AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT...

78
1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) YANG DIEKSTRAK DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE) DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sanguineus) TESIS Oleh: RAHMAT YULIANDRI NIM. 156100100111021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA M A L A N G 2 0 1 7

Transcript of AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT...

Page 1: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

1

AKTIVITAS ANTIBAKTERI

EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) YANG DIEKSTRAK

DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN KAKAP MERAH

(Lutjanus sanguineus)

TESIS

Oleh:

RAHMAT YULIANDRI

NIM. 156100100111021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

M A L A N G

2 0 1 7

Page 2: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

2

LEMBAR PENGESAHAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI

EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) YANG DIEKSTRAK

DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN KAKAP MERAH

(Lutjanus sanguineus)

TESIS

Oleh:

Nama Mahasiswa : Rahmat Yuliandri NIM : 156100100111021 Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Menyetujui KOMISI PEMBIMBING

Ketua Anggota

(Dr. Erryana Martati, STP., MP.) (Agustin K. Wardani, STP., MSi., PhD.)

Mengetahui Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

( Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP.)

Page 3: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

3

JUDUL :

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT

(Myrmecodia pendans) YANG DIEKSTRAK

DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

DAN APLIKASINYA SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN KAKAP MERAH

(Lutjanus sanguineus)

Nama Mahasiswa : Rahmat Yuliandri

NIM : 156100100111021

Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

KOMISI PEMBIMBING :

Ketua : Dr. Erryana Martati, STP., MP.

Anggota : Agustin Krisna Wardani, STP., MSi., PhD.

TIM DOSEN PENGUJI :

Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Joni Kusnadi, M.Si

Dosen Penguji 2 : Dr. Ir. Aji Sutrisno, M.Sc

Tanggal Ujian : 8 Agustus 2017

SK Penguji : …………………………

Page 4: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayatNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis dengan judul:

“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans)

yang Diekstrak dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dan

Aplikasinya Sebagai Antibakteri pada Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus)”.

Judul di atas dilatarbelakangi oleh adanya kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki oleh penduduk Papua dalam memanfaatkan sumber daya alamnya.

Kelebihan yang dimiliki mereka yaitu kekayaan sumber daya alam yang

diantaranya berupa ikan dan sarang semut, sedangkan kekurangannya yaitu

jauhnya jarak dalam memasarkan ikan tersebut. Dengan memanfaatkan sarang

semut untuk memperpanjang umur simpan ikan segar, diharapkan akan menjadi

solusi bagi proses pemasaran ikan di Papua.

Penulis Menyampaikan syukur kepada Allah SWT, terima kasih kepada

kedua orang tua penulis, Ibu Dr. Erryana Martati, STP., MP. dan Ibu Agustin

Krisna Wardani, STP., M.Si., PhD., yang telah meluangkan waktunya untuk

pembimbingan ini, serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian

Tesis ini, serta Instansi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah

memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan tugas belajar ini.

Penulis menyadari akan beberapa keterbatasan dari penelitian ini sehingga

saran-saran untuk penyempurnaan model analisis diterima dengan tangan

terbuka dan sebelumnya disampaikan terima kasih.

Malang, 18 Mei 2017

Penulis,

Page 5: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

5

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENELITIAN TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam naskah Penelitian Tesis ini tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di

suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam

naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Penelitian Tesis ini dapat dibuktikan

terdapat unsur-unsur PLAGIASI tesis, saya bersedia Tesis (MAGISTER)

dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Malang,

Rahmat Yuliandri

NIM. 156100100111021

Page 6: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 3 Juli 1982 dari pasangan

Bapak H. Djauhari, S.Sos dan Ibu Eny Yulia. Penulis menamatkan pendidikan di

SDN Sungai Teluk pada tahun 1994, SLTPN 1 Sangkapura pada tahun 1997 dan

SMUN 1 Sangkapura Bawean Gresik pada tahun 2000. Pada tahun 2000 sampai

2004 penulis menjalani pendidikan sebagai taruna Sekolah Tinggi Perikanan

(STP) Jakarta.

Riwayat pekerjaan yang pernah ditekuni yaitu sebagai analis di

Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan Mataram (2005), Kepala

Laboratorium QC di PT. Minatama Sumberbahari Surabaya (2006), Manager QC

di PT. Kelola Mina Laut Gresik (2007-2009) dan Staf Produksi di PT. Indumanis

Gresik (2009-2010). Pada tahun 2010 sampai sekarang, penulis bekerja di

Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Sorong Papua Barat di bawah

Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP). Pada tahun 2015 sampai 2017

menjalani program tugas belajar di Program Magister Teknologi Hasil Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya Malang.

Page 7: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

7

Rahmat Yuliandri. 156100100111021. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tanaman Sarang

semut (Myrmecodia pendans) dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE)

dan Aplikasinya sebagai Antibakteri pada Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus).

Tesis. Pembimbing : Dr. Erryana Martati, STP., MP. dan Agustin Krisna Wardani, STP,

M.Si, Ph.D.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu

ekstraksi dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) sarang semut

(Myrmecodia pendans) terhadap rendemen, total fenol, total flavonoid, total tanin

dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak sarang semut terhadap

Escherichia coli, Listeria monocytogenes dan Vibrio parahaemolyticus.

Selanjutnya ekstrak diaplikasikan pada ikan. Metode penelitian yang digunakan

yaitu Rancangan Acak Lengkap, dengan 2 faktor, yaitu Suhu MAE (50, 60 dan 70

°C) dan waktu MAE (10, 20 dan 30 menit).

Hasil terbaik diperoleh perlakuan pada suhu 70 °C dan waktu 20 menit,

menghasilkan ekstrak sarang semut dengan rendemen, total fenol, total flavonoid

dan total tanin masing-masing secara berurutan adalah 7,83 %, 150,33 ± 8,06

mg GAE/g, 56,12 ± 3,47 mg QE/g dan 20,42 ± 2,77 mg TAE/g. Aktivitas

antibakteri dengan nilai KHM pada Escherichia coli 0,5 mg/ml, Listeria

monocytogenes 0,1 mg/ml dan Vibrio parahaemolyticus 0,5 mg/ml.

Ekstrak dengan perlakuan terbaik tersebut (dengan konsentrasi 0,1 %)

diaplikasikan sebagai bahan perendaman untuk ikankakap merah yang telah

diinokulasi dengan Listeria monocytogenes dan disimpan pada suhu -8 dan 4 °C.

Jumlah Listeria monocytogenes hari ke 45 pada ikan dengan penyimpanan 4 °C

dengan perlakuan perendaman ekstrak yaitu 5,70 log10/g, dan ikan tanpa

perendaman ekstrak yaitu 6,07 log10/g, sedangkan pada penyimpanan -8 °C,

sampel dengan perendaman ekstrak yaitu 4,41 log10/g, dan sampel tanpa

perendaman ekstrak yaitu 4,95 log10/g.

Kata Kunci : KHM, Total Fenol, Total Flavonoid, Total Tanin

Page 8: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

8

Rahmat Yuliandri. 156100100111021. Antibacterial Activity of Sarang Semut

(Myrmecodia pendans) Extract with Microwave Assisted Extraction (MAE) Methods

and this Application as Antibacterial on Red Snapper Fish (Lutjanus sanguineus).

Thesis. Supervisors : Dr. Erryana Martati, STP., MP. and Agustin Krisna Wardani, STP,

M.Si, Ph.D

---------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of temperature and time of

extraction of “sarang semut” using Microwave Assisted Extraction (MAE) to the

yield, total phenol, total flavonoids and total tannins. Extract of “sarang semut” for

Minimum Inhibitory Concentration (MIC) against Escherichia coli, Listeria

monocytogenes and Vibrio parahaemolyticus was also observed. The design

experiment used was completely randomized design, with two factors of

temperature MAE (50, 60 and 70 °C) and time of extraction (10, 20 and 30

minutes).

The best result obtained from the extraction at temperature of 70 °C for 20

minutes, resulting a yield, total phenol, total flavonoids, total tannins are

7.83%,150.33 ± 8. 06 mg GAE / g, 56.12 ± 3. 47 mg QE / g and 20. 42 TAE ±

2.77 mg / g, respectively. The values of MIC (Minimum Inhibitory Concentration)

against Escherichia coli, Listeria monocytogenes and Vibrio parahaemolyticus

are 0.5 mg / ml, 0.1 mg / ml and 0.5 mg / ml, respectively.

Soaking of Snapper fish that has been contaminated with Listeria

monocytogenes in 0.1% extract and stored at -8 and 4 °C. During 45 days on

storage at 4 °C, population of Listeria monocytogenes fish with soaking extract is

5.70 Log10/g, and fish without soaking extract is 6.07 Log10/g. During 45 days

on storage at -8 °C, population of Listeria monocytogenes fish with soaking

extract is 4.41 Log10/g, and fish without soaking extract is 4.95 Log10/g.

Keywords: MIC, Total Phenol, Total Flavonoid, Total Tannin

Page 9: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

9

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................. i IDENTITAS TIM PENGUJI.................................................................. ii KATA PENGANTAR........................................................................... iii DAFTAR ISI......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... v I. PENDAHULUAN..................................................................... 1 1.1. Latar Belakang............................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah....................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian........................................................ 4 II. KAJIAN PUSTAKA................................................................... 5 2.1. Tanaman Sarang Semut............................................. 5 2.1.1. Taksonomi Tanaman Sarang Semut................ 5 2.1.2. Senyawa Fenolik dalam Sarang Semut............. 6

2.2. Ikan Kakap Merah......................................................... 13 2.3. Bakteri Patogen Pada Ikan........................................... 13 2.3.2. Escherichia coli.................................................... 14 2.3.3. Listeria monocytogenes...................................... 14 2.3.4.Vibrio parahaemolitycus ...................................... 16 2.4. Ekstraksi Metode MAE.................................................. 17 2.4.1. Kelebihan Metode MAE...................................... 17 2.4.2. Faktor Penentu Efektifitas MAE.......................... 19 III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS....................... 21 3.1. Kerangka Pikir Penelitian.............................................. 21 3.2. Hipotesis........................................................................ 21 IV. METODE PENELITIAN............................................................ 23 4.1. Bahan-bahan................................................................. 23 4.2. Alat................................................................................. 23 4.3. Metode........................................................................... 23 4.3.1. Ekstraksi Senyawa Antibakteri dengan MAE...... 25 4.3.1. Preparasi Sampel................................... 25 4.3.2. Ekstraksi Sarang Semut (MAE).............. 25 4.3.3. Analisis Rendemen................................. 26 4.3.4. Analisis Total Fenol................................ 26 4.3.5. Analisis Total Flavonoid.......................... 26 4.3.6. Penentuan Total Tanin........................... 27 4.3.7. Penentuan Nilai KHM .............................. 27 4.3.8. Analisis LC-MS........................................ 28 4.3.2. Aplikasi Ekstrak pada Ikan.................................. 28

Page 10: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 30

5.1. Karakteristik Bahan Baku................................................ 30 5.2. Ekstraksi Senyawa Antibakteri dengan MAE................. 31 5.2.1. Rendemen............................................................. 31 5.2.2. Total Fenol............................................................ 33 5.2.3. Total Flavonod...................................................... 36 5.2.4. Total Tanin............................................................ 39 5.2.5. Konsentrasi Hambat Minimum.............................. 41 5.2.6. Korelasi Senyawa Bioaktif denga KHM................ 46 5.2.7. Penentuan Perlakuan Terbaik.............................. 52 5.2.8. Analisa LC-MS ...................................................... 53 5.3. Aplikasi Ekstrak pada Ikan............................................... 55

5. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 58 6.1. Kesimpulan...................................................................... 58 6.2. Saran................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 60 LAMPIRAN............................................................................................... 66

Page 11: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Prosedur Analisis Total Fenol.......................................................... 66 2. Prosedur Analisis Total Flavonoid................................................... 69 3. Prosedur Analisis Total Tanin.......................................................... 70 4. Prosedur Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)........... 71 5. Pengujian Listeria monocytogenes.................................................. 72 6. Analisa Rendemen........................................................................... 73 7. Anova Rendemen Ekstrak etanol.................................................... 74 8. Kurva Standar Asam Galat.............................................................. 75 9. Kurva Standar Kuersetin.................................................................. 76 10. Kurva Standar Asam Tanat............................................................. 77 11. Hasil Analisa Total Fenol................................................................. 78 12. Anova Analisa Total Fenol............................................................... 79 13. Hasil Analisa Total Flavonoid.......................................................... 80 14. Anova Analisa Total Flavonoid........................................................ 81 15. Hasil Analisa Total Tanin................................................................. 82 16. Anova Analisa Total Tanin............................................................... 83 17. Hasil Karakter Rata-rata Ekstrak Sarang Semut............................. 84 18. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Listeria monocytogenes............. 85 19. Kurva Pertumbuhan Listeria monocytogenes.................................. 86 20. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Escherichia coli........................... 87 21. Kurva Pertumbuhan Escherichia coli............................................... 88 22. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus............. 89 23. Kurva Pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus.................................. 90 24. KHM Ekstrak Sarang Semut............................................................ 91 25. Analisa Korelasi Senyawa Bioaktif terhadap KHM......................... 92 26. Penentuan Hasil Terbaik Metode TOPSIS...................................... 96 27. Penentuan Hasil Terbaik Metode Zeleny......................................... 98 28. Anova Jumlah Log Bakteri pada Ikan.............................................. 101 29. Penyetaraan Hasil Ekstrak Perlakuan Terbaik................................ 103 30. Spesifikasi dan Hasil Kromatogram LC-MS..................................... 104 31. Dokumentasi.................................................................................... 107

Page 12: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

12

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil analisa serbuk sarang semut...................................................... 30 2. Rerata rendemen akibat perlakuan suhu............................................ 33 3. Rerata total fenol akibat perlakuan waktu........................................... 36 4. Rerata total flavonoid akibat perlakuan suhu...................................... 38 5. Rerata total tanin akibat perlakuan suhu............................................. 40 6. Rerata total tanin akibat perlakuan waktu........................................... 40 7. Rerata KHM bakteri setiap perlakuan ekstraksi.................................. 43 8. Regresi berganda senyawa bioaktif terhadap E. Coli.......................... 46 9. Regresi berganda senyawa bioaktif terhadap V. Parahaemolyticus... 47 10. Regresi berganda senyawa bioaktif terhadap L. Monocytogenes...... 49 11. Korelasi senyawa bioaktif terhadap ketiga jenis bakteri..................... 50 12. Penentuan perlakuan terbaik............................................................... 53

Page 13: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tumbuhan sarang semut............................................................. 5 2. Klasfikasi fenol............................................................................. 7 3. Struktur cincin flavonoid.............................................................. 10 4. Struktur dasar tanin..................................................................... 11 5. Fosforilasi oksidatif...................................................................... 12 6. Bagian-bagian MAE..................................................................... 18 7. Kerangka pikir penelitian................................................ ............. 22 8. Kerangka operasional................................................................. 24 9. Pengaruh suhu dan waktu MAE terhadap rendemen................ 31 10. Pengaruh suhu dan waktu MAE terhadap total fenol................. 34 11. Pengaruh suhu dan waktu MAE terhadap total flavonoid.......... 37 12. Pengaruh suhu dan waktu MAE terhadap total tanin................. 39 13. Kromatogram LC-MS................................................................... 54 14. Pengaruh perlakuan perendaman daging ikan terhadap jumlah

L.monocytogenes......................................................................... 55

Page 14: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Papua merupakan suatu Pulau yang memiliki sumber daya alam kaya,

beranekaragam dan melimpah, baik sumber daya hutan maupun sumber daya

perikanannya. Salah satu tumbuhan yang dapat ditemukan di Papua yaitu

tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans). Tumbuhan sarang semut dapat

ditemukan menempel pada pohon di sekitar pantai sampai ketinggian dibawah

2.500 m di atas permukaan laut. Tumbuhan sarang semut tersebar di hutan

belantara tropis Papua dan Pulau sekitarnya, dan lebih banyak ditemukan di

daratan berupa hutan pada ketinggian 600 m diatas permukaan laut (Subroto,

2006).

