BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library...
21
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep dan Definisi Pengukuran dengan Metode Balanced Scorecard
Menurut Tangen (2005, p46), sistem pengukuran kinerja yang baik
adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan
informasi yang berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol,
merencanakan, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan. Dengan adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan
mampu bertahan dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada.
Sistem pengukuran kinerja dkelompokkan menjadi tiga sistem, yaitu:
1. Kelompok Pertama “Fully Integrated”
Sistem pengukuran kinerja pada kelompok ini merupakan sistem
pengukuran yang paling baik (advanced), yang mana banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi. Sistem ini mampu menjelaskan hubungan kausal
yang melintasi organisasi. Kebutuhan dari seluruh pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dipertimbangkan. Database dan sistem
pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya.
2. Kelompok Kedua “Balanced”
Sistem ini mampu melihat kinerja dari pandangan yang multidimensi,
dari perspektif dan horizon waktu yang berbeda. Sistem ini mendukung
inovasi dan pembelajaran dan berorientasi pelanggan. Tujuan dari sistem
22
ini adalah lebih kepada memperbaiki dibandingkan dengan
memonitornya.
3. Kelompok Ketiga “Mostly Financial”
Kelompok ketiga merepresentasikan sistem pengukuran kinerja yang
berbasiskan pengukuran kinerja tradisional, seperti ROI, aliran kas, dan
produktifitas pekerja. Sistem ini berorientasi pada profit dan optimasi
berdasarkan efisiensi biaya dan pada umumnya hasilnya berorientasi
jangka pendek. Walaupun kelompok ketiga mempunyai keterbatasan,
namun harus tetap dipenuhi.
Balanced Scorecard (BSC) didefinisikan sebagai suatu alat manajemen
kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan
sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin
dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2007, p16). Dari definisi
tersebut, BSC jelas sangat berperan sebagai penerjemah atau pengubah visi dan
strategi organisasi menjadi aksi. Oleh karena itu, BSC tidak berhenti pada saat
strategi selesai dibangun, tetapi terus-menerus memonitor eksekusinya.
Sedangkan menurut Chow. (1998), menyebutkan definisi Balanced
Scorecard sebagai berikut: “Essentially, the BSC is a set of financial and
nonfinancial measures relating to company critical success factors. What is
innovative about that concept is that components of the scorecard are designed
in integrative fashion such they reinforce each other in indicating both the
current and future prospects of the company.”
23
Menurut Luis dan Biromo (2007, p19), dikutip dari Mulyadi (2001),
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu:
1. Kartu skor (scorecard).
Kartu nilai adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
dan juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan
di masa depan. Melalui kartu nilai, nilai yang hendak diwujudkan di masa
depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan
tersebut digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerjanya.
2. Berimbang (Balanced).
Berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja diukur secara
berimbang, yaitu antara indikator finansial dan non-finansial, indikator
kinerja masa lalu, masa kini, dan masa datang, indikator internal dan
eksternal, serta indikator yang bersifat Leading (cause/drivers) dan Lagging
(effect/outcome). Keunggulan BSC dibanding dengan konsep perencanaan
strategi lainnya ialah bahwa BSC dapat menjaga keseimbangannya di antara
indikator-indikator tersebut.
2.1.1 Sejarah Balanced Scorecard
Pada tahun 1989, berawal dari terciptanya benturan antara keharusan
membangun kapabilitas kompetitif jangka panjang dengan tujuan yang tak
tergoyahkan dari model akuntansi finansial biaya historis telah menciptakan
sebuah sintesis: Balanced Scorecard.
Menurut Luis dan Biromo (2007, p16) dan kutipan dari
www.ririsatria.net, Balanced Scorecard pertama kali muncul pada tahun 1992,
24
dalam artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton di majalah Harvard Business
Review edisi Januari-Februari 1992 dengan judul “The Balanced Scorecard:
Measures that Drive Performance”. Metode ini dikembangkan dari penelitian
yang secara intensif dilakukan mulai 1989. Ada dua ide utama yang terkandung
dalam BSC generasi pertama ini, yaitu pengukuran indikator kinerja bisnis serta
empat perspektif untuk melakukan pengukuran tersebut.
Metode Balanced Scorecard versi lengkap pertama kali muncul dalam
bentuk buku pada tahun 1996, berjudul “The Balanced Scorecard: Translating
Strategy into Action” ditulis oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Pada
buku ini sudah diulas secara lengkap hubungan sebab-akibat (cause-effect
relationships), penyusunan insiatif stratejik (strategic initiatives), customer value
proposition, serta konsep lead dan lag. Selanjutnya oleh para pengamat, disebut
sebagai BSC generasi kedua.
BSC generasi kedua memiliki beberapa perbedaan dengan BSC generasi
pertama, perbedaan yang paling signifikan ialah adanya hubungan sebab-akibat
diantara berbagai sasaran strategis yang disebut dengan Peta Strategi.
BSC mengembangkan seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu
dengan ukuran pendorong (driver) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran kartu
nilai diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Tujuan dan ukuran
memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu: perspektif finansial,
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran & pertumbuhan. Keempat
perspektif ini memberi kerangka kerja bagi BSC (Kaplan dan Norton, 2000, p7).
25
2.1.2 Penyebab Kegagalan Penerapan Balanced Scorecard
Menurut Schneiderman (http://jsofian.wordpress.com), seorang konsultan
sekaligus sebagai senior examiner di Malcom Baldrige National Quality Award,
memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan Balanced Scorecard gagal.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
• Faktor independen pada scorecard tidak didefiniskan secara benar
khususnya perspektif non finansial. Padahal faktor non finansial ini
sebagai indikator utama yang memberikan kepuasan bagi stakeholder di
masa yang akan datang.
• Metrik didefinisikan secara minim (poor). Umumnya metrik finansial
lebih mudah didefinisikan karena berhubungan dengan angka secara
kuantitatif, sedangkan untuk non finansial tidak ada standar yang pasti.
Pendefinisian metrik dalam bentuk kongkretnya adalah penentuan ukuran
dari masing-masing objektif dalam setiap perspektif BSC. Dalam
pengukuran metrik sejatinya harus mampu mendefinisikan dan
mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik
yang baik adalah:
a) Reliable dihubungkan dengan kepuasan stakeholder
b) Weakness and Defect oriented dan continuous valued
c) Ringkas dan mudah dipahami
d) Dapat didokumentasikan, konsisten, bertahap, dan dijabarkan
secara operasional
e) Sesuai dan accessible bagi operator dan user
26
f) Terhubung dengan sistem data yang dapat menjelaskan sebab dan
akibat
g) Memiliki proses formal untuk review dan modifikasi.
• Terjadi “negosiasi” dalam penentuan improvement goal dan tidak
berdasarkan stakeholder requirement, fundamental process limits dan
improvement process capabilities. Istilah negosiasi ini dalam prakteknya
diistilahkan dengan “penghijauan” skor, artinya agar tampak kinerjanya
bagus bisa jadi target yang diturunkan atau time frame-nya disesuaikan.
• Tidak adanya sistem deployment yang terintegrasi dari level top-down
dan sub process level dimana sebenarnya actual improvement
activities terjadi.
• Tidak adanya metode dan sistem improvement yang baku dalam
penerapan BSC.
• Tidak adanya dan tidak mampunya membuat quantitative linkage antara
non finansial dan finansial.
Bagaimana solusinya? Menurut saya solusinya ada dua yaitu:
1) Menggunakan software BSC yang sudah teruji dan proven, lakukan
metode push dari top management sehingga semua manajemen
“Dipaksa“ untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan software BSC.
