BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA |...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA |...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Data, Informasi, dan Knowledge Management
2.1.1 Data
Menurut Bergeron (2003), yang dimaksud dengan data adalah
bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat
kuantitas, yang berasal dari hasil observasi, eksperimen, atau kalkulasi.
Sedangkan pengertian data menurut O’Brien (2005, p.696) adalah fakta-
fakta atau observasi mengenai fisik atau transaksi bisnis. Lebih secara
spesifik lagi, data adalah ukuran objektif dari suatu atribut dengan
karakteristik dari suatu entitas, seperti orang-orang, tempat, benda atau
kejadian. Selain itu, menurut O’Brien (2005, p.38) data merupakan fakta
atau observasi mentah yang biasanya banyak data yang menjelaskan
kegiatan tersebut.
2.1.2 Informasi
Menurut Bergeron (2003), Informasi merupakan kumpulan data
dan terkait dengan penjelasan, interpretasiok, dan berhubungan dengan
materi lainnya mengenai obyek, peristiwa-peristiwa atau proses tertentu.
Sedangkan pengertian informasi menurut O’Brien (2005, p.39), informasi
merupakan data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan
berguna bagi pemakai akhir tertentu.
8
2.1.3 Knowledge Management
Menurut Debowski (2006, p.16), Knowledge Management adalah
suatu proses dalam mengidentifikasi, mendapatkan, mengorganisasi, dan
menyebarkan aset intelektual yang penting bagi performa jangka panjang
suatu organisasi. Sedangkan menurut Turban, et al (2008, p390)
mendefinisikan Knowledge Management sebagai sebuah proses yang
membantu perusahaan mengidentifikasi, memilih, mengorganisasikan,
menyebarkan, dan mentransfer informasi dan keahlian yang penting yang
merupakan bagian dari ingatan perusahaan dan yang biasanya berada di
dalam perusahaan dalam bentuk yang tidak terstruktur.
2.2 Knowledge Management System
2.2.1 Knowledge
Pengertian Knowledge menurut Debowski (2006, p.16) adalah
suatu proses dalam menerjemahkan informasi dan pengalaman akan masa
lalu yang dapat menjadi hubungan bermakna, dimengerti dan diterapkan
oleh setiap individu. Jenis Knowledge dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Tacit Knowledge
Menurut Debowski (2006, p.18), Tacit Knowledge adalah
Knowledge yang terakumulasi dari pengalaman dan pembelajaran
seseorang dan sangat sulit untuk direproduksi atau dibagikan
dengan orang lain dimana dapat berupa gambar, teks atau dalam
bentuk kata-kata. Kelemahan dari Tacit Knowledge adalah sulitnya
untuk menerjemahkan Tacit Knowledge menjadi produk yang
tangible.
9
b. Explicit Knowledge
Menurut Debowski (2006, p.17), Explicit Knowledge adalah
Knowledge yang dapat dibagikan kepada yang lainnya,
didokumentasikan, dikatagorikan, dan disebarkan kepada pihak lain
sebagai informasi. Explicit Knowledge merupakan sumber daya
utama dalam organisasi dimana fokus dalam pekerjaan dapat
berubah menjadi berfokus pada Knowledge yang ada dalam
organisasi.
Pengetahuan diciptakan melalui konversi antara Tacit Knowledge
dan Explicit Knowledge. Model konversi Knowledge menurut Nonaka dan
Takeuchi (1995) dalam buku Sangkala (2007, p.84) adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Model Konversi Knowledge (sumber: Sangkala, 2007, p.84)
Berikut merupakan penjelasan dari Gambar 2.1, Konversi
Knowledge yang dibagi menjadi empat model, antara lain:
10
a. Sosialiasi : konversi dari Tacit Knowledge ke Tacit Knowledge
Tacit Knowledge disampaikan kepada orang lain melalui proses
sosialisasi dalam pelatihan maupun tim kerja, dan juga dapat melalui
interaksi sosial dan berbagi pengalaman antara anggota organisasi.
Seseorang dapat mempelajari pengetahuan tanpa harus berinteraksi
dengan pembimbing ataupun tutornya. Mereka dapat belajar dengan cara
mengamati seseorang dan berlatih.
b. Eksternalisasi : konversi dari Tacit Knowledge ke Explicit Knowledge
Pengetahuan ini diciptakan ketika seseorang memiliki pengetahuan yang
ada, kemudian ditambah dengan pengetahuan pribadinya dan
mengembangkan sesuatu yang baru dan dapat dibagikan kepada seluruh
organisasi. Dengan demikian, eksternalisasi akan muncul disaat
seseorang menerjemahkan Tacit Knowledge yang dimilikinya, sehingga
dapat dimengerti oleh para karyawan lainnya.
c. Kombinasi : konversi dari Explicit Knowledge ke Explicit Knowledge
Kombinasi merupakan konsep untuk menciptakan Explicit Knowledge
yang terbaru dengan digabung, memberikan kategori, dan
mengumpulkan dua ataupun lebih Explicit Knowledge yang ada.
d. Internalisasi : konversi dari Explicit Knowledge ke Tacit Knowledge
Learning-by-doing merupakan hal dasar dari konversi ini, dimana
menunjukkan tingkatan Tacit Knowledge dari Explicit Knowledge
Dimana menurut Debowski (2006, p.18), Suatu alasan mendasar
organisasi yang sukses adalah keterampilan dan pengalaman pada
penciptaan Knowledge dan pemanfaatannya. Penciptaan Knowledge
11
dicapai dengan melalui hubungan antara Tacit Knowledge dimana terdiri
dari karyawan, pelanggan, pemangku kepentingan, maupun para eksekutif
dalam organisasi dan Explicit Knowledge dimana terdiri dari organisasi
records dan sistem yang ada.
Gambar 2.2 Sumber pengetahuan dari organisasi (Debowski, p.19)
Debowski (2006, p.170) menjelaskan mengenai hal penting yang perlu
diperhatikan dari Knowledge Management adalah bahwa tujuan dari
Knowledge Management adalah untuk mengembangkan strategi
pengetahuan yang memfasilitasi akses yang mudah terhadap pengetahuan
yang berharga. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat
mengklarifikasi apa pengetahuan yang penting sehingga karyawan
memiliki kesadaran untuk mengatur pengetahuannya secara tepat sebagai
baik itu distributor maupun penggunanya.
