BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARATsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen... ·...
Transcript of BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARATsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen... ·...
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
BAB 2
PROFIL KABUPATEN
BANDUNG BARAT
2.1 GAMBARAN DAN ADMINISTRASI
Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari wilayah
bagian Provinsi Jawa Barat yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat
II berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 4688).
Geografis Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º
19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan
wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki luas sebesar Luas wilayah
1.305,77 Km2 atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16 wilayah
administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua,
Cikalongwetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar,
Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan
Saguling. Kabupaten Bandung Barat meliputi 165 desa, dengan batas
wilayah administrasi meliputi:
a. Sebelah
Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Kulon
Kabupaten Cianjur; Kecamatan (Maniis,
Darangdan, Bojong dan Wanayasa) Kabupaten
Purwakarta; Kecamatan (Sagalaherang, Jalan
Cagak dan Cisalak) Kabupaten Subang.
b. Sebelah
Timur
: berbatasan dengan Kecamatan (Cilengkrang,
Cimenyan, Margaasih dan Soreang) Kabupaten
Bandung, Kecamatan (Cidadap dan Sukasari)
Kota Bandung dan Kecamatan (Cimahi Utara,
Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan) Kota
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-2 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Cimahi.
c. Sebelah
Barat
: berbatasan dengan Kecamatan (Campaka,
Ciranjang, dan Mande) Kabupaten Cianjur.
d. Sebelah
Selatan
: Berbatasan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Cianjur.
Secara administratif, Kabupaten Bandung Barat mempunyai luas
1.305,77 km2 atau 3,75 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat yang
terbagi dalam 16 kecamatan dan 165 desa. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Gununghalu dengan luas 160,64 Km2 atau 12,30% dari luas
Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil
adalah Kecamatan Batujajar dengan luas 32,04 Km2 atau 2,45% dari
luas Kabupaten Bandung Barat. Selengkapnya wilayah Kabupaten
Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel-2.1 dan Gambar-2.1
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-3 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN
BANDUNG BARAT
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-4 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Jumlah Desa Terbanyak ada di Kecamatan Lembang yaitu 16
Desa sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Saguling
sebanyak 6 desa. Secara administrasi, luas wilayah masing-masing
Kecamatan di Kabupaten bandung Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung Barat
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa KM2 Presentasi
(%) 1 Rongga 113,12 8,66 8
2 Gununghalu 160,64 12,30 9
3 Sindangkerta 120,47 9,23 11
4 Cililin 77,79 5,96 11
5 Cihampelas 46,99 3,60 10
6 Cipongkor 79,96 6,12 14
7 Batujajar 32,04 2,45 7
8 Saguling 51,46 3,94 6
9 Cipatat 126,05 9,65 12
10 Padalarang 51,40 3,94 10
11 Ngamprah 36,01 2,76 11
12 Parongpong 45,15 3,46 7
13 Lembang 95,56 7,32 16
14 Cisarua 55,11 4,22 8
15 Cikalongwetan 112,93 8,65 13
16 Cipeundeuy 101,09 7,74 12
Jumlah
1305,7
7
100,00 165 Sumber: Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013
2.2 GAMBARAN DEMOGRAFI
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah
penduduk di Kabupaten Bandung Barat sampai dengan tahun 2013
berjumlah 1.589.900 jiwa, yang terdiri dari 809.200 jiwa penduduk laki-
laki dan 780.700 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di
Kabupaten Bandung Barat berbeda-beda untuk setiap kecamatan.
Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Barat pada tahun 2013
berkisar 1.218 jiwa/km2.
Kecamatan Lembang memiliki kepadatan 1.613 jiwa/km2 dan
merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bandung
Barat Sedangkan Kecamatan Saguling memiliki kepadatan penduduk 257
jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.
Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bandung Barat
dapat dilihat pada Tabel-2.2.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-5 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013
No. Kecamatan
Luas
Wilayah
(Km2)
Penduduk (Jiwa) Kepadatan
(Jiwa/Km2) Laki-
laki Perempuan Jumlah
1 Rongga 113,12 27.579 26.658 54.237 479
2 Gununghalu 160,64 36.794 35.256 72.050 637
3 Sindangkerta 120,47 32.518 32.011 64.529 570
4 Cililin 77,79 43.165 41.299 84.464 747
5 Cihampelas 46,99 55.572 52.347 107.919 954
6 Cipongkor 79,96 44.151 41.974 86.125 761
7 Batujajar 32,04 46.242 44.927 91.169 806
8 Saguling 51,46 14.864 14.244 29.108 257
9 Cipatat 126,05 63.818 61.852 125.670 1.111
10 Padalarang 51,40 83.505 80.227 163.732 1.447
11 Ngamprah 36,01 82.130 80.165 162.295 1.435
12 Parongpong 45,15 52.178 50.698 102.876 909
13 Lembang 95,56 93.058 89.429 182.487 1.613
14 Cisarua 55,11 35.757 34.592 70.349 622
15 Cikalongwetan 112,93 58.061 56.138 114.199 1.010
16 Cipeundeuy 101,09 39.808 38.883 78.691 696
1305,77 809.200 780.700 1.589.900 2.370.600
Sumber : Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013
Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat
dipengaruhi oleh pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang
dan peduduk keluar (migrasi). Berdasarkan data penduduk dari Badan
Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008
sampai tahun 2012 sebesar 1,59 %. Laju pertumbuhan penduduk
terbesar terdapat di Kecamatan Cihampelas sedangkan untuk laju
pertumbuhan terkecil terdapat di Kecamatan Rongga Lebih jelas mengenai
laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung Barat terlihat pada
Tabel-2.3.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-6 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Tabel-2.3
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bandung Barat 5 Tahun Terakhir
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Pertumbuhan
Penduduk (%) 2008 2009 2010 2011 2012
1 Cililin 88,478 89,585 80,230 82,747 84,121 1,66
2 Cihampelas 100,144 101,566 102,516 105,728 107,910 2,06 3 Sindangkerta 66,281 67,187 61,296 63,215 64,086 1,38
4 Gununghalu 76,394 77,555 68,442 70,585 71,348 1,08 5 Rongga 59,042 60,060 51,521 53,134 53,464 0,62
6 Cipongkor 86,610 87,887 81,813 84,374 85,618 1,47
7 Batujajar 112,401 114,205 114,249 89,314 91,091 1,99
8 Lembang 170,439 172,959 171,484 178,777 181,473 1,51
9 Parongpong 89,381 90,678 96,250 100,784 102,546 1,75
10 Cisarua 65,499 66,493 66,314 68,918 69,751 1,21
11 Ngamprah 140,515 142,742 154,166 158,993 161,957 1,86
12 Padalarang 155,802 158,051 155,457 160,404 163,147 1,71
13 Cipatat 123,605 125,33 119,321 123,114 124,719 1,30
14 Cipeundeuy 85,789 87,198 74,736 77,089 78,080 1,29
15 Cikalongwetan 114,489 116,143 108,477 111,876 114,168 2,05
16 Saguling 28,517 28,847 1,16
Jumlah
1,534,869
1,557,639
1,506,272
1,557,569
1,582,326
1,59
Sumber:BPS Kabupaten Bandung Barat
2.3 GAMBARAN TOPOGRAFI
Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan
indah pemandangannya dengan kondisi geografis yang potensial (berbukit-
bukit dengan ketinggian dan kemiringan yang variatif) dengan dataran
terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi pada ketinggian
2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan
tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota
Padalarang).
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan pada RTRW Kabupaten
Bandung, Tahun 2001-2010, wilayah Kabupaten Bandung Barat
merupakan daerah yang sangat sesuai untuk tanaman pangan lahan
basah dan tanaman lahan kering. Lahan yang sesuai untuk tanaman
pangan lahan basah terdapat di Kecamatan Padalarang, Batujajar,
Ngamprah, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Lembang, Cisarua,
Parongpong, dan Cihampelas, sedangkan lahan yang cukup sesuai untuk
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-7 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
tanaman lahan kering terdapat di Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Cililin,
Sindangkerta, Cipongkor, Cikalongwetan, Cipeundeuy dan Cihampelas.
