BAB 2 TPA Kolonedale

47
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 Ha Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 1 RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN 2.1. Nama Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan Pemerintah Kabupaten Morowali Utara khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara akan merencanakan membangun tempat/sarana untuk pengelolaan dan penanganan sampah sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan daerah Morowali Utara, dengan nama kegiatan : “Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah pada areal seluas ±5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah” Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 (tujuh) hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

description

Kondisi eksisting TPA Sampah di Kabupaten Morowali Utara di Kolonedale

Transcript of BAB 2 TPA Kolonedale

Page 1: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 1

RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN

2.1. Nama Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pemerintah Kabupaten Morowali Utara khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan

Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara akan merencanakan

membangun tempat/sarana untuk pengelolaan dan penanganan sampah sejak

mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan

dan pembuangan daerah Morowali Utara, dengan nama kegiatan :

“Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah pada areal seluas±5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia KabupatenMorowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah”

Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan Metode

Controlled Landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana

secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk

mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill

merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu

melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan

dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling

tidak setiap 7 (tujuh) hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan

pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan

kestabilan permukaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal

pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup

sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu

system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

Page 2: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 2

2.2. Lokasi Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan2.2.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Morowali Utara

Rencana Kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang

terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara,

Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang direncanakan ±5,00 Ha;sudah termasuk untuk pembangunan berbagai fasilitas penunjangnya.

Didasarkan pada Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan

Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan

Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan (SK. 635/Menhut-II/2013), serta Peta

Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2010, menunjukan keseluruhan lokasi Rencana Pembangunan Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan

Daerah Kabupaten Morowali Utara berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain

(APL) sehingga termasuk dalam kawasan budidaya. Detil status kawasan hutan

dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah,

disajikan pada Gambar 2.1.

Page 3: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 3

Gambar 2.1. Peta Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah (tahun 2013)

Page 4: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 4

Sedangkan berdasarkan Dokumen Percepatan Penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014 – 2034 (Proses

Finalisasi Penyusunan), menunjukkan bahwa tidak terdapat kawasan lindung (non

budidaya) dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah tersebut, dan merupakan wilayah pencadangan untuk pengembangan

sarana dan prasarana pembangunan Kabupaten Morowali Utara. Sehingga

keseluruhan areal rencana Pembangunan Anjungan Wisata tersebut yang dikelola

dalam Dokumen UKL-UPL oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah

Kabupaten Morowali Utara terletak pada kawasan budidaya (non kawasan lindung)

yang diperuntukkan untuk pengembangan sarana dan prasarana pembangunan,

sehingga rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah seluas ±5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia

Kabupaten Morowali Utara, telah sesuai dengan Peruntukan Wilayah

berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Utara.

2.2.2 Tata letak Lokasi dan Batas Lahan Untuk Rencana Kegiatan

Lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Seluas

±5,00 Ha secara administratif terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia,

Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan posisi geografis

berada pada koordinat 121o 19’ 57,7” BT s/d 121o 20’ 10,3”BT dan 02o 01’ 41,4” LS

s/d 02o 01’ 48,2” LS.

Rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah dengan luas area ±5,00 Ha, direncanakan dalam pelaksanaannya

menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled

landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara

dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh)

hari. Controlled landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang

ramah lingkungan.

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik

sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi

potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan

sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan

operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area

pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.

Page 5: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 5

Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan

lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan

sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau

dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.

Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah

penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m

disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk

diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini

diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk

mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam

penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas

metan, e) Alat berat.

Wilayah administrasi Desa Koromatantu Kecamatan Petasia yang menjadi lokasi

rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah, terletak di bagian Selatan Kota Kolonodale (ibukota Kabupaten Morowali

Utara) yang merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi

yang terletak antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan

laut, lokasi berupa lahan milik warga yang tidak produktif.

Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah ini dibatasi sisi

sebelah barat merupakan area pertambangan dengan kegiatan operasi

pertambangan berjarak lebih dari 1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di

sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak lebih dari 2 km dari batas

terluar pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang

hingga ke bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun

akses calon lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan

jalan raya Kolonodale - Trans Sulawesi.

Dari hasil survey lapangan pada areal lokasi TPA Sampah, dapat diambil

kesimpulan daerah pengembangan dapat diperluas ke arah timur dari lokasi area

perluasan.

• Elevasi lahan

Berdasarkan referensi elevasi muka air laut selanjutnya elevasi lahan sekitar

proyek berkisar +42,53 meter sampai dengan +108,89 meter.

Page 6: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 6

• Tata guna lahan

Pada saat ini lahan TPA sampah merupakan lahan milik beberapa orang warga

masyarakat, dengan luas eksisting 4,99 Ha timur lokasi.

Gambar 2.2. Kondisi calon lokasi TPA dilihat dari batas terluar bagian utara dan barat

Gambar 2.1b.Kondisi jalan di bagian utara

calon lokasi TPA

Gambar 2.3.Kondisi Jalan raya Kolonodale -Trans Sulawesi, penghubung calonlokasi TPA dengan Pusat Kota

Page 7: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 7

Calon lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara terletak pada Mendala Geologi

Sulawesi Timur (Eastern Sulawesi Terrain). Kondisi hidrogeologi calon lokasi TPA

Kabupaten Morowali Utara tergolong dalam jenis Kompleks ultramafik, merupakan

bagian dari jalur Onolit Sulawesi, terdiri atas harzburgit, lezolit, werlit, websterit,

dunit, piroksenit, dan serpentinit. Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali

pengalihtempatan, sejak Kapur sampai Miosen Tengah. Adapun dari peta hidrologi

di bawah, dapat diketahui bahwa di area calon lokasi TPA Kabupaten Morowali

Utara tidak ditemukan adanya mata air. Selain itu lapisan tanah merupakan batuan

terobosan yang terdiri dari batuan ultrabasa dan basa. Jenis batuan ini umumnya

kedap air.

Secara rinci, informasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) Sampah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui Dinas Pekerjaan

Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara, dapat dilihat pada

Peta Situasi Lokasi Kegiatan yang disajikan pada peta Orientasi dan Layout pada

Gambar 2.4, dan Gambar 2.5.

Page 8: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 8

Gambar 2.4. Peta Orientasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia.

Page 9: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 9

Gambar 2.5. Peta Situasi/Lokasi Studi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia

Page 10: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 10

Gambar 2.6. Peta Lokasi dan Layout Rencana Pembangunan Tempat PemrosesanAkhir (TPA) Sampah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sekitar Lokasi Studi.

2.3. Skala Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dibangun pada areal

seluas ±5,00 Ha untuk masa layanan 20 tahun, yang terletak di Desa Koromatantu

Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara. Dalam pelaksanaannya

direncanakan menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug

terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan

sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-

kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu system

pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik

sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi

potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan

sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan

Page 11: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 11

operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area

pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.

Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan

lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan

sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau

dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.

Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah

penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m

disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk

diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini

diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk

mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam

penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas

metan, e) Alat berat.

Berdasarkan hasil studi, diperkiraan kebutuhan fasilitas penanganan sampah di

Kabupaten Morowali Utara meliputi; Pewadahan direncanakan menggunakan

wadah sampah 240 L, Pengumpulan direncanakan menggunakan motor sampah

kapasitas 1,5 m3 yang akan mengumpulkan sampah ke TPS kontainer maupun

bak, dan Pengangkutan sampah direncanakan menggunakan dumptruck dan

armroll truck kapasitas 6 m3.

Kondisi lahan cenderung menurun ke arah timur desain pembagian kawasan

dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi topografi berdasarkan garis kontur

pada peta topografi agar pekerjaan cut and fill dapat dilakukan dengan lebih

optimal. Pembagian kawasan ini mengacu pada penempatan bangunan-bangunan

yang diperlukan dalam kawasan TPA Kabupaten Morowali Utara ini serta rencana

tata letak site TPA. Dari pertimbangan kondisi topografi, dapat dibuat desain layout

tata bangunan TPA sebagai berikut.

Page 12: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 12

Gambar 2.7. Desain Site Plant / Layout TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara

Berdasarkan perencanaan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten

Morowali Utara (lihat Gambar 2.7. Site Plant), secara umum rincian pembangunan

tersebut terdiri dari :

1) Bangunan Blok Landfill; 2 Unit (Landfill 1 ≈ 0,718 Ha; Landfill 2 ≈ 0,565 Ha)2) Bangunan Kolam penanganan Lindi TPA Sampah, terdiri dari 4 unit pengolahan

yaitu kolam anaerobik/stabilisasi, kolam fakultatif, kolam maturasi, danhayati/wetland.

3) Bangunan Tanggul Landfill dan Box Kontrol Lindi; 1 Unit.4) Jalan masuk ke lokasi TPA Sampah sepanjang ± 195 meter (starting dari jalan

raya Trans Sulawesi)5) Bangunan lain meliputi; Jembatan Timbang, kantor TPA, Pos Jaga, Mess

Karyawan, Bengkel/Garasi, Tempat Cuci Truk; masing-masing 1 Unit.

Page 13: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 13

Sedangkan sarana dan prasarana lain yang akan dibangun adalah terdiri dari :

1) Pintu gerbang, dan pagar keliling2) Sumur pantau/monitoring, dan Menara air3) Stock file tanah penutup, dan Greenbelt4) Instalasi luar, Daya, Penerangan Listrik dan Genset5) Pemasangan Pipa lindi dan Pipa gas metan.

