BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II...
13
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Teori dan Literatur
2.1.1 Penggabungan Usaha
Pertumbuhan bisnis yang semakin pesat dan persaingan yang juga menjadi
semakin ketat seringkali menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan saling
merugikan. Untuk mengatasi adanya tindakan yang saling merugikan antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu adanya suatu bentuk kerja
sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat
ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih
perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak
sejenis. Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup serta mengembangkan perusahan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang penggabungan,
peleburan dan pengambilalihan perseroan terbatas menyebut merger sebagai
penggabungan, akuisisi sebagai pengambilalihan dan konsolidasi sebagai peleburan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) nomor 22 tahun 1999 mengenai akuntansi penggabungan usaha
paragraf 08 menyatakan bahwa, “Penggabungan usaha (Business Combination)
merupakan penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”
Pengertian penggabungan usaha secara umum adalah suatu keadaan dimana
dua perusahaan atau lebih yang terpisah dan memiliki badan hukumnya sendiri
melakukan penyatuan menjadi satu entitas ekonomi atau mendapatkan kendali atas
aktiva dan operasi perusahaan lain. Dalam beberapa kondisi kadang dinyatakan
bahwa penggabungan usaha tidak lain adalah pengambilalihan hak. Pada dasarnya
kedua istilah tersebut tidak berbeda, hanya saja dalam pengambilalihan salah satu
perusahaan bermaksud membeli perusahaan lain dan kerap kali berada di luar
kemauan pimpinan perusahaan atau kelompok-kelompok pemegang saham. Merger
dan akuisisi (M&A) merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak
dilakukan oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.
14
2.1.1.1 Pengertian Merger
Salah satu strategi perusahaan dalam usaha memperkuat perusahaan di dalam
persaingan bisnis adalah dengan menggunakan strategi penggabungan usaha. Dalam
praktek penggabungan usaha ini sering terjadi kesalahpahaman dalam persepsi
mengenai merger. Pengertian merger sering dicampuradukan dengan akuisisi yang
sebenarnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda.
Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang berarti (1) bergabung,
bersama, menyatu, berkombinasi dan (2) menyebabkan hilangnya identitas karena
terserap atau tertelan sesuatu. Merger didefinisikan penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai
badan hukum, sementara yang lainnya mengantikan aktivitasnya atau bubar. (Abdul
Moin, 2010).
Menurut Gaughan (2011: 12)
“A Merger is combination of two corporations in which only one corporation
survives and the merged corporation goes out of existence.”
Menurut Hoyle, Schaefer, dan Doupnik (2015: 40)
“Business combination is a frequent economic phenomenon by combining two
or more businesses into a single entity under common management and control.”
Ikatan Akuntansi Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif
akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua kategori yaitu (1) penyatuan
kepentingan atau penyatuan kepemilikan (pooling of Interest/uniting of interest) dan
(2) akuisisi (acquisition).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tahun 1999 mendefinisikan
penyatuan kepentingan adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang
saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh,
atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi risiko dan manfaat yang melekat
pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai
perusahaan pengakuisisi.
15
Menurut Jeter (2012)
“Merger is one company acquires all the net assets of one or more other
companies through an exchange of stock, payment of cash or other property, or
issuance of debt instruments.”
Gambar 2.1 Skema Merger
Sumber: Jeter (2012: 15)
Dari skema merger diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua perusahaan
yang sebelumnya berdiri sendiri kemudian memutuskan untuk menyatu menjadi satu
perusahaan.
2.1.1.2 Pengertian Akuisisi
Akuisisi berbeda dengan merger, Peraturan Republik Indonesia No. 27 Tahun
1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
mendefinisikan akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar
saham perseroaan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan tersebut.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 22 tahun 1999
tentang Akuntansi Penggabungan Usaha menyatakan bahwa akuisisi adalah “Suatu
penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh
kendali atas asset neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan
memberikan asset tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.”
Menurut Abdul Moin (2010:8) Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan
kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan
mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree)
tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
Perusahaan A Perusahaan B Perusahaan A
16
dibandingkan dengan pihak yang diakuisisi. Yang dimaksud dengan pengendalian
adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk:
a. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi.
Sebelum Akuisisi Setelah Akuisisi
Pengendalian
Gambar 2.2 Skema Akuisisi
Sumber: Abdul Moin (2010: 9)
Dari skema Akuisisi di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua perusahaan,
diamana salah satu perusahaan mengakuisisi 100 persen saham dari perusahaan yang
lain dan memiliki pengendalian penuh terhadap perusahaan tersebut, namun secara
hukum kedua perusahaan tersebut tetap berdiri sendiri atau memiliki badan hukum
yang terpisah.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi
Beragam cara yang dapat dilakukan untuk mendukung kegiatan merger dan
akuisisi, berikut jenis-jenis merger dan akuisisi Menurut Gaughan (2011), terdapat
tiga jenis merger dan akuisisi:
a. Horizontal
Merger dan akuisisi horizontal terjadi pada dua perusahaan yang bergerak
pada bidang usaha yang sama melakukan penggabungan usaha. Contoh dari merger
dan akuisisi horizontal ini adalah dua perusahaan yang bergerak di bidang usaha
perikanan. Dengan tujuan untuk memperluas operasi perusahaan dan mengurangi
PERUSAHAAN A
PERUSAHAAN B PERUSAHAAN B
PERUSAHAAN A
17
pesaingan dalam bidang usaha perikanan. Merger dan akuisisi ini dilakukan untuk
mencapai skala ekonomi dan pemusatan industri pada struktur pasar.