2.2.2 Teori Knowledge Management System
Turban, et al (2008, p.400) menjelaskan bahwa Knowledge
Management System dikembangkan menggunakan tiga set teknologi,
12
yaitu: komunikasi, kolaborasi, dan penyimpanan dan pengambilan.
Sedangkan menurut Debowski (2006, p.151), terdapat tiga kriteria yang
harus diraih agar implementasi Knowledge Management System dapat
berhasil, antara lain:
1. Sistem merefleksikan dan responsif terhadap kebutuhan perusahaan.
2. Sistem merefleksikan prinsip-prinsip Knowledge Management,
terutama pendorong untuk kolaborasi dan komunikasi
3. Sistem merefleksikan perhatian yang dalam terhadap individual
diseluruh fase pengembangannya.
Secara umum, Debowski (2006) menyebutkan ada beberapa
tahapan yang harus direncanakan dengan baik agar implementasi sistem
sekompleks Knowledge Management System dapat berjalan dengan baik.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Merumuskan kebutuhan akan Knowledge Management System.
2. Mengidentifikasi kebutuhan sistem.
3. Mengklarifikasikan spesifikasi sistem.
4. Mengevaluasi sistem-sistem yang potensial.
5. Memilih sistem dan/atau komponennya yang relevan.
6. Mengimplementasikan sistem.
7. Mengevaluasi penerimaan dan adopsi sistem.
Menurut Dalkir (2011, p.38) Fungsi atau teori Knowledge Management
System memiliki enam langkah cycle. Berikut merupakan cycle dari
Knowledge Management System:
13
Gambar 2.3 Teori Knowledge Management System, Dalkir (2011, p.38)
a) Create Knowledge
Pengetahuan tercipta sebagaimana orang menentukan cara untuk
melakukan seuatu atau mengembangkan keahlian. Terkadang pengetahuan
dari luar telah membawa masuk.
b) Capture Knowledge
Pengetahuan yang baru haruslah teridentifikasi sebagai sesuatu yang
bernilai dan terwakili dengan cara yang wajar.
c) Refine Knowledge
Pengetahuan baru haruslah ditempatkan dalam suatu konteks sehingga
dapat ditindaklanjuti. Disinilah wawasan manusia harus dapat ditangkap.
d) Store Knowledge
Pengetahuan yang dapat berguna kemudian harus dapat tersimpan dalam
format yang wajar pada repository yang ada sehingga orang lain dalam
organisasi dapat mengaksesnya.
14
e) Manage Knowledge
Seperti halnya perpustakaan, pengetahuan harus tetap terjaga dan
tersimpan hingga saat ini. Ini harus ditinjau kembali untuk dapat
memverifikasi bahwa hal tersebut relevan dan akurat.
f) Disseminate Knowledge
Pengetahuan yang telah tersimpan dengan baik dan sudah terverifikasi
secara keseluruhan dapat mulai dilakukan sosialisasi ataupun
menyebarluaskan pengetahuan dalam organisasi.
Dalam buku Debowski (2006) menyebutkan terdapat empat (4) komponen
dari Knowledge Management System. Kompenen-kompenen itu dapat
tergambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Komponen Knowledge Management System
Sumber: Debowski, 2006, p.144
15
Berikut merupakan keterangan dari tabel komponen Knowledge
Management System:
Business Process Management
Secara strategis Business Process Management mengarahkan dan
mempertajam pembangunan Knowledge Management System dengan
membangun strategi perusahaan untuk Knowledge Management. Hal ini
secara langsung berpengaruh pada Knowledge Management System dan
aspek lain Knowledge Management yang menentukan akses terhadap
Knowledge tertentu, Knowledge yang memiliki prioritas tinggi dan
bagaimana dukungan terhadap akses Knowledge.
Content Management System
Terdapat banyak sumber Knowledge yang ditemukan dalam organisasi.
Namun sulit untuk mengidentifikasi, mengelola dan mengakses secara
efisien. Terdapat sumber yang terstruktur dan tidak terstruktur, official,
dinamis dan archive content. Content Management System memastikan
effective content dan document management sehingga Knowledge
Management System secara efektif menghubungkan end user dengan
banyak sumber intelectual content baik dalam maupun luar organisasi.
Web Content Management System
Web Management System mengoperasikan platform teknologi KMS. Pada
level dasar, ini menyediakan kapasitas teknologi untuk menghubungkan
KMS dengan user dan sumber Knowledge yang lain yang berada didalam
dan diluar organisasi. Adanya server, interface dan KMS portal yang
mendukung Web Content Mangement System.
16
Knowledge Applications Management
Knowledge Application Management menyediakan user dengan
kemudahan dan efektivitas Knowledge tools. Fungsi utamanya adalah
memfasilitasi pembentukan Knowledge, kolaborasi dan komunikasi.
Efektivitas KMS sebagian tergantung pada kapasitas user untuk
menciptakan Knowledge baru dan mengelola workflows menggunakan
teknologi yang ada dan manajemen aplikasi Knowledge yang mendukung
hal ini.
2.2.3 Komponen Knowledge Management
Terdapat 3 komponen Knowledge Management oleh Dilip Bhatt
seorang konsultan Knowledge Management dalam artikelnya yang
berjudul EFQM Excellence Model and Knowledge, antara lain (Bhatt, D.
2000):
Gambar 2.4 People, Process, Technology (Sumber: Bhatt, D. 2000)
17
1. People
Menurut Debowski (2006, p.47), People adalah orang yang memiliki
knowledge, mengatur sistem dan proses, dan berkomitmen terhadap proses
strategic knowledge untuk kesuksesan perusahaan. Dijelaskan juga oleh
Debowski (2006, p.111-112), human resources merupakan komponen
penting didalam proses Knowledge Management, dimana knowledge dan
keahlian yang dimiliki oleh People akan menjadi value bagi organisasi.
