BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library...

56
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Definisi Pengukuran dengan Metode Balanced Scorecard Menurut Tangen (2005, p46), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem pengukuran kinerja dkelompokkan menjadi tiga sistem, yaitu: 1. Kelompok Pertama “Fully IntegratedSistem pengukuran kinerja pada kelompok ini merupakan sistem pengukuran yang paling baik (advanced), yang mana banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sistem ini mampu menjelaskan hubungan kausal yang melintasi organisasi. Kebutuhan dari seluruh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dipertimbangkan. Database dan sistem pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya. 2. Kelompok Kedua “BalancedSistem ini mampu melihat kinerja dari pandangan yang multidimensi, dari perspektif dan horizon waktu yang berbeda. Sistem ini mendukung inovasi dan pembelajaran dan berorientasi pelanggan. Tujuan dari sistem

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

21

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep dan Definisi Pengukuran dengan Metode Balanced Scorecard

Menurut Tangen (2005, p46), sistem pengukuran kinerja yang baik

adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan

informasi yang berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol,

merencanakan, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan. Dengan adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan

mampu bertahan dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada.

Sistem pengukuran kinerja dkelompokkan menjadi tiga sistem, yaitu:

1. Kelompok Pertama “Fully Integrated”

Sistem pengukuran kinerja pada kelompok ini merupakan sistem

pengukuran yang paling baik (advanced), yang mana banyak kebutuhan

yang harus dipenuhi. Sistem ini mampu menjelaskan hubungan kausal

yang melintasi organisasi. Kebutuhan dari seluruh pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dipertimbangkan. Database dan sistem

pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya.

2. Kelompok Kedua “Balanced”

Sistem ini mampu melihat kinerja dari pandangan yang multidimensi,

dari perspektif dan horizon waktu yang berbeda. Sistem ini mendukung

inovasi dan pembelajaran dan berorientasi pelanggan. Tujuan dari sistem

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

22

ini adalah lebih kepada memperbaiki dibandingkan dengan

memonitornya.

3. Kelompok Ketiga “Mostly Financial”

Kelompok ketiga merepresentasikan sistem pengukuran kinerja yang

berbasiskan pengukuran kinerja tradisional, seperti ROI, aliran kas, dan

produktifitas pekerja. Sistem ini berorientasi pada profit dan optimasi

berdasarkan efisiensi biaya dan pada umumnya hasilnya berorientasi

jangka pendek. Walaupun kelompok ketiga mempunyai keterbatasan,

namun harus tetap dipenuhi.

Balanced Scorecard (BSC) didefinisikan sebagai suatu alat manajemen

kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk

menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan

sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin

dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2007, p16). Dari definisi

tersebut, BSC jelas sangat berperan sebagai penerjemah atau pengubah visi dan

strategi organisasi menjadi aksi. Oleh karena itu, BSC tidak berhenti pada saat

strategi selesai dibangun, tetapi terus-menerus memonitor eksekusinya.

Sedangkan menurut Chow. (1998), menyebutkan definisi Balanced

Scorecard sebagai berikut: “Essentially, the BSC is a set of financial and

nonfinancial measures relating to company critical success factors. What is

innovative about that concept is that components of the scorecard are designed

in integrative fashion such they reinforce each other in indicating both the

current and future prospects of the company.”

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

23

Menurut Luis dan Biromo (2007, p19), dikutip dari Mulyadi (2001),

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu:

1. Kartu skor (scorecard).

Kartu nilai adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

dan juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan

di masa depan. Melalui kartu nilai, nilai yang hendak diwujudkan di masa

depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan

tersebut digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerjanya.

2. Berimbang (Balanced).

Berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja diukur secara

berimbang, yaitu antara indikator finansial dan non-finansial, indikator

kinerja masa lalu, masa kini, dan masa datang, indikator internal dan

eksternal, serta indikator yang bersifat Leading (cause/drivers) dan Lagging

(effect/outcome). Keunggulan BSC dibanding dengan konsep perencanaan

strategi lainnya ialah bahwa BSC dapat menjaga keseimbangannya di antara

indikator-indikator tersebut.

2.1.1 Sejarah Balanced Scorecard

Pada tahun 1989, berawal dari terciptanya benturan antara keharusan

membangun kapabilitas kompetitif jangka panjang dengan tujuan yang tak

tergoyahkan dari model akuntansi finansial biaya historis telah menciptakan

sebuah sintesis: Balanced Scorecard.

Menurut Luis dan Biromo (2007, p16) dan kutipan dari

www.ririsatria.net, Balanced Scorecard pertama kali muncul pada tahun 1992,

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

24

dalam artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton di majalah Harvard Business

Review edisi Januari-Februari 1992 dengan judul “The Balanced Scorecard:

Measures that Drive Performance”. Metode ini dikembangkan dari penelitian

yang secara intensif dilakukan mulai 1989. Ada dua ide utama yang terkandung

dalam BSC generasi pertama ini, yaitu pengukuran indikator kinerja bisnis serta

empat perspektif untuk melakukan pengukuran tersebut.

Metode Balanced Scorecard versi lengkap pertama kali muncul dalam

bentuk buku pada tahun 1996, berjudul “The Balanced Scorecard: Translating

Strategy into Action” ditulis oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Pada

buku ini sudah diulas secara lengkap hubungan sebab-akibat (cause-effect

relationships), penyusunan insiatif stratejik (strategic initiatives), customer value

proposition, serta konsep lead dan lag. Selanjutnya oleh para pengamat, disebut

sebagai BSC generasi kedua.

BSC generasi kedua memiliki beberapa perbedaan dengan BSC generasi

pertama, perbedaan yang paling signifikan ialah adanya hubungan sebab-akibat

diantara berbagai sasaran strategis yang disebut dengan Peta Strategi.

BSC mengembangkan seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu

dengan ukuran pendorong (driver) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran kartu

nilai diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Tujuan dan ukuran

memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu: perspektif finansial,

pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran & pertumbuhan. Keempat

perspektif ini memberi kerangka kerja bagi BSC (Kaplan dan Norton, 2000, p7).

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

25

2.1.2 Penyebab Kegagalan Penerapan Balanced Scorecard

Menurut Schneiderman (http://jsofian.wordpress.com), seorang konsultan

sekaligus sebagai senior examiner di Malcom Baldrige National Quality Award,

memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan Balanced Scorecard gagal.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

• Faktor independen pada scorecard tidak didefiniskan secara benar

khususnya perspektif non finansial. Padahal faktor non finansial ini

sebagai indikator utama yang memberikan kepuasan bagi stakeholder di

masa yang akan datang.

• Metrik didefinisikan secara minim (poor). Umumnya metrik finansial

lebih mudah didefinisikan karena berhubungan dengan angka secara

kuantitatif, sedangkan untuk non finansial tidak ada standar yang pasti.

Pendefinisian metrik dalam bentuk kongkretnya adalah penentuan ukuran

dari masing-masing objektif dalam setiap perspektif BSC. Dalam

pengukuran metrik sejatinya harus mampu mendefinisikan dan

mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik

yang baik adalah:

a) Reliable dihubungkan dengan kepuasan stakeholder

b) Weakness and Defect oriented dan continuous valued

c) Ringkas dan mudah dipahami

d) Dapat didokumentasikan, konsisten, bertahap, dan dijabarkan

secara operasional

e) Sesuai dan accessible bagi operator dan user

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

26

f) Terhubung dengan sistem data yang dapat menjelaskan sebab dan

akibat

g) Memiliki proses formal untuk review dan modifikasi.

• Terjadi “negosiasi” dalam penentuan improvement goal dan tidak

berdasarkan stakeholder requirement, fundamental process limits dan

improvement process capabilities. Istilah negosiasi ini dalam prakteknya

diistilahkan dengan “penghijauan” skor, artinya agar tampak kinerjanya

bagus bisa jadi target yang diturunkan atau time frame-nya disesuaikan.