Adapun yang sangat sesuai untuk tanaman tahunan/agroforesty, terdapat
di kecamatan Padalarang, Batujajar, Cipatat, Ngamprah, Cililin,
Sindangkerta, Cipongkor, Gununghalu, Rongga, Cikalongwetan,
Cipeundeuy, Lembang dan Parongpong, dan yang sesuai sebagai tempat
waduk/bendungan, yaitu di Kecamatan Padalarang, Batujajar, Cililin,
Cihampelas, Cipongkor, Cipatat dan Cipeundeuy.
Profil Kemiringan
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang
sangat terjal (>40%) dengan Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan
terluas. Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan
lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah
kecamatan dengan luas lereng datar (0-8%) terluas. Kemiringan lereng 8-
15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
Tabel 2.4
Kemiringan Lereng per Kecamatan (Ha)
Di kabupaten Bandung Barat
No. Kecamatan 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Lembang 1.530 - 5.201 - 2.970
2 Parongpong 2.290 - 950 - 1.225
3 Cisarua 530 - 2.292 1.500 1.214
4 Cikalongwetan 550 - 3.400 3.200 4.058
5 Cipeundeuy 2.450 - 3.200 - 4.475
6 Ngamprah 1.160 - 379 1.650 420
7 Cipatat 2.950 710 1.950 - 6.940
8 Padalarang 4.096 202 860 - -
9 Batujajar 4.899 - 580 - 2.889
10 Cihampelas 2.150 - 490 2.701
11 Cililin 1.640 1.140 - 710 3.986
12 Cipongkor 2.210 200 2.050 1.090 2.075
13 Rongga 1.700 - 292 507 8.812
14 Sindangkerta 1.064 600 4.350 425 5.596
15 Gununghalu 320 - 400 1.880 13.480
Total 29.539 2.852 25.904 11.452 60.841
Sumber : Master Plan Persampahan 2009
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-8 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Gambar 2.2 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Bandung Barat
2.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat
ditinjau dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu
bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi
perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan
mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya
bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat
delapan sub DAS yang semuanya bermuara ke sungai Citarum, yaitu Sub.
DAS Cikapundung, Sub. DAS Cigundul, Sub. DAS Cikaso, Sub. DAS
Cimeta, Sub. DAS Ciminyak, Sub. DAS Cisokan, Sub. DAS Citarum Hilir
dan Sub. DAS Ciwidey.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-9 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Gambar 2.3 Peta DAS Wilayah Kabupaten Bandung Barat
2.5 GAMBARAN GEOLOGIS
Secara geologis Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang
berpotensi terjadi gempa bumi, terutama tipe tektonik dan gempa vulkanik.
Wilayah berpotensi terjadi gempa tektonik adalah sesar Lembang,
sedangkan daerah-daerah yang berpotensi terjadi gempa akibat letusan
gunung/vulkanik adalah Gunung Tangkuban Perahu.
Longsor juga merupakan bencana yang kerap menimpa wilayah
Kabupaten Bandung Barat. Longsor bisa disebabkan oleh pergerakan
tanah yang disebabkan oleh gerusan air akibat adanya hujan lebat.
Beberapa wilayah yang sering mengalami bencana longsor adalah
Cikalongwetan, Lembang, Gununghalu, Rongga, Cipatat, Sindangkerta,
Batujajar, Cisarua dan Cililin.
Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air
bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam
beberapa zona:
Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan
untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan
maksimum 100 m3 per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-10 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
air tanah di Kabupaten Bandung Barat sebagian ada di Kecamatan
Batujajar.
Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi
keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum
100 m3/bulan. Zona rawan untuk pengambilan air tanah
penyebarannya ada di Kecamatan: Batujajar. Daerah resapan air
tanah penyebarannya ada di Kecamatan: Lembang dan Cisarua.
Daerah aman pengambilan air tanah pengambilan baru
diperbolehkan dengan debit 170 m3/hari dengan jumlah sumur
terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya
ada di Kecamatan: Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah dan
Parongpong.
Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi pengambilan air tanah
kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan
maksimum 100 m3/bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan:
Lembang dan Cisarua.
Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah
sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di
daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga
dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan per sumur Zona
bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan
Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu
dan Rongga.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-11 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Gambar 2.4 Peta Hidrogeologi
Profil Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan
berdasarkan fungsinya, yaitu: berfungsi sebagai kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau
36,9% sedangkan kawasan budidaya pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19%
dan kawasan budidaya non pertanian 12.536,45 Ha atau 9,58% dan
lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
kawasan budidaya masih merupakan areal yang terluas dibandingkan
dengan kawasan hutan.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian tanah aktual menunjukkan
bahwa tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung Barat dapat
dikatagorikan sebagai berikut :
a. Sangat sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB)
mencapai luas sekitar 18.410,03 Ha (14,09%) dan Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK) mencapai luas sekitar 26.957,26
Ha (20,63%) dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bandung
Barat;
b. Sangat sesuai untuk Tanaman Tahunan (TT) mencapai luas
sekitar 39.571,24 Ha (30,30%) dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Bandung Barat;
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-12 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
c. Tidak sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB),
Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Tahunan
(TT), yang pada saat ini merupakan Tanaman Tahunan berupa
hutan yang berfungsi sebagai konservasi mencapai luas sekitar
39.243,75 Ha (30,05%) dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Bandung Barat.
Kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Tanaman
Pangan Lahan Basah (TPLB) yang terluas adalah Kecamatan Batujajar, dan
Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) yang terluas adalah Kecamatan
Cipeundeuy. Kecamatan yang memiliki areal tidak sesuai untuk Tanaman
Pangan Lahan Basah (TPLB) dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK)
adalah Kecamatan Gununghalu, Rongga dan Cihampelas. Sedangkan
kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Hutan, Tanaman
Tahunan (TT) yang terluas juga adalah adalah Kecamatan Gununghalu.
Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, khususnya bahan
batuan dari tanah, sudah lama berlangsung di beberapa kecamatan di
wilayah Kabupaten Bandung Barat. Khusus untuk kawasan perbukitan
Rajamandala dan sekitarnya sangat kaya dengan batu gamping sebagai
bahan baku industri kapur, marmer dan semen, serta terdapat pula batu
andesit, kaolin, sirtu dan pasir kuarsa.
Lebih dari pada itu, luas kawasan hijau yang ada di Kabupaten
Bandung Barat merupakan potensi bagi produksi berbagai jenis sumber
daya alam hayati dari sektor pertanian. Oleh karenannya dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan kawasan
potensial yang ditunjang dengan keragaman berbagai komoditas.
Morfologi
Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan
di lapangan morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4
(empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan
dan morfologi pegunungan.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-13 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Gambar 2.5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-14 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
2.6 GAMBARAN GEOLOGI
Litologi (Bahan Penyusunan)
Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Bandung, Cianjur, dan
Garut, yang selanjutnya dikompilasi oleh Ratman & Gafoer (1998)kedalam
peta geologi Skala 1 : 500.000, maka tataan dan urutan batuan penyusun
daerah Bandung Barat adalah sebagai berikut :
Kabupaten Bandung Barat bagian Barat (Padalarang- Cipatat-
Rajamandala)
Batuan tertua di daerah Bandung dan sekitartnya tersingkat di sekitar
Rajamandala (terletak di sebelah barat) yaitu berupa kelompok batuan
yang terdiri dari batu lempung napal, batugamping terumbu, batupasir
berumur 15 -2 0 juta tahun lalu (Oligo-Miosen). Kelompok batugamping
terumbu yang sebarannya membentang hampir barat – timur dari
Padalarang-Cipatat-Rajamandala telah membentuk bentang alam
perbukitan kars dengan berbagai fenomena khas, seperti gua-gua,
speleoterm, dan karingan sungai bawah tanah. Sejak tahun 1970-an
sampai sekarang kawasan pebukitan kars Formasi Rajamandala telah
menjadi kawasan pertambangan batukapur dan marmer.
Di atas kelompok batuan berumur Oligo-Miosen tersebut ditutpi oleh
batuan lebih muda berumur kuarter seperti breksi gunung api (volkanik),
lava, lahar, batupasir tufaan (tras) dan aluvium.
Kabupaten Bandung Barat bagian Utara dan Timur.
