BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1873/2/BAB...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1873/2/BAB...
16
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Definisi Audit
Menurut Abdul Halim (1997:1), untuk mempelajari auditing dan
profesi akuntan public dengan mendalam, perlu kiranya diketahui
definisi audit. Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang
berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang
mendefinisikan auditing sebagai berikut:
"Suatu proses sistematik yang menghimpun dan mengevaluasi bukti-
bukti secara obyektif mengenai asers-asersi tentang berbagai tindakan
dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan".
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu:
a. Proses yang Sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur, dan terorganisir.
b. Menghimpun dan Mengevaluasi Bukti secara Obyektif
Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakukan tersebut
merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari
17
asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor
kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Baik
saat penghimpunan maupun pengevaluasian bukti, auditor harus
obyektif. Obyektif berarti mengungkapkan fakta apa adanya yang
senyatanya, tidak bias atau tidak memihak dan tidak berprasangka
buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi
tersebut.
c. Asersi-Asersi tentang Berbagai Tindakan dan Kejadian Ekonomi
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian
pernyataan secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab
atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis,
asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-asersi
meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan,
laporan operasi internal, dan laporan biaya maupun pendapatan
berbagai pusat pertanggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi
asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi
merupakan hasil proses akuntansi. Proses akuntansi merupakan
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi
ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.
d. Menentukan Tingkat Kesesuaian
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti
dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai
18
tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam
bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Bentuk kuantitatif contohnya
prosentase pencapaian penjualan bila dibandingkan dengan
penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contohnya
kewajaran laporan keuangan.
e. Kriteria yang Ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur
untuk mempertimbangkan asersi-asersi atau representasi-
representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau standar akuntansi keuangan, aturan-aturan
spesifik yang ditentukan oleh badan legislatif atau pihak lainnya,
anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen.
f. Menyampaikan Hasil-Hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan
tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit
tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas
representasi atau pernyataan yang dibuat.
g. Para Pemakai yang Berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan
yang diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya.
19
Para pemakai tersebut meliputi investor maupun calon investor di
pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor,
badan pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.
2. Klasifikasi Audit
Menurut Kell dan Boyton dalam Abdul Halim (1997:5), audit
dapat diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakan audit. Dalam hal
ini tipe audit terbagi ke dalam tiga kategori:
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah
ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).
Jadi ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran.
Kriteria utama yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh
eksternal auditor atas permintaan klien. Hasil audit akan disajikan
dalam bentuk tertulis yang disebut laporan auditor independen.
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian
bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial
maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-
kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria
20
yang ditentukan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti
manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah. Ukuran
kesesuaian audit kepatuhan adalah ketepatan misalnya ketepatan
SPT-Tahunan dengan undang-undang pajak penghasilan. Hasil
audit kepatuhan tersebut biasanya disampaikan kepada pihak yang
menentukan kriteria tersebut.
c. Audit Operasional
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian
bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas,
maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi adalah
perbandingan antara masukan dengan keluaran, sedangkan
efektivitas adalah perbandingan antara keluaran dengan target yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian yang menjadi tolak ukur atau
kriteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran, dan
standar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Audit Report Lag
Audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal penutupan tahun buku/akhir tahun fiskal hingga
tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Lamanya waktu
penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi
tersebut untuk dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar
21
terhadap kelambatan informasi dan mempengaruhi ketidakpastian
keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Oleh
karena itu ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi
laporan auditan (Parwati dan Suhardjo, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menunjukkan bahwa audit report lag yang terjadi di Indonesia rata-
rata 85 hari. Rata-rata audit report lag di Indonesia ini tergolong lebih
panjang bila dibandingkan dengan di luar negeri, misalnya audit
report lag di Kanada lebih pendek yaitu lebih cepat 21,95 hari
dibandingkan dengan Indonesia (Halim, 2000 dalam Utami, 2006).
Sedangkan di Malaysia memiliki audit report lag dengan rata-rata
102,05 hari (Indriyani dan Supriyati, 2012 dalam Putri, 2014). Untuk
di Indonesia sendiri memiliki audit report lag dengan rata-rata 78,78
hari (Andika, 2015).
Jadi lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi
ketepatan waktu informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga
berdampak pada reaksi pasar terhadap kelambatan informasi dan
mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada
informasi yang dipublikasikan.
Untuk itu berdasarkan keputusan Bapepam Nomor: KEP-
431/BL/2012 tentang “Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau
Perusahaan Publik” menyatakan bahwa bagi setiap perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib menyampaikan
22
laporan tahunan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan selambat-
lambatnya empat bulan setelah tahun buku berakhir. Peraturan ini
mulai berlaku pada awal tahun 2013. Perusahaan yang melebihi batas
yang telah ditentukan Bapepam diperhitungkan sebagai keterlambatan
penyampaian laporan keuangan perusahaan ke publik.
Dengan ini menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Putri
(2014) menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan
antara lain:
a. Preliminary lag.
Yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
b. Auditor’s report lag.
Yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal laporan auditor ditandatangani.
c. Total lag.
Yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan tingkat besar kecil perusahaan
yang ditentukan berdasarkan sebuah ukuran yang dapat dinilai
(Permatasari, 2012 dalam Andika, 2015). Ukuran Perusahaan dapat
didefinisikan sebagai suatu skala di mana besar kecil perusahaan
23
dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan
dalam total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain (Dewangga,
2015). Untuk itu ukuran perusahaan dapat dinilai dari total aset
yang di miliki perusahaan, aset merupakan sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan baik yang didanai dengan modal sendiri
ataupun dengan utang, yang merupakan hasil dari peristiwa masa
lalu dan diharapkan memberikan manfaat di masa depan. Apabila
klien merupakan perusahaan kecil, maka audit cukup dilakukan
oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit
yang tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak
begitu besar. Namun apabila perusahaan yang diaudit adalah
perusahaan besar, apalagi kalau perusahaan raksasa dengan ratusan
anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dalam jumlah banyak,
waktu pengerjaan audit yang berbulan-bulan, dan honorarium audit
yang sangat tinggi (Setyorini, 2008 dalam Dewangga, 2015).
Maka perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar
melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki aset yang lebih kecil. Mereka berargumen bahwa
perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki
lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan
sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian
intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan
sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk
24
melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik
(Febriyanti, 2011). Juga manajemen perusahaan yang berada di
perusahaan dengan jumlah nilai aset yang sangat besar harus
insentif untuk mengurangi terjadinya audit report lag atau audit
delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor
secara ketat oleh investor dan pengawas permodalan dari
pemerintah, karena pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap
informasi yang termuat dalam laporan keuangan (Dyer dan Mc
Hugh, 1975 dalam Kartika, 2011).
Menurut Machfoedz (1994:56), menjelaskan bahwa ukuran
perusahaan terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
1) Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan,
serta memiliki hasil penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
2) Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki
kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan,
serta memiliki hasil penjualan kurang dari Rp 1-50
Milyar/tahun.
3) Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan, serta memiliki hasil penjualan minimal Rp 1
Milyar/tahun.
25
Alasan penulis memilih ukuran perusahaan sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi audit report lag karena untuk
membuktikan apakah perusahaan perbankan dengan jumlah aset
yang lebih dari Rp 1.000.000.000.000,00 (1 triliyun rupiah) itu
dapat mempersingkat audit report lag.
b. Opini Auditor
Menurut Abdul Halim (1997:63), menjelaskan ada lima jenis
opini atau pendapat yang dapat diberikan oleh auditor yaitu:
i. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
Pendapat ini dapat diberikan oleh auditor apabila audit telah
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing,
penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu
yang memerlukan bahasa penjelas.
ii. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas yang
Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku.
Pendapat ini diberikan apabila auditor telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, tetapi
terdapat beberapa keadaan atau kondisi tertentu yang
memerlukan bahasa penjelas. Hal ini disebabkan:
1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain, auditor harus menjelaskan hal ini dalam
26
paragraf pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggung
jawab dalam pelaksanaan audit.
2. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan
oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang
terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan para pemakai
laporan keuangan auditan. Auditor harus menjelaskan
penyimpangan yang dilakukan berikut taksiran pengaruh
maupun alasannya penyimpangan dilakukan dalam satu
paragraf khusus.
3. Laporan keuangan dipengaruhi oleh keditakpastian yang
material.
4. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
5. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip dan metode akuntansi.
iii. Pendapat Wajar dengan Pengecualian.
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis
pendapat ini diberikan apabila:
a) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan
dari prinsip akuntansi berlaku umum yang berdampak
27
material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa
pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan
dalam prinsip akuntansi.
Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu
paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.
iv. Pendapat Tidak Wajar.
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
v. Penyataan Tidak Memberikan Pendapat.
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak
diberikan apabila:
1. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material, baik
oleh klien maupun karena kondisi tertentu.
2. Auditor tidak independen terhadap klien.
Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor yakin
bahwa terdapat penyimpangan yang material dari prinsip
akuntansi berlaku umum.
Jadi auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit
yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-
temuannya. Umumnya perusahaan yang tidak menerima jenis opini
wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit report lag atau
28
audit delay yang lebih panjang dibandingkan perusahaan yang
menerima opini wajar tanpa pengecualian, selain itu perusahaan
yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap
sebagai kabar buruk sehingga penyampaian laporan keuangan akan
diperlambat (Iskandar dan Estralita, 2010).
Alasan penulis memilih opini auditor sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi audit report lag karena opini auditor sebagai
pengukur keberhasilan perusahaan dalam mengelola manajemen
dan keuangan, jadi untuk membuktikan apakah faktor opini auditor
berpengaruh terhadap audit report lag.
c. Profitabilitas
Pofitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan
asset, maupun laba dan modal sendiri (Deanta, 2006 dalam
Indriani, 2014). Profitabilitas menunjukkan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan
dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan
efektivitas perusahaan, karena laba yang dihasilkan di masa
mendatang merupakan salah satu informasi yang penting bagi
investor sebagai dasar keputusan investasi (Lianto dan Kusuma
2010, dalam Putri, 2014).