• Tidak adanya sistem deployment yang terintegrasi dari level top-down

dan sub process level dimana sebenarnya actual improvement

activities terjadi.

• Tidak adanya metode dan sistem improvement yang baku dalam

penerapan BSC.

• Tidak adanya dan tidak mampunya membuat quantitative linkage antara

non finansial dan finansial.

Bagaimana solusinya? Menurut saya solusinya ada dua yaitu:

1) Menggunakan software BSC yang sudah teruji dan proven, lakukan

metode push dari top management sehingga semua manajemen

“Dipaksa“ untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan software BSC.

Berdasarkan pengalaman saya, Software BSC yang baik, salah satu

kriterianya adalah memiliki wizard step by step yang menuntun user

untuk dapat membuat linkage diagram, objective, program, target, dsb.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

27

Satu step tidak dipenuhi, step berikutnya tidak dapat dilanjutkan.

2) Libatkan konsultan yang memiliki jam terbang dalam penyusunan BSC

secara manual. Peranan BSC menjadi sangat penting dalam memberikan

pertimbangan dalam penentuan objektif, pengukuran, time frame dan

maintenance.

2.1.3 Keunggulan Balanced Scorecard

Mulyadi (2001) menjelaskan beberapa keunggulan Balanced Scorecard

yaitu komprehensif, koheren, seimbang dan terukur sebagai berikut:

1. Komprehensif

Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam

perencanaan strategis, dari yang sebelumnya terbatas pada perspektif

finansial, kemudian meluas ke tiga perspektif yang lainnya, yaitu: pelanggan,

proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif

rencana strategis ke perspektif non-finansial tersebut menghasilkan manfaat

sebagai berikut:

a. Menjanjikan kinerja finansial yang berlipatganda dan berjangka

panjang.

b. Memberikan kemampuan perusahaan untuk memasuki lingkungan

bisnis yang kompleks.

Balanced Scorecard memotivasi personil untuk mengarahkan

usahanya ke sasaran-sasaran strategis yang menjadi penyebab utama

dihasilkannya kinerja finansial. Untuk menghasilkan kinerja finansial,

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

28

personil harus mewujudkan sasaran dari perspektif pelanggan. Perusahaan

harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang menghasilkan value

terbaik bagi pelanggan dari proses yang produktif dan cost-effective. Proses

yang produktif dan cost-effective harus dijalankan oleh personil yang

produktif dan berkomitmen.

2. Koheren

Balanced Scorecard mewajibkan personil untuk membangun hubungan

sebab-akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategis yang

dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis yang

ditetapkan dalam perspektif non-finansial harus mempunyai hubungan kausal

dengan sasaran finansial baik secara langsung maupun tak langsung. Sebagai

contoh, sasaran strategis dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

harus menjadi penyebab diwujudkannya sasaran strategis di perspektif proses

internal atau pelanggan atau secara langsung menjadi penyebab

diwujudkannya sasaran strategis di perspektif finansial.

Dengan demikian, sistem perencanaan strategis yang menghasilkan

sasaran strategis yang koheren akan menjanjikan pelipatgandaan kinerja

finansial berjangka panjang, karena personil dimotivasi untuk mencari

inisiatif strategis yang mempunyai manfaat bagi perwujudan sasaran strategis

di perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, proses internal, pelanggan dan

finansial. Dalam pendekatan Balanced Scorecard, tidak ada inisiatif strategis

yang tidak bermanfaat untuk mewujudkan sasaran strategis tertentu.

Kekoherenan sasaran strategis yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

29

finansial sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan

bisnis yang kompetitif. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan

dituntut untuk menjadi institusi pelipatganda kekayaan (wealth-multiplying

institution), bukan sekedar institusi pencipta kekayaan (wealth-creating

institution).

Berbagai inisiatif strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategis dipilih untuk mewujudkan berbagai sasaran strategis dengan

memperhatikan keyakinan dasar (core beliefs) dan nilai dasar (core values)

yang ditetapkan dalam sistem perumusan strategi. Kekoherenan yang

demikian menjanjikan diwujudkannya visi organisasi berlandaskan nilai

dasar organisasi.

3. Seimbang

Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategis adalah penting untuk menghasilkan kinerja finansial berjangka

panjang.

4. Terukur

Keterukuran sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategis menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategis yang dihasilkan

oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategis

yang sulit untuk diukur. Sasaran-sasaran strategis di perspektif pelanggan,

proses internal, serta pembelajaran & pertumbuhan merupakan sasaran yang

tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard, sasaran

pada ketiga perspektif non finansial tersebut ditentukan ukurannya agar dapat

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

30

dikelola sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran-

sasaran strategis pada ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan

berbagai sasaran strategis non finansial, sehingga kinerja finansial dapat

berlipatganda dan berjangka panjang.

2.2 Perspektif Balanced Scorecard

Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi

perusahaan. Tujuan dan ukuran kinerja dalam Balanced Scorecard lebih dari

sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial khusus, semua tujuan dan

ukuran ini diturunkan dari suatu proses dari atas ke bawah (top down) yang

digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis, seperti pada gambar 2.1. Balanced

Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus

menjadi sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat pada perusahaan.

Di samping itu, Balanced Scorecard mampu merencanakan strategi pilihan untuk

mewujudkan visi dan misi perusahaan kedalam sasaran-sasaran strategis yang

bersifat kualitatif, adapun tahapan untuk merencanakan strategis dalam kerangka

Balanced Scorecard ialah sebagai berikut:

1. Sasaran strategi

2. Ukuran sasaran strategi (lag indicator dan lead indicator)

3. Target

4. Inisiatif strategi.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

31

Gambar 2.1 Balanced Scorecard memberi Kerangka Kerja untuk Penerjemahan

Strategi ke dalam Kerangka Operasional

Secara diagram, Balanced Scorecard terdiri dari empat perspektif, yaitu:

perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran &

pertumbuhan. Perspektif di sini adalah fokus pandangan kita yang dititikberatkan

pada keempat hal tersebut. Terkait dengan BSC, keempat perspektif itu

merupakan peta wilayah di mana kita harus meletakkan strategi-strategi yang

relevan di tiap-tiap bagian. Strategi yang relevan tersebut dinamakan dengan

sasaran strategi yang sesungguhnya merupakan strategi itu sendiri.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

32

2.2.1 Perspektif Finansial

Pembentukan sebuah Balanced Scorecard seharusnya akan mendorong

unit bisnis untuk mengaitkan tujuan finansial dengan strategi korporasi. Tujuan

finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif Scorecard

lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan bagian dari hubungan sebab-

akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja finansial. Scorecard

harus menjelaskan strategi perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka

panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai urutan tindakan yang

harus diambil berkenaan dengan proses finansial, pelanggan, proses internal, dan

para pekerja sistem untuk menghasilkan kinerja ekonomis untuk jangka panjang

seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Tujuan dan dan ukuran finansial harus

memainkan peranan ganda, yaitu menentukan kinerja finansial yang diharapkan

dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard

lainnya (Kaplan dan Norton, 2000, p41). Key Performance Indicator (KPI) yang

digunakan sebagai tolak ukur pada perspektif finansial ialah sebagai berikut

(Tabel 2.1).

Tabel 2.1 KPI Perspektif Finansial

KPI Definisi Formula Sumber

ROI

(%)

Pengembalian Atas

Investasi (ROI) ialah

bentuk paling mudah

dari analisis

profitabilitas, yaitu

menghubungkan laba

bersih (pendapatan

bersih) yang dilaporkan

terhadap total aktiva di

neraca.1)

x100%Aktiva Total

PajakSetelah LabaROI =

(Rumus 2.1)

1) Helfert, 1997, p75.

