BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital...

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat kumpulan teori, hasil penelitian, serta ketentuan yang menunjung dan mengarah pada studi mengenai pola konsumsi air bersih rumah tangga. 2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menunjang seluruh aktivitas kehidupannya. Air yang diperlukan manusia harus cukup untuk seluruh kebutuhan hidup khususnya kebutuhan untuk minum. Dalam lingkungan rumah tangga peranan air mencakup tiga hal, yaitu konsumsi untuk air minum yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup secara fisik, higienis, dan kenyamanan. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga dilakukan standar kebutuhan minimum penduduk yang meliputi kebutuhan air untuk makan, minum, mandi, kebersihan rumah dan menyiram tanaman (Suhandri, 1996:19). TABEL II.1 STANDAR KEBUTUHAN AIR BERSIH DEPARTEMEN KESEHATAN (liter/orang/hari) Keperluan Air yang Dipakai Minum 2,0 Memasak, kebersihan dapur 14,5 Mandi, kakus 20,0 Cuci Pakaian 13,0 Air Wudhu 15,0 Air Untuk Kebersihan rumah 32,0 Air Untuk Menyiram tanam-tanaman 11,0 Air untuk mencuci kendaraan 22,5 Air untuk keperluan lain-lain 20,0 Jumlah 150,0 Sumber: Wardhana, 1995:136

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kumpulan teori, hasil penelitian, serta ketentuan yang

menunjung dan mengarah pada studi mengenai pola konsumsi air bersih rumah

tangga.

2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga

Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menunjang seluruh aktivitas

kehidupannya. Air yang diperlukan manusia harus cukup untuk seluruh kebutuhan

hidup khususnya kebutuhan untuk minum. Dalam lingkungan rumah tangga peranan

air mencakup tiga hal, yaitu konsumsi untuk air minum yang dibutuhkan untuk

kelangsungan hidup secara fisik, higienis, dan kenyamanan. Untuk memperkirakan

jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga dilakukan standar kebutuhan minimum

penduduk yang meliputi kebutuhan air untuk makan, minum, mandi, kebersihan

rumah dan menyiram tanaman (Suhandri, 1996:19).

TABEL II.1

STANDAR KEBUTUHAN AIR BERSIH DEPARTEMEN KESEHATAN (liter/orang/hari)

Keperluan Air yang Dipakai

Minum 2,0 Memasak, kebersihan dapur 14,5 Mandi, kakus 20,0 Cuci Pakaian 13,0 Air Wudhu 15,0 Air Untuk Kebersihan rumah 32,0 Air Untuk Menyiram tanam-tanaman 11,0 Air untuk mencuci kendaraan 22,5 Air untuk keperluan lain-lain 20,0 Jumlah 150,0 Sumber: Wardhana, 1995:136

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

24

Jumlah air minum yang dibutuhkan manusia berdasarkan beberapa penelitian

dan standar berbeda-beda. Standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dapat

dilihat pada tabel II.1. Standar yang digunakan dalam penyusunan rencana tata ruang

mengenai kebutuhan sarana prasarana termasuk kebutuhan akan air bersih adalah

standar yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Adapun standar

kebutuhan air bersih yang telah ditetapkan oleh PU ditunjukkan oleh tabel II.2.

TABEL II.2

(STANDAR KEBUTUHAN AIR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM)

Keperluan Konsumsi

Mandi, cuci, kakus 12,0Minum 2,0Cuci Pakaian 10,7Kebersihan Rumah 31,4Taman 11,8Cuci Kendaraan 21,1Wudhu 16,2Lain-lain 21,7Jumlah 126,9Sumber: Slamet, 1994:89

Secara kuantitas jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga per kapita tidaklah

sama di setiap daerah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum juga membagi standar kebutuhan air minum berdasarkan lokasi

wilayah sebagai berikut:

• Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hari.

• Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari.

• Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari.

• Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari.

• Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

25

Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990 juga telah

menetapkan target konsumsi air bersih berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut

(Sonny H. Kusuma, 1985:7 dalam Suhandri, 1996:20):

• Untuk kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, harus

diupayakan satandar pemenuhan air bersih sebesar 120 liter per jiwa per hari

• Untuk kota besar dengan penduduk 500.000 jiwa hingga 1 juta jiwa adalah

100 liter/jiwa per hari

• Untuk kota sedang yaitu kota-kota yang berpenduduk 100.000 jiwa hingga

500.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 90 liter per jiwa

per hari.

• Untuk kota kecil yaitu kota-kota yang berpenduduk 20.000 jiwa hingga

100.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 60 liter per jiwa

per hari

• Untuk kota semi urban yaitu ibu kota kecamatan dengan junlah penduduk

3000 jiwa hingga 20.000 jiwa, maka kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi

adalah 45 liter per jiwa per hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa besar dan standar konsumsi air bersih untuk setiap

ukuran kota berbeda-beda.