Berdasarkan pengalaman saya, Software BSC yang baik, salah satu
kriterianya adalah memiliki wizard step by step yang menuntun user
untuk dapat membuat linkage diagram, objective, program, target, dsb.
27
Satu step tidak dipenuhi, step berikutnya tidak dapat dilanjutkan.
2) Libatkan konsultan yang memiliki jam terbang dalam penyusunan BSC
secara manual. Peranan BSC menjadi sangat penting dalam memberikan
pertimbangan dalam penentuan objektif, pengukuran, time frame dan
maintenance.
2.1.3 Keunggulan Balanced Scorecard
Mulyadi (2001) menjelaskan beberapa keunggulan Balanced Scorecard
yaitu komprehensif, koheren, seimbang dan terukur sebagai berikut:
1. Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam
perencanaan strategis, dari yang sebelumnya terbatas pada perspektif
finansial, kemudian meluas ke tiga perspektif yang lainnya, yaitu: pelanggan,
proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif
rencana strategis ke perspektif non-finansial tersebut menghasilkan manfaat
sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja finansial yang berlipatganda dan berjangka
panjang.
b. Memberikan kemampuan perusahaan untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompleks.
Balanced Scorecard memotivasi personil untuk mengarahkan
usahanya ke sasaran-sasaran strategis yang menjadi penyebab utama
dihasilkannya kinerja finansial. Untuk menghasilkan kinerja finansial,
28
personil harus mewujudkan sasaran dari perspektif pelanggan. Perusahaan
harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan value
terbaik bagi pelanggan dari proses yang produktif dan cost-effective. Proses
yang produktif dan cost-effective harus dijalankan oleh personil yang
produktif dan berkomitmen.
2. Koheren
Balanced Scorecard mewajibkan personil untuk membangun hubungan
sebab-akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategis yang
dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis yang
ditetapkan dalam perspektif non-finansial harus mempunyai hubungan kausal
dengan sasaran finansial baik secara langsung maupun tak langsung. Sebagai
contoh, sasaran strategis dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
harus menjadi penyebab diwujudkannya sasaran strategis di perspektif proses
internal atau pelanggan atau secara langsung menjadi penyebab
diwujudkannya sasaran strategis di perspektif finansial.
Dengan demikian, sistem perencanaan strategis yang menghasilkan
sasaran strategis yang koheren akan menjanjikan pelipatgandaan kinerja
finansial berjangka panjang, karena personil dimotivasi untuk mencari
inisiatif strategis yang mempunyai manfaat bagi perwujudan sasaran strategis
di perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, proses internal, pelanggan dan
finansial. Dalam pendekatan Balanced Scorecard, tidak ada inisiatif strategis
yang tidak bermanfaat untuk mewujudkan sasaran strategis tertentu.
Kekoherenan sasaran strategis yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja
29
finansial sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompetitif. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan
dituntut untuk menjadi institusi pelipatganda kekayaan (wealth-multiplying
institution), bukan sekedar institusi pencipta kekayaan (wealth-creating
institution).
Berbagai inisiatif strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategis dipilih untuk mewujudkan berbagai sasaran strategis dengan
memperhatikan keyakinan dasar (core beliefs) dan nilai dasar (core values)
yang ditetapkan dalam sistem perumusan strategi. Kekoherenan yang
demikian menjanjikan diwujudkannya visi organisasi berlandaskan nilai
dasar organisasi.
3. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategis adalah penting untuk menghasilkan kinerja finansial berjangka
panjang.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategis menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategis yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategis
yang sulit untuk diukur. Sasaran-sasaran strategis di perspektif pelanggan,
proses internal, serta pembelajaran & pertumbuhan merupakan sasaran yang
tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard, sasaran
pada ketiga perspektif non finansial tersebut ditentukan ukurannya agar dapat
30
dikelola sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran-
sasaran strategis pada ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan
berbagai sasaran strategis non finansial, sehingga kinerja finansial dapat
berlipatganda dan berjangka panjang.
2.2 Perspektif Balanced Scorecard
Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi
perusahaan. Tujuan dan ukuran kinerja dalam Balanced Scorecard lebih dari
sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial khusus, semua tujuan dan
ukuran ini diturunkan dari suatu proses dari atas ke bawah (top down) yang
digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis, seperti pada gambar 2.1. Balanced
Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus
menjadi sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat pada perusahaan.
Di samping itu, Balanced Scorecard mampu merencanakan strategi pilihan untuk
mewujudkan visi dan misi perusahaan kedalam sasaran-sasaran strategis yang
bersifat kualitatif, adapun tahapan untuk merencanakan strategis dalam kerangka
Balanced Scorecard ialah sebagai berikut:
1. Sasaran strategi
2. Ukuran sasaran strategi (lag indicator dan lead indicator)
3. Target
4. Inisiatif strategi.
31
Gambar 2.1 Balanced Scorecard memberi Kerangka Kerja untuk Penerjemahan
Strategi ke dalam Kerangka Operasional
Secara diagram, Balanced Scorecard terdiri dari empat perspektif, yaitu:
perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran &
pertumbuhan. Perspektif di sini adalah fokus pandangan kita yang dititikberatkan
pada keempat hal tersebut. Terkait dengan BSC, keempat perspektif itu
merupakan peta wilayah di mana kita harus meletakkan strategi-strategi yang
relevan di tiap-tiap bagian. Strategi yang relevan tersebut dinamakan dengan
sasaran strategi yang sesungguhnya merupakan strategi itu sendiri.
32
2.2.1 Perspektif Finansial
Pembentukan sebuah Balanced Scorecard seharusnya akan mendorong
unit bisnis untuk mengaitkan tujuan finansial dengan strategi korporasi. Tujuan
finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif Scorecard
lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan bagian dari hubungan sebab-
akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja finansial. Scorecard
harus menjelaskan strategi perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka
panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai urutan tindakan yang
harus diambil berkenaan dengan proses finansial, pelanggan, proses internal, dan
para pekerja sistem untuk menghasilkan kinerja ekonomis untuk jangka panjang
seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Tujuan dan dan ukuran finansial harus
memainkan peranan ganda, yaitu menentukan kinerja finansial yang diharapkan
dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard
lainnya (Kaplan dan Norton, 2000, p41). Key Performance Indicator (KPI) yang
digunakan sebagai tolak ukur pada perspektif finansial ialah sebagai berikut
(Tabel 2.1).
Tabel 2.1 KPI Perspektif Finansial
KPI Definisi Formula Sumber
ROI
(%)
Pengembalian Atas
Investasi (ROI) ialah
bentuk paling mudah
dari analisis
profitabilitas, yaitu
menghubungkan laba
bersih (pendapatan
bersih) yang dilaporkan
terhadap total aktiva di
neraca.1)
x100%Aktiva Total
PajakSetelah LabaROI =
(Rumus 2.1)
1) Helfert, 1997, p75.
