Shattering Inequities: Real-World Wisdom for School and District Leaders
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00274-MN Bab 2.pdf ·...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00274-MN Bab 2.pdf ·...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Data, Information, Knowledge, dan Wisdom (DIKW) Sebelum munculnya sebuah knowledge management (KM), kita harus memahami
terlebih dahulu dan dapat membedakan antara data, informasi, knowledge, dan wisdom.
Dimana hal tersebut akan menjadi bahasan yang akan diperluas dalam penelitian ini.
Pembedaan data, informasi, dan knowledge sangat penting sekali dalam sebuah knowledge
management. Karena ketidakjelasan pembedaan pengertian akan menimbulkan inefisiensi
dan kesalahan dalam penerapan KM.
Disamping itu, pemahaman istilah knowledge dan wisdom juga penting dimana kedua
hal itu lebih dapat “memanusiakan” KM, yang selama ini KM lebih berbasiskan IT dari
sekedar data warehouse (Gudang data) dan data network (Jaringan data) atau aspek
teknologi kearah yang lebih komprehensif. Dalam buku KM Tobing L Paul (2007) menurut
Russell Ackoff (1989) seorang pakar system dan guru besar bidang perubahan organisasi,
menyatakan bahwa isi atau kandungan dari intelektualitas dalam mentalitas manusia dapat
diklasifikasikan dalam 5 kategori, yaitu :
• Data, berupa simbol-simbol.
• Informasi, data yang diproses agar dapat dimanfaatkan, dimana informasi ini
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang “who” (siapa), “what” (apa),
“where” (dimana), dan “when” (kapan).
• Knowledge, merupakan aplikasi dari data dan informasi dalam menjawab
pertanyaan “how” (bagaimana).
• Understanding, mengapresiasikan pertanyaan “why” (mengapa).
10
• Wisdom, evaluasi dari understanding.
Ackoff (1989) dalam buku KM Tobing L Paul (2007) mengindikasikan bahwa empat
kategori konten yang pertama berhubungan dengan masa lalu, keempat ketegori tersebut
berurusan dengan apa yang telah terjadi dan apa yang telah diketahui. Sedangkan kategori
yang kelima, wisdom berkaitan dengan urusan dengan masa depan.
2.1.1 Data Dalam pemahaman konsep data banyak sekali para ilmuwan mengartikannya dan
mengintepretasikannya, seperti menurut Mike Powell (2003) dalam bukunya Information
Management for development Organizations, dimana menurut beliau data itu ialah
koleksi terstruktur dari kumpulan fakta (structured of collection facts). Dimana jika kita
Gambar 2.1 Heirarki DIKW dari data ke wisdom
(Sumber : Bellinger, et all)
Connectedness
Data
Understanding
Understanding Relation
Understanding Patterns
Understanding Principles
Information
Knowledge
Wisdom
11
ilustrasikan dalam sebuah kumpulan dari transaksi-transaksi sehari-hari yang ada
disebuah toko dimana jika kita belanja disuatu toko akan kita melakukan transaksi
pembayaran pada cash register yang dimana hal tersebut secara terus menerus akan
menambah data pada basis transaksi toko tersebut.
2.1.2 Informasi
Menurut Budiman pratomo (2004) informasi ialah sebuah data yang telah diolah.
Biasanya menggunakan aturan statistika, sehingga dapat mengandung arti. Oleh karena
itu sebuah informasi harus bisa diambil dari data-data yang akurat, sehingga ketika kita
membutuhkan sebuah informasi yang kita butuhkan maka kita akan mendapatkan
sebuah informasi yang akurat pula, dan tentu juga terpercaya.
2.1.3 Knowledge Dalam gambar 2.1 heirarki DIKW untuk menuju pengetahuan maka kita harus
melewati data dan informasi terlebih dahulu. Dimana disini menggambarkan bahwa
knowledge itu lebih dalam lagi dan luas dari data dan informasi. Dalam buku yang ditulis
oleh Von Krogh, Ichiyo, serta Nonaka (2000) salah satu pengertian dari pengetahuan
ialah merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies)
kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila
seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi
baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi
ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang
benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari
fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau
ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief
systems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari.
12
Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang memperkenalkan
bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.
Tacit knowledge ialah knowledge yang diam didalam benak manusia dalam bentuk
intuisi, judgement (pernyataan), skill (kemampuan), values (nilai), dan belief
(kepercayaan) yang sangat sulit diformalisasikan dan dibagi ke orang lain. Sedangkan
explicit knowledge adalah knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk
dokumen atau berwujud lainnya sehingga dapat memudahkan untuk ditransfer dan
didistribusikan dengan menggunakan berbagai media seperti kaset, cd, dvd, dan lainnya.
Kedua jenis knowledge itu dikonversi oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) melalui
empat jenis proses, yaitu : Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi, dan Internalisasi.
Tacit Knowledge ke Explicit Knowledge
Tacit
Knowledge
Explicit
Knowledge
Gambar 2.2 Empat Model Konversi Knowledge
(Sumber : SECI Process, Nonaka & Takeuchi, 1995)
KOMBINASI
INTERNALISASI
SOSIALISASI
EKSTERNALISASI
dari
13
1. Sosialiasi, merupakan proses sharing (berbagi) dan penciptaan tacit knowledge
melalui interaksi dan pengalaman langsung.
2. Eksternalisasi, merupakan pengartikulasi tacit knowledge menjadi eksplisit
knowledge melalui proses dialog dan refleksi.
3. Kombinasi, merupakan proses konversi eksplisit knowledge menjadi eksplisit
knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian eksplisit dan informasi.
4. Internarlisasi, merupakan proses pembelajaran dan akusisi knowledge yang
dilakukan oleh anggota organisasi terhadap eksplisit knowledge yang disebarkan ke
seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge
anggota organisasi.
2.1.4 Understanding Salah satu definisi dari understanding menurut Webster dalam buku KM Tobing L
Paul (2007), ialah the capacity to apprehend a general relations of particular atau
kemampuan untuk memahami arti (meaning) dari hubungan-hubungan antar bagian-
bagian dari sesuatu.
Menurut Bellinger et al (2006), understanding merupakan proses melalui mana
kita memperoleh knowledge dan melakukan sintesa untuk menciptakan knowledge baru.
2.1.5 Wisdom
Menurut Xiaoming Cong dan Kaushik V Pandya (2003) mengemukakan bahwa
wisdom merupakan pemanfaatan dari knowledge yang telah diakumulasi dalam jangka
waktu tertentu. Pengertian wisdom berdasarkan salah satu definisi yang disediakan
Webster juga kurang lebih sama, yaitu accumulated philosophic or scientific learning
(filosofi akumulasi atau pelajaran ilmiah).
14
5.1.6 Connectedness
Connectedness yang berada dalam sumbu vertical dari heirarki DIKW
menggambarkan tingkat integritas dari unsur-unsur yang membentuk data, informasi,
knowledge, dan wisdom. Data merupakan kumpulan berbagai fakta dan rekaman
transaksi yang masih terpisah satu sama lain. Tingkat kohesivitas (keterkaitan) dari
unsur-unsur pembentuk informasi lebih tinggi dari data. Pada level informasi sudah
ditemukan relasi antar unsur-unsur pembentukannya. Selanjutnya level kohesivitas
meningkat pada knowledge, pada level knowledge ini, sudah ditemukan formasi dan
gambar yang utuh dari unsur-unsur yang membentuknya. Tingkat kohesivitas yang
paling tinggi ditemukan pada level wisdom.
2.2 Knowledge Management (Ilmu Manajemen Pengetahuan)
2.2.1 Definisi Dalam mendefinisikan Knowledge Management (KM) mungkin banyak sekali
sumber-sumber yang berkualitas untuk dijadikan sebagai acuan pengertian, untuk kali ini
saya akan mengambil empat definisi knowledge management :
Pertama yaitu menurut anonymous 1 (2008) ialah “disiplin ilmu yang digunakan
untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan
menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang ”. Jadi KM bukanlah
suatu fenomena baru, tetapi merupakan suatu cara yang menerapkan integrasi antara
teknologi dengan sumber pengetahuan yang kompeten.
15
Kedua menurut Jarvenspaa dan Maki (2001) “menciptakan pengetahuan baru,
berbagi pengetahuan dan difusi (menyebarkan), serta menjadikan alat untuk
mempromosikannya ”.
Ketiga Menurut anonymous 2 (2008) ialah “asosiasi proses penciptaan,
menyebarkan, menguji, mengintegrasikan, dan sebagai utilitas didalam organisasi ”.
Sedangkan yang keempat menurut Robert Buckman (2004) yang merupakan salah
satu CEO yang terjun langsung dalam memimpin implementasi KM diperusahaan
Buckman Labs, memilih definisi dari American Productivity and Quality Centre (APQC).
Definisi KM menurut APQC yang ialah systematics approaches to help information and
knowledge emerge and flow to right people at the right time to create value (Pendekatan
sistematik untuk menolong informasi dan munculnya pengetahuan dan arus kepada
orang yang tepat di waktu yang tepat dalam menciptakan sebuah nilai).
Dari keempat definisi diatas saya menyimpulkan definisi yang sekiranya sesuai
dengan penerapan KM di government seperti Sekretariat Negara Republik Indonesia
ialah pengertian dari anonymous 2 (2008) karena kenapa disini definisi tersebut
menekankan integritas sebagai utilitas didalam organisasi, oleh karena itu pengertian
tersebut akan lebih tepat digunakan dipemerintahan kita pada umumya, karena
integritas di pemerintahan Indonesia pada umumnya belum tercipta secara maksimal.
Setelah kita mengerti definisi dari KM maka kita bisa dengan mudah
mendefinisikan KMS (Knowledge Management System), menurut Tobing L Paul (2007).
Knowledge Management System ialah mekanisme proses yang terpadu dalam
penyimpanan, pemeliharaan, pengorganisasian informasi bisnis dan pekerjaan yang
berhubungan dengan penciptaan berbagai informasi menjadi asset intelektual organasasi
yang permanen.
16
Gambar 2.3 Pengantar KM
(Sumber : Knowledge Management, Tobing L Paul, 2007 : h xvi)
2.2.2 Manfaat Implementasi KM
Knowledge merupakan asset kunci agar suatu perusahaan memiliki keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Keunggulan kompetitif tersebut diperoleh dari dampak
implementasi KM terhadap berbagai bidang :
a. Bidang operasi dan pelayanan
Menurut pemikir manajemen terkemuka Peter F Drucker (1998) seorang pekerja
disebuah perusahaan disebut juga knowledge work, dimana hal tersebut digunakan
untuk sebuah pengambilan keputusan. Perusahaan yang memiliki knowledge worker
adalah perusahaan yang memiliki basis costumer knowledge yang terkelola dengan baik.
Costumer knowledge digunakan untuk membantu mereka dalam memberikan pelayanan
yang terbaik terhadap pelanggannya.
Arsitektur KM
Penyelarasan Strategi KM dengan Strategi Bisnis perusahaan
Arsitektur Operasi Proses KM
Arsitektur Operasi Organisasi KM
Arsitektur Teknologi Operasi KM
Budaya Perusahaan Yang Supportif
Pengukuran Performansi KM
17
b. Bidang pengembangan kompetensi personil
Proses pembelajaran terjadi secara kontinyu. Proses ini berawal dari akusisi
pengetahuan yang kemudian diaplikasikan dalam proses bisnis organisasi. Knowledge
yang diaplikasikan memunculkan pengetahuan baru (knowledge creation). Knowledge ini
kemudian diperlihara dan dibagi kembali untuk dapat diakusisi dan dimanfaatkan secara
luas. Siklus ini menjadi proses utama dalam KM yaitu berupa : knowledge creation
(penciptaan pengetahuan), knowledge retention (pengingat pengetahuan), knowledge
sharing (berbagi pengetahuan), dan knowledge utilization (pemanfaatan pengetahuan).
Pengetahuan menjadi terbatas nilainya jika pengetahuan itu tidak disebarkan.
Sebuah kekuatan untuk saling berbagi akan mengurangi biaya dan menambahkan
efektivitas dan keunggulan kompetitif yang baik. Menurut Song (2002) menjalankan
efektitas melalui knowledge sharing, organisasi akan mengurangi resiko ketidakjelasan,
improvisasi efektifitas, mengurangi biaya pelatihan, dan masih banyak lagi. Menurut
Robert-Witt (2002) Knowledge management digunakan untuk saling berbagi didalam
organisasi, tetapi terjadi sebuah penambahan dan penyimpanan informasi di kepala
seseorang. Jika kita tinjau secara aplikatif pada zaman sekarang ini berbagi pengetahuan
sudah kearah pada penerapan teknologi informasi seperti forum diskusi, chatting, dan
lain-lain. Secara interface baik itu berjalan dimediasi internet, intranet, dan juga
ekstranet itu sesuai dengan kebutuhannya dari setiap organisasi dalam
mengaplikasikannya.
