Bab 2 MANAJEMEN KELAS - UINRadenFatahPalembang
Transcript of Bab 2 MANAJEMEN KELAS - UINRadenFatahPalembang
Bab 2
MANAJEMEN KELAS
Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen
Berbicara mengenai manajemen, maka yang terlintas dipikiran adalah sebuah istilah yang
berkaitan erat dengan kepemimpinan. Istilah management hampir pada semua literatur
memberikan rumusan yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan manajemen tersebut.
Suatu rumusan yang sering dikemukakan ialah bahwa manajemen adalah suatu proses
pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang-orang lain. Dengan demikian manajer
adalah orang yang senantiasa memikirkan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan organisasi
(Thoha 1995, hal. 8) termasuk di dalam organisasi sebuah madrasah.
Pemahaman tentang manajemen tergantung pada orang yang menafsirkannya.
Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, hal. 708) bahwa manajemen
adalah “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran”.
Manajemen menurut para ahli antara lain:
1. James A. F. Stonner dalam Atmodiwirio (2005, hal. 5) manajemen adalah “proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.
2. Handayaningrat (1993, hal. 10) mendefinisikan manajemen adalah “pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan”.
25
26
3. Sondang Siagian dalam Atmodiwirio (2005, hal. 5) menyebutkan bahwa manajemen
adalah “kemampuan atau keterampilan seseorang untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain”.
Jadi, secara umum manajemen berdasarkan pengertian di atas adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain yang merupakan bawahan untuk melakukan sesuatu atau
pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama antara bawahan
dengan pimpinan sesuai dengan ketersediaan sumber daya.
Sekarang, istilah manajemen digunakan pada hampir setiap bidang, termasuk
pendidikan. Dalam dunia pendidikan istilah manajemen sering kita dengar, ternyata
manajemen mempunyai pengaruh yang besar bagi terselenggaranya suatu organisasi
pendidikan untuk mencapai hasil yang terbaik, yang diperoleh dari sumber daya yang
dimiliki. Manajemen merupakan sesuatu yang amat bermakna dalam pendidikan menuju
pada perubahan dan perbaikan. Dalam interaksi edukatif manajemen merupakan suatu
proses atau usaha yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mencapai suatu tujuan
berdasarkan sasaran.
Manajemen pendidikan pada hakekatnya merupakan bagian dari ilmu manajemen
yang diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Manajemen sebagai suatu sistem mengandung
komponen-komponen masukan, proses dan keluaran yang masing-masing tidak dapat
dipisahkan dari keterlibatan faktor manusia, bahkan keberhasilan manajemen itu sendiri
sangat bergantung pada sumber daya manusia pelaksananya.
Selanjutnya secara etimologi kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu
”management” yang berarti “pengelolaan, ketatalaksanaan” (Djamarah dan Zain 2002, hal.
196). Pada intinya manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara serentak dan
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
27
Manajemen mencakup banyak hal, mulai dari perencanaan sampai kepada
pengevaluasian, sebagaimana dikatakan bahwa:
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk mengadakanperencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan ataupelaksanaan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pengawasan(controlling) dan dan evaluasi (evaluating) terhadap orang dan peralatan untukmencapai tujuan organisasi atau lembaga secara efektif dan efisien (Andriani 1999,hal. 20-23).
Tujuan yang dimaksud dalam konsep ini adalah tujuan lembaga (institusi) yaitu
tujuan individu atau kelompok serta masyarakat yang berhubungan langsung dengan
institusi itu, dengan kata lain manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk
mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pelaksanaan,
pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap orang dan peralatan untuk mencapai tujuan
organisasi atau lembaga secara efektif dan efisien. Tujuan yang dimaksud dalam konsep ini
adalah tujuan lembaga (institusi), yaitu tujuan individu atau kelompok serta masyarakat
yang berhubungan langsung dengan institusi itu yang dalam hal ini adalah hasil dari
pendidikan.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa kegiatan manajemen selalu mengarah untuk
pencapaian tujuan organisasi yang telah diharapkan. Berarti kegiatan manajemen selalu
berkait dengan fungsi suatu organisasi atau sering kali disebut fungsi manajerial. Harsey
dalam Pidarta (1990, hal. 5) berpendapat fungsi atau proses manajemen dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pengawasan. Sejalan dengan itu
Mulyasa (2005, hal. 7) menyatakan bahwa dalam fungsi-fungsi manajerial ada beberapa
kombinasi fungsi dasar yang umum. Salah satu fungsi kombinasi tersebut mencakup lima
aspek yaitu: “perencanaan, pengorganisasian, penempatan (staffing), pengarahan, dan
pengawasan”.
28
Manajemen adalah kegiatan; pelaksanaannya managing, dan orang yangmelakukannya disebut manajer. Tugas-tugas operasional dilaksanakan melaluiupaya-upaya anggotanya. Manajemen mempunyai tujuan-tujuan tertentu danbersifat tidak berwujud, yang merupakan kemampuan dan keterampilan khususyang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara peroranganataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuanorganisasi secara produktif, efektif dan efisien (Tim Guru 2009, hal. 87).
