BAB 2 TINJAUAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01247-AR...

18
7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Topik Environmentally sustainable, healthy and livable human settlement bergantung pada penciptaan lingkungan yang lebih baik bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia, yang akan meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan mengurangi kesenjangan dalam kualitas hidup mereka. Kesehatan penduduk bergantung sama banyaknya dengan pengendalian masalah lingkungan kesehatan yang buruk, seperti pada respon klinis terhadap penyakit. Anak-anak sangat rentan terhadap lingkungan perkotaan yang berbahaya dan harus dilindungi. Langkah- langkah untuk mencegah penyebaran penyakit sama pentingnya dengan ketersediaan perawatan medis yang tepat. Oleh karena itu penting untuk mengambil pendekatan holistik terhadap kesehatan, dimana pencegahan dan perawatan ditempatkan dalam konteks kebijakan lingkungan, didukung oleh sistem manajemen yang efektif dan rencana tindakan menggabungkan target yang mencerminkan kebutuhan dan kapasitas lokal. 2.1.1 Tinjauan Healing Environment Healing Environment merupakan salah satu bagian dari environmentally sustainable, healthy and livable human settlement. Kata healingatau penyembuhan berasal dari bahasa Anglo-Saxon “haelen” yang berarti keseluruhan atau dapat pula diartikan sebagai keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Penyembuhan tidak sama dengan pengobatan. Pengobatan terfokus pada memperbaiki masalah, memberantas penyakit, dan mengurangi gejala. Manusia dapat disembuhkan (secara psikologis) walaupun mereka tidak sembuh (secara jasmani). Misalnya, mereka yang memiliki penyakit kronis dapat belajar untuk berdamai dengan kondisi mereka sendiri. Seorang wanita yang menderita kanker payudara akan semakin tertekan bila kondisi jiwanya penuh dengan amarah dan duka. Dengan demikian, Healing Environment merupakan sebuah lingkungan yang dirancang untuk menciptakan keharmonisan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Sejumlah penelitian telah menghubungkan kondisi lingkungan fisik rumah sakit dengan hasil kesehatan. Menurut Ulrich dan Zimring dalam jurnal “Role Of The Phisycal Environmeny in The Hospital of The 21 st Century” tahun 2004

Transcript of BAB 2 TINJAUAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01247-AR...

7

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Topik

Environmentally sustainable, healthy and livable human settlement

bergantung pada penciptaan lingkungan yang lebih baik bagi kesehatan dan

kesejahteraan manusia, yang akan meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan

mengurangi kesenjangan dalam kualitas hidup mereka. Kesehatan penduduk

bergantung sama banyaknya dengan pengendalian masalah lingkungan kesehatan

yang buruk, seperti pada respon klinis terhadap penyakit. Anak-anak sangat rentan

terhadap lingkungan perkotaan yang berbahaya dan harus dilindungi. Langkah-

langkah untuk mencegah penyebaran penyakit sama pentingnya dengan ketersediaan

perawatan medis yang tepat. Oleh karena itu penting untuk mengambil pendekatan

holistik terhadap kesehatan, dimana pencegahan dan perawatan ditempatkan dalam

konteks kebijakan lingkungan, didukung oleh sistem manajemen yang efektif dan

rencana tindakan menggabungkan target yang mencerminkan kebutuhan dan

kapasitas lokal.

2.1.1 Tinjauan Healing Environment

Healing Environment merupakan salah satu bagian dari environmentally

sustainable, healthy and livable human settlement. Kata “healing” atau

penyembuhan berasal dari bahasa Anglo-Saxon “haelen” yang berarti keseluruhan

atau dapat pula diartikan sebagai keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

Penyembuhan tidak sama dengan pengobatan. Pengobatan terfokus pada

memperbaiki masalah, memberantas penyakit, dan mengurangi gejala. Manusia

dapat disembuhkan (secara psikologis) walaupun mereka tidak sembuh (secara

jasmani). Misalnya, mereka yang memiliki penyakit kronis dapat belajar untuk

berdamai dengan kondisi mereka sendiri. Seorang wanita yang menderita kanker

payudara akan semakin tertekan bila kondisi jiwanya penuh dengan amarah dan

duka. Dengan demikian, Healing Environment merupakan sebuah lingkungan yang

dirancang untuk menciptakan keharmonisan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

Sejumlah penelitian telah menghubungkan kondisi lingkungan fisik rumah

sakit dengan hasil kesehatan. Menurut Ulrich dan Zimring dalam jurnal “Role Of

The Phisycal Environmeny in The Hospital of The 21st Century” tahun 2004

8

menyatakan, lebih dari 600 penelitian yang menggambarkan bagaimana aspek desain

perawatan kesehatan dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Sebagian besar

penelitian ini telah menunjukan bahwa rumah sakit konvensional telah dirancang

dengan skema warna yang hambar, lorong-lorong yang bergema, kamar pasien yang

sempit dan kaku, telah memberikan konstribusi terhadap stress.

