BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter...

13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Mata Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak (Junqueira, 2007). Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat- serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood, 2001). Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Mata

Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang

memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang

dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di

tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa

yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk

memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf

yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke

otak (Junqueira, 2007).

Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka

cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk

struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah

iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung

dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-

serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler

berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya

yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat

yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang

masuk (Sherwood, 2001).

Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus

dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan

menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh

dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung

pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari

korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata

normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi

otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan

lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis

menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001).

2.2. Proses Visual Mata

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan

menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,

pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika

sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen

kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler

dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah

termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin,

2006).

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan

melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi

dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan

ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat

atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan

bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006).

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour

(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak

dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang

ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya

mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam

proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat

diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,

2006).

Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory

retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin

yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam

yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan

mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari

setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai

lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan

ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel

bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006).

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang

terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral

geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).

Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.1. Jaras Penglihatan

(Khurana, 2007)

2.3. Tajam Penglihatan

Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity"

yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada

tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson,

2007). Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur

saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang

tepat (Riordan-Eva, 2009).

Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan

resolution acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan

dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat

dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik

ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah (Leat,

2009).

2.3.1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.

Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab

kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam

penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk

mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen

dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan

kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk

besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan

dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak

tertentu. Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan

kacamata dan setiap mata diperiksa terpisah (Ilyas, 2009).

Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen diuji

dengan cara menghitung jari. Jika tidak bisa menghitung jari, mata tersebut

mungkin masih dapat mendeteksi tangan yang digerakkan secara vertikal atau

horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan

mempersepsi cahaya. Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta

total (Riordan-Eva, 2009).

Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau

kemampuan melihat seseorang, seperti:

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam

meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam

meter.

- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka

30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.

- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka

50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.

- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak

enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60

meter.

- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka

dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada

jarak 60 meter.

- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang

diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan

pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti

hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien

yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau

lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian

tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat

melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.

Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan

penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).

Pada Tabel 2.2. dibawah ini terlihat tajam penglihatan yang dinyatakan

dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki (Ilyas, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

Tabel 2.1. Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, Kaki dan Desimal

Snellen (6 meter) 20 kaki Sistem desimal

6/6 20/20 1.0

5/6 20/25 0.8

6/9 20/30 0.7

5/9 15/25 0.6

6/12 20/40 0.5

5/12 20/50 0.4

6/18 20/70 0.3

6/60 20/200 0.1

2.3.2. Uji Lubang Kecil

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang

terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita

duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter. Penderita disuruh melihat

huruf terkecil yang masih terlihat dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut

ditaruh lempeng berlubang kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila

terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang kecil berarti

terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti

terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja ini diakibatkan

kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula lutea

(Ilyas, 2009).

2.3.3. Uji Pengkabutan (Fogging Test)

Uji pemeriksaan astigmatisme dengan memakai prinsip mengistirahatkan

akomodasi dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien disuruh

melihat astigmatism dial (juring astigmatisme). Bila garis vertikal yang terlihat

jelas berarti garis ini telah terproyeksi baik pada retina sehingga diperlukan

koreksi bidang vertikal dengan memakai lensa silinder negatif dengan sumbu 180

derajat. Penambahan kekuatan silinder diberikan sampai garis pada juring

astigmatisme terlihat sama jelasnya (Ilyas, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

2.3.4. Uji Duokrom (Uji Keseimbangan Merah Biru)

Pada mata emetropia sinar merah dibiaskan di belakang retina sedang sinar

hijau di depan, demikian pula dengan mata yang telah dikoreksi dengan tepat.

Penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada kartu merah hijau

yang ada huruf diatasnya. Pada pasien diminta untuk memberitahu huruf diatas

warna yang tampak lebih jelas. Bila terlihat huruf diatas hijau lebih jelas berarti

mata hipermetropia, sedang pada miopi akan lebih jelas huruf pada warna merah.