2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Rumah Tangga

Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi

kebutuhan kegiatan perkotaan, yaitu (Nace, 1976:29 dalam Suhandri, 1996:15):

• Air hujan, air hasil kondensasi uap air yang jatuh ke tanah

• Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil

melalui sumur buatan

• Air permukaan, yaitu air sungai dan danau

• Desalinasi air laut, atau air tanah payau/asin

• Hasil pengolahan air buangan

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

26

Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dapat berasal

dari air permukaan berupa air sungai, danau dan rawa, air tanah dan air hujan.

Selanjutnya dari sumber air tersebut penyediaan air rumah tangga dapat berupa air

sumur gali/bor/pompa dan air PDAM. Penyediaan air yang baik harus mampu

melayani kebutuhan air yang memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas serta

mendapat respon serta dukungan yang positif dari masyarakat.

Penggunaan sistem individual, apalagi sistem individual dengan

menggunakan sumur perorangan, akan membawa dampak pada deplesi sumberdaya

alam. Hal ini disebabkan air yang masih terdapat di dalam tanah bersifat sumber daya

milik umum. Apalagi jika dilihat dari sudut penguasaannya, terdapat dua jenis

sumberdaya yaitu sumberdaya alam yang dapat dimiliki oleh perorangan (private

properly resources) dan sumber daya alam yang dimiliki oleh umum (common

properly resources) (Suparmoko, 1989 dalam Maryati, 1996:27). Kualitas air tidak

sama di semua tempat, sehingga dapat saja terjadi di dalam satu komplek perumahan,

terdapat warga yang sumber air tanahnya baik dan ada juga yang tidak. Hal ini tentu

saja bertentangan dengan prinsip keadilan, khususnya warga yang menggunakan

sumber daya air privat dengan menggunakan sumur gali/bor/pompa.

Secara kualitas, penyediaan air dengan menggunakan sistem publik lebih baik

dibandingkan dengan sistem individual, karena pada umumnya di dalam sistem

publik terdapat fasilitas pengolahan air bersih (Maryati, 1996:28). Selain itu,

pengambilan air tanah dapat dikendalikan sehingga tidak terjadi deplesi sumber daya.

Namun tidak semua warga menggunakan sistem publik atau berlangganan air PDAM

untuk memperoleh air bersih, karena keterbatasan warga untuk membayar

pemasangan jaringan dan iuran per bulannya. Dengan menggunakan sumber daya air

pribadi, warga dengan bebas mengkonsumsi air tanpa memikirkan iuran yang harus

dibayarkan. Selain itu, penduduk yang menggunakan sumber air pribadi cenderung

berperilaku boros dalam mengkonsumsi air bersih.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

27

2.3 Perilaku Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga

Perilaku konsumsi air bersih rumah tangga berbeda-beda baik jumlah maupun

jenis kegiatannya. Rumah tangga mengkonsumsi air bersih untuk keperluan internal

dan eksternal (Holland 1995; Prasifka 1988:26 dalam Kusuma, 2001:15). Konsumsi

internal merupakan konsumsi air bersih untuk kegiatan yang dilakukan di dalam

rumah, baik yang bersifat individual maupun kolektif. Konsumsi internal yang

bersifat individual meliputi minum, MCK (mandi, cuci, kakus), dan wudhu.

Sedangkan konsumsi yang bersifat kolektif meliputi memasak, mencuci pakaian,

kebersihan rumah, kebersihan dapur, dan sebagainya. Konsumsi Eksternal

merupakan konsumsi air bersih yang meliputi kegiatan yang dilakukan di luar rumah,

seperti menyiram tanaman dan mencuci kendaraan (Holland 1995, dalam Kusuma,

2001:16).

Kebutuhan air rumah tangga atau air domestik menurut Darmanto (1994)

(Utomo, 1997) mengandung dua hal pokok yaitu air yang dapat digunakan untuk

kegiatan mandi, mencuci, memasak, membersihkan rumah atau halaman dan

sebagainya, dan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih. Peraturan yang

mengatur persyaratan kualitas air dalam PERMENKES RI No.

416/Men/Kes/Per/IX/1990, dari hasil kaji ulang penyesuaian nilai parameter

(Direktorat Penyehatan Air Dirjen PDMD & PLP Depkes, 1996).