E.R.C.M Huisman, E. Morales, J. van Hoof, dan H.S.M Kort dalam jurnal

“Healing Environment: A review of the impact of physical environmental factors on

users” tahun 2012, ada enam topik utama yang mempengaruhi Healing

Environment, yaitu:

• Mereduksi faktor human error

Salah satu kekhawatiran utama pasien adalah faktor human error yang mungkin

terjadi oleh tenaga medis. Untuk mengurangi faktor tersebut terdapat beberapa

solusi desain yaitu:

a. Ruang kamar yang identik

Adanya standarisasi dan keseragaman bentuk kamar pasien beserta

perlengkapannya dapat memudahkan dan mengurangi kesalahan dari tenaga

medis rumah sakit yang mungkin terjadi. Ketika fasilitas rawat memiliki

bentuk yang sama persis, tenaga medis rumah sakit akan bekerja dengan

pelayanan yang sama persis pada tiap pasien. Hal ini dapat mengurangi

kesalahan-kesalahan fatal yang mungkin terjadi.

b. Pencahayaan

Pencahayaan pada tiap ruang harus diperhatikan agar mencukupi tiap-tiap

kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh tenaga medis. Pencahayaan yang

kurang akan meningkatkan faktor kesalahan tindakan penanganan pasien.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan solusi desain yang sesuai adalah

mengatur ruang yang sama persis dan mengatur pencahayaan ruang.

• Meningkatkan keamanan pasien

Aspek ini berhubungan dengan pengaturan seluruh elemen dan perangkat rumah

sakit dengan tujuan meningkatkan keamanan pasien. Untuk menunjang topik ini

terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan, yaitu mengurangi resiko jatuh

pada pasien, mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi pada ruang, dan

kualitas udara ruang.

• Memberikan kontrol lingkungan penuh kepada pasien

9

Memberikan pasien pilihan akan lingkungannya sendiri menjadi kunci penting

dalam psikologi lingkungan. Pemberian kontrol penuh kepada pasien

memberikan pasien ketenangan dan mereduksi kadar stress pasien. Hal-hal yang

berkaitan dengan kontrol lingkungan adalah kontrol akan posisi tempat tidur,

kontrol akan temperatur, kontrol akan pencahayaan, kontrol akan suara, dan

kontrol akan cahaya alami.

• Privasi

Hal ini berhubungan dengan kenyamanan pasien melakukan aktivitas sehari-

harinya didalam ruangan. Solusi desain dari aspek ini adalah single-room.

• Kenyamanan

Kenyamanan berhubungan dengan pengaruh lingkungan terhadap perilaku

pasien. Aspek ini membahas mengenai material yang digunakan, positive

distractor yang ditambahkan dalam ruang seperti seni, view, dan visual comfort,

kenyamanan akustik, dan orientasi ruang.

• Dukungan keluarga

Pengunjung yang menjenguk pasien memiliki peran penting dalam penyembuhan

pasien. Aspek ini membahas mengenai pengakomodasian keluarga dan

pengunjung dalam perancangan kamar rawat pasien. Fasilitas untuk keluarga dan

pengunjung harus dirancang dengan nyaman agar keluarga dapat menemani

pasien dengan nyaman.

• Memasukan unsur lingkungan

Unsur lingkungan dapat menjadi terapi yang baik bagi pasien. Banyak hasil

penelitian yang mengungkapkan bahwa pasien yang keluar kamar minimal sehari

sekali untuk berjalan-jalan di taman dan mendapatkan udara segar memiliki

tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dibanding dengan pasien yang selalu

berada di dalam kamarnya. Oleh karena itu perancangan lingkungan alami

menjadi salah satu poin penting dalam aspek Healing Environment.