2) www.investopedia.com

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

33

A performance measure

used to evaluate the

efficiency of

an investment or to

compare the efficiency

of a number of different

investments. 2)

Total Asset

Turnover

(kali)

Rasio yang digunakan

untuk mengukur

seberapa efisien

perusahaan

mempergunakan

aktivanya.3)

Aktiva Total

PenjualanTurnoverAsset Total =

(Rumus 2.2)

3) Mun’im Azka, 2001

Earn Before

Interests &

Taxes

(Rupiah)

An indicator of a

company's profitability,

calculated as

revenue minus

expenses, excluding tax

and interest. EBIT is

also referred to as

"operating earnings",

"operating profit" and

"operating income".4)

EBIT = Penjualan – HPP – Biaya

Usaha

(Rumus 2.3)

4) www.investopedia.com

Nilai

Penjualan

(Rupiah)

Jumlah seluruh hasil

penjualan produk SBU

bersih.5)

Nilai Penjualan = Σ Penjualan bersih

setiap SBU

(Rumus 2.4)

5) Laporan Manajemen

WIKA Beton

Nilai

Kontrak

Baru

(Rupiah)

Jumlah seluruh

perolehan kontrak baru

bersih. 6)

Nilai Kontrak Baru = Σ nilai kontrak

baru setiap SBU

(Rumus 2.5)

6) Laporan Manajemen

WIKA Beton

2.2.2 Perspektif Pelanggan

Pada perspektif pelanggan Balanced Scorecard, perusahaan melakukan

identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang dimasuki. Segmen pasar

merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan finansial

perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan

berbagai ukuran pelanggan. Perspektif pelanggan juga memungkinkan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

34

perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran secara eksplisit proposisi

nilai yang akan diberikan kepada pelanggan dan pasar sasaran. Proposisi nilai ini

merupakan faktor pendorong (lead indicator) untuk ukuran pelanggan penting.

Di masa lalu, perusahaan dapat memusatkan diri pada kapabilitas internal

dengan mengandalkan kinerja produk dan inovasi teknologi. Tetapi perusahaan

yang tidak memahami kebutuhan pelanggan akan memudahkan para pesaing

untuk menyerang melalui penawaran produk yang lebih baik yang sesuai dengan

preferensi pelanggan. Oleh karena itu, banyak perusahaan saat ini berpindah

fokus secara eksternal kepada pelanggan. Jika ingin mencapai kinerja finansial

jangka panjang yang hebat, setiap unit bisnis harus menciptakan dan memberikan

produk yang bernilai kepada konsumen. Dengan demikian, perspektif pelanggan

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam

tujuan yang spesifik yang berkenaan dengan pelanggan dan segmen yang

dikomunikasikan ke seluruh perusahaan, seperti pada gambar 2.2 (Kaplan dan

Norton, 2000, p55). Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai

tolak ukur pada perspektif pelanggan ialah sebagai berikut (Tabel 2.2).

Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama

(Kaplan & Norton, 2000, p60)

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

35

Tabel 2.2 KPI Perspektif Pelanggan

KPI Definisi Formula Sumber

Pangsa

Pasar

(%)

Market Share is

the percentage or

proportion of the

total available

market or market

segment that is

being serviced by

a company. It is

generally

necessary to

commission

market research

(generally

desk/secondary

research, although

sometimes

primary research)

to estimate the

total market size

and a company's

market share.7)

Pangsa pasar

menggambarkan

proporsi bisnis

yang dijual oleh

sebuah unit bisnis

di pasar tertentu. 8)

Pangsa Pasar =

100%DiikutiYangTenderNilai Total

nDimenangkaYangTenderNilaiTotal×

(Rumus 2.6)9)

7) www.wikipedia.com

8) Kaplan & Norton,

2000, p60

9) Laporan Manajemen

WIKA Beton

Akuisisi

Pelanggan

(%)

Mengukur dalam

bentuk relatif atau

absolut,

keberhasilan unit

bisnis menarik

atau

memenangkan

pelanggan atau

bisnis baru.10)

100%Pelanggan TotalJumlah

aruBPelangganJumlah

PelanggankuisisiA

×

=

(Rumus 2.7)11)

10) Kaplan & Norton,

2000, p60

11) Laporan Manajemen

WIKA Beton

Retensi

Pelanggan

(%)

Mempertahankan

pelanggan yang

ada di segmen

tertentu untuk

mempertahankan

100%Pelanggan TotalJumlah

LamaPelangganJumlah

PelangganRetensi

×

=

12) Kaplan & Norton,

2000, p60

13) Laporan Manajemen

WIKA Beton

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

36

dan meningkatkan

pangsa pasar di

segmen tersebut. 12)

(Rumus 2.8) 13)

Kepuasan

Pelanggan

(Skor)

Menilai tingkat

kepuasan atas

kriteria kinerja

tertentu di dalam

proposisi nilai. 14)

CSI per semester =

10

PelayananKepuasan NilaiKualitasKepuasan Nilai ∑+∑

(Rumus 2.9)15)

CSI per Tahun =

2

2SemesterCSI1SemesterCSI +

(Rumus 2.10) 15)

14) Kaplan & Norton,

2000, p60.

15) Laporan Manajemen

WIKA Beton

2.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada perspektif proses internal, dilakukan identifikasi berbagai proses

yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan para pemegang

saham. Pengembangan tujuan dan ukuran untuk perspektif ini merumuskan

tujuan dan ukuran untuk perspektif finansial dan pelanggan. Urutan ini

memungkinkan perusahaan memfokuskan pengukuran proses bisnis internal

kepada proses yang akan mendorong tercapainya tujuan yang ditetapkan untuk

pelanggan dan para pemegang saham (Kaplan dan Norton, 2000, p80). Key

Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai tolak ukur pada perspektif

proses bisnis internal ialah sebagai berikut (Tabel 2.3).

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

37

Tabel 2.3 KPI Perspektif Proses Bisnis Internal

KPI Definisi Formula Sumber

Kualitas

Produk

(%)

Mengukur karakteristik

output yang dihasilkan

dibandingkan terhadap

spesifikasi karakteristik

yang diinginkan oleh

pelanggan. 16)

100%ProdukJenis@ProduksiVol.

ProdukJenis@CacatVol.

ProdukJenis@Cacat%

×=

(Rumus 2.11)

DihasilkanYangProdukJenisJumlah

Cacat%Jumlah

Cacat%rataRata =−

(Rumus 2.12)

16) Gaspersz, 1998, p7

Lost Sales

(kali)

Lost sales, the

customer’s demand for

item is lost and

presumably filled by a

competitor. The stockout

cost for a lost sales

ranges from the lost

profit on the sale to

some unspecified loss of

goodwill. 17)

Lost Sales = Frekuensi terjadi lost sales dan

biaya yang ditimbulkannya

(Rumus 2.13)

17) Tersine, 1994,

p207-208.

2.2.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Menurut Kaplan dan Norton (2000, p109), Perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan pada Balanced Scorecard mengembangkan tujuan yang mendorong

pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang ditetapkan dalam

perspektif finansial, pelanggan dan proses internal mengidentifikasikan apa yang

harus dikuasai oleh perusahaan untuk menghasilkan kinerja terbaik. Tujuan di

dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan

infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya

dapat dicapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

38

merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang terbaik dalam perspektif

lainnya.