Pudjiastuti (2014) menyatakan bahwa masalah transportasi merupakan

masalah utama distribusi hasil perikanan dari suatu wilayah ke wilayah lain dan

berakibat menurunkan kualitas hasil perikanan tersebut. Wilayah Indonesia Timur

khususnya Pulau Papua yang kaya akan sumber daya laut, selama ini sebatas

hanya dikonsumsi penduduk lokal dikarenakan waktu simpan ikan lebih pendek

dari pada waktu transportasi yang dibutuhkan untuk memasarkan ikan ke pulau

lainnya. Salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting yang

dipasarkan dalam keadaan segar adalah ikan kakap merah. Menurut Susanto

(2011), ikan segar yang disimpan menggunakan es dengan perbandingan 1:1,

pada hari ke 12 mengalami penurunan mutu yang sudah tidak dapat diterima dari

sisi organoleptik dan total bakterinya. Bakteri-bakteri yang potensial terdapat

pada ikan diantaranya Listeria monocytogenes, Vibrio parahaemolyticus dan

Escherichia coli (Jay et al., 2005; Shankar, 2013). Menurut Jay et al. (2005),

Listeria monocytogenes dapat tumbuh secara cepat pada suhu 1 – 45 °C dan

kisaran pH 4,1 – 9,6 sehingga akan mampu mempertahankan diri dalam waktu

Page 15: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

2

yang lama. Kejadian-kejadian mengenai resistensi bakteri patogen akibat

penggunaan obat-obatan mendorong pencarian antibakteri alami menjadi

kebutuhan yang mendesak. Bahan alam adalah salah satu sumber antimikroba

yang belum banyak dikaji mengenai potensi sifat antibakterinya, khususnya

terhadap bakteri patogen (Ambrosio, 2008 dalam Apriyanti, 2015).

Hasil penelitian Apriyanti dkk. (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etil

asetat Myrmecodia pendans dengan metode sokhletasi yang diidentifikasi

dengan kromatografi kolom mengandung Butein, 3-methoxy-epikatekin-3-O-epikatekin dan asam

dibenzi-2-dioxin-2,8-dicarboxylate yang bersifat antibakteri terhadap Enterobacter faecalis. Hasil

penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak kasar sarang semut mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Setyani, 2012),

Escherichia coli (Situmeang, 2013) dan Candida albicans (Efendi, 2013).

Komponen yang diisolasi dari ekstrak (metode maserasi, pelarut etanol

80% dan aquades 20%) sarang semut adalah kaempferol (13,767 mg/g), luteolin

(0,005 mg/g), rutine (0,003 mg/g), quercetin (0,030 mg/g) dan apigenin (4,700

mg/g) (Engida, 2013). Sedangkan menurut Suwandi (2015), ekstraksi sarang

semut dengan pelarut akuades dan maserasi selama 30 menit, ekstrak

mengandung quercetin (6,9 mg/g), kaempferol (3,7 mg/g) dan rutin (1,39 mg/g).

Quercetin dan kaempferol mempunyai diameter hambat masing-masing 9 dan

8,5 mm terhadap methycillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (Xu,

2011).

Menurut Baghdikian (2015), keuntungan utama dari Microwave Assisted

Extraction (MAE) adalah efisiensi waktu ekstraksi, peningkatan selektivitas dan

hasil yang lebih tinggi dari ekstrak, reproduktifitas tinggi dalam waktu yang lebih

singkat dan mengurangi konsumsi pelarut.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan perlu adanya

penelitian untuk mengetahui aktifitas antibakteri tanaman sarang semut asal

Page 16: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

3

Papua dan aplikasinya pada ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) fillet.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah Microwave Assisted Extraction (MAE).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh waktu dan suhu ekstraksi tanaman sarang semut

dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) terhadap rendemen, total fenol,

total flavonoid dan total tanin ekstrak tanaman sarang semut yang dihasilkan.

2. Bagaimana pengaruh waktu dan suhu ekstraksi tanaman sarang semut

menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) terhadap

aktivitas anti bakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Listeria

monocytogenes, Vibrio parahaemolyticus.

3. Bagaimana pengaruh perendaman fillet ikan kakap merah dalam ekstrak

tanaman sarang semut pada penyimpanan suhu 4 dan -8 °C terhadap

pertumbuhan Listeria monocytogenes selama penyimpanan.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi waktu dan suhu Microwave Assisted

Extraction (MAE) terhadap senyawa polar ekstrak tanaman sarang semut

yang bersifat sebagai antimikroba.

2. Untuk menganalisa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak MAE dari

tanaman sarang semut terhadap Escherichia coli, Listeria monocytogenes,

Vibrio parahaemolyticus.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak tanaman sarang semut dan

lama waktu penyimpanan pada suhu 4 dan -8 °C terhadap pertumbuhan

Listeria monocytogenes pada ikan kakap merah .

1.3. Manfaat Penelitian

Page 17: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

4

1. Mengetahui potensi tanaman sarang semut sebagai antibakteri pada ikan

kakap merah.

2. Mengetahui pengaruh metode ekstraksi MAE terhadap total fenol, total

flavonoid dan total tanin ekstrak tanaman sarang semut.

3. Sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dalam

pengembangan tanaman sarang semut sebagai tumbuhan bernilai guna.

4. Mencari alternatif antimikroba dari bahan alam.

Page 18: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans)

2.1.1. Taksonomi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans)

Tanaman sarang semut tumbuh sebagai tumbuhan epifit pada tumbuhan

Cajuput, Cemara Gunung, Kaha dan Beech. Tumbuhan ini disebut sarang semut

karena bagian dalam umbinya digunakan sarang oleh semut dari genus

Iridomyrmex (Soeksmanto, 2010). Genus dan spesies tumbuhan sarang semut

dibedakan berdasarkan karakteristik morfologi seperti warna dan keadaan

permukaan umbi, bentuk dan jumlah batang, bentuk dan ukuran daun, kemudian

beberapa karakter pada infloresen, bunga, bentuk polen dan jumlah poret pada

polen, buah, dan pyrenes (Susanti, 2016).

Gambar 1. Tanaman Sarang Semut (Soebroto, 2008)

Tanaman sarang semut tergolong family Rubiaceae dengan 5 genus, dan

hanya 2 genus yang memiliki hubungan dengan semut, yaitu Myrmecodia (45

spesies) dan Hypnophytum (26 species), dan dari spesies-spesies tersebut,

hanya 3 spesies yang dimanfaatkan untuk pengobatan, diantaranya Myrmecodia

Page 19: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

6

pendans (Soeksmanto, 2010). Genus Myrmecodia, umumnya mempunyai satu

batang yang besar dan pendek, kadang bercabang.

Bentuk tumbuhan sarang semut spesies Myrmecodia pendans

ditunjukkan pada Gambar 1. Batang dan umbi genus Myrmecodia hampir selalu

berduri (Susanti, 2016). Genus Myrmecodia memiliki infloresen yang

berkembang secara tenggelam pada alveoli atau di saluran yang berada diantara

baris clypeoli . Bunganya memiliki 4 capit (hook) yang berada di ujung tabung

corolla (Susanti, 2016). Alveoli adalah rongga dipermukaan batang, tempat

munculnya kuncup bunga, sedangkan clypeoli adalah struktur berbentuk seperti

perisai yang terdapat di pangkal tangkai daun (petiole) (Susanti, 2016). Dua

spesies dari genus ini dapat dibedakan berdasarkan karakteristik batang, daun,

dan jelas-tidaknya clypeoli (Susanti, 2016). Tiap jenis sarang semut biasanya

dihuni oleh satu jenis semut. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan,

sarang semut jenis Myrmecodia pendans dihuni oleh semut jenis Ochetellus sp.

(Soeksmanto, 2010).

2.1.2. Senyawa Fenolik dalam Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia

pendans) dan Mekanismenya sebagai Antibakteri

Tumbuhan Sarang semut telah dimanfaatkan penduduk lokal di Papua

sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai macam gangguan

kesehatan seperti kanker, jantung koroner, tumor, asam urat, leukemia, wasir,

reumatik dan beberapa penyakit lainnya. Namun demikian, apakah penggunaan

sarang semut bisa menyembuhkan penyakit atau tidak belum bisa dibuktikan

secara ilmiah (Subroto, 2006).

Menurut Brobaralla (2012), Metabolit sekunder antibakteri diklasifikasikan

dalam tiga molekul besar yaitu fenolat, terpen dan alkaloid. Fenolat dan polifenol

adalah salah satu kelompok terbesar dari metabolit sekunder yang telah

Page 20: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

7

menunjukkan aktivitas antimikroba. Sub kelas penting dalam kelompok ini

termasuk fenol, asam fenolik, kuinon, flavon, flavonoid, flavonol, tanin dan

kumarin. Fenol adalah kelas senyawa kimia yang terdiri dari hidroksil fungsional

antibakteri senyawa alami dari tanaman.

Fenolik

Polifenol Fenol sederhana Miscellaneou

Tanin Flavonoid Asam Fenol -Lignan

-Kumarin

Terhidrolisis Terkondensasi -Flavon

-Flavonol Turunan asam Turunan asam

-Polimer dari -Polimer dari -Auron hidroksi sinamid hidroksi benzoat

Turunan katekin dan -Kalkon

Asam fenol epikatekin -Flavanon

-Isovlavon

-Anthosianin

Gambar 2. Klasifikasi Fenol (Suwandi, 2015)

Menurut Suwandi (2015), senyawa fenolik terbagi atas polifenol, fenol

sederhana dan miscellaneous. Berdasarkan Gambar 2, fenol sederhana berupa

asam fenol yang merupakan senyawa turunan asam karboksilat dari fenol, yang

terbagi menjadi turunan asam hidroksi sinamid dan turunan asam hidroksi

benzoat. Menurut Herrmann and Nagel (1989), senyawa asam hidroksi sinamid

merupakan senyawa turunan dari p-coumaric, caffeic dan ferulic acid serta

kadang berasal dari sinapic acid walaupun jarang terjadi. Sedangkan asam

hidroksi benzoat umumnya terdapat pada tumbuhan angiosperms dan

merupakan senyawa turunan dari p-hydroxybenzoic, vanillic dan protocatethuic

acid.

Page 21: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

8

Menurit Lin (2004), bagian fenolik yang bersifat hidrofobik memungkinkan

penempelan pada membran sitoplasma bakteri yang pada akhirnya akan

mengakibatkan kematian sel. Menurut Lin (2004), bagian hidrofobik alami yang

dimiliki oleh senyawa fenol mampu bekerja secara lebih efektif dalam

menghadapi bagian lipid dan air dalam daging, sehingga cocok diaplikasikan

dalam makanan. Menurut Rehm (2008), senyawa hidrofilik golongan fenolik akan

merusak sel bakteri dengan cara mengubah permeabilitas membran sitoplasma

sehingga mengakibatkan kebocoran bahan-bahan intraseluler serta dapat

menginaktifkan dan mendenaturaasi protein seperti enzim.

2.1.1 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang dapat ditemukan di alam. Flavonoid merupakan zat warna merah, ungu dan

biru dan kuning yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Flavonoid terdiri atas

kerangka dasar karbon yang mempunyai 15 atom karbon. Dua cincin benzene

pada flavonoid terikat pada suatu rantai propane sehingga membentuk suatu

susunan C6-C3-C6. Struktur senyawa Flavonoida, Isoflavonoida dan

Neoflavonoida yang merupakan kelompok flavonoid dihasilkan dari susunan

karbon tersebut (Lenny, 2005).

Menurut Kumar (2013), ekstraksi sarang semut dengan etil asetat

menghasilkan kadar flavonoid tertinggi dibandingkan ekstrak dengan n-heksana

ataupun dengan air. Ekstrak etil asetat sarang semut dapat menghambat

pertumbuhan Enterobacter faecalis. Selain itu, flavonoid memiliki banyak aktivitas

biologis seperti antikanker, antioksidan, antivirus dan antimikroba. Ekstrak kasar

dari umbi sarang semut mempunyai sifat antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus (Setyani, 2012), Escherichia coli (Situmeang, 2013) dan Candida albicans

(Efendi, 2013). Engida (2013) telah menganalisa ekstrak sarang semut dengan

Page 22: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

9

metode maserasi menggunakan pelarut air dan diidentifikasi menggunakan

HPLC, mendapatkan lima senyawa flavonoid yaitu kaempferol (13,767 mg/g),

luteolin (0,005 mg/g), rutine (0,003 mg/g), quercetin (0,030 mg/g) dan apigenin

(4,700 mg/g).

Menurut Bobbarala (2012), flavon adalah struktur fenolik yang

mengandung satu gugus karbonil. Penambahan kelompok 3-hidroksil

menghasilkan flavonol a. Flavonoid juga merupakan hidroksilasi zat fenolik tetapi

terjadi sebagai unit C6-C3 terkait dengan cincin aromatik. Flavon, flavonoid dan

flavonol telah dikenal banyak disintesis oleh tanaman dalam melawan infeksi

mikroba sehingga tidak mengherankan bahwa mereka telah ditemukan, divitro,

untuk menjadi zat antimikroba efektif melawan berbagai macam mikroorganisme

(Dixon et al., 1983, seperti dikutip dalam Cowan, 1999). Kegiatan mereka ini

mungkin karena kemampuan mereka untuk menyatu dengan protein

ekstraseluler dan dengan dinding sel bakteri. Lipofilik flavonoid juga dapat

mengganggu membran mikroba (Tsuchiya et al., 1996, seperti dikutip dalam

Cowan, 1999).

Pada Gambar 3, Flavonoid mempunyai jenis yang bermacam-macam,

dimana setiap jenis memiliki struktur cincin A, B dan C yang berbeda-beda.

Keberadaan dan posisi gugus OH pada cincin B memegang peranan penting

dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Semakin banyak gugus OH yang

terdapat pada cincin B maka akan semakin efektif parannya sebagai antibakteri.

Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri dapat terjadi dengan beberapa cara,

yaitu dengan cara merusak membran sitoplasma (dengan cara merusak

liposom), menurunkan kestabilan membran, menghambat sintesis asam nukleat,

menghambat metabolisme energi (dengan cara menghambat enzim sitokrom

reduktase), menghambat sintesis dinding sel (dengan cara menghambat enzim

D-alanine ligase). Flavonoid juga dapat merusak proton dalam sel bakteri yang

Page 23: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

10

akan menyebabkan ketidakseimbangan larutan dan ATP dalam sel, dan

berpengaruh pada kemampuan menghasilkan energi, nutrien dan sintesis DNA

yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel bakteri (Chusnie, 2011).

Flavon Kalkon

Gambar 3. Struktur cincin Flavonoid (Chusnie, 2011)

2.1.2. Tanin

Kandungan senyawa aktif dalam sarang semut dapat dimanfaatkan

sebagai pengawet alami pada produk pangan (Naufalin, 2013). Kandungan

senyawa kimia dari tumbuhan sarang semut, terutama senyawa-senyawa yang

diduga memiliki peranan dalam aktifitas resistensi patogen, aktifitas alelopati dan

pertahanan terhadap herbivore seperti ulat. Senyawa tanin terhidrolisa, flavonoid,

dan tanin terkondensasi yang oleh tanaman digunakan untuk sistem pertahanan

diri, oleh manusia dimanfaatkan sebagai bahan aktif untuk obat (Subroto, 2006).

Menurut Cowan (1994), tanin dapat menginaktifasi enzim pertumbuhan

sehingga dapat mengganggu transport sel protein di dalam sel. Menurut Chung

et al. (1995), senyawa tumbuhan alami salah satunya asam tanat dan

turunannya mempunyai peran penting dalam mengendalikan bakteri patogen

pada ikan di kolam.

Menurut Scalbert (1991), tanin terdiri dari banyak jenis, dan tiap jenis

tanin mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap jenis bakteri satu

Page 24: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

11

dengan bakteri lainnya. Mekanisme tanin sebagai antibakteri dapat terjadi

dengan cara menghambat pertumbuhan enzim ekstra sel bakteri, mengambil

substrat bakteri, mengganggu metabolisme bakteri dan mengkelat ion logam

pada bakteri. Beberapa enzim yang terdapat pada mikroba seperti celulase,

pectinase, xilanase dan peroxidase, akan terhambat setelah bercampur dengan

senyawa tanin. Asam tanat juga dapat menghambat oksidasi phosphorilase

mitokondria dengan terlebih dahulu harus melewati dinding sel yang terdiri dari

polisakarida dan protein yang berbeda-beda. Gambar 4 menujukkan bahwa

tanin mempunyai lebih dari 2 grup o-diphenol dalam molekulnya sehingga dapat

mengkelat banyak ion metal dan dapat mengurangi ion metal yang dibutuhkan

oleh bakteri, dimana bakteri sangat bergantung pada ion metal yang terdapat

pada lingkungannya.

Gambar 4. Struktur Tanin (Riadi, 2017)

Menurut Duncan (1969), ketika asam tanat dapat menembus membran

sel dan mitokondria, asam tanat akan langsung berikatan dengan protein dalam

Page 25: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

12

membran mitokondria sehingga dapat memodifikasi permeabilitas mitokondria

terhadap ion-ion dimana pergerakan ion menjadi suatu kebutuhan yang mutlak

pada reaksi fosforilasi oksidatif dalam mitokondria.