Terdapat 4 bagian area dalam akitivitas management human resources
yang memiliki dampak besar dalam Knowledge Management pada
organisasi, yaitu:
Gambar 2.5 Pendukung struktural untuk Knowledge Management
(Sumber: Debowski,2006)
a. Organisational Structure
Melakukan analisa terhadap struktur organisasi, proses hirarki
organisasi, membuat keputusan, komunikasi dan inovasi.
b. Staffing
Melakukan analisa terhadap proses core competencies karyawan,
proses seleksi dan rekruitmen dalam suatu organisasi.
c. Performance Management
Melakukan analisa terhadap proses penilaian performance
karyawan dalam suatu organisasi
18
d. Learning & Develompent
Melakukan analisa terhadap proses pengembangan dan learning
dalam suatu organisasi.
e. Organisatuonal Evaluation & Review
Melakukan analisa terhadap proses penilaian dan evaluasi
organisasi yang mengukur performance organisasi.
2. Process
Menurut Debowski (2006, p.47), Process merupakan pengaturan dan
alignment dari strategi, prinsip, proses, practice untuk memastikan bahwa
Knowledge Management dapat berjalan baik ketika diimplementasikan.
Menurut Probst, et al (2000, p29-34) untuk mengatur dan mengelola
pengetahuan perusahaan atau organisasi perlu dilakukan pengelompokan
dan pengkategorian masalah yang ditemui pada perusahaan tersebut. Core
Process Knowledge Management dikategorikan menjadi 6 bagian, hal ini
ditujukan agar peranan manajer mampu mengoptimalkan aktifitas
Knowledge di dalam area individu ke seluruh area organisasi.
Gambar 2.6 Core Process Knowledge Management, Probst et al (2000)
19
• Knowledge Identification
Merupakan proses mengidentifikasi Knowledge, baik yang bersifat
tacit maupun explicit. Di dalam pengidentifikasian Knowledge
maka dilakukan analisis dan gambaran Knowledge di lingkungan
perusahaan. Banyak sekali perusahaan yang kesulitan dalam
mengatur gambaran umum data internal dan eksternal, informasi
dan kemampuan. Ketidakjelasan inilah mengakibatkan
ketidakefisienan, keputusan tidak tersampaikan, dan duplikasi.
Maka dari itu, Knowledge Management yang efektif harus
memastikan kejelasan internal dan eksternal dan membantu
karyawan secara individual untuk menentukan apa yang
dibutuhkan.
• Knowledge Acquisition
Proses yang menggambarkan hubungan dengan pihak luar
perusahaan, seperti customer, supplier, competitor dan business
partner lainnya yang ikut bekerja sama dalam memberikan
pengetahuan yang potensial. Perusahaan juga dapat membeli
Knowledge yang tidak bisa dibangunnya sendiri dengan merekrut
ahli atau memperolehnya dari perusahaan. Knowledge
Management yang sistematik harus mampu mengambil
kemungkinan ini sebagai sesuatu yang harus diperhitungkan.
• Knowledge Development
Proses dalam pembangunan blok-blok di mana setiap
komponennya saling melengkapi dengan Knowledge Acquisition.
20
Tahap ini meliputi seluruh usaha manajemen untuk ditujukan pada
cara menghasilkan kemampuan yang belum ada di dalam
perusahaan atau yang belum ada keberadaannya di dalam atau di
luar perusahaan atau yang belum ada keberadaannya di dalam atau
di luar perusahaan. Di dalam Knowledge Development ini
difokuskan terhadap pembangunan keahlian baru, produk baru, ide-
ide luar biasa dan banyak proses efisiensi lainnya.
• Knowledge Sharing and Distribution
Proses membagi dan menyebarkan pengetahuan yang sudah ada
dalam perusahaan. Sehingga dalam tahap ini ditujukan untuk
merubah informasi dan pengalaman yang terisolasi menjadi
sesuatu, di mana Knowledge tersebut nantinya dapat dimanfaatkan
untuk kemajuan organisasi. Langkah yang penting dalam
pendistribusian Knowledge ini adalah dengan menganalisis
peralihan pengetahuan dari individual ke group atau perusahaan.
• Knowledge Utilization
Pada tahap ini, Knowledge harus dipastikan disimpan sebaik
mungkin guna mendukung aktivitas atau proses bisnis yang
berlangsung di dalam organisasi. Tahap identifikasi dan distribusi
yang sukses belum bisa menjamin penggunaan produktifitas yang
dihasilkan dalam operasi bisnisnya. Terdapat tantangan yang bisa
menjadi penghambat pengunaan pengetahuan dari luar. Maka dari
itu langkah-langkah harus diambil guna memastikan bahwa
21
kemampuan yang bernilai dan Asset pengetahuan seperti hak paten
atau license dapat digunakan secara utuh.
• Knowledge Retention
Dalam tahap ini, termasuk juga aktifitas pemilihan, penyimpanan
dan meng-update Knowledge akan sangat bernilai bagi masalah
potensial yang ada di organisasi. Jika aktifitas-aktifitas tersebut
mampu dilakukan secara maksimal, maka mampu untuk
menyimpan keahlian berharga bagi perusahaan.
3. Technology
Menurut Debowski (2006, p.258), Technology merupakan peran
pendukung yang penting dalam Knowledge Management, dimana
dibutuhkan user yang berkompeten dan confident ketika menggunakannya.
Sedangkan menurut Dalkir Kimiz (2005, p.219), dalam implementasi
Knowledge Management System diperlukan berbagai tools yang cukup
beragam untuk dapat ikut terlibat dalam sepanjang siklus Knowledge
Management teknologi yang dapat memfasilitasi terutama komunikasi,
kolaborasi, dan konten manajemen untuk knowledge capture, sharing,
dissemnination, dan application.
2.2.4 Pilar Knowledge Management
Dalam Sebuah Framework yang dikemukakan oleh Stankosky, M. (2000),
terdapat empat pilar utama dalam arsitektur Knowledge Management yang
sangat mempengaruhi dalam keberhasilan penerapan Knowledge
Management pada suatu organisasi, yaitu:
22
Gambar 2.7 Empat pilar Knowledge Management menurut Stankosky, M. (2000)
1. Leadership
Kepemimpinan mengembangkan strategi yang dibutuhkan untuk
keberhasilan dalam sebuah lingkungan. Strategi ini untuk dapat
menentukan visi dan harus dapat menyelaraskan Knowledge
Management dengan strategi bisnis agar dapat mendorong nilai dari
Knowledge Management ke seluruh organisasi.