b. Vertical
Merger dan akuisisi vertical terjadi pada dua perusahaan atau lebih yang
beroperasi pada tahap-tahap produksi (supply chain). Contoh dari merger dan
akuisisi vertical ini adalah perusahaan usaha di bidang perikanan membeli
perusahaan pemasok atau perusahaan distribusinya, sehingga perusahaan dapat
menjual langsung ke pelanggan. Dengan tujuan mengurangi biaya atau menghapus
biaya tinggi dan input yang diperoleh tidak lebih mahal sehingga harga jual produk
bisa lebih murah, karena perusahaan tidak perlu membayar uang kepada pemasok
atau distribusi. Merger dan akuisisi vertikal ini dilakukan untuk menekan biaya,
harga jual produk lebih rendah dan menaikan volume penjualan.
c. Conglomerate
Merger dan akuisisi konglomerasi terjadi pada dua perusahaan atau lebih
yang bergerak pada bidang usaha yang berbeda dan tidak ada kaitannya
(diversifikasi). Contoh merger dan akuisisi konglomerasi ini adalah perusahaan
dalam bidang usaha perikanan dengan perusahaan asuransi. Dengan tujuan untuk
antisipasi pendapatan di masa yang akan mendatang, sehingga pangsa pasar yang
dimiliki perusahaan menjadi lebih luas dan jangkauan pelanggan juga lebih besar.
2.1.1.4 Motif Merger dan Akuisisi
Sebuah perusahaan memiliki beberapa motif dan teori yang digunakan untuk
melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi.
Berdasarkan Moin (2010: 48) “Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong
sebuah perusahaan untuk melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan
non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan motif non-ekonomi berkaitan dengan keinginan
subyektif dari pemilik ataupun manajemen perusahaan tersebut.” Secara teori
terdapat beberapa motif merger dan akuisisi, yaitu:
1. Motif Ekonomi.
Setiap perusahaan pastinya memiliki sebuah tujuan dalam menjalankan
18
aktivitasnya. Tujuan perusahaan menurut perspektif manajemen keuangan
adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan
dan pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi dengan
tujuan jangka panjang untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. dalam hal
ini motif ekonomi lainnya adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi waktu, biaya, dan risiko kegagalan memasuki pasar baru
b. Mengakses teknologi, produk, dan merek dagang
c. Memperoleh individu-individu sumber daya manusia yang professional
d. Membangun kekuatan pasar (market power)
e. Membangun kekuatan monopoli
f. Memperluas pangsa pasar
g. Mengurangi persaingan
h. Mendiversifikasi lini produk
i. Mempercepat pertumbuhan
j. Menstabilkan cash flow dan keuntungan
2. Motif Strategis
Motif ini termasuk dalam motif ekonomi dalam melakukan aktivitas merger
atau akuisisi. Motif ini mengarahkan perusahaan mencapai posisi yang
strategis dan dapat unggul dalam persaingan industri dan juga memiliki
motif strategis untuk mengendalikan dan mengkontrol perusahaan lain.
Untuk mendapatkan posisi yang strategis dalam industri, perusahaan harus
melakukan strategi kepemimpinan pasar, kepemimpinan biaya dan fokus
untuk mendapatkan suatu keunggulan di dalam industri. Jika perusahaan
memiliki tujuan untuk menjadi pemimpin pasar, cara yang dapat dilakukan
perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi dengan
perusahaan yang berada pada industri yang sama. Dengan hal ini pangsa
pasar akan semakin luas dan kepemimpinan biaya juga dapat dicapai
melalui merger dan akuisisi untuk mendapatkan economic of scale dan
economies of scope.
3. Motif Politik
Badan Usaha Milik Negara dan perusahaan swasta seringkali mendapatkan
paksaan dari pemerintah untuk melakukan merger dan akuisisi dengan alasan
19
untuk tujuan kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro.
Seperti pemerintah melakukan merger dan akuisisi bank-bank yang berada di
bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan tujuan untuk
menghindari likuidasi dan merupakan langkah politis untuk menyelamatkan
perbankan nasional. Melalui merger dan akuisisi diharapkan bank-bank
tersebut dapat beroperasi secara maksimal dan meningkatkan kinerja bank
karena telah memiliki struktur permodalan yang kuat.
4. Motif Pajak
Motif pajak ialah termasuk motif yang menjadi dasar aktivitas merger dan
akuisisi meskipun masih perlu pembuktian empirik. Jika sebuah perusahaan
memiliki uang tunai lebih dan tidak ada kesempatan investasi internal yang
layak secara ekonomis, maka perusahaan dapat melakukan aktivitas merger
dan akuisisi atau dengan kata lain membeli perusahaan lain merupakan cara
terbaik sebagai cara untuk menghindari pajak.
5. Motif Sinergi
Sinergi berasal dari kata Latin “Synergos” yang berarti bekerja bersama.
Dalam konteks aktivitas merger dan akuisisi, sinergi berarti hasil ekstra yang
diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan penggabungan usaha.
Sinergi diciptakan dari kombinasi aktivitas simultan dari dua atau lebih
kekuatan perusahaan yang memberikan hasil atau efek yang lebih besar
daripada perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah atau sendiri-
sendiri.
6. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dicapai dengan
merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas
bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan dan mempertahankan
posisi bersaing. Namun, jika perusahaan melakukan diversifikasi yang
semakin jauh dari industri semula, maka perusahaan akan tidak lagi di
koridor yang mendukung kompetensi inti. Manfaat dari diversifikasi adalah
transfer teknologi, dan alokasi modal dan kelemahan dari diversifikasi adalah
dapat membawa kerugian bagi perusahaan karena adanya subsidi silang.
