BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Ergonomi
Ergonomi yang diartikan dari bahasa Yunani berasal dari kata “ergos”
dan “nomos” yang memiliki arti kata kerja (ergo) dan hukum (nomos).
Sehingga ergonomi dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang memperlajari
tentang manusia yang berhubungan dengan seluruh aktivitasnya.
Penerapan ergonomi dapat digunakan untuk melakukan perancangan baik
untuk perancangan kembali atau perancangan baru, untuk mendapatkan
lingkungan kerja dan juga alat kerja yang memiliki kesesuaian satu sama lain
sehingga menciptakan suatu kenyamanan bagi manusia sebagai penggunanya
saat menggunakannya. Dalam penerapan ergonomi ini digunakan juga
teknologi yang mampu mendukung seluruh pengaturan dan penyesuaian yang
dilakukan.
Tujuan diterapkannya ergonomi dalam kehidupan sehari-hari adalah agar
tercipta suatu lingkungan yang sesuai bagi manusia, sehingga manusia sebagai
pengguna dari lingkungan atau fasilitas tersebut tidak perlu melakukan
penyesuaian terhadap lingkungan atau fasilitas tersebut. Lingkungan atau
fasilitas yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan dari manusia
sebagai penggunanya akan menghindarkan manusia dari hal-hal negatif seperti
kecelakaan atau ketidaknyamanan.
2.2. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) berdasarkan pendapat
Ulrich-Eppinger merupakan sebuah aktivitas interdisipliner yang
membutuhkan kontribusi dari hampir seluruh fungsi dari sebuah firma. Dimana
tiga fungsi yang menjadi pusat dari pengembangan adalah marketing, design,
dan manufacturing.
Kemudian proses pengembangan produk dapat dijelaskan sebagai a
product development process is the sequence of steps or activities which an
enterprise employs to concieve, design, and commercialize a product. (Karl T.
Ulrich. Steven D. Eppinger, 2008). Menurut Ulrich-Eppinger juga proses
6
pengembangan produk pada prakteknya terkadang dapat dijelaskan secara rinci
namun terkadang ada beberapa pihak atau perusahaan yang tidak bisa
menjelaskan proses pengembangan yang dilakukannya. Begitu pula dengan
setiap proses yang dilakukan, setiap pihak yang melakukan penembangan
produk memiliki proses pengembangan yang tidak sama, sehingga jarang
terjadi kesamaan dalam melakukan pengembangan produk.
2.2.1 Membuat Spesifikasi Produk
Kebutuhan konsumen biasanya diekspresikan dalam bentuk bahasa
konsumen. Bahasa konsumen dapat memberikan sedikit petunjuk khusus
bagaimana mendesain dan proses permesianan produk. Bahasa konsumen ini
menciptakan margin yang besar dan menciptakan interpretasi subyektif. Oleh
karena itu tim pengembangan harus membuat sekumpulan spesifikasi yang
menerjemahkan harga, detail terukur, dalam bentuk apa yang harus dapat
dilakukan oleh produk. Fase tersebut antara lain :
1. Menyiapkan daftar ukuran
2.2.2 Membuat Konsep Produk
Definisi konsep produk adalah gambaran perkiraan dari teknologi,
prinsip pekerjaan, dan bentuk produk. Konsep produk ini dapat berbentuk
gambaran singkat bagaimana produk akan memuaskan kebutuhan konsumen.
Sebuah konsep biasanya diekspresikan berupa sketsa atau model 3 dimensi
kasar dan diikuti dengan gambaran yang kuat berupa teks. Derajat kepuasan
konsumen dan dan kesuksesan secara komersial bergantung pada besarnya
ukuran kualitas konsep yang mendasarinya.
Fase ini mempunyai 5 tahap:
1. Mengklarifikasi masalah
2. Pencarian eksternal
3. Pencarian internal
4.Mengeksplorasi secara sistematis
7
2.2.3 Pemilihan Konsep
Yang dimaksud pemilihan konsep disini adalah proses mengevaluasi
konsep dengan memperhatikan kebutuhan konsumen dan membandingkan
kekuatan dan kelemahan konsep secara relatif dan memilih salah satu atau
lebih konsep untuk pengembangan selanjutnya.