2. Organization
Memperkenalkan Knowledge Management pada seluruh organisasi
dimana dibutuhkan perubahan dalam organisasi, Knowledge
Management dituntut untuk dapat menjadi katalis dalam budaya
perusahaan dan harus terintegrasikan dengan proses bisnis
organisasi.
3. Technology
Merupakan tools dalam Knowledge Management yang sangat
penting untuk dapat menentukan dan mendefinisikan kemampuan IT
agar sesuai dan sejalan dengan kebutuhan organisasi.
23
4. Learning
Pembelajaran dalam organisasi haruslah diarahkan kepada
pendekatan seperti peningkatan komunikasi, menjalankan tim yang
memiliki beberapa fungsi atau bidang, dan menciptakan komunitas
belajar.
2.2.5 Knowledge Solutions
Dalam tahap ini, akan diberikannya usulan untuk pengembangan
Knowledge Management yang meliputi People, Process, Technology
dimana berdasarkan analisa yang didapat pada tahapan sebelumnya.
2.3 Core Knowledge
Menurut Debowski (2006,p.170), Core Knowledge adalah pengetahuan
strategic atau operational yang membantu proses atau hasil utama dalam
organisasi. Dengan banyaknya perusahaan yang gagal untuk dapat menentukan
pengetahuan apa yang penting dalam bisnisnya, hingga dapat menyebabkan dalam
organisasi tidak bisa memaksimalkan pengetahuan yang ada. Dengan demikian
penentuan Core Knowledge dalam suatu organisasi sangat penting untuk
membangun Knowledge Management System.
Menurut Debowski (2006,p.171), terdapat tiga fase dalam menentukan
core Knowledge dalam suatu organisasi, yaitu phase 1 Clarify core knowledge
scope, phase 2 Define core knowledge parameter, phase 3 Develop the core
knowledge structure. Berikut merupakan penjelasan dari Core Knowledge:
24
Gambar 2.8 Pengembangan Core Knowledge (Debowski, p.171)
1. Clarify core Knowledge scope
Fase pertama adalah menentukan pengetahuan yang ada untuk dapat
mendukung dalam bisnis utama pada suatu organisasi. Core Knowledge
harus ditentukan agar bisa dicari sumbernya dan dapat mengatur agar
Knowledge Management System yang dibangun bisa memberikan nilai
tambah bagi organisasi. Terdapat tiga kategori dalam fase pertama ini,
antara lain:
a. Identify core business and its knowledge requirements
Yaitu melakukan identifikasi mengenai aktivitas utama organisasi,
menentukan pengetahuan yang unik jika ada dan menentukan
pengetahuan yang perlu untuk melakukan sharing.
b. Define the knowledge domain
Yaitu menentukan area pengetahuan yang mendukung strategi bisnis
utama organisasi
25
c. Review knowledge capabilities
Yaitu identifikasi kemampuan yang diinginkan dan sumber-sumber
pengetahuan yang berharga
2. Define core knowledge parameter
Pada fase ini akan ditentukan policy yang berhubungan dengan knowledge
domain pada fase pertama dan menentukan batas-batas core knowledge
yang akan didukung dalam Knowledge Management System. Dalam hal ini,
user mendapat keuntungan dari petunjuk yang jelas dan siap digunakan
serta memudahkan mereka untuk menggunakan sistem dan
mengembangkannya pada Knowledge yang ada pada user. Parameter core
knowledge harus flexible untuk dapat memenuhi perubahan arah dan
prioritas organisasi, dan memiliki content management yang dapat di
prediksi dan diatur. Terdapat tiga kategori dalam fase ini, antara lain:
a. Define Core Knowledge
Yaitu menentukan Core Knowledge dalam organisasi. Terdapat 3 tipe
Knowledge yang bisa diidentifikasi:
‐ Basic Core Knowledge, yaitu pengetahuan penting dan utama yang
dapat dibuat, dibagi, diakses dan diatur oleh semua orang atau
individu. Dengan memberikan fokus kepada Knowledge tambahan
dan pengayaan, basic core knowledge dapat membangun dasar yang
baik untuk bisa menggambarkan kebutuhan pada saat ini.
‐ Strategic Core Knowledge, yaitu pengetahuan penting yang
berevolusi secara cepat dan tidak bisa diakses oleh semua orang atau
hanya individu-individu tertentu dalam organisasi. Knowledge ini
26
lebih memfokuskan kepada pembaharuan Knowledge daripada
perkembangan Knowledge, dimana merupakan bentuk core
Knowledge yang dapat ditemukan pada organisasi.
‐ Developmential Core Knowledge, yaitu pengetahuan yang penting
bagi organisasi namun masih dalam tahap eksplorasi dan pengujian.
b. Develop the core knowledge policy
Yaitu menentukan kebijakan dalam Knowledge Management System
yang digunakan, menentukan pentingnya Knowledge Management
System, dan menentukan aturan-aturan yang berlaku.
3. Develop the core knowledge structure
Pada fase ini merupakan sistem dan proses yang akan melakukan pemetaan
dan menjelaskan mengenai kategori-kategori pengetahuan dan akan
dibangun knowledge repository.
a. Map core knowledge
Yaitu membuat Knowledge map yang merupakan desain struktural dari
Core Knowledge dalam organisasi.
b. Build the knowledge repository
Yaitu membangun repository sebagai link antara sumber-sumber
pengetahuan yang berbeda-beda.
2.4 Knowledge Assets
Knowledge Assets tumbuh dalam suatu nilai, seiring dengan digunakan
oleh banyak orang untuk dijadikan sebagai standart. Menurut Debowski, 2006,
Knowledge Assets merupakan pengetahuan atau keahlian manusia yang
27
termodifikasi, tersimpan dalam format digital maupun elektronik. Sedangkan
menurut Ichijo, Kazuo dan Ikujiro Nonaka (2007, p.288) menjelaskan bahwa
manajemen strategis dari Knowledge Assets harus berfokus pada penciptaan dan
penyebaran Knowledge. Penggunanya akan mendapatkan keuntungan dari
Knowledge ini dan menaikan nilainya pada saat mereka menambah,
menyesuaikan, memperbaiki, memperkaya dan menvalidasinya.