Gambar 5. Fosforilasi Oksidatif (Mulyaman, 2015)

Perubahan ini dapat mengganggu keseimbangan komposisi enzim

ATPase yang berakibat dapat menurunkan dan menghentikan aktifitas enzim

tersebut. Selain itu, asam tanat juga dapat menyebabkan translokasi pada ADP

melewati inner membran, sedangkan ADP dibutuhkan dalam reaksi fosforilasi

oksidatif pada mitokondria yang ditunjukkan pada Gambar 5 untuk menghasilkan

ATP sebagai sumber energi. Penambahan asam tanat juga dapat menurunkan

Indeks Kontrol Respirasi dan konsumsi oksigen pada mitikondria yang

dibutuhkan dalam reaksi oksidasi fosforilasi (Duncan, 1969).

Page 26: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

13

2.2. Ikan Kakap Merah

Menurut Genisa (1999), ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hidup di

daerah perairan pantai hingga kedalaman 100 m. Ikan ini menyendiri dan

tergolong ikan buas. Ikan-ikan kecil dan invertebrata dasar merupakan makanan

ikan kakap merah. Ukurannya panjangnya dapat mencapai 90 cm, umumnya 35-

50 cm. Kakap merah termasuk jenis demersal, yang dapat ditangkap

menggunakan pancing, bubu, pukat dasar. Pemasarannya biasa dalam bentuk

segar, asin-kering, harga sedang. Ikan kakap merah tersebar di perairan seluruh

Indonesia, Teluk Benggala, Siam, Laut Cina Selatan, Filipina, pantai Australia

dan Afrika Selatan. Ikan kakap merah merupakan salah satu ikan ekonomis

penting di Indonesia yang dalam proses distribusi dan pemasarannya diawetkan

dengan pendinginan dan pembekuan.

2.3. Bakteri Patogen Pada Ikan

Menurut Jay et al. (2005) bakteri penyebab foodborne disease antara lain

Salmonella, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Vibrio parahaemolitycus,

Vibrio cholera, Enterobacter faecalis, Clostridium botulinum dan lain-lain. Bakteri-

bakteri tersebut dapat menimbulkan gejala penyakit mual, pusing, muntah, diare,

pingsan sampai kematian. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bakteri yang

sering ditemui terdapat pada daging ikan.

Penyimpanan makanan dibawah suhu 4,4 oC akan meminimalkan dan

membebaskan bahaya enterotoksin dan bahaya keracunan makanan lainnya

yang disebabkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Penggunaan suhu rendah dalam

pengawetan makanan didasarkan pada fakta bahwa aktivitas mikroorganisme

dapat diperlambat pada suhu dibawah titik beku. Seafood beku mempunyai

kandungan bakteri yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk segar (Jay et

al., 2005)

Page 27: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

14

2.3.1. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif fakultatif aerob yang

berbentuk batang, merupakan salah satu bakteri patogen yang menyerang

pencernaan manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi akut yang ditandai

dengan gejala mual dan muntah. Diare akut telah menyebabkan antara 3 sampai

4 juta kematian setiap tahun di seluruh Dunia, dimana 20-30% korban terdiri dari

anak-anak (Salminen, 1998).

Shankar (2013) mengisolasi bakteri dari 6 jenis ikan, 2 diantaranya adalah

Genus Lutjanus (kakap). Setelah diidentifikasi, kedua jenis ikan kakap tersebut

positif mengandung Escherichia coli.

Escherichia coli merupakan bakteri yang biasa digunakan sebagai

indikator polusi dalam makanan atau air, bakteri ini berasal dari feses.

Escherichia coli yang terdapat pada ikan menunjukkan bahwa ikan tersebut telah

tercemar oleh kontaminan yang berasal dari luar tubuhnya dikarenakan bakteri

ini tidak biasa terdapat dalam tubuh ikan (Rio-Rodriguez et al.,1997).

2.3.2. Listeria monocytogenes

Pada tahun 2013, telah terjadi 281 kasus penolakan produk ekspor dari

Indonesia ke Amerika Serikat. Dari jumlah penolakan tersebut, sejumlah 64,1%

berasal dari produk perikanan dan 35,9% berasal dari produk non perikanan.

Beberapa kasus penolakan produk perikanan yang sering terjadi di pasar

Amerika Serikat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen seperti Listeria

monocytogenes dan Salmonella sp. (US FDA, 2013).

Terdapat 6 spesies Listeria, salah satunya adalah Listeria

monocytogenes. Listeria monocytogenes merupakan bakteri Gram-positif,

memiliki dinding sel, asam lemak, dan komposisi sitokrom. Genus Listeriae

tersebar luas di alam dan dapat ditemukan di vegetasi tanah, kotoran hewan,

Page 28: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

15

limbah, silase, dan air. Biasanya, organisme ini ditemukan di susu mentah, keju

lunak, daging, produk unggas, makanan laut beku, buah-buahan dan produk

nabati (Jay et al., 2005). Bakteri ini dapat tumbuh secara cepat terhadap suhu

sekitar 1 – 45 oC dan kisaran pH 4,1 sampai 9,6 sehingga akan mampu

mempertahankan dirinya dalam waktu yang lama.

Menurut Subuh (2015), bakteri ini telah ditemukan pada setidaknya 17

spesies burung dan beberapa spesies ikan dan kerang. Sebagai bakteri yang

membentuk spora, bakteri ini mempunyai kekebalan tertentu terhadap garam,

panas dan asam. Selain itu, bakteri ini juga tahan pada suhu pembekuan dan

tetap tumbuh pada suhu 4 oC, khususnya pada makanan yang disimpan pada

lemari pendingin. Bakteri ini membentuk biofilm, yakni pembentukan lapisan

lendir pada permukaan makanan.

Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi

bakteri Listeria rata-rata 21 hari. Gejala umumnya yaitu demam, nyari otot

disertai mual atau diare. Infeksi yang menyebar ke saraf pusat, dapat

mengakibatkan beberapa efek yaitu kaku pada leher, sakit kepala, gangguan

keseimbangan, kejang, dan pada wanita hamil dapat mengakibatkan keguguran

bayi (Subuh, 2015).

Beberapa Negara telah menetapkan batas jumlah mikroorganisme yang

diperbolehkan terdapat dalam makanan terutama makanan siap makan.

Pemerintah Amerika Serikat bahkan memiliki kebijakan yang paling keras dimana

setiap 50 g sampel makanan siap saji yang mengandung bakteri ini dapat

dianggap sebagai makanan tercemar. Tercatat 62% dari 37 sampel air diperairan

pesisir California positif mengandung organisme ini. Listeria monocytogenes

dapat menyebar diseluruh lingkungan dengan perantara manusia (Jay et al.,

2005)

Page 29: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

16

Adesiyun (1993) telah melakukan pengujian Listeria monocytogenes di

daerah Trinidad pada daging ikan dari 61 sampel, dan 9 sampel (14,8%) positif

mengandung Listeria monocytogenes. Frekuensi tersebut merupakan yang

tertinggi dari sampel yang diambil dari bahan pangan lain seperti daging kambing

(10%), daging sapi (6,6%), udang (4,9%), ayam (0%), daging giling (11,4), babi

(1,4%) dan daging domba (0%).

2.3.3. Vibrio parahaemolyticus

Menurut Su (2007), Vibrio parahaemolyticus merupakan penyebab utama

penyakit usus di Asia yang disebabkan oleh makanan laut. Su (2007) melakukan

pengambilan sampel daging ikan dan dilakukan identifikasi bakteri, didapatkan

bahwa Genus Vibrio mendominasi bakteri lain yang terdapat pada daging ikan,

dan setelah diidentifikasi lebih lanjut, dari 47 sampel Genus Vibrio tersebut

ditemukan terdiri dari sebanyak 20 spesies Vibrio parahaemolyticus, 17 sampel

berupa Vibrio cholera, 4 sampel Vibrio furnissi, 2 sampel Vibrio fluvial, dan

sisanya berupa Vibrio jenis yang lain.

Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri berbentuk batang lurus atau

melengkung Gram-negatif dan merupakan anggota dari keluarga Vibrionaceae.

Meskipun sebagian besar bakteri yang dikenal meracuni makanan dapat berasal

dari berbagai makanan, namun Vibrio parahaemolyticus gastroenteritis hanya

dapat berasal dari seafood. Vibrio parahaemolyticus yang terdapat pada

makanan, disebabkan kontaminasi silang dari produk makanan laut. Fitur lain

yang unik dari Sindrom ini adalah habitat alami dari etiologi agen-laut. Selain

perannya dalam gastroenteritis, Vibrio parahaemolyticus diketahui menyebabkan

infeksi ekstra-intestinal pada manusia. Genus Vibrio terdiri dari setidaknya 28

spesies, dan 3 yang sering dikaitkan dengan Vibrio Parahaemolyticus di

lingkungan perairan dan seafood adalah Vibrio vulnificus, Vibrio alginolyticus,

Page 30: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

17

dan Vibrio cholerae. Vibrio parahaemolyticus berasal perairan laut dan pesisir. Di

perairan laut, mereka cenderung berhubungan lebih banyak dengan kerang dari

pada dengan spesies laut lain (Jay et al., 2005).

2.4. .Metode Ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE)

2.4.1 Kelebihan metode Microwave Assisted Extraction (MAE)

MAE merupakan metode ekstraksi menggunakan gelombang

elektromagnetik non-ion dengan frekuensi antara 300 MHz sampai 300 GHz

yang terletak diantara spektrum gelombang sinar X dan infra merah. Pemanasan

dengan radiasi gelombang mikro bisa menghidrolisis ikatan eter dari selulosa

yang merupakan konstituen utama dari dinding sel tanaman dan dapat

mengkonversi menjadi fraksi larut (Mandal, 2007). Radiasi gelombang mikro

mengakibatkan perpindahan ion terlarut sehingga memudahkan masuknya

pelarut ke matriks bahan dan menghasilkan panas terlokalisir. Akibatnya terjadi

pengembangan volume dan perusakan sel (Mandal, 2007). Bahan menyerap

gelombang mikro yang menghasilkan panas yang berasal dari radiasi dan

pemanasan konvektif pelarut (Mandal, 2007). Suhu tinggi meningkatkan jumlah

senyawa yang keluar dari bagian aktif yang disebabkan oleh meningkatnya

kerusakan sel bahan. Suhu ekstraksi dapat menyebabkan peningkatan suhu

pelarut, sehingga pelarut panas akan mengalami penurunan tegangan

permukaan dan viskositas. Keadaan ini meningkatkan daya pembasahan bahan

dan penetrasi matriks. Rusaknya sel tumbuhan mempermudah senyawa target

keluar dan terekstraksi (Jain et al., 2009).

Ekstraksi merupakan tahap paling menentukan dalam analisa kualitatif

dan kuantitatif dari senyawa pada tumbuhan obat untuk memastikan kualitas

senyawa yang diekstrak. Metode ekstraksi secara konvensional memiliki

Page 31: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

18

kelemahan-kelemahan yaitu memakan waktu lama dan membutuhkan jumah

pelarut yang banyak (Baghdikian, 2015).

Gambar 6. Menunjukkan posisi sensor suhu MAE yang terletak pada

salah satu tabung yang berisi bahan yang akan diekstrak, dimana suhu ekstraksi

merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam MAE.

Gambar 6. Sensor Suhu MAE (a) dan Bagian MAE (b) (Dokumentasi Pribadi)

Metode ekstraksi ini menarik perhatian para peneliti akhir-akhir ini karena

mempunyai keuntungan waktu ekstraksi yang singkat, mengurangi konsumsi

pelarut dan menurunkan tingkat polusi. Teknik ini dapat menjelajah menjadi

teknologi ekstraksi yang efisien dalam memastikan kualitas obat-obatan herbal di

seluruh dunia (Mandal, 2007).

Menurut Baghdikian (2015), keuntungan utama dari Microwave Assisted

Extraction (MAE) adalah efisiensi waktu ekstraksi, peningkatan selektivitas dan

hasil yang lebih tinggi dari ekstrak, waktu yang lebih singkat, dan mengurangi

konsumsi pelarut. Menurut Li (2004), ekstraksi dengan menggunakan Ultrasound

Assisted Extraction (UAE) juga mempunyai waktu yang lebih singkat tetapi dapat

mengkibatkan kehilangan kandungan flavonoid. Pada Microwave Assisted

Extraction (MAE), energi mengiradiasi sampel dengan dipole tinggi tetapi tidak

menyebabkan kerusakan sampel sehingga lebih meningkatkan efisiensi ekstrak

Page 32: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

19

sampel. Transfer panas yang cepat memungkinkan waktu yang jauh lebih cepat

untuk sampel yang kompleks.

Menurut Gharekhani (2012), total fenol dan flavonoid yang didapatkan

dari ekstrak eucalyptus menggunakan metode Microwave Assisted Extraction

(MAE) selama 5 menit, ekuivalen dengan menggunakan metode Ultrasound

Assisted Extraction (UAE) selama 60 menit dan metode tradisional selama 24

jam.

2.4.2 Faktor penentu efektifitas Microwave Assisted Extraction (MAE)

Menurut Mandel (2007), dalam mengoperasikan Microwave Assisted

Extraction (MAE), jenis pelarut yang tepat merupakan penentu proses ekstraksi

yang optimal. Pelarut sebaiknya disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa

target yang akan diekstrak. Menurut Gharekhani (2012), rendemen hasil

ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE) dipengaruhi antara lain oleh

waktu operasi, jenis pelarut dan konsentrasi pelarut, sama dengan pernyataan Li

(2004).

Magdalena (2015), mengekstrak daun gambir menggunakan Microwave

Assisted Extraction (MAE) dengan menggunakan dua faktor yaitu daya (320, 560

dan 800 watt) dan rasio bahan : pelarut (1:25, 1:35 dan 1:45) diperoleh hasil

terbaik dengan menggunakan daya 560 watt dan rasio bahan : pelarut 1:35

dengan hasil rendemen 63,29 %, total fenol 5581,58 ppm dengan aktivitas

antibakteri terbaik.

Gharekhani (2012) dalam penelitiannya menggunakan Microwave

Assisted Extraction (MAE) dalam ekstraksi eucalyptus dengan power 600 w pada

suhu 75 – 85 oC, pada kisaran konsentrasi etanol 10 sampai 50 %, total fenol

mengalami peningkatan, sedangkan setelah konsentrasi diatas 50 %, total fenol

mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena ketika digunakan pelarut etanol

Page 33: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

20

murni, beberapa komponen lipid akan ikut terekstrak yang pada akhirnya akan

membatasi ekstraksi fenol. Total flavonoid mengalami peningkatan berbanding

lurus dengan peningkatan konsentrasi pelarut etanol (Garekhani, 2012). Pada

kisaran waktu 0 sampai 15 menit, semakin lama waktu ekstraksi akan semakin

tinggi total fenol dan flavonoid yang didapatkan, namun dengan waktu mulai dari

11 menit sampai 15 menit peningkatannya sudah tidak signifikan sehingga waktu

11 menit merupakan waktu optimum untuk mendapatkan total fenol dan flavonoid

(Garekhani, 2012).

Li (2004) membandingkan antara bunga flos yang diekstrak

menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan waktu 5

menit dan tekanan 101 kPa menghasilkan ekstrak dengan kandungan quercetin

2,8 mg/g, sedangkan ekstraksi menggunakan metode sokhletasi dengan waktu

60 menit dengan tekanan yang sama menghasilkan quercetin 1,26 mg/g.

Page 34: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

21

III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Wilayah Indonesia Timur kaya akan sumber daya alam, dua diantaranya

yaitu ikan sebagai sumber protein dan tumbuhan sarang semut yang telah diteliti

mengandung antibakteri. Kelimpahan ikan perairan Papua selama ini hanya

sebatas dikonsumsi oleh penduduk lokal dikarenakan waktu simpan ikan lebih

pendek dari pada waktu transportasi yang dibutuhkan untuk memasarkan ikan ke

pulau lainnya. Hal ini disebabkan karena jauhnya jarak yang harus ditempuh

menuju pulau lain seperti Jawa, Sulawesi atau Sumatera. Pada penelitian ini

dipilih jenis ikan kakap merah sebagai obyek, karena selain ikan tersebut

merupakan ikan ekonomis penting di Indonesia Timur, sebagian besar

permintaan konsumen kakap merah menginginkan membelinya dalam keadaan

segar dan beku tanpa perlakuan pemasakan. Ikan yang tidak mengalami

pemasakan mempunyai kandungan bakteri yang lebih tinggi dari pada yang telah

mengalami pemasakan, sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk menghambat

pertumbuhan bakterinya, disamping penggunaan es sebagai pengawet alami.

Tumbuhan sarang semut yang telah diteliti mengandung senyawa

antibakteri diharapkan dapat memperpanjang waktu simpan daging ikan segar

selama perjalanan rantai distribusi. Kerangka Pikir Penelitian ini dituangkan

dalam Gambar 7.