Metodologi pemilihan konsep terdiri dari dua tahap yaitu Concept
Screening dimana tujuan dari konsep ini adalah mempersempit jumlah konsep
secara cepat dan memperbaiki konsep. Adapun yang kedua adalah Concept
Scoring, konsep ini ditentukan oleh jumlah bobot dari rating.
2.3. Kondisi Lingkungan Fisik Kerja Yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja
Manusia
Manusia sebagai makhluk “sempurna” tetap tidak luput dari kekurangan,
dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin
dari pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah
kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat
kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, pencahayaan, warna dan lain-lain.
Dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan kerja yang berasal dari luar.
1. Temperatur
Temperatur tubuh manusia selalu tetap (konstan). Di bagian dalam otak,
jantung, dan di dalam perut, temperaturnya berfluktasi sekitar 370 Celcius
yang disebut sebagai temperatur inti utama (core temperature). Suatu core
temperature yang konstan adalah merupakan prasayarat untuk fungsi
normal dari fungsi vital yang paling penting. Secara psikologis dikatakan
oleh Grandjean (1986) bahwa jika temperatur sekeliling sangatlah dingin
maka akan ada perbedaan temperatur yang menyolok (steep temperature
gradient) pada bagian kulit akan menurun sampai 350 Celcius. Sedangkan
dalam suhu sekeliling yang hangat masih berada sekitar 35-360 Celcius yang
hanya berada sekitar beberapa milimiter dibawah kulit.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
8
a. ± 490 C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh
diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 300
Celcius. Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahn dalam pekerjaan sehingga
timbul kelelahan fisik.
b. ± 300 C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan sehingga
timbul kekelahan fisik.
c. ± 240 C : Kondisi optimum
d. ± 100 C : Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul
Sumber : Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya.
2. Meja
Hubungan antara dimensi manusia dan ukuran tubuh dari orang yang
sedang duduk dan lemari arsip juga merupakan pertimbangan yang lain.
Tinggi mata pemakai dalam posisi berdiri dan duduk, serta hubungannya
dengan ketinggian partisi rendah dalam sistem terbuka (open-plan) juga
merupakan faktor antropometrik yang harus dipertimbangkan.
Zona kebutuhan kerja haruslah cukup besar untuk mengakomodasi
kertas-kertas kerja, peralatan-peralatan yang dibawa dosen. Dibawah ini
adalah gambar serta ukuran yang sesuai dengan ukuran meja.
Sumber: (Julius Panero, 2003, hal. 182)
Gambar 2.1 Meja Tulis Dengan Pengarsipan, Tempat Penyimpanan dan
Sirkulasi Terbatas
9
Sumber: (Julius Panero, 2003, hal. 182)
Gambar 2.2 Ukuran Meja Tulis Dengan Pengarsipa, Tempat
Penyimpanan dan Sirkulasi Terbatas
Sumber: (Julius Panero, 2003, hal. 183)
Gambar 2.3 Pos Kerja Dengan Pengarispan dan Tempat Penyimpanan
10
Sumber: (Julius Panero, 2003, hal. 183)
Gambar 2.4 Ukuran Pos Kerja Dengan Pengarsipan dan Tempat
Penyimpanan
3. Pencahayaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pencahayaan adalah proses,
cara, perbuatan memberi cahaya. Cahaya adalah prasyarat untuk penglihatan
manusia terutama dalam mengenali lingkungan dan menjalankan
aktifitasnya (Oktavia, 2010, 9). Pada dasarnya objek yang kita lihat adalah
pantulan cahaya dari objek tersebut. Oleh sebab itu bagaimana kita melihat
dan merespon sekeliling kita sangat tergantung dari jenis pencahayaan yang
digunakan.
Terdapat perbedaan mendasar antara pencahayaan dan penerangan.