2.4.1 Knowledge Map
Menurut Debowski, 2006, Knowledge Map adalah pemetaan dan
pengorganisasian dari pengetahuan inti organisasi. Meliputi
pemetaan Knowledge yang ada dalam komunitas dan sistem-
sistem, yang membantu memberikan kategori, indeks dan label
pada Knowledge tersebut.
2.4.2 Knowledge Domain
Menurut Debowski, 2006, Knowledge Domain adalah wilayah
Knowledge yang mendukung strategi bisnis utama organisasi.
Knowledge Domain memiliki dua tingkatan yaitu elemen-elemen
yang harus di-share oleh semua anggota organisasi dan digunakan
sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan, dan prioritas strategi yang
harus dikembangkan dan didukung dari waktu ke waktu.
2.4.3 Knowlegde Policy
Menurut Debowski, 2006, Knowledge Policy adalah sekumpulan
aturan yang jelas dan tertulis yang mengatur dan menjadi panduan
bagi jalannya proses inti dari Knowledge Management dalam suatu
organisasi. Misalnya dengan adanya SOP atau peraturan-peraturan
28
yang dibuat oleh organisasi agar dapat berjalannya bisnis
organisasi dengan baik.
2.4.4 Knowledge Requirement
Menurut Debowski, 2006, pada saat pertama kali kita melakukan
analisa core knowledge pada suatu organisasi harus didahului
dengan mengetahui core business dan knowledge requirements
untuk bisnis tersebut. Knowledge Requirements adalah
pengetahuan-pengetahuan inti yang diperlukan untuk menunjang
operasional suatu bisnis agar bisnis tersebut mampu berjalan.
2.4.5 Knowledge Capabilities
Menurut Debowski, 2006, Knowledge Capabilities adalah
kemampuan penyebaran Knowledge dalam suatu organisasi. Hal
ini berhubungan dengan kemampuan para pekerja atau staf atau
individu-individu dalam melakukan penciptaan, manajemen dan
distribusi Knowledge yang terkait dengan pekerjaan mereka.
2.5 SWOT Analysis
Menurut Pearce et all (2000, p202-204), analisis SWOT adalah analisis yang
digunakan untuk mengevaluasi suatu strategi yang efektif dari sumber daya
internal suatu perusahaan ( Strengths dan Weakness), dan sumber daya eksternal
suatu perusahaan (Oppportunity dan Threats).
• Strength
Adalah kelebihan-kelebihan sumber daya yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Seperti keahlian dan keterampilan sumber daya manusia, lokasi
29
perusahaan, atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan
pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan.
• Weaknesses
Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan
kemampuan yang secara serius dapat menghalangi kinerja efektif
perusahaan. Keterbatasan dalam fasilitas, sumber daya keuangan,
kemampuan management, keterampilan pemasaran merupakan sumber
dari kelemahan.
• Opportunities
Adalah kondisi yang baik dimana perusahaan dapat menemukan atau
menciptakan suatu keunggulan yang lain dari pesaing, seperti perubahan
situasi persaingan, identifikasi segmen pasar yang sebelumnya terabaikan,
perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pihak luar dapat
memberikan peluang bagi pihak perusahaan.
• Threats
Suatu kondisi yang tidak diinginkan dan menjadi ancaman yang dialami
oleh suatu perusahaan. Dengan munculnya pesaing baru, kehilangan
pelanggan, kehilangan pangsa pasar, regulasi baru yang diberlakukan
merupakan suatu ancaman bagi perusahaan.
2.6 Zack Framework
Dalam buku Tiwana (2002, p.102), Zack mengatakan bahwa setiap strategi akan
terhubung dengan sekumpulan sumber dan kapasitas Knowledge. Zack meyakini
bahwa faktor yang paling penting dalam menuntun Knowledge Management
30
adalah strategi bisnis, zack menggambarkan hubungan antara strategi Knowledge
dan strategi organisasi.
Gambar 2.9 Gap Analysis Zack Framework (Sumber: Tiwana, 2002, p.103)
Gap Analysis dilakukan dengan menggunakan Zack Framework dari Michael H.
Zack dalam buku Tiwana (2002, p.102), yang membandingkan poin-poin tentang
pengetahuan yang dimiliki organisasi terhadap poin-poin tentang apa yang
dikerjakan oleh organisasi. Baik pengetahuan maupun apa yang dikerjakan,
masing-masing dibagi lagi ke dalam dua kutub, yaitu apa yang telah diketahui
atau telah dikerjakan dan apa yang harus diketahui dan dikerjakan. Dari poin-poin
yang telah terpisahkan tadi, dapat dianalisa gap yang terjadi baik pada
pengetahuan dan pada apa yang dilakukan.
2.7 Mengadakan Sharing Vision Secara Periodik
Sharing Vision adalah menjelaskan dan mendiskusikan visi, misi, dan nilai yang
ada dalam organisasi, dalam bentuk yang mudah untuk dioperasikan oleh seluruh
lapisan organisasi. Selain itu, Sharing Vision memiliki penekanan dalam hal
31
membangun dan mengasah kemampuan analisis pada setiap penggunanya.
Dengan adanya data dan informasi terbaru dalam perusahaan, sangatlah penting
untuk berperan dalam analisis dan tindakan kedepannya.
2.8 Membangun Budaya Sharing Knowledge
Dalam organisasi, Knowledge Sharing sangatlah penting dalam hal penerapan
Knowledge Management sebagai suatu proses berbagi pengetahuan dalam
organisasi, yang paling menentukan terdapatnya Knowledge Sharing adalah
sumber daya manusia dan budaya perusahaan itu sendiri. Sedangkan yang lainnya
adalah sistem informasi dan strategi informasi serta struktur organisasi.
2.9 Perancangan Sistem Dalam Knowledge Management
Menurut O’Brien (2005, p.351), perancangan sistem dalam Knowledge
Management terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:
• Merancang User Interface, yaitu merancang layar, formulir, dialog
box.
• Merancang Data, yaitu menentukan objek, atribut, relationship,
kaidah integritas, dan lain sebagainya.