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu merupakan salah satu upaya

Pemerintah Kabupaten Utara dalam hal mengatasi sampah. Pada sub-bab ini akan

dijelaskan garis besar komponen rencana kegiatan TPA dengan besaran berdasarkan

rencana kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten

Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah, yang dibagi menjadi 4 tahapan utama yaitu

Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.

Uraian masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

2.4.1. Tahap Pra Konstruksi

Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; koordinasi, sosialisasi

publik, pembebasan lahan dan pemagaran tapak kegiatan. Uraian kegiatan pada tahap

pra-konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi

Penentuan lokasi rencana lokasi TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara di Desa

Koromatantu berdasarkan masterplan perencanaan TPA Kabupaten Morowali Utara

tahun 2014 yang dilengkapi dengan DED maupun desain operasional TPA

Kabupaten Morowali Utara. Saat ini lahan rencana lokasi TPA Sampah di

Koromatantu kondisinya merupakan lahan semak belukar dan tidak/belum ada

kegiatan pemanfaatan lahan. Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah ini dibatasi sisi sebelah barat merupakan area pertambangan dengan

kegiatan operasi pertambangan berjarak ±1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di

sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak ±2 km dari batas terluar

pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang hingga ke

bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun akses calon

lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan jalan raya

Kolonodale -Trans Sulawesi.

Page 14: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 14

Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara merencanakan

pembangunan TPA Sampah di lokasi tersebut dengan sistem composting dan

controlled landfill/sanitary landfill sebagaimana amanat dalam Undang-Undang No.

18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah. Kepemilikan lahan saat ini sebagian

besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan oleh Pemda

Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan pihak-pihak

terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI, dengan luas lahan

sebesar ± 5,00 Ha.

Selain koordinasi pengadaan lahan, dalam kegiatan koordinasi ini juga dilakukan

kegiatan survei pendahuluan berupa observasi (pengamatan awal) di lokasi tapak

proyek dan sekitarnya. Kegiatan survey dan pemetaan yang dilakukan pada tahap

Pra-Konstruksi dilakukan untuk kondisi eksisting lahan dan keberadaan masyarakat

terdekat dari lokasi TPA Sampah di Desa Koromatantu pada khususnya sebagai

objek dari pengoperasian TPA di lokasi tersebut. Pemetaan dilakukan untuk melihat

pembagian zonasi dalam Pembangunan TPA yang sesuai dengan rencana

pembagian layanan tersebut. Berikut ini adalah foto kondisi situasi terakhir di lokasi

rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah Koromatantu.

Gambar 2.8. Foto kondisi terakhir di lokasi rencana kegiatan

2. Sosialisasi Rencana Kegiatan

Page 15: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 15

Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) Sampah merupakan salah satu bagian pelaksanaan studi analisis mengenai

dampak lingkungan hidup dalam bentuk studi UKL - UPL. Kegiatan ini dilaksanakan

dengan maksud memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat

mengenai keberadaan, jadwal, tahapan, serta hal lain yang berkaitan dengan

dampak-dampak yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan.

Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menghindari adanya sikap kontra-produktif

dari masyarakat, terutama masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha. Bentuk

sosialisasi yang diterapkan adalah dengan pengumuman di media massa,

pemasangan papan pengumuman rencana usaha di sekitar lokasi proyek, dan

pertemuan langsung dengan masyarakat di sekitar areal usaha. Untuk pelaksanaan

sosialisasi berupa pertemuan secara langsung dengan masyarakat di sekitar lokasi

proyek berkoordinasi dengan instansi terkait dari tingkat kecamatan dan desa, serta

melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka adat.

3. Pembebasan lahan

Status lahan pada lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara

sebagian besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan

oleh Pemda Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan

pihak-pihak terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI,

dengan luas lahan sebesar ± 5,00 Ha.

Pada saat studi UKL/UPL dilakukan, di sekitar lokasi rencana proyek tersebut

kondisinya merupakan lahan semak belukar yang tidak produktif dan tidak/belum ada

kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya. Prosedur pembebasan lahan dimulai

dengan melakukan inventarisasi kepemilikan tanah masyarakat yang dibuktikan

dengan adanya surat kepemilikan tanah yang sah ataupun surat penetapan

penguasaan tanah dari instansi yang berwenang, ataupun berdasarkan keterangan

tertulis dari aparat tingkat RT/RW/kelurahan dan saksi-saksi tokoh masyarakat

setempat. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran lapangan bersama-sama dengan

pemilik tanah, aparat dari instansi terkait tingkat desa, kelurahan, kecamatan,

kabupaten, dan juga melibatkan saksi-saksi dari RT, RW, dan tokoh masyarakat yang

ada. Kesepakatan yang dicapai pada proses inventarisasi dan pengukuran lapangan

selanjutnya dituangkan dalam berita acara, dan digunakan sebagai dasar

pelaksanaan pembayaran ganti rugi dengan harga yang telah disepakati. Pelepasan

Page 16: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 16

hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut nantinya harus disaksikan oleh

anggota-anggota panitia pengadaan tanah Kabupaten Morowali Utara.

Pelepasan hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut di atas, disertai dengan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Bahwa bidang tanah ini bebas dari pembebanan hak tanggungan sertatanggungan-tanggungan lainnya.

2) Bahwa apabila dikemudian hari terdapat gugatan-gugatan mengenai bidangtanah tersebut, demikian pula berupa tagihan-tagihan yang berupa tunggakanpajak sampai dengan tanggal berita acara tersebut, menjadi tanggung jawabsepenuhnya dari pihak yang melepaskan hak dan penerimaan ganti rugi.

3) Bahwa hak atas bidang tanah tersebut dilepaskan haknya dengan maksud untukdipergunakan menjadi lokasi Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)Sampah.

Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak berupa

terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/sumber mata pencaharian

penduduk sekitar, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk. Pengadaan lahan

yang dimiliki oleh masyarakat dilakukan dengan cara ganti rugi, maka hal tersebut

akan meningkatkan pendapatan/penghasilan masyarakat setempat. Peningkatan

pendapatan dari para pemilik lahan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi

para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan

tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan

berpotensi memunculkan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat

menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan.

4. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan

Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi sebagai

gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp berada dekat tapak

kegiatan TPA Sampah di Desa Koromatantu. Untuk pengamanan dan tidak

terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran pada tapak proyek

pembangunan TPA Sampah tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara

dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.

Page 17: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 17

2.4.2. Tahap Konstruksi

1. Perekrutan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Pada tahap konstruksi proses recruitment tenaga kerja dikelola oleh kontraktor yang

dipilih berdasarkan hasil tender oleh Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Tanjabtim. Waktu recruitment tenaga kerja ini dilakukan secara bertahap

sesuai dengan kebutuhan kegiatan konstruksi di setiap tahapnya. Jumlah tenaga

kerja maksimal yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan konstruksi TPA

Sampah Koromatantu ini diperkirakan sebanyak 80 orang, dengan rincian

kebutuahnnya sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja untuk KonstruksiNo. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Kualifikasi Jumlah (orang)1. Project Manager S1 12. Site Engineer S1 23. Mandor SMA 34. Operator alat berat SMA 45. Supir Dump Truck SMA 86. Supir proyek SMA 37. Tukang batu dan penggali tanah SD 308. Tukang Las, Kayu, dan Listrik SMA 129. Tenaga Bagian Logistik SMA 510. Tenaga Bagian Administrasi D3 311. Tenaga Bagian Gudang SMA 312. Tenaga Bagian Bengkel SMA 313. Office Boy SD 3

Total 80Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Diperkirakan ±90% kesempatan kerja dapat diisi oleh calon tenaga kerja dengan

tingkat pendidikan SLTA ke bawah. Rekruitmen tenaga kerja akan diprioritaskan

untuk tenaga kerja dari daerah sekitar TPA Sampah Koromatantu yang memenuhi

kualifikasi.