Berdasarkan penjelasan tersebut, variabel yang mempengaruhi Healing

Environment dijabarkan sebagai berikut:

10

Tabel x Variabel Healing Environment Variabel Indikator

Reduction of errors Layout kamar seragam Pencahayaan

Increasing safety and security

Menghindari resiko jatuh Menghindari resiko infeksi Kualitas udara dalam ruang

Enhancing control Kontrol posisi tempat tidur Kontrol suhu ruang Kontrol pencahayaan Kontrol suara Kontrol pencahayaan alami

Privacy Kamar pribadi Comfort Material

Seni View Kenyamanan visual Kenyamanan akustik Orientasi

Family support Ruang tunggu keluarga Ruang sosialisasi keluarga

Natural Distraction Healing garden

2.1.2 Healing Environment Dalam Arsitektur

Laurens (2004) menyatakan bahwa manusia normal dengan segala

kelengkapan dan psikis memungkinkan untuk menyesuaikan respon terhadap

stimulus yang diterimanya dan ketika stimulus yang diterima berada di luar batas

optimal, mereka data mengalami stress psikologis yang mengharuskan proses

adaptasi secara dinamis.

Kegagalan proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya dapat

menyebabkan stress psikologis, terutama pada seseorang yang sedang sakit (pasien).

Stress psikologis dalam diri pasien sangat berpengaruh terhadap proses

penyembuhannya. Konsep Healing Environment dalam lingkungan rumah sakit

ditujukan untuk menyeimbangkan penyebuhan medik dengan potensi internal pasien

(respon pasien terhadap lingkungan). Penerapan ini akan tampak pada kondisi akhir

kesehatan pasien, yaitu pengurangan waktu rawat, pengurangan biaya pengobatan,

pengurangan rasa sakit, pengurangan rasa stress, membangkitkan suasana hati yang

positif, membangkitkan semangat, dan meningkatkan pengharapan pasien pada

lingkungan (Debri Harynda Putri, 2013).

11

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, Healing Environment

membahas mengenai pengkondisian suatu lingkungan. Arsitektur tidak akan pernah

terlepas dari perancangan suatu lingkungan hidup manusia, oleh karena itu penerapan

konsep Healing Environment kedalam perancangan arsitektur diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kesembuhan pasien didalam rumah sakit.

2.2 Tinjauan Rumah Sakit

Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) dikutip dari Iwan (2011),

rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta

penelitian kedokteran diselenggarakan. Menurut Wopler dan Pena (1997) dikutip

dari Iwan (2011), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan

menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk

mahasiswa kedokteran, perawat, dan tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan.

2.2.1 Fungsi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998, fungsi rumah sakit

adalah:

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,

rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedis.

c. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan.

2.4.2 Tugas Rumah Sakit

Tugas rumah sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan

mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan seara terpadu.

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Azwar (1996), ada lima jenis rumah sakit ditinjau dari kemampuan

yang dimiliki, yakni:

1. Rumah Sakit Kelas A

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis luas, biasa disebut rumah sakit pusat.

12

2. Rumah Sakit Kelas B

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan

subspesialis terbatas.

3. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas.

4. Rumah Sakit Kelas D

Rumah sakit yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan

menjadi rumah sakit kelas C.

5. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit khusus yang hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan

kedokteran saja.

2.3 Tinjauan Rumah Sakit Ibu dan Anak

Rumah Sakit Ibu dan Anak berdasarkan klasifikasi tipe rumah sakit adalah

rumah sakit khusus tipe E (spesial hospital) yang menyalenggarakan hanya satu

macam pelayan kesehatan kedokteran saja, yaitu dalam bidang pelayanan kesehatan

bagi ibu dan anak. Di dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak pelayanan dan fasilitas yang

ada ditujukan supaya ibu dan anak merasa aman serta nyaman untuk berada di rumah

sakit. Diketahui bahwa baik ibu yang sedang mengandung maupun tidak serta ibu

yang sedang mengalami penyakit seputar kehamilan memiliki karakter yang berbeda,

sehingga perlu pelayanan khusus untuk para ibu di bidang kesehatan. Hal ini hampir

serupa dengan karakter anak kecil yang tidak mungkin disamakan dengan orang

dewasa pada umumnnya, sehingga dalam perkembangan jaman saat ini, pelayanan

maupun fasilitas bagi ibu dan sangat diharapkan keberadaannya.