Menurut Andika (2015) perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas tinggi atau rendah akan menyampaikan informasi
29
tersebut secara tepat waktu. Hal ini disebabkan bahwa perusahaan
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus melaporkan
laporan keuangannya secara tepat waktu sesuai peraturan
BAPEPAM. Baik itu informasi good news atau bad news bagi
investor informasi tersebut harus disampaikan tepat waktu agar
investor dapat mengambil keputusan yang diperlukan.
Alasan penulis memilih profitabilitas sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap audit report lag karena untuk
membuktikan apakah faktor profitabilitas dapat mempersingkat
waktu audit report lag.
d. Solvabilitas
Menurut Munawir (1993:32), solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Tingkat solvabilitas menunjukan resiko perusahaan sehingga
berdampak pada ketidakpastian harga saham, bila tingkat
solvabilitas tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam
mengembalikan pinjaman juga akan tinggi, demikian pula
sebaliknya (Indriani, 2014). Ukuran solvabilitas diproksikan
dengan membandingkan total kewajiban pada total aset yang
dimiliki perusahaan dalam istilah lain yaitu debt to asset ratio,
tingginya debt to asset ratio mencerminkan tingginya resiko
30
keuangan perusahaan, tingginya resiko ini menunjukkan adanya
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi
kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga
(Dewangga, 2015).
Dengan adanya debt to assets ratio mengindikasikan
kesehatan dari perusahaan. Proporsi debt to assets ratio yang tinggi
akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan
meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan
keuangan kurang dapat dipercaya. Dalam mengaudit hutang juga
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
mengaudit modal, sehingga mengaudit utang lebih melibatkan
banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal.
Dengan demikian Solvabilitas yang diukur dengan total debt to
total assets ratio dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit
(Yugo Trianto, 2016 dalam Indriani, 2014).
Alasan penulis memilih solvabilitas sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap audit report lag karena untuk
membuktikan apakah faktor solvabilitas dapat memperpanjang
waktu audit report lag.
e. Komite Audit
Kondisi perusahaan secara internal dipengaruhi oleh komite
audit sesuai dengan peraturan Bapepam dengan surat edaran No.
SE-03/PM/2000 dinyatakan bahwa setiap perusahaan publik wajib
31
membentuk komite audit dengan anggota minimal tiga orang yang
diketuai satu orang komisaris independen dan dua orang dari luar
perusahaan yang independen terhadap perusahaan (Wijaya dan
Wirakusuma, 2017).
Kalbers & Fogarty (1993) dalam Rahayu (2011)
menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan komite
audit dalam menjalankan tugasnya yaitu:
1) Kewenangan formal dan tertulis
2) Kerjasama manajemen.
3) Kualitas atau kompetensi para anggota komite audit.
Dalam peraturan No. IX.I.5 tentang “Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit” lampiran keputusan
ketua BAPEPAM No: Kep-41/PM/2003, komite audit didefinisikan
sebagai komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah satu tugasnya
antara lain meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan
keuangan. Hal ini dilakukan dengan cara:
1) Mengawasi proses pelaporan termasuk sistem pengendalian
internal dan penggunaan prinsip akuntansi berlaku umum.
2) Mengawasi proses audit secara keseluruhan.
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa komite audit memiliki
kontribusi pada pelaporan keuangan, yaitu:
1) Berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat.
32
2) Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat.
3) Berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan
ilegal.
Jadi dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit
diharapkan dapat membantu proses audit yang dilakukan oleh
auditor, dan dapat mempercepat penyelesaian laporan keuangan
auditan (Rahayu, 2011).
Alasan penulis memilih komite audit sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi audit report lag karena komite audit bertugas
untuk membantu auditor dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan sehingga mempersingkat waktu audit report lag.
f. Laba/Rugi
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu
badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul
dari pendapatan atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering
digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan
deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).
33
Menurut Suwardjono (2008:464) laba dimaknai sebagai
imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini
berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya
yang dimaksud adalah jumlah yang melekat pada kegiatan
produksi dan penyerahan barang/ jasa).
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi
bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh
karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti
profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,
ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).
Perusahaan yang mengalami laba akan melakukan proses
audit yang lebih cepat dibanding perusahaan yang mengalami rugi,
karena perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada
alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan bahkan
cenderung untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan
auditan, karena perusahaan yang mengalami laba akan membuat
investor menjadi senang dan calon investor akan tertarik untuk
membeli saham sehingga akan menyebabkan kenaikan harga
saham. Sebaliknya perusahaan yang menderita kerugian akan
berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan,
sehingga auditor akan berhati-hati selama proses audit dalam
merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut
34
disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen
(Kartika, 2011).
Alasan penulis memilih laba/rugi sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi audit report lag karena laba/rugi merupakan faktor
dalam menentukan cepat atau lambatnya perusahaan
menyampaikan laporan keuangan auditan ke Bursa Efek Indonesia.
g. Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Menurut Abdul Halim
(1997:15), jasa yang diberikan oleh suatu Kantor Akuntan Publik
(KAP) yaitu:
1) Jasa Atestasi.
Termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan
keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif,
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma,
review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi
lainnya.
2) Jasa Nonatestasi.
Termasuk di dalamnya adalah jasa yang berkaitan dengan
akuntansi, perpajakan, dan konsultasi manajemen.