Balanced Scorecard menekankan pentingnya menanamkan investasi bagi

masa datang, dan bukan dalam bidang investasi tradisional saja, seperti peralatan

baru, riset dan pengembangan produk baru. Investasi peralatan dan penelitian

pengembangan jelas sangat penting. Perusahaan juga harus melakukan investasi

dalam infrastruktur jika ingin mencapai tujuan pertumbuhan finansial jangka

panjang. Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai tolak ukur

pada perspektif pembelajaran & pertumbuhan ialah sebagai berikut (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 KPI Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan

KPI Definisi Formula Sumber

Produktivitas

Tenaga Kerja

(Rupiah/Orang)

Produktivitas adalah

suatu konsep yang

menunjang adanya

keterkaitan hasil kerja

dengan sesuatu yang

dibutuhkan untuk

menghasilkan produk

dari tenaga kerja.18)

KerjaTenagaJumlah

Penjualan

KerjaTenagatasProduktivi =

(Rumus 2.14)

18) Ravianto, 1995,

p6.

Employee

Turnover

(%)

Employee Turnover

merupakan tingkat

keluar masuknya

karyawan pada

perusahaan tersebut.

Semakin tinggi

Employee Turnover,

mengindikasikan iklim

organisasi yang kurang

baik, sehingga

karyawan yang bekerja

tidak dapat bertahan

lama berada dalam

perusahaan tersebut. 19)

x100%Kerja Tenaga TotalJumlah

ukKeluar/Mas Kerja TenagaJumlah

Turnover Employee =

(Rumus 2.15)

19) Fajar Kurniawan,

2006.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

39

Training

Coverage

(%)

Persentase karyawan

yang mendapat

pelatihan dalam satu

tahun.20)

x100%Kerja Tenaga TotalJumlah

Training PesertaJumlah

Coverage Training

=

(Rumus 2.16)

20) Luis & Biromo,

2007, p90

Penelitian &

Pengembangan

(%)

Proporsi biaya yang

dikeluarkan untuk

program litbang dari

total biaya usaha per

tahun. 21)

x100% UsahaBiaya

Litbang BiayaProporsi =

(Rumus 2.17)

21) Laporan

Manajemen WIKA

Beton

2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard

Bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Visi di sini

adalah situasi masa depan perusahaan yang diinginkan. Kemudian visi ini

diuraikan dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing

perspektif tersebut ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang

merupakan penjabaran dari visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini,

perusahaan kemudian menetapkan faktor-faktor keberhasilan kritikal agar visi

perusahaan bisa diwujudkan. Setelah penetapan faktor-faktor keberhasilan

kritikal ini, kemudian ditentukan ukuran-ukuran strategis yang mencerminkan

strategi perusahaan. Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-langkah spesifik

yang akan dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan-tujuan strategis

yang merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan. Gambar 2.3 berikut

memberikan gambaran ringkas bagaimana sebuah Balanced Scorecard

dikembangkan (Olve et al., 1999, p42).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

40

Gambar 2.3 Keseluruhan Gambaran bagaimana Scorecard dibangun

2.4 Manajemen Strategi

Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan ilmu dan seni

dalam memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan

keputusan yang mampu dicapai oleh organisasi (David, 2002, p5). Manajemen

strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: formulasi strategi, penetapan &

implementasi strategi, serta evaluasi kinerja pencapaian strategi.

2.4.1 Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi perusahaan, terdapat tujuh tahap utama yang

harus dilakukan perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan secara tepat

(Mulyadi, 2001, p40), yaitu:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

41

1. Identifikasi lingkungan yang akan dimasuki perusahaan di masa

depan

Lingkungan yang berpengaruh bagi perusahaan dalam perumusan

strategi ialah:

• Lingkungan Makro (kekuatan politik, hukum, ekonomi, teknologi

dan sosial) dan mikro (sub bisnis unit).

• Lingkungan Industri, terdapat lima kekuatan yang secara individu

dan bersama-sama mempengaruhi dinamika persaingan dan

memiliki potensi untuk menciptakan kesempatan dan juga

hambatan yang mencipatkan persaingan yang efektif. Model yang

digunakan untuk analisa lingkungan industri ialah model Porter’s

Five Forces (Porter, 1998, p7) seperti pada gambar 2.4.

a) Kekuatan Pelanggan/pembeli

Kelompok pembeli bertanding dengan industry dengan

menekan harga serendah mungkin, meminta kualitas yang

lebih baik dengan pelayanan yang lebih baik, serta

memainkan persaingan dengan yang lain Kekuatan setiap

kelompok pembeli penting tergantung pada jumlah

karakteristik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif

pembeliannya dari industri dibandingkan dengan bisnis

keseluruhannya.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

42

b) Kekuatan Pemasok

Pemasok memiliki kekuatan terhadap pihak terlibat

dengan meningkatkan harga bahan baku atau mengurangi

kualitas suatu barang atau jasa pelayanan yang ditawarkan.

c) Persaingan Antar Perusahaan

Terkait dengan faktor-faktor pertumbuhan industri, naik-

turun permintaan dan perbedaan antar produk

d) Ancaman Pendatang Baru

Faktor-faktor yang menentukan adalah skala ekonomi,

product differentiation, capital requirement, switching

cost, akses ke jalur distribusi, cost disadvantage

independent of scale, dan kebijakan pemerintah.

e) Produk Pengganti

Mengidentifikasi produk pengganti yang memiliki kinerja

dan fungsi yang sama dengan produk yang dihasilkan

perusahaan. Dampak dari timbulnya produk pengganti ini

ialah elastisitas permintaan industri keseluruhan.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

43

Gambar 2.4 Porter's Five Forces Driving Industry Competition

(Porter, 1998, p4)

2. Penentuan Visi, Misi, Keyakinan Dasar dan Tujuan Perusahaan

Visi menggambarkan apa yang mungkin dan ingin diwujudkan

oleh perusahaan di masa depan. Visi perusahaan biasanya merupakan

kalimat tunggal yang menjawab pertanyaan akan menjadi apa

perusahaan di masa yang akan datang. Visi yang jelas sangat

membantu perusahaan dalam menjabarkannya ke dalam tujuan

perusahaan dan dalam pemilihan sasaran strategis yang sejalan

dengan tujuan tersebut.

Misi perusahaan merupakan pertanyaan yang membedakan tujuan

yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan pesaingnya. Sebuah

pernyataan misi mendeskripsikan nilai-nilai dan prioritas dari sebuah

organisasi. Keyakinan dasar diperlukan sebagai landasan dan

semangat untuk pencapaian visi perusahaan serta memberikan

pedoman dalam pengambilan keputusan.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

44

3. Analisa SWOT

Menurut Marimin (2008, p58), analisa SWOT ialah suatu cara

untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam

rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada

logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analisa SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal

(strength dan weaknesses) serta lingkungan eksternal (opportunities

dan threat) yang dihadapi dunia bisnis. Analisa SWOT didahului

dengan identifikasi posisi perusahaan/institusi melalui evaluasi nilai

faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT

agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai

tahapan sebagai berikut:

• Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan

internal

• Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan

matriks SWOT

• Tahap pengambilan keputusan.

4. Analisa Portfolio

Portfolio didasarkan pada daya tarik industri atau pasar dan kekuatan

relatif bisnis terhadap pesaingnya, mendorong para manajer ke

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

45

keputusan untuk mengalokasikan sumber daya dan maksimasi laba,

sedangkan pola pikir yang memandang ke customer value akan

mendorong manajemen perusahaan untuk memandang unit bisnis

strategis sebagai portfolio kompetensi inti dan mengalokasikan bakat

dan modal untuk membangun kompetensi dan peningkatan

kapabilitas.

5. Perumusan Peluang dan Masalah Utama

Pada dasarnya, setiap perusahaan pasti mempunyai peluang dan

masalah utama yang dihadapi. Oleh karena itu, perusahaan harus

mengidentfikasi peluang utama yang ada untuk dapat dimanfaatkan

dalam mengatasi masalah utama yang dihadapi.