Sebuah knowledge sharing juga dimanfaatkan oleh organisasi sebagai sebuah
mentoring dari kinerja organisasi ataupun perusahaan. Menurut Yound and Perrewe
(2005) peer mentoring hubungan yang secara sengaja dibangun untuk membangun
hubungan antara sesama karyawan dan menyediakan tempat untuk berbagi dalam
pengalaman baru, dukungan pekerjaan antar karyawan sehingga perusahaan tahu benar
18
apa yang sedang dihadapi oleh karyawan itu sendiri. Dan dari situlah perusahaan akan
mengerti apa yang harus dilakukannya untuk meningkatkan kinerja.
c. Bidang pemeliharaan ketersediaan knowledge
Skill dan knowledge yang dimiliki oleh para pekerja dalam sebuah perusahaan
perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya knowledge loss
(kehilangan pengetahuan), knowledge loss adalah suatu kondisi dimana perusahaan
kehilangan knowledge yang dibutuhkan, karena pemikiran yang ada belum ditransfer
kedalam memory (penyimpanan). Jika kita sudah mentransfernya kedalam memory, kita
dapat mempergunakan data-data problem solver kapan saja jika kita butuhkan dengan
cepat, oleh karena itu sebuah knowledge management system itulah keseluruhan
knowledge itu berlabuh.
d. Bidang inovasi dan pengembangan produk
Salah satu produk dari KM adalah proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap
peningkatan kemampuan inovasi yaitu dengan terciptanya knowledge baru. Inovasi yang
dikombinasikan dengan kebutuhan pelanggan akan menjadi solusi atau produk yang
efektif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelanggan.
19
2.2.3 Elemen-Elemen Knowledge Management
Dalam menyusun sebuah rencana knowledge management, pertama kali tentunya
harus melakukan survey akan kebutuhan institusi atau perusahaan tersebut. Dengan
memperhitungkan semua aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Tantangan
selanjutnya adalah menemukan atau membuat perangkat lunak yang cocok dalam konteks-
nya untuk rencana secara keseluruhan.
Dalam sebuah artikel di Information Week, Jeff Angus & Jeetu Patel (1998)
menggambarkan empat (4) proses utama yang harus dijalankan, dimana hal ini merupakan
element utama secara umum dalam membangun sebuah knowledge management. Dimana
untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Elemen-Elemen Proses Utama Knowledge Management
(Sumber : Information Week, Jeff Angus & Jeetu Patel, 1998)
Proses Utama Aktifitas
Pengumpulan & pemasukan data OCR & scanning
Pemasukan suara
Mengambil informasi dari berbagai sumber
Mencari informasi untuk dimasukan
Pengorganisasian / pengkatalogkan Pengindexan
Pemfilteran
Link/penghubungan
Pemurnian & Pemberian konteks Kerjasama
Compacting
Projecting
Data Mining
Aliran diseminasi (penyebaran) Sharing
Alert
Push
20
2.2.4 Faktor-Faktor Penting Dalam Implementasi KM
Gambar 2.4 Building Knowledge Management Team
(Sumber : Bryant Scott, Terborg James, 2008)
Untuk mengimplementasikan sebuah knowledge management dalam mencapai
tujuan dari sebuah organisasi maka langkah pertama adalah membuat knowledge
management team, yang dimana disini masing-masing sektor memiliki keahlian
dimasing-masing bidangnya seperti sektor-sektor yang ada diatas. Sehingga dalam
menjalankan sebuah knowledge management system disebuah perusahaan dapat
berjalan dengan lancar, karena kenapa sebuah knowledge management system yang
mana dapat mendapatkan harapan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sebuah
organisasi ataupun perusahaan yang ingin ditujunya yaitu sebuah kesatuan dalam
pengetahuan. Menurut buku Paul L Tobing (2007) yang berjudul “Knowledge
21
Management konse, arsitektur dan implementasi”, menerangkan bahwa dalam
mengimplementasikan sebuah knowledge management adalah sebagai berikut :
a. Manusia
Pada hakekatnya knowledge management berada didalam pemikiran manusia
berupa tacit knowledge. Carla O’Dell mengatakan bahwa 80% knowledge berupa tacit
knowledge dan hanya 20% berupa knowledge eksplisit. Girard (2006) disamping sebagai
sumber knowledge, manusia pada hakekatnya juga merupakan pelaku dari proses-proses
yang ada didalam KM. Jika proses knowledge sharing dan knowledge creation tidak
dapat berjalan dengan lancar, maka persoalan utamanya adalah karena tidak ada
kemauan dan kemampuan manusia untuk melakukannya.
b. Leadership (kepemimpinan)
Peran yang sangat kritis yang harus dijalankan oleh pemimpin adalah membangun
visi yang kuat, yaitu visi yang dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk
mencapai visi tersebut. Visi tidak hanya sekedar statement (pernyataan). Yang bersifat
retorik tetapi harus diikuti oleh tindakan nyata dari pimpinan itu sendiri dalam
memberikan teladan dan keyakinan kepada seluruh anggota organisasi bahwa memang
organisasi sungguh-sungguh diarahkan dan digerakkan menuju visi yang telah
ditetapkan.
c. Teknologi
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua aspek
kegiatan manusia membuat penggunaan teknologi informasi yang menjadi salah satu
enabler (pemungkin) dari KM. Perkembangan TI membuat semakin banyak proses yang
diotomatisasi dan juga semakin banyak pekerja yang menghabiskan waktunya didepan
22
komputer baik untuk melakukan pekerjaan analisis, mengeksekusi proses bisnis, maupun
untuk berkomunikasi. internet saat ini sudah menjadi interface dan sekaligus integrator
antara manusia dengan manusai lain.
Perkembangan teknologi internet dan berbagai aplikasi didalamnya membuat
teknologi ini menjadi ketinggalan zaman utama pengembangan KM tool. Tujuan utama
dari penggunaan teknologi internet dalam KM adalah untuk mendistribusikan knowledge
melalui internet, intranet, ataupun ekstranet yang memungkinkan knowledge yang
dimiliki perusahaan dan karyawan tersebar secara corporate wide (perusahaan yang
luas) dan menjadi milik kolektif perusahaan atau organisasi. Selain berfungsi sebagai
media utama pendisribusian knowledge, penggunaan teknologi informasi dalam KM juga
sangat berperan dalam mengeksekusi berbagai proses di KM yaitu :
• Capture (menangkap), generate (menghasilkan) atau akusisi knowledge.
• Kodifikasi knowledge.
• Knowledge maintenance (validasi, pemeliharaan integritas knowledge).
• Security for knowledge (pengamanan dari pengetahuan).
• Memonitor pemanfaatan knowledge.
d. Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penanganan aspek operasional dari aset-aset
knowledge, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal dan
informal, ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan, dan rekayasa
proses bisnis. Organisasi yang supportif dalam KM adalah organisasi yang menghargai
knowledge dan yang memilikinya. Organisasi ini sangat fleksible dan sangat mudah
menyesuaikan diri dengan perubahan. Galbraith et al (2002) menyatakan bahwa
reconfigurable organization (organisasi yang dinamis) adalah organisasi yang mampu
23
mengkombinasi dan mengkombinasikan ulang skill, kompetensi, dan sumber daya
organisasi untuk merespon perubahan-perubahan lingkungan. Sehingga jenis organisasi
ini adalah berbasis pengetahuan.
e. Learning
Garvin (1998), mendefinisikan learning organization (organisasi pembelajaran)
sebagai keterampilan organisasi dalam lima aktifitas utama yaitu :
1. Penyelesaian masalah secara sistematis.
2. Pengujicobaan pendekatan-pendekatan baru.
3. Belajar dari pengalaman masa lalu.
4. Belajar dari praktek terbaik.
5. Transfer/sharing knowledge (berbagi pengetahuan) secara cepat dan efisien
ke seluruh organisasi.
Proses learning menjadi sangat penting dalam KM, karena melalui proses inilah
diharapkan muncul ide-ide, inovasi dan knowledge baru, yang akan menjadi komoditas
utama yang mendorong dalam proses KM.
2.2.5 Knowledge Management System Consulting Perspective
Gambar 2.5 Mindmap Consulting Perspective KMS
(Sumber : Chen Hsinchun, 2001)
24
Dalam mempelajari sebuah terminologi tentang Knowledge Management System
lebih dalam lagi, saya memiliki sebuah saran – saran dan perspektif dari beberapa
konsultan terkenal dimancanegara, yang mana para perusahaan konsultan ini sudah
malang-melintang didunia organization learning based (organisisi yang berbasiskan
pembelajaran), khususnya dalam kasus Knowledge Management. Data-data di bawah ini
dikutip dari Artificial Intelligence Lab, University of Arizona. Tucson Chen, Hsinchun
(2001).
• DATAWARE TECHNOLOGY mengemukakan bahwa knowledge management
system memiliki 7 metodologi pemikiran seperti :
1. Indentify business problem (identifikasikan masalah bisnis)
2. Prepare to change (persiapan untuk berubah)
3. Create knowledge management team (membuat tim manajemen pengetahuan)
4. Perform a knowledge audit and analysis (menganalisa dan membuat audit
performansi pengetahuan).
5. Define the key features of the solution (menjelaskan fitur kunci dari sebuah
solusi)
6. Implement the building blocks for knowledge management (menjalankan dan
membangun penghalang untuk manajemen pengetahuan).
7. Link knowledge to people (menghubungkan pengetahuan ke orang).
• DELPHI GROUP’s mengemukakan bahwa knowledge management system memiliki
8 metodologi pemikiran seperti :
1. Key concepts and frameworks for KM (kunci konsep dan kerangka untuk
manajemen pengetahuan).
2. How to use KM as a competitive tool (bagaimana untuk menggunakan
manajemen pengetahuan sebagai alat untuk bersaing).
25
3. The culture and organization aspects of KM (budaya dan aspek organisasi
manajemen pengetahuan).
4. Best practices in KM (pelatihan terbaik didalam manajemen pengetahuan).
5. The technology of KM (teknologi manajemen pengetahuan).
6. Market analysis (analisa pasar).
7. Justifying KM (membenarkan/mensejajarkan manajemen pengetahuan).
8. Implementing KM (implementasi manajemen pengetahuan).
• ANDERSEN CONSULTING mengemukakan bahwa knowledge management system
memiliki 6 metodologi pemikiran seperti :
1. Acquire (mendapatkan)
2. Create (menciptakan).
3. Synthesize (menyatukan).
4. Share (berbagi).
5. Use to achieve organizational goals (digunakan untuk mencapai sasaran/tujuan
organisasi).
6. Establish an environment conducive to knowledge sharing (mendirikan sebuah
lingkungan kondusif untuk berbagi pengetahuan).
• PRICEWATERHOUSECOOPERS mengemukakan bahwa knowledge management
system memiliki 5 metodologi pemikiran seperti :
1. Find (mencari).
2. Filter for relevance (menyaring untuk relevan).
3. Format to problem (susunan untuk permasalahan).
4. Forward to right people (mengajukan ke orang yang tepat).
5. Feedback from users (timbal balik dari para pengguna).
26
• ERNST & YOUNG mengemukakan bahwa knowledge management system memiliki
4 metodologi pemikiran seperti :
1. Knowledge generate (menghasilkan pengetahuan).
2. Knowledge representation (penyajian pengetahuan).
3. Knowledge codification (kodifikasi pengetahuan).
4. Knowledge application (aplikasi pengetahuan).
2.3 Arsitektur Manajemen Pengetahuan Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan
bagi pengembangan dan pengoperasian inisiatif KM. sedangan arsitektur KM didefinisikan
sebagai deskripsi tentang komponen dan kapabilitas serta keterkaitan atau interrelationship
antar komponen dalam merealisasikan keuntungan dan manfaat KM terhadap perusahaan.
Elemen-elemen yang ada dalam arsitektur KM adalah strategi KM, peran dan value
propotion, model operasi, dan arsitektur operasi.