2.4 Standar Kriteria Mutu Air Bersih

Persyaratan kualitas air bersih yang berlaku di Indonesia didasarkan pada

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/1X/1990. Standar kriteria mutu

air ini diharapkan dapat menjamin kualitas air bagi pemakainya. Standar mutu air

tersebut dapat dilihat pada tabel II.3 yang tertera dibawah ini.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

28

TABEL II.3

STANDAR KRITERIA MUTU AIR BERSIH

No. Parameter Satuan Gol. A Gol. B Gol. C FISIKA 1 Temperatur 0C Suhu Udara Suhu Udara Suhu Udara 2 Warna Unit Pt-Co 0 – 5 5 - 50 > 50 3 Kekeruhan NTU 0 – 5 5 - 23 > 25 4 Residu Terlarut Mg/l 1000 1000 1000 5 Daya Hantar Listrik Mg/l - - - KIMIA 6 pH - 6,5 – 8,5 5 - 9 < 5 & > 9 7 Kalsium (Ca) Mg/l 0 - 75 75 - 200 > 200 8 Magnesium Mg/l 0 - 30 30 - 150 > 150 9 Kesadahan 0D 0 - 10 10 - 20 > 20 10 Natrium (Na) Mg/l 200 - - 11 Besi Mg/l 0 - 0,1 0,1 - 1 > 1 12 mangan (Mn) Mg/l 0,1 0,5 0,1 13 Seng (Zn) Mg/l 0 – 1 1 - 15 > 15 14 Krom VI (Cr) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,5 > 0,5 15 Kadmium (Cd) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1 16 Timbal (Pb) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1 17 Klorida (Cl) Mg/l 0 - 200 200 - 600 > 600 18 Sulfat (SO4) Mg/l 0 - 200 200 - 400 > 400 19 Nitrat (NO3-N) Mg/l 5 - 10 10 - 20 20 20 Nitrit (NO2-N) Mg/l 0 – 1 1,0 1,0

21 Alkaliti mg/l

CaCO3 - - -

22 Senyawa aktif birumetilen Mg/l 0,5 0,5 -

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/1X/1990, Dep. Kesehatan RI Keterangan:

Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, tanpa pengolahan

Golongan B = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, dengan pengolahan sederhana

Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, memerlukan pengolahan

yang intensif

Sistem penyediaan air bersih harus aman, higienis, tidak berbau, tidak

berwarna, dan tidak mengandung zat-zat berbahaya agar dapat dikonsumsi. Untuk itu,

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

29

air yang dapat dikonsumsi harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih yang

terdiri dari:

1. Persyaratan Fisis

Kualitas fisis yang harus dipenuhi perlu dilihat dari segi kesehatan,

kenyamanan, estetika, dan penerimaan masyarakat. Adapun batasan kualitas

fisis air bersih antara lain:

Tidak berbau dan tidak berasa

Temperatur 10-250C

Tidak berwarna

Rasa segar dan tidak memberikan rasa lain

Kekeruhan turbidity 1 mg/I SiO2

2. Persyaratan Kimiawi

Kandungan unsur kimia di dalam air haruslah mempunyai kadar dan tingkat

konsentrasi tertentu yang tidak mengandung unsur-unsur yang bersifat racun

sehingga dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan gangguan pada

aktivitas manusia dan merupakan indikator pengotoran.

3. Persyaratan Bakteriologis

Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri dan kuman-

kuman penyakit atau bakteri golongan coli yang masih bisa ditolelir

kandungannya dalam air.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Air Bersih Rumah

Tangga

Perbedaan jumlah penggunaan air tergantung dari faktor sumberdaya air,

kondisi sosial ekonomi penduduk dan lingkungan (Linsley, et al, 1992; Al Layla,

1980; dalam Pusposutardjo dan Sutanto, 1993). Selain itu, besarnya jumlah air

didasarkan atas jenis dan waktu pemanfaatannya (Mislan, 1999). Menurut Kammerer

tingkat permintaan/penggunaan air bersih di perkotaan dipengaruhi oleh faktor-faktor

berikut (Kammerer, 1976:75 dalam Suhandri, 1996:18):

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

30

a. Jenis dan besar lingkungan

b. Standar hidup

c. Iklim

d. Kualitas air

e. Tekanan aliran air

f. Ketersediaan meter penggunaan air

g. Umur lingkungan

h. Peraturan pembatasan lingkungan air

i. Ongkos/tarif air

Sedangkan menurut Ray K. Linsley, penggunaan air bersih di perkotaan

dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut (Ray K. Linsley, 1989:82 dalam Suhandri,

1996:92) :

a. Iklim

Kebutuhan air pada daerah beriklim hangat akan lebih besar daripada daerah

beriklim lembab.

b. Ciri-ciri penduduk

Pemakaian perkapita di daerah-daerah miskin jauh lebih rendah daripada di

daerah-daerah kaya/maju.

c. Industri dan Perdagangan

Kota yang memiliki aktivitas industri dan perdagangan akan mengkomsumsi

air dalam jumlah yang banyak. Karena proses pabrikasi membutuhkan air

yang tidak sedikit seperti untuk tujuan penyulingan, pendinginan, dan lain-

lain.

d. Ukuran Kota

Kota besar yang benyak memiliki perindustrian, taman-taman, fasilitas-

fasilitas umum akan banyak membutuhkan air.