6. Identifikasi dan Evaluasi Alternatif Strategi

Setiap alternatif strategi menawarkan potensi untuk meraih peluang

dan menyelesaikan masalah utama, menutup kesenjangan dalam

kinerja yang diproyeksikan ke depan dan mendorong perbaikan

terhadap customer value. Ada beberapa kriteria untuk mengevaluasi

strategi (Mulyadi, 2001, p10), yaitu:

a) Konsistensi Internal, yaitu rencana tindakan (sasaran strategi dan

inisiatif strategis) yang mendukung satu sama lain

b) Realistik, yaitu rencana tindakan yang dipilih dapat dicapai

meskipun berisi tantangan

c) Berfokus pada pencarian peluang dan penyelesaian masalah, yaitu

rencana yang dipilih akan mewujudkan peluang dan mengatasi

masalah utama dan mengarahkan pada isu strategi utama.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

46

d) Berkemampuan menyelesaikan sub masalah utama, yaitu bahwa

gejala juga diselesaikan

e) Bermanfaat bagi pelanggan, yang berarti rencana harus

meningkatkan nilai yang dihasilkan bagi pelanggan.

2.4.2 Penetapan dan Implementasi Strategi

Setelah perusahaan melakukan perumusan strategi untuk mewujudkan

visi dan misi, perusahaan perlu melakukan perencanaan strategis yang terdiri dari

tiga komponen, yaitu penentuan sasaran strategis, penentuan target, dan

perumusan inisiatif strategis.

Sasaran strategis merupakan sasaran di masa depan yang ingin dicapai

oleh perusahaan sebagai penerjemah dari visi dan misi perusahaan. Kemudian

perusahaan menetapkan target pencapaian sasaran strategis tersebut agar

perusahaan dapat menganalisa sejauh mana pencapaian sasaran strategis tersebut.

Untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan, perusahaan merumuskan

inisiatif strategis yang merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan untuk

dilakukan perusahaan di masa depan yang relevan dengan sasaran strategis

(Mulyadi, 2001, p171).

2.4.3 Penyusunan Program Kerja dan Anggaran

Penyusunan program ialah proses penjabaran inisiatif strategis ke dalam

rencana laba jangka panjang yang berisi langkah-langkah strategis yang dipilih

untuk mencapai sasaran strategis tertentu serta taksiran sumberdaya yang

diperlukan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

47

Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana laba jangka

pendek yang berisi langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam

melaksanakan sebagian dari program dalam jangka waktu tahunan.

2.4.4 Evaluasi Strategi

Implementasi rencana memerlukan rencana. Hasil setiap langkah yang

direncanakan perlu diukur untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan

pelaksanaan anggaran, program dan inisiatif strategis. Hasil implementasi

rencana juga digunakan untuk memberikan informasi bagi pelaksanaan tentang

seberapa jauh target telah berhasil dicapai, sasaran strategis telah berhasil

dicapai, tujuan dan visi perusahaan dapat dicapai.

2.5 Aplikasi Balanced Scorecard

Balanced Scorecard Collaboratives Inc. (2000), mendefinisikan BSC

Application sebagai “Any Software package which uses the methodology of Drs.

Norton and Kaplan to facilitate strategic decision making using the Balanced

Scorecard methodology, or any package which uses the term ‘Balanced

Scorecard’ in its marketing material, title, or external communication”.

Suatu aplikasi Balanced Scorecard memiliki fungsionalitas sebagai

berikut:

a) Balanced Scorecard Design. Aplikasi tersebut harus dapat mengakomodasi

kebutuhan dasar dari metodologi Balanced Scorecard, antara lain:

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

48

• Menampilkan Strategi ke dalam empat perspektif utama

(finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran &

pertumbuhan)

• Menampilkan tujuan-tujuan (objektif) untuk setiap perspektif

• Menghubungkan ukuran-ukuran dengan setiap tujuan

• Menentukan target-target untuk setiap ukuran.

b) Strategic Education and Communication. Salah satu kunci utama dalam

keberhasilan implementasi Balanced Scorecard adalah adanya fasilitas

pembelajaran dan penyampaian komunikasi strategis. Oleh karena itu,

aplikasi Balanced Scorecard yang baik harus memiliki fasilitas agar user

dapat mendokumentasikan dan menyampaikan deskripsi dari perspektif,

objektif, ukuran, target yang selaras dengan rencana strategi.

c) Business Execution. Aplikasi Balanced Scorecard dapat menggambarkan

hubungan antara strategi dan inisiatif atau yang biasa disebut Action Plans.

d) Feedback and Learning. Dengan desain sistem yang baik, waktu siklus

feedback informasi manajerial dapat dikurangi. Analisis terhadap hasil

pengukuran yang dibandingkan dengan target dapat memberikan gambaran

tentang bagian mana yang memerlukan perhatian lebih. Tetapi bagaimanapun

juga, aplikasi Balanced Scorecard tidak dibuat untuk menggantikan peran

manajer tingkat atas dalam pengambilan keputusan, penilaian secara objektif

dan subjektif tetap diperlukan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

49

2.6 Pengukuran Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX)

Objective Matrix (OMAX) ialah suatu metode penilaian terhadap kinerja

perusahaan yang dikembangkan oleh James L. Riggs dan Felix dari Department

of Industrial Engineering at Oregon State University. OMAX ini diperkenalkan

pada tahun 1980an di industri-industri manufaktur di Amerika Serikat. Dimana

penilaian dilakukan terhadap kriteria yang berhubungan dengan kinerja

perusahaan tersebut. Konsep dari penilaian ini yaitu penggabungan beberapa

kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam sebuah matrik. Setiap kriteria kinerja

memiliki sasaran berupa jalur khusus untuk perbaikan serta memiliki bobot

sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan organisasi (Riggs, 1986).

Hasil akhir dari penilaian ini adalah nilai tunggal untuk suatu kelompok

kerja. Suatu organisasi yang besar membutuhkan jumlah faktor kinerja yang

lebih besar bila dibandingkan dengan suatu organisasi yang kecil. Dengan

menggunakan OMAX, maka pihak manajemen dapat dengan mudah menentukan

kriteria apa yang akan dijadikan ukuran produktivitas, pada akhirnya pihak

manajemen dapat mengetahui produktivitas unit organisasi yang menjadi

tanggung jawabnya berdasarkan bobot dan skor untuk setiap kriteria kerangka

OMAX terdiri dari skor (1-10), skor akhir, bobot, dan nilai akhir

Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan

pengukuran model OMAX, pada dasarnya merupakan suatu pengukuran

produktivitas total, yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran

keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai derajat

kepentingan masing-masing ukuran atau kriteria itu di dalam perusahaan.

Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

50

faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap

peningkatan produktivitas. Tujuan dari penggunaan OMAX adalah:

• Sebagai sarana pengukuran produktivitas

• Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas

• Alat pemantau pertumbuhan produktivitas.

Penggunaan OMAX diharapkan aktivitas seluruh personil perusahaan

untuk turut menilai, memperbaiki, dan mempertahankan, karena sistem ini

merupakan sistem pengukuran yang diserahkan langsung ke bagian-bagian unit

proses industri.

Tabel 2.5 Contoh Perhitungan Produktivitas dengan OMAX

Objective Kriteria (1) Indikator 1 2 3 4

Ket.

Performansi (2)

10 Sangat Baik 9 8 7 6

Baik (3)

5 4 3

Sedang

2 1 Buruk

0 Sangat Buruk

Skor Aktual (4) Bobot (5) Nilai (6)

Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks Indikator Pencapaian

Keterangan Tabel 2.5:

1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas

pada bagian atau departemen yang akan diukur produktivitasnya.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

51

Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi kriteria adalah

output/jam, scrap/100 unit, dll. Kriteria ini sebaiknya lebih dari satu

2. Performansi, yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran

terakhir. Misalnya output/jam = 100, scrap/100 unit = 4.