20
7. Motif Non-Ekonomi.
Kadang-kadang, merger dan akuisisi terjadi di luar tujuan ekonomi. Selain
itu, merger dan akuisisi terjadi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lain
seperti gengsi dan ambisi. motif non-ekonomi ini berasal dari motif
kepentingan pribadi baik dari manajemen perusahaan dan pemilik
perusahaan.
Sedangkan menurut Jeter (2012: 7), dijelaskan beberapa motif yang menjadi
faktor pendorong terjadinya merger dan akuisisi, yaitu:
1. Sinergi Operasi
Sinergi operasi merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya merger
dan akuisisi. Sinergi operasi antar perusahaan yang melakukan akuisisi
khususnya perusahaan pengakuisisi. Tercapainya Sinergi dapat diukur ketika
akuisisi menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Sinergi
terlihat jelas ketika perusahaan yang melakukan akuisisi atau merger berada
dalam bisnis yang sama karena perpaduan biaya overhead seperti
menghilangkan fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan sehingga dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan yang lebih besar.
2. Meningkatkan Kedudukan Kompetitif
Melakukan merger dan akuisisi dapat membuat kedudukan perusahaan lebih
baik, karena dengan mengakuisisi perusahaan lain dapat membuat pangsa
pasar menjadi lebih luas sehingga dapat meningkatkan kedudukan kompetitif
perusahaan.
3. Mendapatkan Manfaat dari Hukum Pajak Penghasilan
Melakukan merger dan akuisisi khususnya pada perusahaan yang memilki
utang ataupun kerugian pajak dapat mengakuisisi dengan perusahaan yang
menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan
mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.
4. Diversifikasi
21
Perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi dengan tujuan untuk
menginginkan pertumbuhan perusahaan secara signifikan baik dilihat dari
pasar sahamnya, ukuran perusahaan maupun diversifikasi usaha. Sebab
dengan melakukan merger dan akuisisi perusahaan dapat mengurangi
persaingan.
5. Divestasi
Divestasi memiliki arti kebalikan dari investasi atau bisa diartikan dengan
penarikan modal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan merger dan akuisisi. Jika perusahaan telah menanam modal dan
ingin mengambil kembali modalnya, perusahaan yang ingin melakukan
penarikan modal menjadi perusahaan terakuisisi. Dengan cara ini modal akan
dapat ditarik kembali. Contohnya jika bentuk penyertaan modal dilakukan
dengan cara membeli saham perusahaan tersebut, maka divestasi bisa
berbentuk penjualan atau menjual saham, penjualan saham dapat dilakukan
baik semua atau sebagian.
2.1.1.5 Tujuan Merger
Merger menjadi salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan oleh
perusahaan dengan beragam tujuan. Menurut Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaimin
(2009:7) terdapat 9 tujuan dilakukannya merger oleh perusahaan, yaitu:
1. Merger bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar dan nilai tambah dari
perusahaan. Upaya ini dilakukan umtuk meningkatkan efisiensi dalam
perusahaan untuk bersaing di dalam persaingan bisnis yang semakin
kompetitif.
2. Merger bertujuan untuk penghematan biaya. Upaya ini dapat dicapai dengan
melakukan merger dua atau lebih perusahaan yang memiliki kekuatan
berbeda sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan secara bersama-sama.
3. Merger bertujuan untuk kekuatan monopoli. Upaya ini dapat dilakukan oleh
dua atau lebih perusahaan yang melakukan merger dimana perusahaan yang
melakukan merger terlihat atau meberikan kesan memiliki kemampuan lebih
baik dalam aset maupun dalam kemampuan manajerial dibandingkan
perusahaan yang di merger.
22
4. Merger bertujuan untuk menghindari kebangkrutan. Upaya ini dapat
dilakukan dengan melakukan merger oleh dua atau lebih perusahaan yang
sedang berada di posisi terancam bangkrut untuk bersama-sama membangun
perusahaan dengan strategi baru yang dapat diciptakan untuk menghindari
perusahaan mengalami kebangkrutan.
5. Merger bertujuan untuk memanfaatkan insentif pajak. Upaya ini dapat
digunakan oleh perusahaan dengan melakukan merger untuk memanfaatkan
insentif pajak yang diberikan karena terdapat kebijakan baru mengenai
bidang perpajakan yang diputuskan pemerintah.
6. Merger bertujuan untuk diversifikasi. Upaya ini dapat digunakan oleh
perusahaan yang melakukan merger untuk meminimumkan resiko dengan
cara membagi resiko perusahaan untuk dipikul oleh jenis produk yang makin
banyak dan beragam.
7. Merger bertujuan untuk memperbesar perolehan pinjaman bank. Upaya ini
dapat dilakukan oleh perusahaan yang melakukan merger karena jumlah asset
perushaan semakin banyak. Semakin tinggi aset maka semakin besar jumlah
pinjaman yang dapat direalisasikan oleh bank.
8. Merger bertujuan untuk memanipulasi pendapatan. Upaya ini dapat dilakukan
oleh perusahaan yang melakukan merger, perusahaan memiliki kemampuan
untuk menciptakan laba yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laba
yang dicapai sebelum melakukan merger.
9. Merger bertujuan untuk meningkatkan efisiensi manajemen. Upaya ini dapat
bermanfaat bagi perusahaan yang melakukan merger karena sinergi operasi
perusahaan dapat meningkatkan skala ekonomis, sehingga berbagai sumber
data yang ada dapat saling melengkapi dan meningkatkan efisiensi
manajemen perusahaan.
