BAB 2 LANDASAN TEORI -...

69
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu penyelesaian, utilitasi kapasitas, dan perencanaan beban. Rencana produksi dalam hal ini harus terkoordinasi dengan perencanaan perusahaan. Ada beberapa tipe perencanaan produksi. Berdasarkan periode waktunya, akan ada perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan periode jangka pendek. Ketiga jenis perencanaan ini memerlukan proses perencanaan yang berbeda (juga input dan output- nya) satu sama lain (Gasperz, 2001, p. 125). Pada dasarnya terdapat empat tingkat dalam hierarki perencanaan prioritas dan kapasitas yang terintegrasi, antara lain (Gasperz, 2001, p. 127) : 1. Perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan sumber daya. 2. Penjadwalan produksi induk (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) 3. Perencanaan kebutuhan material (MRP) dan perencanaan kebutuhan kapasitas (CRP) 4. Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) dan pengendalian Input/Output serta Operations Sequencing Perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan tingkat output manufacturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan dan inventori yang diinginkan. Rencana produksi mendefinisikan tingkat manufacturing, biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk periode satu tahun atau lebih, untuk

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu

penyelesaian, utilitasi kapasitas, dan perencanaan beban. Rencana produksi dalam hal ini

harus terkoordinasi dengan perencanaan perusahaan. Ada beberapa tipe perencanaan

produksi. Berdasarkan periode waktunya, akan ada perencanaan jangka panjang,

perencanaan jangka menengah, dan perencanaan periode jangka pendek. Ketiga jenis

perencanaan ini memerlukan proses perencanaan yang berbeda (juga input dan output-

nya) satu sama lain (Gasperz, 2001, p. 125).

Pada dasarnya terdapat empat tingkat dalam hierarki perencanaan prioritas dan

kapasitas yang terintegrasi, antara lain (Gasperz, 2001, p. 127) :

1. Perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan sumber daya.

2. Penjadwalan produksi induk (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP)

3. Perencanaan kebutuhan material (MRP) dan perencanaan kebutuhan kapasitas

(CRP)

4. Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) dan pengendalian Input/Output serta

Operations Sequencing

Perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan tingkat output

manufacturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan

dan inventori yang diinginkan. Rencana produksi mendefinisikan tingkat manufacturing,

biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk periode satu tahun atau lebih, untuk

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

12  

setiap kelompok produk. Perencanaan kebutuhan sumber daya (RRP) merupakan proses

yang mengevaluasi rencana produksi guna menentukan sumber daya jangka panjang

seperti tanah, fasilitas, mesin-mesin dan tenaga kerja adalah tersedia (Gasperz, 2001, p.

128).

Penjadwalan produksi induk (MPS) dan rough cut capacity planning (RCCP)

merupakan perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas pada hierarki level taktikal

(level 2). MPS menguraikan rencana produksi untuk menunjukkan kuantitas produk

akhir yang akan diproduksi untuk setiap periode waktu (biasanya mingguan apabila

menggunakan sistem MRP II atau harian apabila menggunakan sistem JIT sepanjang

horizon perencanaan taktis (biasanya satu tahun). Apabila rencana produksi

menunjukkan tingkat produksi untuk kelompok produk, MPS menjadwalkan kuantitas

spesifik dari produk akhir dalam periode waktu spesifik (Gasperz, 2001, p. 128).

Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya yang

direncanakan adalah cukup untuk melaksanakan MPS. RCCP menggunakan definisi dari

unit product loads yang disebut sebagai: profil produk-beban (product-load profiles,

bills of capacity, bills of resource, atau bills of labor). Penggandaan beban per unit

dengan kuantitas produk yang di jadwalkan per periode waktu akan memberikan beban

total per periode waktu untuk setiap pusat kerja (work place) (Gasperz, 2001, p. 128).