35
Untuk itu pada hal pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan, KAP hanya dapat melakukan paling lama untuk enam
tahun buku berturut-turut.
Menurut Wikipedia dalam situsnya
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_akuntan_publik?veaction=edit
§ion=2 menjelaskan Badan usaha KAP dapat berbentuk:
1) Perseorangan yang hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh
seorang akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai
pimpinan.
2) Persekutuan perdata atau persekutuan firma yang hanya dapat
didirikan oleh paling sedikit dua orang akuntan publik dan/atau
75% dari seluruh sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing
sekutu disebut rekan dan salah seorang sekutu bertindak sebagai
pemimpin rekan.
3) Bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi
akuntan publik yang diatur dalam undang-undang.
Untuk itu ukuran KAP dibedakan menjadi kantor akuntan
publik yang masuk ke dalam the big four dan kantor akuntan publik
yang masuk ke dalam non the big four. Dimana KAP golongan the
big four cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan tugas audit
yang mereka terima dan mengeluarkan pendapat yang mendukung
kelangsungan perusahaan. KAP yang masuk golongan the big four
lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dan
36
mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki
kemampuan teknis untuk mendeteksi kelangsungan perusahaan,
KAP besar cenderung menyajikan audit yang lebih cepat
dibandingkan dengan kantor akuntan publik non the big four
karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Prabandi
dan Rustiana, 2007 dalam Indriani, 2014).
Maka menurut Wikipedia dalam situsnya
https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Besar_(firma_audit)
menyebutkan KAP yang masuk golongan the big four dalam data
terakhir adalah:
1) KAP Deloitte Touche Tohmatsu.
2) KAP Pricewaterhouse Coopers.
3) KAP Ernst & Young.
4) KAP KPMG.
Jadi KAP yang masuk golongan the big four yang disebutkan di
atas adalah KAP internasional terbesar yang menangani mayoritas
pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan
tertutup.
Untuk pendapatan dari jasa yang diberikan oleh KAP the big
four, maka dapat dilihat sebagai berikut:
1) Data terakhir tahun 2017 bahwa KAP Deloitte Touche Tohmatsu
memiliki pendapatan sebesar US$ 38,8 billiun (Sumber:
https://www2.deloitte.com/global/en/pages/about-
37
deloitte/articles/global-revenue-
announcement.html?id=gx:2sm:3fb:4GR2016:5awa:6About%20
Deloitte:20160907100130::Global&linkId=28466974).
2) Data terakhir tahun 2017 bahwa KAP Pricewaterhouse Coopers
memiliki pendapatan sebesar US$ 37,7 billiun (Sumber:
https://www.pwc.com/gx/en/about/global-annual-review-
2017.html)
3) Data terakhir tahun 2016 bahwa KAP Ernst & Young memiliki
pendapatan sebesar US$ 29,6 biliun (Sumber:
http://www.ey.com/gl/en/newsroom/news-releases/news-ey-
reports-record-global-revenues-in-2016-up-by-9-percent)
4) Data terakhir tahun 2016 bahwa KAP KPMG memiliki
pendapatan sebesar US$ 25,42 biliun (Sumber:
https://home.kpmg.com/content/dam/kpmg/iar/international-
annual-review-2016.pdf)
Dari data di atas membuktikan bahwa KAP the big four memiliki
pendapatan yang sangat besar yang berasal dari jasa yang diberikan
kepada klien perusahaan di seluruh dunia. Untuk jasa yang
diberikan dapat berupa:
1) Audit.
2) Advisory.
3) Tax.
38
Alasan penulis memilih Ukuran KAP sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi audit report lag karena ukuran KAP yang
didalamnya terdiri dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
faktor dalam keberhasilan menyelesaikan audit laporan keuangan
perusahaan.
h. Jenis Perusahaan
Perusahaan dalam upayanya mencari laba harus berani
mengambil menaggung resiko (dalam arti resiko kerugian). Atas
dasar itu perusahaan dapat mengalami keuntungan dan menderita
kerugian. Hal ini tidak berlaku pada lembaga-lembaga yang
operasinya ditujukan untuk kepentingan umum dan bukan untuk
mencari laba.
Untuk perusahaan skala besar lebih sulit untuk di pantau
sehingga membutuhkan coporate governance yang lebih baik,
berbeda dengan perusahaan kecil lebih banyak membutuhkan dana
eksternal atau dana dari luar dan membutuhkan corporate
governance yang baik (Indriani, 2014). Corporate governance
menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-
MBU/2002 adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
suatu organisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
39
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya yang
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Untuk perusahaan yang bergerak di sektor keuangan
mempunyai audit report lag lebih pendek daripada jenis
perusahaan lain, hal ini disebabkan karena perusahaan yang
bergerak di sektor keuangan tidak mempunyai saldo persediaan
yang cukup signifikan sehingga audit yang diperlukan tidak
memerlukan waktu yang cukup lama. Disamping itu aktiva yang
dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah dalam
pengukurannya dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik
seperti persediaan dan aktiva tetap (Utami, 2006).