Gambar 2.9. Struktur Organisasi Kerja Tahap Konstruksi

Page 18: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 18

Kebutuhan air pada tahap konstruksi diperkirakan sebanyak 4,3 m3/hari, yang akan

disuplai dari sumber mata air atau sumur dangkal yang disimpan di water tank

dengan kapasitas 5 m3. Berikut adalah perhitungan kebutuhan air tahap konstruksi :

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Tahap Konstruksi dan Limbah Cair yang Dihasilkan

No SumberJumlahPekerja(Orang)

Standar Jumlah(l/hari)

Jumlah(m3/hari) Keterangan

a b c D e = c x d f = e/1000A Air Bersih

DomestikPekerja 6

100l/orang/hari *

600 0,6 Tinggal di lokasi

DomestikPekerja 74

50l/orang/hari **

3700 3,7Kebutuhan pekerja konstruksiselama ada di lokasi (jam kerjakonstruksi)

KegiatanKonstruksi - - 1000** 1

Asumsi kebutuhan konstruksi(campuran adukan semenpasir, siram jalan, dll)

TOTAL Kebutuhan Air Bersih 5300 l/hari 5,3 m3/hari

TOTAL Air Limbah Yang Dihasilkan 80% x 5300 =4240 l/hari

80% x 5,3 =4,3 m3/hari

Keterangan :

(*) : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plumbing.Soufyan M Noer Bambang dan Taeko Moriumura(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)

Adapun neraca kebutuhan air adalah sebagai berikut :

Gambar 2.10. Neraca Kebutuhan Air Pada Tahap Konstruksi

Tabel 2.3. Perhitungan Timbulan Limbah Padat Tahap Konstruksi

No SumberJumlahPekerja(Orang)

Standar Jumlah(l/hari)

Jumlah(m3/hari)

a b C D e = c x d f = e/1000

1. Pekerja 80 2,5 l/orang/hari* 200 l/hari 0,2 m3/hari

Konstruksi Batu kali, Pasir, Split, semen, cat, cat minyak, dan besi **

Keterangan :(*) : Sesuai Laporan Akhir Pekerjaan penyusunan Bahan Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan Oleh

Pusat Penelitian Sains dan Teknologi LP UI & Dirjen Cipta Karya PU tahun 1989(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)

SumurDangkal

4,3 m3/hari

Domestik4,3 m3/hari

Septic Tank4,3 m3/hari

Konstruksi1 m3/hari

SaluranDrainase1 m3/hari

Akan dilakukanpenyedotan ketikaakan penuh oleh

Pihak Ketiga yangtelah mendapat

Izin

Page 19: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 19

Pengelolaan limbah padat domestik pekerja dilakukan dengan cara mengumpulkan

limbah padat di TPS eksisting yang ada di area lokasi kegiatan, kemudian diangkut

ke lokasi TPA yang sudah bisa digunakan. Limbah padat yang dihasilkan

diprakirakan adalah 0,2 m3/hari terdiri dari sampah domestik dan sisa konstruksi yang

dihasilkan antara lain batu kali, pasir, split, semen, cat, cat minyak, dan besi.

Pengelolaan limbah padat adalah sebagai berikut :

Gambar 2.11. Pengelolaan Sampah Tahap Konstruksi

2. Mobilisasi Peralatan Kerja (alat-alat berat) dan Material

Mobilisasi peralatan berat dan material untuk keperluan konstruksi akan dilakukan

melalui jalur Jalan Raya Kolonodale -Trans Sulawesi dan masuk ke lokasi TPA

melalui pertigaan jalan raya baru jalur Koromatantu – Korololama/Bunta dengan

kondisi jalan yang masih perkerasan sirtu seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Kondisi Jalan Menuju Lokasi TPA Koromatantu

Page 20: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 20

Jenis peralatan konstruksi yang akan dimobilisasi untuk pelaksanaan Kegiatan

konstruksi TPA meliputi alat penggalian tanah, mobilisasi bahan bangunan,

pemadatan tanah, pengaduk semen cor, penerangan, dan tidak menutup

kemungkinan akan ada kegiatan pemasangan tiang pancang jika dibutuhkan dan

lain-lain sebagaimana tabel berikut;

Tabel 2.4. Daftar Peralatan Konstruksi TPA Sampah Koromatantu

No Jenis alat Jumlah (unit) Kapasitas/unit Kegunaan

1 Excavator 3 50–100 m3/jam Penggalian tanah

2 Dump Truck 4 70 m3/hari Pengangkutan material

3 Stampler 2 1.500 m3/hari Pemadatan tanah

4 Molen 1 70 m3/hari Adukan beton skala kecil

5 Genset 2 200 KVA Penerangan dan molenSumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Adapun bahan material yang akan dimobilisasi untuk kegiatan konstruksi meliputi :

Tabel 2.5. Bahan Material Yang Dibutuhkan dan Ritase Pengangkutannya

No Material Jumlah SatuanKebutuhanPengangkut

(truck)

Ritase/hari(truck/hari)

Dikerjakan(Hari)

1 Semen 500 sak 10 5 22 Pasir 250 m3 32 8 43 Batu Kali 90 m3 12 6 24 Bata Merah 2.000 buah 5 5 15 Besi 100 Kg 1 1 16 Paralon φ10 cm 667.086 meter 20 5 47 Paralon φ2,5 cm 420 meter 8 4 28 Kaso 10 m3 2 2 19 Seng 20 m2 2 2 1

10 Tripleks 12 m2 2 2 111 Ubin 20 lusin 1 1 112 Cat 500 Kg 1 1 113 Drain Pre Cast 500 meter 5 3 2

Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Untuk mengurangi masalah kebisingan dan debu yang ditimbulkan oleh kegiatan

transportasi peralatan dan bahan bangunan, maka laju kendaraan pengangkut

dijalankan dengan kecepatan rendah. Selain itu untuk mengurangi kadar debu yang

beterbangan di udara, maka akan dilakukan penyiraman di jalan sekitar. Alat-alat

berat dan bahan material ini didatangkan dari ibukota Kabupaten Morowali Utara

yaitu dari Kolonodale atau dari dari ibukota Morowali induk (Bungku).

Page 21: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 21

3. Persiapan LahanKondisi lokasi TPA Sampah di Koromatantu merupakan lahan semak belukar yang

tidak produktif dan tidak/belum ada kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya, yang

merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi yang terletak

antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan laut, lokasi berupa

lahan milik warga yang tidak produktif.

Rencana Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan

Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu

metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan

ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled

landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

Untuk memberikan gambaran awal bentuk site TPA Sampah Kab. Morowali Utara,

sesuai arahan DED berikut ini diuraikan potongan lahan memanjang dan melintang

seperti dijelaskan pada Gambar berikut.

Gambar 2.13. Gambar Kerja Potongan Sel Sampah

Mempertimbangkan arahan site plan pada Gambar di atas maka pembentukan

elevasi site TPA Kab. Morowali Utara direncanakan sebagai berikut :

a. Potongan Memanjang (Section A-A), Dengan mengambil titik awal titik 1 (h = 13

m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :

Ratakan tanah dan padatkan lapis demi lapis, sehingga mencapai ketinggian 16m.dpl untuk jalan operasi truk sampah.

Dari titik 4 sampai dengan 5 sepanjang 82,8 m dengan menggali sedalam 2,5 mpada titik antara 4-5, sehingga diperoleh elevasi dasar lahan sebesar 13 m.dpl.Pembentukan lahan ini ditujukan untuk membuat lahan penimbunan sampah.

Page 22: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 22

Pembentukan lahan ditujukan untuk jalan operasi truk sampah. Pada titik iniharus dilakukan penimbunan dan pemadatan tanah sebesar 2 meter (titik awal14.0 m.dpl), sehingga diperoleh ketingian dasar jalan operasi sebesar 16.00m.dpl.

b. Potongan Memanjang (Section B-B), Dengan mengambil titik awal titik 2 (h =

82.80 m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :

Timbun tanah sebesar 1.5 meter dan gali tanah sedalam 2.5 meter, sehinggadiperoleh ketinggian dasar rencana untuk jalan operasi sebesar 16,00 .dpl

Gali lahan sedalam 2.5 meter, dan bentuk menjadi bentuk trapesium sampaidengan ketinggian dasar lahan timbun zona 1.

Lapisan dasar lahan TPA Sampah Koromatantu Kab. Morowali Utara, direncanakan

terdiri dari 5 (Lima) lapisan, yaitu :

Lapisan Galar kayu, yang di Pasang Menggunakan Kayu diameter 10 cmLapisan Tanah Dasar, yang dipadatkan dari 50 cm menjadi 25 cmLapisan Geomembran, di pasang menutupi keseluruhan land fillLapisan Geotextile protextionLapisan kerikil

Penggunaan Clay / Lapisan Tanah Dasar ditunjukkan pada Tabel dibawah ini

Tabel 2.6. Parameter dan Jenis Lapisan Tanah Dasar

No. Parameter Tanah dasar

1. Permeabilitas Tergantung pemadatan, artinya semakin padatsemakin baik

2. Ketebalan 50 cm (dua lapisan)3. Daya tahan terhadap zat kimia Cukup sampai buruk4. Pemadatan Perlu5. Daya tahan terhadap api Baik6. Pengadaan Terbatas7. Biaya material Murah

8. Transportasi Mudah hingga sulit, tergantung lokasi sumberdan jaraknya

9. Instalasi Sulit, perlu banyak peralatanSumber :Malendu Bagchi, (1994), Design, Construction and Monitoring Landfills,

4. Pembangunan Fasilitas Umum

Pembangunan fasilitas umum di TPA sangat diperlukan agar pekerjaan proyek dapat

berjalan sesuai dengan rencana yang didesign dalam master plant dan DDE TPA

Sampah Morowali Utara. Fasilitas umum yang akan dibangun antara lain:

Page 23: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 23

a. Rencana Jaringan jalanJaringan jalan yang direncanakan dalam lahan TPA Kab. Morowali Utara, ditujukan

untuk :

Menjadi sarana lalu lintas angkutan truk pengangkut sampah dan alat-alat beratlain yang beroperasi dalam lahan TPA (bulldozer, excavator dan compactor)Memperlancar kegiatan pembongkaran sampah (tipping activity).Pencegahan masuknya aliran permukaan dari luar lahan efektif maupun daridalam lahan.Memperindah area landfill

Rancangan jalan operasional dalam TPA Kab. Morowali Utara , terbagi menjadi :