Gambar 2.6 Empat Elemen Dasar Arsitektur Knowledge Management
(Sumber : Knowledge Management, Tobing L Paul, 2007 : h 35)
27
2.3.1 Strategi Manajemen Pengetahuan
Strategi KM merupakan penjabaran dari strategi bisnis perusahaan. Dalam strategi
KM diformulasikan visi, misi, dan obyektif strategis dari pengelolaan knowledge yang
mendukung visi, misi, dan obyektif perusahaan. Kemudian pada tahapan selanjutnya
dilakukan identifikasi tentang langkah-langkah apa yang harus diterapkan dari sisi KM
dalam mendukung pengimplementasian strategi bisnis dan pencapaian objektif startegis
dari perusahaan. Penyelarasan strategi KM dengan strategi bisnis perusahaan dilakukan
melalui suatu kerangka, yaitu gambar dan penjelasannya dapat dilihat dibab selanjutnya.
Strategi KM perlu dirumuskan dengan hati-hati dan tidak hanya sekedar dokumen
panjang. Proses implementasi KM merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan
visi, arah yang jelas dan tingkat komitmen dan kedisiplinan yang tinggi dituangkan dalam
strategi KM.
2.3.2 Peran dan Value Proposition KM Untuk menjelaskan poin ini akan diambil contoh melalui kasus implementasi KM di
Telkom. Pada saat awal implementasi KM di Telkom, para karyawan dan manajemen
memiliki pemahaman yang sangat bervariasi terhadap KM. Pemahaman ini juga
menimbulkan ekspektasi yang berbeda dari karyawan dan manajemen yang potensial
menimbulkan kebingungan dan beban terlalu besar bagi pengelola knowledge, apalagi
jika dituntut untuk memenuhi keinginan semua pihak.
Ada tiga pilihan peran yang dapat muncul dalam pengelolaan knowledge yaitu :
• Pertama, knowledge management diarahkan untuk mengelola knowledge sebagai
produk. Artinya pengelolaan knowledge mengkonsentrasikan dari dalam melakukan
kodifikasi knowledge dan menempatkan dalam reporsitory knowledge (penyimpanan
pengetahuan) yang dapat diakses oleh karyawan sesuai otoritasnya.
28
• Kedua, KM diarahkan untuk mempertemukan antara orang yang memiliki
knowledge (knowledge producer) dengan orang yang membutuhkan knowledge
(knowledge consumer). Konsekuensi dan pilihan ini adalah pengelolaan knowledge
harus dapat mengidentifikasi orang-orang yang memiliki knowledge tertentu dan
mempertemukannya dengan orang-orang yang membutuhkannya.
• Ketiga, memerankan kedua pilihan tersebut diatas sekaligus, peran ini
mengkombinasikan pilihan pertama dan kedua, membutuhkan sumber daya yang
lebih besar, jika sumber daya tidak cukup, maka pengelolaan knowledge bisa
menjadi stagnan (diam ditempat) dan tidak fokus.
Namun sekian banyak keuntungan yang ditawarkan oleh KM, dari penelitian
Anantatmulya (2005) menyimpulkan bahwa hasil atau manfaat yang paling disukai oleh
perusahaan (organisasi profit) dari hasil implementasi KM adalah :
1. Meningkatkan hasil kolaborasi dalam perusahaan
2. Meningkatkan keterampilan karyawan
3. Meningkatkan mutu produk dan layanan
Dalam melakukan pemilihan manfaat yang ingin ditawarkan, unit pengelola
knowledge perlu melakukan identifikasi masalah-masalah krusial yang sedang dihadapi
perusahaan saat ini dan yang akan datang.
2.3.3 Model Operasi KM
Dengan mengambil analogi dengan terminologi bisnis, maka KM harus memiliki
layanan produk yang harus dijual kepada para pengguna. Dalam merancang model
operasi, pengelola knowledge harus melakukan analisis tentang kondisi ketersediaan
knowledge perusahaan untuk menentukan kebutuhan knowledge perusahaan, dan
29
mengidentifikasikan unit serta personil yang mana yang membutuhkan knowledge
tersebut. Organisasi dapat menyediakan knowledge dengan berbagai cara antara lain :
• Melakukan kodifikasi knowledge kemudian menyimpannya di knowledge base
(basis pengetahuan) perusahaan dan memberi otoritas kepada pekerja atau unit
yang membutuhkan untuk mengakses dan mendapatkan kembali knowledge.
• Mengirim personil yang telah diseleksi untuk mengikuti pelatihan untuk
mengakusisi knowledge yang dibutuhkan.
• Mengundang expert (internal atau ekternal) untuk membagikan pengetahuannya
melalui program yang mirip in house training (pelatihan sederhana).
• Melakukan benchmark (tolak ukur) kepada perusahaan lain yang dianggap
memiliki knowledge yang dibutuhkan.
• Mendorong anggota organisasi untuk menggali secara mandiri pengetahuan yang
dibutuhkannya, misalnya dengan melakukan bedah buku, melakukan riset,
membuat prototype dan memfasilitasi kelompok diskusi intensif dalam bentuk
special interest group (SIG), forum group discussion (FGD), atau community
practice (CoP).
2.3.4 Arsitektur Operasi KM
Dalam arsitektur operasi knowledge management terdiri dari komponen yaitu :
proses, organisasi, dan teknologi.
2.3.4.1 Proses
Dalam sebuah proses utama dalam arsitektur operasi KM sangat beragam, baik
itu dari sisi terminologi maupun dari pengertian, dimana didalam secara proses itu
sendiri KM diciptakan untuk kemajuan organisasi atau perusahaan dalam mencapai
30
visi dan misinya, dimana untuk lebih dalam lagi kita memahami proses KM lebih
lanjut maka lihat point-point penting di bawah ini :
• Proses – proses utama dalam KM
Terminologi pembagian proses-proses utama dalam KM sangat bervariasi. Ada
yang membagi dalam tiga proses utama yaitu akusisi, sharing, dan utilisasi
knowledge itu menurut Tiwana (2000). Jika menurut De jannet (1996) bahwa
KM memiliki proses yang terdiri dari knowledge creation (penciptaan
pengetahuan), knowledge interpretation (menerangkan pengetahuan),
knowledge dissemination and use (penyebaran dan penggunaan pengetahuan),
serta knowledge retention and refinement (penahanan dan penjelasan ulang
pengetahuan). Sementara diberbagai literatur lainnya pembagian proses kurang
lebih sama yaitu : knowledge creation (penciptaan pengetahuan), knowledge
retention (Penahanan pengetahuan), knowledge sharing (berbagi pengetahuan),
dan knowledge utilization (pemanfaatan pengetahuan).
• Pengoperasian KM secara virtual
Untuk menjalankan KM secara virtual maka perusahaan atau organisasi
membutuhkan apa yang namanya KM tool. Dimana KM tool memfasilitasi collect
(koleksi) dan connect (hubungan) dalam pengimplementasian secara virtual,
untuk mengoperasikan KM tool, dibutuhkan pengorganisasian atau pembagian
kerja dari para petugas diunit KM, yaitu :
1. Petugas administrasi konten, yaitu petugas yang melakukan administrasi
konten, menyimpan knowledge, membuat directory knowledge, dan
merapikan penyimpanan knowledge dalam repository KM tool, sehingga
senantiasa mudah diakses oleh orang yang membutuhkan.
31
2. Petugas administrasi system, yaitu petugas yang bertanggung untuk
memastikan bahwa fungsi-fungsi dan kapabilitas KM tool berfungsi dengan
semestinya.
3. Petugas administrasi expert, petugas ini berfungsi untuk mendata dan
memutakhirkan data expert dan membuka forum-forum virtual (CoP). Selain
itu, petugas ini juga berfungsi untuk memonitor aktifitas forum-forum virtual
dan memastikan agar pengetahuan yang tercipta diforum virtual dapat
dipindahkan ke memory, dan terakhir masuk ke dalam data warehouse.
4. Help desk, yaitu sebagai contact center untuk semua keluhan terkait
dengan pengoperasian KM tool. Dimana help desk itu sendiri fungsinya ialah
menampung dan menangani berbagai pertanyaan dan keluhan yang
dihadapi oleh pengguna.
• Menjalankan KM melalui forum tatap Muka
KM Tool sangat membantu dalam memfasilitasi knowledge sharing sehingga
knowledge yang didapat disebarkan secara luas ke semua karyawan korporasi
yang memiliki akses ke KM Tool. Sebuah forum tatap muka banyak sekali
tersedia model yang kreatif atau proses penyelesaian masalah yang belum
dapat diimplementasikan secara efektif pada forum online, seperti
brainstorming, diagram tulang ikan ishikawa, stakeholder analysis, idea
generation, nominal group technique (NGT), force field analysis, red team,
knowledge café brainstorming dan after action review (AAR).
32
2.3.4.2 Organisasi
Sub komponen organisasi juga menyangkut budaya perusahaan berupa nilai-
nilai kolektif yang dianut dan berlaku di perusahaan. Agar lebih kondusif terhadap
implementasi KM perlu dikembangkan organisasi pembelajaran (learning
organization). Yaitu dengan menumbuhkan keterampilan organisasi dalam aktifitas-
aktifitas pemecahan masalah secara sistematik, pengujicobaan, pendekatan-
pendekatan baru, pembelajaran dari pengalaman masa lalu, pembelajaran best
practice dari pihak lain, dan pentransferan knowledge secara cepat dan efisien ke
seluruh organisasi. Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai arsitektur KM ke
dalam organisasi adalah sebagai berikut :
• Implementasi KM dan perancangan organisasi
Perubahan strategis menuntut adanya perubahan struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi menggambarkan bagaimana sebuah
perusahaan mengalokasikan dan memposisikan sumber daya yang dimilikinya
dan mengatur interaksi antar pekerja, unit dan posisi sehingga membentuk
suatu formasi dan pola “permainan” yang fit dengan strategi yang ditetapkan
serta efektif dan efisien dalam memenangkan kompetisi.
• Karakteristik organisasi pengelola manajemen pengetahuan
Pengelolaan knowledge sangat berbeda dengan pengelolaan asset perusahaan
lain. Dalam pengeloalaan asset intelektual ini, berbagai karakteristik berikut
sebaiknya dipenuhi baik dari segi struktural maupun dari sisi karakteristik
individu yang menduduki struktur-struktur yang ada karakteristik struktur :
1. Tidak bersifat birokratis, prosedur administratif terhadap substansi
knowledge berada pada level yang minimal.
33
2. Unit-unit berbentuk sel-sel yang menyebar diberbagai unit tetapi tetap
terkordinasi.
3. Tidak heirarkis, sehingga kesan hubungan atau proses atasan bawahan
sebaiknya tidak ada.
Karakteristik personil pengelola knowledge :
1. Seorang pemimpin yang dapat bersikap professional, bukan birokrat
yang memegang teguh prosedur dan memiliki mentalitas
atasan/bawahan.
2. Wawasan yang luas atau seorang generalis.
3. Memiliki profesionalisme networking yang luas baik diinternal
perusahaan maupun diluar perusahaan.
4. Komunikatif, yaitu mampu melakukan komunikasi dan koordinasi secara
virtual dan tatap muka
5. Fasilitator, mampu memfasilitasi berbagai pihak dan dalam berbagai
knowledge, berkolaborasi dan belajar.
• Posisi – posisi penting dalam organisasi KM
Sehubungan dengan pengorganisasian KM, maka diberbagai perusahaan
atau organisasi sudah muncul berbagai nama-nama posisi yang variatif
dalam unit KM. Beberapa penamaan posisi didalam KM dan fungsinya
dijelaskan sebagai berikut :
1. Chief Knowledge Officer, dimana posisi menduduki pimpinan tertinggi
pengelolaan knowledge dalam suatu perusahaan yang bertanggung
jawab untuk :
Menciptakan visi pengelolaan knowledge.
34
Mensosialisasikan dan menjual konsep dan inisiatif KM serta
membagi visi kepada manajemen senior.
Menyampaikan manfaat-manfaat KM yang memberikan kontribusi
significance terhadap keberhasilan perusahaan.
2. Assistant Vice President Knowledge Management (AVP KM),
dimana pada posisi ini tugasnya adalah sebagai berikut :
Memastikan tersedianya strategi dan kebijakan knowledge
management dan memonitor efektifitas implementasi.
Memastikan tersedianya kesisteman knowledge management.
Melakukan kampanye dan penyebarluasan penggunaan KM.
3. Senior Officer KM Operation, yang bertugas membantu AVP KM
dalam :
Memastikan tersedianya usulan forum expert dan monitoring
berjalannya forum expert.
Memastikan berfungsinya knowledge sharing virtual dan tatap
muka.
Memastikan tersedianya laporan performansi system aplikasi KM
tool.
4. Senior Officer KM systems Development, yang bertugas
membantu AVP KM dalam :
Menyusun strategi & kebijakan knowledge management.
Menyusun alternatif pemilihan system & model KM.
Menyusun arsitektur kesisteman KM.
Menyusun requirement system aplikasi KM tool.