3.2. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini disusun sebagai berikut :

1. Ekstrak MAE sarang semut memiliki potensi sebagai sumber antibakteri

yang berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan mikroba jenis

Listeria monocytogenes, Eschericia coli, Vibrio parahaemolyticus

Page 35: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

22

2. Ekstrak MAE sarang semut memiliki potensi sebagai sumber antibakteri

yang berpengaruh dalam meminimalkan jumlah bakteri pada ikan segar

Gambar 7. Kerangka Pikir Penelitian

PAPUA

SUMBER DAYA ALAM MELIMPAH

IKAN KAKAP MERAH TUMBUHAN SARANG SEMUT

PROTEIN & OMEGA 3

MASALAH PEMASARAN ANTAR PULAU

PENURUNAN KUALITAS

ANTIBAKTERI & ANTIOKSIDAN

JARAK & WAKTU DISTRIBUSI (LAMA)

BAKTERI

Page 36: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

23

IV. BAHAN DAN METODE

4.1. Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan uji fitokimia yaitu:

sarang semut jenis Myrmecodia pendans, aquades, larutan stok asam galat

(1000μg / ml), Phenol reagen, Folin-Ciocalteu reagen, larutan natrium karbonat,

etanol 95%, AlCl3 10%, Kalium Asetat 1 M, etanol, Na2CO3.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) dan aplikasi pengujian bakteri pada ikan yaitu: Media Nutrient

Agar (NA), Nutrient Broth (NB), daging ikan, Buffer Peptone Water (BPW), plastik

polyetilen 0,3 μm, Plate Count Agar, Larutan Butterfield’s Phosphate Buffered

(BFP), BPW 0,1 %, Trypticase Soy Agar dengan Yeast Extract (TSAy).

4.2. Alat

Alat yang digunakan yaitu: MAE (merk Anton Paar), LC-MS (Quantum),

rotary evaporator (Ika, HB 10 basic), spektrofotometer UV-VIS (Unico-UV 210),

timbangan digital (Mettle denver), oven, gelas beaker 250 ml transparan Pyrex,

kertas saring halus, botol kaca, aluminium foil, sentrifuse, labu takar 100 ml,

Erlenmeyer, gelas ukur, pipet, jarum ose, tabung reaksi, kertas cakram, cawan

petri, HPLC, tabung Craigie, pipet volumetrik, botol media, gunting, pinset,

stomacher, mikroskop, pembakar Bunsen, magnetic stirrer, inkubator temperatur

30 °C ± 1 °C (WTB binder), inkubator temperatur 37 °C ± 1 °C (WTB binder),

penangas air, lemari steril (clean bench), lemari pendingin (Toshiba), freezer

(Toshiba).

4.3. Metode

Seluruh metode dalam penelitian ini tertuang dalam kerangka operasional

penelitian yang terdapat pada Gambar 8.

Page 37: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

24

Ekstraksi Senyawa Antibakteri dengan MAE

Pemotongan & Pengeringan (70 oC, 30 menit)

Ekstraksi MAE dengan pelarut etanol 96%

Suhu ekstraksi 50, 60 dan 70 ºC ; lama waktu ekstraksi 10, 20 dan 30 menit

rotary evaporator 50 oC

Aplikasi Ekstrak pada Ikan

Perendaman dengan 0,1 % (b/v) ekstrak perlakuan terbaik (selama 15 menit, suhu 4oC)

Penirisan

Penyimpanan Penyimpanan

4 ºC -8 ºC 4 ºC -8 ºC

Gambar 8. Kerangka Operasional Penelitian

Inokulasi L. monocytogenes (107

cfu/ml)

Analisis Total Fenol Analisis Total Flavonoid Analisis Total Tanin

Uji Antibakteri Mikrodielusi: -Eschericia coli -Vibrio parahaemolitycus -Listeria monocytogenes

EKSTRAK

POTONGAN FILLET @150gr ketebalan 1-2 cm

IKAN KAKAP MERAH

Analisis flavonoid (LC-MS)

Sarang Semut

Ekstrak Perlakuan terbaik (sebagai antibakteri)

Fillet Kontrol tanpa perendaman

Pengujian Listeria

monocytogenes sebelum

perendaman, 15 hari, 30 hari

dan setelah 45 hari

perendaman pada masing-

masing perlakuan

Page 38: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

25

4.3.1. Ekstraksi Senyawa Antibakteri dengan MAE

4.3.1.1. Preparasi sampel sarang semut

Sarang semut diperoleh dari Kabupaten Sorong Papua Barat. Sarang

semut yang telah kering dianginkan, dipisahkan dari kotoran atau bahan-bahan

asing lainnya dan dicuci. Sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 60-70 oC

supaya kualitas bahan tetap terjaga. Sarang semut dihaluskan menggunakan

blender dan diayak dengan ukuran 150 mesh. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan

pembungkusan dan penyimpanan pada suhu dingin. (Lampiran 32).

4.3.1.2. Ekstraksi dengan Microwave Assisted Extraction

Serbuk umbi sarang semut ditimbang 5 gram, dilarutkan dalam etanol

96% (Magdalena, 2015). kemudian ditempatkan pada beakerglass 250 ml

transparan Pyrex untuk masing-masing perlakuan. Kemudian diulang dengan

waktu dan suhu yang berbeda, yaitu waktu 10, 20 dan 30 menit dan suhu 50, 60

dan 70 oC sehingga didapatkan kombinasi sebagai berikut:

- A1B1 : Ekstraksi dengan suhu 50 ºC selama 10 menit

- A1B2 : Ekstraksi dengan suhu 50 ºC selama 20 menit

- A1B3 : Ekstraksi dengan suhu 50 ºC selama 30 menit

- A2B1 : Ekstraksi dengan suhu 60 ºC selama 10 menit

- A2B2 : Ekstraksi dengan suhu 60 ºC selama 20 menit

- A2B3 : Ekstraksi dengan suhu 60 ºC selama 30 menit

- A3B1 : Ekstraksi dengan suhu 70 ºC selama 10 menit

- A3B2 : Ekstraksi dengan suhu 70 ºC selama 20 menit

- A3B3 : Ekstraksi dengan suhu 70 ºC selama 30 menit

Ekstrak kasar disaring dua kali dengan dengan kertas saring halus,

ditempatkan pada botol kaca yang telah dilapisi aluminium foil dan disimpan

Page 39: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

26

pada lemari pendingin suhu 4°C dan setelah itu diuapkan menggunakan rotary

evaporator.

4.3.1.3. Analisis Rendemen (Magdalena, 2014)

Perhitungan rendemen dilakukan dengan membagikan massa hasil

ekstrak kering setelah rotary evaporator, terhadap massa awal serbuk sarang

semut sebelum diekstrak. Prosedur analisa rendemen hasil ekstraksi sarang

semut dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.3.1.4. Analisa Total Fenol (Lee et al., 2003) modifikasi

Analisa kadar total fenol ekstrak sarang semut dilakukan secara

spektrofotometri dengan metode kolorimetri Folin-Ciocalteau. Standar yang

dipakai adalah asam galat dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm.

Nilai serapan sampel pada panjang gelombang 760 nm digunakan untuk

menghitung kadar total fenol dengan menggunakan persamaan regresi y = ax+b,

dimana sumbu “x” adalah konsentrasi dengan satuan ppm dan sumbu “y”

merupakan absorbansi sampel. Lampiran 1 menunjukkan diagram alir

pembuatan kurva standar asam galat dan pengukuran total fenol pada ekstrak

tanaman sarang semut.

4.3.1.5. Analisa Total Flavonoid (Atanassova et al., 2011) modifikasi

Kadar total flavonoid ekstrak sarang semut dianalisa menggunakan

metode spektrofotometri menggunakan reagen aluminium klorida modifikasi.

Standar yang dipakai adalah quercetin dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan

100 ppm. 1 ml sampel ekstrak ditambahkan dengan akuades 4 ml dan 0,3 ml

NaNO2 5% ke dalam tabung reaksi dan divorteks hingga homogen, setelah itu

diinkubasi selama lima menit. Setelah 5 menit kemudian ditambahkan 0,3 ml

AlCl3 dan diinkubasi ulang selama 6 menit, lalu ditambahkan 2 ml NaOH 1 M dan

Page 40: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

27

akuades hingga mencapai volume 10 ml dan divorteks hingga homogen. Nilai

serapan sampel diukur dengan panjang gelombang 510 nm dengan

menggunakan persamaan garis linear y = ax + b dimana sumbu x merupakan

konsentrasi dan sumbu y merupakan absorbansi. Diagram alir analisa total

flavonoid dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.3.1.6. Penentuan Total Tanin (Malangngi, 2012)

Penentuan total tanin berdasarkan Malangngi (2012), sebanyak 2,5 ml

etanol absolut ditambahkan 50 mg sampel, setelah itu divorteks selama 2 menit.

Kemudian disentrifuse pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, dan diambil

sebanyak 1 ml filtrat yang jernih. Ke dalam labu takar 100 ml dimasukkan 1 ml

filtrat jernih, setelah itu 5 ml Na2CO3 jenuh dan 2 ml pereaksi Folin Denis

kemudian ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 100 ml. Larutan

dikocok dan didiamkan selama 40 menit, kemudian diukur absorbansinya pada

λ=725 nm. Diagram alir analisa total tanin dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.3.1.7. Penentuan Nilai KHM (Doughari, 2006)

Penentuan nilai KHM (konsentrasi hambat minimum) dilakukan dengan

metode pengenceran. Ekstrak etanol sebanyak 0,5 mL dengan berbagai

konsentrasi (20, 18, 15, 10, 8, 5, 1, 0.5 dan 0.05 mg/mL) dikontakkan dalam 2 mL

media NB yang telah berisi bakteri. Semua ekstrak dengan konsentrasi diatas

ditempatkan pada tabung reaksi, lalu diinkubasi dengan suhu 37 oC selama 24

jam. Nilai KHM didapatkan dari konsentrasi ekstrak yang tidak terdapat

pertumbuhan bakteri (bening) secara visual. Prosedur penentuan nilai KHM

dapat dilihat pada Lampiran 4.

Page 41: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

28

4.3.1.8. Analisis Flavonoid dengan LC-MS (Cui et al., 2015)

Analisis jenis flavonoid dalam ekstrak sarang semut dilakukan dengan

menggunakan LC-MS (Quantum). Dalam analisis ini dilakukan konfirmasi

keberadaan quercetin, luteolin, rutin dan kaempferol. Sampel diinjeksikan

dengan volume 400 µl pada instrumen Acella 1250. Kondisi alat ini yaitu

menggunakan gradient eluent air dengan 0,1 % (v/v) formic acid (eluent A) dan

acetonitrile dengan 0,1 % (v/v) formic acid (eluent B), dengan laju alir 200 µl /

menit. Gradien linear didapatkan dari 50 % eluen B pada waktu 7 menit.

4.3.2. Aplikasi Ekstrak pada Ikan (Goncalves et al., 2005)

Ikan kakap merah yang didapatkan dari nelayan Desa Sungai Teluk

Sangkapura Pulau Bawean, diangkut dengan kemasan sterofoam menggunakan

es menuju Laboratorium. Masing-masing sampel dicuci menggunakan akuades

steril dan dipotong / dipisahkan secara aseptis dan disterilisasi. untuk dilakukan

pengujian Listeria Monocytogenes. Semua sampel di inokulasi bakteri dengan

cara perendaman menggunakan suspensi 107 CFU/ml Listeria monocytogenes

selama 15 menit pada suhu ruang.

Fillet dipotong / dipisahkan secara aseptis sebanyak 16 sampel fillet

dengan berat masing-masing sampel 10 g dengan ketebalan 1-2 cm, dimana dari

ke 16 sampel tersebut terdiri dari 4 macam perlakuan, yaitu:

a. Penyimpanan dingin (4 oC) tanpa perendaman ekstrak (4 sampel)

b. Penyimpanan dingin (4 oC) dengan perendaman ekstrak (4 sampel)

c. Penyimpanan beku (-8 oC) tanpa perendaman ekstrak (4 sampel)

d. Penyimpanan beku (-8 oC) dengan perendaman ekstrak (4 sampel)

Setelah inokulasi, sebanyak 8 sampel direndam dalam ekstrak sarang

semut dengan konsentrasi 0,1 %, dan 8 sampel yang lain (kontrol) direndam

dalam larutan buffer phosphate masing-masing selama 15 menit. Penirisan

Page 42: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

29

dilakukan selama 5 menit kemudian 3 sampel fillet dengan perendaman ekstrak

sarang semut disimpan pada suhu 4 oC dan 3 sampel lainnya pada suhu -8 oC,

perlakuan yang sama juga dilakukan 8 fillet control. Pengujian Listeria

monocytogenes dilakukan kembali pada semua sampel setelah 15,30 dan 45

hari penyimpanan, dengan mengambil dari sebagian potongan fillet dengan cara

aseptis.

Page 43: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Bahan Baku

Parameter bahan baku serbuk kering yang didapatkan dari hasil uji total

fenol, total flavonoid dan total tanin yang dikonversikan dari hasil uji setelah

ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 30. Data hasil analisa serbuk sarang

semut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Serbuk Sarang Semut

Parameter Serbuk Sarang Semut Kering

Hasil Analisa Literatur

Total Fenol (mg GAE/g)

Total Flavonoid (mg QE/g)

Total Tanin (mg TAE/g)

11,78 ± 0,24

4,39 ± 0,27

1,6 ± 0,21

16,41a

2,96a

-

Sumber : a) Sanjaya et al. (2014)

Tabel 1. Menunjukkan bahwa hasil ekstraksi sarang dengan suhu 70 °C

mempunyai nilai total fenol 11,78 mg GAE/g, total flavonoid 4,39 mg QE/g dan

total tanin 1,6 mg TAE/g pada serbuk sarang semut. Sanjaya et al. (2014),

melakukan ekstraksi Sarang semut menggunakan metode Supercritical

Extraction dengan perlakuan suhu (40, 50, 60 dan 70 oC), tekanan 9-22 MPa

dengan waktu 6-7 jam, diperoleh hasil terbaik dari perlakuan suhu 70 oC yang

menghasilkan total fenol dan flavonoid seperti pada Tabel 1. Hasil total flavonoid

pada penelitian ini 4,39 mg QE/g, bernilai lebih tinggi dari pada literatur (2,96 mg

QE/g), sesuai dengan pernyataan Li (2004) bahwa ekstraksi dengan

menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE) juga mempunyai waktu

yang lebih singkat dan lebih dapat meminimalkan kehilangan kandungan

flavonoid.

Page 44: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

31

Total fenol yang didapatkan dari hasil penelitian (11,78 mg GAE/g) lebih

rendah dari pada literatur (16,41 mg GAE/g), hal ini dimungkinkan karena

perbedaan perlakuan pendahuluan seperti pengeringan, pengecilan dan

pengayakan. Fenol merupakan salah satu senyawa yang tidak stabil terhadap

suhu, kandungan oksigen dan cahaya (Vatai et al., 2009).

5.2 Ekstraksi Senyawa Antibakteri dengan MAE

Penelitian tahap I adalah melakukan ekstraksi serbuk sarang semut

menggunakan metode MAE dengan pelarut etanol 96% dengan 9 macam

perlakuan yang terdiri dari 3 perlakuan suhu (50, 60 dan 70 °C) dengan waktu

(10, 20 dan 30 menit). Setiap melakukan ekstraksi, MAE diisi dengan beberapa

tabung sebagai ulangan, dimana pada setiap tabung MAE diisi dengan 5 g

bahan sarang semut serbuk dengan pelarut etanol 96 % sejumlah 40 ml,

sehingga diperoleh perbandingan bahan dengan pelarut 1:8. Setelah itu ekstrak

diuapkan menggunakan rotary evaporator. Analisa yang dilakukan untuk setiap

perlakuan meliputi analisa total fenol, total flavonoid, total tanin, rendemen dan

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada bakteri Listeria monocytogenes,

Escherichia coli dan Vibrio parahaemolyticus.