Pada umumnya konsumsi air bersih untuk keperluan internal tidak

dipengaruhi iklim tetapi dipengaruhi oleh ukuran rumah tangga. Seringkali konsumsi

air bersih untuk keperluan internal diasumsikan konstan, artinya fluktuasi total

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

31

konsumsi air bersih rumah tangga untuk keperluan internal tidak terlalu besar dan

tidak berubah (Prasifka, 1988 dalam Kusuma, 2001:16). Untuk negara berkembang,

penggunaan air untuk eksternal secara signifikan tidak dipengaruhi oleh perubahan

musim. Penggunaan air eksternal lebih dipengaruhi perilaku atau kebiasaan.

Penggunaan air bersih untuk keperluan eksternal berubah setiap saat karena bukan

termasuk harian rumah tangga, tidak seperti penggunaan air bersih untuk keperluan

internal yang cenderung konstan (Rangwala, 1975 dalam Kusuma, 2001:16).

Kebiasaan konsumsi air bersih untuk keperluan eksternal baik untuk menyiram

tanaman maupun mencuci mobil sangat berpengaruh terhadap perubahan total

konsumsi air bersih rumah tangga (Kusuma Sari, 2001:16).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi perumahan akan air bersih antara

lain (Kamen dan Darr, 1976:50):

• Ukuran keluarga

• Pendapatan per kapita

• Ukuran kota

• Kota asal penduduk

• Tipe meteran

• Pendidikan responden

• Kepadatan ruang

Dan faktor utama yang berpengaruh terhadap besarnya konsumsi air bersih rumah

tangga adalah: ukuran keluarga dan pendapatan per kapita.

Permintaan air bersih bervariasi tergantung faktor yang mempengaruhi

konsumsi air bersih (California Department of Water Resources 1994). Beberapa

faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga adalah (Prasifta

1988:10):

• Variasi permintaan air bersih untuk menyiram tanaman

• Variasi ukuran keluarga

• Variasi pendapatan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

32

• Intensitas bangunan

• Program konservasi

Semakin besar ukuran rumah yang ditempati semakin besar konsumsi air

kolektif rumah tangga tersebut, semakin tinggi standar hidup rumah tangga semakin

besar konsumsi air per individu, dan konsumsi eksternal tidak dipengaruhi oleh

ukuran rumah yang ditempati karena kebutuhan air eksternal bukan kebutuhan dasar

(Kusuma Sari, 200:16).

Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga, namun dalam studi ini

tidak semua faktor diteliti, karena beberapa alasan antara lain:

• Jenis dan besar lingkungan

Jenis lingkungan wilayah penelitian relatif sama karena besar lingkungan

yang tidak terlalu luas hanya mencakup satu kelurahan.

• Iklim

Iklim di wilayah studi sama.

• Tekanan aliran air

Tekanan air di wilayah studi cukup sulit untuk diidentifikasi.

• Ketersediaan meter penggunaan air/ atau tipe meteran

Tidak semua penduduk menggunakan meteran karena sebagian besar

penduduk menggunakan sumber air pribadi.

• Umur lingkungan

Umur lingkungan di wilayah studi sama.

• Peraturan pembatasan lingkungan air

Tidak ada peraturan pembatasan air di seluruh wilayah studi.

• Ongkos/tarif air

Tidak semua penduduk mengeluarkan biaya untuk mendapatkan air bersih,

karena sebagian besar menggunakan sumur pribadi berupa sumur timba.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

33

TABEL II.4

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA

Faktor yang mempengaruhi Jumlah Konsumsi Air Bersih

Rumah Tangga Kesimpulan Faktor yang Diteliti

• Ukuran keluarga • Pendidikan Responden • Tingkat Penghasilan • Kualitas Air

Menurut Kammerer, 1976 • Jenis dan besar lingkungan • Standar hidup • Iklim • Kualitas air • Tekanan aliran air • Ketersediaan meter penggunaan

air • Umur lingkungan • Peraturan pembatasan

lingkungan air • Ongkos/tarif air Menurut Ray K. Linsley, 1982 • Iklim • Ciri-ciri penduduk • Industri dan perdagangan • Ukuran kota Menurut Kamen dan Darr, 1976 • Ukuran keluarga • Pendapatan per kapita • Ukuran kota • Kota asal penduduk • Tipe meteran • Pendidikan responden • Kepadatan ruang Prasifta, 1988 • Variasi permintaan air bersih

untuk menyiram tanaman • Variasi ukuran keluarga • Variasi pendapatan • Intensitas bangunan • Program konservasi

• Jenis dan besar lingkungan

• Standar hidup (pendapatan per kapita)

• Iklim • Kualitas air • Tekanan aliran air • Ketersediaan meter

penggunaan air • Umur lingkungan • Peraturan

pembatasan lingkungan air (program konservasi)