Jalan penghubung (akses)Jalan operasiJalan kerja

Jalan Penghubung

Jalan penghubung merupakan jalan utama pada lokasi TPA yang berfungsi

menghubungkan jalan umum dan jalan operasi. Jalan ini akan menampung arus

kendaraan pengangkut sampah yang masuk dan keluar dari TPA. Jalan penghubung

direncanakan dengan kriteria perencanaan sebagai berikut :

a) Kecepatan kendaraan = 30 km/jamb) Lebar jalan = Tahap I : 12 mc) Bahu jalan (kiri dan kanan jalan) selebar 1 meter dengan konstruksi pasangan

batu belah, dengan ketebalan lapisan bawah pondasi = 15 cm & lapisan ataspondasi = 7 cm

d) Kemiringan = < 2 %e) Slope tanggul jalan 1 : 1.5 dengan ketinggian 0,5-4,0 meterf) Beban kendaraan minimum 30 tong) Lapisan perkerasan terdiri dari :

Lapisan permukaan (surface course) adalah beton tebal 22 cmLapisan atas adalah lantai kerja tebal 5 cmLapisan bawah adalah sirtu (pasir batu) tebal 15 cmLapisan tanah dasar dipadatkan sampai ketebalan 20 cm

Jalan Operasi

Jalan operasi merupakan tempat beroperasinya kendaraan pengangkut sampah yang

masuk dan ke luar dari area penimbunan sampah. Jalan ini dilengkapi dengan cul de

sac, yang berfungsi untuk berputar arah untuk menghindari kemacetan dan lahan

Page 24: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 24

curah yang berfungsi sebagai tempat truk pengangkut sampah menuangkan sampah

dalam lahan timbun. Jalan operasi direncanakan dengan kriteria sebagai berikut :

a) Kecepatan kendaraan = 20 km/jamb) Jumlah jalur = 1 jalurc) Lebar perkerasan = 6 md) Kuat beban minimum = 30 tone) Kantong persilangan selebar = 10 meterf) Lapisan perkerasan terdiri dari = 2 Lapis

Jalan Kerja

Jalan Kerja adalah jalan yang digunakan alat-alat berat menuju sel sampah yang

ditentukan dalam lahan penimbunan. Jalan ini bersifat sementara karena pada

akhirnya akan ditimbun dengan sampah. Jalan Kerja direncanakan dengan kriteria

sebagai berikut :

a) Kecepatan kendaraan = 10 km/jam

b) Panjang jalan kerja maksimum = 300 meter

c) Lebar badan jalan = Tahap I : 6 m

d) Lapisan Jalan = Lapisan pondasi bawah (sub

base) adalah lapisan tanah dipadatkan dengan ketebalan 20 cm

b. DrainaseSaluran drainase diperlukan untuk mencegah agar air hujan yang jatuh di luar area

TPA tidak melimpas ke dalam area TPA. Demikian halnya saluran drainase juga

dibutuhkan untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dan melimpas di

atas permukaan timbunan sampah ke luar dari area TPA ke badan air terdekat.

Dengan demikian saluran drainase TPA bangunan agar dapat menampung air hujan

yang mengalir di permukaan tanah dan dengan segera mengeluarkan dari wilayah

TPA. Kapasitas saluran drainase disesuaikan dengan tingginya curah hujan, luas

area yang dilayani dan koefisien pengaliran. Fungsi drainase di TPA selain untuk

mencegah tergenangnya area timbulan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi.

Tipe penampang saluran drainase sebagaimana gambar berikut ;

Page 25: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 25

Gambar 2.14. Typikal Saluran Drainase

c. Tanggul dan Pagar TPATanggul dan pagar TPA selain berfungsi sebagai batas dan keamanan TPA, juga

berfungsi sebagai pengendali air limpasan agar tidak keluar area dan sebagai green

barrier. Tanggul TPA dibuat dari timbunan tanah setinggi ± 2 meter dan lebar ± 2,5

meter, di sekeliling TPA yang di atasnya ditanami tanaman pagar hidup dari jenis

pohon yang rimbun dan cepat tumbuh, seperti pohon angsana dan bambu jepang.

5. Pembangunan Fasilitas Perlindungan Lingkungan

Salah satu tujuan dilakukannya rehabilitasi dan pengembangan TPA Sampah

Koromatantu adalah untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan akibat kegiatan di

TPA. Fasilitas perlindungan lingkungan yang akan dibangun di TPA adalah :

a. Fasilitas Pengolahan Leachate

a.1. Rencana Pengolahan LeachatePerbaikan kualitas leachate melalui instalasi pengolahan leachate, ditujukan untuk:

Menurunkan konsentrasi konstituen leachate agar memenuhi baku mutu yangberlakuUntuk mencegah terjadinya polusi badan air penerima, sehingga tidakmengganggu kehidupan air dan peruntukan badan air penerima.Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan olehzat-zat toksik atau pathogen dalam leachate.

Page 26: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 26

Dalam merencanakan bangunan pengolahan leachate, dilakukan pendekatan

terhadap karakteristik leachate. Secara teoritikal berdasarkan hasil penelitian (DR.

Enri Damanhuri), leachate mempunyai karakter yang khas, yaitu :

a) Leachate dari TPA yang muda (umur < 2 tahun) bersifat asam, berkandungan

organik yang tinggi, mempunyai ion-ion terlarut yang tinggi serta rasio

BOD/COD relatif tinggi

b) Leachate dari TPA yang sudah tua (umur > 10 tahun) sudah mendekati netral,

mempunyai kandungan karbon organik dan mineral menurun serta rasio

BOD/COD relatif menurun.

Secara teori, beberapa karakteristik utama leachate diuraikan pada Tabel berikut.

Tabel 2.7. Karakteristik Utama Leachate

No. ParameterLandfill

Umur < 2 tahun Umur > 10 tahun1. BOD5 (ppm) 2.000 – 30.000 100 – 2002. TOC (ppm) 1.500 – 20.000 80 – 1603. COD (ppm) 3.000 – 45.000 100 – 5004. Total suspended solids (ppm) 200 – 2.000 100 – 4005. Organic Nitrogen (ppm) 10 – 600 80 – 1206. Ammonia Nitrogen (ppm) 10 – 800 20 – 407. Nitrite (ppm) 5 – 40 5 – 108. Total Phosporus (ppm) 1 – 70 5 – 109. Alkalinity as CaCO3 (ppm) 1.000 – 10.000 200 – 100010. pH 4.5 – 7.5 6.6 – 7.511. Total Kesadahan (ppm CaCO3) 300 – 10.000 200 – 50012. Kalsium (ppm) 200 – 3.000 100 – 40013. Magnesium (ppm) 50 – 150 50 – 20014. Potasium (ppm) 200 – 2.000 50 – 50015. Sodium (ppm) 200 – 2.000 100 – 20016. Chlorida (ppm) 100 – 3.000 100 – 400017. Sulfat (ppm) 100 – 1.500 200 – 55018. Total Besi (ppm) 50 – 600 20 – 200

Sumber : E.D. McBean, F.A. Rovers, G.J. Farquher, (1995), Solid Waste Landfill Engineering and Design

Berdasarkan hal tersebut, untuk kebutuhan perencanaan ini diambil asumsi

kualitas leachate dengan umur landfill < 2 (dua) tahun. Kualitas leachate (minimum)

sesuai dengan Tabel 2.7, sebelum diolah adalah sebagai berikut :

a) BOD (Biochemical Oxygen Demand) : 2.000 mg/lb) COD (Chemical Oxygen Demand) : 3.000 mg/lc) pH : 4.5 – 7.5d) SS (Suspended Solids) : 200 mg/le) TOC (Total Organic Carbon) : 1.500 mg/l

Page 27: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 27

Effluent dari Instalasi Pengolahan Leachate direncanakan dibuang ke Badan Air

Penerima berupa parit yang menuju Sungai terdekat.

a.2. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Leachate

Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan di dalam usaha memilih dan

menentukan lokasi penempatan bangunan pengolahan leachate didasarkan pada

kriteria-kriteria seperti diuraikan dibawah ini.

a) Kondisi Topografib) Bangunan pengolahan leachate, direncanakan ditempatkan pada lokasi elevasi

terendah, sehingga pengaliran leachate melalui pipa pengumpul dapatdilakukan secara gravitasi.

c) Rencana badan air Penerimad) Direncanakan lokasi bangunan pengolahan leachate dekat dengan badan air

penerima yang direncanakan akan menerima buangan air.e) Kedekatan dengan Sumber Leachatef)Lokasi bangunan pengolahan leachate diupayakan dekat dengan sumber

leachate (lahan TPA), sehingga dapat meminimalkan masalah-masalah yangakan timbul.

a.3. Rencana Pipa Pengumpul Leachate

Pipa pengumpul direncanakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan leachate

yang terjadi ke bangunan pengolahan leachate. Pipa yang digunakan

direncanakan jenis PVC baik yang berlubang dan tidak berlubang. Pipa berlubang

(perforated pipe) dipasang di dalam lahan pembuangan sampah, sementara pipa

tidak berlubang (non perforated pipe) dipasang di luar lahan pembuangan sampah

yang digunakan untuk mengalirkan leachate ke bangunan pengolahan leachate.

Pemasangan pipa leachate disesuaikan dengan kemiringan dasar lahan, yaitu :

a) Kemiringan minimum 1.0 % yang digunakan untuk pipa lateral leachate

b) Kemiringan minimum 2.0 % yang digunakan untuk pipa manifold leachate

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi

terutama adanya operasi alat-alat berat, pipa leachate akan dipasang di dalam

dengan konstruksi penutup beton bertulang.