• Merancang Proses, yaitu membuat program dan prosedur seperti
user services, application services, dan data services.
a) Perancangan Layar
Selain itu, perancangan layar juga diperlukan dalam perancangan
Prototype Knowledge Management System pada Group Quality &
Surveillance PT. Indosat Tbk, dimana menurut Dasaratha V, Rama dan
32
Frederick L. Jones (2006, p.271), terdapat enam elemen dari tampilan
layar, yaitu:
1. Text Boxes
Merupakan ruang atas layar yang digunakan untuk memasukan
informasi yang ditambahkan pada table atau pada tampilan
informasi yang terbaca dari table.
2. Labels
Untuk dapat membantu pengguna agar dapat mengerti apakah
informasi diperlukan untuk di catat.
3. Look-Up Features
Sering ditambahkan pada text boxes yang digunakan untuk
memasuki foreign keys.
4. Command Buttons
Digunakan untuk dapat melakukan suatu action atau tindakan.
5. Radio Buttons
Memungkinkan pengguna untuk dapat memilih salah satu dari
beberapa pilihan.
6. Check Boxes
Serupa dengan radio buttons, tetapi lebih dari satu pilihan yang
dapat dipilih.
b) Use Case Diagram
Use case adalah kasus yang mendeskripsikan tentang bagaimana sistem
akan dipergunakan. Diagram ini juga menunjukan ikhtisar fungsionalitas
sistem dari sudut pandang pengguna yang sangat berperan dalam
33
penemuan akan kebutuhan sistem. Sebuah Use case dapat
memrepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem, misalnya
login ke sistem, membuat sebuah daftar belanja, dan sebagainya.
Aktor merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pengguna aplikasi. Aktor bisa berupa orang, hardware, atau sistem
informasi lain yang berinteraksi dengan obyek dalam sistem. Dimana use
case menggambarkan perilaku software aplikasi, termasuk didalamnya
interaksi antara aktor dengan software aplikasi. Use case dibuat
berdasarkan proses-proses yang dilakukan untuk kepentingan aktor untuk
menggambarkan apa yang dikerjakan oleh aplikasi tetapi bukan bagaimana
aplikasi mengerjakannya.
Sebuah Use case dapat juga termasuk fungsionalitas Use case lain sebagai
bagian dari proses dalam dirinya. Sebuah Use case juga dapat di include
oleh lebih dari satu Use case lainnya, sehingga duplikasi fungsionalitas
dapat dihindari dengan cara menarik keluar fungsionalitas yang common.
Sebuah use case juga dapat meng-extend Use case lain dengan behavior-
nya sendiri.
2.10 Desain dan Pengembangan Knowledge Management
2.10.1 Desain Infrastruktur dan Arsitektur
a) Infrastruktur
Menurut Debowski (2006, p35-45), ada tiga tipe infrastruktur yang
beroperasi dikebanyakan organisasi, yaitu:
a. Managerial Infrastructure
34
b. Technological Infrastructure
c. Social Infrastructure
Untuk dapat mengetahui fungsi dari masing-masing infrastruktur
diatas, akan diuraikan sebagai berikut:
a. Managerial Infrastructure
Pengaruh managerial Infrastructure pada penciptaan
Knowledge biasanya tidak akan disadari. Idealnya, managerial
Infrastructure menyediakan suatu kerangka pendukung untuk
resourcing, pengambilan keputusan dan praktik inovatif, jadi
aktivitas dapat dengan sukses dilakukan. Pada umumnya,
manager bertanggung jawab untuk keseluruhan performa dari
unit operasional yang mereka kepalai. Knowledge Workers
mengharapkan otonomi yang signifikan dan kepercayaan dari
manager-nya, yang seharusnya beroperasi sebagai supportive
agents, menyediakan petunjuk, feedback, dan sumber daya
untuk mencapai hasil yang penting. Secara jelasnya,
Management yang baik juga bekerja secara erat dengan
kepemimpinan yang baik.
Knowledge Management yang sukses membutuhkan suatu
gaya management yang terbuka dimana mendorong sharing
pada organisasi. Pada tingkat makro, cara organisasi
mendukung knowledge workers-nya melalui kebijakan untuk
karyawan dan praktik juga mempengaruhi kapasitas knowledge
workers untuk melakukan aktivitas yang diharapkan.
35
b. Technological Infrastructure
Technological Infrastructure menyediakan suatu
mekanisme dimana orang dapat berbagi dan transfer informasi
dan Knowledge. Sistem ini memungkinkan pencatatan,
transmisi, dan ekstraksasi dari data untuk tujuan yang berbeda.
Perubahan dan modifikasi Knowledge menghasilkan
pendekatan yang baru dan lebih baik dari permasalahan dan
tantangan-tantangan yang ada. Proses ini mengandalkan
kefleksibelan dan kemampuan respon sistem sehingga
tantangan Knowledge mungkin untuk di-capture dan di-
maintain. Hambatan pun juga dapat berasal dari sistem yang
beroperasi pada struktur teknikal yang berbeda, seperti halnya
dengan adanya pembatasan akses pada penggunaan sistem.
Technological Infrastructure dapat menjadi suatu komponen
kunci dari kesuksesan suatu strategi Knowledge Management
ataupun penghambat utama, bergantung kepada pendekatan
organisasi dan kebijakan Knowledge.
• Library dan Information Service
Organisasi yang besar dapat mengidentifikasi library
dan information service sebagai elemen kunci dari
strategi Knowledge-nya. Layanan ini berfokus pada
dukungan individu kepada user, memungkinkan akses
kepada sumber daya yang mendukung penciptaan dan
abstraksasi Knowledge. Layanan library akan efektif
36
jika harus terhubungkan dengan user-nya, memonitor
kebutuhan-kebutuhan perubahan, profil dan prioritas
kerja. Selain itu, juga untuk beroperasi sebagai layanan
central atau decentralised atau merupakan kombinasi
dari kedua pendekatan tersebut.
• Records Management
Perusahaan mempunyai records dalam kuantitas yang
sangat besar hingga perlu untuk di-manage,
identifikasikan, dibuat catalog dan disimpan sehingga
dapat diperoleh kembali ketika dibutuhkan. Dalam
organisasi yang kurang terstruktur, data ini biasanya
terdapat dalam suatu kotak dibawah meja, tersimpan
dalam lemari berkas kecil, ataupun terdapat dalam
masing-masing perangkat komputer yang ada.