Alasan penulis tidak memasukan jenis perusahaan sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag karena penulis
mengambil studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di perusahaan perbankan, maka jenis perusahaan tidak perlu
penulis ambil untuk faktor yang mempengaruhi audit report lag.
i. Kompleksitas Operasi Perusahaan
Kompleksitas suatu organisasi atau operasi merupakan akibat
dari pembentukan departemen-departemen dan pembagian
pekerjaan yang memiliki fokus terhadap jumlah unit yang berbeda,
ketergantungan yang semakin kompleks terjadi apabila organisasi
dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan
masalah manajerial sehingga organisasi menjadi lebih rumit
40
(Martius, 2012:12 dalam Sutamat, 2017). Tingkat kompleksitas
operasi sebuah perusahaan yang bergantung pada jumlah dan
lokasi unit operasinya (cabang), anak perusahaan yang dimiliki,
serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya yang lebih cenderung
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi audit report lag (Widosari, 2012).
Alasan penulis tidak memasukan kompleksitas operasi
perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi audit report
lag karena kompleksitas operasi diwakili oleh ukuran perusahaan
karena pada saat perusahaan perbankan diaudit maka laporan
keuangan perusahaan anak dan perusahaan induk digabung untuk
diaudit laporan keuangan.
j. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, untuk itu
perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki
risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal
bayar atas utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan,
tingginya tingkat likuiditas perusahaan menggambarkan bahwa
kinerja perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga
perusahaan dapat dengan cepat dalam menyampaikan laporan
keuangan perusahaan (Andika, 2015).
41
perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi
menunjukan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya, tingkat likuiditas
yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki kinerja yang baik,
sehingga pihak manajemen meminta auditor lebih cepat dalam
menyelesaikan audit terhadap laporan keuangan dan
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu (Sulistyo,
2010).
Menurut Sudana (2011:21), rumus untuk mencari rasio
likuiditas adalah sebagai berikut:
Alasan penulis tidak memasukan likuiditas sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi audit report lag karena faktor likuiditas
lebih condong ke kinerja keuangan perusahaan, bukan faktor yang
mempengaruhi audit report lag. Karena faktor likuiditas sendiri
adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola kas.
k. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga pasar saham, harga
pasar saham menunjukan harga yang bersedian dibayar oleh
investor. Harga pasar saham dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
Harga saham cenderung lebih tinggi pada saat perusahaan memiliki
kesempatan untuk berinvestasi mengingat hal tersebut akan
42
meningkatkan pendapatan pemegang saham, harga saham yang
tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi (Purnamasari, 2015).
Menurut Sitepu (2015), menjelaskan bahwa ada indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan antara
lain:
1) Price Earning Ratio (PER).
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan berapa banyak
jumlah uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk
membayar setiap dolar laba yang dilaporkan, kegunaannya
adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
perusahaan yang dicerminkan oleh Earning Per Share (EPS).
2) Tobin’s Q.
Tobin’s Q ditemukan oleh seorang pemenang hadiah nobel
dari Amerika Serikat yaitu James Tobin. Tobin’s Q adalah nilai
pasar dari aset perusahaan dengan biaya penggantinya. Menurut
konsepnya Tobin’s Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar
terhadap nilai buku karena rasio ini fokus pada berapa nilai
perusahaan saat ini secara relatif terhadap berapa biaya yang
dibutuhkan untuk menggantinya saat ini. Dalam praktiknya
Tobin’s Q sulit untuk dihitung dengan akurat karena
memperkirakan biaya penggantian atas aset sebuah perusahaan
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
43
3) Price to Book Value (PBV).
Komponen penting lain yang harus diperhatikan dalam
analisis kondisi perusahaan adalah Price to Book Value (PBV).
Price to Book Value (PBV) yang tinggi akan membuat pasar
percaya atas prospek perusahaan kedepan, hal ini juga yang
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai
perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Maka rumusnya sebagai berikut:
Jadi semakin besar nilai perusahaan maka semakin besar
kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan untuk
menjaga kepercayaan tersebut perusahaan akan meminta pihak
auditor untuk mempercepat waktu penyelesaian laporan audit
(Hartono, 2015).
Alasan penulis tidak memasukan nilai perusahaan sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag karena nilai
perusahaan lebih condong ke kinerja keuangan perusahaan, bukan
faktor yang mempengaruhi audit report lag. Nilai perusahaan
sendiri diukur berdasarkan nilai pasar saham.
l. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu
perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap ada,
mampu bersaing dalam dunia usaha, mampu mempertahankan
44
kesinambungan usahanya, serta merupakan bagian dari
dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut.
Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor
dalam menanamkan modalnya, umur perusahaan mencerminkan
perusahaan tetap bertahan dan menjadi bukti bahwa perusahaan
mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada
dalam perekonomian (Dewangga, 2015).
Umur perusahaan diperkirakan dapat mempengaruhi lamanya
audit report lag, karena semakin lama suatu perusahaan berdiri
biasanya semakin banyak melakukan pengembangan dengan
membuka cabang-cabang baru, hal tersebut akan membuat laporan
keuangan semakin kompleks dan akan berpengaruh terhadap
lamanya waktu penyelesaian audit (Saemargani, 2015).