• Ongkos/tarif air • Industri dan

perdagangan • Ukuran kota (ciri-

ciri penduduk) • Ukuran keluarga • Kota asal penduduk • Tipe meteran • Pendidikan

responden • Kepadatan ruang • Variasi permintaan

air bersih untuk menyiram tanaman

Faktor yang Tidak Diteliti • Jenis dan besar

lingkungan • Iklim • Kualitas air • Tekanan aliran air • Ketersediaan meter

penggunaan air • Umur lingkungan • Peraturan

pembatasan lingkungan air (program konservasi)

• Ongkos/tarif air • Industri dan

perdagangan • Ukuran kota (ciri-

ciri penduduk) • Kota asal penduduk • Tipe meteran • Kepadatan ruang • Variasi permintaan

air bersih untuk menyiram tanaman

• Intensitas bangunan

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

34

• Industri dan perdagangan

Aktivitas perdagangan di wilayah studi tergolong sama dan tidak ada aktivitas

industri di wilayah studi sehingga tidak dapat dibandingkan.

• Ukuran kota

Studi hanya dilakukan di satu wilayah yang tergolong sebagai kota besar.

• Kota asal penduduk

Mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah penelitian adalah penduduk asli

wilayah tersebut.

• Kepadatan ruang

Wilayah studi tergolong tidak terlalu luas dan sulit untuk dibagi menjadi

wilayah yang lebih kecil.

• Variansi Permintaan untuk Menyiram Tanaman

Tidak semua penduduk di wilayah studi memiliki tanaman.

Faktor yang akan diteliti dalam studi ini antara lain: ukuran keluarga,

pendapatan per kapita, pendidikan responden dan kualitas air. Dalam studi ini tidak

dilakukan analisis apakah kualitas air mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih atau

tidak, karena kualitas air baik dari sumber pribadi maupun sumur publik relatif sama.

Dan kualitas air yang diteliti dalam studi ini dilihat dari segi fisis yang dapat

dirasakan dan dilihat oleh responden. Segi fisis yang diidentifikasi antara lain: rasa,

bau, dan warna air. Selain itu, dalam studi ini pun akan diteliti faktor sumber air,

yang dibedakan menjadi sumur pribadi dan sumur publik. Hal ini dilakukan karena

penduduk yang menggunakan sumber air pribadi cenderung mengkonsumsi air lebih

tinggi dibandingkan penduduk yang menggunakan sumber air pribadi.

2.6 Konservasi Air Bersih

Konservasi diartikan sebagai pelestarian atau penghematan, dan maknanya

dapat diperluas menjadi perlindungan dan pengawetan. Dalam arti yang lebih luas

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

35

dan populer, konservasi diartikan sebagai penghematan terhadap sumber daya agar

dapat digunakan selama mungkin dan seefisien mungkin.

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1451

K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di

Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah menyatakan bahwa konservasi air bawah

tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara

bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara

serta mempertahankan mutunya. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian No.14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan Nasional

Sumberdaya Air, konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan,

keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia

dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk

hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.

Arah kebijakan konservasi sumber daya air berdasarkan Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian No. 14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan

Nasional Sumberdaya Air adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan memulihkan ketersediaan air untuk kemanfaatan bagi

generasi sekarang maupun akan datang.

b. Meningkatkan dan memulihkan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan baik

bagi generasi sekarang maupun akan datang.

c. Memulihkan dan mempertahankan daya dukung lingkungan sumberdaya air

untuk menjamin ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi

sekarang maupun akan datang.

Dan kebijakan konservasi sumberdaya air meliputi :

a. Melaksanakan pelestarian sumberdaya air guna mewujudkan keberlanjutan

ketersediaan air sehingga dapat memberikan manfaat bagi generasi sekarang

maupun akan datang.

b. Meningkatkan pengawasan atas pengambilan air dan penggunaannya agar

tetap mempertimbangkan kepentingan konservasi.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

36

c. Menerapkan sistem insentif dan disinsentif untuk mendorong upaya

konservasi sumberdaya air.

d. Meningkatkan kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap masalah air.

e. Mendorong penerapan prinsip pencemar membayar.

f. Mengendalikan penggunaan air tanah untuk pengeboran baru terutama pada

daerah kritis air tanah.

g. Mendorong upaya-upaya penambahan air tanah.

h. Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran air akibat pembuangan

limbah.

i. Menetapkan kebijakan pengendalian pembuangan limbah domestik.

j. Mengelola kualitas air melalui pemeliharaan dan perbaikan lingkungan

ekosistem sumberdaya air.

k. Mendorong pengembangan teknologi tepat guna untuk pengendalian kualitas

air.

l. Mendorong upaya pelestarian daerah resapan air antara lain melalui

penerapan ketentuan penggunaan lahan sesuai peruntukannya.

m. Mengupayakan keterpaduan rencana tata ruang dengan potensi dan

pengembangan sumberdaya air.

n. Mengupayakan keterpaduan konservasi lahan basah dan

pengembangan/reklamasi rawa dengan mendorong upaya pengembangan

rawa berdasar prinsip konservasi lahan basah.