Page 28: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 28

a.4. Instalasi Pengolahan Leachate

Instalasi pengolahan leachate yang akan diterapkan di TPA Kab. Morowali Utara

adalah sistem pengolahan biologis yang merupakan alternatif pengolahan terbaik

dan layak dari segi teknis dan ekonomis.

Untuk itu direncanakan pengolahan yang akan digunakan terdiri dari 3 (tiga) fase,

yaitu :

a. Fase I : Pengolahan melalui proses an-aerobicb. Fase II : Pengolahan melalui proses fakultatifc. Fase III : Pengolahan melalui proses maturasi

Pemilihan pengolahan tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan sebagai

berikut :

a. Murah dan mudah untuk operasi dan pemeliharaannyab. Topografi lokasi TPA memungkinkan untuk dibuat sistem tersebut tanpa

memerlukan sistem pengomposanc. Teknologi yang diterapkan mudah dipahami

Kriteria desain yang digunakan dalam merencanakan pengolahan leachate ini

ditunjukan sebagai berikut :

Tabel 2.8. Kriteria Perencanaan Kolam Pengolah Leachate

No. Jenis PengolahanLeachate

Kedalamanbak (m)

Waktu Detensi(hari)

1. An-aerobic 2,5 – 3,6 2 – 5

2. Fakultatif 1,0 – 2,5 7 – 10

3. Maturasi 0,75 – 1,5 7 - 10

Sumber : Syed. R. Qasim, Walter Chiang, (1994),Sanitary Landfill Leachate Generation, Control and Treatment

An-aerobic System

Pengolahan sistem anaerobic digunakan untuk mengolah zat organik yang

memiliki COD/BOD tinggi. Partikel-partikel organik berukuran besar mengendap ke

dasar kolam kemudian diuraikan oleh mikroorganism melalui proses anaerobic.

Keberhasilan proses penguraian dalam sistem anaerobic ini sangat tergantung

pada aktivitas bakteri acid forming bacteria dan methagonic bacteria. Untuk itu pH

Kolam harus dijaga di atas 6 dengan membubuhkan kapur tohor. Lumpur yang

terkumpul di dasar kolam harus dibesihkan minimal 3 tahun sekali.

Berdasarkan hasil analisa dari nilai BOD yang ada, diperkirakan BOD Maksimum

yang akan dihasilkan oleh TPA adalah 2.000 mg/l, sehingga dimensi kolam

Page 29: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 29

anaerobic adalah (Metcalf & eddy). Jika waktu tinggal kolam an aerobic

direncanakan selama 3 hari dan design kolam dengan kedalaman (H) = 2,5 m,

maka dengan Q = 31,104 m3/hari, dimensi kolam adalah :

HtdxQA =

232,375,2

3104,31 mxA ==

Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 37,32 m2 = 3 L2

→ L = 3,5 m→ P = 3 x 3,5 m atau sama dengan 10,5 m

Dimensi Kolam An Aerobic =

a. Panjang Kolam = 10,5 m

b. Lebar Kolam = 3,5 m

c. Kedalaman Kolam = 2,5 m

Facultatif System

Proses biokomia yang berlangsung dalam

kolam fakultatif merupakan perpaduan

antara proses aerobic dengan proses

anaerobic. Proses aerobic berlangsung

dibagian atas kolam dan proses anaerobic

berlangsung didasar kolam. Secara garis

besar proses biokimia yang berlangsung

dapat digambarkan sebagai berikut :

Dalam proses anaerobic, bakteri memanfaatkan oksigen dari dua sumber, yaitu

dari hasil transfer oksigen antara air dan udara serta dari oksigen yang dihasilkan

oleh ganggang. Mineral yang dihasilkan oleh bakteri dimanfaatkan oleh ganggang

untuk pertumbuhannya dan oksigen yang dihasilkan oleh ganggang dimanfaatkan

oleh bakteri untuk proses mineralisasi, sehingga ada proses timbal balik yang

menguntungkan.

Untuk desain kolam fakultatif, waktu detensi yang direncanakan adalah 7 hari

dengan kedalaman standar sebesar 2,5 meter.

Sel Baru

Oksigen

Ganggang

Sinar Matahari

CO2, NH4+, PO4-3

Bakteri

Sel BaruZat Organik

L

P

D

Page 30: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 30

HtdxQA =

209,875,2

7104,31 mxA ==

Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 87,09 m2 = 3 L2

→ L = 5,4 m ( direncanakan 5,5 m)→ P = 3 x 5,4 m atau sama dengan16 m

Dimensi Kolam Fakultatif :

a. Panjang Kolam = 16 m

b. Lebar Kolam = 5,5 m

c. Kedalaman Kolam = 2,50 m

Maturation System

Kolam maturasi pada umumnya digunakan sebagai pengolahan lanjut dari pengolahan

kolam fakultatif yang berfungsi untuk menghilangkan bakteri pathogen. Kedalaman

kolam maturasi antara 0,75 – 1,5 meter, dimana untuk perencanaan ini diambil 1,5

meter. Waktu detensi standar dari kolam maturasi sebesar 7-10 hari, dimana untuk

perencanaan ini diambil 7 hari.

Berdasarkan asumsi di atas, dimensi kolam maturasi dihitung sebagai berikut.

HtdxQA =

215,1455,1

7104,31 mxA ==

Jika P : L = 3 : 1 → dan A = P x L→ maka A = 3 L x L→ 145,15 m2 = 3 L2

→ L = 6,95 m (direncanakan 7 m)→ P = 20,8 m atau sama dengan 21 m

L

P

D

Page 31: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 31

Dimensi Kolam Maturasi =

a. Panjang Kolam = 21 m

b. Lebar Kolam = 7 m

c. Kedalaman Kolam = 1,5 m

Bak Polishing

Untuk menstabilkan proses pengolahan yang direncanakan, untuk membantu lebih

menstabilkan hasil dari proses-proses terdahulu sebelum dibuang ke kolam uji hayati,

Bak Polishing dibuat untuk menyempurnakan proses pengolahan dari keseluruhan

sistem.

⇒ Waktu detensi (td) untuk Bak Polishing direncanakan = 2 hari (172.800 detik),

sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :

C = Q x td= 0,31 l/det x 172.800 detik= 53568 L= 53,568 m3

Jika kedalaman Bak Polishing direncanakan 5 meter, maka Luas Bak adalah :

⇒ 23

43,215,2

568,53 mmmbakA →=

⇒ Bak Polisihing direncanakan berbentuk empat persegi panjang dengan P sama

dengan L, sehingga panjang dan lebar bak adalah

= 243,21 m

= 4,6 m ≈ 5,00 m

Kualitas leachate yang dibuang kedalam badan air penerima harus memenuhi syarat

baku mutu yang ditetapkan. Jika dihitung efesiensi penyisihan BOD dengan rumus :

tdxKSoSe251+

=

Dimana :So : BOD influent (mg/L)K25 : konstanta reaksi pada suhu 25° C (Metcalf & Eddy)Td : Waktu detensi (hari)Se : BOD effluent (mg/L)

L

P

D

Page 32: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 32

Dengan 4 (empat) jenis pengolahan standar yang ditetapkan, leachate yang keluar dari

instalasi pengolahan untuk masing-masing bangunan pengolahan ditunjukkan pada

Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Efisiensi Penyisihan BOD Masing-Masing Bangunan Pengolahan

Jenis So K25 td Se Efisiensipenyisihan

BakuMutu(BOD)

Keterangan

Anaerobic 2000 0.23 3 1183.432 59.17% 150Belum

memenuhibaku mutu

Fakultatif 1183.432 0.23 7 453.4222 38.31% 150Belum

memenuhibaku mutu

Maturasi 453.4222 0.23 7 173.725 38.31% 150Belum

memenuhibaku mutu

Polishing 173.725 0.23 2 118.9897 68.49% 150Sudah

memenuhibaku mutu

Sumber : Hasil Perhitungan DED TPA Morowali Utara, 2014

Kolam Uji Hayati (Kolam Kontrol)

Pada bagian akhir proses pengolahan leachate, dibuat kolam uji hayati yang

direncanakan dibagi menjadi 2 (dua) kompartemen, dimana 1 kompartemen

diperuntukan untuk uji kualitas leachate dengan penanaman ikan didalamnya dan 1

kompartemen untuk out let akhir sebelum dibuang ke Badan Air Penerima.

⇒ Waktu detensi (td) untuk Kolam uji hayati direncanakan = 12 jam (43.200 detik),

sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :

C = Q x td= 0,31 L/det x 43.200 detik= 13.392 L= 13,392 m3

Jika kedalaman kolam uji direncanakan 3 meter, maka luas kolam adalah

⇒ 23

4,55,2

392,13 mmmmkolamA →=

⇒ Lebar kolam direncanakan 2 meter, maka panjang kolam adalah

=mm

24,5 2

= 2,7 m≈ 3 meter

Page 33: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 33

Skematik pengolahan leachate dan lay out lokasi pengolahan ditunjukkan pada

Gambar 2.15.