2) www.investopedia.com
33
A performance measure
used to evaluate the
efficiency of
an investment or to
compare the efficiency
of a number of different
investments. 2)
Total Asset
Turnover
(kali)
Rasio yang digunakan
untuk mengukur
seberapa efisien
perusahaan
mempergunakan
aktivanya.3)
Aktiva Total
PenjualanTurnoverAsset Total =
(Rumus 2.2)
3) Mun’im Azka, 2001
Earn Before
Interests &
Taxes
(Rupiah)
An indicator of a
company's profitability,
calculated as
revenue minus
expenses, excluding tax
and interest. EBIT is
also referred to as
"operating earnings",
"operating profit" and
"operating income".4)
EBIT = Penjualan – HPP – Biaya
Usaha
(Rumus 2.3)
4) www.investopedia.com
Nilai
Penjualan
(Rupiah)
Jumlah seluruh hasil
penjualan produk SBU
bersih.5)
Nilai Penjualan = Σ Penjualan bersih
setiap SBU
(Rumus 2.4)
5) Laporan Manajemen
WIKA Beton
Nilai
Kontrak
Baru
(Rupiah)
Jumlah seluruh
perolehan kontrak baru
bersih. 6)
Nilai Kontrak Baru = Σ nilai kontrak
baru setiap SBU
(Rumus 2.5)
6) Laporan Manajemen
WIKA Beton
2.2.2 Perspektif Pelanggan
Pada perspektif pelanggan Balanced Scorecard, perusahaan melakukan
identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang dimasuki. Segmen pasar
merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan finansial
perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan
berbagai ukuran pelanggan. Perspektif pelanggan juga memungkinkan
34
perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran secara eksplisit proposisi
nilai yang akan diberikan kepada pelanggan dan pasar sasaran. Proposisi nilai ini
merupakan faktor pendorong (lead indicator) untuk ukuran pelanggan penting.
Di masa lalu, perusahaan dapat memusatkan diri pada kapabilitas internal
dengan mengandalkan kinerja produk dan inovasi teknologi. Tetapi perusahaan
yang tidak memahami kebutuhan pelanggan akan memudahkan para pesaing
untuk menyerang melalui penawaran produk yang lebih baik yang sesuai dengan
preferensi pelanggan. Oleh karena itu, banyak perusahaan saat ini berpindah
fokus secara eksternal kepada pelanggan. Jika ingin mencapai kinerja finansial
jangka panjang yang hebat, setiap unit bisnis harus menciptakan dan memberikan
produk yang bernilai kepada konsumen. Dengan demikian, perspektif pelanggan
Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam
tujuan yang spesifik yang berkenaan dengan pelanggan dan segmen yang
dikomunikasikan ke seluruh perusahaan, seperti pada gambar 2.2 (Kaplan dan
Norton, 2000, p55). Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai
tolak ukur pada perspektif pelanggan ialah sebagai berikut (Tabel 2.2).
Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama
(Kaplan & Norton, 2000, p60)
35
Tabel 2.2 KPI Perspektif Pelanggan
KPI Definisi Formula Sumber
Pangsa
Pasar
(%)
Market Share is
the percentage or
proportion of the
total available
market or market
segment that is
being serviced by
a company. It is
generally
necessary to
commission
market research
(generally
desk/secondary
research, although
sometimes
primary research)
to estimate the
total market size
and a company's
market share.7)
Pangsa pasar
menggambarkan
proporsi bisnis
yang dijual oleh
sebuah unit bisnis
di pasar tertentu. 8)
Pangsa Pasar =
100%DiikutiYangTenderNilai Total
nDimenangkaYangTenderNilaiTotal×
(Rumus 2.6)9)
7) www.wikipedia.com
8) Kaplan & Norton,
2000, p60
9) Laporan Manajemen
WIKA Beton
Akuisisi
Pelanggan
(%)
Mengukur dalam
bentuk relatif atau
absolut,
keberhasilan unit
bisnis menarik
atau
memenangkan
pelanggan atau
bisnis baru.10)
100%Pelanggan TotalJumlah
aruBPelangganJumlah
PelanggankuisisiA
×
=
(Rumus 2.7)11)
10) Kaplan & Norton,
2000, p60
11) Laporan Manajemen
WIKA Beton
Retensi
Pelanggan
(%)
Mempertahankan
pelanggan yang
ada di segmen
tertentu untuk
mempertahankan
100%Pelanggan TotalJumlah
LamaPelangganJumlah
PelangganRetensi
×
=
12) Kaplan & Norton,
2000, p60
13) Laporan Manajemen
WIKA Beton
36
dan meningkatkan
pangsa pasar di
segmen tersebut. 12)
(Rumus 2.8) 13)
Kepuasan
Pelanggan
(Skor)
Menilai tingkat
kepuasan atas
kriteria kinerja
tertentu di dalam
proposisi nilai. 14)
CSI per semester =
10
PelayananKepuasan NilaiKualitasKepuasan Nilai ∑+∑
(Rumus 2.9)15)
CSI per Tahun =
2
2SemesterCSI1SemesterCSI +
(Rumus 2.10) 15)
14) Kaplan & Norton,
2000, p60.
15) Laporan Manajemen
WIKA Beton
2.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses internal, dilakukan identifikasi berbagai proses
yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan para pemegang
saham. Pengembangan tujuan dan ukuran untuk perspektif ini merumuskan
tujuan dan ukuran untuk perspektif finansial dan pelanggan. Urutan ini
memungkinkan perusahaan memfokuskan pengukuran proses bisnis internal
kepada proses yang akan mendorong tercapainya tujuan yang ditetapkan untuk
pelanggan dan para pemegang saham (Kaplan dan Norton, 2000, p80). Key
Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai tolak ukur pada perspektif
proses bisnis internal ialah sebagai berikut (Tabel 2.3).
37
Tabel 2.3 KPI Perspektif Proses Bisnis Internal
KPI Definisi Formula Sumber
Kualitas
Produk
(%)
Mengukur karakteristik
output yang dihasilkan
dibandingkan terhadap
spesifikasi karakteristik
yang diinginkan oleh
pelanggan. 16)
100%ProdukJenis@ProduksiVol.
ProdukJenis@CacatVol.
ProdukJenis@Cacat%
×=
(Rumus 2.11)
DihasilkanYangProdukJenisJumlah
Cacat%Jumlah
Cacat%rataRata =−
(Rumus 2.12)
16) Gaspersz, 1998, p7
Lost Sales
(kali)
Lost sales, the
customer’s demand for
item is lost and
presumably filled by a
competitor. The stockout
cost for a lost sales
ranges from the lost
profit on the sale to
some unspecified loss of
goodwill. 17)
Lost Sales = Frekuensi terjadi lost sales dan
biaya yang ditimbulkannya
(Rumus 2.13)
17) Tersine, 1994,
p207-208.
2.2.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Kaplan dan Norton (2000, p109), Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan pada Balanced Scorecard mengembangkan tujuan yang mendorong
pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang ditetapkan dalam
perspektif finansial, pelanggan dan proses internal mengidentifikasikan apa yang
harus dikuasai oleh perusahaan untuk menghasilkan kinerja terbaik. Tujuan di
dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya
dapat dicapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
38
merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang terbaik dalam perspektif
lainnya.
Balanced Scorecard menekankan pentingnya menanamkan investasi bagi
masa datang, dan bukan dalam bidang investasi tradisional saja, seperti peralatan
baru, riset dan pengembangan produk baru. Investasi peralatan dan penelitian
pengembangan jelas sangat penting. Perusahaan juga harus melakukan investasi
dalam infrastruktur jika ingin mencapai tujuan pertumbuhan finansial jangka
panjang. Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai tolak ukur
pada perspektif pembelajaran & pertumbuhan ialah sebagai berikut (Tabel 2.4).
Tabel 2.4 KPI Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
KPI Definisi Formula Sumber
Produktivitas
Tenaga Kerja
(Rupiah/Orang)
Produktivitas adalah
suatu konsep yang
menunjang adanya
keterkaitan hasil kerja
dengan sesuatu yang
dibutuhkan untuk
menghasilkan produk
dari tenaga kerja.18)
KerjaTenagaJumlah
Penjualan
KerjaTenagatasProduktivi =
(Rumus 2.14)
18) Ravianto, 1995,
p6.