35
2.3.4.3 Teknologi
Teknologi ialah salah satu enabler (pemungkin) yang membuat
pengeksekusian proses-proses didalam KM lebih efektif dan efisien. Gilardo (2005)
menyebutkan empat peran utama teknologi bagi perusahaan global yang diyakini
juga relevan untuk perusahaan-perusahaan berskala nasional yaitu :
• Memelihara dan menjaga jejak dari data-data transaksi operasional.
• Menganalisa lingkungan bisnis.
• Memberikan dukungan dalam proses pengambilan keputusan.
• Meningkatkan kolaborasi dan pengambilan keputusan oleh kelompok.
Gilardo (2005) juga membuat daftar dari teknologi KM yang tersedia untuk
perusahaan global, yaitu :
• Portal.
• Business Intelegence (intelejen bisnis).
• Document Management (dokumen manajemen).
• Intellegent Agent (agen intelejen).
• Search Engines Optimization (optimisasi mesin pencarian).
• Knowledge Resources Directories (direktori sumber pengetahuan/semacam
buku).
• Costumers Relationship Management /CRM (manajemen hubungan
pelanggan).
• Messaging/E-mail (pesan elektronik).
• Groupware atau Colaboration Technologies (pengelompokan/teknologi
kolaboratif).
• Remainder/Web Calenders (pengingat/kalender web).
36
• DSS/Decision Support System (sistem pendukung keputusan).
• Workflow and Tracking (arus kerja dan penelusuran).
• Web Casting.
• E-learning/Web based Training/Multimedia Based Training/Computer Based
Training (pembelajaran elektronik/pelatihan berbasis web/pelatihan berbasis
multimedia/training berbasis komputer).
• Content Management (Manajemen Konten).
Pemilihan teknologi dan aplikasi diatas disesuaikan dengan proses bisnis,
aliran knowledge dan system distribusi knowledge serta fungsi-fungsi organisasi
yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
2.4 Budaya Pendukung Manajemen Pengetahuan
2.4.1 Implementasi Knowledge Management Berpusat Kepada Manusia Dalam bab-bab sebelumnya komponen arsitektur operasi KM yaitu teknologi,
organisasi, dan proses sudah dibahas. Kita sekarang akan membahas tentang budaya,
yang juga merupakan bagian dari komponen organisasi yang membentuk arsitektur
operasi KM. budaya merupakan salah satu enabler sekaligus barrier (halangan) yang
paling potensial terhadap suksesnya implementasi KM.
2.4.2 Budaya Sharing Kunci Sukses Implementasi KM Perbedaan yang mendasar antara aset fisik dan asset knowledge terletak kepada
proses peningkatan nilai. Nilai asset fisik akan berkurang jika dipergunakan dan
cenderung bertambah atau memiliki nilai tetap jika dipergunakan. Inti dari Knowledge
Sharing ialah mencoba untuk menambahkan value dari knowledge yang dimiliki
37
perusahaan. seseorang yang melakukan knowledge sharing tidak akan kehilangan
knowledge yang dimilikinya tetapi justru melipat gandakan nilai dari knowledge tersebut.
2.4.3 Elemen – Elemen Budaya Sharing
Untuk suksesnya pembentukan budaya sharing sebagai inti KM, perusahaan harus
memenuhi syarat organisasional atau kultural sebagai berikut :
• Peran kepemimpinan berupa kemampuan merumuskan visi, keterlibatan
langsung, pemberian dukungan dan advokasi.
• Budaya perusahaan yang memberikan iklim kepercayaan dan keterbukaan.
• Adanya kemauan dari pimpinan organisasi untuk mempromosikan knowledge
sharing dan kolaborasi.
• Perusahaan memiliki struktur organisasi yan adaptif.
2.5 Penyelarasan Strategi Knowledge Management dengan Strategi Bisnis
perusahaan.
2.5.1 Strategi Perusahaan dan Strategi KM Menurut kamus Longman (2003) strategi merupakan “planned series of actions for
achieving something “ atau merupakan tindakan-tindakan yang terencana dalam rangka
mencapai sesuatu. Strategi perusahaan merupakan salah satu fondasi yang harus tetap
diacu dalam menyusun implementasi setiap inisiatif-inisiatif suatu organisasi, termasuk
didalamnya inisiatif implementasi KM. dalam strategi tercakup visi, misi, objektif, dan
program serta langkah-langkah yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan atau
organisasi.
38
2.5.2 Integrasi Knowledge Dengan Strategi Organisasi
Ada dua tahap utama yang dapat diidentifikasikan pada proses yang berkaitan
dengan strategi organisasi, yaitu tahap formulasi strategi dan tahapan implementasi
strategi. Ada perbedaan karateristik antara knowledge yang dibutuhkan untuk tahap
implementasi strategi. Karakteristik knowledge untuk tahap formulasi strategi lebih
banyak berbentuk knowledge yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti
knowledge tentang pasar, peta persaingan (termasuk knowledge tentang competitor),
karakteristik pelanggan dan performansi produk. Sedangkan knowledge untuk tahap
implementasi strategi (termasuk inisiatif dan proses bisnis) lebih fokus kepada knowledge
yang memberi tuntunan dalam pengambilan keputusan yang bersifat operasional.
2.5.3 Integrasi Pengetahuan Dengan Proses Bisnis
Ketika dipastikan bahwa knowledge sudah tersedia untuk mendukung implementasi
suatu proses bisnis, tidak serta merta bahwa knowledge itu akan menyatu didalam
proses bisnis. Untuk mengintegrasikan knowledge ke dalam proses bisnis/manajemen,
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
• Identifikasi proses bisnis (what to do).
• Identifikasi metodologi yang digunakan untuk pelaksanaan proses bisnis.
• Identifikasi tool yang akan digunakan untuk melakukan proses bisinis itu.
• Identifikasi kualifikasi atau knowledge level dari personil yang menjadi
penanggung jawab dan eksekutor dari proses bisnis.
• Identifikasi output dari proses bisnis dan indikator keberhasilannya.
• Pemetaan kebutuhan knowledge untuk masing-masing proses bisnis dan
dampaknya terhadap output suatu proses.
39
2.5.4 Efektifitas Dan Efisiensi KM
Tujuan utama KM adalah memastikan tersedianya knowledge yang dibutuhkan
pada saat yang tepat dan untuk orang yang tepat yang penggunaannya akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi atau untuk menciptakan nilai bagi
perusahaan untuk kebutuhan knowledge dan tingkat kepentingannya perlu dirumuskan
sebagai acuan utama penyediaan knowledge.
Tingkat ketersediaan knowledge yang tinggi, tidak menjamin bahwa KM diorganisasi
tersebut sudah berjalan dengan efektif. Knowledge overload dapat terjadi jika ketika
ditemukan link yang tepat antara ketersediaan knowledge dengan tingkat kebutuhan dan
tingkat kestrategisan dari knowledge.
Gambar 2.7 Efektifitas dan Efisiensi KM
(Sumber : Smeltzer dan Bonello, 2004)
TIDAK EFEKTIF
TARGET
TARGET
TIDAK EFISIEN
R E N D A H
T I N G G I
40
2.6 Pengukuran Performansi Manajemen Pengetahuan
Dalam pengimplementasian KM secara menyeluruh dimana hal yang diharapkan dari
sebuah perusahaan atau organisasi ialah suatu keefektifan dan integritas informasi antar
sesama, dimana disuatu perusahaan harus melakukan sebuah pengukuran performansi,
dimana hal ini sangat berguna sekali dilakukan, karena kita bisa mengukur apakah tujuan
dan strategi yang diharapkan sudah tercapai atau tidak.
Mengapa hal ini perlu dilakukan dalam sebuah perusahaan, berikut ini alasan-alasan
mengapa hal ini perlu dilakukan dalam pengukuran performansi KM :
• Indikator-indikator kinerja tradisional yang dianut sebagian besar perusahaan saat
ini, masih berfokus kepada masa lalu (apa yang telah dilakukan dan dicapai), kurang
memberi arah atau pedoman yang jelas terhadap apa yang harus dilakukan saat ini
dan saat yang akan datang.
• Agar manajemen dapat membuat keputusan yang benar.
• Agar perusahaan dapat mencapai objektif strategis.
• Agar fokus pada beberapa prioritas kunci.
• Untuk bechmarking.
• Agar personil diberi tanggung jawab untuk pencapaian target perusahaan dan
memberi perhatian yang lebih fokus pada area-area kritis.
• Agar dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara kontinyu
(berkelanjutan).
• Untuk menerjemahkan strategi ke aktifitas operasional yang tepat.
Untuk melakukan pengukuran performansi banyak beberapa pendekatan yang
digunakan sejauh ini oleh banyak perusahaan atau organisasi diantaranya yaitu pendekatan
41
Balanced Scorecard (BSC), Skandia Navigator, IMPaKT, dan Pendekatan dari Department of
the Navy (DON) Amerika Serikat, dan sebagainya.
2.6.1 Balanced Scorecard (BSC)
BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada awal tahun 1990an merupakan
pendekatan yang semakin banyak digunakan diberbagai perusahaan untuk mengukur
performansi organisasi, dan merupakan salah satu metode yang diadopsi secara luas
dalam KM. dimana BSC menghubungkan strategi organisasi dan objektif-objektif yang
diukur dalam empat perspektif utama, yaitu :
• Financials, dimana hal ini menyangkut bagaimana perusahaan memberi nilai
tambah kepada pemegang sahamnya, contoh : profitability dan cash flow.
• Costumers, menyangkut manfaat apa yang diperoleh pelanggan dari
perusahaan ?, Apakah kebutuhan dan ekspektasi pelanggan terpenuhi ?, contoh
: kepuasan pelanggan dan pangsa pasar.
• Proses Bisnis Internal, menyangkut tindakan-tindakan apa aja yang harus
dilakukan dengan excellence agar berhasil. Apa saja proses-proses yang penting
yang memiliki dampak terbesar terhadap pelanggan dan target-target financial ?,
contoh : kecepatan keberhasilan tender dan kecepatan penanganan keluhan
pelanggan.
• Learning & Growth, menyangkut orientasi ke sukses dimasa depan,
bagaimana sebuah perusahaan dapat dengan konsisten menambah value,
contohnya : biaya per unit, dan produk-produk baru yang diluncurkan.
2.6.2 Skandia Navigator
Skandia AFS adalah sebuah perusahaan swedia yang bergerak dalam bidang jasa
keuangan dan tercatat sebagai pionir dalam melakukan pengukuran knowledge yang
42
dimilikinya. Skandia AFS secara ekstensif mencoba banyak tool dan metode – metode
dalam bidang intellectual capital (IC), dan akhirnya mengembangkan tool ICnya sendiri
yang dinamai Skandia Navigator. Skandia Navigator adalah sebuah tool untuk
mengevaluasi soft asset dari suatu organisasi, seperti system manajemen pelaporan
yang membantu manager memvisualisasikan dan mengembangkan indikator-indikator
yang merefleksikan asset-asset intangible (aset tak berwujud). Indikator IC Skandia
Navigator dihasilkan melalui analisis dari 164 indikator/metric (91 berbasis intellectual
dan 73 berbasis financial tradisional yang mencakup 5 area yaitu :
Gambar 2.8 Kerangka Skandia Navigator
(Sumber : Knowledge Management, Tobing L Paul, 2007 : h 174)
Menurut Bose (2004) 5 fokus area yang juga disebut sebagai perspektif adalah
financials, costumers, proses, renewal & development, seperti yang ditunjukan pada
gambar diatas.
2.6.3 IMPaKT Pada tahap awal implementasi KM, pemilihan indikator yang berbasis kepada
aktifitas masih dapat diterima, hal ini penting untuk menggalang antusiasme seluruh
FINACIALS FOCUS
COSTUMER FOCUS
PROCESS FOKUS
RENEWAL & DEVELOPMENT
HUMAN FOCUS
43
anggota organisasi untuk terlibat aktif dalam proses KM, terutama sharing, belajar dan
memanfaatkan knowledge untuk pekerjaannya sehari-hari.
Tetapi pada tahap selanjutnya, unit KM harus lebih mengintegrasikan performansi
KM dengan performansi bisnis perusahaan secara utuh, untuk itu perlu disusun kerangka
pengukuran performansi KM. Carrillo et al (2003) menawarkan sebuah kerangka yang
mengintegrasikan KM dengan IMPaKT (Improving Management Performance Through
Knowledge Transformation / improvisasi performansi manajemen melalui tranformasi
pengetahuan ).