Dari TPAQ = 0,68 l/det

BADAN AIR

Sungai Citanduy

Kolam An-aerobic

Kolam Fakultatif

Kolam Maturasi

1. Td = 3 hari2. P = 15 m3. L = 5 m4. H = 2,5 m

1. Td = 12 jam2. P = 4 m3. L = 2,5 m4. H = 3 m

Bak Polishing

Kolam Uji Hayati

1. Td = 7 hari2. P = 22,5 m3. L = 7,5 m4. H = 2,5 m

1. Td = 7 hari2. P = 30 m3. L = 10 m4. H = 1,5 m

1. Td = 2 hari2. P = 5 m3. L = 5 m4. H = 5 m

Gambar 2.15. Skematik Instalasi Pengolahan Leachate

b. Fasilitas Pengelolaan Gas

Secara teoritis, pengolahan leachate akan merupakan penguraian materi organik

dalam keadaan an-aerobik yang menghasilkan gas bio, terutama dalam bentuk

methan, Karbondioksida dan gas-gas lain dalam proporsi yang kecil seperti Hidrogen

Sulfida dan Nitrogen. Hal ini terjadi karena sebagian besar proses dekomposisi yang

terjadi akan berlangsung dalam proses an-aerobik. Bila gas-gas ini tidak dikendalikan,

dapat menimbulkan efek yang berbahaya seperti :

a) Gangguan terhadap tanaman di lokasi land fill atau sekitarnya, karena mengurangi

oksigen pada zona akar, meningkatkan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi

tanaman.

b) Methane pada konsentrasi 5% - 15% volume udara mudah terbakar/meledak, juga

merupakan kontributor dalam pemanasan global.

c) Bau, walaupun methane dan karbondioksida tidak berbau tetapi gas-gas yang lain

seperti H2S Mercaptane dan Gas organik menimbulkan bau.

d) Karbondioksida dapat meningkatkan kesadahan air.

Page 34: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 34

Untuk itu perlu diadakan celah ventilasi yang terdiri dari ventilasi vertikal dari pipa

PVC Ф 4” yang dilubang-lubangi dan dipasang di atas tanah penutup dengan jarak

antara pipa 50 – 100 meter. Pipa berlubang tersebut diselimuti dengan kerikil 5-15 cm

untuk mencegah tersumbatnya lubang tersebut dan dipasang pada box (junction)

pipa induk penyalur leachate Disamping itu terdapat sistem pengumpul gas bio yang

horisontal atau miring, yaitu :

a) Vertikal, yang naik sesuai dengan kenaikan timbunan artinya bila lahan mencapai

bukit akhir, maka ventilasi dibuat dengan menyambung ventilasi yang sudah ada

sebelunya, akhirnya pada bukit akhir dibuat pipa ventilasi tegak dan berada 1 (satu)

meter di atas muka bukit.

b) Horisontal, yang menyatu dengan penutup harian.

c) Miring, yang direncanakan mengikuti kemiringan dinding lahan.

Sistem pengendalian gas vertikal akan dihubungkan dengan sistem pengumpulan

leachate agar leachate yang terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa pengendalian

gas dapat melayani sampai daerah pada radius 20 meter disekitarnya, yang dipasang

dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Media kerikil 5 – 10 cm dengan ketebalan sekitar 40 cm yang dapat dicetak

dengan bantuan bronjong/anyaman bambu.

b) Ф pipa berlubang = 100 cm (4”).

c) Radius pengaruh sumuran = 25 – 40 cm.

c. Fasilitas Kawasan Penyangga TPA

Kawasan penyangga berfungsi sebagai penahan gangguan yang diakibatkan oleh

kegiatan dan aktivitas sekitar TPA, yang dibuat melingkari tapak dengan lebar 10 - 20

meter. Pada kawasan penyangga ini, akan ditanam pohon-pohon baru atau

mempertahankan pohon lama, yang berfungsi untuk menahan kemungkinan erosi

dan longsoran.

a. Green Barrier

Selain penanaman tanaman pagar berupa angsana dan bambu jepang, kegiatan

penghijauan juga akan dilakukan di sekitar/sekeliling area TPA serta areal-area yang

telah dilakukan penutupan dengan tanah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi

penyebaran bau sampah ke lingkungan sekitar serta meningkatkan estetika

lingkungan di sekitar TPA. Tanaman penghijauan ini akan berfungsi sebagai buffer

zone/green barrier TPA terhadap lingkungan permukiman sekitar TPA. Penanaman

Page 35: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 35

pohon tersebut juga sekaligus digunakan untuk ujicoba pemanfaatan kompos hasil

produksi TPA.

Adapun jenis tanaman penghijauan yang akan dibudidayakan selain angsana dipilih

dari jenis yang memiliki kemampuan menyerap polusi udara dan menetralisir bau

tidak sedap (mengeluarkan bau wangi), antara lain :

Tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap debu dari udara:

mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung, kayu hitam.

Tanaman yang baik menghasilkan bau wangi: kemuning, kenanga, melati,

sedap malam, dan mawar.

Tanaman yang baik untuk penghalang angin: bambu jepang. Bambu jepang

perlu ditanam rapat mengikuti keliling pagar, sehingga dapat mengurangi

kecepatan angin dari luar masuk ke dalam area TPA dan sebaliknya

mengurangi kecepatan angin dari dalam area TPA keluar ke kawasan sekitar.

Pada area yang sudah ditutup tanah selain akan ditanami jenis tanaman

tahunan/tanaman keras tersebut, di bawahnya juga akan ditanami rumput-

rumputan dan sereh wangi. Berbagai penelitian tentang kualitas lingkungan,

melaporkan bahwa sereh wangi dapat menyerap zat-zat pencemar, seperti

logam berat. Demikian halnya tanaman melati air juga menunjukkan

kemampuan yang baik untuk menyerap zat pencemar di dalam tanah. Untuk

itu penanaman sereh wangi dan melati air terutama pada area yang telah

ditutup tanah dan di tebing-tebing sekitar kolam pengendapan lindi akan sangat

membantu menurunkan kadar zat pencemar di dalam tanah dan air tanah.

b. Sumur Uji

Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah

yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap,

kebocoran geomembran, keretakan lapisan tanah liat). Sumur uji akan dibuat pada

setiap zona pembuangan sampah dan lingkungan sekitar TPA.

6. Pembangunan Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung: sarana air bersih; tempat pencucian kendaraan, kantor, pos

keamanan seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.

Page 36: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 36

Tabel 2.10. Bangunan Penunjang Operasional

No. JenisBangunan Perletakan / fungsi Dimensi Keterangan

1. Pos Satpampenjaga TPA

Terletak diantara pintu masuk danpintu keluar Luas bangunan 9 m2 Dibangun 2 (dua) unit

2. Rumah PetugasTPA

Terlindung dari lalu lintas truksampah dan bau sampah

Luas rumah penjaga 36m2 1 unit

3. Kantor TPA Terlindung dari lalu lintas truksampah dan bau sampah Luas 52,5 m2 1 unit

4. Garasi Untuk menyimpan alat-alat berat Luas 220 m2 1 (satu) unit

5. Ruang Genset Untuk penyimpanan generatorcadangan listrik Luas minimal 86,25 m2 1 unit

6. GudangUntuk penyimpanan suku cadangalat-alat berat dan berbagaikebutuhan lain

Luas 48 m2 1 unit

7. Tempat cucimobil

Berbentuk bangunan cuci mobilbiasa Luas minimal 200 m2

Dilengkapi dengan alatsemprot air dan

bangunan tunggu

8 Pelataran parkirTruk

1. Antisipasi antrian truk menunggupenuangan sampah

2. Parkir truk di malam hari

Luas pelataran parkir 50m x 50 m

Dibuat berbentukmemanjang menujutempat lokasi untuk

memudahkanpergerakan

9. Bangunantimbangan

Untuk mencatat timbulan sampahyang masuk

1. Kapasitas bebasminimum 30 ton

2. Ketelitian 5 kg

Pencatatan digitalindikator dengan printer

10. Penyediaan airbersih

1. Digunakan untuk pencuciankendaraan operasional,

2. Kebutuhan sehari-hari3. Penyiraman taman

Dibuat sumur pompadalam, minimal 150 mdengan menara danreservoir 20 m3

-

Sumber : DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014

2.4.3. Tahap Operasional

Pada tahap operasi kegiatan yang akan dilakukan mencakup pengangkutan sampah,

mobilisasi alat berat, penimbunan dan pemadatan sampah, penutupan tanah, ventilasi

gas, pengumpulan dan pengolahan lindi dan pengolahan sampah menjadi kompos.

1. Pengangkutan sampahKegiatan operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan jumlah volume

sampah dan kendaraan pengangkut sampah. Volume sampah harian yang dapat

ditampung dalam lahan TPA dapat dilihat pada Tabel 2.14. Proyeksi Timbunan Sampah

Kabupaten Morowali Utara berikut ini. Tabel berikut ini merupakan proyeksi timbulan

sampah untuk mengetahui besar timbulan sampah yang akan ditangani dalam 20 tahun

kedepan.