Dikatakan tidak berwujud karena tujuan manajemen tidak itu dapat dilihat secara
nyata, namun dapat dirasakan hasilnya berupa hasil pekerjaan yang cukup, ada kepSuasan
pribadi, produk dan pelayanan yang optimal. Untuk mencapai tujuan-tujuan usaha suatu
kelompok organisasi membutuhkan manajemen agar dapat dicapai dengan baik. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa manajemen mempunyai fungsi-fungsi tertentu sehingga
mampu secara positif mewujudkan pencapaian tujuan organisasi.
Secara fundamental manajemen mempunyai fungsi perencanaan, organisasi,
gerakan aksi, motivasi, penempatan, pengarahan, kontrol dan inovasi atau pengembangan.
Secara spesifik fungsi manajemen dapat dijelaskan;
Pertama, fungsi perencanaan merupakan kegiatan menetapkan pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan
mencakup kegiatan pengambilan keputusan, termasuk pemilihan alternatif-alternatif
keputusan.
Kedua, fungsi organisasi mencakup: (a) membagi komponen-komponen kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok; (b) memberi tugas
kepada seorang manager untuk membagi tugas ke dalam kelompok-kelompok; (c)
menetapkan wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi.
Ketiga, fungsi penempatan atau staffing mencakup kegiatan mendapatkan,
menempatkan, dan mempertahankan anggota pada posisi yang dibutuhkan oleh organisasi
sesuai dengan keahlian masing-masing anggota.
29
Keempat, fungsi pengarahan (directing) merupakan kegiatan pengarahan yang
diberikan kepada bawahan sehingga mereka menjadi pegawai (staf) yang mempunyai
pengetahuan memadai dan bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
Kelima, fungsi pengawasan (controlling) mencakup kegiatan untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi
dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan
dapat tercapai dengan baik.
Jadi, dapat dipahami bahwa manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri dari
tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan serta
evaluasi yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.
Dengan kata lain, dalam me-manage membutuhkan pemikiran yang keras.
Keterampilan dalam bertindak sangat menguntungkan bagi peningkatan kualitas
pendidikan, setiap manajer hendaknya menemukan sendiri pendekatan yang cocok dalam
situasi tertentu dan penyesuaian yang harus dilakukan dalam situasi yang berlainan tanpa
adanya pemahaman yang mendalam mengenai situasi dapat menimbulkan kerancuan dalam
menentukan langkah, termasuk juga dalam me-manage kelas.
Kelas
Secara sempit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kelas berarti “ruang tempat belajar di
madrasah” (2005, hal. 529). Namun, “kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok
peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja di
laboratorium, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain” (Aqib 2006 , hal. 12).
30
Senada dengan itu, Rusydie (2011, hal. 25) menyatakan kelas adalah “suatu
kelompok manusia yang akan melakukan kegiatan belajar bersama dengan mendapat
pengajaran dari seorang guru”. Sebagaimana pengamat yang lain mengartikan istilah kelas
dalam dua pemaknaan.
Pertama, kelas dalam arti sempit, yaitu berupa ruangan khusus, tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Kelas dalam hal ini
mengandung sifat-sifat statis, karena sekadar menunjuk pada adanya pengelompokan siswa
berdasarkan batas umur kronologis masing-masing.
Kedua, kelas dalam arti luas, yaitu masyarakat kecil yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar secara kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan kelas
adalah sekelompok orang yang belajar tentang materi tertentu dengan tempat juga tertentu.
Manajemen Kelas
Manajemen kelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, hal. 708) adalah
“manajemen untuk mencapai tujuan pengajaran di kelas”. Agar kelas teratur, maka perlu
dimanage atau perlunya manajemen kelas. Manajemen kelas (Padmono 2011, hal. 12)
adalah “upaya yang dilakukan penanggung-jawab kegiatan belajar mengajar agar dicapai
kondisi optimal sehingga belajar mengajar berjalan seperti yang diharapkan. Pengelolaan
tersebut meliputi penyelenggaraan, pengurusan, dan ketatalaksanaan dalam
menyelenggarakan kelasnya”. Dengan batasan tersebut, maka batasan lebih bersifat luwes.
Manajemen sebagai suatu sistem mengandung komponen-komponen masukan,
proses dan keluaran yang masing-masing tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan faktor
31
manusia, bahkan keberhasilan manajemen itu sendiri sangat bergantung pada sumber daya
manusia pelaksananya.
Manajemen kelas ialah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agarterpusat untuk kepentingan belajar kelas itu agar hasil belajar yang optimal dapatdicapai. Sumber-sumber pendidikan yang dimaksud ialah orang-orang yangmembantu para siswa belajar seperti instruktur, dan sebagainya, materi pelajaran,media belajar, lingkungan belajar, sarana atau fasilitas belajar, dan informasi yangbertalian dengan kelas itu. Sumber-sumber inilah yang dicari dan dipadukan untukkepentingan kelas itu (Pidarta 1990, hal. 5).