Gambar 2.9 IMPaKT Kerangka Bisnis dan Inisiatif KM
(Sumber : Carrillo et al, 2003)
Pendefinisian Tujuan
Identifikasi tujuan bisnis/objektif strategis dan menyusun indikator
Bisnis Strategi
Assesment implikasi-implikasi tujuan bisnis terhadap knowledge base perusahaan
Identifikasi knowledge eksiting dari perspektif proses, manusia, dan produk
Menentukan knowledge gap dari perspektif proses, manusia, dan produk
Mengembangkan inisiatif-inisiatif KM dan menyelaraskannya dengan indikator/pengukuran
Strategi KM
Assesment Dampak dari inisiatif KM
Assesment hasil berdasarkan indicator-indicator performansi kunci
Assesment dari indicator- indicator proses, orang, dan produk
Evaluasi Strategi
KM
44
Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.9 kerangka IMPaKT menggambarkan bahwa
untuk dapat mengakses dampak dari KM, maka inisiatif – inisiatif KM harus diselaraskan
dengan objektif strategis dari perusahaan melalui tiga tahap yaitu :
• Perumusan strategi bisnis korporasi
• Perumusan strategi KM
• Evaluasi dari strategi KM
2.6.4 Pendekatan Dari Department of the Navy (DON) Amerika Serikat
Untuk mengukur manfaat-manfaat KM tersebut, DON mengembangkan sebuah
kerangka yang mengaplikasikan tiga bentuk pengukuran performansi inisiatif KM, yaitu
indicator outcome, indicator output, dan indicator system. Indicator outcome mengukur
semua karakteristik organisasional seperti peningkatan produktifitas dan pendapatan.
Indicator output mengukur kualitas upaya-upaya, misalnya efektifitas dari lesson learned.
Terakhir, indicator system pengukuran efektifitas, fungsionalitas, kegunaan dan
responsifitas dari KM tool dan inisiatif-inisiatif KM lainnya seperti pembentukan special
interest group. Contoh dari masing-masing bentuk pengukuran ini dapat dilihat pada
tabel 5.1.
Tabel 2.2 Contoh Indikator Performansi KM
(Sumber : Metric Guide for KM initiatives, DON, dikutip oleh Ross & Schulte, 2005)
Inisiatif KM
Indicator System
Indicator Output
Indicator Outcome
Special Interest Group
• Jumlah Kontribusi
• Frekuensi Update
• Jumlah Anggota • Rasio jumlah
kontributor dengan jumlah anggota
• Jumlah trainee yang dilatih oleh rekan sekerjanya
• Jumlah masalah yang diselesaikan
• Peningkatan mutu dan efisiensi organisasional
• Pengetahuan yang dicapture
45
Expert atau direktori
expertise
• Jumlah akses ke
situs • Frekwensi
penggunaan • Jumlah
kontribusi • Jumlah
panggilan terhadap help desk.
• Waktu
penyelesaian masalah
• Jumlah masalah yang disolusi
• Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan expert
• Peningkatan mutu dan efisiensi organisasional
• Waktu dan uang yang dihemat melalui pemanfaatan knowledge expert dan knowledge base/directory expertise
Sistem Kolaborasi
• Waktu tanggap selama proses kolaborasi
• Jumlah pengguna
• Jumlah paten yang dihasilkan
• Jumlah artikel dan presentasi yang dihasilkan
• Jumlah proyek • Jumlah produk
baru • Rata-rata
learning curve • Waktu tanggap
proposal dan rasio keberhasilannya
• Pengurangan biaya dalam pengembangan, akusisi dan pemeliharaan produk
• Pengurangan jumlah delay
• Waktu tanggap yang lebih cepat terhadap proposal
• Pengurangan learning curve bagi karyawan baru.
46
2.7 MANAJEMEN PEMERINTAHAN
Dalam memahami manajemen pemerintahan mungkin banyak sekali ruang lingkup
untuk memahami itu semua, untuk kali ini saya membahas ruang lingkup yang sesuai dan
berhubungan dengan KNOWLEDGE MANAGEMENT, dimana kita harus memahami konsep
learning organization (Organisasi Pembelajaran) yang mana secara definisi adalah suatu
organisasi yang senantiasa mengembangkan kapasitasnya untuk membangun masa depan
(Peter Senge).
Suatu organisasi yang memiliki keterampilan menciptakan, menguasai dan
mempelajarkan pengetahuan serta dengan perubahan perilakunya mampu melakukan kilas
balik terhadap pengetahuan baru serta pandangannya (David Garvin).
• Memiliki otonomi.
• Memiliki daya tangkal terhadap intervensi pihak eksternal.
• Menghasilkan kualitas asli (Genuine Quality).
Berikut ini adalah karakteristik organisasi pembelajaran menurut Peter Senge (1996) :
1. Systems Thinking
• Fokus terhadap bagaimana sesuatu masalah akan dipecahkan melalui interaksi antar
elemen dalam suatu sistem.
• Lebih mengutamakan mengkaji elemen sistem yang lebih besar dan saling
berinteraksi daripada mengkaji bagian-bagian kecil dari suatu sistem.
2. Personal Mastery
• Dicapai melalui suatu proses peningkatan berkelanjutan atau disebut “generative
learning” senge (1996).
• Kendala antara dimana keberadaan seseorang saat ini dengan “keinginan” disebut
“creative tension”.
47
• Kreativitas akan muncul jika seseorang tidak puas dengan kondisi saat ini yang
mendorong dirinya untuk berubah.
3. Mental models
• Tetap dalam mental unilateral.
• Memaksimalkan menang dan meminimalkan kalah.
• Menekankan perasaan negatif.
• Berupaya serasional mungkin dimana seseorang mendefenisikan tujuannya serta
mengevaluasi perilakunya menurut ukuran apakah dia telah atau belum mencapai
tujuannya itu.
4. Building shared vision
• Bermula dari visi individu, yaitu sesuatu yang dipegang teguh sebagai kebenaran.
• Visi seseorang seringkali dimaknai sebagai sasaran yang hendak dicapai.
• Suatu organisasi haruslah dibangun diatas visi para anggotanya.
• Bagi pemimpinan ini berarti bahwa visi organisasi tidak boleh diciptakan hanya oleh
pimpinan, tetapi harus berasal dari hasil interaksi antar individu didalam organisasi
tersebut.
• Peran pemimpin dalam menciptakan “shared vision” adalah bersinergi dengan
bawahan untuk menciptakan visi organisasi (jangan memaksa kehendak) dengan
cara berdialog.
5. Team learning
• Tim adalah sekumpulan orang-orang yang mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama (Robinson dan Finley).
• Fundamental bellets sebuah tim :
a. Tim pekerja merupakan unsur bangunan organisasi.
48
b. Tim harus mampu mengelola “kultur, proses, sistem serta hubungan kemitraan
antar mereka untuk mencapai kesuksesan.
• Karakteristik team learning yang handal, adalah :
a. Memiliki sasaran yang jelas dan senantiasa meningkat.
b. Struktur dibentuk berlandaskan orientasi hasil capaian.
c. Anggota tim memiliki kompetensi.
d. Bersatunya komitmen.
e. Lingkungan kerjasama kondusif.
f. Memiliki standard mutu.
g. Memiliki dukungan dan pengakuan eksternal.
h. Memiliki prinsif kepemimpinan.
Tabel 2.3 Paradigma Penyelenggaraan Organisasi Pemerintah (Organisasi Publik)
(Sumber : Thoha, dalam Widodo, 2005 : h 3)
No. Lama Baru
1. Rule government Good governance
2. Sentralisasi Desentralisasi
3. Rule/government Private sector/civil society
4. Masyarakat Powerless Masyarakat Powerful
5. Suka Mengatur Suka Melayani
6. Pendekatan Kekuasaan Fleksibel/Kolaboratis/Dialogis
7. Sloganis Realistis/Pragmatis
49
Tabel 2.4 Pergeseran Paradigma Organisasi
(Sumber : Ancok, dalam Usman, 2000 : h 138-139)
No. Dimensi Second wave Third wave
01 Sifat Organisasi Hierarchy (jejang) Networking
(jaringan)
02 Keluaran (output)
organisasi
Market share (memperbesar
pangsa pasar)
Creation (produk
baru)
03 Pengambilan
keputusan
Institusi Individu
(empowerment)
04 Gaya kerja organisasi Kaku Fleksibel
05 Kekuatan organisasi Stabilitas organisasi Kemampuan
adaptasi
06 Orientasi organisasi Self sufficiency Interdepencies
(saling
ketergantungan)
07 Tujuan organisasi Perencanaan strategik dan
tujuan yang ingin dicapai
Kualitas prima
08 Orientasi
kepemimpinan
Tertumpu pada pandangan
dogmatic
Gaya kepemimpinan
bervisi
09 Kualitas produk Kurang maksimal
menekankan tingginya
kualitas produk
Kualitas prima
10 Orientasi pegawai
bekerja
Memperoleh rasa aman
(security)
Pengembangan diri
(personal growth)
50
11 Orientasi pegawai pada
pekerjaan
Pengejaran status dan
pangkat
Berbuat sesuatu
yang berbeda
melebihi prestasi
orang lain
12 Kekuatan sumberdaya Pemilikan uang tunai dalam
jumlah yang besar (cash)
Pemilik informasi
13 Motivasi bekerja Menyelesaikan pekerjaan Membangun
sesuatu yang baru
14 Kultur organisasi Menghindari resiko (risk
aversive)
Keberanian
menghadapi resiko
(risk prone)
Ada banyak formula untuk membenahi manajemen, khasnya manajemen pelayanan publik,
antara lain melalui strategi pembenahan, yaitu : (1) privatisasi, (2) pelayanan prima, dan (3)
membangun visi dan orientasi baru Hardjosoekarto (1997).
Sedangkan Atmosudirdjo (1997) akan halnya David Osborne & Ted Gaebler (2003)
mengusulkan (1) perlunya semangat kewirausahaan dan (2) peningkatan kinerja, dan
Kristiadi (1997) mengusulkan perlunya penerapan manajemen modern.
Usul lain yang agak lebih lengkap, menuntut agar manajemen pelayanan public (1)
lebih professional, (2) memiliki jiwa entrepreneur, dan (3) mampu bertindak sebagai
fasilitator. Manajemen pelayanan public menjadi lebih bersifat administrative, dan oleh
karena itu penegasan kembali mengenai pelayanan publik yang “apolitis” sangat diperlukan.
Formula tesebut dikenal sebagai New Publik Manajemen (NPM), Manajemen Pelayanan yang
berwatak Entrepeneuralship atau Entrepreneurial Government (EG), dan New Public Servis
(NPS), dengan perbandingan secara ringkas sebagai berikut ini :
51
Table 2.5 Perbandingan Old Publik Administration (OPA), New Public Management (NPM),
New Public Service (NPS), Enterpreneural Government (EG), dan Electronic Government (EG)
(Sumber : Mukhlis Sukardi, 2005)
Model/ Dimensi
OPA NPM NPS EG
Tujuan Efisien dan professional
Palayanan prima
Kualitas pelayanan
Pelayanan dengan pemberdayaan
Insentif Fungsional struktural
System konsekuen
Fungsional struktural swasta
System konsekuen
Pertanggung jawaban
Pada klien dan konsikuen secara hirarkis
Pada kustomer ala pasar
Pada warga negara (citizens) secara multidimensional
Pada customer ala pasar
Kekuasaan Pada top management
Pada pekerja dan pengguna jasa
Pada warga negara
Pada pekerja dan pengguna jasa
Budaya
Arogan rutin Menyentuh hati, winning minds
Ramah inovatif Menyentuh hati, winning minds
Penekanan pada ketaatan menjalankan aturan dan efisiensi
Penekanan pada perombakan visi dan misi
Penekanan pada perombakan kultur pelayanan
Penekanan pada perombakan DNA birokrasi
Peranan pemerintah
Rowing (mendayung)
sterring serving sterring
Konsef kepentingan publik
Kepentingan public tercermin dalam UU yang secara politis sudah didesain pemerintah
Kepentingan public merupakan aggregate kepentingan individu
Kepentingan public merupakan hasil dialog mengenai nilai
Kepentingan publik merupakan aggregate (selisih) kepentingan individu
Electronic -Government (E-G)
52
Solusi paling rasional :
A. NEW PUBLIC MANAGEMENT (NPM)
1. Memfokuskan aktivitasnya hanya pada kegiatan manajemen, tidak pada aktivitas
kebijakan.
2. Mencoba melihat manajemen pelayanan publik pada segi penilian kinerja (performance
appraisal) dan efisiensi, tidak dari segi politis.
3. Dilakukan pemecahan manajemen pelayanan public menjadi badan-badan kecil dan
sederhana yang berkaitan langsung dengan kepentingan dasar pengguna jasa (user-pay
bases).