Page 37: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 37

Tabel 2.11. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Morowali Utara

Sumber : Madter Plant & DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014

Page 38: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 38

Kegiatan pengangkutan sampah akan dilakukan setiap hari antara pukul 06.00 s/d 15.00

WIB. Jumlah truk yang akan beroperasi akan disesuaikan jumlah timbulan sampah. Jika

kapasitas pengangkutan 6 m3/truk dan tiap truk dapat mengangkut 2 rit/hari, maka

sesuai prediksi timbulan sampah dimasa mendatang jumlah truk yang dibutuhkan

adalah 10-13 truk. Penggunaan truk yang layak jalan dalam kondisi yang baik

merupakan jantung dari kegiatan pengelolaan sampah. Penggunaan terpal penutup

pada dump truk merupakan langkah pencegahan sampah tercecer di jalan serta

mengurangi timbulnya bau bagi pengguna jalan lainnya. Sedangkan manajemen sel

dalam TPA Kab. Morowali Utara ini direncanakan sebagai berikut :

a. Kendaraan – kendaraan pengangkut akan diarahkan ke jalur penurunan sampah

(tipping area), dimana lokasi penurunan sampah (tipping place) direncanakan sesuai

dengan arah kemajuan penimbunan sampah.

b. Sampah yang diangkut, dibongkar di titik jalur penurunan sampah, dipindahkan ke

lokasi penimbunan dan disebarkan. Kemudian sampah tersebut ditutup dengan

lapisan tanah penutup (soil cover) setiap 1,5 meter.

2. Mobilisasi Alat Berat Operasional LandfillAlat-alat berat yang direncanakan dipergunakan dalam proses operasional TPA Kab.

Morowali Utara adalah :

a. Bulldozer

b. Compactor

c. Excavator

Kebutuhan BulldozerBulldozer berfungsi untuk mendorong dan meratakan sampah yang dituangkan truk dari

lahan curah ke lahan timbun, untuk kemudian disimpan dalam area sel yang sudah

ditentukan. Jumlah kebutuhan bulldozer dihitung berdasarkan perbandingan produksi

maksimum per hari bulldozer dengan volume sampah harian yang masuk. Produksi

maksimum per hari bulldozer sesuai spesifikasi teknis.

Tabel 2.12. Perhitungan Produksi Maksimum Bulldozer

No. UraianJenis Alat Berat

Bulldozer Type JCB190/1110

1. Maksimum produksi - m3/jam 1602. Jarak tempuh efisien – meter 50

Faktor Koreksi1. Operator 0,752. Material 1,23. Slot Dozing 1,2

Page 39: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 39

No. UraianJenis Alat Berat

Bulldozer Type JCB190/1110

4. Side by side dozing 1,155. Kondisi 0,86. Efisiensi kerja 0,847. Efisiensi mesin 0,98. Kemiringan 19. Density Standar (Kg/m3) 1.370A. Sampah1. Density Sampah (Kg/m3) 3002. Berat Koreksi = density standar/density sampah 4,573. Faktor Koreksi 3,434. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 548,855. Jumlah kerja per hari (jam) 86. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 4.390,79B. Tanah Penutup1. Density tanah penutup (Kg/m3) 14802. Berat Koreksi = density standar/density tanah penutup 0,933. Faktor Koreksi 0,704. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 111,255. Jumlah kerja untuk penutupan per hari (jam) 1,506. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 166,88

Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

Contoh perhitungan :

a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3. (volume sampah pada akhir perencanaan tahun 2022)

b. Produksi maksimum per hari bulldozer untuk sampah (Pbms), adalah 4.390,79 m3.

Maka bulldozer yang dibutuhkan adalah

05,079,390.4

52,2193

3

==m

mPV

bms

n ≈ 1

Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun rencana,

jumlah bulldozer direncanakan adalah 1 (satu) buah, yang

dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah penutup 1 unit.

Kebutuhan Compactor

Compactor berfungsi untuk meratakan sampah dan memadatan tanah penutup antara

dan penutup akhir, dengan produksi maksimum per hari compactor sesuai spesifikasi

teknis, ditunjukkan pada Tabel 2.13.

Contoh perhitungan :

a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3.

b. Produksi maksimum per hari compactor untuk sampah (Pcms), adalah 9.557 m3.c. Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.d. Produksi maksimum per hari compactor untuk tanah penutup (Pcmt), adalah 972 m3.

Page 40: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 40

Maka compactor yang dibutuhkan untuk sampah adalah 02,0557.9

52,2193

3

==mm

PV

cms

n dan

untuk tanah penutup adalah 0172,0972

296,163

3

==m

mPS

cmt

o

Berdasarkan perhitungan, pada akhir rencana,

jumlah compactor yang direncanakan adalah 2 (dua)

buah, yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah

penutup 1 unit.

Tabel 2.13. Perhitungan Produksi Maksimum Compactor

No. UraianJenis Alat Berat

CompactorType SV 900

A. Sampah1. Waktu efisiensi kerja (menit/jam) - E (50 menit/jam/60 menit/jam) x 100% 83,33%2. w = 2 x lebar roda (meter) 2,13. Kecepatan rata-rata (v) - km/jam 124. Tebal kepadatan (L) – mm 4005. Jumlah gilasan ® - kali 36. Perbandingan m3 padat terhadap lepas = 400 : 750 0,537. Faktor koreksi 0,88. Efisiensi Mesin 100%9. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 1.194,67

10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 811. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 9.557B. Tanah Penutup1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,852. Bucket Fill Faktor (fb) 0,813. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,68854. Efisiensi mesin (em) 100%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%6. Faktor koreksi 0,87. Tebal kepadatan (L) – mm 1508. Jumlah gilasan ® - kali 4,009. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 432,02

10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 1,511. Produksi Padat (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 648,0312. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 972

Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

Page 41: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 41

Kebutuhan ExcavatorExcavator digunakan untuk menaikkan dan meninggikan sampah dan membawa tanah

penutup dengan sekopnya dari satu tempat ke tempat lain. produksi maksimum per hari

excavator ditunjukkan pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Perhitungan Produksi Maksimum Excavator

No. UraianJenis Alat BeratExcavator Type

JCB 3 CXA. Tanah Penutup1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,52. Bucket Fill Faktor (fb) 0,93. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,454. Efisiensi mesin (em) 90%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%

Cycle time1. Waktu muat (detik) 2,52. Waktu manuver muat (detik) 4,53. Waktu buang (detik) 3,54. Waktu manuver kosong (detik) 4,55. Jumlah (detik) 156. Jumlah (menit) 0,257. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 2408. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 80,6769. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 710. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 565B. Sampah1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,52. Bucket Fill Faktor (fb) 0,83. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,44. Efisiensi mesin (em) 90%5. Efisiensi kerja (Ek) 83%

Cycle time1. Waktu muat (detik) 42. Waktu manuver muat (detik) 4,53. Waktu buang (detik) 1,54. Waktu manuver kosong (detik) 3,55. Jumlah (detik) 13,56. Jumlah (menit) 0,237. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 266,678. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 79,689. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 710. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 558

Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

Page 42: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 42

Contoh perhitungan :

a) Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),adalah 219,52 m3.

b) Produksi maksimum per hari excavator untuk sampah (Pems), adalah 558 m3.c) Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.d) Produksi maksimum per hari excavator untuk tanah penutup (Pemt), adalah 565 m3.

Maka excavator yang dibutuhkan untuk sampah adalah 398,0558

52,2193

3

==m

mPV

cms

n

dan untuk tanah penutup adalah 029,0565

296,163

3

==m

mPS

cmt

o

Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun

rencana, jumlah excavator yang direncanakan

untuk sampah dan tanah penutup adalah 2 buah,

yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah

penutup 1 unit.

3. Penimbunan dan Pemadatan SampahKegiatan penimbunan dan pemadatan sampah akan menerapkan sel yang terdiri dari

sel-sel sampah. Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel

harian. Setiap timbunan sampah yang telah dipadatkan mencapai luas tertentu dan

ketinggian ±1,5 meter, maka akan dilapisi tanah penutup antara setebal 20 – 30 cm

(setelah pemadatan) dan penutup akhir setebal 100 cm. Penutupan tanah ini dilakukan

setiap hari pada akhir kerja. Dalam operasi penimbunan sampah, kriteria-kriteria

pembentukan sel akan dijadikan panduan operasi penimbunan sampah. Dengan kriteria-

kriteria ini, diharapkan bentuk-bentuk bukit timbunan akhir yang telah ditentukan akan

lebih mudah dicapai. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan sel dimulai dari lapisan paling bawah, arah pembentukan dari bawah

ke atas.

b. Sel harus memiliki satu bidang tumpu, dimana bidang tumpu ini dapat merupakan

lereng dari sel yang lain atau lereng dari lahan kerja, sehingga tidak ada satu sel

pun yang terpisah dari sel lainnya.

c. Lereng kemiringan sel direncanakan 45°

d. Tebal sel harian sebesar 0,8 m – 5,0 m

Page 43: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 43

4. Penutupan TanahPenutupan tanah harian harus dilakukan guna mengurangi bahaya kebakaran, infiltrasi

air hujan, bau, terbangnya sampah yang ringan, gas, berkembangnya binatang pengerat

dan vektor, dan memperbaiki penampilan (estetika) TPA. Tanah penutup yang harus

disediakan untuk sistem Sanitary Landfill, akan diupayakan dari tanah hasil proses

penggalian setiap zona. Tanah penutup diperlukan pada waktu selesainya kegiatan

pemadatan sampah harian yang disebut tanah penutup harian, serta pada saat lahan

selesai dipergunakan yaitu disebut tanah penutup akhir. Tanah penutup untuk operasi

penimbunan sel sampah di TPA Kab. Morowali Utara direncanakan dari tanah yang

mempunyai sifat kedap air. Perhitungan tanah penutup diperhitungkan atas dimensi sel,

yaitu :

a. Ketebalan tanah penutup antar sel (hi) = 0,2 meter

b. Tebal sel sampah (hw) = 1,50 meter

c. Lebar sel sampah (lw) = 5 meter (skenario 2)

d. Panjang sel sampah (ps) = 6,7 meter

Kebutuhan tanah penutup harian dan rekapitulasi sampai akhir umur lahan TPA Kab.