Konservasi air merupakan upaya komprehensif dalam mengamankan,

melestarikan air dan sumber daya air, lingkungan ekosistem terkait, serta usaha-usaha

penghematan konsumsi air. Namun demikian, usaha strategis itu akan selalu

berbenturan dengan berbagai kendala dan permasalahan yang diakibatkan masih

rendahnya kesadaran, kepedulian, dan partisipasi masyarakat secara integral (Eddy,

2005). Pola hidup boros merupakan salah satu perilaku yang bertentangan dengan

konservasi karena dampaknya akan merugikan ketersediaan sumber daya di masa

mendatang. Untuk itu diperlukan upaya agar sumber daya air tetap berkelanjutan.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

37

2.7 Manajemen Kebutuhan Air Bersih

Water demand manajemen adalah kebijakan sektor air yang ditekankan pada

penggunaan supply air dengan lebih baik daripada mengembangkan supply yang baru

(G. Lichtenthaler dan A.R. Turton). Manajemen kebutuhan air bersih dalam studi ini

adalah pengaturan dan pengendalian kebutuhan air bersih dalam rangka menjaga

kelestarian dan mengkonservasi air sumber daya air bersih agar ketersediaannya tetap

berkelanjutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

No.14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan Nasional Sumberdaya Air,

pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya air antara lain:

1. Memberikan hak yang lebih luas kepada masyarakat disertai dengan

pemberdayaan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan

sumberdaya air;

2. Memberikan pengakuan hukum atas hak masyarakat tradisional dalam

pengelolaan sumberdaya air pada wilayahnya;

3. Menetapkan dan memberlakukan hak guna air dalam peraturan perundangan

di bidang sumberdaya air;

4. Mengintegrasikan pemberdayaan dan peran masyarakat dalam proses

pengelolaan sumberdaya air;

5. Menciptakan kepastian hukum bagi swasta untuk berperan dalam pengelolaan

sumberdaya air;

6. Memperkuat institusi publik bagi peran swasta dalam pengelolaan

sumberdaya air;

7. Menyiapkan mekanisme untuk pembagian manfaat antar wilayah dalam

pengusahaan sumberdaya air oleh swasta;

8. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk pelaksanaan

desentralisasi pembangunan;

9. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk menghadapi proses

peningkatan demokratisasi dalam pengelolaan sumberdaya air; dan

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

38

10. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk menghadapi proses

swastanisasi dalam pengelolaan sumberdaya air.

Contoh manajemen kebutuhan air di beberapa negara adalah sebagai berikut:

• Bahrain

Mengimplementasikan program kesadaran publik dengan memperbaharui

undang-undang air bawah tanah untuk mengurangi konsumsi dan menetapkan

tarif air bawah tanah

• Jordan

Mempersiapkan strategi manajemen kebutuhan air pada tahun 1977 dengan

memperbaharuhi undang-undang air, merevisi tarif air, manajemen kontrak

dengan pihak swasta, dan mengimplementasikan program kesadaran publik.

• Di West Bank dan Gaza Strip

Membuat manajemen sumber air yang tergantung pada situasi politik, dan

politik air berorientasi pada manajemen kebutuhan. Tarif air mencakup tarif

real dan pencemar harus membayar kerusakan lingkungan sesuai asas yang

telah diimplementasikan.

• Saudi Arabia

Membangun kementrian air dan meninjau ulang tarif air serta mengukur

pengurangan penggunaan air untuk pertanian.

• Yaman

Memformasikan kebijakan dan strategi air, undang-undang air yang baru, dan

mendirikan National Water Resources Authority untuk mengatur sumber daya

air dan membentuk kembali tarif air (G. Lichtenthaler dan A.R. Turton).

• negara-negara di Eropa

Membuat penampungan dan penggunaan air hujan, waste water recyling,

struktur tarif dan kebijakan harga air, kesepakatan secara sukarela untuk

mengurangi konsumsi air, community education, detecting and controlling

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

39

system leakage (Illustrative Water Demand Management Plan and Guide for

Preparation, 2001).

• Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, dan Israel

Menggunakan kembali air bekas (wastewater) untuk pertanian (Ali Ghezawi,

2003).

• Indonesia

Penerapan tarif air PDAM yang progresif.

Dari contoh penerapan manajemen kebutuhan air, dapat diketahui bahwa

beberapa negara menerapkan sistem tarif dan perundang-undangan dalam manajemen

kebutuhan air.