Employee
Turnover
(%)
Employee Turnover
merupakan tingkat
keluar masuknya
karyawan pada
perusahaan tersebut.
Semakin tinggi
Employee Turnover,
mengindikasikan iklim
organisasi yang kurang
baik, sehingga
karyawan yang bekerja
tidak dapat bertahan
lama berada dalam
perusahaan tersebut. 19)
x100%Kerja Tenaga TotalJumlah
ukKeluar/Mas Kerja TenagaJumlah
Turnover Employee =
(Rumus 2.15)
19) Fajar Kurniawan,
2006.
39
Training
Coverage
(%)
Persentase karyawan
yang mendapat
pelatihan dalam satu
tahun.20)
x100%Kerja Tenaga TotalJumlah
Training PesertaJumlah
Coverage Training
=
(Rumus 2.16)
20) Luis & Biromo,
2007, p90
Penelitian &
Pengembangan
(%)
Proporsi biaya yang
dikeluarkan untuk
program litbang dari
total biaya usaha per
tahun. 21)
x100% UsahaBiaya
Litbang BiayaProporsi =
(Rumus 2.17)
21) Laporan
Manajemen WIKA
Beton
2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard
Bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Visi di sini
adalah situasi masa depan perusahaan yang diinginkan. Kemudian visi ini
diuraikan dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing
perspektif tersebut ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang
merupakan penjabaran dari visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini,
perusahaan kemudian menetapkan faktor-faktor keberhasilan kritikal agar visi
perusahaan bisa diwujudkan. Setelah penetapan faktor-faktor keberhasilan
kritikal ini, kemudian ditentukan ukuran-ukuran strategis yang mencerminkan
strategi perusahaan. Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-langkah spesifik
yang akan dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan-tujuan strategis
yang merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan. Gambar 2.3 berikut
memberikan gambaran ringkas bagaimana sebuah Balanced Scorecard
dikembangkan (Olve et al., 1999, p42).
40
Gambar 2.3 Keseluruhan Gambaran bagaimana Scorecard dibangun
2.4 Manajemen Strategi
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan ilmu dan seni
dalam memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan
keputusan yang mampu dicapai oleh organisasi (David, 2002, p5). Manajemen
strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: formulasi strategi, penetapan &
implementasi strategi, serta evaluasi kinerja pencapaian strategi.
2.4.1 Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi perusahaan, terdapat tujuh tahap utama yang
harus dilakukan perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan secara tepat
(Mulyadi, 2001, p40), yaitu:
41
1. Identifikasi lingkungan yang akan dimasuki perusahaan di masa
depan
Lingkungan yang berpengaruh bagi perusahaan dalam perumusan
strategi ialah:
• Lingkungan Makro (kekuatan politik, hukum, ekonomi, teknologi
dan sosial) dan mikro (sub bisnis unit).
• Lingkungan Industri, terdapat lima kekuatan yang secara individu
dan bersama-sama mempengaruhi dinamika persaingan dan
memiliki potensi untuk menciptakan kesempatan dan juga
hambatan yang mencipatkan persaingan yang efektif. Model yang
digunakan untuk analisa lingkungan industri ialah model Porter’s
Five Forces (Porter, 1998, p7) seperti pada gambar 2.4.
a) Kekuatan Pelanggan/pembeli
Kelompok pembeli bertanding dengan industry dengan
menekan harga serendah mungkin, meminta kualitas yang
lebih baik dengan pelayanan yang lebih baik, serta
memainkan persaingan dengan yang lain Kekuatan setiap
kelompok pembeli penting tergantung pada jumlah
karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif
pembeliannya dari industri dibandingkan dengan bisnis
keseluruhannya.
42
b) Kekuatan Pemasok
Pemasok memiliki kekuatan terhadap pihak terlibat
dengan meningkatkan harga bahan baku atau mengurangi
kualitas suatu barang atau jasa pelayanan yang ditawarkan.
c) Persaingan Antar Perusahaan
Terkait dengan faktor-faktor pertumbuhan industri, naik-
turun permintaan dan perbedaan antar produk
d) Ancaman Pendatang Baru
Faktor-faktor yang menentukan adalah skala ekonomi,
product differentiation, capital requirement, switching
cost, akses ke jalur distribusi, cost disadvantage
independent of scale, dan kebijakan pemerintah.
e) Produk Pengganti
Mengidentifikasi produk pengganti yang memiliki kinerja
dan fungsi yang sama dengan produk yang dihasilkan
perusahaan. Dampak dari timbulnya produk pengganti ini
ialah elastisitas permintaan industri keseluruhan.
43
Gambar 2.4 Porter's Five Forces Driving Industry Competition
(Porter, 1998, p4)
2. Penentuan Visi, Misi, Keyakinan Dasar dan Tujuan Perusahaan
Visi menggambarkan apa yang mungkin dan ingin diwujudkan
oleh perusahaan di masa depan. Visi perusahaan biasanya merupakan
kalimat tunggal yang menjawab pertanyaan akan menjadi apa
perusahaan di masa yang akan datang. Visi yang jelas sangat
membantu perusahaan dalam menjabarkannya ke dalam tujuan
perusahaan dan dalam pemilihan sasaran strategis yang sejalan
dengan tujuan tersebut.
Misi perusahaan merupakan pertanyaan yang membedakan tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan pesaingnya. Sebuah
pernyataan misi mendeskripsikan nilai-nilai dan prioritas dari sebuah
organisasi. Keyakinan dasar diperlukan sebagai landasan dan
semangat untuk pencapaian visi perusahaan serta memberikan
pedoman dalam pengambilan keputusan.
44
3. Analisa SWOT
Menurut Marimin (2008, p58), analisa SWOT ialah suatu cara
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam
rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada
logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Analisa SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal
(strength dan weaknesses) serta lingkungan eksternal (opportunities
dan threat) yang dihadapi dunia bisnis. Analisa SWOT didahului
dengan identifikasi posisi perusahaan/institusi melalui evaluasi nilai
faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT
agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai
tahapan sebagai berikut:
• Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan
internal
• Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan
matriks SWOT
• Tahap pengambilan keputusan.
4. Analisa Portfolio
Portfolio didasarkan pada daya tarik industri atau pasar dan kekuatan
relatif bisnis terhadap pesaingnya, mendorong para manajer ke
45
keputusan untuk mengalokasikan sumber daya dan maksimasi laba,
sedangkan pola pikir yang memandang ke customer value akan
mendorong manajemen perusahaan untuk memandang unit bisnis
strategis sebagai portfolio kompetensi inti dan mengalokasikan bakat
dan modal untuk membangun kompetensi dan peningkatan
kapabilitas.
5. Perumusan Peluang dan Masalah Utama
Pada dasarnya, setiap perusahaan pasti mempunyai peluang dan
masalah utama yang dihadapi. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengidentfikasi peluang utama yang ada untuk dapat dimanfaatkan
dalam mengatasi masalah utama yang dihadapi.
6. Identifikasi dan Evaluasi Alternatif Strategi
Setiap alternatif strategi menawarkan potensi untuk meraih peluang
dan menyelesaikan masalah utama, menutup kesenjangan dalam
kinerja yang diproyeksikan ke depan dan mendorong perbaikan
terhadap customer value. Ada beberapa kriteria untuk mengevaluasi
strategi (Mulyadi, 2001, p10), yaitu:
a) Konsistensi Internal, yaitu rencana tindakan (sasaran strategi dan
inisiatif strategis) yang mendukung satu sama lain
b) Realistik, yaitu rencana tindakan yang dipilih dapat dicapai
meskipun berisi tantangan
c) Berfokus pada pencarian peluang dan penyelesaian masalah, yaitu
rencana yang dipilih akan mewujudkan peluang dan mengatasi
masalah utama dan mengarahkan pada isu strategi utama.