2.3.1 Jenis Pelayanan Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak

Pelayanan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak yang diberikan kepada pasien

antara lain :

a. Preventif

Merupakan pelayanan untuk mencegah pasien terjangkit dari penyakit, hal ini

dapat dilakukan dengan cara :

• Pemeriksaan rutin terhadap perkembangan bayi dan ibu hamil

• Konsultasi kesehatan

• Penyuluhan tentang gizi ibu dan anak

13

• Imunisasi dan KB

b. Kuratif

Merupakan usaha penyembuhan pada pasien dengan cara pengobatan dan

perawatan berupa :

• Persalinan

• Pembedahan

• Pengobatan

c. Rehabilitasi

Merupakan tindakan penyembuhan kondisi fisik pasien setelah melampaui masa

pengobatan berupa :

• Perawatan atau pemulihan kesehatan

• Perawatan bayi

2.3.2 Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak:

Kegiatan Medis

• Poliklinik

Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan khususnya pasien bayi atau

anak, ibu hamil, atau ibu yang memiliki penyakit kandungan. Poliklinik biasanya

terdiri dari beberapa poli, antara lain :

• Poli Anak

Merupakan unit yang melayani anak usia 0-12 tahun, pelayanan berupa

imunisasi, konsultasi kesehatan, perkembangan kesehatan anak dan pengobatan

penyakit anak.

• Poli Kandungan dan Kebidanan

Berdasarkan ketentuan dari Departemen Kesehatan RI, setiap rumah sakit harus

dilengkapi dengan spesialisasi lainnya, salah satunya adalah unit kandungan.

• Poli Gizi

Merupakan unit yang mengontrol segala nutrisi dan gizi dari pasiennya,

khususnya ibu dan anak, karena diketahui baik ibu dan anak membutuhkan

asupan gizi yang cukup.

• Unit Gawat Darurat

Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini bekerja tiap hari

selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga merupakan unit pengganti

poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan pelayanan di UGD meliputi :

14

• Pasien diterima di UGD

• Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter

• Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk pulang, namun jika

tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.

• Farmasi

Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-obatan. Sasarannya

adalah pasien poloklinik dan umum. Pendistribusian obat dilakukan ke bagian

perawatan, pelayanan dan penunjang secara medis.

• Terapi

Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk memulihkan kondisi

pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan otot-otot motorik pada tingkat

sederhana baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.

• Bedah

Terdiri dari bagian operasi atau pembedahan yang digunakan untuk menolong

kelahiran secara operasi dan bagian persalinan normal.

• Perawatan

Perawatannya dibrdakan antara perawatan normal dengan perawatan isolasi.

Bagian ini dibedakan atas perawatan ibu dan bayi, masing-masing bagian

perawatan mendapat pengawasan dari stasiun perawat. Beberapa macam

perawatan antara lain :

• Perawatan umum

Perawatan kepada pasien yang bersifat umum, dalam arti tidak memiliki penyakit

khusus yang harus dirujuk ke unit lain.

• Perawatan isolasi

Merawat pasien yang memiliki penyakit khusus, biasanya jenis penyakit menular.

Memiliki ruangan yang serba tertutup guna menghindari persebaran penyakit.

• ICU

Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan secara intensif

karena kondisi tubuhnya tergolong kritis.

Kegiatan Non Medis

• Kegiatan Administratif

Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan dan penyakit pasien, serta

laporan perkembangan pasien

15

• Kegiatan Perawatan Inap

Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya.

• Unit-unit pendukung pelayanan medis

Fungsi-fungsi yang terkait seperti : laboratorium, farmasi, radiologi, UGD, ICU,

Instalasi bedah dan ruang bersalin.

• Kegiatan Pendukung Non-Medis

Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dan sebagainya.

• Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial

Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir, kantin, wartel,

dan sebagainya.

• Sarana Penunjang

Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos keamanan,

janitor, dan sebagainya.

2.4 Persyaratan Rumah Sakit

A. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan Rumah Sakit

Menurut Permenkes no 147/2010, ada persyaratan luas tanah minimal yang

dibutuhkan untuk mendirikan rumah sakit di Indonesia, yaitu:

1.

uas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½

(satu setengah) kali luas bangunan.

2.

ntuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.

3.

uas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Selain itu, menurut peraturan sebelumnya, syarat luas tanah dan bangunan

Menurut SK. Dirjen yanmed no: HK.00.06.3.5.5797 tanggal 17 April 1998:

1. Perbandingan 1 Tempat tidur : 50 m2

2. Rumah Sakit Umum

Milik Yayasan :

- Minimal harus mempunyai 50 tempat tidur

16

- Luas bangunan minimal 2.500 m2.