3. Skala, yaitu angka-angka yang menunjukkan tingkat performansi dari

pengukuran tiap kriteria produktivitas. Terdiri dari 11 bagian dari 0

sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya.

Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Level 0, yaitu nilai produktivitas paling buruk yang mungkin terjadi

Level 3, nilai produktivitas rata-rata selama periode pengukuran

berlangsung

Level 10, nilai produktivitas yang diharapkan sampai periode tertentu

Kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi,

Contoh:

Level 0 = 10

Level 3 = 4

Level 10 = 2

kenaikan level 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu:

23104

0303

−=−

=−− levellevel , maka level 1 = 8 dan level 2 = 6

Kenaikan level 4 sampai dengan level 9 dilakukan denga cara

interpolasi, yaitu:

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

52

28,07

42310

310−=

−=

−− levellevel , maka level 4 = 3,72; level 5 = 3,44;

dst.

4. Skor Aktual, yaitu nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas

berada. Misalnya, jika output/jam = 100 terletak pada level 5, maka skor

untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat

sesuai dengan angka pada matriks, lakukan pembulatan kebawah.

5. Bobot, yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total

produktivitas. Jumlah bobot dari tiap kriteria adalah 100.

6. Nilai, merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya.

Langkah-langkah penyusunan Objective Matrix ialah sebagai berikut:

1. Mencantumkan visi dan misi perusahaan

2. Menentukan potential objective

3. Menentukan kandidat untuk potential measures

4. Menentukan bobot dari tiap kriteria yang dipilih

5. Perhitungan OMAX dengan tahapan sebagai berikut:

• Menentukan kriteria: Kriteria-kriteria dibentuk dari potential

objective. Potential objective diperoleh dari pengembangan visi dan

misi perusahaan. Kriteria-kriteria yang dibentuk oleh penulis tidak

semuanya dimasukkan dalam perhitungan pengukuran produktivitas.

• Pengumpulan data dan pengukuran produktivitas: data yang

diperlukan dalam pengukuran produktivitas dikumpulkan seperti data

yang berkaitan dengan kriteria-kriteria pada tahap sebelumnya.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

53

• Menentukan nilai standar awal: tujuan dari penentuan nilai standar

awal adalah menentukan patokan awal dalam perhitungan Objective

Matrix. Nilai standar awal didapatkan dari rata-rata tiap rasio setiap

kriteria dalam suatu selang waktu tertentu. Nilai rata-rata ini

mempunyai nilai 3 dari 11 skala tingkatan nilai (0-11).

• Penentuan bobot tiap kriteria: bobot ini didapat dari kuisioner kedua.

Kuisioner ini menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing

kriteria dengan skala tingkatan 0-10, di mana pembobotan ini

digunakan dalam perhitungan matriks OMAX. Kuesioner ini diisi

oleh karyawan pada departemen-departemen yang terkait yang benar-

benar paham tentang pemberian skala penilaian tersebut.

• Penentuan tingkat pencapaian: target pencapaian adalah suatu nilai

dalam perhitungan tabel OMAX yang diletakkan pada skor terbaik

yaitu 10 untuk target pencapaian terbaik dan skor 0 untuk target

pencapaian terburuk. Target pencapaian terbaik nilainya diperoleh

dari interpretasi wawancara dengan pihak perusahaan tentang

usahanya untuk meningkatkan target dari tiap kriterianya. Target

pencapaian terburuk dilihat dari nilai terendah dari periode waktu

yang digunakan sebagai standar awal.

• Pembuatan tabel OMAX: Pembuatan perhitungan produktivitas

dengan menggunakan metode Objective Matrix ini baru dapat

diselesaikan setelah semua data dan perhitungan pendahuluan.

Sebagai penunjang OMAX diperoleh dan dimasukkan dalam tabel

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

54

perhitungan OMAX pada masing-masing kriteria. Setelah semua nilai

diperoleh maka pada tiap-tiap periodenya diperoleh nilai dari masing-

masing kriteria untuk memperoleh produktivitas keseluruhan dari

perusahaan tiap periodenya.

• Pengukuran indeks produktivitas: Perhitungan produktivitas ini hasil

akhirnya diperoleh dan dikalikan dengan bobot pada masing-masing

kriteria, sehingga diperoleh produktivitas tiap kriteria. Indeks

produktivitas tiap bulannya diperoleh dari penjumlahan semua

produktivitas tiap-tiap kriteria. Indeks produktivitas ini dihitung

secara periodik tiap bulannya.

2.7 Jaringan, Intranet dan Web Based

Jaringan atau jaringan komunikasi merupakan sebuah sistem yang saling

terhubung antar telepon, komputer dan alat komunikasi lainnya yang

memungkinkan terjalinnya komunikasi satu sama lain dan saling menyebarkan

aplikasi dan data (Williams dan Sawyer, 2005, p319).

2.7.1 Tipe Jaringan

Jaringan, yang terdiri dari berbagai macam kombinasi komputer, storage

devices, dan alat komunikasi, dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama,

berdasarkan jarak rentang geografinya (Williams dan Sawyer, 2005, p320), yaitu

sebagai berikut:

a. Wide Area Network (WAN), adalah sebuah jaringan komunikasi yang

mencakup luas area geografi, seperti negara dan dunia. WAN dapat

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

55

menggunakan kombinasi satelit, kabel fiber optic, microwave, dan

koneksi copper wire serta hubungan berbagai komputer dari

mainframe ke terminal. WAN digunakan untuk menghubungkan

antar LAN, sehingga antar user dan komputer dalam satu wilayah

dapat berkomunikasi dengan user dan komputer di wilayah lain.

Contoh WAN yang paling dikenal ialah internet.

b. Metropolitan Area Network (MAN), adalah sebuah jaringan

komunikasi yang mencakup suatu kota atau area pinggir kota. Tujuan

digunakannya MAN ialah seringkali sebagai penghubung telepon

antar perusahaan ketika mengakses layanan jarak jauh. Contoh MAN

ialah telepon selular.

c. Local Area Network (LAN), menghubungkan komputer dan alat-alat

dalam suatu area geografik yang terbatas, seperti dalam satu gedung

kantor, atau berbagai gedung yang berdekatan. LAN dapat

menghubungkan suatu file server dengan beberapa terminal atau PC

dan satu atau lebih printer. LAN juga dapat disebut PAN, yaitu

Personal Area Network.

2.7.2 Topologi Jaringan

Jaringan dapat dirancang dalam berbagai cara. Logical Layout atau

bentuk fisik suatu jaringan disebut topologi. Tiga topologi dasar ialah bus, ring,

dan star (Williams dan Sawyer, 2005, p324).

a. Jaringan Bus, jaringan ini bekerja seperti sistem perjalanan bis dalam

satu rute, dengan banyak bis berhenti di berbagai tempat

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

56

pemberhentian bis untuk menjemput penumpang. Maka dalam

jaringan ini, semua titik (nodes) dihubungkan dengan kabel tunggal,

yang mempunyai dua titik akhir. Setiap alat komunikasi pada jaringan

mengirimkan pesan elektronik ke alat-alat lainnya. Jika satu pesan

gagal, pengiriman pesan akan menunggu dan mencoba untuk

mengirim lagi.

b. Jaringan Ring, merupakan jaringan dimana semua microcomputer dan

alat-alat komunikasi lainnya dihubungkan dalam satu loop (lingkaran)

yang berhubungan secara terus-menerus. Pesan elektronik akan

mengelilingi ring hingga mencapai tujuan yang benar, tidak ada

server pusat. Contohnya IBM Token Ring Network.

c. Jaringan Star, merupakan jaringan dimana semua microcomputer dan

berbagai alat komunikasi berhubungan secara langsung ke server

pusat. Pesan elektronik dihubungkan melalui central hub ke tujuan

pasan itu. Cental hub mengawasi aliran lalu lintas data. Contohnya

PBX system. Jaringan tipe ini mencegah benturan antar pesan-pesan,

dan jika koneksi rusak antara hub dengan alat-alat tersebut, alat-alat

lainnya akan terus terhubung dengan baik.

d. Hybrid, merupakan gabungan dari semua topologi jaringan diatas.