Pada keadaan diatas dilakukan koreksi sehingga huruf diatas warna hijau sama

jelas dibanding huruf diatas warna merah (Ilyas, 2009).

2.3.5. Uji Dominan Mata

Uji ini bertujuan untuk mengetahui mata dominan pada anak. Anak

diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup kemudian mata

yang lainnya. Bila mata yang dominan yang tertutup maka anak tersebut akan

menggerakkan kepalanya untuk melihat benda yang matanya dominan (Ilyas,

2009).

2.3.6. Uji Crowding Phenomenon

Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ambliopia. Penderita diminta

membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau

yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris

huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke

huruf dalam baris maka ini disebut adanya crowding phenomenon pada mata

tersebut. Mata ini menderita ambliopia (Ilyas, 2009).

2.3.7. Penurunan Tajam Penglihatan

Penurunan tajam penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti

usia, kesehatan mata dan tubuh dan latar belakang pasien. Tajam penglihatan

cenderung menurun sesuai dengan meningkatnya usia seseorang. Jenis kelamin

bukan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan

seseorang (Xu, 2005). Dari penelitian yang dilakukan di Sumatera, Indonesia,

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

didapat bahwa penyebab tertinggi terjadinya low vision atau visual impairment

adalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, Age-related

Macular Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma (Saw, 2003).

Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter (Riordan-Eva,

2007).

2.4. Telepon Pintar (Smartphone)

2.4.1. Definisi

Belum ada kesepakatan dalam industri ini mengenai apa yang membuat

telepon menjadi pintar, dan pengertian dari telepon pintar ini pun berubah

mengikuti waktu. Telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai

kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai komputer.

Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT Symbian OS, telepon pintar

dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua cara fundamental

yaitu bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa lakukan.

Telepon pintar merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan

tingkat tinggi dan memiliki fitur canggih seperti kemampuan internet, membaca e-

mail, kemampuan membaca buku elektronik (e-book), chatting/instant messaging

serta mempunyai banyak aplikasi (Anderson, 2004).

2.4.2. Fungsi-Fungsi Telepon Pintar

Telepon pintar menawarkan akses langsung baik ke informasi yang

dipublikasikan maupun sistem jaringan perusahaan seperti internet. Ketersediaan

global dari jaringan telepon broadband dan aplikasi-aplikasi dapat mengubah

penyampaian informasi kepada masyarakat bisnis, hukum dan komunitas peneliti

(White, 2010).

Telepon pintar memiliki fungsi-fungsi antara lain, sebagai aplikasi

multimedia dapat digunakan sebagai pemutar musik/music player, memiliki

fungsi video kamera dan aplikasi personal lainnya. Untuk produktivitas

profesional dan personal dapat dipakai untuk membuka aplikasi instant

messaging/chatting dan jejaring sosial, membaca e-mail pribadi, memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

kemampuan navigasi/GPS (Global Positioning System) dan memiliki akses

internet. Untuk produktivitas bisnis, digunakan untuk membaca e-mail, membuka

aplikasi bisnis, melakukan voice calling atau corporate messaging. Telepon pintar

juga memiliki kemampuan manajemen dan implementasi policy, gampang

digunakan, dan dapat mengatur dan mengontrol aplikasi. Telepon pintar juga

memiliki keunggulan dalam hal keamanan karena dapat menghapus data dari jauh

serta enkripsi dan manajemen data (Signorini, 2010).

2.4.3. Kelebihan Telepon Pintar

Telepon pintar menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi pengguna

melalui kecanggihan telepon tersebut, khususnya kualitas layar dan penggunaan

layar sentuh. Perubahan di dalam telepon bahkan lebih revolusioner, dengan

ponsel sekarang memiliki browser yang kuat dan sistem operasi perangkat lunak

yang menawarkan potensi pengembangan yang sangat besar bagi industri

perangkat lunak. Perangkat lunak sendiri memiliki nilai yang luar biasa kepada

pengguna. Memberikan informasi yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh

perangkat lunak, telepon pintar kini berubah menjadi perangkat informasi mobile

yang kuat dan perangkat komunikasi yang mungkin mengubah cara pengguna

mengakses informasi secara dramatis (White, 2010).