2.8 Penghematan Air

Partisipasi masyarakat secara aktif dalam menyelamatkan kehidupan di masa

mendatang, dapat memulai dengan penghematan pemakaian air, pembangunan

jebakan air/sumur resapan air di halaman rumah, penanaman pohon di

lingkungannya, minimalisasi pemakaian bahan kimia yang bersingguhan dengan

sumberdaya air dan yang paling penting adalah menanamkan rasa tanggung jawab

secara moral di setiap hatinya bahwa air yang ada sekarang merupakan titipan anak

cucu kita yang harus dipelihara (Menyelamatkan Kehidupan melalui Gerakan

Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA).

Masyarakat berharap bahwa penyediaan air harus cukup baik saat kemarau

maupun hujan, pemanfaatan air tidak perlu dibatasi dan gerakan hemat air belum

perlu dilakukan demikian juga mengenai penjadwalan air. Kecenderungan bertidak

boros juga tampak dari kurangnya pengontrolan pemanfaatan air, perencanaan biaya

dan kepeduliaan terhadap mutu air, selain itu rendahnya pengaturan dan pengenaan

pajak dalam pengelolaan sumber daya air. (Mislan, 1999).

Ketersediaan air bersih yang terbatas menuntut masyarakat untuk melakukan

penghematan air. Hal ini dilakukan agar ketersediaan air tetap berkelanjutan.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

40

Penghematan air harus dilakukan oleh setiap jenis kegiatan. Namun karena jumlah

rumah tangga jauh lebih banyak daripada industri maka penghematan air dalam

rumah tangga akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Untuk

memecahkan masalah terbatasnya penyediaan air rumah tangga, gerakan hemat air

yang merupakan upaya mempengaruhi jumlah konsumsi air ke arah penggunaan yang

tepat dan efisien harus berhasil dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai jika persepsi

masyarakat dalam mengkonsumsi air rumah tangga sudah tepat (Syme dan

Nancarrow, 1996 dalam Mislan 1999). Persepsi masyarakat yang menganggap air

merupakan benda bebas dan dapat dimanfaatkan terus menerus dalam jumlah yang

sesuai dengan yang diinginkan harus diubah, dan diarahkan ke anggapan sebaliknya

yaitu air sebagai benda ekonomis, yang nilainya dapat terbatas dan oleh karenanya

harus dijaga dan dimanfaatkan seefisien mungkin (Mislan 1999).

Beberapa petunjuk penghematan air bagi masyarakat antara lain:

1. di rumah tangga

• mengurangi pencucian secara berulang (pembilasan).

• pemanfaatan air secara bertahap (prioritas)

air bekas cucian sayur dipakai untuk mencuci perabot dapur yang kotor.

air bekas mandi untuk pembilas/penggelontor WC

air cucian dapur untuk siram tanaman

• penggunaan ulang air (yang telah dianggap limbah dan masih layak) seperti

untuk sanitasi.

• gunakan air secukupnya dan jangan berlebihan

• isi bak mandi secara penuh setiap habis digunakan dan isi bak penampungan

air setiap malam

• matikan kran sebelum meninggalkan kamar mandi

• bagi yang memiliki mobil:

tampung air cucian pakaian untuk mencuci mobil

jangan menggunakan air bersih melalui kran untuk mencuci mobil

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

41

mencuci mobil cukup dengan 2 ember

• usahakan setiap rumah tangga mempunyai sumur resapan

• rawat dengan baik peralatan saluran air, kran dan penampungan air dengan

baik dan hindari kebocoran

2. di lahan

• memilih tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, seperti palawija, untuk

bercocok tanam.

• memanfaatkan air yang tidak layak dikonsumsi.

3. pembuatan tempat penampungan air hujan

Dalam periode musim kemarau, namun sesekali masih terjadi hujan perlu dibuat

tempat-tempat (bak) penampungan air hujan untuk menambah persediaan air.

4. melindungi sumber-sumber air yang ada dari pencemaran

Untuk menghindari kegiatan-kegiatan seperti pencucian dan penggembalaan

ternak di lokasi sumber-sumber air yang dapat mencemarkan air di sumber air

yang ada.

Penghematan yang dapat dilakukan menurut Christina adalah model mandi

yang menggunakan shower, penggunaan mesin cuci dengan kapasitas maksimal,

membersihkan kendaraan dengan cara mengelap saja (pembersihan total dilakukan

sekali waktu saja), menyiram tanaman dengan gembor (ember penyiram), dan

merawat keran-keran air agar tidak bocor.

2.9 Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian mengenai pola pemakaian air bersih untuk keperluan domestik

telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang beragam dalam setiap penelitian.

Adapun hasil penelitian mengenai pola pemakaian air bersih antara lain:

• Berdasarkan penelitian Martopo (Utaya, 1993), kebutuhan air di Indonesia sekitar

103 liter/kapita/hari untuk perkotaan dan 68 liter/kapita/hari untuk Perdesaan.