Material Requirement Planning (MRP) mengembangkan pesanan-pesanan yang

direncakan untuk bahan baku, komponen, dan subassemblies yang dibutuhkan untuk

memenuhi MPS. MRP juga merekomendasikan penjadwalan ulang terhadap open orders

apabila due dates dan need dates tidak sama. Perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity

requirement planning/CRP) membandingkan kapasitas yang dibutuhkan terhadap

projected available capacity untuk open manufacturing orders dan planned

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

13  

manufacturing orders yang dihasilkan oleh sistem MRP. CRP menggunakan routing

files dan informasi pusat kerja untuk menghitung beban yang dijadwalkan pada pusat-

pusat kerja, dengan mengasumsikan infinite capacity (Gasperz, 2001, p. 129).

Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) mengembangkan jadwal jangka pendek

yang terperinci dengan menggunakan component due dates dan MRP dan detailed

routings. Jadwal PAC biasanya dalam bentuk hari atau kadang-kadang jam, dan

cenderung mencakup waktu dari satu sampai tiga bulan. PAC melibatkan perencanaan,

pengeluaran, dan pengendalian pesanan-pesanan manufacturing. Pengendalian

input/output memantau kuantitas dari pekerjaan yang dating pada pusat kerja dan yang

meninggalkan pusat kerja itu. Perencana produksi membandingkan aktual pekerjaan

yang tiba dan banyaknya yang diselesaikan, kemudian mengambil tindakan korektif

seperti menambah jam kerja lembur (overtime), mentransfer pekerja di antara pusat-

pusat kerja, alternate routings terhadap transfer beban ke pusat kerja lain, atau

melakukan splitting dan/atau overlapping operations (Gasperz, 2001, p. 129).

Proses perencanaan produksi dapat dikemukakan melalui empat langkah utama,

sebagai berikut (Gasperz, 2001, pp. 130-131) :

1. Mengumpulkan data yang relevan dengan perencanaan produksi, seperti sales

forecast yang bersifat tidak pasti dan pesanan-pesanan (orders) yang bersifat pasti

selama periode tertentu.

2. Mengembangkan data yang relevan menjadi informasi yang teratur

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

14  

Tabel 2. 1 Contoh Informasi untuk Perencanaan Produksi

Deskripsi Periode waktu (bulan)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Ramalan penjualan

2. Pesanan (orders)

3. Permintaan

Total = 1 + 2

4. Rencana produksi

5. Rencana Inventori

Keterangan :

periode 0 adalah periode lalu. Informasi yang berkaitan dengan inventori awal yang

ada ditempatkan pada periode 0. Total permintaan merupakan kuantitas yang

dibutuhkan pada periode waktu tertentu dan rencana produksi harus mengacu pada

informasi ini. Dalam sistem JIT, total permintaan merupakan sasaran yang harus

dicapai, dimana produksi harus mampu memenuhi total permintaan itu dengan

meminimumkan atau meniadakan inventori (konsep zero inventory) dan

meminimumkan atau meniadakan backlog atau hutang produksi

3. Menentukan kapabilitas produksi, berkaitan dengan sumber-sumber daya yang ada.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

15  

4. Melakukan partnership meeting yang dihadiri oleh manajer umum, manajer PPIC,

manajer produksi, manajer pemasaran, manajer keuangan, manajer rekayasa

(engineering) dan manajer-manajer lain yang dianggap relevan.

2.2 Pengendalian Produksi

Proses perencanaan dan pengendalian mencakup aktivitas-aktivitas : 1)

merencanakan (plan); 2) melaksanakan (execute); 3) melakukan pengukuran (measure)

dan 4) mengambil tindakan korektif (correct) seperti fire fighting, fire prevention dan

revise the plan. Proses perencanaan dan pengendalian manufaktur dapat digambarkan

secara hirarki dimulai dari urutan tertinggi sampai terendah dalam hirarki perencanaan

prioritas (priority planning) sebagai berikut (Gasperz, 2001, p. 224) :

1. Business planning

Merupakan rencana strategis jangka panjang (long range strategic plan) yang

bersifat menyeluruh (broad term) dan dilakukan oleh manajemen puncak (top

management).

2. Production planning

Merupakan rencana jangka menengah (medium range plan) yang dilakukan

terhadap kelompok produk (product group) yang menetapkan tingkat produksi

(production rates), melakukan pengelolaan inventory/backlog (management of

inventory/backlog), serta melakukan perencanaan kebutuhan sumber-sumber daya

(resource requirements planning).