Jadi, dengan demikian manajemen kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan
yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar. Hal tersebut akan terjadi bila kita lebih dahulu menciptakan kebaikan agar untuk
mendapatkan kebaikan dari apa yang telah kita lakukan. Sebab, tidak menutup
kemungkinan apa kita lakukan dengan terbaik akan berdampak baik terhadap apa yang
akan kita lakukan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an surat ar-Rahman ayat 60
sebagai berikut:
الإحسان جزاء هل الإحسان إلا “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. Suatu keterampilan bertindak seorang guru yang didasarkan kepada pengertian
tentang sifat-sifat kelas dan kekuatan yang mendorong mereka bertindak. Guru ini berusaha
memahami dan mendiagnosa situasi kelas, kemudian bertindak selektif serta kreatif untuk
memperbaiki kondisi, sehingga dapat diciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Tujuan, Aspek, Fungsi, dan Problem Manajemen Kelas
32
Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada umumnya bertujuan “untuk meningkatkan efektivitas dan
efesiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran” (Tim Guru 2009, hal. 111). Selain itu,
untuk menciptakan lingkungan kelas yang aman dan tenang (Jones, 2012, hal. 60). Dengan
demikian tujuan manajemen kelas pada hakekatnya menciptakan kondisi yang baik bagi
terciptanya pembelajaran yang efektif.
Tujuan manajemen kelas ada dua yang pertama adalah tujuan umum. Tujuan umummanajemen kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagibermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil belajar yang baik.Sedangkan tujuan manajemen kelas yang kedua adalah tujuan khusus. Tujuankhusus manajemen kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa bekerja,belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. (Nawawi1989, hal 116).
Tujuan manajemen kelas menurut Mudasir (2002, hal. 18) adalah:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupunsebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untukmengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnyainteraksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung danmemungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional danintelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,budaya serta sifat-sifat individunya.
Jadi, dapat dipahami bahwa tujuan manajemen kelas adalah upaya untuk
mendayagunakan potensi kelas. Berhubung kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses edukatif, maka hal itu dapat memberikan dorongan
dan rangsanan terhadap anak didik untuk belajar. Dalam hal ini, guru harus mampu
mengelola situasi dan suasana kelas dengan sebaik-baiknya. Intinya adalah agar setiap anak
dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapainya tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
33
Aspek dan Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen kelas ialah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat
untuk kepentingan belajar kelas itu agar hasil belajar yang optimal dapat dicapai. Sumber-
sumber pendidikan yang dimaksud ialah orang-orang yang membantu para siswa belajar
seperti instruktor, dan sebagainya, materi pelajaran, media belajar, lingkungan belajar,
sarana atau fasilitas belajar, dan informasi yang bertalian dengan kelas itu. Sumber-sumber
inilah yang dicari dan dipadukan untuk kepentingan kelas itu (Pidarta, 1990, hlm. 5).
Jadi, dengan demikian manajemen kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan
yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar. Suatu keterampilan bertindak seorang guru yang didasarkan kepada pengertian
tentang sifat-sifat kelas dan kekuatan yang mendorong mereka bertindak. Guru ini berusaha
memahami dan mendiagnosa situasi kelas, kemudian bertindak selektif serta kreatif untuk
memperbaiki kondisi, sehingga dapat diciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Menurut Hadari Nawawi kelas dapat dipandang dari dua sudut, yaitu: Pertama,
kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh dinding dan di tempati oleh
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Kedua kelas dalam
arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat madrasah
yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan
(Nawawi, hlm.116).
Sementara menurut Suharsimi Arikunto kelas adalah sekelompok siswa pada waktu
yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama (1995, hlm. 17). Dari
beberapa definisi di atas dapat difahami bahwa kelas merupakan tempat terjadinya interaksi
edukatif antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
34
Pendidikan menyatakan diri melalui hasil-hasil yang dikelola dalam proses
instruksional telah membawa pengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini
terjadi karena sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar guru telah mendesain
(mempersiapkan, merencanakan, mengatur, mengawasi serta mengarahkan). Dengan
demikian kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dalam hal ini lebih ditegaskan oleh Hadari Nawawi (1989, hlm. 198) bahwa
manajemen kelas adalah kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada setiap personal untuk melakukan kegiatan
yang kreatif dan terarah sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid.
Menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany, manajemen kelas adalah proses
seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas (Syaiful,
2002, hlm. 198). Kemudian Made Pidarta (1992, hlm. 9) .mengemukakan pengelolaan
kelas merupakan keterampilan bertindak seorang guru yang didasarkan kepada pengertian
sifat-sifat kelas dan kekuatan yang mendukung mereka. Selanjutnya untuk memahami dan
mendiagnosa situasi kelaas dan kemampuan dalam bertindak selektif dan kreatif untuk
memperbaiki kondisi kelas sehingga dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengelola kelas tidak
hanya me-manage kelas dari segi fisik saja akan tetapi mendayagunakan segala potensi
kelas, baik dari segi fisik kelas maupun dari segi non-fisik seperti memberikan kesempatan
bagi siswa untuk bertindak kreatif ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Menurut GR. Terry dan LW. Rue (1986, hlm 9-10) mengemukakan bahwa fungsi
utama manajemen itu ada lima yaitu : a. Planning, b. Organizing, c. Staffing, d. Motivating,
35
e. Controlling. Sementara itu secara umum ada yang menyebutkan empat fungsi
manajemen dan apa yang dikemukakan oleh Terry diatas telah tercakup kedalam empat
fungsi tersebut, yaitu : POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Demikian
dikemukakan oleh J. Panglaykim dan Hazil Tanzil ( 1998, hlm 39-40), (Nanang Fattah
1999, hlm. 49-107), James AF Stoner terjemahan oleh Alex Sindoro (1996, hlm. 10-12).
Berikut ini akan diuraikan empat fungsi manajemen tersebut secara garis besar,
yaitu :
a. Perencanaan (planning)
Planning artinya merencanakan segala kegiatan dan aktivitas yang menyangkut penentuan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu dengan tepat dan sesuai dengan harapan
dan rencana yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan
datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan
prinsif-prinsif tertentu. Prinsip-prinsip tersebut mencakup proses pengambilan keputusan,
penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang
terorganisasi.
Menurut Nanang Fattah (2000, hlm. 58-59), bila dilihat dari dimensi waktu,
perencanaan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu rencana jangka panjang yang bersifat
makro, jangka menengah yang bersifat mikro serta jangka pendek yang bersifat
operasional. Selanjutnya dari sudut tingkatannya dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional.
Perencanaan adalah proses awal yang memberikan arah atau pijakan dasar bagi
proses-proses manajemen, planning dapat dimaknakan sebagai langkah persiapan yang
36
diarahkan kepada tujuan dan bertitik kulminasi pada suatu keputusan yang berfungsi
sebagai landasan tindakan selanjutnya. (Piet A. Sehertian 1985, hlm. 254). Lebih lanjut
beliau menjelaskan Planning merupakan suatu proses intelektual yang menyangkut
berbagai tingkatan jalan pemikiran yang kreatif dan pemanfaatan secara imajinatif atas
banyak variabel yang ada, (1985, hlm. 255).
b. Pengorganisasian (organizing)
Organizing artinya mengkoordinir pengelompokan dan menentukan serta memberikan
kegiatan penting serta memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pada
setiap bagian-bagian yang telah dibentuk lewat perencanaan yang telah diakomodir dengan
rapi dan sistematis oleh setiap elemen pemegang kebijakan. Menurut Fremont E. Kast dan
James E. Rosenzweig, terjemahan Hasyimi Ali (1990, hlm. 576-577), mendapatkan orang
dan sumber daya yang sesuai belum menjamin efektivitas dan efisiensi organisasi. Manajer
juga bertugas mengembangkan dan memelihara suatu struktur untuk melaksanakan rencana
yang telah ditetapkan dan mencapai sasaran yang relevan. Tugas manajer juga meliputi
membagi pekerjaan diantara berbagai komponen dan kemudian mengintegrasikan hasil-
hasilnya.
Adapun unsur-unsur manajemen yang termasuk dalam pengorganisasian adalah
buku-buku yang dipergunakan. Maksudnya adalah guru mengkoordinir atau memberikan
literatur-literatur yang bisa dijadikan acuan dalam materi pembelajaran yang disampaikan
baik itu berupa jurnal, buku-buku ataupun karya ilmiah sehingga siswa dapat mencari
buku,jurnal, ataupun karya ilmiah tersebut.
c. Pelaksana (actuating)Menurut The Liang Gie didalam bukunya Sayiful Sagala (2009,
hal. 64) actuating yang diartikan sebagai penggerakan dan bimbingan, merupakan
aktifitas manajer alam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan,
37
menuntun karyawan atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penggerakan atau pengarahan adalah
identik pemberian motivasi kepada staf agar dapat melaksanakan tugas dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain seorang manajer harus mampu
memberikan dorongan dan semangat kepada seluruh personil yang ada dibawah
tanggung jawabnya. Walaupun telah diketahui bahwa manajer mempunyai banyak
pekerjaan. Dari sekian banyak pekerjaan seorang manajer salah satunya adalah
memberi motivasi kepada seluruh personil yang ada dibawah tanggung jawabnya
dengan cara memberi pengarahan atau menyalurkan perilaku manusia kearah
tercapainya tujuan-tujuan yang hendak dicapai sekaligus memberikan perbaikan-
perbaikan kepada setiap personil yang melakukan pelanggaran dan penyelewengan
terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bersama.