46
d) Berkemampuan menyelesaikan sub masalah utama, yaitu bahwa
gejala juga diselesaikan
e) Bermanfaat bagi pelanggan, yang berarti rencana harus
meningkatkan nilai yang dihasilkan bagi pelanggan.
2.4.2 Penetapan dan Implementasi Strategi
Setelah perusahaan melakukan perumusan strategi untuk mewujudkan
visi dan misi, perusahaan perlu melakukan perencanaan strategis yang terdiri dari
tiga komponen, yaitu penentuan sasaran strategis, penentuan target, dan
perumusan inisiatif strategis.
Sasaran strategis merupakan sasaran di masa depan yang ingin dicapai
oleh perusahaan sebagai penerjemah dari visi dan misi perusahaan. Kemudian
perusahaan menetapkan target pencapaian sasaran strategis tersebut agar
perusahaan dapat menganalisa sejauh mana pencapaian sasaran strategis tersebut.
Untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan, perusahaan merumuskan
inisiatif strategis yang merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan untuk
dilakukan perusahaan di masa depan yang relevan dengan sasaran strategis
(Mulyadi, 2001, p171).
2.4.3 Penyusunan Program Kerja dan Anggaran
Penyusunan program ialah proses penjabaran inisiatif strategis ke dalam
rencana laba jangka panjang yang berisi langkah-langkah strategis yang dipilih
untuk mencapai sasaran strategis tertentu serta taksiran sumberdaya yang
diperlukan.
47
Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana laba jangka
pendek yang berisi langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam
melaksanakan sebagian dari program dalam jangka waktu tahunan.
2.4.4 Evaluasi Strategi
Implementasi rencana memerlukan rencana. Hasil setiap langkah yang
direncanakan perlu diukur untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan
pelaksanaan anggaran, program dan inisiatif strategis. Hasil implementasi
rencana juga digunakan untuk memberikan informasi bagi pelaksanaan tentang
seberapa jauh target telah berhasil dicapai, sasaran strategis telah berhasil
dicapai, tujuan dan visi perusahaan dapat dicapai.
2.5 Aplikasi Balanced Scorecard
Balanced Scorecard Collaboratives Inc. (2000), mendefinisikan BSC
Application sebagai “Any Software package which uses the methodology of Drs.
Norton and Kaplan to facilitate strategic decision making using the Balanced
Scorecard methodology, or any package which uses the term ‘Balanced
Scorecard’ in its marketing material, title, or external communication”.
Suatu aplikasi Balanced Scorecard memiliki fungsionalitas sebagai
berikut:
a) Balanced Scorecard Design. Aplikasi tersebut harus dapat mengakomodasi
kebutuhan dasar dari metodologi Balanced Scorecard, antara lain:
48
• Menampilkan Strategi ke dalam empat perspektif utama
(finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran &
pertumbuhan)
• Menampilkan tujuan-tujuan (objektif) untuk setiap perspektif
• Menghubungkan ukuran-ukuran dengan setiap tujuan
• Menentukan target-target untuk setiap ukuran.
b) Strategic Education and Communication. Salah satu kunci utama dalam
keberhasilan implementasi Balanced Scorecard adalah adanya fasilitas
pembelajaran dan penyampaian komunikasi strategis. Oleh karena itu,
aplikasi Balanced Scorecard yang baik harus memiliki fasilitas agar user
dapat mendokumentasikan dan menyampaikan deskripsi dari perspektif,
objektif, ukuran, target yang selaras dengan rencana strategi.
c) Business Execution. Aplikasi Balanced Scorecard dapat menggambarkan
hubungan antara strategi dan inisiatif atau yang biasa disebut Action Plans.
d) Feedback and Learning. Dengan desain sistem yang baik, waktu siklus
feedback informasi manajerial dapat dikurangi. Analisis terhadap hasil
pengukuran yang dibandingkan dengan target dapat memberikan gambaran
tentang bagian mana yang memerlukan perhatian lebih. Tetapi bagaimanapun
juga, aplikasi Balanced Scorecard tidak dibuat untuk menggantikan peran
manajer tingkat atas dalam pengambilan keputusan, penilaian secara objektif
dan subjektif tetap diperlukan.
49
2.6 Pengukuran Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX)
Objective Matrix (OMAX) ialah suatu metode penilaian terhadap kinerja
perusahaan yang dikembangkan oleh James L. Riggs dan Felix dari Department
of Industrial Engineering at Oregon State University. OMAX ini diperkenalkan
pada tahun 1980an di industri-industri manufaktur di Amerika Serikat. Dimana
penilaian dilakukan terhadap kriteria yang berhubungan dengan kinerja
perusahaan tersebut. Konsep dari penilaian ini yaitu penggabungan beberapa
kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam sebuah matrik. Setiap kriteria kinerja
memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot
sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi (Riggs, 1986).
Hasil akhir dari penilaian ini adalah nilai tunggal untuk suatu kelompok
kerja. Suatu organisasi yang besar membutuhkan jumlah faktor kinerja yang
lebih besar bila dibandingkan dengan suatu organisasi yang kecil. Dengan
menggunakan OMAX, maka pihak manajemen dapat dengan mudah menentukan
kriteria apa yang akan dijadikan ukuran produktivitas, pada akhirnya pihak
manajemen dapat mengetahui produktivitas unit organisasi yang menjadi
tanggung jawabnya berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria kerangka
OMAX terdiri dari skor (1-10), skor akhir, bobot, dan nilai akhir
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
pengukuran model OMAX, pada dasarnya merupakan suatu pengukuran
produktivitas total, yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran
keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai derajat
kepentingan masing-masing ukuran atau kriteria itu di dalam perusahaan.
Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-
50
faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas. Tujuan dari penggunaan OMAX adalah:
• Sebagai sarana pengukuran produktivitas
• Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas
• Alat pemantau pertumbuhan produktivitas.
Penggunaan OMAX diharapkan aktivitas seluruh personil perusahaan
untuk turut menilai, memperbaiki, dan mempertahankan, karena sistem ini
merupakan sistem pengukuran yang diserahkan langsung ke bagian-bagian unit
proses industri.
Tabel 2.5 Contoh Perhitungan Produktivitas dengan OMAX
Objective Kriteria (1) Indikator 1 2 3 4
Ket.
Performansi (2)
10 Sangat Baik 9 8 7 6
Baik (3)
5 4 3
Sedang
2 1 Buruk
0 Sangat Buruk
Skor Aktual (4) Bobot (5) Nilai (6)
Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator Pencapaian
Keterangan Tabel 2.5:
1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas
pada bagian atau departemen yang akan diukur produktivitasnya.
51
Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi kriteria adalah
output/jam, scrap/100 unit, dll. Kriteria ini sebaiknya lebih dari satu
2. Performansi, yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran
terakhir. Misalnya output/jam = 100, scrap/100 unit = 4.
3. Skala, yaitu angka-angka yang menunjukkan tingkat performansi dari
pengukuran tiap kriteria produktivitas. Terdiri dari 11 bagian dari 0
sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya.
Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Level 0, yaitu nilai produktivitas paling buruk yang mungkin terjadi
Level 3, nilai produktivitas rata-rata selama periode pengukuran
berlangsung
Level 10, nilai produktivitas yang diharapkan sampai periode tertentu
Kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi,
Contoh:
Level 0 = 10
Level 3 = 4
Level 10 = 2
kenaikan level 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu:
23104
0303
−=−
=−− levellevel , maka level 1 = 8 dan level 2 = 6
Kenaikan level 4 sampai dengan level 9 dilakukan denga cara
interpolasi, yaitu:
52
28,07
42310
310−=
−=
−− levellevel , maka level 4 = 3,72; level 5 = 3,44;
dst.
4. Skor Aktual, yaitu nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas
berada. Misalnya, jika output/jam = 100 terletak pada level 5, maka skor
untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat
sesuai dengan angka pada matriks, lakukan pembulatan kebawah.
5. Bobot, yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total
produktivitas. Jumlah bobot dari tiap kriteria adalah 100.
6. Nilai, merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya.
Langkah-langkah penyusunan Objective Matrix ialah sebagai berikut:
1. Mencantumkan visi dan misi perusahaan
2. Menentukan potential objective
3. Menentukan kandidat untuk potential measures
4. Menentukan bobot dari tiap kriteria yang dipilih
5. Perhitungan OMAX dengan tahapan sebagai berikut:
• Menentukan kriteria: Kriteria-kriteria dibentuk dari potential
objective. Potential objective diperoleh dari pengembangan visi dan
misi perusahaan. Kriteria-kriteria yang dibentuk oleh penulis tidak
semuanya dimasukkan dalam perhitungan pengukuran produktivitas.
• Pengumpulan data dan pengukuran produktivitas: data yang
diperlukan dalam pengukuran produktivitas dikumpulkan seperti data
yang berkaitan dengan kriteria-kriteria pada tahap sebelumnya.
53
• Menentukan nilai standar awal: tujuan dari penentuan nilai standar
awal adalah menentukan patokan awal dalam perhitungan Objective
Matrix. Nilai standar awal didapatkan dari rata-rata tiap rasio setiap
kriteria dalam suatu selang waktu tertentu. Nilai rata-rata ini
mempunyai nilai 3 dari 11 skala tingkatan nilai (0-11).
• Penentuan bobot tiap kriteria: bobot ini didapat dari kuisioner kedua.
Kuisioner ini menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing
kriteria dengan skala tingkatan 0-10, di mana pembobotan ini
digunakan dalam perhitungan matriks OMAX. Kuesioner ini diisi
oleh karyawan pada departemen-departemen yang terkait yang benar-
benar paham tentang pemberian skala penilaian tersebut.
• Penentuan tingkat pencapaian: target pencapaian adalah suatu nilai
dalam perhitungan tabel OMAX yang diletakkan pada skor terbaik
yaitu 10 untuk target pencapaian terbaik dan skor 0 untuk target
pencapaian terburuk. Target pencapaian terbaik nilainya diperoleh
dari interpretasi wawancara dengan pihak perusahaan tentang
usahanya untuk meningkatkan target dari tiap kriterianya. Target
pencapaian terburuk dilihat dari nilai terendah dari periode waktu
yang digunakan sebagai standar awal.
• Pembuatan tabel OMAX: Pembuatan perhitungan produktivitas
dengan menggunakan metode Objective Matrix ini baru dapat
diselesaikan setelah semua data dan perhitungan pendahuluan.
Sebagai penunjang OMAX diperoleh dan dimasukkan dalam tabel
54
perhitungan OMAX pada masing-masing kriteria. Setelah semua nilai
diperoleh maka pada tiap-tiap periodenya diperoleh nilai dari masing-
masing kriteria untuk memperoleh produktivitas keseluruhan dari
perusahaan tiap periodenya.
• Pengukuran indeks produktivitas: Perhitungan produktivitas ini hasil
akhirnya diperoleh dan dikalikan dengan bobot pada masing-masing
kriteria, sehingga diperoleh produktivitas tiap kriteria. Indeks
produktivitas tiap bulannya diperoleh dari penjumlahan semua
produktivitas tiap-tiap kriteria. Indeks produktivitas ini dihitung
secara periodik tiap bulannya.
2.7 Jaringan, Intranet dan Web Based
Jaringan atau jaringan komunikasi merupakan sebuah sistem yang saling
terhubung antar telepon, komputer dan alat komunikasi lainnya yang
memungkinkan terjalinnya komunikasi satu sama lain dan saling menyebarkan
aplikasi dan data (Williams dan Sawyer, 2005, p319).
2.7.1 Tipe Jaringan
Jaringan, yang terdiri dari berbagai macam kombinasi komputer, storage
devices, dan alat komunikasi, dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama,
berdasarkan jarak rentang geografinya (Williams dan Sawyer, 2005, p320), yaitu
sebagai berikut:
a. Wide Area Network (WAN), adalah sebuah jaringan komunikasi yang
mencakup luas area geografi, seperti negara dan dunia. WAN dapat
55
menggunakan kombinasi satelit, kabel fiber optic, microwave, dan
koneksi copper wire serta hubungan berbagai komputer dari
mainframe ke terminal. WAN digunakan untuk menghubungkan
antar LAN, sehingga antar user dan komputer dalam satu wilayah
dapat berkomunikasi dengan user dan komputer di wilayah lain.
Contoh WAN yang paling dikenal ialah internet.
b. Metropolitan Area Network (MAN), adalah sebuah jaringan
komunikasi yang mencakup suatu kota atau area pinggir kota. Tujuan
digunakannya MAN ialah seringkali sebagai penghubung telepon
antar perusahaan ketika mengakses layanan jarak jauh. Contoh MAN
ialah telepon selular.
c. Local Area Network (LAN), menghubungkan komputer dan alat-alat
dalam suatu area geografik yang terbatas, seperti dalam satu gedung
kantor, atau berbagai gedung yang berdekatan. LAN dapat
menghubungkan suatu file server dengan beberapa terminal atau PC
dan satu atau lebih printer. LAN juga dapat disebut PAN, yaitu
Personal Area Network.
2.7.2 Topologi Jaringan
Jaringan dapat dirancang dalam berbagai cara. Logical Layout atau
bentuk fisik suatu jaringan disebut topologi. Tiga topologi dasar ialah bus, ring,
dan star (Williams dan Sawyer, 2005, p324).
a. Jaringan Bus, jaringan ini bekerja seperti sistem perjalanan bis dalam
satu rute, dengan banyak bis berhenti di berbagai tempat
56
pemberhentian bis untuk menjemput penumpang. Maka dalam
jaringan ini, semua titik (nodes) dihubungkan dengan kabel tunggal,
yang mempunyai dua titik akhir. Setiap alat komunikasi pada jaringan
mengirimkan pesan elektronik ke alat-alat lainnya. Jika satu pesan
gagal, pengiriman pesan akan menunggu dan mencoba untuk
mengirim lagi.
b. Jaringan Ring, merupakan jaringan dimana semua microcomputer dan
alat-alat komunikasi lainnya dihubungkan dalam satu loop (lingkaran)
yang berhubungan secara terus-menerus. Pesan elektronik akan
mengelilingi ring hingga mencapai tujuan yang benar, tidak ada
server pusat. Contohnya IBM Token Ring Network.
c. Jaringan Star, merupakan jaringan dimana semua microcomputer dan
berbagai alat komunikasi berhubungan secara langsung ke server
pusat. Pesan elektronik dihubungkan melalui central hub ke tujuan
pasan itu. Cental hub mengawasi aliran lalu lintas data. Contohnya
PBX system. Jaringan tipe ini mencegah benturan antar pesan-pesan,
dan jika koneksi rusak antara hub dengan alat-alat tersebut, alat-alat
lainnya akan terus terhubung dengan baik.
d. Hybrid, merupakan gabungan dari semua topologi jaringan diatas.