3. Master scheduling (MPS)

Merupakan rencana penjadwalan yang mencakup aktivitas-aktivitas seperti final

level of master planning , perencanaan proses yang mencakup ramalan permintaan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

16  

(forecast demand), production leveling, inventory and backlog, adjustments, new

product introductions, serta perhitungan on hand, on order, actual demand, safety

stock. Hasil-hasil dari proses MPS seperti kuantitas yang diproduksi berbasis

nomor-nomor parts (parts number) atau berbasis periode waktu mingguan/bulanan

dan menetapkan horizon perencanaan harus lebih lama dari longest lead time.

4. Material requirement planning (MRP)

Merupakan rencana kebutuhan material dengan cara menghitung item-item apa

yang dibutuhkan, berapa banyak dan kapan dibutuhkan dengan mempertimbangkan

on hand, on order, dan safety stock.

5. Production activity control (PAC)

Merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan dan pengendalian manufacturing

dengan melakukan aktivitas-aktivitas, membuat jadwal dan rencana terperinci,

memeriksa ketersediaan sumber daya, mengeluarkan pesanan-pesanan produksi

atau pembelian, memperoleh umpan balik untuk pembaharuan atau penyesuaian-

penyesuaian.

2.3 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang

yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang

dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak

terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan

permintaannya relatif kecil, tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi

permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis (Nasution, 2006, p. 235).

Peramalan dibagi ke dalam tiga kelompok (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 30) :

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

17  

1. Peramalan jangka panjang umumnya 2 sampai 10 tahun.

Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya

2. Peramalan jangka menengah umumnya 1 sampai 24 bulan.

Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya

digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi dan penentuan

anggaran.

3. Peramalan jangka pendek umumnya 1 sampai 5 minggu.

Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya

lembur, penjadwalan kerja dan lain-lain keputusan untuk pengontrolan jangka

pendek.

Permintaan merupakan hasil dari faktor yang saling berinteraksi dalam pasar.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan di luar kendali perusahaan antara lain (Nasution,

Manajemen industri, 2006, p. 237) :

1. Siklus bisnis

Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan

permintaan akan suatu produk dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk

siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, dan masa pemulihan.

2. Siklus hidup produk

Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva

S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, di mana siklus

hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase

kematangan, dan akhirnya fase penurunan.

3. Faktor-faktor lain

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

18  

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari

pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri

oleh perusahaan, seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran periklanan, dan

kebijaksanaan secara kredit.

Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain

akurasi, biaya dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria tersebut adalah :

• Akurasi

Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan kekonsistenan

peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu

tinggi atau terlalu rendah dibandingkan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil

peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan relatif kecil (Ginting, 2007).

Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan

persediaan yang ideal (meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimasi

tingkat pelayanan) (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 32).

• Biaya

Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari

jumlah item yang diramalkan lamanya periode peramalan dan metode peramalan

yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa

banyak datanya (manual atau komputerisasi) bagaimana penyimpanan datanya dan

siapa tenaga ahli yang diperbantukan (Ginting, 2007, p. 33). Pemilihan metode

peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang

ingin di dapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode

yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

19  

dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari

Hukum Pareto (Analisa ABC) (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 33).

• Kemudahan.

Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah

diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma

memakai metode yang canggih tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem

perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan

teknologi (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 33).

2.3.1 Teknik Peramalan

Secara umum model peramalan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok

utama, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dikelompokkan

ke dalam dua bagian utama yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Nasution & Prasetyawan,

2008, p. 36).

Model peramalan yang digolongkan sebagai model peramalan kualitatif adalah

(Gasperz, 2001) :

1. Dugaan manajemen (manajemen estimate), peramalan didasarkan pada

pertimbangan manajemen, umumnya manajemen senior. Teknik ini akan

dipergunakan dalam situasi dimana tidak ada alternatif lain dari model peramalan

yang dapat diterapkan.