Batuan penyusun wilayah Bandung Utara didominasi oleh batuan gunung
api. Soetoyo & Hadisantono (1992) telah membagi batuan komplek Gunung
Sunda menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu batuan pra-gunung api Sunda,
Gunungapi Sunda, Komplek Kerucut Bukit Tunggul-Manglayang dan
Gunungapi Tangkuban Parahu.
Endapan kipas alluvial atau endapan dan delta (Dam 1992) berselang
seling dengan endapan danau menempati dan tersebar luas di Cekungan
Bandung, disusun oleh batupasir berukuran menengah sampai kasar,
breksi dan lumpur.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-15 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Kabupaten Bandung Barat bagian Selatan
Batuan tertua yang dijumpai di wilayah Bandung Barat bagian Selatan
adalah perselingan antara batulempung dan batulanau berumur sekitar 15
juta tahun (Miosen Tengah) yang dinamakan sebagai kelompok batuan
Formasi Cimandiri. Batuan tersebut menjemari dengan Anggota
Sindangkerta, yang terdiri dari perselingan tufa batuapung dengan
Batu pasir tufa dan breksi tufa. Diatasnya ditutupi secara tidak selaras
oleh perselingan lava dan breksi tufa bersusunan andesit dari Formasi
Beser berumur sekitar 10 juta tahun (Miosen Akhir). Batuan gunungapi
berumur sekitar 5 juta tahun (Pliosen) berupa tufa hablur, tufa sela dan
breksi tufa andesitis menindih secara tak selaras Formasi Beser. Secara
setempat dijumpai pula batuan terobosan berupa andesit piroksen dan
andesit hornblende yang umumnya membentuk morfologi kerucut intrusi.
Batuan gunungapi tua berumur lebih muda dari 1,8 juta tahun (Kuarter)
menindih tak selaras batuan gunung api Pliosen. Batuan gunungapi
Kuarter Tua diduga merupakan hasil kegiatan G. Waringin, G. Bedil, G.
Malabar Tua, Komplek G. Guntur – G. Pangkalan – G. Kendang, G. Kracak
– G. Puncakgede, G. Madalawangi – G. Mandalagiri dan G. Malabar – G.
Tilu. Batuan gunungapi Kuarter muda dihasilkan dari G. Windu, G.
Papandayan, G. Cikuray, G. Masigit, G. Haruman dan G. Kaledong.
Endapan termuda di bagian Selatan Wilayah Bandung terdiri atas endapan
danau, koluvium, alluvium
Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air
bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam
beberapa zona:
a. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan
untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100 m3 perbulan. Penyebaran zona
kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat
berada di Kecamatan Batujajar.
b. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan
bagi keperluan air minum dan ramah rangga dengan debit
maksimum 100 m³ per bulan. Zona rawan untuk pengambilan
air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-16 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang
dan Cisarua.
c. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru
diperbolehkan dengan debit 170 m³ per hari dengan sumur
terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah
penyebarannya ada di Kecamatan Cikalong wetan, Padalarang,
Ngamprah, dan Parongpong.
d. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali
untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan
maksimum 100 m³ per bulan. Daerah resapan ini meliputi
Kecamatan Lembang dan Cisarua.
Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah
sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah
lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan
pengambilan maksimal 100 m³ per bulan per sumur. Zona bukan
cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat,
Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.
1. Air permukaan
Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai
utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai
Citarum Hulu, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor,
Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang
terdapat di Wilayah Kabupaten Bandung Barat umumnya dijumpai di
sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan yang tersusun oleh batuan
vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata. Daerah-daerah mata
air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan
selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat
disebut sebagai daerah yang sangat jarang dijumpai. Di Kabupaten
Bandung Barat terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan.
Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini
dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan yang
terdapat di daerah kajian yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang
merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-17 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Kondisi situ dan waduk masing-masing dapat dirinci sebagai
berikut:
Situ Ciburuy terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk
irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m3. Situ
Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS
Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m3 dengan daerah tangkapan situ
tersebut diperkirakan 6,3 km3.
Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di
beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan
Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan
penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta
m3.
Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang
lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan
sekitar 2.000 juta m3, dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl
2. Air Tanah
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat daerah resapan air tanah
yang merupakan resapan utama atau primer meliputi bagian lereng
bervegetasi lebat pada ketinggian tertentu sampai puncak gunung yang
terutama dibentuk oleh batuan gunung api muda. Selain itu, zona resapan
utama meliputi pula bagian daerah pegunungan dan perbukitan berupa
punggungan yang bertindak sebagai tinggian pemisahan air utama bagi
sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penelitian hidrogeologi untuk menentukan batas
horizontal cekungan air tanah yang dilakukan oleh Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan yang kemudian disahkan
melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2003,
cekungan air tanah di Jawa Barat terdapat 27 buah, dengan 2 cekungan
air tanah diantaranya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung
Barat.
2.7 GAMBARAN KLIMATOLOGI
Wilaya-wilayah yang mempunyai curah hujan kurang dari 1500
mm/tahun adalah wilayaj pedataran yaitu sebagian kecamatan
Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-18 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian kecamatan Batujajar,
Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan Parongpong. Wilayah-wilayah
yang mempunyai curah hujan 2000-2500 mm/tahun adalah sebagian
kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipatat,
Cipongkor, Sindangkerta.
Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun
sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan,
Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah
hujan tertinggi terjadi di daerah pegungungan di bagian utara
Kabupaten Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian
wilayah Kecamatan Cikalongwetan dan Cipeundeuy.
Tabel 2.5 Kondisi Klimatologi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011
Bulan Kondisi Klimatologi
Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
Januari 169,5 20
Februari 189,5 17
Maret 113,0 17
April 235,9 22
Mei 123,5 17
Juni 96,2 6
Juli 83,7 11
Agustus 0,0 -
September 20,4 4
Oktober 110,3 11
Nopember 303,8 24
Desember 177,5 21
Rata-rata 135,3 14,2
Sumber : Bandung Barat dalam Angka 2012
2.8 KONDISI SOSIAL EKONOMI
2.8.1 KONDISI SOSIAL
Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah
angkatan kerja. Pertambahan angkatan kerja tersebut dapat
ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah
berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi
telah berusaha menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri,
yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak
semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia.
Yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja,
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-19 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang
bersekolah, mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan kerja.
Tabel-2.6:
Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2010 – 2011
Jenis Kegiatan Utama 2011 2012
Jumlah % Jumlah %
Bekerja 267 1611
Mencari Pekerjaan 2456 3677
Sekolah 65542 68034
Mengurus R. Tangga
Lainnya
Jumlah
T P T
2.8.2 KONDISI PEREKONOMIAN
Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi
pertumbuhan, kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian
secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi
yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta
penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul
di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak
utama perekonomian pada suatu wilayah.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu wilayah, dapat
dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
suatu ukuran kuantitatif dari hasil-hasil pembangunan ekonomi yang
telah dilakukan pada suatu saat tertentu untuk memberikan gambaran
mengenai keadaan perekonomian pada masa-masa lalu dan masa
sekarang.
Profil Ekonomi
Salah satu indikator kinerja Pembangunan suatu daerah diukur
melalui indikator-indikator makro ekonomi yang secara umum telah diakui
dan diberlakukan. Pencapaian perekonomian suatu daerah merupakan
gambaran dari prestasi Pemerintah Daerah dalam mengatasi kendala-
kendala yang ada di daerah. Indikator pencapaian pembangunan ekonomi
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-20 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
yang secara umum diakui adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Inflasi.
Besaran kontribusi perekonomian di Kabupaten Bandung Barat
masih tetap dipengaruhi oleh sektor utama yaitu sektor industri
pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian.
a. Potensi Unggulan Daerah
Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Bandung Barat cukup
banyak dan beragam, mulai dari lahan pertanian, perbukitan/pegunungan
dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal ini
apabila diolah dan dimanfaatkan akan menjadi sumber ekonomi yang
dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Adapun Potensi unggulan yang dimiliki oleh
Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut :
1) Letak geografis yang strategis bila dilihat dari perspektif sistem
perkotaan Metropolitan Bandung Raya seiring dengan
pertumbuhan sektor industri dan pengembangan pemukiman
yang dapat menunjang pertumbuhan perekonomian
masyarakat.