2.1.1.6 Manfaat dan Kekurangan Aktifitas Merger dan Akuisisi
2.1.1.6.1 Manfaat Merger dan Akuisisi
Menurut Gaughan (2011), perusahaan akan mendapatkan beberapa manfaat
dari aktifitas merger dan akuisisi, beberapa diantaranya adalah:
1. Biaya yang Rendah
Di dalam merger dan akuisisi, dengan struktur perusahaan induk,
pengakuisisi mungkin dapat mencapai kontrol atas perusahaan target untuk
23
investasi jauh lebih kecil daripada yang diperlukan dalam akuisisi saham
100%. Kemudian, jumlah saham yang lebih kecil yang akan diakuisisi
membutuhkan total dana yang rendah juga.
2. Tidak ada Control Premium
Karena 51% dari saham yang tidak diakuisisi, pengakuisisi tidak harus
membayar sisa tidak harus membayar premi kontrol penuh yang biasanya
terkait dengan 51% sampai 100% akuisisi saham.
3. Memiliki kontrol dengan sebagian kepemilikan
Kontrol atas saham perusahaan yang diakuisisi dapat didirikan dengan
kepemilikan kurang dari 51%. Hal ini memungkinkan pihak pengendali untuk
tetap memiliki pengaruh terhadap pihak yang diakuisisi.
4. Tidak dibutuhkan pengesahan
Di bawah perlindungan hukum dan peraturan akuntansi, perusahaan induk
dapat dengan mudah membeli saham perusahaan lain tanpa harus
mengumpulkan persetujuan dari pemegang saham perusahaan yang akan
diakuisisi.
2.1.1.6.2 Kekurangan Merger dan Akuisisi
Menurut Gaughan, dari transaksi merger dan akuisisi, juga memiliki
beberapa kerugian, diantaranya:
1. Pajak yang tergandakan
Perusahaan induk mengalami masalah dalam hal pajak jika telah melakukan
aktifitas merger dan akuisisi. Secara umum, pendapatan pemegang saham
adalah subyek untuk double taxation. Pendapatan perusahaan sudah
dikenakan pajak di level perusahaan, sisa pendapatan mungkin dibagikan
kepada pemegang saham dalam termin dividen. Pendapatan anak perusahaan
sudah dikenakan pajak atas pendapatan tersebut, namun kebijakan absorb
laba anak perusahaan, menyebabkan perusahaan induk harus membayar
pajak atas pendapatan tersebut. Sehingga menimbulkan bayar pajak secara
dua kali.
2. Masalah antipakat
Perusahaan induk hasil kombinasi bisnis mungkin akan menemui masalah
lain beruapa masalah antipakat. Antipakat adalah hukum/ undang-undang
24
persaingan, dan merupakan peraturan persaingan dagang.
3. Tidak memiliki kepemilikan 100%
Dalam kaitannya dengan penggabungan usaha, meskipun suatu induk dapat
berjalan dengan baik walaupun kepemilikannya tidak 100%, namun sisa
persentase kepemilikan adalah milik pemegang saham lain, yang mana juga
memiliki pengaruh bagi kemajuan perusahaan. Hal inilah yang menjadi
masalah ketidaksetujuan arah akan kemana perusahaan berjalan.
2.1.1.7 Tahap Merger atau Akuisisi
Dalam kegiatan merger dan akuisisi, perusahaan wajib melewati beberapa
proses. Secara umum tahapan-tahapan merger dan akuisisi adalah sebagai berikut,
pertama perusahaan induk akan menentukan perusahaan tujuan yang akan mereka
akuisisi. Kemudian dilanjutkan dengan negosiasi yang mana bila negosiasi berjalan
dengan lancar akan diikuti dengan pembelian perusahaan tujuan dengan nilai yang
telah dikehendaki bersama.
Di dalam melakukan merger dan akuisisi, ada beberapa tahap prosedur yang
dilakukan perusahaan pada saat sebelum merger, pada saat merger, dan sesudah
merger dan akuisisi itu terjadi. Menurut Caves, langkah-langkah yang harus diambil
dapat dibagi menjadi tiga bagian (Gaughan, 2011: 21) yaitu:
1. Pre Merger
Pre-merger dalam hal ini merupakan keadaan sebelum merger. Dalam tahap ini,
tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan
untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan
proses merger perusahaan tersebut.
2. Merger Stage
Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger.
Hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini
adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner
mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
3. Post-merger
25
Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah
dengan melakukan restrukturisasi. Di dalam merger, sering terjadinya dualisme
kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah
kedua (2) yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru. Kultur
atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali
baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara
melancarkan transisi. Dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama,
dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah satu set informasi keuangan yang digunakan untuk
menganalisis kinerja perusahaan dan perkiraan tentang situasi ekonomi masa depan
sehingga perusahaan mungkin bisa bekerja lebih baik di masa depan. Laporan
keuangan itu sendiri berisi informasi seperti aset, kewajiban, ekuitas, arus kas dan
informasi keuangan lainnya. Laporan keuangan akan jauh lebih bermanfaat bila
pernyataan itu bisa menjadi prediksi untuk masa depan melalui menganalisa,
membandingkan dan mengevaluasi laporan keuangan. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan tersebut, perusahaan memiliki standar tunggal yang diciptakan
untuk standarisasi laporan keuangan. Sehingga sebagai pembaca laporan keuangan
tidak akan menemukan kesulitan dalam menganalisis laporan keuangan. Laporan
keuangan harus bebas dari kesalahan dan juga harus memberikan penafsiran yang
sama untuk pembaca. Laporan keuangan harus diaudit untuk yang ringkas
orisinalitas dan untuk memeriksa apakah laporan keuangan telah disusun berdasarkan
standar. Ada 4 laporan keuangan dasar seperti neraca atau laporan posisi keuangan,
saldo laporan laba, laporan arus kas, dan laporan laba rugi.
Kinerja keuangan dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang
peralatan). Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai
prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai
implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.