Pencahayaan lebih menekankan sifat-sifat penyinaran yang harus
dipelajari oleh seorang perancang interior. Penerapan pencahayaan yang
baik tidak bisa lepas dari pemanfaatan cahaya alami yang optimal dan
buatan yang efisien. Sedangkan penerangan hanya sekedar membuat
ruangan menjadi terang. Di lain pihak, pencahayaan yang kurang dapat
membuat kita kesulitan merespon sekitar, sedangkan pencahayaan
berlebihan dapat mengakibatkan silau (glare) sehingga pengguna tidak
nyaman.
11
A. Fungsi Pencahayaan
Buku yang diletakan dimeja akan terlihat dengan bantuan cahaya.
Ruang tamu yang telah didesain apik dapat dinikmati dengan bantuan
cahaya. Cahaya memiliki fungsi yang sangat penting khususnya pada
rumah tinggal. Pengaturan cahaya (pencahayaan) yang baik membuat
ruangan tertentu menjadi nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat.
Berikut ini ada tabel tingkat pencahayaan.
Tabel 2.1 Tingkat Pencahayaan
Lux Contoh
20 Humanisasi Minimum
100 Kamar tidur hotel
1000 Gambar yang sangat teliti
2000 Pekerjaan secara rinci dan presisi
3Pencahayaan setempat untuk pekerjaan teliti
750 Pembacaan untuk koreksi tulisan
350Pencahayaan umum untuk perkantoran,
pertokoan, membaca, menulis
400 Ruang gambar
Macam Pekerjaan
1Pencahayaan untuk
daerah yang tidak terus menerus dipergunakan
50Parkir dan daerah sirkulasi didalam
ruangan
2
200Membaca dan menulis yang terus
menerus.
Pencahayaan untuk bekerja didalam ruangan
Sumber : SNI 03-6579-2002 Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Rumah dan
Gedung (2002)
2.4. Penggunaan Anak Tangga Pada Panggung
2.4.1. Ukuran Lebar dan Tinggi Anak Tangga
Panggung pada area kelas merupakan area yang digunakan narasumber
(dosen) untuk proses belajar mengajar. Panggung pada area kelas ini terdapat
tangga. Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi
dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.
Pada tangga terdapat anak tangga. Anak tangga merupakan elemen dari
tangga yang perlu perhatian cukup penting. Karena sering dilalui untuk naik
turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus benar-benar aman,
nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karena
licin atau terlalu sempit.
12
Pada lebar tangga, standar minimal lebar tangga yang nyaman dan aman
untuk satu orang pengguna adalah 60 cm. Semakin lebar tentunya semakin
nyaman dan semakin banyak penggunanya dalam satu waktu. Dan pada
bagian tinggi anak tangga berkisar antara 15 – 18 cm.
2.5. Penempatan Papan Tulis
Papan tulis yang digunakan sebagai sarana belajar kadang-kadang
ditempatkan pada tempat yang tidak ergonomis, sehingga dapat memunculkan
gangguan fisiologis pada mahasiswa saat membaca tulisan atau pesan yang
dibuat di papan tulis tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
diketahui kaidah-kaidah ergonomi yang dapat digunakan sebagai acuan di
dalam penempatan papan tulis tersebut. (Sutajaya, 2007)
(Nurmianto, 2008, hal. 350)
Gambar 2.5 Pengamat Pria Pada Posisi Duduk
(Nurmianto, 2008, hal. 353)
Gambar 2.6 Jarak Dari Layar Hingga Baris Pertama
13
Dari gambar 2.5 diketahui bahwa batasan sudut pandang mata posisi
pada saat duduk diketahui yaitu 500, akan tetapi untuk sudut pandang yang
ideal untuk sudut pandang mata dalam posisi duduk adalah 300-330. Untuk
dapat meletakkan posisi papan tulis yang ergonomis maka disesuaikan dengan
mempertimbangkan mahasiswa yang duduk paling depan dan paling belakang,
sehingga rotasi mata mereka tetap berada pada 300-330. (Nurmianto, 2008)
2.6. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effectc Diagram)
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses
statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-
faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan
oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini sering juga disebut
sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa diagram) karena pertama kali
diperkenalkan oleh Prof. Kaouru Ishikawa pada tahun 1943.