4. Menggunakan landasan pasar (quasimarkets) sebagai daya dorong bagi terciptanya
kompetisi.
5. Pemangkasan ekonomi biaya tinggi sehingga ongkos untuk memperoleh pelayanan
menjadi lebh murah.
6. Ditandai dengan gaya manajemen yang berorientasi pada output, cara tersingkat,
penggunaan insentif moneter, dan kebebasan pengelolaan Rhodes (1994).
7. Ada empat model NPM Ferlie (1995) :
• Model 1 the efficiency drive.
• Model 2 downsizing and decentralization.
• Model 3 in search of excellence.
• Model 4 public service orientation.
8. Penerapan model ini pertama kali dilakukan di Inggris oleh Margaret Thatcher (1980)
dengan mengusung sejumlah ahli yang sukses memimpin organisasi-organisasi bisnis ke
pemerintahannya sebagai penasehat ahli.
9. Semangat efisiensi dan penyerahan urusan publik ke pihak swasta dalam
pemerintahannya menjadi sangat besar (menuai hasil yang luar biasa), pertumbuhan
53
ekonomi meningkat, angka pengangguran berkurang, dan uang negara banyak dihemat
penggunaannya.
10. Negara-negara yang sukses menerapkan model ini adalah Australia, Kanada, dan New
Zealand. Negara-negara dengan sebutan Anglo Saxon termasuk UK Janet dan Robert
Denhardt (2003).
B. ENTERPRENEURAL GOVERNMENT (EG)
1. Istilah lain manajemen pelayanan publik, dengan ciri-ciri :
• Mengedepankan kompetisi.
• Mampu memberdayakan masyarakat (dengan membatasi peran birokrasi).
• Berorientasi pada hasil (outcome).
• Lebih menggunakan misi ketimbangan aturan sebagai daya dorongnya.
• Mencoba semaksimal mungkin mencegah (prevent) persoalan yang muncul
ketimbang memecahkannya.
• Menggunakan semua potensi yang ada untuk earning money ketimbang
membelajakannya.
• Mengedepankan desentralisasi dan mendorong partisipasi, mengadopsi mekanisme
pasar dalam manajemen pelayanan publik.
• Pengutamakan peran sebagai katalisator ketimbang sebagai pengelola pelayanan
publik.
2. Penerapan model ini pertama kali dilakukan oleh Clinton di Amerika Serikat (sukses),
dengan indikasi angka pengangguran menurun tajam, pertumbuhan ekonomi meningkat
pesat, dan peluang kerja terbuka lebar.
54
C. NEW PUBLIC SERVICE (NPS)
1. Muncul atas landasan teori sebelumnya, seperti teori demokrasi citizen, teori
pemberdayaan masyarakat sipil, teori organisasi yang humanis, dan teori posmo
administrasi publik.
2. Doktrin NPS, antara lain :
• Dilakukan secara demokrasi.
• Dilakukan secara strategis dan rasional atas dasar pertimbangan politik, ekonomi,
serta organisasi.
• Dilakukan dengan mengutamakan dialog untuk mencapai kesepakatan pelayanan.
• Menganggap pengguna jasa sebagai warga negara (citizen) dengan hak dan
kewajibannya yang melekat.
• Responsive terhadap kebutuhan warga negara.
• Memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama, nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat, norma-norma politik, standard pelayanan professional, serta interest
warga negara.
• Memberlakukan diskresi (penilaian) dan akuntabel meski banyak kendala.
• Memiliki struktur yang terbuka dan kepemimpinan yang kolaboratif.
• Memiliki motivasi yang kuat untuk melayani dan berkonstribusi pada masyarakat
banyak.
3. Kritik model ini terhadap model NPM dan EG adalah :
• Pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi bukanlah melayani pelanggan
(customer), tetapi warga negara (citizen).
• Semangat yang ada dalam birokrasi publik ketika berhadapan dengan pengguna jasa
bukanlah “how to steer” tetapi how to serve”.
55
• Birokrasi publik haruslah berfikir secara strategic (think strategically) dan bertindak
secara demokratis (act democratically).
• Harus ada perjanjian antara birokrasi publik sebagai penyedia layanan dengan warga
negara sebagai pengguna jasa (citizen charter) yang memberikan kepastian kepada
pengguna jasa akan diberikan pelayanan standar dengan segala macam
konsekuensinya ketika pelayanan tersebut tidak didapatkannya.
4. Model ini diterapkan pertama kali di Inggris dan di beberapa negara lain seperti
Australia, New Zealand, Perancis, dan Belgia.
D. TEKNOLOGI INFORMASI ATAU E-GOVERNMENT DALAM PELAYANAN PUBLIK
1. Ide dasarnya adalah pada kebijakan buatlah sekali saja, maksudnya badan-badan/dinas-
dinas dan lembaga pemerintah berusaha menghindari duplikasi usaha, mematuhi
standar-standar umum dan menggunakan infrastruktur yang sama untuk melayani warga
masyarakat tanpa sekat.
2. E-Government adalah sistem manajemen informasi dan manajemen layanan masyarakat
berbasis internet.
3. Layanan ini diberikan oleh pemerintah kepada masyarakatnya dengan memanfaatkan
internet.
4. Akan muncul sangat banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada
masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat
dapat secara mandiri melakukan registrasi perijinan, memantau proses penyelesaian,
melakukan pembayaran secara langsung untuk setiap perijinan dan layanan publik
lainnya.
5. Dengan bantuan teknologi internet akan dapat dilakukan darimana saja dan kapan saja.
56
6. Dengan memanfaatkan system e-government masyarakat akan menjadi lebih produktif
(tidak perlu antri dalam waktu yang lama).
7. Dengan adanya online system, masyarakat dapat memanfaatkan banyak waktunya untuk
melakukan pembangunan yang lain sehingga diharapkan produktivitas daerah meningkat
yang juga akan meningkatkan produktivitas nasional.
8. E-government diharapkan :
• Mendorong perbaikan layanan masyarakat umum, misalnya unit pelayanan
masyarakat terpadu.
• Mendorong aplikasi fungsional tiap dinas di kabupaten/kota, misalnya
pengembangan data hasil pengelolaan data potensi ditiap dinas yang dapat diolah
dalam bentuk-bentuk yang informatif (grafik yang harus tersedia untuk perencanaan
selanjutnya), pendaftaran paten dan hak cipta produk-produk pengembangan dari
kecamatan-kecamatan, dll.
9. Keuntungan e-government di kabupaten/kota, antara lain :
• Peningkatan kualitas pelayanan (layanan publik 24 jam berkat adanya teknologi
internet).
• Dengan menggunakan teknologi online, banyak proses yang dapat dilakukan dalam
format digital, hal ini akan banyak mengurangi penggunan kertas (paperwork),
sehingga proses akan menjadi lebih efisien dan hemat.
• Database dan proses terintegrasi akurasi data lebih tinggi, mengurangi kesalahan
identitas dan lain-lain.
• Semua proses transparan karena semua berjalan secara online.
• Mengurangi KKN.
57
2.8 E-Government Overview Sebuah teknologi informasi akhir-akhir ini sudah bergerak kearah pemerintahan, yang
mana dengan mengimplementaskan sebuah aplikasi berbasis TI maka secara kinerja semua
kegiatan akan tercipta secara otomatisasi. Sebelum kita lebih jauh lagi kita harus paham
terlebih dahulu pengertian e-government itu sendiri, menurut Turban (2006) e-government
ialah pemanfaatan teknologi informasi yang menyediakan akses untuk informasi dan service
mengenai pemerintahan kepada warga negara atau penduduk, bisinis partner, dan bagian
yang bekerja disektor publik lainnya.
Di Amerika Serikat penggunaan e-government yang dilakukan oleh federasi
pemerintahan yang mana telah dikendalikan sejak 1998. Government Paperwork
Elemination Act oleh Presiden Clinton’s 17 Desember 1999, dan juga memorandum on e-
government yang mana menawarkan 500 formulir yang digunakan oleh penduduk (seperti
formulir pajak) yang diedarkan secara online ditahun 2000.
Beberapa kategori lebih dalam lagi saya bahasa mengenai defiinisi e-government yaitu
interaksi antara government-to-citizen (G2C), government-to-business (G2B), government-
to-government (G2G), and government-to-employment (G2E).
2.8.1 Government to Citizen (G2C)
Government-to-citizen merupakan category dari e-government yang termasuk
semua interaksi antara pemerintah dan penduduk. Dimana pada G2C ini saya
memberikan contoh tidak dari pemerintah luar akan tetapi dari pemerintahan Indonesia
yaitu tepatnya di BALI yang mana disana pemerintah BALI menerapkan e-government
yang dibuat untuk memperpanjang KTP (Kartu Tanda Penduduk) secara online, dimana
58
masyarakat Bali hanya tinggal mengisi form yang telah disediakan dan mendapatkan
outputnya atau KTP dan bisa langsung diprint.
Gambar 2.10 Homepage Bali online KTP
(Sumber : Anonymous 3, http://www.kependudukan.denpasarkota.go.id/KTP/, 2008)
2.8.2 Government to Business (G2B) Government-to-business merupakan e-government yang diterapkan oleh
pemerintahan yang mana membangun interaksi antara pemerintah dengan bisnis partner,
59
dimana bisnis partner tersebut menyediakan produk dan jasanya yang dijual ke
pemerintah. Seperti beberapa contoh aktifitas dari G2B adalah sebagai berikut :
• Government E-Procurement
Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan pengadaan
barang yang dibutuhkan oleh pihak pemerintah yang dibuka untuk umum
kepada semua vendor atau supplier, yang mana pemerintah melakukan
tendering system atau reverse auction untuk mencari harga TERBAIK dan pula
diikuti oleh kualitas yang baik pula.
• Group Purchasing
Konsep group purchasing ialah pembelian yang dilakukan pemerintah
kepada supplier yang dalam implementasnya dalam proses pembeliannya
bersamaan dengan pembeli lain sehingga harga yang didapat akan lebih
murah. Dan ini semua dilakukan secara online, U.S government merequest
permintaan barang, dan pembeli lain boleh ikut untuk join bersama dalam
pembelian, sehingga membeli dalam jumlah besar dan mendapatkan potongan
harga.
• Forward E-Auction
Banyak pemerintahaan melakukan lelang karena disebabkan oleh
kelebihan perlengkapan atau barang-barang lainnya, biasanya pemerintah
Amerika Serikat bergerak melakukan auction menggunakan private network
(jaringan pribadi) dan juga internet.
60
2.8.3 Government to Government (G2G) Government-to-government merupakan e-government yang diterapkan oleh
pemerintahan yang mana membangun interaksi antara didalam pemerintah dengan pihak
atau unit pemerintah yang lainnya, yang dimana akan diharapkan sebuah efektifitas dan
efisiensi antar unit pemerintahan, berikut ini beberapa contoh G2G yang diterapkan
pemerintah Amerika Serikat :
• Intelink, intelink menggunakan jaringan intranet membuat klasifikasi berbagi
informasi diantara U.S intelligence agencies.
• Procurement Marketing and Acces Network (Small Business
Administration), service ini (http://www.pro-net.sba.gov) menyediakan
database pencarian mengenai kontrak kantor berbagai unit department
pemerintahan untuk mencari produk dan service yang terjual.
2.8.4 Government to Employment (G2E)
Government-to-employment merupakan e-government yang diterapkan oleh
pemerintahan yang mana membangun interaksi antara didalam pemerintah dengan para
pegawai atau karyawan instansi pemerintah setempat, dimana sasaran utama penerapan
G2E ialah meningkatkan efektifitas dan efisiensi antar pegawai, dimana salah satu contoh
G2E yang diterapkan di U.S Government to U.S office of Management and Budget (2002)
menyediakan seperti :
• E-payroll, penggabungan system terpusat lebih dari 14 processing across
government.
61
• E-record management, menetapkan keseragaman prosedur dan
standarisasi untuk agency dalam perubahan dari paper-based record menjadi
electronics files.
• E-training, menyediakan penyimpanan pelatihan mengenai hal-hal
pembelajaran tentang pemerintahan.
• Enterprise case management, informasi terpusat mengenai proses
pengadilan.
• Integrated acquisition, agencies memberikan elemen-elemen data umum
untuk memungkinkan agencies lain yang diberikan informasi mengenai
procurement, logistical, payment, dan kemampunan menaksirkan keputusan.
• Integrated human resources, mengintegrasikan seluruh personal atau
pegawai instansi pemerintah.
• Recruitment one-stop, informasi automatisasi tentang kesempatan karir,
resume submission, routing, and assessment. Kemajuan federal hiring proses
dalam menyediakan up-to-the-minute application status untuk job seekers.