5.2.1. Rendemen

Gambar 9. Pengaruh Suhu dan Waktu MAE terhadap Rendemen (● 50 °C, ▲ 60 °C, ■ 70 °C)

0

2

4

6

8

10

10 20 30

Re

nd

em

en

(%

)

Waktu ekstraksi (menit)

Page 45: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

32

Berdasarkan uji statistik menggunakan Anova (Lampiran 7) yang

ditunjukkan pada Gambar 9, didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara perlakuan terhadap rendemen yang didapatkan, dimana

semakin tinggi suhu MAE (50, 60 dan 70 °C), rendemen yang didapatkan relatif

semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani

(2013), yang mengekstraksi teh hijau menggunakan MAE dengan daya, pelarut

dan waktu yang berbeda-beda. Penelitian tersebut menggunakan daya 90, 270,

450, 630 dan 900, dimana semakin tinggi daya yang digunakan menyebabkan

semakin besar pula rendemen yang didapatkan, yaitu secara berurutan sebesar

0,46; 0,83; 1,87; 2,74 dan 4,63. Demikian pula dengan waktu 2, 4, 6, 8 dan 10

menit menghasilkan rendemen secara berurutan yaitu 1,75; 1,91; 1,97; 2,09 dan

2,1%, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu MAE dari 0 sampai 10

menit, akan semakin besar pula rendemen yang didapatkan. Menurut mandal

(2007), dengan meningkatnya waktu MAE akan semakin banyak kuantitas

ekstrak yang didapatkan. Jika matriks tanaman diresapi dengan pelarut dengan

pemanasan tinggi dengan microwave, panas yang dicapai dengan radiasi

gelombang mikro bisa menghidrolisis ikatan eter dari selulosa, yang merupakan

konstituen utama dari dinding sel tanaman, dan dapat mengkonversi menjadi

fraksi larut dalam 1 sampai 2 menit. Selama proses MAE, pada suhu yang lebih

tinggi, panas dapat mencapai dinding sel, meningkatkan dehidrasi selulosa dan

mengurangi kekuatan mekanik dan pada gilirannya akan membantu pelarut

untuk mengakses dengan mudah senyawa di dalam sel. Daya dan suhu MAE

sangat saling terkait satu sama lain (Mandal, 2007).

Penelitian ini menghasilkan rendemen terbaik pada perlakuan MAE

dengan suhu 70 oC, dengan waktu terbaik secara berurutan yaitu 30, 20 dan 10

menit, setelah itu diikuti dengan perlakuan lain. Nilai rendemen perlakuan 70 oC

30 menit tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70 oC 20 menit. Kedua

Page 46: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

33

perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan 70 oC 10 menit, dan ketiga

perlakuan diatas berbeda nyata dengan perlakuan-perlakuan yang lain.

Rendemen terendah dihasilkan oleh perlakuan MAE pada dengan suhu 50 oC

selama 10 menit.

Tabel 2. Rerata Rendemen Ekstrak Akibat Perbedaan Suhu Ekstraksi

Suhu (oC) Rerata Rendemen (%)

50

60

70

3,8 ± 0,56 b

4,0 ± 0,93 b

7,3 ± 1,09 a

Tabel 2. menunjukkan bahwa rerata rendemen tertinggi didapatkan dari

suhu 70 oC yaitu sebesar 7,3 %, hasil tersebut lebih tinggi dan berbeda nyata jika

dibandingkan suhu 60 dan 50 oC yaitu masing-masing 4,0 dan 3,8 %. Walaupun

penggunaan suhu 60 °C mempunyai rendemen yang lebih tinggi dari pada suhu

50 °C, namun penggunaan kedua suhu tersebut tidak menghasilkan rendemen

yang berbeda nyata.

Rerata rendemen ekstrak akibat perbedaan perlakuan waktu diperoleh

rendemen dari yang tertinggi secara berurutan yaitu 30, 20 dan 10 menit, namun

ketiga rendemen tersebut tidak berbeda nyata. Diduga rentang waktu yang

terlalu kecil mengakibatkan kenaikan rendemen yang tidak signifikan. Faktor

suhu dan waktu mempunyai interaksi satu sama lain.

5.2.2. Total Fenol

Total fenol hasil ekstraksi sarang semut menggunakan MAE dengan

dengan 9 macam perlakuan yang terdiri dari 3 macam perlakuan suhu (50, 60

dan 70 OC) dengan waktu yang berbeda-beda (10, 20 dan 30 menit) terdapat

pada Lampiran 11.

Page 47: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

34

Gambar 10. Pengaruh Suhu dan Waktu MAE terhadap Total Fenol (● 50 °C, ▲ 60 °C, ■ 70 °C)

Uji statistik menggunakan Anova (Lampiran 12) menunjukkan bahwa 9

macam perlakuan tersebut berpengaruh signifikan terhadap rendemen yang

dihasilkan. Perbedaan suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap hasil total

fenol, dan ada interaksi antara faktor suhu dan waktu ekstraksi.

Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yang menghasilkan

total fenol tertinggi diperoleh dari perlakuan ekstraksi dengan suhu 60 oC selama

20 menit (151,86 ± 4,43 mg GAE/g) dan diikuti oleh perlakuan ekstraksi dengan

suhu 70 oC selama 20 menit. Hal ini didukung oleh penelitian Liazid (2007) yang

menyarankan penggunaan MAE dengan waktu 20 menit untuk mendapatkan

total fenol terbaik, karena pada waktu yang lebih lama akan mengakibatkan

kehilangan beberapa komponen penyusun fenol tersebut. Total fenol terendah

diperoleh dari perlakuan ekstraksi dengan suhu 50 oC selama 10 menit.

Perlakuan ekstraksi dengan total fenol terendah didapatkan dari perlakuan

ekstraksi dengan waktu 10 menit, baik pada suhu 50, 60 maupun 70 oC. Dilihat

dari faktor waktu, ekstraksi pada suhu 50 oC mengalami kenaikan total fenol

seiring dengan meningkatnya waktu ekstraksi, yaitu dengan waktu ekstraksi 10,

100

110

120

130

140

150

160

10 20 30

Tota

l fe

no

l (m

g G

AE/

g)

Waktu ekstraksi (menit)

Page 48: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

35

20 dan 30 menit menghasilkan total fenol yang semakin tinggi. Pada suhu 60 dan

70 oC total fenol dalam jumlah yang tertinggi berada pada ekstraksi dengan

waktu 20 menit dan mengalami sedikit penurunan pada ekstraksi dengan waktu

30 menit.

Menurut Mario (2010) dalam Sari (2012), beberapa kandungan total fenol

sensitif terhadap perubahan suhu. Sari (2012) menyimpulkan pada penelitiannya,

bahwa pada ekstraksi yang dilakukan pada suhu 55 dan 60 oC, pada waktu 4

menit suatu bahan yang diekstraksi dengan suhu 60 oC akan mengalami

penurunan fenol terlebih dahulu dari pada pada suhu 55 oC. Hal ini diduga

karena senyawa fenol dalam sarang semut tersebut bermacam-macam,

sehingga stabilitasnya pada perlakuan suhu tinggi berbeda-beda. Suwandi

(2014), melakukan ekstraksi pada sarang semut dan diidentifikasi menggunakan

LC-MS, didapatkan senyawa-senyawa diantaranya myrcetin, kaempferol, caffeic

acid, p-coumaric acid, sinapic acid, 4-hydroxycoumarin, epicatechin, gallic acid,

gentisic acid dan vannilic acid terdapat dalam sarang semut. Menurut Liazid

(2006), myrcetin, kaempferol, caffeic acid, p-coumaric acid, sinapic acid, 4-

hydroxycoumarin dan epicatechin mengalami degradasi dengan peningkatan

suhu MAE dari 50 ke 75 °C, sedangkan gallic acid, gentisic acid dan vannilic acid

tidak mudah terdegradasi pada suhu 75 °C. Semakin banyak jumlah substituen

hidroksil dalam cincin aromatic atau semakin sedikit subtituen tipe metoksil,

maka suatu senyawa fenol akan semakin terdegradasi dan stabilitasnya menurun

dengan meningkatnya suhu, karena gugus hidroksil tersebut bersifat tidak stabil.

Rerata total fenol ekstrak akibat perbedaan perlakuan suhu tersebut

diperoleh total fenol dari yang tertinggi secara berurutan yaitu 70, 60 dan 50

menit, namun ketiga hasil total fenol tersebut tidak berbeda nyata.

Page 49: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

36

Tabel 3. Rerata Total Fenol Ekstrak Akibat Perbedaan Waktu Ekstraksi

Waktu (menit) Rerata Total Fenol (mg GAE/g)

10

20

30

129,54 ± 11,90 b

146,92 ± 7,56 a

114,55 ± 6,75 b

Tabel 3 menunjukkan rerata total fenol ekstrak akibat perbedaan waktu.

Hasil analisa total fenol ekstrak etanol sarang semut menggunakan MAE

memiliki nilai terendah pada perlakuan suhu 50 oC selama 10 menit (114,72 ±

2,46 mg GAE/g) dan nilai tertinggi pada perlakuan suhu 60 oC selama 20 menit

(151,86 ± 4,43 mg GAE/g). Nilai total fenol tersebut setelah dikonversikan ke

dalam keadaan bubuk kering sebelum ekstraksi bernilai 11,77 mg GAE/g, lebih

tinggi dari nilai total fenol tumbuhan Lemon grass, Poppy, Green peppercorn,

Black pepper, White pepper, Chinese prickly, Chilli, Dill, Caraway, Coriander,

Cumin, Parsley, Ginger dan Green cardamom yang telah diuji oleh Shan et al.

(2005).

5.2.3. Total Flavonoid

Total flavonoid sarang semut yang diekstraksi dengan 9 macam

perlakuan suhu dan waktu mempunyai kisaran yang berbeda-beda (Lampiran

13). Uji statistik menggunakan Anova (Lampiran 14) menunjukkan bahwa

perlakuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total flavonoid.

Page 50: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

37

Gambar 11. Pengaruh Suhu dan Waktu MAE Terhadap Total Flavonoid (● 50 °C, ▲ 60 °C, ■ 70 °C)

Gambar 11 menunjukkan bahwa tiga perlakuan dengan hasil total

flavonoid tertinggi didapatkan dari perlakuan dengan menggunakan suhu

ekstraksi 60 oC dengan waktu ekstraksi secara berurutan yaitu 20 menit (62,00 ±

1,93 mg QE/g), 10 menit (61,77 ± 2,63 mg QE/g) dan 30 menit (61,62 ± 1,51 mg

QE/g). Nilai total flavonoid tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Engida

(2011) yang melakukan ekstraksi sarang semut menggunakan water bath

dengan suhu 55 oC selama 4 jam dengan perbandingan pelarut etanol : air (80

%), mendapatkan hasil total flavonoid sejumlah 63,28 ± 1,75 mg QE/g. Pada

suhu ekstraksi 50 oC, kenaikan waktu antara 10, 20 dan 30 menit berbanding

lurus dengan peningkatan total flavonoid, namun pada suhu 60 dan 70 oC, dari

waktu 20 menit ke 30 menit, total flavonoid mengalami penurunan. Total

flavonoid terendah dimiliki oleh perlakuan ekstraksi pada suhu 70 oC selama 10

menit. Menurut Murcia et al. (2009), quercetin dan kaempferol menurun 48 %

dan 68 % karena pemanasan 60 °C selama 2 jam.

50

52

54

56

58

60

62

64

66

10 20 30

Tota

l fla

von

oid

(m

g Q

E/g)

Waktu ekstraksi (menit)

Page 51: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

38

Nilai total flavonoid perlakuan MAE terbaik pada penelitian ini (60 oC

selama 20 menit) yaitu 62,00 ± 1,93 mgQE/g, jika dikonversikan pada total

flavonoid dalam bentuk serbuk sarang semut kering sebelum ekstraksi

(Lampiran 30), sebanding dengan 4,39 mg QE/g serbuk kering. Hasil ini lebih

tinggi dari pada nilai total flavonoid pada penelitian Sanjaya et al. (2014) yang

melakukan ekstraksi sarang semut menggunakan metode Supercritical

Extraction. Sanjaya et al. (2014) melakukan ekstraksi menggunakan beberapa

perlakuan suhu ( 40, 50, 60 dan 70 oC) dengan rentang waktu antara 6-7 jam dan

diperoleh hasil terbaik total flavonoid sejumlah 2,96 mg QE/g. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Li (2004) bahwa Pada Microwave Assisted Extraction (MAE),

energi mengiradiasi sampel dengan dipole tinggi tetapi tidak menyebabkan

kerusakan sampel sehingga lebih meningkatkan efisiensi ekstrak sampel.

Transfer panas yang cepat memungkinkan waktu yang jauh lebih cepat.

Tabel 4. Rerata Total Flavonoid Ekstrak Akibat Perbedaan Suhu Ekstraksi

Suhu (oC) Rerata Total Flavonoid (mg QE/g)

50

60

70

55,74 ± 1,70 b

61,80 ± 1,80 a

53,60 ± 2,74 b

Tabel 4. menunjukkan bahwa suhu ekstraksi 60 oC merupakan suhu

terbaik dalam mendapatkan total flavonoid, dan mempunyai hasil yang berbeda

nyata dan lebih tinggi dari pada penggunaan suhu ekstraksi 50 dan 70 oC,

walaupun tidak terdapat perbedaan nyata total flavonoid dari ketiga macam

waktu ekstraksi yang digunakan. Pada tiap-tiap waktu ekstraksi yang sama, total

flavonoid meningkat dengan meningkatnya suhu dari 50 ke 60 oC, dan menurun

dengan meningkatnya suhu dari 60 ke 70 oC, sesuai dengan Shau (2012) yang

Page 52: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

39

melakukan penelitian ekstraksi Perilla frutescens menggunakan MAE pada suhu

60-140 oC dan didapatkan bahwa total flavonoid mengalami penurunan stabilitas

dengan semakin meningkatnya suhu yang dimulai dari suhu 60 °C.

5.2.4. Total Tanin

Total tanin sarang semut yang diekstraksi menggunakan MAE dengan 9

macam perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 15.

Anova (Lampiran 16) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata

terhadap total tanin. Faktor suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap total

tanin, dan ada interaksi antara faktor suhu dengan waktu ekstraksi.

Gambar 12. Pengaruh Suhu dan Waktu MAE Terhadap total Tanin

(● 50 °C, ▲ 60 °C, ■ 70 °C)

Gambar 12 menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan waktu yang

sama, kenaikan suhu ekstraksi pada 50, 60 dan 70 oC berbanding lurus dengan

kenaikan total tanin, yaitu semakin tinggi suhu ekstraksi semakin tinggi nilai total

tanin. Total tanin meningkat dari waktu ekstraksi 10 menit ke 20 menit dan

menurun dari 20 menit ke 30 menit, baik pada suhu 50, 60 dan 70 oC. Hal ini

didukung oleh penelitian Jing (2007) yang mengekstraksi Purple corn dengan

0

5

10

15

20

25

10 20 30

Tota

l tan

in (

mg

TAE/

g)

Waktu ekstraksi (menit)

Page 53: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

40

suhu kamar, 50, 75 dan 100 oC dan mendapatkan bahwa total tanin meningkat

seiring dengan peningkatan suhu ekstraksi pada kisaran suhu tersebut.

Tabel 5. Rerata Total Tanin Ekstrak Akibat Perbedaan Suhu Ekstraksi

Suhu (oC) Rerata Total Tanin (mg TAE/g)

50

60

70

6,03 ± 3,89 b

8,12 ± 3,30 b

14,78 ± 7,13 a

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 diketahui bahwa pada perlakuan suhu

50, 60 dan 70 oC, total tanin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Suhu

70 oC menghasilkan total tanin tertinggi dan berbeda nyata terhadap suhu 50 dan

60 oC. Sedangkan pengaruh waktu terhadap tanin dapat diketahui bahwa terjadi

perbedaan antara ketiga waktu ekstraksi, dimana waktu ekstraksi 10 menit

berbeda nyata dan lebih rendah terhadap waktu ekstraksi 20 dan 30 menit. Hal

ini dikarenakan suhu tinggi dapat meningkatkan kelarutan dan difusi senyawa

dan mengurangi viskositas pelarut sehingga mengasilkan perbaikan efisiensi

ekstraksi. Waktu ekstraksi yang pendek (<20 menit) tidak cukup untuk

memungkinkan pelarut menembus partikel dan melepaskan senyawa fenolat

termasuk tanin (Jing, 2007).

Tabel 6. Rerata Total Tanin Ekstrak Akibat Perbedaan Waktu Ekstraksi

Waktu (menit) Rerata Total Tanin (mg TAE/g)

10

20

30

4,22 ± 2,28 b

13,48 ± 5,70 a

11,23 ± 5,80 a

Page 54: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

41

5.2.5. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimim dilakukan dengan metode

dilusi dengan mengkontakkan 1 ml media NB yang berisi bakteri masing-masing

sejumlah 107 cfu/g pada 1 ml ekstrak dengan beberapa seri konsentrasi

(Lampiran 32). Untuk mendapatkan bakteri sejumlah 107 cfu/g terlebih dahulu

dibuat kurva pertumbuhan bakteri dengan mengukur absorbansinya

menggunakan spektrometer serta dilakukan plating setiap 2 jam sekali selama 24

jam.

Kurva pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolyticus (Lampiran 23)

berdasarkan absorbansi dan hasil plating, mengalami fase lag antara jam ke 0

sampai jam ke 2, fase log antara jam ke 2 sampai ke 8 dan fase stationer jam ke

10 sampai 24. Bakteri tersebut berada pada jumlah tertinggi pada jam ke 24 yaitu

1,3x108 cfu/g. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari grafik pertumbuhan

bakteri tersebut, maka untuk mendapatkan bakteri sejumlah 1x107 cfu/g diambil

biakan setelah absorbansinya sebesar 0,291 yaitu pada waktu biakan berumur

antara 4 sampai 6 jam, untuk digunakan pada uji Konsentrasi Hambat minimum

Vibrio parahaemolyticus.