Sedangkan pada lingkungan yang terstruktur dengan
baik, dapat berupa kebijakan-kebijakan, karyawan
melakukan fungsi records management, dan petunjuk
yang jelas atas apa yang boleh dan tidak boleh diakses.
Banyak aspek dari penciptaan Knowledge menjadi
elemen-elemen dari records di masa yang akan datang.
c. Social Infrastructure
Social Infrastructure membantu menciptakan suatu
hubungan yang kuat diantara proses capturing dan sharing
knowledge dengan prioritas strategi perusahaan, membantu
37
proses pengarahan dan mendukung interaksi sosial dan
professional diantara anggota organisasi dengan kolega, klien
dan sebagainya. Social Infrastructure pun membantu
menciptakan arti dan tujuan dari aktivitas yang dilakukan, juga
memberikan petunjuk atas pemahaman para anggota sebagai
prioritas yang penting secara strategi. Infrastructure ini juga
menawarkan pemahaman kepada konteks Knowledge,
mencakup nilai dan prioritas yang sebaiknya dijalankan.
b) Arsitektur
Gambar 2.10 Seven layer of Knowledge Management System (Sumber: Tiwana, 2002)
38
- Interface layer
Ini merupakan penghubung lapisan tertinggi antara orang dengan
sistem manajemen pengetahuan yang berfungsi menciptakan,
menggunakan, menemukan kembali dan berbagi pengetahuan.
- Access and authentication layer
Ini merupakan lapisan yang membuktikan keaslian pengguna siapa
yang mengakses database ini, menyediakan keamanan untuk
mencegah pengakses yang tidak sah dan menyediakan cadangan
apabila ada pihak yang akan merusak database tersebut.
- Collaborative filtering and intelligence layer
Lapisan ini berisi sarana untuk meminta data sesuai permintaan,
mencari, mengindeks dan sebagainya.
- Application layer
Lapisan ini berisi tempat penyimpanan keterampilan, yellow pages,
sarana berkolaborasi, piranti keras dan lunak konferensi yang
menggunakan video, whiteboard digital, electronic forum dan
sebagainya.
- Transport layer
Lapisan ini memuat teknologi seperti web server, email server,
pendukung untuk alur video dan audio dan sebagainya.
- Middleware and legacy-integration layer
Legacy System merupakan mainframe atau sistem komputer yang
sudah ada. Middleware dalam hal ini berfungsi menghubungkan
format data lama dengan yang baru.
39
2.10.2 Tahapan Implementasi
Menurut Turner, G., & Minonne, C. (2010), terdapat lima tahapan
dari pengembangan dan implementasi Knowledge Management System,
yaitu:
Gambar 2.11 Knowledge Maturity model (Sumber: Turner, G., & Minonne, C., 2010)
Stage 1
Dalam stage 1 ini, hal yang mendasar dari Knowledge
Management telah mulai untuk dapat dimengerti. Perbedaan
antara Knowledge Management dengan information
Management sudah dapat mulai dipahami dengan jelas oleh
beberapa divisi dalam group. Selain itu, satu hal yang bisa
didapatkan dari Knowledge Management mulai dibahas dan
menjadi perhatian bagi pimpinan group dan jajaran manager
dalam group pada setiap divisinya. Pada stage 1 ini, belum
terdapat standart pada pengukuran dan metric yang digunakan.
40
Stage 2
Dalam stage 2 ini, program Knowledge Management sudah
dapat mulai di jalankan secara resmi. Dukungan dari divisi
yang terdapat dalam group sudah mulai terlihat, dan model dari
Knowledge Management sudah ditetapkan. Kegiatan untuk
eksplorasi Knowledge telah mendapatkan dukungan dari
pimpinan group, dan mulai di promosikan kepada para pekerja
dalam group pada setiap divisinya. Pada stage 2 ini, struktur
Knowledge yang ada didalam group sudah mulai terbentuk,
dengan harapan akan adanya Knowledge-Knowledge baru yang
masuk dalam repository knowledge group. Pada stage 2 ini,
beberapa metric pengukuran kualitatif mulai digunakan untuk
mengawali implementasi Knowledge Management lebih lanjut
didalam group.
Stage 3
Dalam stage 3 ini, personil dalam tim Knowledge Management
telah ditetapkan, dan dana sudah dapat dialokasikan untuk
dapat menjalankan dan mengembangkan proyek Knowledge
Management. Dalam stage 3 ini, aktivitas dari pengumpulan
Knowledge telah memasuki tahapan dalam Knowledge
innovation. Dengan demikian, group mengakomidasikan ide-
ide dan Knowledge baru, asimilasi dari Knowledge-Knowledge
yang ada di dalam group, dan penciptaan inovasi-inovasi baru.
Dimana pada stage 3 ini, metric pengukuran yang hampir
41
semuanya berbentuk kualitatif, ditambah beberapa metric
pengukuran kuantitatif digunakan untuk mengukur efektivitas
dan efesiensi dari implementasi Knowledge Management.
Stage 4
Dalam stage 4 ini, Knowledge Management sudah menjadi
bagian dari proses bisnis dalam group. Knowledge
dissemination mulai dilaksanakan dan dipromosikan secara
aktif dalam group. Fokus dari Knowledge dissemination adalah
membangun strategi untuk menyebarkan Knowledge yang
tersimpan didalam perusahaan dan bagaimana cara mengubah
explicit knowledge yang tersimpan didalam perusahaan menjadi
tacit knowledge bagi para staff dalam group. Dalam stage 4 ini,
gabungan antara metric pengukuran kualitatif dan kuantitatif
digunakan untuk mengukur efektivitas dan efesiensi dari
implementasi Knowledge Management.
Stage 5
Dalam stage 5 ini, Knowledge Management sudah menjadi
bagian dari pengembangan strategi group. Group mulai
mengimplementasikan knowledge automation yang
menggunakan sistem dan teknologi informasi secara maksimal
untuk otomatisasi proses pengembangan Knowledge. Fokus
utama dalam stage ini adalah segi ekonomis dan efisiensi dari
pemanfaaan sistem Knowledge Management dan peningkatan
efisiensi dan efektivitas dari manajemen Asset Knowledge
42
group. Metric pengukuran atau dapat dikatakan sebagai Key
Performance Indicator (KPI) kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan untuk mengukur kinerja dari sistem Knowledge
Management dan mengukur efektivitas dan efesiensi terhadap
strategi Knowledge Management yang telah di
implementasikan oleh group.
