koromatantu diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya pencemaran karena kebocoran dasar TPA, jaringan
pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran pipa
ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan pipa
ventilasi gas. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :
• Kualitas air, meliputi antara lain BOD/COD, Chlorida, sulfat.
• Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)
• Kepadatan lalat
Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter
kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2 kali
yang dilakukan pada musim kemarau dan hujan.