Manfaat diagram sebab-akibat tersebut antara lain:
1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan
kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya,
dan dapat mengurangi biaya
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan
ketidaksesuain produk atau jasa
3. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan
4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam
kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab – akibat dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Mulai dengan pernyataan masalah utama yang penting dan mendesak
untuk diselesaikan
2. Tuliskan pernyataan masalah pada ”kepala ikan” yang merupakan akibat
(effect)
14
3. Tuliskan faktor–faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang
mempengaruhi masalah kualitas sebagai ”tulang besar”, juga
ditempatkan dalam kotak
4. Tuliskan penyebab–penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab–
penyebab utama
5. Tuliskan penyebab–penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab –
penyebab sekunder
6. Tentukan item–item yang penting dari setiap faktor dan tandai faktor
penting yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap
karakteristik kualitas. Catat informasi yang perlu di dalam diagram
sebab–akibat itu.
2.7. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui/mengukur
keandalan (realibility) adalah dengan menggunakan FMEA. FMEA adalah
metode yang dapat digunakan untuk mencegah dan menghilangkan cacat yang
bisa muncul dalam proses manufaktur (Dudek-Burlikowska, 2011) . FMEA
juga merupakan serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan untuk mengenali
dan mengevaluasi potensi kegagalan dari suatu proses dan akibatnya,
mengidentifikasi tindakan yang mampu mengurangi atau menghilangkan
kemungkinan kegagalan, dan mendata keseluruhan proses yang terjadi
(Besterfield, Dale H; Besterfield-Michna, Carol; Besterfield, Gale H;, 2003).
Untuk melakukan antisipasi agar tidak timbulnya kegagalan maka harus
dilakukan identifikasi penyebab dari kegagalan, setelah diketahui maka
dilakukanlah pencegahan terhadap penyebab kegagalan tersebut agar tidak
timbul. Hal ini dapat dilakukan oleh FMEA dengan menggunakan kriteria
occurance dan detection probability serta kriteria severity. Agar penggunaan
FMEA dapat berhasil maka perlu dilakukan pembaharuan setiap muncul
masalah/kegagalan. Berikut adalah tabel Severity, tabel occurance, dan tabel
detection.
15
Tabel 2.2 Severity Rating Table
Appearance of the
defect (Severity)
FMEA - Products/Design/Process
1 The appearance of the defect is almost impossible
2-3 The defect very rarely appears
4-6 The defect appears occasionally, every now and then
7-8 The defect often appears
9-10 Almost it isn't possible to avoid the defect
Sumber: (Dudek-Burlikowska, 2011, p. 95)
Tabel 2.3 Occurance Rating Table
Meaning of the
defect
(Occurrence)
FMEA - Products/Design/Process
1 There is no meaning
2-3 Meaning of the defect is little and construct for little
worsening the jurisdiction of the product
4-6 The defect in the product evokes the distinct
dissatisfaction of the user
7-8 The dissatisfaction of the user is great, because is
triggered with impossibility of using the product
9-10 The defect in the product threatens the safety of the user
Sumber: (Dudek-Burlikowska, 2011, p. 95)
Tabel 2.4 Detection Rating Table
Detectability of
the defect
FMEA - Products/Design/Process
1-2 Very high
3-4 High
5-6 Average
7-8 Low
9 Very low
10 None
Sumber: (Dudek-Burlikowska, 2011, p. 95)
16
2.8. Pengertian dan Tahap Merancang Kuesioner
Kuisoner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh
periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses
komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan (Churchill, 2005).
2.8.1 Merancang Kuesioner
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam merancang kuisioner
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan informasi yang ingin diketahui
Pastikan mempunyai pemahaman yang baik dan yang ingin diketahui.