Kurva pertumbuhan bakteri Listeria monocytogenes (Lampiran 19)

berdasarkan absorbansi dan hasil plating, mengalami fase lag antara jam ke 0

sampai jam ke 2, fase log antara jam ke 2 sampai ke 10, fase stationer jam ke 10

sampai 14 dan fase kematian setelah jam ke 14. Bakteri tersebut berada pada

jumlah tertinggi pada jam ke 10 yaitu 1,1x107 cfu/g. Berdasarkan persamaan

yang diperoleh dari grafik pertumbuhan bakteri tersebut, maka untuk

mendapatkan bakteri sejumlah 1x107 cfu/g diambil biakan pada absorbansi

sebesar 0,366 yaitu pada umur antara 10 sampai 12 jam untuk digunakan pada

uji Konsentrasi Hambat minimum Listeria monocytogenes.

Page 55: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

42

Kurva pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Lampiran 21) berdasarkan

absorbansi dan hasil plating, mengalami fase lag antara jam ke 0 sampai jam ke

2, fase log antara jam ke 2 sampai ke 20, fase stationer jam ke 20 sampai pada

jam ke 24. Bakteri tersebut berada pada jumlah tertinggi pada jam ke 24 yaitu

2,2x107 cfu/g. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari grafik pertumbuhan

bakteri tersebut, maka untuk mendapatkan bakteri sejumlah 1x107 cfu/g diambil

biakan E.coli pada absorbansi 0,732 yaitu setelah berumur antara 18 sampai 20

jam untuk digunakan pada uji Konsentrasi Hambat minimum Escherichia coli.

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Sarang Semut dari

berbagai perlakuan ekstrak menggunakan MAE ditunjukkan pada Tabel 7. KHM

Ekstrak etanol sarang semut menggunakan MAE terhadap Escherichia coli lebih

tinggi dari pada Listeria monocytogenes dan Vibrio parahaemolyticus. Hal ini

berarti bahwa dibutuhkan konsentrasi ekstrak etanol sarang semut metode MAE

yang lebih besar untuk menghambat pertumbuhan Escherichia coli, dari pada

kedua bakteri yang lain. Bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri gram

negatif cenderung lebih tahan dari pada Listeria monocytogenes yang

merupakan bakteri gram positif dikarenakan bakteri gram negatif memiliki lapisan

peptidoglikan yang lebih tipis tetapi lapisan luar yang dimilikinya lebih kompleks

dari pada bakteri gram positif sehingga untuk dapat ditembus sangat sulit (Allison

and Gilbert, 2004). Bakteri gram positif mengandung peptidoglikan yang lebih

banyak dan lipopolisakarida yang lebih sedikit sehingga lebih bersifat polar dan

akan lebih mudah ditembus oleh ekstrak (Tortora et al., 2001).

Page 56: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

43

Tabel 7. Rata-rata KHM Bakteri dari Setiap Perlakuan Ekstraksi

Perlakuan ekstraksi Konsentrasi Hambat Minimum (mg/ml)

V.parahaemolyticus L.monocytogenes E.coli

Suhu 50 oC 10 menit 1,00 0,83 5,00

Suhu 50 oC 20 menit 0,83 0,50 1,00

Suhu 50 oC 30 menit 0,83 0,50 1,00

Suhu 60 oC 10 menit 1,00 0,50 5,00

Suhu 60 oC 20 menit 0,83 0,50 0,50

Suhu 60 oC 30 menit 0,83 0,50 1,00

Suhu 70 oC 10 menit 1,00 0,50 5,00

Suhu 70 oC 20 menit 0,50 0,10 0,50

Suhu 70 oC 30 menit 0,50 0,10 0,50

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Sarang Semut dari

berbagai perlakuan ekstrak menggunakan MAE ditunjukkan pada Tabel 7.

Berdasarkan Uji T-test menggunakan Minitabs diketahui bahwa P-Value bernilai

lebih kecil dari pada 0,05, hal ini berarti bahwa KHM Ekstrak etanol sarang semut

menggunakan MAE menunjukkan perbedaan KHM yang nyata antara ketiga

jenis bakteri tersebut, dimana KHM ekstrak mulai dari yang tertinggi ke yang

lebih rendah secara berurutan yaitu terhadap Escherichia coli, Vibrio

parahaemolyticus, dan Listeria monocytogenes. Hal ini berarti bahwa dibutuhkan

konsentrasi ekstrak sarang semut metode MAE yang lebih besar untuk

menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Vibrio parahaemolyticus dari

pada Listeria monocytogenes.

Bakteri Escherichia coli dan Vibrio parahaemolyticus yang merupakan

bakteri gram negatif cenderung lebih tahan dari pada Listeria monocytogenes

yang merupakan bakteri gram positif (Hansen, Aistin and Gill, 2001). Perbedaan

sensitifitas ketiga jenis bakteri tersebut disebabkan oleh perbedaan struktur

membran dinding sel antara bakteri gram positif dengan negatif (Vattem et al.

2004). Bakteri gram positif mempunyai lapisan lipo polisakarida eksternal dan

tambahan komponen membran minor selain membran plasma utuh sekitar sel

Page 57: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

44

yang memiliki potensi hidrofobisitas dan karena itu bisa menciptakan lingkungan

yang tidak menguntungkan bagi fenolat sederhana untuk menciptakan efek

hyperacidification (Vattem et al., 2004). Bakteri gram positif mengandung

peptidoglikan yang lebih banyak dan lipopolisakarida yang lebih sedikit sehingga

lebih bersifat polar dan akan lebih mudah ditembus oleh ekstrak (Tortora et al.,

2001). Porin yang terdapat pada lipopolisakarida dapat lebih mudah ditembus

oleh zat dengan berat molekul rendah (Suryani dan Stepriyani, 2016). Menurut

Suwandi (2015), beberapa senyawa antibakteri yang terdapat pada sarang

semut beserta berat molekulnya diantaranya adalah malic acid (133), fumaric

acid (115), gallic acid (169), catechol glycoside (271), tyrosol (137), sryngic acid

glucoronide (373) dan caffeic acid (359). Gallic acid, catechol glycoside, caffeic

acid dan sryngic acid glucoronide termasuk dalam senyawa fenol dari kelompok

fenolic acid.

Vibrio parahaemolyticus mempunyai KHM yang lebih rendah dari pada

Escherichia coli walaupun kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri gram

negatif. Hal ini didukung oleh penelitian Taguri, Tanaka and Kouno (2004) yang

menyatakan bahwa bakteri Genus Vibrio sangat rentan terhadap polifenol.

Taguri, Tanaka and Kouno (2004) Menguji KHM 10 jenis polifenol terhadap 4

grup bakteri diantaranya genus Vibrio. Bakteri Genus Vibrio paling rentan

terhadap polifenol dari pada Eschericia coli, Salmonella dan Staphylococcus

aureus, dimana Genus Vibrio mempunyai KHM terendah. Dari 10 jenis polifenol

yang diteliti tersebut, diantaranya senyawa epigallocatechin, procyanidin, tanin

terdapat pada tumbuhan sarang semut jenis Myrmecodia pendans (Suwandi,

2015).

Penelitian mengenai sifat antibakteri dari daun sage dan minyak rosemary

terhadap beberapa bakteri, menyatakan bahwa bakteri Vibrio parahaemolyticus

mempunyai sensitifitas tinggi, bahkan lebih sensitif dari pada beberapa bakteri

Page 58: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

45

gram positif yang diujikan pada daun sage dan minyak rosemary (Shelev, Naglik

and Bogen (1980). Hal ini dikarenakan perbedaan fisiologi antara kedua jenis

bakteri tersebut, dimana Esherichia coli mempunyai kemampuan dalam

menanggulangi tekanan yang disebabkan oleh asam (Vattem et al. 2004).

Bakteri enterohemorrahagic termasuk Escherichia coli mempunyai kemampuan

untuk mengelola acidic stress dengan cara menyebarkan proton dengan jalan

memperpanjang membran sel mereka. Selain itu menurut Vattem et al. (2004),

beberapa antioksida hidrofobik dimungkinkan dapat merusak sistem

keseimbangan sel Vibrio parahaemolyticus dengan menghambat fungsi saluran

ion yang biasa digunakan oleh bakteri ini untuk mempertahankan diri pada

lingkungan kadar garam tinggi (Lin, Labbe and Shetty, 2004).

Ekstrak mempunyai KHM yang berbeda-beda terhadap Escherichia coli,

dimana ekstrak dengan perlakuan MAE suhu 70 °C selama 20 dan 30 menit

mempunyai KHM tertinggi terhadap Escherichia coli, yaitu sebesar 0,5 mg/ml.

Hal ini mempunyai korelasi dengan kandungan total tanin yang dimiliki oleh

kedua perlakuan tersebut, dimana kedua perlakuan tersebut memiliki total tanin

tertinggi pertama dan kedua diantara ke-sembilan perlakuan ekstraksi MAE.

Menurut Cowan (1994), tanin dapat menginaktifkan adhesion sel dan

pertumbuhan enzim sehingga dapat mengganggu transport sel protein di dalam

sel. Menurut Chung et al. (1995), senyawa tumbuhan alami salah satunya asam

tanat dan turunannya mempunyai peran penting dalam mengendalikan bakteri

patogen pada ikan di kolam.

KHM Listeria monocytogenes diatas lebih efektif dari pada nilai KHM

ekstrak etanol lain terhadap Listeria monocytogenes yaitu Cistus (0,515), Rose

(0,9), Thyme (1,56), Artemisia (3,75), Rosemary (5,25), Geranium (6,15),

Camomile (6,75), Lavender (11,5) dan Verbena (11,5) seperti yang dinyatakan

oleh Bayoub (2010).

Page 59: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

46

5.2.6. Uji Korelasi Senyewa Bioaktif Sarang Semut dengan Konsentrasi

Hambat Minimum (KHM)

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bakteri Escherichia coli, Vibrio

parahaemolyticus dan Listeria monocytogenes dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya total fenol, total flavonoid dan total tanin. Berdasarkan hasil analisa

yang telah didapatkan, dilakukan uji regresi linier dan uji korelasi Pearson

menggunakan SPSS untuk melihat bagaimana korelasi antara senyawa bioaktif

seperti total fenol, total flavonoid dan total tanin terhadap Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) ekstrak etanol sarang semut pada ketiga jenis bakteri tersebut.

Hasil uji korelasi Pearson secara umum dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 8. Regresi Berganda Senyawa Bioaktif Berupa Total Fenol, Flavonoid dan Tanin terhadap KHM Ekstrak Sarang Semut pada E. coli

Parameter Nilai

R R2

Adjusted R2

F hitung Koefisien Regresi

- Konstanta - Fenol - Flavonoid - Tanin

0,774 0,598 0,546

11,426

15,755 -0,058 -0,067 -0,166

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai R regresi antara senyawa

bioaktif (total fenol, total flavonoid dan total tanin) terhadap KHM ekstrak pada E.

coli bernilai sebesar 0,774 hal ini berarti terjadi korelasi yang kuat antara

senyawa-senyawa bioaktif diatas dengan KHM ekstrak sarang semut pada E. coli

karena R mendekati 1. Regresi linier memiliki adjusted R2 sebesar 0,598 atau

59,8% dimana hal ini menunjukkan bahwa KHM ekstrak pada E. coli dipengaruhi

oleh total fenol, total flavonoid dan total tanin, sementara itu sisanya (40,2%)

dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Page 60: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

47

F hitung regresi linier berganda senyawa bioaktif berupa total fenol, total

flavonoid dan total tanin terhadap KHM ekstrak pada E.coli sebesar 11,426.

Berdasarkan hasil dari uji Pearson diperoleh koefisien regresi dari semua

variabel yang berupa total fenol, flavonoid dan tanin dengan persamaan berikut.

Y = 15,755 – 0,058X1 – 0,067X2 – 0,166X3

Keterangan :

y = Nilai KHM ekstrak pada E.coli

X1= Total Fenol (mg GAE/g)

X2= Total Flavonoid (mg QE/g)

X3= Total Tanin (mg TAE/g)

Nilai konstanta 15,755 menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat ketiga

variabel bebas (total fenol, total flavonoid dan total tanin) maka nilai konstanta

tersebut yang digunakan untuk perhitungan KHM. Ketiga koefisien bernilai

negatif artinya bahwa ketiga senyawa bioaktif tersebut memiliki hubungan yang

berbanding terbalik dengan KHM ekstrak pada E.coli. Hal ini berarti, semakin

tinggi kandungan ketiga senyawa bioaktif tersebut, maka semakin kecil KHM

atau semakin sedikit konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri E.coli.

Tabel 9. Regresi Berganda Senyawa Bioaktif Berupa Total Fenol, Flavonoid dan Tanin terhadap KHM Ekstrak Sarang Semut pada Vibrio parahaemolyticus

Parameter Nilai

R R2

Adjusted R2

F hitung Koefisien Regresi

- Konstanta - Fenol - Flavonoid - Tanin

0,689 0,475 0,407 6,946

0,848 0,000 0,005

-0,027

Page 61: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

48

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai R regresi antara senyawa

bioaktif (total fenol, total flavonoid dan total tanin) terhadap KHM ekstrak pada

Vibrio parahaemolyticus bernilai sebesar 0,689 hal ini berarti terjadi korelasi

antara senyawa-senyawa bioaktif diatas dengan KHM ekstrak sarang semut

pada Vibrio parahaemolyticus. Regresi linier memiliki adjusted R2 sebesar 0,475

atau 47,5% dimana hal ini menunjukkan bahwa KHM ekstrak pada Vibrio

parahaemolyticus dipengaruhi oleh total fenol, total flavonoid dan total tanin,

sementara itu sisanya (52,5 %) dipengaruhi oleh faktor lainnya.

F hitung regresi linier berganda senyawa bioaktif berupa total fenol, total

flavonoid dan total tanin terhadap KHM ekstrak pada Vibrio parahaemolyticus

sebesar 6,946. Berdasarkan hasil dari uji Pearson diperoleh koefisien regresi dari

semua variabel yang berupa total fenol, flavonoid dan tanin dengan persamaan

berikut.

Y = 0,848 + 0,000X1 + 0,005X2 – 0,027X3

Keterangan :

y = Nilai KHM ekstrak pada Vibrio parahaemolyticus

X1= Total Fenol (mg GAE/g)

X2= Total Flavonoid (mg QE/g)

X3= Total Tanin (mg TAE/g)

Nilai konstanta 0,848 menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat ketiga

variabel bebas (total fenol, total flavonoid dan total tanin) maka nilai konstanta

tersebut yang digunakan untuk perhitungan KHM. Koefisien total fenol bernilai

negatif artinya bahwa total fenol tersebut memiliki hubungan yang berbanding

terbalik dengan KHM ekstrak pada Vibrio parahaemolyticus. Hal ini berarti,

semakin tinggi kandungan total fenol tersebut, maka semakin kecil KHM atau

semakin sedikit konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menghambat

Page 62: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

49

pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolyticus. Konstanta untuk X1 dan X2

bernilai sangat kecil dan mendekati nol, artinya bahwa total fenol dan total

flavonoid hampir tidak memiliki korelasi dengan KHM ekstrak sarang semut pada

Vibrio parahaemolyticus.

Tabel 10. Regresi Berganda Senyawa Bioaktif Berupa Total Fenol, Flavonoid dan Tanin terhadap KHM Ekstrak Sarang Semut pada Listeria monocytogenes

Parameter Nilai

R R2

Adjusted R2

F hitung Koefisien Regresi

- Konstanta - Fenol - Flavonoid - Tanin

0,829 0,688 0,647

16,880

0,978 -0,005 0,007

-0,024

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai R regresi antara senyawa

bioaktif (total fenol, total flavonoid dan total tanin) terhadap KHM ekstrak pada

Listeria monocytogenes bernilai sebesar 0,829 hal ini berarti terjadi korelasi yang

sangat kuat antara senyawa-senyawa bioaktif diatas dengan KHM ekstrak

sarang semut pada Listeria monocytogenes karena R mendekati 1. Regresi linier

memiliki adjusted R2 sebesar 0,688 atau 68,8% dimana hal ini menunjukkan

bahwa KHM ekstrak pada Listeria monocytogenes dipengaruhi oleh total fenol,

total flavonoid dan total tanin, sementara itu sisanya (31,2%) dipengaruhi oleh

faktor lainnya.

F hitung regresi linier berganda senyawa bioaktif berupa total fenol, total

flavonoid dan total tanin terhadap KHM ekstrak pada Listeria monocytogenes

sebesar 16,880. Berdasarkan hasil dari uji Pearson diperoleh koefisien regresi

dari semua variabel yang berupa total fenol, flavonoid dan tanin dengan

persamaan berikut.