2.7.3 Jaringan Intranet dan Web Based
Jaringan intranet merupakan jaringan khusus internal organisasi yang
menggunakan infrastruktur internet dan web standar (Williams dan Sawyer,
2005, p326). Ketika suatu perusahaan membangun suatu website intranet,
57
jaringan ini memungkinkan para pekerja untuk mendapatkan akses lebih cepat
terhadap informasi internal dan menyebarkan pengetahuan antar anggota
organisasi.
Website merupakan suatu komputer dengan domain name atau lokasi
dari web domain name dalam suatu komputer di suatu internet, sebagai contoh
seperti .com, .org, .net dll. Web page merupakan suatu dokumen pada world wide
web yang terdiri dari teks, gambar, suara dan video. Browser atau web browser
merupakan sebuah piranti lunak yang memungkinkan pengguna untuk
menemukan lokasi dan melihat halaman web dan untuk berpindah-pindah dari
satu halaman ke halaman lain. URL (uniform resource locator) adalah sebuah
string karakter yang menunjuk ke sebuah bagian spesifik dari suatu informasi
dimanapun di web atau dengan kata lain URL merupakan suatu alamat untuk
web page (Williams dan Sawyer, 2005, p66).
2.8 Analisa dan Perancangan Aplikasi Sistem Informasi
2.8.1 Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem yang bertujuan untuk menyimpan,
memproses dan mengkomunikasikan informasi. Sistem informasi menerima
input dan memproses data untuk menyediakan informasi bagi pengambil
keputusan dan membantu pengambil keputusan mengkomunikasikan hasil
putusannya. Menurut O’Brien (2003, p7), suatu sistem informasi dapat berupa
beberapa orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi pada suatu organisasi.
Sistem Informasi membantu tingkat manajemen organisasi dengan
58
menyediakan informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan
organisasi baik pada tingkat perencanaan strategis, perencanaan manajemen
maupun perencanaan operasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2.8.2 Unified Modelling Language (UML)
2.8.2.1 Konsep UML
Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah
menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan
mendokumentasikan sistem piranti lunak (software). UML menawarkan sebuah
standar untuk merancang model sebuah sistem. Dengan menggunakan UML
dapat dibuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi
tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun,
serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun.
Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep
dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-
bahasa berorientasi objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun
demikian, UML tetap dapat digunakan untuk modeling aplikasi prosedural dalam
VB atau C.
2.8.2.2 Kegunaan UML
UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. Ada
banyak tujuan dibelakang pengembangan dari UML, yang paling pertama dan
penting adalah agar dapat digunakan oleh semua pengembang atau modelers dan
tujuan akhir dari UML adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih
59
memenuhi kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan
dibangun.
2.8.3 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Mathiassen (2000, p3-4), OOAD merupakan metode untuk
menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan objek
dan class sebagai konsep dasarnya. Analisis disini adalah kegiatan melakukan
investigasi terhadap masalah yang ada, desain adalah solusi logis dari
permasalahan yang ada dan implementasi adalah penerapannya.
Metode ini digunakan dalam hal analisis dan desain sistem, menyediakan
pandangan yang terintegrasi antara software dengan hardware dan menyediakan
metodologi untuk melakukan pengembangan sistem.
2.8.3.1 Karakteristik OOAD
Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan karakteristik
pemrograman berbasis objek, di mana sebuah pemrograman berbasiskan objek
harus memenuhi kriteria tersebut. Berikut adalah pengertian dari masing-masing
kriteria tersebut :
1. Encapsulation dalam OOAD adalah pengelompokan fungsi atau
menyembunyikan cara pengimplementasian suatu benda dari pengguna,
sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan dengan interface
luarnya saja. Ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan suatu
sistem tanpa harus mengetahui cara/mekanisme implementasi dari
antarmukanya.
60
2. Inheritance merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat, metode,
atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa menggunakan
banyak kode program, serta dapat ditambahkan metode, atribut, dan variabel
baru.
3. Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa class
dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti
yang identik dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program
dijalankan.
2.8.3.2 Keuntungan OOAD
Menurut Mathiassen (2000, p5-6), keuntungan menggunakan OOAD di
antaranya adalah:
1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir
semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa yang umum.
2. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.
3. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan
mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.
4. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan
berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman
berorientasi objek.
2.8.3.3 System Choice
Awal dari suatu proyek pengembangan sistem informasi adalah
pengumpulan ide yang berbeda-beda mengenai sistem yang diinginkan. System
61
choice ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendeskripsikan sistem yang
akan dibuat. Dalam pembuatan sistem ini perlu dilakukan pengamatan terhadap
kondisi situasi yang terkait dan orang-orang yang berhubungan. Sistem yang
diinginkan dapat dibuat dalam bentuk narasi ataupun gambar. Apabila sistem
ingin dibuat dalam narasi maka digunakan system definition, sedangkan bila
dalam bentuk gambar maka sistem digambarkan dalam bentuk rich picture. Rich
picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang
sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang
sedang berlangsung.
Selain itu dilakukan pengujian dengan menganalisa 6 kriteria yang sering
disingkat menjadi FACTOR. Keenam elemen tersebut adalah functionality,
application domain, conditions, technology, objects serta responsiliility.
FACTOR dapat juga menjadi kriteria yang dapat memberikan penilaian
kepuasan dari system definition.
2.8.3.4 Problem Domain Analysis
Tujuan dari problem domain analysis adalah untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan tujuan dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain
analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan classes, stucture dan behavior.
• Classes
Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari
bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes
dan events.
Object adalah suatu entity yang mempunyai identitas, state dan
62
behavior. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari
object-object lainnya, di mana semua object memiliki identitas supaya dapat
dibedakan antara satu object dengan object lainnya. State dari object terdiri
dari atribut yang bersifat statis dan dinamis. Behavior dari object merupakan
rangkaian dari event baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama
masa hidupnya.
Menurut Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan
object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama.
Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih
object.
Mengacu pada Mathiassen (2000, p49), aktivitas ini akan
menghasilkan event table, di mana dalam tabel ini dimensi horizontal berisi
kelas-kelas yang terpilih sedangkan dimensi vertikal berisi event terpilih dan
tanda cek digunakan untuk mengidentifikasikan objek-objek dari class yng
berhubungan dalam event tertentu. Seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Contoh Event Table
Class Event
Customer Assistant Apprentice Appoinment Plan
Reserved v v v v
Cancelled v v v
Treated v v
Employed v v
Resigned v v
Graduated v
Agreed v v v
63
• Structure
Aktivitas ini bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada
hubungan struktural antara class dan object. Setelah mengetahui class dan
object yang ada, event table dapat dibuat untuk menggambarkan hubungan
struktural antara class dan object tersebut. Lalu, struktur antara class dan
object dapat digambarkan lewat Class Diagram.
Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface,
collaboration dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut
dan operasi dari sebuah object class. Class diagram dapat dikatakan sebagai
diagram dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan
struktural antara class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang
telah ditetapkan.
Terdapat dua jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan
hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Aggregation.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang
menyatakan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan
mendefinisikan bagian yang lainnya.
64
Gambar 2.5 Contoh Aggregation Structure
b. Association.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tapi berbeda
dengan aggregation dimana object yang tergabung tidak didefinisikan
sebagai property dari sebuah object. Umumnya association
digambarkan dengan sebuah garis di antara class yang relevan.
Gambar 2.6 Contoh Association Structure
Untuk class dapat digambarkan dua jenis hubungan, yaitu
generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya:
a. Generalization.