Susunlah pertanyaan sedemikian rupa, review pertanyaan secara periodik
ketika sedang menyusun kuesioner, lakukan pencarian atas pertanyaan
mengenai permasalahan yang ada
2. Tentukan isi dari masing-masing pertanyaan
Pastikan bahwa setiap pertanyaan adalah penting dan hanya berkaitan
dengan permasalahan yang ada. Pecahilah satu pertanyaan yang dapat
dijawab dari kerangka referensi, yang mencerminkan kerangka acuan
referensi yang mungkin digunakan
3. Tentukan banyak respon atas setiap pertanyaan
Gunakan pertanyaan terbuka atau open-ended yang hanya memerlukan
jawaban singkat untuk mengawali suatu kuesioner. Jika pertanyaan
opend-ended atau terbuka menjadi pertanyaan dengan respons tetap guna
mengurangi beban kerja responden. Menyadari bahwa mungkin ada
responden yang bersikap netral. Apabila menggunakan pertanyaan
pilihan berganda, pastikan pilihannya lengkap serta bersifat mutually.
4. Tentukan kata-kata yang digunakan untuk setiap pertanyaan
Gunakan kata-kata yang sederhana. Hindari kata-kata dan pertanyaan
yang bermakna ganda. Gunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan
hindari kalimat-kalimat yang sama. Buatlah pertanyaan spesifik
mungkin.
5. Tentukan urutan pertanyaan
Gunakan pertanyaan yang sederhana dan menarik sebagai pembuka.
Ajukan pertanyaan yang sulit atau sensitif pada bagian akhir kuesioner
ketika hubungan yang baik telah terjamin. Jawablah pertanyaan
mengenai suatu topik sebelum melangkah ke pertanyaan selanjutnya.
17
2.9. Pengertian Desain
Dalam masalah perancangan tata ruang, semua aspek yang mencakup
unsur- unsur keindahan dari berbagai macam aspek sehingga pada akhirnya
memberikan kepuasan bagi si penghuni atau dengan kata lain bahwa
perancangan desain tersebut haruslah dapat memenuhi berbagai kebutuhan
penghuni secara memuaskan. Desain adalah suatu sistem yang berlaku untuk
segala macam jenis perancangan di mana titik beratnya adalah melihat sesuatu
persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri, melainkan sebagai suatu
kesatuan di mana satu masalah dengan lainnya saling kait-mengkait. Dengan
sistem disain, perancangan dilakukan dalam 3 tahap dengan urutan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan berbagai macam permasalahan
2. Meneliti masalah satu persatu
3. Mengelompokkan masalah tersebut, sehingga cara penyelesaian dari
keseluruhannya dapat tersusun dengan jelas.
Manusia selalu cenderung untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
berbeda pada tiap ruang, sehingga seorang perancang disain harus mengatur
cara-cara atau membuat ruang-ruang menjadi berbeda-beda pula dalam fungsi
karena faktor utama dalam sistem perancangan disain selalu menitik beratkan
pada unsur-unsur:
a. Manusia
b. Ruang
c. Lingkungan
Ketiga faktor tersebut harus dipelajari satu persatu karena dengan
memperhatikan kepentingan ketiga unsur tadi akan dihasilkan suatu
perancangan dasar yang lebih mantap. Faktor manusia sebagai subjek yang
menempati ruang dengan ikatan lingkungan terpaut padanya harus dijaga
kesatuannya agar menghasilkan karya yang mampu mencerminkan suasana
dari aktivitas yang terjadi dalam ruang tersebut. Maksud dari sistem disain
yaitu mengutamakan unsur-unsur disain dari semua benda-benda yang
dibutuhkan, dimana perancang dituntut memiliki landasan dan motivasi yang
kuat untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam profesinya dengan
menciptakan disain-disain baru guna memenuhi kebutuhan esensil yang sejalan
18
2.10. Pengertian Estetika
Secara etimologi, estetika berasal dari kata aesthesis (Yunani) yang
artinya mengamati. Estetika juga dapat berasal dari kata aisthenasthai
(mengamati secara jasmani), juga dapat berasal dari kata aesthetikos
(pengamatan dengan penginderaan). Sehingga estetika berkaitan dengan alat
yang dipakai untuk mengamati yaitu indera manusia yang ada secara jasad.