2.10.3 Membentuk Team Knowledge Management
Pada tahap ini anggota tim KM harus ambil dari berbagai area
fungsional dan departemen yang berbeda dari perusahaan Tujuan dari
langkah merancang tim Knowledge Management adalah mengidentifikasi
stakeholder, menentukan sumber untuk bidang tertentu (expert), memilih
project leader yang berpengalaman, mengidentifikasi keterlibatan antara
end-user dengan manajemen, dan menyeimbangkan tim manajemen
dengan teknologi.
2.10.4 Knowledge Management System Blueprint
Merancang Knowledge Management System secara keseluruhan
baik hardware, software, jaringan dan design dari database.
‐ Hardware: kebutuhan komputer untuk web server,
application server dan database server
‐ Software: Platform yang digunakan untuk men-develop
Knowledge Management System
43
‐ Jaringan yang digunakan: WAN (Wide Area Network),
LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan Area
Network)
2.10.5 Prototype
Menurut Mcleod, Schell. (2007), pola pengembangan sistem selalu
meninjau kembali dan mengulang pekerjaan tersebut sampai mendapatkan
sistem yang memenuhi kebutuhan para penggunanya. Sedangkan definisi
menurut Mcleod, Schell. (2007) adalah suatu versi sistem potensial yang
disediakan bagi pengemban dan calon pengguna yang dapat memberikan
gambaran bagaimana kira-kira sistem tersebut akan berfungsi bila telah
disusun dalam bentuk yang lengkap. Proses dalam memproduksi suatu
Prototype dapat disebut sebagai Prototyping. Dengan tujuan untuk
menghasilkan Prototype secepat mungkin, bahkan dalam satu malam, dan
memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan
Prototype untuk tingkatan secepat mungkin. Proses ini bisa diulang
beberapa kali sehingga menghasilkan Prototype yang dianggap sempurna.
2.11 Deployment
Perencanaan dalam Deployment suatu Knowledge Management System
sangat diperlukan karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
kesuksesannya. Berawal dari tiga inti dari Knowledge Management yaitu People,
Process, dan Technology, perencanaan dibuat secara menyeluruh melingkupi
ketiga aspek inti tersebut. Tiwana, Amrit (2002), mengatakan bahwa tahapan ini
44
merupakan tahapan yang vital karena niat dan teknologi terbaik pun tidak akan
mampu menyelamatkan suatu Knowledge Management System dari kegagalan jika
tanpa perencanaan Deployment yang baik.
2.12 Evaluasi Knowledge Management
Evaluasi merupakan suatu tahapan yang sangat penting untuk semua
strategi Knowledge Management. Menurut Debowski (2006, p.273), evaluasi
menyediakan kesempatan untuk menganalisis strategi yang sekarang dan
memonitor tanggapan dari para pengguna dan efek terhadap bisnis proses dan
hasil yang didapatkan. Hal ini dapat diartikan bahwa evaluasi terbagi dalam dua
fungsi utama, pertama untuk mengetahui cara dalam menerapkan Knowledge
Management yang efektif dan bagaimana meningkatkan efektifitas. Dan yang
kedua, evaluasi harus dapat mendokumentasikan pengaruh dan keuntungan dari
Knowledge Management untuk memastikan sponsorship terhadap inisiatif
Knowledge dapat terus berlanjut.
2.12.1 Prinsip Dasar
Setiap proses utama dalam organisasi haruslah secara regular
dilakukan evaluasi. Hal ini dibutuhkan untuk memantau keberhasilan dan
untuk mengidentifikasi masalah yang harus segera diselesaikan
secepatnya. Hal ini tentu dengan melihat dari dua bagian bentuk
evaluation, yaitu Formative evaluation dan Summantive evaluation.
Pertama, Debowski (2006, p.273) Formative evaluation
dilaksanakan selama proses pengembangan, identifikasi masalah harus
diselesaikan kembali atau dikonfirmasikan apakah inisiatifnya harus
45
dilanjutkan atau dibatalkan. Selanjutnya yang kedua, Debowski (2006,
p.273) Summantive evaluation adalah pelaporan dari hasil yang didapatkan
dari semua proses, secara umum untuk tujuan perhitungan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam evaluasi adalah:
• Menyediakan waktu dan feedback yang akurat dari efektivitas
strategi Knowledge yang berjalan
• Mendapatkan informasi dari hasil strategi Knowledge
• Mengidentifikasikan masalah yang harus diselesaikan
• Melakukan perhitungan dari investasi organisasi dalam
Knowledge Management
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam proses evaluasi, adalah:
• Apa yang harus dievaluasi?
• Apa yang harus diukur?
• Bagaimana dan kapan evaluasi dilakukan secara konduktif?
• Siapalah yang berkontribusi untuk melakukan evaluasi?
• Bagaimana hasilnya dapat digunakan?
2.12.2 Evaluasi Prototype Dengan Kuesioner
Menurut Kothari, C.R. (2004, p.100), suatu kuesioner terdiri dari
beberapa pertanyaan yang dicetak dengan urutan tertentu pada suatu
formulir. Kuesioner diberikan kepada responden yang diharapkan untuk
dapat membaca dan mengerti dalam pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
dan menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan untuk
46
kegunaan kuesioner itu sendiri. Berikut merupakan beberapa keunggulan
dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik kuesioner, yaitu:
1. Biayanya kecil walaupun populasinya besar dan tersebar secara
geografis
2. Bebas dari bias seperti interview, bias dimana responden dapat
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
3. Responden mempunyai cukup waktu untuk memberikan
jawabannya.
4. Responden yang tidak mudah dijangkau, dapat dijangkau dengan
lebih baik.
5. Sample yang besar dapat digunakan dengan hasil yang didapat
lebih handal.
Selain hal tersebut, kuesioner juga memiliki kelemahan, antara lain:
1. Tingkat pengembalian yang relative kecil
2. Cenderung digunakan ketika responden diedukasi dan dapat
bekerja sama
3. Kontrol dari kuesioner mungkin hilang ketika didistribusikan.