Alasan penulis tidak memasukan umur perusahaan sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag karena faktor
umur perusahaan lebih condong ke penawaran saham perdana,
bukan faktor yang mempengaruhi audit report lag. Umur
perusahaan diukur sejak penawaran saham perdana di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
m. Pergantian Auditor
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.359/KMK.06/2003 menyatakan bahwa perusahaan diharuskan
melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sudah
45
mendapatkan penugasan audit selama lima tahun berturut-turut.
Ketentuan mengenai akuntan publik diperbarui dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan ini
mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) maksimal enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik maksimal tiga tahun buku berturut-turut.
Putusnya hubungan kerjasama perusahaan dengan auditor
yang lama dan mengangkat auditor yang baru mengharuskan
auditor yang baru berkomunikasi dengan auditor sebelumnya,
mengidentifikasi alasan klien, dan mendapatkan kesepahaman
dengan perusahaan. Setelah memahami alasan perusahaan untuk
melakukan audit, auditor harus menyusun strategi pengauditan
awal dengan memahami bisnis dan industri klien. Oleh sebab itu
auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan
proses audit (Arens et al., 2011 dalam Tambunan, 2014).
Alasan penulis tidak memasukan pergantian auditor sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag karena faktor
ukuran KAP sudah cukup untuk membuktikan apakah berpengaruh
terhadap audit report lag.
46
5. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai audit report lag telah dilakukan
oleh para peneliti terdahulu, berikut ini beberapa penelitian audit
report lag yang dilakuakan penelitian terdahulu:
a. Menurut penelitian dari Parwati dan Suhardjo (2009) yang
mengambil data perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag adalah
jenis industri, profitabilitas, dan ukuran KAP. Sedangkan laba/rugi,
opini auditor, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
audit report lag.
b. Menurut penelitian dari Rahayu (2011) yang mengambil data
perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2006-2008. Bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag adalah laba/rugi, KAP big four, dan opini auditor.
Sedangkan ukuran perusahaan dan keberadaan komite audit tidak
berpengaruh terhadap audit report lag.
c. Menurut penelitian dari Tambunan (2014) perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011. Bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag adalah
ukuran kantor akuntan publik. Sedangkan opini audit dan
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
47
d. Menurut penelitian dari Dewangga (2015) yang mengambil data
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2013. Bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag adalah ukuran perusahaan, opini auditor, dan umur
perusahaan. Sedangkan profitabilitas, solvabilitas, dan spesialisasi
industri auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
e. Menurut penelitian dari Hartono (2015) yang mengambil data
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit report lag adalah ukuran perusahaan,
nilai perusahaan, dan opini auditor. Sedangkan ukuran KAP tidak
berpengaruh terhadap audit report lag.
f. Menurut penelitian dari Lestari (2015) yang mengambil data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2013. Bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag adalah solvabilitas, opini audit, dan ukuran KAP.
Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.
g. Menurut penelitian dari Rahmawati dan Suryono (2015) yang
mengambil data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2013. Bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit report lag adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan kompleksitas operasi. Sedangkan solvabilitas,
48
opini auditor, dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit
report lag.
h. Menurut penelitian dari Dura (2017) yang mengambil data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2015. Bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag adalah profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan.
Untuk itu ringkasan hasil penelitian yang berkaitan dengan audit
report lag yang dilakukan para peneliti terdahulu dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu tentang Audit Report Lag
No Nama
Peneliti
Judul Variabel
Penelitian
Hasil
1 Parwati
dan
Suhardjo
(2009)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Audit Report
Lag
Jenis Industri
Profitabilitas
Laba/Rugi
Opini
Auditor
Ukuran
Perusahaan
Ukuran KAP
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
jenis industri,
profitabilitas, dan
ukuran KAP.
Sedangkan laba/rugi,
opini auditor, dan
ukuran perusahaan
49
tidak berpengaruh
terhadap audit report
lag.
2 Rahayu
(2011)
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Audit Delay
pada
Perusahaan
Nonkeuangan
di Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2006-
2008
Laba Rugi
Komite Audit
Opini
Auditor
KAP Big
Four
Ukuran
Perusahaan
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
laba/rugi, keberadaan
komite audit, dan opini
auditor. Sedangkan
ukuran perusahaan dan
KAP big four tidak
berpengaruh terhadap
audit report lag.
3 Tambunan
(2014)
Pengaruh
Opini Audit,
Pergantian
Auditor, dan
Ukuran Kantor
Akuntan
Publik
Terhadap
Opini Audit
Pergantian
Auditor
Ukuran
Kantor
Akuntan
Publik
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
ukuran kantor akuntan
publik. Sedangkan
faktor-faktor yang
tidak berpengaruh
terhadap audit report
50
Audit Report
Lag (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia)
lag adalah opini audit
dan pergantian auditor.
4 Dewangga
(2015)
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
terhadap Audit
Report Lag
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Opini
Auditor
Spesialisasi
Industri
Auditor
Umur
Perusahaan
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
ukuran perusahaan,
opini auditor, dan
umur perusahaan.
Sedangkan
profitabilitas,
solvabilitas, dan
spesialisasi industri
auditor tidak
berpengaruh terhadap
audit report lag.