2) Letak geografis kawasan Bandung Barat sebelah utara meliputi
Lembang, Parongpong dan Cisarua yang berada di dataran
tinggi dimana alam dan lingkungannya sangat mendukung
dalam pengembangan peternakan dan pertanian tanaman
holtikultura.
3) Keberadaan 2 (dua) waduk besar di Kabupaten Bandung Barat
yang memiliki potensi besar dalam pengembangan dan
pengelolaan waduk sebagai wisata ramah lingkungan yang
didukung agroindustri perikanan melalui pemberdayaan UMKM
dan koperasi yang mampu menggerakan perekonomian
masyarakat.
4) Keberadaan obyek wisata yang di bagi menjadi 3 (tiga) zona
wisata utama yaitu Zona Wisata Bandung Utara, Zona Wisata
Bandung Selatan dan Zona Wisata Bandung Barat merupakan
salah satu kunci pengembangan Kabupaten Bandung Barat jika
merujuk pada Visi yang ada dalam menopang perekonomian
masyarakat.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-21 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
5) Potensi sumber daya alam yang subur merupakan faktor primer
kegiatan usaha tani, dimana struktur perekonomian masyarakat
pada umumnya masih bersifat agraris sehingga memungkinkan
pengembangan usaha agrobisnis yaitu suatu usaha di bidang
pertanian untuk memperoleh keuntungan dengan cara
mengelola aspek budidaya, pasca panen proses pengolahan
hingga tahap pemasaran. Dimana potensi unggulan bidang
agrobisnis Kabupaten Bandung Barat, adalah sebagai berikut:
a) Potensi Pertanian
(1) Padi sawah & gogo
(2) Palawija: Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau,
Ubi Kayu dan Ubi Jalar.
(3) Sayuran: Bawang Daun, Kentang, Kubis,
Petsai/Sawi/Sosin, Kacang Panjang, Buncis, Labu
Siam, Kembang Kol dan Jamur.
(4) Buah-buahan: Alpukat, Belimbing,
Duku/Langsa/Kokosan, Durian, Jambu Biji, Jeruk
Siam/Keprok, Mangga, Manggis, Nangka/ Cempedak,
Nanas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Salak, Sawo, Jeruk
Besar, Sirsak, Sukun, Melinjo dan Petai.
(5) Tanaman Hias: Anggrek, Anthurium, Gladiul, Heliconia,
Krisan, Mawar, Melati, Palem, Sedap Malam, Gerbera
(Hebras) dan Anyelir.
(6) Tanaman obat-obatan: Jahe, Lengkuas, Kencur, Kunyit,
Lempuyang, Temu Lawak, Keji Beling, Kapulaga dan
Mengkudu.
b) Potensi Kehutanan dan Perkebunan
(1) Kehutanan:
(a) Kayu Jati,
(b) Kayu Pinus
(c) Getah Pinus
(2) Perkebunan:
(a) Teh, Kopi, Karet, Kelapa.
(b) Cengkeh, Aren dan Kakao.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-22 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
c) Potesi Peternakan
(1) Peternakan Kelinci
(2) Peternakan Sapi Perah dan Sapi Potong
(3) Peternakan Domba dan Kambing
(4) Peternakan Ayam Buras dan Ras
(5) Peternakan Itik
(6) Peternakan Kuda
(7) Perikanan
b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat
menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga
pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan
sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian pula
halnya di Kabupaten Bandung Barat, dalam Recana Strategi (Renstra), laju
pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat
penting, untuk selalu di evaluasi.
Secara umum, pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten
Bandung Barat mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,79 persen.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif semua sektor.
Seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang menguat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Tabel 2.9
PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 – 2010 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB ADH. Berlaku PDRB ADH. Konstan
2008) 14.220.412,09 7.157.633,43
2009*) 15.487.957,82 7.507.423,19
2010 **) 17.100.027.11 7.822.165.19 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010 Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Selama periode tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atau Nilai Tambah Bruto yang dihitung atas dasar harga berlaku di
Kabupaten Bandung Barat mencapai 17,10 triliyun atau mengalami
peningkatan sebesar 10, 41 persen di bandingkan tahun sebelumnya,
yakni sebesar 15, 49 triliyun. Untuk lebih jelasnya Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga
berlaku selama periode tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10
berikut ini:
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-23 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Tabel 2.10
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha 2008*) 2009*) 2010*)
1. Primer 1.637.882.,84 1.835.945,40 2.066.074,56
1. Pertanian 1.579.761,59 1.773.336,83 1.996.500,34
2. Pertambangan dan Penggalian
58.121,25 62.608,58 69.574,22
2. Sekunder 7.905.900,13 8.304.598,12 8.948.815,80
3. Industri
Pengolahan 6.624.524,15 6.921.771,98 7.390.494,35
1. Listrik, Gas dan Air 919.660,89 1.003.988,45 1.131.863,86
2. Bangunan 361.715,09 378.837,69 426.457,59
3. Tertier
4.676.629,12 5.347.414,29 6.085.136,75
3. Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
2.634.504,96 3.081.115,57 3.515.998,49
4. Pengangkutan dan
Komunikasi 951.601,54 1.036.131,0 1.166.240,33
5. Keuangan,
Persewaan & Jasa Perusahaan
369.958,66 413.541,07 477.369,08
6. Jasa-jasa 720.563,96 816.625,75 925.528,85
PDRB 14.220.412,0
9 15.487.957,82
17.100.027.1
1
Catatan : *)Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010
Dengan mengelompokkan sembilan sektor ekonomi menjadi tiga
sektor yaitu: sektor primer, sekunder, dan tersier, tampaknya bahwa
kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai
tambah di Kabupaten Bandung Barat. Total nilai tambah bruto atas dasar
harga berlaku dari kelompok sektor sekunder di tahun 2010 mencapai
Rp.8,95 trilyun, atau meningkat 7,75 persen dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar Rp.8,30 trilyun.
Adapun kelompok sektor tersier dan primer masing-masing
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 6,08 triliyun dan Rp. 2,07 triliyun
atau mengalami peningkatan 13,79 persen dari 12,53 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut
belumlah menunjukan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan,
karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.
[RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN BANDUNG BARAT] RPIJM
2-24 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019
Tabel 2.11
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2010
(Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha 2008*) 2009**) 2010***)
1. Primer 840.622,07 871.958,15 906.060,20
1. Pertanian 802.995,28 832.429,32 864.568,50
2. Pertambangan
dan Penggalian
37.626,79 39.528,83 41.491,70
2. Sekunder 3,985.866.04 4.111.437.92 4.258.537.0
3
3. Industri
Pengolahan 3.313.355,90 3.395.983,47 3.495.146,43
4. Listrik, Gas dan Air 505.209,68 541.215,47 580.142,08
5. Bangunan 167.300,28 174.240,30 183.248,52
3. Tertier 2.330.535.28 2.516.401,49 2.657.567,9
4
6. Perdagangan,
Hotel dan Restoran
1.367.910,41 1.468.810,40 1.583.740,78
7. Pengangkutan dan
Komunikasi 405.694,95 421.167,09 451.235.35
8. Keuangan,
Persewaan & Jasa Perusahaan
203.295,97 214.673,08 231.468,16
9. Jasa-jasa 354.244,06 376.616,68 391.123,65
PDRB 7.157.633,43 7.507.423.19 7.822.165,19
Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010
Apabila PDRB tersebut dihitung atas dasar harga konstan 2000,
kinerja sektor sekunder tahun 2010 tumbuh sebesar 3,58 persen dari
tahun 2009. PDRB sektor sekunder meningkat menjadi sebesar Rp. 2,66
triliyun di tahun 2010 dari nilai Rp. 2,52 triliyun pada tahun 2009.
Sementara itu kelompok sektor primer pada tahun 2010 mampu tumbuh
sebesar 3,91 persen. Yaitu dari 0,87 triliyun pada tahun 2009, menjadi
Rp.0,91 triliyun pada tahun 2010.
Adapun kelompok sektor jasa-jasa (tersier) yang merupakan sektor-
sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2010
mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 2, 66 triliyun sedangkan tahun
2009 sebesar Rp. 2,52 triliyun atau mengalami peningkatan yaitu sebesar
5,40 persen.