2.4.4. Kekurangan Telepon Pintar

Pada penggunaan telepon pintar, banyak isu keamanan dan kerahasiaan

pribadi yang muncul berupa:

1. Kebocoran data

Telepon yang hilang atau dicuri dengan memori yang tidak dilindungi

memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengakses data tersebut.

2. Penonaktifan yang kurang tepat

Telepon dibuang atau diberikan ke orang lain tanpa membuang data

sensitif, mengijinkan orang lain untuk mengakses data tersebut.

3. Pengungkapan data yang tak disengaja

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

Kebanyakan aplikasi memiliki pengaturan privasi, tetapi banyak pengguna

yang tidak sadar akan hal itu. Data tersebut ditransmisikan tanpa

sepengetahuan pengguna telepon pintar.

4. Phising

Orang lain dapat mencuri data-data penting kita seperti password, nomor

kartu kredit menggunakan aplikasi palsu atau pesan (sms, email) yang

kelihatannya asli.

5. Spyware

Telepon pintar yang memiliki spyware didalamnya memberikan

kesempatan bagi orang lain untuk mengakses atau mengubah data pribadi

pengguna telepon pintar.

6. Pencurian data menggunakan jaringan palsu

Penyerang menggunakan titik akses jaringan (network access point) palsu

dan pengguna telepon pintar melakukan koneksi dengan jaringan tersebut.

Hal ini menyebabkan penyerang dapat melakukan intersepsi atas

komunikasi pengguna telepon pintar dan melancarkan aksi serangan lain

seperti pencurian data.

7. Pengawasan

Mengawasi seseorang dengan menggunakan telepon pintar target.

8. Diallerware

Penyerang mencuri uang dari pengguna telepon pintar dengan cara

menggunakan malware yang menggunakan pelayanan sms premium secara

tersembunyi.

9. Financial malware

Malware yang secara spesifik didesain untuk mencuri nomor kartu kredit,

data online banking atau mengalihkan transaksi online banking atau

transaksi elektronik.

10. Kongesti jaringan

Beban jaringan berlebihan akibat penggunaan telepon cerdas yang

berlebihan dan mengakibatkan terputusnya jaringan pengguna telepon

cerdas (Hogben, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

2.5. Tajam Penglihatan dan Telepon Pintar

Menurut Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI, layanan data internet

kini menjadi bagian dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia

mencatat sebagian besar pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan

perangkat mereka untuk menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di

jejaring sosial, dan saling mengirim surat elektronik. Untuk itu, pengguna telepon

pintar akan menghabiskan waktunya untuk menatap pada layar telepon dalam

waktu yang lama dan jarak yang dekat (bekerja dalam jarak dekat).

Mata yang normal akan beristirahat pada saat melihat jauh sedangkan

untuk melihat dekat, diperlukan usaha yang besar dari otot siliaris dalam mengatur

bentuk dari lensa mata. Hal ini menempatkan otot siliaris berada dalam suatu

keadaan stress. Kita dapat menganalogikannya seperti mengangkat beban. Dengan

secara terus-menerus menambah beban yang kita gunakan untuk latihan, otot-otot

yang kita gunakan akan berada pada kondisi stress yang berat. Otot-otot kita akan

merespon dengan bertambah besar dan kuat sehingga beban yang diberikan dapat

dilakukan dengan usaha yang lebih sedikit. Dengan kata lain, otot-otot kita akan

beradaptasi (Jackson, 1970).

Hal yang serupa juga terjadi pada mata sewaktu akomodasi. Tetapi otot

siliaris tidak bertambah besar atau kuat melainkan mengalami spasme sementara.