5 Hartono
(2015)
Pengaruh
Ukuran
Ukuran
Perusahaan
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
51
Perusahaan,
Nilai
Perusahaan,
Ukuran KAP,
dan Opini
Audit terhadap
Audit Report
Lag pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor Barang
Konsumsi
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
(BEI) Periode
2011-2013
Nilai
Perusahaan
Ukuran KAP
Opini
Auditor
audit report lag adalah
ukuran perusahaan,
nilai perusahaan, dan
opini auditor.
Sedangkan faktor-
faktor yang tidak
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
ukuran KAP.
6 Lestari
(2015)
Pengaruh
Solvabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Opini Audit
dan Ukuran
Solvabilitas
Ukuran
Perusahaan
Opini Audit
Ukuran KAP
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
solvabilitas, opini
audit, dan ukuran
KAP. Sedangkan
52
KAP Terhadap
Audit Report
Lag (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI Periode
2011-2013)
faktor-faktor yang
tidak berpengaruh
terhadap audit report
lag adalah ukuran
perusahaan.
7 Rahmawati
dan
Suryono
(2015)
Pengaruh
Faktor Internal
dan Eksternal
Perusahaan
Terhadap
Audit Delay
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kompleksitas
Operasi
Opini
Auditor
Ukuran
Kantor
Akuntan
Publik (KAP)
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan
kompleksitas operasi.
Sedangkan faktor-
faktor yang tidak
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
solvabilitas, opini
auditor, dan ukuran
KAP.
8 Dura Pengaruh Profitabilitas Faktor-faktor yang
53
(2017) Profitabilitas,
Likuiditas,
Solvabilitas,
dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Audit Report
Lag pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
(Studi Kasus
pada Sektor
Manufaktur)
Likuiditas
Solvabilitas
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh terhadap
audit report lag adalah
profitabilitas,
likuiditas, solvabilitas,
dan ukuran
perusahaan.
B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag
Ukuran perusahaan adalah besarnya nilai perusahaan yang dapat
diukur berdasarkan jumlah aset atau aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan, karena aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan
untuk aktivitas operasional perusahaan. Untuk itu perusahaan yang
memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan
54
dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Karena
perusahaan yang memiliki jumlah aset yang besar memiliki lebih
banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem
informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern
yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan
masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk
melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik
(Febriyanti, 2011).
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Dewangga (2015) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit
report lag karena semakin besar ukuran perusahaan semakin cepat
audit report lag. Serta penelitian dari Hartono (2015), Rahmawati dan
Suryono (2015), dan Dura (2017) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Dari
uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Negatif terhadap Audit
Report Lag.
2. Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Report Lag
Opini auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor
setelah menyelesaikan pemeriksaan terhadap laporan keuangan
perusahaan. Umumnya perusahaan yang tidak menerima jenis opini
wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit report lag atau
audit delay yang lebih panjang dibandingkan perusahaan yang
55
menerima opini wajar tanpa pengecualian, selain itu perusahaan yang
menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai
kabar buruk sehingga penyampaian laporan keuangan akan
diperlambat (Iskandar dan Estralita, 2010).
Hal ini sesuai dengan penelitian dari dari Dewangga (2015)
yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh terhadap audit
report lag karena perusahaan yang menerima opini wajar tanpa
pengecualian maka semakin cepat audit report lag. Serta penelitian
dari Rahayu (2011), Hartono (2015), dan Lestari (2015) menyatakan
bahwa opini auditor berpengaruh signifikan terhadap audit report lag.
Dari uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H2 : Opini Auditor Berpengaruh Negatif terhadap Audit Report
Lag.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag
Profitablitas adalah kemampuan memperoleh laba adalah suatu
ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana
perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat
diterima. Untuk itu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
tinggi atau rendah akan menyampaikan informasi tersebut secara tepat
waktu. Hal ini disebabkan bahwa perusahaan yang telah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia harus melaporkan laporan keuangannya secara
tepat waktu sesuai peraturan BAPEPAM (Andika, 2015).
56
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Parwati dan Suhardjo
(2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
audit report lag karena profitabilitas merupakan indikator yang
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, sehingga perusahaan tidak akan menunda pelaporan
keuangan ke publik, untuk itu tingkat profitabilitasnya tinggi akan
memperpendek audit report lag. Serta penelitian dari Rahmawati dan
Suryono (2015) dan Dura (2017) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Dari
uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H3 : Profitabilitas Berpengaruh Negatif terhadap Audit Report
Lag.
4. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Report Lag
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajibannya, sehingga solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan
menggunakan seluruh aset atau aktiva yang dimilikinya. Dengan
adanya solvabilitas mengindikasikan kesehatan dari perusahaan.
Proporsi solvabilitas yang tinggi akan meningkatkan kegagalan
perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada
kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Dalam
mengaudit hutang juga memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan mengaudit modal, sehingga mengaudit utang
57
lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit
modal.
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Lestari (2015) dan Dura
(2017) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan
terhadap audit report lag. Dari uraian diatas, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H4 : Solvabilitas Berpengaruh Positif terhadap Audit Report Lag.
5. Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Dalam hal pelaporan
keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah memonitor
dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar
dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang
laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan
kebijksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi
lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu
pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal
(Wijaya dan Wirakusuma, 2017).