2.7.3 Jaringan Intranet dan Web Based

Jaringan intranet merupakan jaringan khusus internal organisasi yang

menggunakan infrastruktur internet dan web standar (Williams dan Sawyer,

2005, p326). Ketika suatu perusahaan membangun suatu website intranet,

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

57

jaringan ini memungkinkan para pekerja untuk mendapatkan akses lebih cepat

terhadap informasi internal dan menyebarkan pengetahuan antar anggota

organisasi.

Website merupakan suatu komputer dengan domain name atau lokasi

dari web domain name dalam suatu komputer di suatu internet, sebagai contoh

seperti .com, .org, .net dll. Web page merupakan suatu dokumen pada world wide

web yang terdiri dari teks, gambar, suara dan video. Browser atau web browser

merupakan sebuah piranti lunak yang memungkinkan pengguna untuk

menemukan lokasi dan melihat halaman web dan untuk berpindah-pindah dari

satu halaman ke halaman lain. URL (uniform resource locator) adalah sebuah

string karakter yang menunjuk ke sebuah bagian spesifik dari suatu informasi

dimanapun di web atau dengan kata lain URL merupakan suatu alamat untuk

web page (Williams dan Sawyer, 2005, p66).

2.8 Analisa dan Perancangan Aplikasi Sistem Informasi

2.8.1 Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sistem yang bertujuan untuk menyimpan,

memproses dan mengkomunikasikan informasi. Sistem informasi menerima

input dan memproses data untuk menyediakan informasi bagi pengambil

keputusan dan membantu pengambil keputusan mengkomunikasikan hasil

putusannya. Menurut O’Brien (2003, p7), suatu sistem informasi dapat berupa

beberapa orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data yang

mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi pada suatu organisasi.

Sistem Informasi membantu tingkat manajemen organisasi dengan

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

58

menyediakan informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan

organisasi baik pada tingkat perencanaan strategis, perencanaan manajemen

maupun perencanaan operasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2.8.2 Unified Modelling Language (UML)

2.8.2.1 Konsep UML

Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah

menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan

mendokumentasikan sistem piranti lunak (software). UML menawarkan sebuah

standar untuk merancang model sebuah sistem. Dengan menggunakan UML

dapat dibuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi

tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun,

serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun.

Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep

dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-

bahasa berorientasi objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun

demikian, UML tetap dapat digunakan untuk modeling aplikasi prosedural dalam

VB atau C.

2.8.2.2 Kegunaan UML

UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. Ada

banyak tujuan dibelakang pengembangan dari UML, yang paling pertama dan

penting adalah agar dapat digunakan oleh semua pengembang atau modelers dan

tujuan akhir dari UML adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

59

memenuhi kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan

dibangun.

2.8.3 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Mathiassen (2000, p3-4), OOAD merupakan metode untuk

menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan objek

dan class sebagai konsep dasarnya. Analisis disini adalah kegiatan melakukan

investigasi terhadap masalah yang ada, desain adalah solusi logis dari

permasalahan yang ada dan implementasi adalah penerapannya.

Metode ini digunakan dalam hal analisis dan desain sistem, menyediakan

pandangan yang terintegrasi antara software dengan hardware dan menyediakan

metodologi untuk melakukan pengembangan sistem.

2.8.3.1 Karakteristik OOAD

Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan karakteristik

pemrograman berbasis objek, di mana sebuah pemrograman berbasiskan objek

harus memenuhi kriteria tersebut. Berikut adalah pengertian dari masing-masing

kriteria tersebut :

1. Encapsulation dalam OOAD adalah pengelompokan fungsi atau

menyembunyikan cara pengimplementasian suatu benda dari pengguna,

sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan dengan interface

luarnya saja. Ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan suatu

sistem tanpa harus mengetahui cara/mekanisme implementasi dari

antarmukanya.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

60

2. Inheritance merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat, metode,

atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa menggunakan

banyak kode program, serta dapat ditambahkan metode, atribut, dan variabel

baru.

3. Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa class

dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti

yang identik dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program

dijalankan.

2.8.3.2 Keuntungan OOAD

Menurut Mathiassen (2000, p5-6), keuntungan menggunakan OOAD di

antaranya adalah:

1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir

semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa yang umum.

2. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

3. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

4. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek.

2.8.3.3 System Choice

Awal dari suatu proyek pengembangan sistem informasi adalah

pengumpulan ide yang berbeda-beda mengenai sistem yang diinginkan. System

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

61

choice ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendeskripsikan sistem yang

akan dibuat. Dalam pembuatan sistem ini perlu dilakukan pengamatan terhadap

kondisi situasi yang terkait dan orang-orang yang berhubungan. Sistem yang

diinginkan dapat dibuat dalam bentuk narasi ataupun gambar. Apabila sistem

ingin dibuat dalam narasi maka digunakan system definition, sedangkan bila

dalam bentuk gambar maka sistem digambarkan dalam bentuk rich picture. Rich

picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang

sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang

sedang berlangsung.

Selain itu dilakukan pengujian dengan menganalisa 6 kriteria yang sering

disingkat menjadi FACTOR. Keenam elemen tersebut adalah functionality,

application domain, conditions, technology, objects serta responsiliility.

FACTOR dapat juga menjadi kriteria yang dapat memberikan penilaian

kepuasan dari system definition.

2.8.3.4 Problem Domain Analysis

Tujuan dari problem domain analysis adalah untuk mengidentifikasi dan

menjelaskan tujuan dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain

analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan classes, stucture dan behavior.

• Classes

Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari

bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes

dan events.

Object adalah suatu entity yang mempunyai identitas, state dan

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

62

behavior. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari

object-object lainnya, di mana semua object memiliki identitas supaya dapat

dibedakan antara satu object dengan object lainnya. State dari object terdiri

dari atribut yang bersifat statis dan dinamis. Behavior dari object merupakan

rangkaian dari event baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama

masa hidupnya.

Menurut Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan

object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama.

Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih

object.

Mengacu pada Mathiassen (2000, p49), aktivitas ini akan

menghasilkan event table, di mana dalam tabel ini dimensi horizontal berisi

kelas-kelas yang terpilih sedangkan dimensi vertikal berisi event terpilih dan

tanda cek digunakan untuk mengidentifikasikan objek-objek dari class yng

berhubungan dalam event tertentu. Seperti pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Contoh Event Table

Class Event

Customer Assistant Apprentice Appoinment Plan

Reserved v v v v

Cancelled v v v

Treated v v

Employed v v

Resigned v v

Graduated v

Agreed v v v

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

63

• Structure

Aktivitas ini bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada

hubungan struktural antara class dan object. Setelah mengetahui class dan

object yang ada, event table dapat dibuat untuk menggambarkan hubungan

struktural antara class dan object tersebut. Lalu, struktur antara class dan

object dapat digambarkan lewat Class Diagram.

Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface,

collaboration dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut

dan operasi dari sebuah object class. Class diagram dapat dikatakan sebagai

diagram dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan

struktural antara class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang

telah ditetapkan.

Terdapat dua jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan

hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah

penjelasannya:

a. Aggregation.

Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang

menyatakan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan

mendefinisikan bagian yang lainnya.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

64

Gambar 2.5 Contoh Aggregation Structure

b. Association.

Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tapi berbeda

dengan aggregation dimana object yang tergabung tidak didefinisikan

sebagai property dari sebuah object. Umumnya association

digambarkan dengan sebuah garis di antara class yang relevan.