Page 63: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

50

Y = 0,978 – 0,005X1 + 0,007X2 – 0,024X3

Keterangan :

y = Nilai KHM ekstrak pada Listeria monocytogenes

X1= Total Fenol (mg GAE/g)

X2= Total Flavonoid (mg QE/g)

X3= Total Tanin (mg TAE/g)

Nilai konstanta 0,978 menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat ketiga

variabel bebas (total fenol, total flavonoid dan total tanin) maka nilai konstanta

tersebut yang digunakan untuk perhitungan KHM. Koefisien total fenol dan total

flavonoid bernilai sangat kecil mendekati nol, sedangkan koefisien total tanin

bernilai -0,024.

Tabel 11. Korelasi Senyawa Bioaktif terhadap KHM Ekstrak pada Ketiga Jenis Bakteri

Fenol Flav Tanin KHM(EC) KHM(VP) KHM(LM)

Fenol Flavonoid Tanin KHM pada EC KHM pada VP KHM pada LM

1,000 0,207 0,601

-0,670 -0,400 -0,607

0,207 1,000

-0,130 -0,139 0,162 0,151

0,601 -0,130 1,000

-0,694 -0,685 -0,808

-0,670 -0,139 -0,694 1,000 0,592 0,572

-0,400 0,162

-0,685 0,592 1,000 0,637

-0,607 0,151

-0,808 0,572 0,637 1,000

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa korelasi antara flavonoid dan

fenol sebesar 0,207 menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara flavonoid

dengan fenol sebesar 20,7%. Nilai ini bersifat positif, artinya terdapat korelasi

yang berbanding lurus antara flavonoid dan fenol, apabila kadar flavonoid

meningkat maka akan semakin meningkat pula kadar total fenol, sebaliknya

apabila semakin menurun kadar total flavonoid maka akan semakin menurun

pula kadar total fenol.

Korelasi antara tanin dan fenol sebesar 0,601 menunjukkan bahwa ada

keterkaitan antara tanin dengan fenol sebesar 60,1%. Nilai ini bersifat positif,

Page 64: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

51

artinya terdapat korelasi yang berbanding lurus antara tanin dan fenol, apabila

kadar tanin meningkat maka akan semakin meningkat pula kadar total fenol,

sebaliknya apabila semakin menurun kadar total tanin maka akan semakin

menurun pula kadar total fenol.

Berdasarkan persamaan regresi berganda dapat dilihat bahwa dari ketiga

senyawa bioaktif, korelasi total tanin (-0,694) merupakan paling tinggi terhadap

besarnya KHM ekstrak pada E.coli, lalu diikuti oleh total fenol (-0,670) dan total

flavonoid (-0,139), demikian pula pada KHM Listeria monocytogenes dan Vibrio

parahaemolyticus, senyawa yang mempunyai korelasi tertinggi yaitu tanin, dan

diikuti oleh total fenol dan flavonoid. Menurut Scalbert (1991), tanin terdiri dari

banyak jenis, dan tiap jenis tanin mempunyai pengaruh yang berbeda-beda

terhadap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya. Mekanisme tanin sebagai

antibakteri dapat terjadi dengan cara menghambat pertumbuhan enzim ekstra sel

bakteri, mengambil substrat bakteri, mengganggu metabolisme bakteri dan

mengkelat ion logam pada bakteri. Beberapa enzim yang terdapat pada mikroba

seperti selulase, pectinase, xilanase dan peroksidase, akan terhambat setelah

bercampur dengan senyawa tanin. Asam tanat juga dapat menghambat oksidasi

phosphorilase mitokondria dengan terlebih dahulu harus melewati dinding sel

yang terdiri dari polisakarida dan protein yang berbeda-beda. Tanin juga

mempunyai lebih dari 2 grup o-diphenol dalam molekulnya yang dapat

mengkelat banyak ion metal sehingga dapat mengurangi ion metal yang

dibutuhkan oleh bakteri, dimana bakteri sangat bergantung pada ion metal yang

terdapat pada lingkungannya.

Ketiga nilai korelasi tersebut bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketiga

senyawa bioaktif tersebut berkaitan dan mempengaruhi besarnya KHM ekstrak

MAE sarang semut pada E.coli, dan tanin merupakan golongan senyawa yang

paling berkaitan dengan KHM nya. Semakin besar tanin, total fenol dan total

Page 65: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

52

flavonoid yang terkandung pada ekstrak, maka akan semakin kecil kebutuhan

ekstrak yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai

contoh dalam penelitian ini, ekstrak sarang semut dengan perlakuan yang

menghasilkan kandungan tanin tertinggi (20,42 mg TAE/g) yaitu pada perlakuan

suhu 70 oC selama 20 menit hanya membutuhkan 0,5 mg/ml ekstrak untuk

dapat menghambat pertumbuhan E.coli, sedangkan ekstrak dengan kandungan

tanin terendah (2,03 mg TAE/g) membutuhkan lebih banyak ekstrak yaitu 5

mg/ml untuk dapat menghambat pertumbuhan E.coli.

Berdasarkan persamaan regresi berganda, ketiga nilai korelasi tersebut

bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa ketiga senyawa bioaktif tersebut berkaitan,

dimana semakin besar tanin, total fenol dan total flavonoid yang terkandung pada

ekstrak, maka akan semakin kecil kebutuhan ekstrak yang digunakan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai contoh dalam penelitian ini, ekstrak

sarang semut dengan perlakuan yang menghasilkan kandungan fenol tertinggi

(151,86 mg GAE/g) yaitu pada perlakuan suhu 60 oC selama 20 menit hanya

membutuhkan 0,5 mg/ml ekstrak untuk dapat menghambat pertumbuhan Vibrio

parahaemolyticus, sedangkan ekstrak dengan kandungan fenol terendah (114,72

mg GAE/g) membutuhkan lebih banyak ekstrak yaitu 1 mg/ml untuk dapat

menghambat pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus.

5.2.7. Penentuan Perlakuan Terbaik

Penentuan perlakuan terbaik dari 9 macam perlakuan MAE dimana terdiri

dari 5 macam respon yaitu total fenol, total flavonoid, total tanin, rendemen dan

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ketiga jenis bakteri yang diujikan,

dilakukan dengan metode Zeleny.

Page 66: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

53

Tabel 12. Pemilihan Perlakuan Terbaik

Perlakuan L1 L2 Lmax Nilai

A10 0,021 0,240 0,021 0,282

A20 0,007 0,142 0,007 0,156

A30 0,008 0,136 0,008 0,152

B10 0,010 0,152 0,010 0,173

B20 0,006 0,105 0,006 0,116

B30 0,008 0,132 0,008 0,147

C10 0,012 0,176 0,012 0,200

C20 0,000 0,012 0,000 0,012

C30 0,000 0,034 0,000 0,034

Berdasarkan metode Zeleny pada Tabel 12, didapatkan bahwa perlakuan

terbaik (nilai yang diarsir) adalah perlakuan MAE dengan suhu 70 oC dengan

waktu 20 menit dengan nilai 0,012 setelah itu diikuti oleh perlakuan MAE dengan

suhu 70 oC dengan waktu 30 menit (nilai 0,034) dan diikuti oleh perlakuan-

perlakuan yang lain. (Lampiran 27). Perlakuan terbaik tersebut selanjutnya

dianalisa LC-MS dan digunakan sebagai bahan untuk aplikasi pada ikan.

5.2.8. Analisa LC-MS

Analisa LC-MS dilakukan pada sampel perlakuan terbaik yaitu ekstraksi

dengan suhu 70 °C selama 20 menit pada beberapa senyawa fenolik.

Berdasarkan kromatogram pada Gambar 13, dilakukan analisa LC-MS pada

senyawa p-coumaric acid (BM 163), gallic acid (BM 169), caffeic acid (BM 179),

ferulic acid (BM 193), kaempferol (BM 285), rutin (BM 285) dan kuersetin (BM

301), dimana senyawa p-coumaric acid, gallic acid, caffeic acid dan ferulic acid

tergolong dalam asam fenol, sedangkan kaempferol, rutin dan kuersetin

tergolong dalam senyawa flavonoid. Senyawa kuersetin yang menunjukkan hasil

positif, sedangkan 6 senyawa yang lain menunjukkan hasil negatif.

Page 67: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

54

Gambar 13. Kromatogram LC-MS

Pada kromatogram dapat diketahui adanya kandungan kuersetin pada

ekstrak etanol MAE sarang semut dengan waktu retensi 0,91 menit, dengan

berat molekul 301, mendekati berat molekul kuersetin yaitu sebesar 302

g/molekul (Lu et al., 2000).

Keberadaan kuersetin dalam tanaman sarang semut sesuai dengan hasil

penelitian Engida (2013) yang melakukan ekstraksi pada tanaman sarang semut

dengan metode maserasi menggunakan pelarut air dan didapatkan senyawa

kuersetin sejumlah 0,03 mg/g.

Peranan kuersetin sebagai antibakteri telah dikemukakan oleh Xu and

Lee (2001) yang mendapatkan bahwa senyawa kuersetin mempunyai diameter

hambat 9 mm terhadap beberapa bakteri. Kuersetin tergolong dalam senyawa

flavonoid, yang mempunyai sifat antioksidan dan antibakteri. Flavonoid

mempunyai peranan antibakteri dengan cara merusak membran sitoplasma,

menurunkan kestabilan membran, menghambat sintesis asam nukleat dan

menghambat metabolisme energi (Chusnie, 2011).

Sampel

Asam galat

Asam kafeid

Asam ferulik

Kaempferol

Rutin

Kuersetin

Asam kumarid

Page 68: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

55

5.3 Aplikasi Ekstrak pada Ikan

Berdasarkan analisa statistik menggunakan Anova (Lampiran 29),

diketahui bahwa keempat jenis perlakuan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap laju pertumbuhan bakteri Listeria monocytogenes, dari hari ke 1, 15, 30

sampai hari ke 45.

Gambar 14. Pengaruh Perlakuan Perendaman Daging Ikan dengan Ekstrak Terhadap Pertumbuhan Listeria monocytogenes (♦Suhu 4 oC, ■Suhu 4 °C dengan ekstrak, ▲Suhu -8 °C, ●Suhu -8 °C dengan

ekstrak.)

Berdasarkan Gambar 14, jumlah peningkatan jumlah bakteri yang

tertinggi dialami oleh sampel dengan perlakuan penyimpanan dingin tanpa

perendaman ekstrak, kemudian diikuti secara berurutan oleh sampel perlakuan

penyimpanan dingin dengan perendaman ekstrak, sampel perlakuan

penyimpanan dingin tanpa perendaman ekstrak, dan sampel perlakuan

penyimpanan beku dengan perendaman ekstrak.

Pada hari pertama, jumlah sel semua perlakuan mengalami peningkatan

dibandingkan dengan hari ke 0, dimana kenaikan kedua perlakuan sampel

dengan perendaman ekstrak mengalami kenaikan yang lebih sedikit dari pada

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

0 1 15 30 45

L. M

on

ocy

tog

enes

(Lo

g cf

u/g

)

Waktu penyimpanan (hari)

Page 69: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

56

kenaikan kedua sampel yang tidak diberikan perlakuan perendaman ekstrak.

Berdasarkan penelitian tahap I, ekstrak sarang semut yang digunakan untuk

perendaman ini mempunyai kandungan fenol 150,33 mgGAE/g. Menurit Lin

(2004), bagian fenolik yang bersifat hidrofobik memungkinkan penempelan pada

membran sitoplasma bakteri yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian

sel. Menurut Lin (2004), bagian hidrofobik alami yang dimiliki oleh senyawa

fenolik mampu bekerja secara lebih efektif dalam menghadapi bagian lipid dan

air dalam daging, sehingga cocok diaplikasikan dalam makanan.

Pada kedua sampel penyimpanan dingin, sampel yang tidak mengalami

perlakuan perendaman ekstrak memiliki kenaikan jumlah sel yang jauh lebih

tinggi dari pada sampel yang direndam pada ekstrak, baik pada hari ke 15, 30

dan 45. Sampel tanpa perendaman memiliki jumlah sel 28x104 cfu/g pada hari ke

0, berjumlah 3,3x104 cfu/g pada hari ke 1, berjumlah 3,1x105 cfu/g pada hari ke

15, berjumlah 6,7x105 cfu/g pada hari ke 30, dan diatas 107 cfu/g pada hari ke

45. Hasil ini sebanding dengan penelitian Lin (2004) yang meneliti bahwa

pertumbuhan Listeria monocytogenes tanpa penembahan ekstrak pada ikan

yang disimpan pada suhu 4 oC, jumlah sel bakteri tersebut mengalami

peningkatan sebesar 1 log10 cfu/g dari hari ke 0 hingga hari ke-8. Dalam

penelitian tersebut, dinyatakan bahwa kandungan fenol yang terdapat dalam

ekstrak Oregano berperan dalam menurunkan jumlah sel sejumlah 3 log10 cfu/g

pada hari kedelapan. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Miladi et al.

(2008), menyatakan bahwa Listeria monocytogenes masih mempunyai

kemampuan tumbuh pada suhu 2-5 oC. Ikan yang di inokulasi Listeria

monocytogenes kemudian disimpan pada suhu 4 °C, setelah 15 hari mengalami

kenaikan jumlah sel sejumlah 1,46 log10 cfu/g. kenaikan ini lebih kecil dari pada

ikan yang disimpan pada suhu 25 oC (Miladi et al., 2008). Pada hari ke 45,

sampel perlakuan dingin tanpa perendaman tersebut sudah akan mengalami

Page 70: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

57

fase stationer, dimana grafik akan mengalami arah yang horizontal, dan pada

sampel penyimpanan dingin dengan perendaman ekstrak masih dalam fase log.

Sampel yang lain pada suhu penyimpanan yang sama dengan perlakuan

perendaman ekstrak terlebih dahulu sebelum penyimpanan dingin, memiliki

jumlah sel yang lebih sedikit di setiap waktu pengamatan, mulai dari hari ke 1,

15, 30 sampai 45 hari.

Begitu pula dengan kedua sampel yang disimpan pada suhu -8 °C,

sampel yang tidak mengalami perlakuan perendaman ekstrak memiliki kenaikan

jumlah sel yang jauh lebih tinggi dari pada sampel yang direndam pada ekstrak,

baik pada hari ke 15, 30 dan 45. Menurut Chung et al. (1993), Tanin mempunyai

daya hambat pada uji cakram terhadap 15 jenis bakteri diantaranya Listeria

monocytogenes dan Escherichia coli, sedangkan asam galat yang merupakan

produk hidrolisis dari asam tanat, tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri-

bakteri tersebut, dikarenakan rantai ester pembentuk asam tanat pada asam

galat adalah berperan penting sebagai antibakteri pada komponen tersebut.

Kedua sampel dengan perlakuan penyimpanan beku mempunyai

pertumbuhan sel lebih rendah dari pada penyimpanan beku, baik dengan

perlakuan perendaman ekstrak atau tanpa perendaman sebelum penyimpanan

beku. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miladi et al. (2008),

bahwa penyimpanan beku ikan salmon yang telah diinokulasi Listeria

monocytogenes dapat menurunkan jumlah sel 1 sampai 2 log10 cfu/g pada hari

ke 30 penyimpanan beku. Dari hari ke 30 sampai hari ke 200 penurunan jumlah

sel tidak banyak, yaitu kurang dari 1 log cfu/g. Pada suhu dibawah 0 °C, bakteri

Listeria monocytogenes mengalami penyusutan ukuran sel dan mengalami

evolusi karakter biokimia, dimana beberapa enzim (D-arabitol, D-xylose, L-

rhamnose, α-methyl-D-glucoside, D-ribose, glucose-1-phosphate, dan D-

tagatose) memproduksi asam.

Page 71: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

58

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut.

6.1. Kesimpulan

Ekstraksi etanol sarang semut dengan metode Microwave Assisted

Extraction (MAE) dengan 9 kombinasi perlakuan suhu dan waktu dan didapatkan

perlakuan optimum pada suhu 70 oC dengan waktu 20 menit dengan rendemen

sebesar 7,83 %, total fenol 150,33 mg GAE/g, total flavonoid 56,12 mg QE/g,

total tanin 20,42 mg TAE/g, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada

Escherichia coli, Vibrio parahaemolyticus dan Listeria monocytogenes sebesar

0,5 mg/g.

Pada penyimpanan suhu 4 oC maupun -8 oC, daging ikan yang

sebelumnya mengalami perlakuan perendaman dengan ekstrak perlakuan

terbaik dengan konsentrasi 0,1 % mengalami peningkatan pertumbuhan Listeria

monocytogenes lebih lambat dari pada daging ikan yang tidak mengalami

perlakuan perendaman ekstrak.