Rahayu (2011) menyatakan kontribusi yang diberikan oleh
komite audit diharapkan dapat membantu proses audit yang dilakukan
oleh auditor, dan dapat mempercepat penyelesaian laporan keuangan
58
auditan. Sehingga dari uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H5 : Komite Audit Berpengaruh Negatif terhadap Audit Report
Lag.
6. Pengaruh Laba/Rugi terhadap Audit Report Lag
Perusahaan yang mengalami laba akan melakukan proses audit
yang lebih cepat dibanding perusahaan yang mengalami rugi, karena
perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk
menunda penerbitan laporan keuangan auditan bahkan cenderung
untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan, karena
perusahaan yang mengalami laba akan membuat investor menjadi
senang dan calon investor akan tertarik untuk membeli saham
sehingga akan menyebabkan kenaikan harga saham. Sebaliknya
perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat
penerbitan laporan keuangan auditan, sehingga auditor akan berhati-
hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah
kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau
kecurangan manajemen (Kartika, 2011).
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Rahayu (2011) yang
menyatakan bahwa laba/rugi berpengaruh terhadap audit report lag
karena perusahaan yang mengalami rugi akan memperpanjang audit
delay, sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
H6 : Laba/Rugi Berpengaruh terhadap Negatif Audit Report Lag.
59
7. Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Report Lag
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan
publik dalam memberikan jasanya. Untuk itu dalam ukuran besarnya
KAP dibedakan menjadi dua yaitu KAP yang masuk golongan the big
four dan KAP yang tidak masuk golongan the big four. Jadi KAP
golongan the big four cenderung menyajikan audit yang lebih cepat
dibandingkan dengan kantor akuntan publik non the big four karena
mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Prabandi dan
Rustiana, 2007 dalam Indriani, 2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Parwati dan Suhardjo
(2009) yang menyatakan bahwa ukuran berpengaruh terhadap audit
report lag karena perusahaan yang mengunakan KAP the big four
maka proses audit report lag akan lebih cepat daripada perusahaan
yang tidak menggunakan KAP non the big four, hal ini terkait dengan
reputasi besar dari kantor akuntan tersebut serta KAP the big four
memilki sumber daya yang lebih banyak dan lebih professional yang
mana bahwa KAP the big four menghasilkan kualitas audit yang lebih
baik dibandingkan KAP non the big four. Serta penelitian dari
Tambunan (2014) dan Lestari (2015) yang menyatakan bahwa ukuran
KAP berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. Dari
uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
60
H7 : Ukuran KAP Berpengaruh Negatif terhadap Audit Report
Lag.
8. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Profitabilitas,
Solvabilitas, Komite Audit, Laba/Rugi, dan Ukuran KAP Secara
Bersama-Sama Berpengaruh terhadap Audit Report Lag.
Perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan
lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang
lebih kecil karena perusahaan yang memiliki jumlah aset yang besar
memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi
dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem
pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor,
regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan
perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih
cepat ke publik.
Dari segi laporan opini auditor kepada perusahaan yang tidak
menerima jenis opini wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan
audit report lag atau audit delay yang lebih panjang dibandingkan
perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian, selain itu
perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian
dianggap sebagai kabar buruk sehingga penyampaian laporan
keuangan akan diperlambat.
Pada perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
cenderung untuk mempercepat publikasi laporan keuangan ke Bursa
61
Efek Indonesia (BEI) karena sebagai berita baik bagi perusahaan yang
harus diinformasikan ke investor yang mau menanamkan modal ke
perusahaan.
Sedangakan perusahaan yang mengalami solvabilitas yang
tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor
akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan
keuangan kurang dapat dipercaya, sehingga mempengaruhi lamanya
publikasi laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk perusahaan yang membentuk komite audit bertujuan
untuk membantu proses audit yang dilakukan oleh auditor, dan dapat
mempercepat penyelesaian laporan keuangan perusahaan.
Jika perusahaan mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan
untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan bahkan
cenderung untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan,
sedangkan jika perusahaan mengalami kerugian cukup besar maka
perusahaan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan
perusahaan sehingga auditor berhati-hati selama proses audit laporan
keuangan yang mana kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan
finansial atau kecurangan manajemen.
Dan KAP yang mengaudit laporan keuangan perusahaan masuk
golongan the big four, maka cenderung melakukan audit yang lebih
cepat dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang bukan the big
62
four karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan dan staf-
staf auditor yang berpengalaman.
Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H8 : Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Profitabilitas,
Solvabilitas, Komite Audit, Laba/Rugi, dan Ukuran KAP
Berpengaruh Secara Bersama-Sama Terhadap Audit Report Lag.
C. Pradigma Penelitian
H1 (-)
H2 (-)
H3 (-)
H4 (+)
H 5 (-)
H 6 (-)
H7 (-)
Keterangan:
= Pengaruh secara parsial variabel X terhadap variabel Y.
= Pengaruh secara simultan variabel X terhadap variabel Y.
Ukuran Perusahaan
Opini Auditor
Profitabilitas
Solvabilitas
Komite Audit
Laba/Rugi
Ukuran KAP
Audit Report Lag