Ini merupakan adaptasi mata untuk bekerja dalam jarak dekat. Bila kita terus-

menerus bekerja dalam jarak dekat, spasme ini akan bertahan dalam beberapa

bulan atau tahun. Spasme otot siliaris yang kronik akan menginisiasi pemanjangan

dari axis bola mata (Jackson, 1970).

Hal yang menginisiasi pemanjangan dari axis bola mata adalah merupakan

peran neuromodulator seperti dopamin, serotonin dan neuropeptida. Pelepasan

neuromodulator akan menyebabkan perubahan struktur sklera yang dimodulasi

oleh pembentukan proteoglikan. Meningkatnya jumlah proteoglikan menyebabkan

penurunan pertumbuhan panjang axis bola mata. Sebaliknya, menurunnya jumlah

proteoglikan menyebabkan peningkatan pertumbuhan panjang axis bola mata.

Akibat dari spasme otot siliaris, maka tidak diperlukan lagi akomodasi sewaktu

bekerja dalam jarak dekat sehingga akan menurunkan pelepasan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

neuromodulator. Hal inilah yang mengakibatkan pemanjangan dari axis bola mata

(Troilo, Nickla & Wallman, 2000).

Bertambah panjangnya axis bola mata bertujuan agar tidak diperlukan lagi

usaha yang besar sewaktu bekerja dalam jarak dekat. Akan tetapi, setelah bola

mata bertambah panjang, mata tidak akan dapat melihat dengan jelas sewaktu

melihat jauh (Jackson, 1970). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emily C.

Woodman, dkk (2010), memang terbukti terjadi pemanjangan axis bola mata yang

signifikan setelah bekerja dalam jarak dekat.

Penggunaan telepon pintar akan meningkatkan daya akomodasi mata yang

akhirnya berdampak pada penurunan tajam penglihatan. Hal ini terjadi karena

pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar pada jarak yang

terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam melakukan

akomodasi untuk menyesuaikan pemfokusan pada mata. Bahkan, efek lain

penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada mata

dan sakit kepala (Rosenfield, 2011).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mark Rosenfield, D.O., Ph.D.,

seorang profesor optalmologi di Amerika Serikat, 130 relawan yang menjadi

kelompok pertama dengan umur rata-rata 23.2 tahun, diminta untuk mengirim dan

membaca SMS dari telepon pintar mereka. Kelompok kedua berjumlah 100

relawan dengan umur rata-rata 24.9 tahun, diminta untuk membaca situs internet

melalui telepon pintar mereka. Peneliti kemudian mengukur jarak pandang antara

layar telepon pintar ke mata relawan serta besarnya tulisan yang dibaca relawan

(Rosenfield, 2011).

Hasil penelitian Rosenfield menunjukkan bahwa jarak pandang rata-rata

mata relawan ke layar telepon pintar bertambah dekat dibandingkan dengan jarak

pandang normal yang aman untuk mata. Pada saat mengirim dan membaca SMS,

jaraknya hanya sekitar 14 inci (36 cm) dengan tulisan yang 10% lebih besar dari

tulisan di surat kabar. Tetapi, ketika membaca situs internet melalui telepon

pintar, jarak pandang rata-rata relawan adalah 12.6 inci (32 cm) dengan tulisan

yang 20% lebih kecil dari besar tulisan di surat kabar. Sementara, jarak yang aman

untuk mata saat membaca surat kabar, buku atau majalah adalah 16 inci (40 cm).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Matarepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter II.pdfadalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, -related

Hasil ini menunjukkan beban kerja mata pada pengguna telepon pintar

lebih berat. Membaca pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih

keras dalam mempertahankan pemfokusan pada suatu objek. Membaca tulisan

yang kecil juga akan menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam

bekerja, maka makin bertambahnya resiko untuk terjadi regangan pada mata (eye

strain) yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan.

Universitas Sumatera Utara