Penelitian lainnya yaitu Kallau (1986) menyimpulkan jumlah konsumsi air

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

42

penduduk di Kupang sebesar 136,6 liter/kapita/hari, dan Utaya (1993) di Malang

yang memperoleh jumlah rata-rata konsumsi air sebesar 136,2 liter/kapita/hari.

(Mislan,1999:2).

• Penelitian Christina menghasilkan informasi bahwa persentase penggunaan air

rumah tangga adalah mandi dan buang air (lebih dari 60% kebutuhan air), bersih-

bersih (25%), sisa untuk keperluan lainya. Sedangkan berdasarkan penelitian

Mislan di Samarinda, besarnya konsumsi air rumah tangga dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jarak sumber air. Makin Tinggi

tingkat pendidikan, makin besar tingkat pendapatan, dan makin dekat sumber air

maka makin besar konsumsi air bersih.

• Berdasarkan United States Geological Survey, rata-rata penggunaan air bersih

penduduk Amerika adalah antara 80 hingga 100 gallon per hari atau sekitar 307,2

liter hingga 384 liter per hari. Adapun persentase konsumsi air bersih untuk tiap

keperluan dapat dilihat pada gambar 2.1.

GAMBAR 2.1

Source: http://www.rainharvesting.co.uk/images/pie.gif

• Berdasarkan penelitian Mislan, jenis pemanfaatan air terbesar adalah MCK, yaitu

di perkotaan rata-rata 40,9 liter/kapita/hari, pinggiran 37,4 liter/kapita/hari dan

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

43

perdesaan sebesar 32,5 liter/kapita/hari. Jenis pemanfaatan terkecil adalah cuci

mobil dan berlaku baik di perkotaan, pinggiran, maupun perdesaan. Hasil

penelitian lainnya menyimpulkan bahwa masyarakat cenderung bertindak boros

dalam mengkonsumsi air bersih. Ditinjau dari penyediaan air, persepsi

masyarakat yang cenderung bertindak boros di perkotaan adalah masyarakat yang

memiliki penyedia air utama dari PAM ditambah penyediaan alternatif lainnya,

dan berlaku juga untuk wilayah pinggiran. Ditinjau dari jenis pekerjaan ternyata

di perkotaan kelompok yang mengkonsumsi air rumah tangga paling tinggi adalah

pedagang/pengusaha, sedangkan di pinggiran dan perdesaan adalah

PNS/ABRI/Pensiunan. Jika dibandingkan antar mintakat untuk kelompok jenis

pekerjaan yang sama, besarnya konsumsi air di perkotaan lebih besar

dibandingkan dengan pinggiran dan perdesaan, dan di pinggiran lebih besar

dibandingkan dengan perdesaan.

2.10 Tinjauan Rencana

Kebutuhan air bersih di Kota Cimahi dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota

Cimahi tahun 2007 adalah sebesar 97.726.986 liter/detik dan tahun 2012 adalah

sebesar 112.665.021 liter/detik dengan mengasumsikan 1 jiwa membutuhkan 150

liter/detik.

TABEL II.5

PERHITUNGAN JUMLAH KONSUMSI AIR BERSIH KOTA CIMAHI

Golongan Jumlah M3 Per Tahun

Jumlah Sl

Jumlah (liter/hari)

Jumlah (liter) per

hari x jumlah Sl

Asumsi 1 KK = 5 org maka konsumsi

(liter/hari/org) 1A 131 2 358,90 179,45 35,891B 53.0831 2.122 1.454.331,51 685,36 137,07

KP

6

1C 1.440.006 11.211 3.945.221,92 351,91 70,38Rata-rata Konsumsi Air Bersih 81,11

Sumber: PDAM Kota Cimahi

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-dianmangir-27229-3... · Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990

44

Sedangkan PDAM Kota Cimahi mengasumsikan rata-rata kebutuhan air bersih

penduduk adalah sekitar 81,11 liter per orang per hari. PDAM mengolongkan

kebutuhan air bersih sesuai dengan golongan rumah tangga yang didasari Perda No.

XIV Tahun 1983. Golongan pelanggan tersebut antara lain:

1. Rumahtangga Golongan IA (sederhana)

• Perumnas

• Rumah tidak permanen yang terletak di jalan kecil/kampung/gang

2. Rumahtangga Golongan IB (menengah)

• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan

kecil/kampung/gang

• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan besar bukan

protokol

3. Rumahtangga Golongan IC (mewah)

• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan protokol

• Rumah tempat peristirahatan, villa, bungalow yang tidak dikomersilkan.

Berdasarkan tabel II.4, kebutuhan air bersih tiap golongan adalah pelanggan

golongan 1A kebutuhannya sebesar 35,89 liter per orang per hari, pelanggan

golongan 1B sebesar 137,07 liter per orang per hari, dan golongan 1C sebesar 70,38

liter per orang per hari. Jadi kebutuhan air bersih yang diasumsukan PDAM berbeda-

beda untuk setiap golongan pelanggan rumah tangga.