Merupakan hubungan antara 2 atau lebih kelas yang lebih khusus
(subclass) dengan sebuah kelas yang lebih umum (superclass), di
mana hubungan spesialiasi tersebut dinyatakan dengan rumus “is-a”.
65
Gambar 2.7 Contoh Generalization Structure
b. Cluster.
Cluster adalah kumpulan class yang saling berhubungan yang
membantu memperoleh dan menyediakan ringkasan problem domain.
Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang
saling berhubungan.
Gambar 2.8 Contoh Cluster Structure
• Behavior
Behavior merupakan sekumpulan dari event dalam urutan yang
tidak teratur yang melibatkan sebuah object. Behavior perlu dibuat untuk
semua class dan dapat dibuat dengan membuat event trace sebelumnya.
Event trace adalah urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu.
Sedangkan behavioral pattern adalah penjelasan dari event trace untuk
66
seluruh object dalam sebuah class, yang ditampilkan dalam bentuk
statechart diagram.
Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin
dijalankan oleh sebuah object dan bagaimana state object tersebut
menjalankannya berubah sebagai hasil dari event-event yang mencapai
object tersebut. Berikut adalah contoh dari statechart diagram yang
ditunjukkan pada Gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9 Contoh Statechart Diagram
2.8.3.5 Application Domain Analysis
Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi,
atau mengendalikan problem domain. Application domain analysis bertujuan
untuk menentukan kebutuhan pengguna sistem dan mendefinisikan fungsi dan
interface dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam application domain
analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan usage, function dan interface.
• Usage
Usage didefinisikan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi
dengan sistem. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang
67
berinteraksi dengan target sistem. Hasil dari usage adalah use case. Use case
merupakan interaksi antara sistem dengan actor di dalam application
domain. Hasil dari aktivitas usage ini adalah deskripsi dari semua use case
dan actor dalam bentuk use case specification dan actor specification.
Use case specifications akan menjelaskan bagaimana use case itu
bekerja, dan juga objek dan fungsi apa saja yang berhubungan langsung
dengan use case tersebut, sedangkan actor spesification akan menjelaskan
bagaimana cara actor berinteraksi dengan sistem. Berikut adalah contoh dari
use case diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 di bawah ini.
Gambar 2.10 Contoh Use Case Diagram
Setelah use case diagram digambarkan, maka tahap selanjutnya
adalah penggambaran sequence diagram. Menurut Bennett (2006, p253),
sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur
berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam
berbagai level of detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-
68
beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem. Bennett menyatakan
bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame dengan menggunakan
notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Selain itu juga
terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat
dalam sequence diagram, yaitu:
a. alt
Notasi ini merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan
bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk
dijalankan.
b. opt
Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang
memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan
jika syarat tertentu dipenuhi.
c. loop
Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame
tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
d. break
Notasi ini menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah
frame tersebut tidak dijalankan.
e. par
Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang
mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dapat
dijalankan secara bersamaan.
69
f. seq
Notasi ini merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti
operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada
urutan manapun.
g. strict
Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang
menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
h. neg
Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang
mendeskripsikan operasi yang tidak valid.
i. critical
Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-
operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.
j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang
dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.
k. consider
Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan
dalam interaksi.
l. assert
Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan
yang valid.
m. ref
Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa
70
frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada
sebuah sequence diagram tertentu.
Gambar 2.11 Contoh Sequence Diagram
• Function
Function didefinisikan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan
sistem untuk membantu actor. Function adalah fasilitas yang membuat suatu
model bermanfaat bagi actor. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan
akhirnya memberikan hasil, dimana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi
dapat merubah perubahan di problem domain dan application domain.
Ada 4 tipe dari fungsi yaitu update, signal, read dan compute yang
ditunjukkan pada Gambar 2.12. Penjelasan dari empat tipe function
dijelaskan di bawah ini:
1. Update
Function ini disebabkan oleh event problem domain dan
71
menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model
tersebut.
2. Signal.
Function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari
model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat
berupa tampilan bagi actor dalam application domain atau intervensi
langsung dari problem domain.
3. Read.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
berhubungan dengan informasi dalam model.
4. Compute.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang
disediakan oleh actor atau model, hasil dari function adalah tampilan
dari hasil komputasi.
Hasil dari aktivitas function adalah daftar dari function atau function
list yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat
berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dimulai
dari yang simple sampai yang very complex.
72
Gambar 2.12 Functions
• Interface
Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function
dapat berinteraksi dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan
semua aktor yang berhubungan dalam konteks. Interface digunakan oleh
actor untuk berinteraksi dengan sistem.
Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari
kegiatan analisis lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional
dan use case. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil
dari aktivitas ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan
elemen-elemen system interface yang ditunjukkan lewat pembuatan tampilan
(form), navigation diagram dan lainnya.
Menurut Mathiassen (2000, p344), Navigation Diagram merupakan
statechart diagram khusus yang berfokus pada user interface. Diagram ini
menunjukkan window-window dan transisi diantara window-window tersebut.
Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki
73
nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh
ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window.
2.8.3.6 Architecture Design
Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas
pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem,
yang bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi.
Architectural design terdiri dari dua bagian yaitu Component Architecture dan
Process Architecture. Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri
dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Process architecture adalah
struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang interdependen. Lewat
Process architecture ini ditentukan pola arsitektural yang paling sesuai dengan
model sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam Architectural design adalah
mendefinisikan kriteria, components dan processes.
• Kriteria
Kriteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur.
Kriteria umum bagi suatu desain adalah usable, secure, efficient, correct,
reliable, maintainable, testable, flexible, comprehensible, reusable, portable
dan interoperable.
Ada 3 prinsip bagi desain yang baik, yaitu desain yang baik tidak
mempunyai kelemahan utama dan memiliki beberapa kriteria yang seimbang
serta kriteria bagi desain yang baik mencakup 3 kriteria, yaitu usable, flexible
dan comprehensible.
74
• Component Architecture
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk membuat struktur sistem yang
mudah dimengerti dan flexible. Components adalah suatu kumpulan dari
bagian-bagian program yang mempunyai tugas yang telah ditentukan. Ada 3
macam pola (pattern) yang digunakan untuk merancang component
architecture yaitu layered architecture pattern, generic architecture pattern
atau client-server architecture pattern.
Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan Component Diagram, yang
merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan
arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan
bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan
juga menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut. Berikut adalah
contoh Component Diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.13 di bawah
ini.
Gambar 2.13 Contoh Component Diagram
75
• Process Architecture
Process adalah sekumpulan operasi yang dieksekusi dalam urutan
terbatas dan terhubung. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah
deployment diagram, yaitu diagram yang menggambarkan konfigurasi dari
node-node run time processing dengan komponen-komponen yang berada di
dalamnya dan active objects. Deployment diagram tidak hanya
menggambarkan arsitektur fisik software saja, melainkan software dan
hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software, processor, dan
peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem. Berikut adalah contoh dari
deployment diagram yang ditunjukkan oleh Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Contoh Deployment Diagram
2.8.3.7 Component Design
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kebutuhan bagi
implementasi dalam suatu kerangka arsitektur tetapi tidak menganggu
component architecture. Hasil yang diinginkan dari component design adalah
76
deskripsi dari system components.
• Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang
mengimplementasikan model dari problem domain. Tujuan dari aktivitas ini
adalah untuk menampilkan model dari sebuah problem domain. Konsep
utama pada model component adalah structure.
Hasil dari model component adalah revised class diagram yang
mencakup penambahan class baru, attributes dan structure yang
menggambarkan events.
• Function Component
Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan
fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-
fungsinya.