Pada pengamatan akhir hari ke 45, jumlah log Listeria monocytogenes

dari perlakuan penyimpanan dingin tanpa perendaman ekstrak 6,07 log10/g,

penyimpanan dingin dengan perendaman ekstrak 5,7 log10/g, penyimpanan

beku tanpa perendaman ekstrak 4,95 log10/g dan penyimpanan beku dengan

perendaman ekstrak sebelum penyimpanan 4,41 log10/g.

Page 72: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

59

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai ekstraksi sarang semut

dengan menggunakan faktor perlakuan waktu MAE yang lebih pendek pada

suhu antara 60 sampai 70 oC dengan waktu 20 menit.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai ekstraksi tumbuhan sarang

semut menggunakan pelarut non-polar untuk mengetahui dan mengekstrak

senyawa-senyawa non-polar yang terdapat pada tumbuhan tersebut.

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi senyawa-senyawa tanin

yang terdapat pada tumbuhan sarang semut.

Page 73: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

60

DAFTAR PUSTAKA

Adesiyun, A. A. (1993). Prevalence of Listeria spp., Campylobacter spp. Salmonella spp. Yersinia spp. and toxigenic Escherichia coli meat and seafoods in Trinidad. Food microbiology, 10(5), 395-403.

Allison, D., & Gilbert, P., 2004, Bacteria, in Denyer, S.P., Hodges, N.A., & Gorman, S.P. (Eds.), Hugo and Russell’s Pharmaceutical Microbiology, 7th Ed., Blackwell Science, Masssachusetts, USA

Ambarwati, R. 2014. Membangun Kelautan untuk Mengembalikan Kejayaan Sebagai Negara Maritim, http://www.ppk-pp3k.kkp.go.id/ver2/news/read/ 115/

Apriyanti, E., Kurnia, D.S.D., Dharsono, H.D.A., Satari, M.H. 2015. Flavonoid dari Myrmecodia pendans dan aktifitas antibakteri terhadap Enterococcus faecalis, Pustaka Unpad. Bandung

Atanassova, M., Georgieva S., and Ivancheva K. 2011. Total Phenolic And Total Flavonoid Contents, Antioxidant Capacity And Biological Contaminants In Medicinal Herbs. Journal of the University of Chemical Technology and Metallurgy. 46 (1): 81-88.

Baghdikian, B., Filly, A., Fabiano-Tixier, A. S., Petitcolas, E., Mabrouki, F., hemat,

F., & Ollivier, É. (2016). Extraction by Solvent Using Microwave and Ultrasound-Assisted Techniques Followed by HPLC Analysis of Harpagoside from Harpagophytum Procumbens and Comparison with Conventional Solvent Extraction Methods. Comptes Rendus Chimie. 19 (6): 692-698.

Bayoub, K., Baibai, T., Mountassif, D., Retmane, A., & Soukri, A. (2010).

Antibacterial activities of the crude ethanol extracts of medicinal plants against Listeria monocytogenes and some other pathogenic strains. African Journal of Biotechnology, 9(27), 4251-4258.

Bobbarala, V. (2012). Antimicrobial Agent. InTech. Janeza Trdine 9, 51000.

Rijeka, Croatia. Chung, K. T., SE Jr, S., Lin, W. F., & Wei, C. I. (1993). Growth inhibition of

selected food‐borne bacteria by tannic acid, propyl gallate and related compounds. Letters in Applied Microbiology, 17(1), 29-32.

Chung, K. T., Zhao, G., Stevens Jr, E., Simco, B. A., & Wei, C. I. (1995). Growth

inhibition of selected aquatic bacteria by tannic acid and related compounds. Journal of Aquatic Animal Health, 7(1), 46-49.

Cushnie, T. T., & Lamb, A. J. (2011). Recent advances in understanding the

antibacterial properties of flavonoids. International journal of antimicrobial agents, 38(2), 99-107.

Page 74: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

61

Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical

Microbiology Reviews. 12 : 564 – 582. Cui, X. B., Qian, X. C., Huang, P., Zhang, Y. X., Li, J. S., Yang, G. M., & Cai, B.

C. (2015). Simultaneous determination of ten flavonoids of crude and

wine‐processed Radix Scutellariae aqueous extracts in rat plasma by UPLC‐ESI‐MS/MS and its application to a comparative pharmacokinetic study. Biomedical Chromatography, 29(7), 1112-1123.

Doughari, J. H. (2006). Antimicrobial activity of Tamarindus indica Linn. Tropical

Journal of Pharmaceutical Research. 5(2): 597-603. Duncan, C. J., Bowler, K., & Davison, T. F. (1970). The effect of tannic acid on

the phosphorylation and ATPase activity of mitochondria from blowfly flight muscle. Biochemical pharmacology, 19(8), 2453-2460.

Efendi, Y. N., & Hertiani, T. (2013). Antimicrobial potency of ant-plant extract

(Myrmecodia tuberosa Jack) against Candida albicans, Escherichia coli, and Staphylococcus aureus. Trad Med J. 18 (1): 53-58.

Engida, A. M., Kasim, N. S., Tsigie, Y. A., Ismadji, S., Huynh, L. H., & Ju, Y. H.

(2013). Extraction, identification and quantitative HPLC analysis of flavonoids from sarang semut (Myrmecodia pendan). Industrial Crops and Products. 41 (1): 392-396.

Genisa, A.S. (1999). Pengenalan jenis-jenis ikan laut ekonomis penting di

Indonesia, Oseana. 24 (1) : 17 – 38. Gharekhani, M., Ghorbani, M., & Rasoulnejad, N. (2012). Microwave-assisted

extraction of phenolic and flavonoid compounds from Eucalyptus camaldulensis Dehn leaves as compared with ultrasound-assisted extraction. Latin American applied research. 42 (3): 305-310.

Gonçalves, A. C., Almeida, R. C. C., Alves, M. A. O., & Almeida, P. F. (2005).

Quantitative Investigation on the Effects of Chemical Treatments in Reducing Listeria monocytogenes Populations on Chicken Breast Meat. Food control. 16(7): 617-622.

Grotewold, E. (2006). The Science of Flavonoids, Springer Science Business

Media, Inc. New York. Handayani, D., Mun’im, A., & Ranti, A. S. (2015). Optimation of Green Tea Waste

Axtraction Using Microwave Assisted Extraction to Yield Green Tea Extract. Traditional Medicine Journal, 19(1), 29-35.

Herrmann, K., & Nagel, C. W. (1989). Occurrence and content of

hydroxycinnamic and hydroxybenzoic acid compounds in foods. Critical Reviews in Food Science & Nutrition, 28(4), 315-347.

Jay, J.M., Loessner, M.J., Golden, D.A. (2005). Modern Food Microbiology 7th Ed. Springer Science Business Media, Inc. New York.

Page 75: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

62

Jing, P., & Giusti, M. M. (2007). Effects of Extraction Conditions on Improving the Yield and Quality of an Anthocyanin‐Rich Purple Corn (Zea mays L.) Color Extract. Journal of food science, 72(7), C363-C368.

Junior, M. R. M., Leite, A. V., & Dragano, N. R. V. (2010). Supercritical fluid extraction and stabilization of phenolic compounds from natural sources–review (supercritical extraction and stabilization of phenolic compounds). Open Chem Eng J, 4, 51-60.

Khumaidi, A., Hertiani, T., & Sasmito, E. (2015). Analisis Korelasi antara Efek

Proliferasi Limfosit dengan Kandungan Fenolik dan Flavonoid Subfraksi Etil Asetat Myrmecodia tuberosa (Non Jack) Bl. secara In Vitro pada Mencit BALB/C (Correlation Analysis between Lymphocyte Proliferation. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.13(1): 102-107.

Kim, S. J., Cho, A. R., & Han, J. (2013). Antioxidant and antimicrobial activities of

leafy green vegetable extracts and their applications to meat product preservation. Food Control. 29(1): 112-120.

Kumar, S., & Pandey, A. K. (2013). Chemistry and biological activities of

flavonoids: an overview. The Scientific World Journal, 2013. Lee, K. W., Kim, Y. J., Lee, H. J And Lee, C. Y. 2003. Cocoa Has More Phenolic

Phytochemical And Higher Antioxidant Than Teas And Red Wine. J. Agric. Food Chem. 51(25): 249-252.

Lenny, S. (2006). Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida, USU

Repository@2006. Li, M. J., You, J. Y., Yao, S., Ding, L., Liu, Z. Y., & Zhang, H. Q. (2004).

Microwave-assisted Extraction of Rutin and Quercetin from Flos Sophorae. Chem Res Chin Univ. 20. 703-706.

Liazid, A., Palma, M., Brigui, J., & Barroso, C. G. (2007). Investigation on

phenolic compounds stability during microwave-assisted extraction. Journal of Chromatography A, 1140(1), 29-34.

Lin, Y. T., Labbe, R. G., & Shetty, K. (2004). Inhibition of Listeria monocytogenes

in fish and meat systems by use of oregano and cranberry phytochemical synergies. Applied and environmental microbiology, 70(9), 5672-5678.

Lu, Y., & Foo, L. Y. (2000). Antioxidant and radical scavenging activities of

polyphenols from apple pomace. Food chemistry, 68(1), 81-85. Magdalena, N. V., & Kusnadi, J. (2014). Antibakteri dari Ekstrak Kasar Daun

Gambir (Uncaria gambir var Cubadak) Metode Microwave-Assisted Extraction Terhadap Bakteri Patogen [In Press Januari 2015]. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 124-135.

Malangngi, L., Sangi, M., & Paendong, J. (2012). Penentuan kandungan tanin

dan uji aktivitas antioksidan ekstrak biji buah alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online. 1(1): 5-10.

Page 76: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

63

Mandal, V., Mohan, Y., & Hemalatha, S. (2007). Microwave assisted extraction—

an innovative and promising extraction tool for medicinal plant research. Pharmacognosy Reviews. 1(1): 7-18.

Miladi, H., Chaieb, K., Bakhrouf, A., Elmnasser, N., & Ammar, E. (2008).

Freezing effects on survival of Listeria monocytogenes in artificially contaminated cold fresh-salmon. Annals of microbiology, 58(3), 471-476.

Moektiwardoyo, M., Levita, J., Sidiq, S. P., Ahmad, K., Mustarichie, R., &

Subarnas, A. (2011). The determination of quercetin in Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br. leaves extract and its In SilicoStudy on Histamine H4 Receptor. Indonesian Journal Pharmacy. 191-196.

Murcia, M. A., Jiménez, A. M., & Martínez-Tomé, M. (2009). Vegetables

antioxidant losses during industrial processing and refrigerated storage. Food Research International, 42(8), 1046-1052.

National Center for Biotechnology Information. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ Naufalin, R., Erminawati. (2013) Sifat Fisikokimia dan Aktivitas Antioksidan

Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Sebagai Pengawet Alami Pangan. http://www.researchgate.net/publication/260336250

Ozturk, G., Dogan, M., & Toker, O. S. (2014). Physicochemical, functional and

sensory properties of mellorine enriched with different vegetable juices and TOPSIS approach to determine optimum juice concentration. Food Bioscience, 7, 45-55.

Pudjiastuti, S. 2014. Infrasruktur, Kendala Pengangkutan Hasil Laut. Harian Kompas, 20 November 2014, hal. 4

Riadi, M. 2016. Senyawa Polifenol pada Tanaman. http://www.kajianpustaka.com/2014/06/senyawa-polifenol-pada-tanaman.html

Sanjaya, R. E., Tedjo, Y. Y., Kurniawan, A., Ju, Y. H., Ayucitra, A., & Ismadji, S. (2014). Investigation on supercritical CO 2 extraction of phenolic-phytochemicals from an epiphytic plant tuber (Myrmecodia pendans). Journal of CO2 Utilization, 6, 26-33.

Sari, D. K., Wardhani, D. H., & Prasetyaningrum, A. (2012). Pengujian

Kandungan Total Fenol Kappahycus alvarezzi dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik dengan Variasi Suhu dan Waktu. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).

Scalbert, A. (1991). Antimicrobial properties of tannins. Phytochemistry, 30(12),

3875-3883. Setyani, W., Hertiani, T., & Murti, Y. B. (2012). Isolation and Identification of

Antimicrobial Compound From Sarang Semut Tubers (Myrmecodia tuberosa (non Jack.) Bl.). STIFAR-Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, 7(1).

Page 77: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

64

Salminen, S., Bouley, C., Boutron, M. C., Cummings, J. H., Franck, A., Gibson,

G. R., ... & Rowland, I. (1998). Functional food science and gastrointestinal physiology and function. British Journal of Nutrition, 80(S1), S147-S171.

Sankar, S., Sujith, P., & Jayalaxmi, S. (2013). Microbial study and proximate

composition of six marine fish species in Mudasalodai coastal region. International Journal of Pharmacy and Biological Sciences, 3(3), 398-404.

Shan, B., Cai, Y. Z., Sun, M., & Corke, H. (2005). Antioxidant capacity of 26 spice

extracts and characterization of their phenolic constituents. Journal of agricultural and food chemistry, 53(20), 7749-7759.

Shao, P., He, J., Sun, P., & Zhao, P. (2012). Analysis of conditions for

microwave-assisted extraction of total water-soluble flavonoids from Perilla Frutescens leaves. Journal of food science and technology, 49(1), 66-73.

Shelef, L. A., Naglik, O. A., & Bogen, D. W. (1980). SENSITIVITY OF SOME

COMMON FOOD‐BORNE BACTERIA TO THE SPICES SAGE, ROSEMARY, AND ALLSPICE. Journal of Food Science, 45(4), 1042-1044.

Situmeang, B., Kurnia, D., & Sumiarsa, D. Pentacyclic Triterpenes From Sarang

Semut Tuber (Myrmecodia pendans) and Their Antibacterial Activity Test Against Escherichia coli. Unpad. Bandung.

Soeksmanto, A., Subroto, M. A., Wijaya, H., & Simanjuntak, P. (2010). Anticancer

activity test for extracts of Sarang semut plant (Myrmecodya pendens) to HeLa and MCM-B2 cells. Pakistan journal of biological sciences: PJBS. 13(3): 148-151.

Su, Y. C., & Liu, C. (2007). Vibrio parahaemolyticus: a concern of seafood safety.

Food microbiology, 24(6), 549-558.

Subroto, A. 2006. Gempur Penyakit Dengan Sarang Semut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subuh, M. 2015. Mengenal Bakteri Lysteria monocytogenes. www.depkes.go.id/article/view/15015800001/mengenal-bakteri-lysteria-monocytogenes.html. 27 Januari 2015

Suryani, L., & Stepriyani, S. (2016). Daya antibakteri infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Jurnal Mutiara Medika, 7(1 (s)), 23-28.

Susanti, E. (2016). Inventarisasi Tumbuhan Sarang Semut Di Kabupaten Fakfak,

Papua Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Susanto, E., Agustini, T. W., Swastawati, F., Surti, T., Fahmi, A. S., Albar, M. F.,

& Nafis, M. K. (2011). Pemanfaatan Bahan Alami Untuk Memperpanjang

Page 78: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN SARANG SEMUT ...repository.ub.ac.id/1873/1/RAHMAT YULIANDRI.pdf · 1 aktivitas antibakteri ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendans)

65

Umur Simpan Ikan Kembung (Rastrelliger Neglectus). Journal of Fisheries Sciences. 13(2): 60-69.

Suwandi, A. C. (2015). Identification of Bioactive Compounds in Water Extract of

Sarang Semut (Myrmecodia pendans). National Taiwan University of Science and Technology. Taipei.

Taguri, T., Tanaka, T., & Kouno, I. (2004). Antimicrobial activity of 10 different

plant polyphenols against bacteria causing food-borne disease. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 27(12), 1965-1969.

Tortora GJ., Funke, BR., Case CL. 2001. Microbiology an Introduction 7th edition.

Addison Wesley Longman. United States America. p. 323-324, 549-572,690-697.

US Food and Drug Administration (US FDA). 2007. Secondary direct food

additives permitted in food for human consumption. http://www.cfsan.fda.gov/~lrd/fr040402.html.

Utomo, A.B., Suprijono, A., Risdianto, A. 2011. Uji aktifitas antioksidan kombinasi ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) dan ekstrak the hitam (Camellia sinensis O.K. var. assamica (mast.)) dengan metode DPPH. MFI. 6 (1) : 2-7 .

Vatai, T., Škerget, M., & Knez, Ž. (2009). Extraction of phenolic compounds from elder berry and different grape marc varieties using organic solvents and/or supercritical carbon dioxide. Journal of Food Engineering, 90(2), 246-254.

Xu, H. X., & Lee, S. F. (2001). Activity of plant flavonoids against antibiotic-resistant bacteria. Phytotherapy Research. 15(1): 39-43.