26
2.1.3 Analisis Kinerja Keuangan Menggunaka Rasio-Rasio Keuangan
Analisis rasio pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu, oleh karena itu
faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang, mungkin akan
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk
itu seorang analisis dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi
yang baik dan cermat, sebab hasil analisis ini akan bermanfaat dalam menentukan
kebijaksanaan manajemen untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Kondisi keuangan dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan suatu tolak
ukur yang biasanya dipakai, yakni: rasio-rasio keuangan, akan tetapi dengan
menggunakan rasio keuangan hanya akan mengetahui besarnya angka-angka rasio
saja. Oleh sebab itu dibutuhkan interprestasi dari angka-angka rasio yang telah
diperolehnya serta memilih jenis-jenis rasio yang sesuai dengan tujuan analisis.
Kinerja keuangan merupakan obyek vital bagi perusahaan. Setiap pihak
yang berkepentingan menaruh perhatian besar terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Pemegang saham, kreditur, dan manajemen perusahaan sendiri tertarik
untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan saat ini dan masa depan. Kinerja
keuangan merupakan indikator kinerja perusahaan pada tahun berjalan.
Kinerja keuangan adalah ukuran subjektif dari seberapa baik perusahaan
dapat menggunakan aset dari modus utama dari bisnis dan menghasilkan
pendapatan. Istilah ini juga digunakan sebagai ukuran umum dari keseluruhan
kesehatan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu, dan dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan sejenis di industri yang sama atau
untuk membandingkan industri atau sektor di agregasi.
Ada banyak cara untuk menghitung kinerja perusahaan dengan menganalisis
setiap item baris seperti pendapatan, laba usaha, atau bahkan arus kas, serta jumlah
penjualan unit. Ada cara lain untuk mengukur kinerja perusahaan termasuk
menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio adalah salah satu dari ribuan metode
pengukuran dan menafsirkan rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau
kinerja perusahaan. Data dasar yang digunakan dalam rasio keuangan berasal dari
neraca dan laporan laba rugi.
2.1.3.1 Rasio-Rasio Keuangan
27
Ada 5 jenis rasio keuangan berdasarkan Gitman dan Zutter (2011:45)
termasuk Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Utang, Rasio Profitabilitas, dan
Rasio Pasar. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut:
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas dari suatu perusahaan diukur oleh kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Likuiditas
mengacu pada solvabilitas posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Rasio ini dapat memberikan tanda-tanda awal masalah arus kas dan
kegagalan bisnis yang akan datang. Namun, aset likuid, seperti kas di bank
dan surat berharga, tidak mendapatkan tingkat yang sangat tinggi dari
return, sehingga pemegang saham tidak akan ingin perusahaan untuk
overinvest likuiditas.
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur kecepatan dari berbagai akun diubah menjadi
penjualan atau uang tunai, inflow atau outflow. Dalam arti, rasio aktivitas
mengukur seberapa efisien perusahaan beroperasi di sepanjang berbagai
dimensi seperti manajemen persediaan, pencairan, dan koleksi. Sejumlah
rasio yang tersedia untuk mengukur aktivitas dari giro yang paling penting,
yang meliputi persediaan, piutang, dan hutang. Efisiensi dengan yang total
aset yang digunakan juga dapat dinilai.
3. Rasio Utang
Posisi utang dari suatu perusahaan menunjukkan jumlah uang orang lain
yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Secara umum, analisis
keuangan yang paling penting adalah utang jangka panjang karena ini adalah
komitmen perusahaan untuk pembayaran kontrak dalam jangka panjang.
Semakin besar utang yang dimiliki Perusahaan, risiko akan lebih besar
karena tidak dapat memenuhi pembayaran utang kontraknya. Karena klaim
kreditur harus dipenuhi sebelum pendapatan dapat didistribusikan kepada
pemegang saham, pemegang saham saat ini dan calon pemegang saham
memberikan perhatian lebih pada kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang.
4. Rasio Profitabilitas
Sebagai grup, langkah-langkah ini memungkinkan analis untuk mengevaluasi
keuntungan perusahaan sehubungan dengan tingkat tertentu pada akun
28
penjualan, tingkat tertentu dari aset, atau investasi pemilik. Tanpa
keuntungan, suatu perusahaan tidak bisa menarik modal luar. Pemilik,
kreditor, dan manajemen memperhatikan peningkatkan keuntungan karena
pentingnya pangsa pasar pada pendapatan.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar berhubungan dengan nilai pasar perusahaan, yang diukur dengan
harga saham saat ini, nilai-nilai akuntansi tertentu. Rasio ini memberikan
wawasan kepada investor tentang bagaimana perusahaan bekerja dan
melakukan kegiatan usahanya dari segi risiko dan return. Mereka cenderung
mencerminkan, secara relatif, penilaian pemegang saham biasa dari semua
aspek masa lalu perusahaan dan diharapkan kinerja di masa mendatang.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lyza (2012) memaparkan
dalam penelitiannya mengenai manfaat merger antara Bank Niaga dengan Bank
Lippo dilaksanakan untuk mematuhi kebijakan Single Present Policy yang ditetapkan
Bank Indonesia untuk manjadi bank yang memiliki skala usaha yang lebih besar dan
menjadi bank yang sehat serta berkinerja tinggi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan laporan keuangan dua tahun
sebelum merger dan dua tahun setelah merger. Hasil penelitian tersebut menunjukan
terdapat peningkatan pada keuntungan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan
kepemilikan modal minimum bank menurun yang disebabkan bertambahnya
kewajiban bank setelah merger.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Santi (2013) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa merger merupakan salah satu cara untuk memperkuat fondasi
bisnis yang berujung pada terciptanya suatu sinergi. Dalam penelitiannya
menggunakan teknik analisis Uji-t sampel berpasangan dengan hasil yang
menunjukan variabel Return On Equity, Return On Asset, Debt to Equity dan Debt to
Total Asset Ratio tidak mengalami perbedaan yang signifikan setelah melakukan
merger.
Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Erlina (2013) dalam
penelitiannya mengunakan analisis kinerja asset dan liabilitas manajemen dengan
membandingkannya melalui pengukuran pada tingkat resiko kredit, risiko likuiditas,
29
faktor rentabilitas dan faktor permodalan sebelum dan sesudah merger. Alat analisis
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas dan uji beda t-test dengan
hasil tidak terdapat perbedaan kinerja asset dan liabilities management sebelum dan
sesudah merger dalam periode 4 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mia (2015) merger dilakukan
oleh perusahaan sebagai bentuk penerapan manajemen strategi untuk mencapai
competitive advantage. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Analisis deskripsi rasio keuangan, uji normalitas data
dan uji paired sample t-test. Pada pengujian menggunakan uji paired sample t-test,
secara parsial terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR, NPL dan BOPO
sebelum dan setelah merger dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada rasio
ROA dan LDR sebelum dan setelah merger. Dan Uji paired sample t-test secara
simultan menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja keuangan
perusahaan perbankan sebelum dan setelah merger secara menyeluruh.
Adapun penelitian luar negeri yang berkaitan dengan penelitian ini
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Khong Yeen Lai, Tee Peck Ling, Tan
Kok Eng, Low Suet Cheng, Lim Fung Ting (2015) yang berjudul “Financial
Performance of Malaysia Local Banks: During Periods of Pre-Merger and Post-
Merger” menunjukan bahwa mayoritas dari bank memiliki skor tinggi dalam biaya
non-bunga terhadap total aset (NIE / TA) dan alasan utama yang berkontribusi
terhadap hasil ini karena pemerintah Malaysia telah membatasi bank Merger dalam
memiliki bentuk besar program penghematan setelah aktivitas merger dilakukan.
Tujuan dari pemerintah Malaysia dalam menetapkan aturan ini adalah karena mereka
ingin melindungi karyawan dari bank yang diakuisisi. Dalam penelitian ini, dua rasio
dari rasio likuiditas akan digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat likuiditas
bank. Kenaikan tingkat likuiditas setelah merger adalah karena penurunan pinjaman
untuk deposit dan rasio kredit terhadap aset.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eunice Adu Darko, Ernest
Bruce Twum (2014) yang berjudul “The Pre and Post Merger Performance of Firms
in Ghana” Ada tren penurunan umum dalam rasio profitabilitas, yaitu GPM, NPM,
ROE dan ROA setelah akuisisi, menyiratkan penurunan profitabilitas perusahaan
setelah akuisisi.
30
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Vidya (2015) dengan judul “A
Study Of The Financial Performance Of Selected Companies Before And After
Merger And Acquisition” memaparkan bahwa Konsep Merger dan akuisisi di India
telah menyebabkan kebangkitan besar dalam perekonomian India. Banyak
perusahaan India di sektor software, sektor otomotif, sektor baja, sektor semen,
sektor farmasi, sektor petrokimia, dan lain-lain masuk untuk merger dan akuisisi
untuk mencapai manfaat skala. Analisis merger dan akuisisi telah mengungkapkan
bahwa di antara semua sektor industri di India, hanya beberapa sektor telah
menyaksikan keuntungan maksimum yang dibawa oleh merger dengan asosiasi
global. Merger di India perspektif berpengaruh dari setiap eksekutif perusahaan dan
perusahaan. Merger dan akuisisi, jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik,
dapat memberikan kesempatan besar pertumbuhan, penghematan biaya, teknologi
sampai gradasi dan menangkap pasar melampaui batas-batas nasional.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Tahun Variabel Hasil Penelitian
1 Khong Yeen
Lai, Tee Peck
Ling, Tan Kok
Eng, Low Suet
Cheng, Lim
Fung Ting
Financial
Performanc
e of
Malaysia
Local
Banks:
During
Periods of
Pre-Merger
and Post-
Merger.
2015 T-Value
Testing, Data
Envelop
Analysis
(DEA), ROA,
ROE, L/D
Ratio,
Earnings Per
Share,
Dividend Per
Share, NIE
Mayoritas dari
bank memiliki
skor tinggi dalam
biaya non-bunga
terhadap total aset
(NIE / TA) dan
alasan utama
yang
berkontribusi
terhadap hasil ini
karena
pemerintah
Malaysia telah
31
membatasi bank
Merger dalam
memiliki bentuk
besar program
penghematan
setelah aktivitas
merger dilakukan.
Tujuan dari
pemerintah
Malaysia dalam
menetapkan
aturan ini adalah
karena mereka
ingin melindungi
karyawan dari
bank yang
diakuisisi. Dalam
penelitian ini, dua
rasio dari rasio
likuiditas akan
digunakan untuk
mengukur dan
menilai tingkat
likuiditas bank.
Kenaikan tingkat
likuiditas setelah
merger adalah
karena penurunan
pinjaman untuk
deposit dan rasio
kredit terhadap
aset.
32
2 Eunice Adu
Darko, Ernest
Bruce Twum
The Pre and
Post Merger
Performanc
e of Firms
in Ghana
2014 GPM, NPM,
ROE, ROA
Ada tren
penurunan umum
dalam rasio
profitabilitas,
yaitu GPM, NPM,
ROE dan ROA
setelah akuisisi,
menyiratkan
penurunan
profitabilitas
perusahaan
setelah akuisisi.