(ESTETIKA DALAM ARSITEKTUR, 2010). Kata “mengamati”, berarti ada
obyek yang diamati. Obyek tersebut berada di luar subyek “mengamati”
dengan indera yang lain yaitu indera pendengaran, indera perabaan, dan indera
penciuman serta indera perasa. Sehingga obyek estetis (obyek yang diamati
yang bernilai keindahan) tidak hanya lukisan, arsitektur, kerajinan tangan dan
lain-lain.
Walaupun pengamatan dilakukan melalui indera tetapi estetis berkaitan
dengan “rasa” yang melibatkan akal dan hati. Dalam Bahasa Inggris estetika
diartikan sebagai to perceive/to sense. Hal ini menjadikan pelibatan “oleh rasa”
sangat diperlukan yang kemudia hal ini menyentuh kesadaran dala diri manusia
yang diungkapkan dalam obyek estetis dan apresiasi seni. Untuk Arsitektur
maka objek estetisnya adalah Arsitektur dan senimannya disebut arsitek dan
kritikus Arsitektur.
2.11. Bahan Material Tangga
Dalam memilih material untuk sebuah tangga tidak bisa sembarangan,
karena setiap material memiliki karakternya tersendiri. Dari segi kekuatan, sisi
visual, dan efektifitas terhadap bentuk tangga yang diingin. Ada beberapa
bahan material yang digunakan untuk tangga, yaitu :
a. Kayu
Visual kayu juga memiliki daya tarik tersendiri yang tak tergantikan oleh
material lain. Motif serat kayu dan aneka ragam warna alaminya
membuat kayu menjadi material yang disukai pasar serta umum
digunakan. Karena itu kayu tidak hanya dapat digunakan sebagai
material struktur, tetapi juga umum digunakan sebagai aksen dan
pemanis dalam sebuah tangga
19
2.12. DFM (Designed For Manufacturing)
Untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan serta dapat menciptakan
suatu produk yang tepat guna dibutuhkan metodologi yang dapat digunakan
untuk melakukan pengembangan konsep terhadap produk yang diinginkan
tersebut. Salah satu metodologi yang biasa digunakan adalah designed for
manufacturing (DFM), yang merupakan suatu metodologi yang langsung
mengarah pada biaya produksi (manufacturing cost) dari pembuatan produk
yang diinginkan tersebut.
Biaya produksi merupakan salah satu bagian penting dari kesuksesan
suatu produk secara ekonomi. Kesuksesan secara ekonomi bergantung pada
rentang keuntungan yang didapat dari setiap penjualan produk serta berapa
banyak produk yang dapat dijual, dimana rentang keuntungan merupakan
perbedaan dari harga jual produk dan biaya pembuatan produk.
Design for manufacturing merupakan salah satu penerapan terpadu yang
menyangkut dalam pengembangan produk. Dalam penggunaannya DFM
memanfaatkan beberapa tipe informasi, yaitu :
1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan desain alternatif
2. Penjelasan tentang produk serta proses perakitannya
3. Perkiraan biaya produksi, volume produksi, serta ramp-up timing.
Penerapan DFM memerlukan keikutsertaan dari seluruh anggota tim
pengembangan. Dalam tim ini terdapat beberapa ahli baik dari manufacturing
engineers, cost accountants, bagian produksi serta product designers.
Penggunaan DFM dimulai pada saat pengembangan konsep produk.
Dalam tahap ini biaya merupakan salah satu kriteria yang menentukan
keputusan yang akan diambil.
Proses-proses yang terdapat pada DFM adalah:
1. Estimasi biaya produksi (estimate the manufacturing cost)
a. Component costs
Dari satu produk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu standard
component dan custom component.
b. Assembly costs
Proses assembly akan membutuhkan biaya untuk pekerjanya (labor
costs), biaya untuk peralatan dan perlengkapan yang digunakan
(equipment and tooling costs).