Milik Perseroan Terbatas (PT)

- Minimal mempunyai 100 tempat tidur

- Luas bangunan minimal 5.000 m2.

3. Rumah Sakit Khusus, misalnya RS Ibu dan Anak (RSIA), RS THT

- Minimal harus mempunyai 25 tempat tidur.

- Luas bangunan minimal 1.250 m2.

4. Luas bangunan tersebut belum termasuk luas tanah untuk fasilitas umum seperti:

area parkir, taman, maupun jalan rumah sakit.

Permenkes no. 56 Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit

pasal 13 butir ke-3 mengatur tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan

rumah sakit, yaitu:

a. Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai ketentuan peraturan daerah

setempat.

b. Desain bangunan Rumah Sakit, yang meliputi:

1) Bentuk denah bangunan Rumah Sakit simetris dan sederhana.

2) Massa bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan pencahayaan.

3) Tata letak bangunan-bangunan (siteplan) dan tata ruang dalam bangunan

harus mempertimbangkan zonasi berdasarkan tingkat resiko penularan

penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan kedekatan

hubungan fungsi antar ruang pelayanan.

4) Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian

lingkungan dan peil banjir.

5) Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus

mempertimbangkan kemudahan bagi semua orang termasuk penyandang

cacat dan lansia.

6) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan area parkir kendaraan

dengan jumlah area yang proporsional disesuaikan dengan peraturan daerah

setempat.

7) Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif sesuai

dengan fungsi-fungsi pelayanan.

c. Pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

17

B. Persyaratan Ruang Rawat Inap

Menurut Petunjuk Pelaksanaan SK Menteri Kesehatan RI NO. 920/

MENKES/PER/XII/1986, menentukan jumlah tempat tidur untuk tiap-tiap kelas

ruangan hendaknya tidak melebihi prosentase berikut :

1. ICU/NICU : 5%

2. Kelas Utama : 5%

3. Kelas I : 15%

4. Kelas II : 15%

5. Kelas III : 40 % (termasuk golongan kurang/tidak mampu membayar, ditetapkan

sebanyak 25%)

2.5 Studi Literatur

1. Phoenix Children’s Hospital

Gambar 3. Phoenix Children Hospital

Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

Lokasi : Arizona, USA

Arsitek : HKS Architect

Konsep desain keseluruhan untuk Rumah Sakit Anak Phoenix adalah untuk

menciptakan sebuah oase yang secara visual terhubung ke pemandangan

sekitarnya, meniru pegunungan dan gurun. Perencanaan gedung diorientasikan

pada utara-selatan dan timur-barat sumbu untuk menjaga kemudahan navigasi.

18

Untuk memudahkan navigasi, rumah sakit ini menggunakan warna, mural

dinding dan patung-patung yang memandu jalan ke berbagai fasilitas juga

menambahkan sentuhan estetika dan semangat kepada lingkungan rumah sakit.

Gambar 4. Lobby area at Phoenix Children Hospital

Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

Tujuan utama dari rumah sakit ini adalah untuk memberikan perawatan dan

kenyamanan bagi seluruh keluarga, bukan hanya pasien. Oleh karena itu HKS

Architect menyediakan lingkungan yang nyaman dengan taman-taman sebagai

lansekap, warna-warna cerah, patung-patung yang menarik, dan tanaman asli sebagai

ornamen pendukungnya. Cahaya alami juga digunakan untuk menerangi ruang

urama seperti ruang tunggu, ruang baca, dan koridor.

Gambar 5. Room at Phoenix Children Hospital

Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

19

Pasien memiliki kamar pribadi, dengan fasilitas yang memberikan pasien kontrol

penuh atas lingkungan mereka setiap kamar juga dilengkapi dengan sofa-bed dan

area tempat duduk seingga anggota keluarga dapat menemani pasien.

2. Nemours Children’s Hospital

Gambar 6. Nemours Children’s Hospital

Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

Lokasi : Orlando, USA

Arsitek : Stanley Beaman & Sears

Filosofi rumah sakit adalah merangkul anak-anak dengan berbagai diagnosa

mulai dari ringan sampai kronis maupun diagnosa yang kompleks dan penyakit yang

mengancam jiwa. Gedung rumah sakit dirancan untuk meyakinkan, menginspirasi,

dan menyenangkan, memadukannya dengan lansekap dan alam.