3 Vidya. V A Study Of
The
Financial
Performanc
e Of
Selected
Companies
Before And
After
Merger And
Acquisition
2015 Current Ratio,
DER, Long
term DER,
Interest Cover
Ratio,
Operating
Ratio, NP,
ROCE,
RONW.
Konsep Merger
dan akuisisi di
India telah
menyebabkan
kebangkitan besar
dalam
perekonomian
India. Banyak
perusahaan India
di sektor
software, sektor
otomotif, sektor
baja, sektor
semen, sektor
farmasi, sektor
petrokimia, dan
lain-lain masuk
untuk merger dan
akuisisi untuk
mencapai manfaat
skala. Analisis
33
merger dan
akuisisi telah
mengungkapkan
bahwa di antara
semua sektor
industri di India,
hanya beberapa
sektor telah
menyaksikan
keuntungan
maksimum yang
dibawa oleh
merger dengan
asosiasi global.
Merger di India
perspektif
berpengaruh dari
setiap eksekutif
perusahaan dan
perusahaan.
Merger dan
akuisisi, jika
direncanakan dan
dilaksanakan
dengan baik,
dapat
memberikan
kesempatan besar
pertumbuhan,
penghematan
biaya, teknologi
sampai gradasi
dan menangkap
34
pasar melampaui
batas-batas
nasional.
4 Lyza Rubian
Risky Amalia,
Universitas
Jember
Perbandinga
n Kinerja
Keuangan
PT. Bank
CIMB
Niaga Tbk,
Sebelum
dan Sesudah
Merger di
Bursa Efek
Indonesia
2012 CAR, LDR,
ROA, ROE
Hasil perhitungan
rasio menunjukan
peningkatan pada
keuntungan yang
diraih Bank
CIMB Niaga
yang ditandai
dengan kenaikan
nilai ROA dan
ROE setelah
merger,
sementara
penyalur kredit
semakin tinggi,
ditandai dengan
LDR yang
meningkat, serta
penurunan CAR
pada tahun 2010
yang menandakan
kepemilikan
modal minimum
bank menurun
yang disebabkan
bertambahnya
kewajiban bank
setelah merger.
5 Santi
Megawati,
Analisis
Pebedaan
2013 Return On
Equity, Return
Hasil penelitian
menunjukan
35
Universitas
Katolik Widya
Mandala
Surabaya
Kinerja
Keuangan
Bank Niaga
dan Bank
CIMB
Niaga(Studi
Kasus
Sebelum
dan Sesudah
Merger)
On Asset,
Debt to Equity
Ratio, Debt to
Total asset
Ratio
bahwa semua
variable tidak
menunjukan
adanya perbedaan
yang signifikan
setelah
melakukan
merger.
6 Erlina Yuliani
HS,
Universitas
Katolik
Soegijapranata
Analisis
Kinerja
Asset and
Liabilities
Managemen
t Sebelum
dan Sesudah
Merger
Pada Bank-
Bank yang
Terdaftar di
BEI
2013 ROA, Core
ROA, CAR
Hasilnya tidak
terdapat
perbedaan kinerja
asset and
liabilities
management
sebelum dan
sesudah merger
pada bank-bank
yang melakukan
merger pada
perioade tahun
2008-2011.
7 Mia Sentosa,
Universitas
Bakrie.
Analisis
Perbandinga
n Kinerja
Sebelum
dan Setelah
Merger
Pada
Perusahaan
Perbankan
2015 Uji Paired
sample t-test,
CAR, NPL,
ROA, BOPO,
LDR
Hasil Uji Paired
Sample t-test,
secara parsial
terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
rasio CAR, NP
dan BOPO
sebelum dan
36
yang
Terdaftar
Pada Bursa
Efek
Indonesia.
setelah merger
dan tidak ada
perbedaan yang
signifikan pada
rasio ROA dan
LDR sebelum dan
setelah merger.
Uji Paired Sample
t-test secara
stimulan
menunjukan tidak
ada perbedaan
signifikan antara
kinerja keuangan
perusahaan
perbankan
sebelum dan
setelah merger
secara
menyeluruh.
2.3 Metodologi Penelitian
2.3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Merger dan akuisisi merupakan salah satu strategi penggabungan usaha yang
digunakan oleh perusahaan untuk memperluas bisnis mereka demi mempertahankan
eksistensi mereka di pasar. Untuk mengevaluasi keberhasilan dari suatu perusahaan
mengenai merger dan akuisisi, skripsi ini berfokus pada kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian ini menganalisa kinerja keuangan menggunakan rasio
keuangan yang disebutkan di atas untuk membandingkan antara kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan pasca-merger atau akuisisi. Penulis menggunakan analisis
gabungan yang merupakan gabungan dari analisis cross-sectional dan time-series.
37
Kombinasi ini berarti penulis membandingkan kinerja keuangan perusahaan dan juga
berfokus pada kinerja keuangan perusahaan dengan acuan tahun mengenai merger
dan akuisisi.
Rasio keuangan yang dipilih oleh peneliti sebagai variabel penelitian
termasuk quick ratio, debt ratio, debt to equity ratio, net profit margin (NPM), return
on asset (ROA), return on equity (ROE), price to earning ratio (P/E ratio), total
asset turnover, days in receivable, days in trade payable, days in inventories, interest
coverage ratio, long-term debt to equity ratio, EBITDA margin, working capital
turnover. Dasar acuan tahun adalah 1 tahun sebelum dan hingga 10 tahun sesudah
aktivitas merger dan akuisisi.