Unsur-unsur manajemen kelas yang termasuk dalam penggerakan adalah kegiatan-
kegiatan siswa di luar pembelajaran maksudnya adalah kegiatan siswa tersebut digerakkan,
diarahkan dan dimotivasi oleh guru sehingga lebih terkoordinir, siswa dapat mengikuti
kegiatan yang telah ada di lingkungan pembelajaran maupun di luar kelas.
d. Pengawasan ( Controlling)
Pengawasan adalah upaya mengontrol setiap elemen dan bagian-bagian yang ada dibawah
taanggung jawabnya. Kegiatan mengontrol ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap
manajer. Karena dengan kontrol tersebut seorang manajer dapat mengetahui secara pasti
seluruh kegiatan yang terjadi baik itu penyelewengan, penyalahgunaan wewenang dan
tanggung jawab dan sebagainya. Selanjutnya dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-
38
sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif yang
diperlukan.
Adapun langkah-langkah pengawasan adalah (1). Menetapkan ukuran, (2).
Memonitor hasil dan membandingkan dengan ukuran-ukuran, (3). Memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan, (4). Mengubah dan menyesuaikan cara-cara pengawasan
sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan perubahan kondisi-kondisi, (5). Senantiasa
melakukan berhubungan/berkomunikasi selama proses pengawasan ( G.R. Terry dan L.W.
Rue, terjemahan G.A. Ticoali 1985, hlm. 12). Dengan demikian pengawasan tidak hanya
mengendalikan juga merupakan proses koreksi terhadap pelaksanaan di lapangan. Dan
dalam proses pengawasan dimungkinkan untuk melakukan perubahan sistem pengawasan
sesuai dengan pengembangan situasi dan kondisi.
Unsur-unsur manajemen kelas yang termasuk dalam pengawasan adalah pertama,
kehadiran dan ketepatan waktu. Controlling atas kehadiran guru dikelas adalah melalui
pengabsenan yang dilakukan di kantor guru, yang semestinya di lakukan setelah guru
mengajar. Controlling kehadiran siswa di kelas di lakukan oleh guru bersangkutan. Kedua
sumber-sumber materi yang lain, maksudnya yaitu guru mengontrol apa saja yang termasuk
sumber materi perpembelajaranan selain buku-buku yang telah ditentukan. Ketiga variasi
kegiatan para siswa, begitu juga dengan variasi kegiatan siswa juga perlu pengontrollan
agar siswa terfokus dalam mata pembelajaran yang sedang diajarkan. Keempat penilaian,
ini merupakan hal yang sangat penting dalm manajemen kelas dan sangat penting sekali
untuk diperhatikan oleh semua guru karena jangan sampai penilaian guru terhadap siswa
tidak obyektif sehingga merugikan siswa, untuk memberikan penilaian banyak aspek yang
harus diperhatikan atau dikontrol oleh guru.
Problem Manajemen Kelas
39
Memelihara agar tugas–tugas itu dapat berjalan lancar. Problem manajemen kelas dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : problem individual dan problem kelompok.
Munculnya problem individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti :
1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.2. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan.3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.4. Peragaan ketidak mampuan.
Sedangkan problem-problem kelompok yang muncul dalam kelas :
1. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosialekonomi, dan sebagainya.
2. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.3. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.4. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,
semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaanbaru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain.(Mudasir 2002, hal. 155).
Selanjutnya Mudasir (2002) menyebutkan bahwa penyebab atau problem yang
menghambat pengelolaan kelas itu sendiri dari guru itu sendiri, dengan indikator sebagai
berikut:
1. Kontrol dan batasan terhadap siswa sangat ketat, atau malah guru menerapkansedikit sekali kontrol. Guru tidak tegas dalam menjalankan peraturan kelas(inkonsisten).
2. Lay out kelas tetap sama, tidak mengubah-ubah letak tempat duduk siswasesuai dengan kegiatan pembelajaran.
3. Siswa melanggar langsung dihukum, guru tidak mau mendengar alasan siswa,keputusan semua berasal dari guru.
4. Komunikasi hanya satu arah, kelas baru dianggap baik apabila sunyi.5. Tidak ada minat dan perhatian terhadap siswa, tidak perhatian terhadap siswa,
terlalu memperhatikan emosi siswa dari pada kesuksesan pengelolaan kelas.6. Tidak kreatif.
Dari problematika manajemen kelas secara teori diatas dapat diidentifikasi dan
disinerjikan dengan fungsi manajemen kelas, sehingga dapat memberikan dukungan
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, menurut Ade Rukmana (2010, hal. 104) dapat
40
dipengaruhi oleh kondisi fisik, dan non fisik (sosio emosional) yang melekat pada guru
dan melekat pada siswa.
Di samping problematika yang dikutip diatas, tentu masih banyak lagi
problematika dalam kelas yang dapat diidentifikasi dan disinerjikan dengan fungsi
manajemen kelas. Untuk pengkajian yang sistimatis mengacu kepada pembagian secara
umum yang dikemuka kan oleh Terry mencakup kedalam empat fungsi yaitu :Planning,
Organizing, Actuating, Controlling (POAC) Demikian dikemukakan oleh J. Panglaykim
dan Hazil Tanzil ( 1998, hlm. 39-40). Pengkajian tersebut berdasarkan observasi
diantaranya adalah:
1. Problematika perencanaan (Planning) manajemen kelas, adalah: tentang
pemahaman manajemen kelas, aturan dan format manajemen kelas yang baku,
perencanaan manajemen secara tertulis, serta problematika perencanaan secara
fisik: lay out kelas tidak berubah-ubah, display, perencanaan interior,
alat kebersihan, papan tulis, data inventaris, papan ceklis mengenai situasi kelas.