2.9 Web Design Overview Dalam menyusun skripsi kali ini saya akan membuat knowledge management system
berbasiskan web dengan menggunakan teknologi intranet, dan juga tidak terlupa dalam
mendesign sebuah website yang baik ada beberapa aturannya yaitu :
• Navigation, disini dijelaskan bagaimana arah ataupun tujuan website itu
berhubungan atau link antar halaman.
• Consistency, dimana design website yang terlihat oleh visitor itu dari halaman
satu ke halaman lain sama.
62
• Performance, berapa lama dibutuhkan waktu untuk menampilkan halaman
websitenya.
• Appearance, dimana website indah dan menyenangkan untuk dilihat.
• Quality assurance, dimana webisite itu tersedia 24 jam dan 7 hari dalam
seminggu, dan juga website tersedianya komponen-komponen seperti search tool,
navigation link, dll.
• Interactivity, dimana terjadi interaksi antara admin dan visitor seperti forum
diskusi, chatting, dll.
• Security, keamanan visitor akan diutamakan sekali seperti password, dan
informasi lainnya.
• Scalability, design web diharapkan tidak diam ditempat dalam pencapaian
kearah yang lebih baik lagi dimasa depan.
2.10 Web Programming Overview Dalam membuat website itu tampak lebih dinamis dan atraktif biasanya para web
programmer menyatukan design web dengan scripting server side sehingga terjadi
interactivy antara user dan admin. Seperti contoh dibawah ini halaman homepage dari
BINUSMAYA yang menggunakan bahasa pemograman web .NET framework dengan
ekstension file (.aspx).
63
Gambar 2.11 Homepage Binusmaya Learning Management System
(Sumber : Anonymous 4, http://www.binusmaya.binus.ac.id, 2008)
Di mana dalam pemograman web dibedakan lagi menurut jenis eksekusinya yaitu
client side dan server side, berikut ini penjelasannya.
2.10.1 Client Side Scripting Client side server pada saat eksekusinya bisa langsung dijalankan tanpa
menggunakan web server, atau kita bisa bilang kita bisa menjalankannya langsung pada
saat kita running. Ekstension file client side scripting ialah (.html, .htm) serta didukung
oleh beberapa teknologi seperti javascipt, Jscript, dan lain-lain.
64
2.10.2 Server Side Scripting Server-side scripting menawarkan keamanan yang lebih baik dari pada client side
scripting, karena apapun yang dikirimkan oleh client akan selalu dicek oleh web server.
Sedangkan HTML atau client side hanya digunakan untuk menampilkan sebuah dokumen
yang bersifat statis. Ekstension file server side scripting ialah (.asp, .php, .aspx, .cgi, dll).
Gambar 2.12 Server Side Scheme Flow
(Sumber : Awaludin, Muhammad, ITS SURABAYA, 2006)
2.11 Perkembangan Teknologi Website 2.11.1 Generasi Web 1.0 Menurut anonymous 5 (2008) Teknologi Web 1.0 merupakan website yang masih bisa
dibilang bersifat satu arah, yang mana hanya disediakan secara umum atau online
pengunjung hanya bisa membaca saja, dan belum bisa membuat interaksi antara
pengunjung atau pembaca dengan admin. Atau bisa dibilang web 1.0 only read activity.
65
2.11.2 Generasi Web 2.0 Teknologi Web 2.0 adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O'Reilly
Media (2003), dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama ditahun 2004, merujuk
pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web seperti situs
jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada
kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. O'Reilly Media, dengan kolaborasinya
bersama MediaLive International, menggunakan istilah ini sebagai judul untuk sejumlah seri
konferensi, dan sejak 2004 beberapa pengembang dan pemasar telah mengadopsi ungkapan
ini. Walaupun kelihatannya istilah ini menunjukkan versi baru daripada web, istilah ini tidak
mengacu kepada pembaruan kepada spesifikasi teknis World Wide Web, tetapi lebih
kepada bagaimana cara si-pengembang sistem didalam menggunakan platform web.
Mengacu pada Tim Oreilly, istilah Web 2.0 didefinisikan sebagai berikut :
"Menurut O'Reilly Media (2003) Teknologi Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis di dalam
industri komputer yang terjadi akibat pergerakan ke internet sebagai platform, dan suatu
usaha untuk mengerti aturan-aturan agar sukses di platform tersebut. ”Web 2.0 menjadi
topik hangat dalam pembahasan web saat ini.
2.11.2.1 Prinsip-prinsip Web 2.0
• Web sebagai platform.
• Data sebagai pengendali utama.
• Efek jaringan diciptakan oleh arsitektur partisipasi.
• Inovasi dalam perakitan sistem serta situs disusun dengan menyatukan fitur dari
pengembang yang terdistribusi dan independen (semacam model
pengembangan "open source").
66
• Model bisnis yang ringan, yang dikembangkan dengan gabungan isi dan layanan.
• Akhir dari siklus peluncuran (release cycle) perangkat lunak (perpetual beta).
• Mudah untuk digunakan dan diadopsi oleh user.
2.11.3 Generasi Web 3.0
Web 3.0 merupakan generasi ketiga dari layanan internet berbasis web. Konsep Web
3.0 pertama kali diperkenalkan Tim Berners Lee (2001), penemu World Wide Web, menulis
sebuah artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0 sebagai sebuah sarana bagi mesin
untuk membaca halaman-halaman Web. Hal ini berarti bahwa mesin akan memiliki
kemampuan membaca web sama seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini. Web 3.0
berhubungan dengan konsep Web Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati tidak
hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga dalam bentuk format yang bisa diakses oleh
agen-agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web 3.0 sebagai Web Semantik itu
sendiri. Keunikan dari Web 3.0 adalah konsep dimana manusia dapat berkomunikasi dengan
mesin pencari. Kita bisa meminta Web untuk mencari suatu data spesifik tanpa bersusah-
susah mencari satu per satu dalam situs-situs Web. Web 3.0 juga mampu menyediakan
keterangan-keterangan yang relevan tentang informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa
kita minta. Web 3.0 terdiri dari Web semantik, Format mikro, Pencarian dalam bahasa
pengguna, Penyimpanan data dalam jumlah besar, Pembelajaran lewat mesin, Agen
rekomendasi, yang merujuk pada kecerdasan buatan Web.
Web 3.0 menawarkan metode yang efisien dalam membantu komputer
mengorganisasi dan menarik kesimpulan dari data online. Web 3.0 juga memungkinkan fitur
web menjadi sebuah sarana penyimpanan data dengan kapasitas yang luar biasa besar.
Walaupun masih belum sepenuhnya direalisasikan, Web 3.0 telah memiliki beberapa standar
67
operasional untuk bisa menjalankan fungsinya dalam menampung metadata, misalnya
Resource Description Framework (RDF) dan the Web Ontology Language (OWL). Konsep
Web Semantik metadata juga telah dijalankan pada Yahoo’s Food Site, Spivack’s Radar
Networks, dan sebuah development platform, Jena, di Hewlett-Packard.
68
2.12 Pengenalan Flowchart
Sebelum kita mengetahui dan belajar flowchart lebih jauh lagi alangkah lebih baiknya
kita mengetahui istilah-istilah flowchart, yang mana hal tersebut diharapkan untuk
menghindari inefisiensi makna untuk tahap selanjutnya. Dimana menurut Widia S TH (1982)
dalam bukunya Teknik Dasar Membuat Program Flowchart, Flowchart adalah bagan yang
menggambarkan urutan instruksi untuk proses dengan komputer dan menghubungkan
antara suatu proses dengan proses lainnya, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.
System flowchart adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan
urutan prosedur dari proses suatu file didalam suatu media menjadi file didalam media lain,
dalam suatu sistem pengolahan data. Program flowchart adalah suatu bagan dengan simbol
tertentu yang menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu
proses (instruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program. Menurut Hartono Jogiyanto
(1999) program flowchart adalah suatu bagan yang menggambarkan arus logika dari data
yang akan diproses dalam suatu program dari awal sampai akhir.
Didalam menyusun pekerjaan membuat program flowchart termasuk dalam tahap
analisisnya ada beberapa tahap-tahap yang harus diperhatikan, menurut Widia S TH (1982)
berikut ini adalah tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahap yang mengenali pembuatan flowchart dilakukan dengan mempelajari
program spesification yang berisi :
• Tujuan program.
• Keadaan data input dan output.
• System flowchart.
• Keterangan mengenai proses.
69
2. Berdasarkan keterangan dari program spesification, tentukanlah garis besar
jalannya proses.
3. Kemudian tentukanlah detail proses didalam proses utama dengan cara :
• Mempelajari data-data (item) apa yang diminta pada output.
• Bagaimana cara mendapatkan data-data tersebut.
• Dari mana asal data-data tersebut dan operasi apa yang harus dilakukan
terhadapnya.
• Dalam mencari asal data, perlu dipelajari data-data pada input.
• Proses apa yang harus dilakukan terhadap data input agar menghasilkan
output seperti yang diminta.
• Apakah semua record diproses dengan cara yang sama.
• Perhatikan syarat-syarat atau kondisi-kondisi yang menentukan hubungan
antara keadaan data dan operasi terhadap data itu.
4. Tentukan bilamana proses berakhir.
• Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan bila suatu file telah habis (selesai)
diproses.
2.12.1 Simbol-Simbol Flowchart Dalam bagan alir terdiri dari simbol-simbol yang mewakili fungsi-fungsi langkah-
langkah program dari garis alir (flowlines) menunjukan urutan dari simbol-simbol yang akan
dikerjakan.
Berikut ini adalah simbol-simbol program flowchart menurut ANSI (American National
Standard Institute).
70
1. Simbol Terminal (Terminal Symbol)
2. Simbol Persiapan (Preparation Symbol)
3. Simbol Pengolahan (Processing Symbol)
4. Simbol Keputusan (Decision Simbol)
5. Simbol Proses Terdefinisi (Predefined Process Symbol)
6. Simbol Penghubung Halaman Sama (On Page Connector Symbol)
Digunakan untuk menunjukan awal dan akhir dari program.
Digunakan untuk memberikan nilai awal pada suatu variable atau counter.
Digunakan untuk pengolahan aritmatika dan pemindahan data.
Digunakan untuk mewakili operasi perbandingan logika.
Digunakan untuk proses yang detilnya dijelaskan terpisah, misalnya dalam bentuk subroutine.
Digunakan untuk menunjukan hubungan arus proses yang terputus masih dalam halaman yang sama.
71
7. Simbol Penghubung Halaman Lain (Off Page Connector Symbol)
8. Simbol Penjelasan (Annotation Flag Symbol)
2.12.2 Bentuk-Bentuk Struktur Logika Flowchart
Berikut ini adalah beberapa bentuk dasar struktur logika yang diwakili oleh bagan alir
atau diagram alir.
1. Struktur Urut Sederhana (Simple Seqeunce Sctructure)
Struktur ini semata-mata hanya berisi langkah-langkah yang urut saja, satu diikuti yang
lainnya.
Gambar 2.13 Simple Seqeunce Sctructure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 664)
Digunakan untuk menunjukan hubungan arus proses yang terputus masih dalam halaman yang berbeda.
Digunakan untuk menunjukan hubungan arus proses yang terputus masih dalam halaman yang berbeda.
72
2. Struktur Loncat (Branch Structure)
Struktur ini berisi suatu loncatan ke proses tertentu oleh statemant GO TO atau statement
IF.
Gambar 2.14 Branch Sctructure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 664)
3. Struktur Seleksi (Selection Structure)
Struktur ini merupakan penyelesain kondisi yang menggunakan statemen IF THEN ELSE.
Gambar 2.15 Selection Sctructure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 665)
Kondisi
Benar ?
Ya
Tidak
73
4. Struktur Perulangan FOR (FOR Loop Structure)
Struktur ini merupakan perulangan beberapa blok statemen yang dibentuk dengan
statemen FOR.
Gambar 2.16 FOR Loop Structure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 665)
5. Struktur perulangan DO WHILE (DO WHILE Loop Sructure)
Struktur ini menunjukan suatu blok statemen akan dikerjakan (DO) berulang-ulang selama
(WHILE) kondisi yang diseleksi masih terpenuhi dan akan keluar dari lingkungan LOOP
bila kondisi sudah tidak terpenuhi.
Gambar 2.17 DO WHILE Loop Sructure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 666)
74
6. Struktur perulangan DO UNTIL (DO UNTIL Loop Structure)
Struktur ini menunjukan suatu blok statemen akan dikerjakan (DO) sampai (UNTIL)
kondisi yang diseleksi tidak dipenuhi.