Gambar 2.6 Contoh Association Structure

Untuk class dapat digambarkan dua jenis hubungan, yaitu

generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya:

a. Generalization.

Merupakan hubungan antara 2 atau lebih kelas yang lebih khusus

(subclass) dengan sebuah kelas yang lebih umum (superclass), di

mana hubungan spesialiasi tersebut dinyatakan dengan rumus “is-a”.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

65

Gambar 2.7 Contoh Generalization Structure

b. Cluster.

Cluster adalah kumpulan class yang saling berhubungan yang

membantu memperoleh dan menyediakan ringkasan problem domain.

Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang

saling berhubungan.

Gambar 2.8 Contoh Cluster Structure

• Behavior

Behavior merupakan sekumpulan dari event dalam urutan yang

tidak teratur yang melibatkan sebuah object. Behavior perlu dibuat untuk

semua class dan dapat dibuat dengan membuat event trace sebelumnya.

Event trace adalah urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu.

Sedangkan behavioral pattern adalah penjelasan dari event trace untuk

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

66

seluruh object dalam sebuah class, yang ditampilkan dalam bentuk

statechart diagram.

Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin

dijalankan oleh sebuah object dan bagaimana state object tersebut

menjalankannya berubah sebagai hasil dari event-event yang mencapai

object tersebut. Berikut adalah contoh dari statechart diagram yang

ditunjukkan pada Gambar 2.9 di bawah ini.

Gambar 2.9 Contoh Statechart Diagram

2.8.3.5 Application Domain Analysis

Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi,

atau mengendalikan problem domain. Application domain analysis bertujuan

untuk menentukan kebutuhan pengguna sistem dan mendefinisikan fungsi dan

interface dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam application domain

analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan usage, function dan interface.

• Usage

Usage didefinisikan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi

dengan sistem. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

67

berinteraksi dengan target sistem. Hasil dari usage adalah use case. Use case

merupakan interaksi antara sistem dengan actor di dalam application

domain. Hasil dari aktivitas usage ini adalah deskripsi dari semua use case

dan actor dalam bentuk use case specification dan actor specification.

Use case specifications akan menjelaskan bagaimana use case itu

bekerja, dan juga objek dan fungsi apa saja yang berhubungan langsung

dengan use case tersebut, sedangkan actor spesification akan menjelaskan

bagaimana cara actor berinteraksi dengan sistem. Berikut adalah contoh dari

use case diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 di bawah ini.

Gambar 2.10 Contoh Use Case Diagram

Setelah use case diagram digambarkan, maka tahap selanjutnya

adalah penggambaran sequence diagram. Menurut Bennett (2006, p253),

sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur

berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam

berbagai level of detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

68

beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem. Bennett menyatakan

bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame dengan menggunakan

notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Selain itu juga

terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat

dalam sequence diagram, yaitu:

a. alt

Notasi ini merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan

bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk

dijalankan.

b. opt

Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang

memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan

jika syarat tertentu dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame

tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi ini menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang

mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dapat

dijalankan secara bersamaan.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

69

f. seq

Notasi ini merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti

operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada

urutan manapun.

g. strict

Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang

menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

h. neg

Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang

mendeskripsikan operasi yang tidak valid.

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-

operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang

dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan

dalam interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan

yang valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

70

frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada

sebuah sequence diagram tertentu.

Gambar 2.11 Contoh Sequence Diagram

• Function

Function didefinisikan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan

sistem untuk membantu actor. Function adalah fasilitas yang membuat suatu

model bermanfaat bagi actor. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan

akhirnya memberikan hasil, dimana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi

dapat merubah perubahan di problem domain dan application domain.

Ada 4 tipe dari fungsi yaitu update, signal, read dan compute yang

ditunjukkan pada Gambar 2.12. Penjelasan dari empat tipe function

dijelaskan di bawah ini:

1. Update

Function ini disebabkan oleh event problem domain dan

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

71

menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model

tersebut.

2. Signal.

Function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari

model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat

berupa tampilan bagi actor dalam application domain atau intervensi

langsung dari problem domain.

3. Read.

Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan

actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang

berhubungan dengan informasi dalam model.

4. Compute.

Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan

actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang

disediakan oleh actor atau model, hasil dari function adalah tampilan

dari hasil komputasi.

Hasil dari aktivitas function adalah daftar dari function atau function

list yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat

berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dimulai

dari yang simple sampai yang very complex.

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

72

Gambar 2.12 Functions

• Interface

Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function

dapat berinteraksi dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan

semua aktor yang berhubungan dalam konteks. Interface digunakan oleh

actor untuk berinteraksi dengan sistem.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari

kegiatan analisis lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional

dan use case. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil

dari aktivitas ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan

elemen-elemen system interface yang ditunjukkan lewat pembuatan tampilan

(form), navigation diagram dan lainnya.

Menurut Mathiassen (2000, p344), Navigation Diagram merupakan

statechart diagram khusus yang berfokus pada user interface. Diagram ini

menunjukkan window-window dan transisi diantara window-window tersebut.

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

73

nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh

ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window.

2.8.3.6 Architecture Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem,

yang bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi.

Architectural design terdiri dari dua bagian yaitu Component Architecture dan

Process Architecture. Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri

dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Process architecture adalah

struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang interdependen. Lewat

Process architecture ini ditentukan pola arsitektural yang paling sesuai dengan

model sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam Architectural design adalah

mendefinisikan kriteria, components dan processes.

• Kriteria

Kriteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur.

Kriteria umum bagi suatu desain adalah usable, secure, efficient, correct,

reliable, maintainable, testable, flexible, comprehensible, reusable, portable

dan interoperable.

Ada 3 prinsip bagi desain yang baik, yaitu desain yang baik tidak

mempunyai kelemahan utama dan memiliki beberapa kriteria yang seimbang

serta kriteria bagi desain yang baik mencakup 3 kriteria, yaitu usable, flexible

dan comprehensible.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

74

• Component Architecture

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk membuat struktur sistem yang

mudah dimengerti dan flexible. Components adalah suatu kumpulan dari

bagian-bagian program yang mempunyai tugas yang telah ditentukan. Ada 3

macam pola (pattern) yang digunakan untuk merancang component

architecture yaitu layered architecture pattern, generic architecture pattern

atau client-server architecture pattern.

Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan Component Diagram, yang

merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan

arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan

bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan

juga menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut. Berikut adalah

contoh Component Diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.13 di bawah

ini.

Gambar 2.13 Contoh Component Diagram

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

75

• Process Architecture

Process adalah sekumpulan operasi yang dieksekusi dalam urutan

terbatas dan terhubung. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah

deployment diagram, yaitu diagram yang menggambarkan konfigurasi dari

node-node run time processing dengan komponen-komponen yang berada di

dalamnya dan active objects. Deployment diagram tidak hanya

menggambarkan arsitektur fisik software saja, melainkan software dan

hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software, processor, dan

peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem. Berikut adalah contoh dari

deployment diagram yang ditunjukkan oleh Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Contoh Deployment Diagram

2.8.3.7 Component Design

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kebutuhan bagi

implementasi dalam suatu kerangka arsitektur tetapi tidak menganggu

component architecture. Hasil yang diinginkan dari component design adalah

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00501...mempertahankan proses dalam top-down dan bottom-up. Kriteria metrik yang

76

deskripsi dari system components.

• Model Component

Model component adalah bagian dari sistem yang

mengimplementasikan model dari problem domain. Tujuan dari aktivitas ini

adalah untuk menampilkan model dari sebuah problem domain. Konsep

utama pada model component adalah structure.

Hasil dari model component adalah revised class diagram yang

mencakup penambahan class baru, attributes dan structure yang

menggambarkan events.

• Function Component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan

fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-

fungsinya.