Morowali Utara, ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 2.15. Kebutuhan Tanah Penutup

hw sin ά lebarsel (lw)

Tebal TanahLapisan

antar Sel (hi)PanjangSel (ps)

Volume TanahPenutup

Terkompaksi

Volume TanahPenutup Sebelum

Terkompaksi

m m M m m3 m3

1.50 0.70710 5 0.20 6,7 11,45 9,54

Tanah penutup ini akan dipergunakan untuk proses pembentukan lahan (untuk lahan

uyang memerlukan peimbunan dan pemadatan), dan sisanya disimpan sementara pada

lahan yang direncanakan di lokasi buffer zona (zona pelindung) Secara rinci standar

penutupan tanah dilakukan sebagai berikut :

a) Kemiringan dan kondisi tanah penutup harian harus dikontrol setiap hari untukmenjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikanpada lapisan ini;

b) Dalam panduan pengoperasian harus dicantumkan (1) sumber tanah penutup sertajenis dan klasifikasi yang perlu ada (2) pengaturan kemiringan (slope) area penguruganmininal 450 untuk memperbanyak run-off dan mengurangi erosi akibat air limpasan,serta mengurangi infiltrasi, (4) prosedur untuk mempertahankan integrasi bahanpenutup;

Page 44: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 44

c) Penutup harian sedapat mungkin diaplikasikan setiap hari, namun bila tidak mungkin,dilakukan paling tidak setiap minggu;

d) Ketebalan tanah penutup minimum adalah 15 cm;e) Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka

dibutuhkan penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan;f) Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan

digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm;g) Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final sebaiknya ditanami pohon yang

sesuai.

Jenis tanah yang akan digunakan adalah jenis tanah yang tidak kedap, yakni tanah

laterit. Tanah penutup akan diambil di sekitar lokasi. Guna mengurangi kebutuhan tanah

urug yang harus didatangkan dari luar lokasi, maka tanah penutup juga akan

menggunakan kompos curah yang dihasilkan dari TPA Kabupaten Morowali Utara di

Koromatantu sendiri.

5. Perawatan Ventilasi GasPipa ventilasi gas berupa pipa berlubang atau bambu berlubang yang dilindungi oleh

kerikil dan casing yang dipasang secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan

timbunan sampah.

6. Pengumpulan dan Pengolahan LindiPengolahan lindi dikondisikan untuk mengoptimalkan proses pengolahan baik melalui

proses anaerob, aerob, fakultatif, maturasi dan resirkulasi lindi, sehingga dicapai efluen

yang memenuhi standar baku mutu.

7. Pembuatan KomposKegiatan pengolahan sampah organik menjadi kompos di TPA Kabupaten Morowali

Utara di Koromatantu merupakan salah satu bagian dari strategi pengurangan sampah

di Kabupaten Morowali Utara. Selain bertujuan memanfaatkan sampah menjadi pupuk,

kegiatan ini juga bertujuan untuk memperpanjang umur teknis TPA dan memberdayakan

masyarakat di sekitar TPA. Kegiatan pengolahan sampah organik yang akan

dilaksanakan di TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu terbagi ke dalam dua

bagian, yaitu:

a) Pengolahan sampah organik dari pasar yang relatif bersih dari pengotor dengan

mekanisasi (mesin pencacah sampah) dan menghasilkan kompos yang disebut

kompos murni. Cairan/leachate yang dihasilkan dari proses pengomposan

dimanfaatkan menjadi pupuk cair.

Page 45: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 45

b) Pengolahan sampah pasar yang tercampur pengotor dengan sistem penumpukan di

lahan terbuka. Setelah melalui proses pengayakan akan dihasilkan kompos yang

disebut kompos curah.

Kompos murni dapat dimanfaatkan untuk segala jenis tanaman termasuk tanaman

konsumsi. Sedangkan kompos curah disarankan hanya digunakan untuk tanaman hias

dan tanaman keras, karena ada resiko tercemar oleh B3 (Bahan Beracun dan

Berbahaya). Kompos murni hasil pengomposan di TPA Kabupaten Morowali Utara di

Koromatantu adalah sampah sisa sayuran dan buah-buahan dari Pasar. Dalam rangka

mendukung rencana pengelolaan TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu yang

mengarah kepada sistem controlled landfill, maka kapasitas pengolahan kompos akan

terus ditingkatkan.

8. Pembinaan PemulungSuka atau tidak suka kehadiran pemulung di lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara di

Koromatantu sesungguhnya akan ikut andil dalam proses pengelolaan sampah

Kabupaten Morowali Utara. Kegiatan mandiri yang dilakukan para pemulung ini akan

membantu proses pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan, pengumpulan kembali,

dan pengangkutan ke luar TPA. Sampah berupa plastik, potongan besi, dan lain-lain

yang masih bisa didaur ulang dikumpulkan dan dijual kepada pengumpul. Sehingga

pada dasarnya melalui jasa pemulung ini pengurangan sampah telah terjadi.

Bagi pemerintah (Dinas Tata Kota, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Morowali

Utara) selaku penanggungjawab pengelolaan TPA, yang terpenting adalah memberikan

arahan, pembinaan, dan fasilitasi yang cukup agar para pemulung dapat bekerja secara

optimal dan sejalan dengan program pengelolaan sampah di TPA Kabupaten Morowali

Utara di Koromatantu. Pemulung harus dipandang sebagai ”karyawan” yang perlu

memperoleh hak-hak pengembangan diri dan keselamatan kerja. Oleh karena itu

pengelola TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu perlu memberikan pelatihan

dan peralatan yang dibutuhkan. Pemberian seragam berupa rompi, topi, masker, dan

sepatu boot mungkin dapat dilakukan guna meningkatkan harga diri, karena merasa

diakui, dan meningkatkan keselamatan kerja yang pada gilirannya akan memotivasi

kinerja para pemulung di TPA ini. Guna membantu proses pencucian plastik yang

selama ini dilakukan di rumah-rumah penduduk, maka Pengelolan TPA Kabupaten

Morowali Utara di Koromatantu berencana untuk mengadakan fasilitas pencucian plastik,

menggunakan air bekas pencucian truk.

Page 46: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 46

9. Penggunaan EnergiEnergi listrik yang digunakan untuk menunjang operasional TPA Kabupaten Morowali

Utara di Koromatantu berasal dari PLN Ranting Kolonodale dengan daya 500 KVA.

Sebagai cadangan akan digunakan genset dengan daya 500 KVA. Untuk itu sebagai

cadangan bahan bakar minyak akan diadakan stok BBM solar sebanyak 100 liter/hari.

10. Penggunaan AirSumber air bersih akan diperoleh dari sumur pompa dalam minimal 150 m dengan

menara dan reservoir 20 m3. Pendistribusian air ke bagian-bagian layanan akan

dilakukan dengan menggunakan pipa. Secara kebutuhan air rinci dan neraca kebutuhan

air untuk operasional TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu adalah sebagai

berikut ;

Tabel 2.16. Rincian Kebutuhan Air TPA

Uraian Asumsi Jumlah Satuan KebutuhanAir (liter/hari)

Domestik Kantor dan Rumah Jaga 100 l/o/h 15 orang 1500Proses Kompos 500 l/h - 500Pencucian Truck 500 l/t/h 13 truck 6500Pencucian Plastik 2000 l/h - 2000Penghijauan 0.5 l/m2/h 10000 m2 5000MCK Umum 50 l/o/h 50 orang 2500

TOTAL 18000TOTAL (m3/hari) 18

2.4.4. Tahap Pasca Operasi

Setelah TPA Sampah di Koromatantu penuh, maka akan dilakukan reklamasi lahan

sesuai persyaratan teknis tanah penutup akhir TPA. Pada tahap selanjutnya TPA dapat

dimanfaatkan sesuai dengan lansekap akhir diselaraskan dengan peruntukkan lahan di

sekitar TPA pada RTRW Kabupaten Morowali. Kegiatan pasca operasi TPA antara lain

meliputi kegiatan :

Inspeksi rutin

Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup

Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA

Pemeliharaan dan kontrol leachate dan gas

Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase

Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng

Pemantauan kualitas lingkungan.

Page 47: BAB 2 TPA Kolonedale

Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas ±5,00 HaDi Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah II - 47

1. Reklamasi Lahan

Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah

menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun, maka lahan

bekas TPA Koromatantu direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai

dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas TPA akan digunakan sebagai

daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu memperhitungkan faktor keamanan

bangunan secara maksimal. Reklamasi lahan bekas TPA Morowali Utara di

Koromatantu disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama yang berkaitan

dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah

penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam),

ditambah lapisan top soil.

2. Pemantauan Kualitas Lindi dan Udara/Gas

Monitoring kualitas lingkungan pasca operasi TPA di Koromatantu diperlukan untuk

mengetahui ada tidaknya pencemaran karena kebocoran dasar TPA, jaringan

pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran pipa

ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan pipa

ventilasi gas. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :

• Kualitas air, meliputi antara lain BOD/COD, Chlorida, sulfat.

• Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)

• Kepadatan lalat

Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter

kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2 kali

yang dilakukan pada musim kemarau dan hujan.