2. Problematika pengorganisasian, secara non fisik (sosio emosional) yang melekat
pada guru dan melekat pada siswa seperti: pendelegasian tugas pengembangan
karakter, potensi dan bakat siswa
3. Problematika pelaksanaan manajemen kelas , secara nan fisik (sosio emosional)
penggunaan media pembelajaran, pembelajaran yang monoton, komunikasi,
intraksi, dan peran guru/kreativitas guru.
4. Problematika kontrol manajemen kelas secara fisik dan non fisik (sosio
emosional) serta peraturan dan kedisiplinan
Untuk memahami problematika POAC dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.1 Problematika perencanaan (Planning):
41
a). Pemahaman tentang manajemen kelas, menurut Salman Rusdi (2011, hlm 20) fakta
mengenai banyak guru yang belum memahami apa yang dimaksud dengan manajemen
kelas sungguh hal yang sangat ironis, pada hal pengetahuan mengenai manajemen kelas
merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dengan tugas mengajar guru. Tanpa
memahami apa itu manajemen kelas, seorang guru layaknya seorang orator demonstrasi
yang hanya menyampaikan informasi tanpa memahami apakah pendengarnya benar
benar memahami atau tidak apa yang ia bicarakan.
b).Perencanaan secara fisik: lay out kelas tidak berubah-ubah, display, perencanaan
interior. Guru mengatur tempat duduk sesuai karakter siswa dan mata pelajaran, serta
aktifitas pembelajaran yang akan dilakukan. Menurut Parlin (2009, hal. 7) Tip mengaturruang kelas yang lebih menekankan kepada aspek kebersihan dan tata ruang yangnyaman bagi guru dan siswa adalah: 1. Guru jarus kreatif mengatur ruang kelas, 2.Rencanakan pola lalu lalang yang diinginkan. 3. Atur meja siswa sesuai dengan modelpembelajaran yang diterapkan. 4. Gunakan poster, dekorasi menarik untuk mengundangperhatian dan kenyamanan siswa. 5. Sebelum memulai pelajaran periksalah semuabagian dalam kelas untuk menghindari kotor, semerawut dan pastikan semuanya dalamkeadaan baik.
2.1 Problematika pengorganisasian, (organizing)
Secara non fisik (sosio emosional) yang melekat pada guru dan melekat pada siswa
seperti: pendelegasian tugas pengembangan karakter, potensi dan bakat siswa. Saiful
Bahri Djamarah (2010, hlm.184) bahwa prinsip pengelolaan kelas secara internal yang
berkaitan dengan masalah emosi, pikiran, dan prilaku yang menyebabkan siswa berbeda
dengan siswa yang lainnya secara individu baik aspek biologis, intelektual, dan
psikologis.
3.1 Problematika pelaksanaan manajemen kelas (actuating)
42
Secara non fisik (sosio emosional) penggunaan media pembelajaran, pembelajaran
yang monoton, komunikasi, intraksi, dan peran guru/kreativitas guru, hal ini pran guru
melalui pendeketan -pendekatan dan prinsif-prinsif manajemen kelas.
4.1 Problematika kontrol (controlling)
Secara fisik dan non fisik (sosio emosional) serta peraturan dan kedisiplinan. Menurut
Mudassir (2011, hlm 90) ) siswa yang tidak mengenal disiplin akan cenderung menjadi
anak yang nakal dan pembangkang, oleh karena itu pembentukan disiplin adalah sejalan
dengan pendidikan watak.
a. Peraturan; peraturan merupakan rambu-rambu bagi aktivitas siswa dan guru di
sekolah. Peraturan bisa dipilih sesuai kondisi dan waktu yang diinginkan. Idealnya
peraturan perlu dipilih untuk sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran
berlangsung, selama waktu istirahat dan tertib pakaian, kerapian siswa,
kebersihankelas dan lingkungan sekitar, serta pergantian jam pelajaran. Aturan
khusus perlu disepakati bersama mengenai tenggang waktu selama ketika
pergantian jam pelajaran. Waktu ini sangat rawan siswa keluar kelas, melakukan
keributan, serta gangguan terhadap siswa yang lain
b. Disiplin menurut Mudassir (2011, hlm. 90) ) siswa yang tidak mengenal disiplin
akan cenderung menjadi anak yang nakal dan pembangkang, oleh karena itu
pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan watak.. Ada banyak
langkah yang bisa ditempuh dalam menanggulangi pelanggaran disiplin,
diantaranya dengan cara menggali siswa secara individu dan mengetahui latar
belakang prilaku menyimpang tersebut. Guru juga bisa melakukan tindakan korektif
secara langsung terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa.