Gambar 2.18 DO UNTIL Loop Structure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 666)
7. Struktur CASE (Case Structure)
Struktur ini akan memproses sebuah blok statemen pada salah satu kondisi case yang
terpenuhi dari sejumlah case yang ada.
Gambar 2.19 CASE Structure
(Sumber : Hartono Jogiyanto, 1999 : h 667)
75
2.13 Analisis Diagram Tulang Ikan Ishikawa
Penemu analisis diagram tulang ikan ishikawa ialah Kouro Ishikawa
(1960) ia menemukan tools (alat) grafik pemikiran dalam menyusun
cause and effect map terhadap masalah yang sedang dihadapi yang
berasal dari berbagai sumber dan variasi proses.
Kouro Ishikawa menampilkan pola tulang ikan tersebut dimana dengan tujuan untuk
mendatangkan beberapa sumber kunci untuk berkontribusi secara significant terhadap
masalah yang sedang diuji, selanjutnya sumber-sumber masalah ini dijadikan sebuah target
pengembangan. Diagram tulang ikan ishikawa juga mengilustrasikan hubungan yang luas
diantara efek kontributor yang memungkinkan.
Berikut ini adalah beberapa tipe-tipe diagram Ishikawa yang disusun berbagai kategori :
a. The 6 M’s
Mesin, metoda, bahan-bahan, perawatan, pegawai, lingkungan (rekomendasi untuk
perusahaan industri manufaktur).
(Catatan : Untuk industri manufaktur yang lebih modern mengunakan kategori
seperti peralatan, proses, orang, manajemen, lingkungan, dan bahan-bahan).
b. The 8 M’s
Harga, promosi, orang, proses, tempat, kebijakan, prosedur, dan produk atau servis
(rekomendasi untuk administrasi & servis industri).
C. The 4 M’s
Lingkungan, pemasok, sistem, dan kemampuan (rekomendasi untuk servis industri).
Menurut anonymous 6 (2008) langkah-langkah membangun Ishikawa digaram
adalah sebagai berikut :
1. Tempatkan masalah utama dibagian sebelah kotak kanan (Bagian Kepala Ikan).
76
2. Memiliki sebuah tim untuk mengklarifikasikan semua variasi masalah potensial.
3. Gunakan pengelompokan terhadap variabel-variabel proses yang berhubungan dan
disesuaikan dengan masing-masing grup. masing-masing grup diberikan label sesuai
dengan tulang Ishikawa digram.
4. Tempatkan masing-masing proses variabel ke tulang tepat pada diagram Ishikawa.
5. Kombinasikan masing-masing tulang disetiap bagian, dan pastikan variabel proses itu
spesifik, dapat diukur, dan dapat dikontrol.
Untuk lebih jelasnya mempelajari diagram tulang Ishikawa bisa dilihat gambarnya
diilustrasikan dibawah ini.
Gambar 2.20 Contoh Diagram Tulang Ikan Ishikawa
(Sumber : Anonymous 7, http://www.blackbelt.pl, 2008)
77
2.14 FGD (Focused Group Discussion)
Dalam menentukan sebuah pengumpulan data banyak sekali berbagai macam metode
untuk melakukan itu semua, dimana pengumpulan data dapat bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Dimana dalam FGD (Focused Group Discussion) merupakan sebuah tool (alat)
dalam melakukan penelitian kualitatif, dimana secara definisi menurut Rushkoff, Douglas
(2005) FGD adalah suatu format riset kualitatif dimana suatu kelompok orang atau sekitarnya
dalam sikap mereka ke arah suatu produk, jasa, konsep, iklan, gagasan, atau pengemasan.
Pertanyaan dimohon masuk suatu kelompok interaktif yang menentukan dimana peserta
adalah cuma-cuma untuk berbicara dengan anggota kelompok lain.
2.14.1 Tipe-Tipe Forum Group Discussion
Berikut ini adalah beberapa tipe-tipe dari sebuah implementasi Focused Group
Discussion, antara lain :
• Two-Way Focused Group, dimana terdiri dari dua grup yang mana satu
grup pertama memperhatikan apa yang didiskusikan grup kedua dan untuk
keseluruhan menghasilkan kesimpulan.
• Dual Moderator Focused Group, satu moderator memastikan kemajuan
sesi proses secara perlahan-lahan, dan sedangkan yang lain memahaminya.
• Duelling Modelling Focuse Group, dua moderator dengan bebas
mengambil sisi yang berlawanan pada saat pembahasan (penengah).
• Respondent moderator focus group, satu atau lebih dari seorang
responden diminta untuk menjadi moderator sementara.
• Client participant focus groups, satu atau lebih dari perwakilan klien
berpartisipasi didalam diskusi, baik secara terbuka maupun tertutup.
78
• Mini Focus Group, sebuah grup yang terdiri antara 4 sampai 5 anggota.
• Teleconference focus groups, menggunakan jaringan telepon.
• Online Focused Group, komputer yang terhubung melalui internet.
Penelitian dengan menggunakan pengumpulan data kualitatif dengan cara FGD
(Focused Group Discussion) sangatlah efektif sekali, dimana hal jika ditinjau ini dari segi
waktu sangatlah tidak memakan waktu yang banyak, dimana dari sisi pemerintahan
banyak melakukan FGD untuk menyelesaikan masalah yang ada. Yang mana dibawah ini
ialah hasil-hasil penelitian dengan menggunakan FDG :
1. Propinsi Kalimantan Selatan melakukan FGD dalam agendanya membuat GD TIK
Provinsi KALTIM, dimana dalam FGD ini dihadiri oleh Kepala BPID KALTIM, dan
rekan-rekan dan juga dalam FGD ini dilaunching Aplikasi Manajemen Aset Daerah
dan Manajemen Kesehatan Masyarakat.
(Sumber : Anonymous 8, http://www.gditkaltim.files.wordpress.com, 2008)
2. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan FGD dalam menjaring
kretifitas, daya saing, dan juga kemandirian masyarakat yogyakarta dalam
menjaga kelestarian keseniannya. Dimana dalam FGD ini dihadirkan narasumber
dari direktur FKY, pengelola warta Jazz, Bapak Aji Wartono, Antroplog, FIB UGM
Bapak Dr. GR. Lono Lastoro Simatupang dan UAJ Dr. A. Suroso yang
dipandu oleh moderator Kepala Bidang DSKM Ir. Azharudin AR. (ti-bpd).
(Sumber : Anonymous 9, http://www.bapeda.pemdadiy.go.id, 2008)
79
2.15 System Development Life Cycle (SDLC)
Pendekatan system merupakan metodologi. Dimana menurut Mcleod (2007) metodogi
secara definisi ialah suatu jalan atau cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu.
Dan pendekatan sistem ialah metodologi dasar untuk pemecahan berbagai macam
permasalahan. Dan siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu aplikasi dari pendekatan
sistem untuk pengembangan suatu sistem informasi.
Gambar 2.21 SDLC Konsep
(Sumber : Mcleod Raymond , Schell George, 2007 : h 188)
Secara tahap SDLC traditional ada tampak seperti diatas dimana semua tahap-tahap
itu memiliki langkah-langkah perencanaan yang berbeda-beda, dimana setiap tahap akan
selalu terkait dengan tahap-tahap yang lain. Setiap langkah yang ada pada konsep
pengembangan system dengan menggunakan system development life cycle memang sangat
praktis dan mudah dalam menyusun setiap langkah demi langkah akan tetapi kita harus
mengetahui secara tepat konsep dan tujuan setiap langkah tersebut agar penyusunan dapat
sesui dengan apa yang diharapkan.
80
Tabel 2.6 Penjelasan Langkah-Langkah SDLC
(Sumber : Anonymous 10, Software Project Management Plans, 2008)
Proses Pengembangan Sistem Kegiatan Yang Dilakukan
1. Fase Perencanaan (Planning Phase)
Semua permasalahan coba diidentifikasikan
secara rinci, dan juga masalah-masalah ini
dijadikan sebagai acuan untuk fase-fase
berikutnya, untuk fase ini yang dibahas
seperti :
• Problem (Masalah)
• Solution (Solusi)
• Benefit (Keuntungan)
• Scope (Ruang Lingkup)
2. Fase Analisis (Analysis Phase)
Memulai mempersiapkan apa saja yang
dibutuhkan dari perencanaan sebelumnya,
dimana disini sudah diperkirakan dari sisi
teknologi, cost, rencana proses, audit and
control reqiurement, acceptence criteria, dan
sebagainya.
3. Fase Desain (Design Phase)
Mencoba mendefinisikan bagaimana system
akan bekerja secara keseluruhan. The
following are documented in the design
specification :
• Bagaimana input, output, operasi, dan
audit control kebutuhan yang akan
81
dikerjakan
• Penerimaan uji perencanaan
• Fasilitasi perlengkapan dan juga
personel yang dibutuhkan
• Membuat manual prosedur yang
dibutuhkan untuk operasi system
yang direncanakan.
4. Fase Implementasi
(Implementation Phase)
Dalam fase ini kita melakukan action dari apa
yang telah direncanakan sebelumnya, baik
itu dari fase perencaaan, fase analisis, dan
juga fase desain.
5. Fase Penggunaan (Use Phase)
Semua perencaanaan dari awal sampai akhir
sudah completed dan program siap untuk
dijalankan untuk menunjang kinerja operasi
yang diharapkan.
82
2.16 Prototyping Creation
Menurut Mcleod Raymond, Schell George (2007) dalam bukunya Management
Information System bahwa Pola pengembangan sistem selalu meninjau kembali dan
mengulang perkerjaan tersebut sampai mendapatkan sistem yang memenuhi kebutuhan
para pengguna. Suatu proyek cenderung untuk melampui batas waktu yang telah
ditentukan. Keterlambatan ini bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
dan menelan biaya jauh diatas yang dianggarkan. Untuk mengatasi hal ini, para pengembang
sistem mencoba menerapkan teknik yang telah terbukti efektif dalam mengatasi kasus
serupa ini, yaitu pada proyek pengembangan desain otomotif. Proyek ini menerapkan teknik
yang disebut prototype. Definisi prototype menurut Mcleod (2007) ialah suatu versi sistem
potensial yang disediakan bagi pengembang dan calon pengguna yang dapat memberikan
gambaran bagaimana kira-kira sistem tersebut akan berfungsi bila telah disusun dalam
bentuk yang lengkap. Proses dalam memproduksi suatu prototype disebut Protoyping.
Tujuannya adalah menghasilkan prototype secepat mungkin, bahkan dalam satu malam, dan
memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan prototype untuk
tingkatan secepat mungkin. Proses ini bisa diulang beberapa kali sehingga menghasilkan
prototype yang dianggap sempurna.
83
2.17 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.22 Kerangka Pemikiran Setneg KMS
(Sumber : Hasil Penelitian SETNEG KMS, 2008)
84
Berikut ini adalah penjelasan dari Kerangka Pemikiran yang akan
diimplementasikan di Kantor Sekretariat Negara Republik Indonesia :
• Pertama menyusun CAUSE EFFECT DIAGARAM dengan menggunakan FISHBONE
ISHIKAWA, dimana pada tahap ini mengidentifikasikan masalah-masalah yang
sedang dihadapi di SETNEG. Dimana identifikasi masalah tersebut menjadi tolak ukur
dalam indikator upgrading (peningkatan) knowledge management system kearah
yang diharapkan.
• Setelah indikator-indikator masalah terbuat maka kita lakukan ANALISIS
KEBUTUHAN secara lebih dalam lagi dimana pada tahap ini kita membuat FGD
(Focused Group Discussion) untuk user (Front End) dan Setneg Web Admin (Back
End). Serta melampirkan sedikit teori pemahaman tentang knowledge management,
dan melampirkan perbandingan knowledge management system dengan Pemerintah
Negara lainnya (Asia Tenggara).
• Setelah terbentuk notulen FGD dengan baik dari user dan Setneg Web admin maka
kita buat knowledge management team untuk membuat PROTOTYPE PROGRAM KMS
tersebut sesuai apa dari hasil sebelumnya.
• Setelah PROTOTYPE dapat diterima maka Upgrading ke sebuah pengembangan
system dengan Graphical User Interface yang lebih baik lagi dan mudah dimengerti
oleh semua platform penggunanya dapat dilakukan, yang mana hal ini berpacu pada
analisis sebelumnya, dan menggunakan konsep SDLC (System Development Life
Cycle).
• Setelah NEW SETNEG KMS selesai maka langsung diimplementasikan di SETNEG
SERVER. Setelah hal itu semua dijalankan maka kita akan melakukan analisis
performansi dengan kuesioner IMPaKT (Improvement Management Performance
Through-Knowledge-Transformation.