Selain itu, penulis akan membandingkan rata-rata kinerja keuangan rasio pra-
merger atau akuisisi perusahaan dengan pasca-merger atau akuisisi kinerja keuangan
perusahaan. Untuk meringkas, kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kerangka Pemikiran
R
A
S
I
O
Laporan Keuangan 1 Tahun
Sebelum Aktifitas Merger dan
Akuisisi
1 tahun pasca merger dan akuisisi
2 tahun pasca merger dan akuisisi
3 tahun pasca merger dan akuisisi
4 tahun pasca merger dan akuisisi
5 tahun pasca merger dan akuisisi
6tahun pasca merger dan akuisisi
7 tahun pasca merger dan akuisisi
8 tahun pasca merger dan akuisisi
9 tahun pasca merger dan akuisisi
10 tahun pasca merger dan akuisisi
38
2.4. Pengembangan Hipotesis
Seperti yang telah ditulis di bab 2.2 diatas dibagian penelitian sebelumnya, beberapa
peneliti telah melakukan penelitian mengenai topik yang sama tentang merger dan
akuisisi. Mereka membandingkan kinerja keuangan sebelum dan setelah kegiatan
merger dan akuisisi dilakukan menggunakan rasio keuangan sebagai pembanding
keduanya. Rasio keuangan yang digunakan termasuk rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio operasi/aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas dari suatu perusahaan diukur oleh kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini
dapat memberikan tanda-tanda awal masalah arus kas dan kegagalan bisnis
yang akan datang. Penting untuk dipahami bahwa nilai yang tinggi dari rasio
likuiditas menunjukkan tingkat yang lebih besar pada likuiditas yang
mengindikasikan aliran kas perusahaan lebih lancar. Dalam hal merger dan
akuisisi, likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Oleh karena itu, peningkatan yang signifikan
dalam rasio likuiditas perusahaan akan menjadi tanda dari kombinasi bisnis
yang sukses yang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang jangka pendeknya. Dengan demikian, hipotesis mengenai
skripsi ini tentang merger dan akuisisi adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Quick Ratio pada
kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan akuisisi.
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Working Capital
Turnover pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger
dan akuisisi.
2. Rasio Solvabilitas
Posisi utang menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan uang orang
lain untuk menghasilkan keuntungan. Dalam hal merger dan akuisisi, jika
mengalami peningkatan yang signifikan dalam rasio solvabilitas maka secara
39
umum kesetaraan modal akan cukup baik untuk melakukan usahanya,
sehingga penggunaan utang secara keseluruhan atas ekuitas perusahaan dapat
diminimalisir. Hipotesis mengenai skripsi ini tentang merger dan akuisisi
adalah sebagai berikut:
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Debt Ratio pada
kinerja
keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan akuisisi.
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Debt to Equity Ratio
pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan
akuisisi.
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Long-Term Debt to
Equity Ratio pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan
merger dan akuisisi
3. Rasio Operasi/ Aktifitas
Hasil dari rasio ini biasanya berbeda-beda pada setiap penelitian. Hasil yang
paling umum dihasilkan dari rasio aktivitas dalam hal merger dan akuisisi,
hasil dari perputaran total aset lebih tinggi berarti lebih efisien asetnya telah
digunakan. Rasio ini telah digunakan untuk menganalisis apakah operasi
keuangan perusahaan telah efisien secara finansial atau tidak. rasio aktivitas
mengukur jumlah sumber daya yang diinvestasikan dalam pengumpulan dan
persediaan manajemen perusahaan. Rasio aktivitas mengukur efisiensi
operasional organisasi dan profitabilitas. Rasio aktivitas digunakan untuk
menentukan apakah proses bisnis suatu entitas yang menguntungkan atau
tidak menguntungkan. Dalam hal merger dan akuisisi pada rasio aktivitas,
dapat meningkatkan efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Hipotesis mengenai skripsi ini tentang merger
dan akuisisi adalah sebagai berikut:
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Total Asset Turnover
(TATO) pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger
dan akuisisi.
40
H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Days in Receivable
pada
kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan akuisisi.
H8 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Days in Trade
Payable
pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan
akuisisi.
H9 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Days in Inventory
pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan
akuisisi
4. Rasio Profitabilitas
Rasio berikutnya adalah rasio profitabilitas yang juga telah menghasilkan
hasil yang bersifat umum. Rasio Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualan. Dalam hal merger dan
akuisisi jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas
perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan merger dan akuisisi.
Hipotesis mengenai skripsi ini tentang merger dan akuisisi adalah sebagai
berikut:
H10: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Interest Coverage
Ratio pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan
akuisisi.
H11: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis EBITDA Margin
pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan
akuisisi.
H12: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Return on Asset pada
kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan akuisisi.
H13: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Return on Equity pada
kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger dan akuisisi.
41
H14: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Net Profit Margin
(NPM) pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan merger
dan akuisisi.
5. Rasio Pasar
Rasio pasar berhubungan dengan nilai pasar perusahaan, yang diukur dengan
harga saham saat ini, dan juga nilai-nilai akuntansi tertentu. Rasio ini
memberikan wawasan tentang bagaimana investor di pasar menilai aktivitas
perusahaan dari segi risiko dan return. Pengukuran pada rasio ini
membandingkan nilai perusahaan pada saat ini dan masa mendatang dengan
nilai perusahaan di masa lalu. Dalam hal merger dan akuisisi jika terjadi
sinergi yang baik maka diharapkan mendapatkan keuntungan lebih besar pada
perusahaan dan akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh tiap lembar
saham. Hipotesis mengenai skripsi ini tentang merger dan akuisisi adalah
sebagai berikut:
H15: Terdapat perbedaan yang signifikan pada analisis Price/Earnings
(P/E) Ratio pada kinerja keuangan sebelum dan sesudah kegiatan
merger dan akuisisi.