43
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa problem dalam mengelola
kelas (manajemen kelas) intinya melingkupi guru dan siswa, guru harus memahami kondisi
siswa dan sekitarnya apabila ingin mengelola kelas dengan baik perlu menggunakan upaya,
prefentif, kuratif/korektif dan preservatif. Upaya prefentif atau pencegahan, upaya
kuratif/korektif adalah upaya perbaikan, serta upaya secara preservatif adalah upaya
pembinaan dan pengembangan.
Agar menghasilkan manajemen kelas yang efektif, guru perlu melakukan beberapa
tindakan diantaranya: 1) Mengelola kelas secara preventatif, 2) Menangani perilaku yang
tidak semestinya dan distruptif, 3) Mengelola kelas ke arah caring-communications dan
self-disiplines.
Langkah yang harus di tempuh guru dalam mencegah masalah kelas adalah
diantaranya adalah: a) menjaga konsistensi; pengelolaan kelas yang efektif adalah konsisten
menegakkan aturan dan prosedur dalam kelas bila tidak, aturan dan prosedur apapun akan
buyar dengan cepat; b) menjaga perilaku menyimpang dengan smooth-ness dan movement;
c) mengkoordinasikan kegiatan kelas selama tidak stabil.
Masalah perlakuan siswa yang distruptif (suka merusak), pendekatan yang
dilakukan guru dalam menangani sikap distruptif diantaranya adalah being whit it, yakni
menangani perilaku menyimpang dengan cepat dan selalu akurat dalam mengidentifikasi
siapa yang bertanggung jawab. Pendekatan selanjutnya adalah overlappingness yakni
keterampilan untuk menangani perilaku yang menyimpang.
Adapun faktor yang harus dipertimbangkan dalam memberikan reward adalah
bahwa dengan reward ini tidak semua masalah bisa teratasi, misalnya begini, reward yang
dianggap sebagian siswa ini tidak di persepsi yang sama oleh sebagian siswa yang lain.
44
Guru perlu memperhatikan factor-faktor seperti usia, latar belakang keluarga, etnik, dan
letak geografis. Pemberian reward juga dapat mengganggu guru dalam meningkatkan
prestasi akademik siswa.
Assertive disertive adalah salah satu pendekatan kelas yang menekankan bahwa
guru meminta dengan tegas agar siswa berperilaku baik dan merespon setiap pelanggaran
secara asertif. Dari sini dapat dilihat bahwa keuntungan yang di ambil adalah guru dapat
dengan tegas memperoleh control terhadap kelasnya dan dengan tegas meminta agar
siswanya berperilaku pantas. Sebelum kelas di mulai juga pastinya sudah di jelaskan
dengan tegas konsekuensi apa saja yang nantinya akan di peroleh oleh siswa (online:
http//google/teori+manajemen+kelas/ 23 Juni 2013).
Prinsip-prinsip dan Faktor-faktor dalam Manajemen Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan
yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006, hal. 184). Faktor intern
siswa berhubungan dengan problem emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga
ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara
individual. Perbedaan sacara individual ini dapat dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan
biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan problem suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, tempat duduk siswa, jumlah siswa, dan
sebagainya. Problem jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin
banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih
mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih
kecil terjadi konflik.
45
Dalam proses belajar mengajar hasil belajar dipengaruhi oleh bermacam-macam
faktor, namun secara garis besar faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor
yang datang dari dalam diri individu siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa.
Faktor yang datang dari dalam diri siswa menurut Clark besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikutipkan oleh Nana Sudjana bahwa “Hasil belajar
siswa di madrasah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh
lingkungan” (Sudjana 2002, hal. 39).
Selanjutnya, faktor-faktor yang datang dari luar diri siswa, di antaranya adalah
lingkungan dan instrumen belajar termasuk etos para guru dalam melaksanakan tugasnya.
Faktor ekstern dari aspek lingkungan ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa,
demikian juga dengan faktor instrumen yang terdiri dari kurikulum atau bahan pelajaran,
guru, sarana atau fasilitas dan administrasi. Dalam buku Mudasir (2002, hal. 22-23)
menyebutkan “Dalam rangka memperkecil problem gangguan dalam pengelolaan kelas
dapat dipergunakan”. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang menurut pendapat Djamarah
adalah sebagai berikut:
Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan
akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya
akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
Tantangan
46
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
tingkah laku yang menyimpang.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan
siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada
hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang
positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan
yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
47
Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri
sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan
tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
berdisiplin dalam segala hal.
Pendekatan dan Pelaksanaan dalam Manajemen Kelas
Manajemen kelas bukanlah problem yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Problema anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah
untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas (Rusydie 2011, hal. 48-55).
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di
dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Pendekatan Ancaman
48
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku
anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran,
dan memaksa.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas
untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua problem atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya problem tingkah laku anak didik, dan memecahkan
problem itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik.
Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
49
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan
perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan
psikologi behavioral. Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah
laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang
pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota
kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus
dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang
atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru
dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim
kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya
hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
Pendekatan Kerja Kelompok
50
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang
tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi problem-problem pengelolaan.
Pendekatan Pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru
kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan
dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai
macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini
adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.
Perlu dipahami, bahwa tidak semua pendekatan yang tersebut di atas cocok
digunakan untuk setiap kelas. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Oleh sebab itu, guru harus berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin
menemukan pendekatan yang paling cocok dengan kondisi dan siatuasi kelas di mana dia
51
mengajar, sebab biasanya beda tempat akan beda keadaannya. Semakin banyak metode
yang diuji coba dan ditemukan, maka guru akan kreatif dalam mengelola kelas dan anak
didiknya, karena itu salah satu indikasi kurang baiknya manajemen kelas bila guru tidak
kreatif.
Adapun guru yang mampu me-manage atau mengelola kelas dengan baik akan
mudah mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, sebagaimana dikemukakan
Subrata (1997, hal. 50):
a. Pengelolaan kelas yang baik mempertinggi perkembangan mental dan sosialmurid-murid.
b. Pengelolaan kelas yang baik memberi kebebasan intelektual dan fisik dalamkarakter yang ditentukan.
c. Pengelolaan kelas yang baik memungkinkan pencapaian tujuan instruksional.d. Pengelolaan kelas yang baik mengizinkan kepada murid untuk ikut
berpartisipasi atas pengelolaan kelasnya.e. Pengelolaan kelas yang baik mengizinkan kepada murid untuk mengembangkan
kecakapan sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.f. Pengelolaan kelas yang baik membuat suasana yang hangat terhadap hubungan
antara guru dan murid.g. Pengelolaan kelas yang baik menghasilkan sikap murid yang positif terhadap
kelasnya.
Pelaksanaan manajemen kelas yang efektif yang dilakukan guru akan berdampak
pada tingkah laku dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus benar-benar
mempertimbangkan perencanaan manajemen kelas dan pengajaran dengan matang dan
tepat agar dapat tercapai tujuan pembelajaran.
Untuk me-manage kelas secara efektif maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut, Pidarta (1990, hal. 79) :
a. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yangdilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
b. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu,tetapi bagi semua anak atau kelompok.
c. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-
52
individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing danbagaimana belajar.
d. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota. Pengaruhyang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelasdi kala belajar.
e. Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan murid.Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puasanggota-anggota di dalam kelas.
f. Strruktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan olehcara guru mengelola, baik untuk mereka yang apatis, masa bodoh ataubermusuhan.
Hal ini sesuai dengan berberapa teori, antara lain: Teori Kounin yang memberikan
sumber ide yang kaya untuk bagaimana guru dapat mendekati masalah manajemen kelas.
Ini berguna bagi para guru pemula. Teori ini fokus pada penelitian manajemen kelompok.
Teori penelitian tentang pengajaraan efektif. Teori ini di pengaruhi oleh teori
behavioral dan orientasi ekologis. Penelitian ini akan mengidentifikasi tentang perilaku
guru efektif, yakni para guru yang secara konsisten mampu menghasilkan kertibatan siswa
yang tinggi dalam berbagai kegiatan akademis maupun sosial. Selain itu didukung teori
Child-Centered yang melihat bahwa sumber utama masalah adalah kurikulum yang tidak
relevan dan penekanan yang berlebihan pada ketenangan atau keheningan dan uniformitas.
Teori ini lebih condong ke arah child-centered dari pada subject-centered (online:
http//google/teori+manajemen+kelas/ 23 Juni 2013).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya hubungan yang harmonis antara guru
dan murid dalam me-manage kelas, hal tersebut akan memudahkan bagi guru untuk
mengenal secara tepat berbagai masalah manajemen kelas baik yang sifatnya individi
maupun kolektifitas.
Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas
53
Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum,
fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan,
wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus
menguasai kiat memanejemeni kelas.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum
hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini
akan menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen
kelas.
Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas
karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik
mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar
termasuk kebersihan kelasnya, apalagi dalam agama Islam bersih merupakan bagian dari
iman.
Bila kelas nyaman dan bersih, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang
optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
Selain itu, manajemen kelas juga akan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas
agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah
diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang
diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi
dan kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin. Madrasah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah
sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan
54
kondisi belajar yang optimal. Yang berhubungan dengan minat, kehendak, percakapan,
kegiatan-kegiatn mereka sekaligus berhubungan dengan sarana dan prasarana pengajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana
pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pelajaran. Akan tetapi apabila terdapat kekurang serasian antara tugas, dan sarana
atau alat atau terputusnya keinginan dengan keinginan yang lain, antara kebutuhan dan
pemenuhanya maka akan terjadi gangguan terhadap proses pembelajaran. Baik gangguan
sifat sementara maupun sifat yang serius atau terus menerus, karena itu perlunya guru
mengetahui bagaimana cara memanage kelas yang benar.