20

Gambar 7. Nemours Children’s Hospital - Room Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

Filosofi rumah sakit juga berpusat pada kelurga pasien, menyebabkan desain

yang dihasilkan juga untuk mendukung keluarga pasien, mulai dari: kamar pribadi

pasien yang mampu mengakomodasi dua orang tua, fasilitas laundry, serta

memberikan orang tua akan kontrol lingkungan dalam kamar.

Gambar 8. Nemours Children’s Hospital - Garden

Sumber: Diakses dari archdaily.com, pada tanggal 29 Maret 2015

Tersedia pula lounge yang cukup luas dan ruang bermain yang memberikan

akses ke luar ruangan yang dirancang untuk istirahat dan rekreasi. Terdapat pula

rooftop garden, taman air, dan acara komunitas outdoor sebagai pertunjukan

langsung.

21

2.6 Kerangka Berpikir

Gambar 9. Diagram Kerangka Berpikir

22

2.7 Jurnal

E.R.C.M Huisman, E. Morales, J. van Hoof, dan H.S.M Kort dalam jurnal

Healing Environment: A review of the impact of physical environmental factors on

users, melakukan dua penelitian untuk meneliti faktor Healing Environment yang

berpengaruh pada rumah sakit, yaitu faktor Healing Environment yang

mempengaruhi psikologi kesembuhan pada pasien dan keluarga, dan faktor Healing

Environment yang mempengaruhi psikologi pada staff. Hasil dari penelitian ini

mengungkapkan bahwa pada pasien dan keluarga, faktor yang mempengaruhi

kesembuhan adalah: (1) Mengurangi faktor human error (kamar yang sama persis,

pencahayaan), (2) Meningkatkan keamanan (mengurangi kemungkinan jatuh,

mengurangi kemungkinan infeksi, dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang),

(3) Kontrol penuh, (4) Privasi, (5) Kenyamanan (Material, seni, kenyamanan visual,

kenyamanan akustik, dan orientasi), (6) Dukungan keluaga, dan (7) Unsur alam.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi psikologi staff adalah: (1) Organisasi dan

fungsi, (2) Dukungan teknis, dan (3) Kenyamanan.

Dejana Nedučin, Milena Krklješ, dan Nađa Kurtović-Folić dalam jurnal

Hospital Outdor Spaces - Therapeutic Benefits And Design Considerations meneliti

perbandingan rumah sakit kuno dan rumah sakit modern dimana rumah sakit kuno

memiliki ruang-ruang yang terhubung langsung kepada ruang terbuka sedangkan

rumah sakit modern memiliki desain yang lebih tertutup. Mereka menyimpulkan

bahwa menciptakan ruang-ruang luar yang terhubung langsung ke alam merupakan

hal yang positif untuk diterapkan sebagai kesatuan dari Healing Environment.

Terciptanya lingkungan yang familiar dan nyaman bagi pasien dapat meningkatkan

kesehatan pasien dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

Kirsten Kaya Roessler dalam jurnal Healthy Architecture! Can environments

evoke emotional responses? Meneliti tentang hubungan antara psikologi, kesehatan

dan lingkungan dengan membandingkan tiga tempat yaitu sebuah ruang publik di

Berlin (Potsdamer Platz, Berlin, Germany), lingkungan kesehatan di Swedia

(Healing Gardens, Alnarp, Sweden), dan sebuah fitness center di Denmark. Jurnal ini

menyimpulkan bahwa pendekatan yang berorientasi kesehatan dapat membantu

pemahaman antara lingkungan dengan perilaku.

23

Vidra Lidayana, M. Ridha Alhamdani, Valentinus Pebriano dalam jurnal

Konsep dan Aplikasi Healing Environmet dalam Fasilitas Rumah Sakit

menyimpulkan bahwa terdapat tiga unsur Healing Environment yaitu alam, indra,

dan psikologis. Perpaduan ketiga unsur tersebut dalam interior dan eksterior rumah

sakit merupakan solusi dalam mengatasi masalah stress pada pasien, keluarga,

maupun staff rumah sakit.

Umi Solikhah dalam jurnal Keperawatan Anak Efektifitas Lingkungan

Terapetik Terhadap Hospitalisasi pada Anak, menyebutkan bahwa lingkungan

terapetik efektif untuk meminimalkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi

ditunjukkan dengan angka signifikansi dari variabel reaksi hospitalisasi yang

meliputi kecemasan anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (p-value=0,000), respon

anak (p-value=0,000), mood anak (pvalue=0,000), dan sikap penerimaan pada

petugas (p-value=0,000.

24