2. Riset pasar (market research), peramalan dari hasil-hasil dari survey pasar yang

dilakukan oleh tenaga-tenaga pemasar produk yang mewakilinya. Riset pasar tidak

hanya akan membantu untuk peramalan, tetapi juga untuk meningkatkan desain

produk dan perencanaan untuk produk-produk baru.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

20  

3. Metode kelompok terstruktur (structured group methods), seperti metode Delphi.

Metode Delphi merupakan teknik peramalan berdasarkan pada konvergensi dari

opini beberapa orang atau ahli secara iteraktif tanpa menyebutkan identitasnya.

4. Analogi historis (historical analogy), merupakan teknik peramalan berdasarkan

pola data masa lalu dari produk-produk yang dapat disamakan secara analogi.

Sedangkan metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan menjadi sebagai berikut

(Ginting, 2007, pp. 43-44) :

1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antar

variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret

waktu atau “time-series”.

2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan

variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya, yang

bukan waktu yang disebut metode korelasi atau sebab akibat (causal method).

 

Gambar 2. 1 Penggolongan Model-Model Peramalan

Keterangan :

• Metode kualitatif berdasarkan intuisi atau pertimbangan

• Metode kuantitatif berdasarkan analisis hubungan numerik dari data

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

21  

• Intrinsik berdasarkan pada pola historis dari data itu sendiri

• Ekstrinsik berdasarkan pada pola-pola eksternal

Analisis deret waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu tersebut terdiri dari

komponen-komponen trend (T), Siklus/cycle (C), pola musiman/season (S), dan variasi

acak/random (R) yang akan menunjukkan suatu pola tertentu. Komponen-komponen

tersebut kemudian dipakai sebagai adsar dalam membuat persamaan matematis. Analisa

deret waktu ini sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan

di masa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan

pola tersebut masih akan tetap berlanjut (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 39).

Permintaan dimasa lalu pada analisa deret waktu akan dipengaruhi keempat

komponen utama T, C, S dan R. penjelasan tentang komponen-komponen tersebut

adalah sebagai berikut :

1. TREND/KECENDERUNGAN (T). Trend merupakan sifat dari Permintaan dimasa

lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun,

atau konstan.

2. SIKLUS/CYCLE (C). Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang

berulang secara periodic, biasanya lebih dari satu tahun, sehingga pola ini tidak

perlu dimasukkan dalam peramalan angka pendek. Pola ini amat berguna untuk

peramalan jangka menengah dan jangka panjang.

3. POLA MUSIMAN/SEASON (S). Fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik

turun di sekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini biasanya

disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya keagamaan yang

akan berulang secara periodic setiap tahunnya.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

22  

4. VARIASI ACAK/RANDOM (R). Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola

bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya

perusahaan pesaing, promosi khusus, dan kejadian-kejadian lainnya yang tidak

mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka menentukan

persediaan pengamanan untuk mengantisipasi kekurangan permintaan.

Analisis deret waktu dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Moving Average (rata-rata bergerak)

Moving Average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa

data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan teknik MA ini adalah

untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya

dengan waktu (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 40)

Secara sistematis, maka MA akan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

MA = … (1)

Dimana:

= permintaan actual pada periode - t

N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan

Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan MA berikutnya selalu dihitung

mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka:

MAt = MAt-1 + (2)

2. Rata-rata bergerak dengan bobot (weight moving average = WMA)

Secara sistematis, WMA dapat dinyatakan sebagai berikut (Nasution &

Prasetyawan, 2008, p. 43) :

WMA = ∑ (3)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

23  

Dimana:

Wt = bobot permintaan actual pada periode tertentu - t

At = permintaan actual pada periode - t

Dengan keterbatasan bahwa:

∑ = t (4)

3. Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup

banyak dapat diatasi dengan teknik ES. Model matematis ES ini dapat

dikembangkan dari persamaan berikut (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 44) :

Ft = Ft-1 + (5)

Dimana bila data permintaan actual yang lama At-N tidak tersedia, maka dapat

digantikan dengan nilai pendekatan yang berupa nilai pendekatan yang berupa nilai

ramalan sebelumnya (Ft-1), sehingga persamaan diatas dapat dituliskan menjadi :

Ft = Ft-1 + (6)

Atau

Ft = 1 (7)

4. Pemulusan Eksponensial dengan unsure stationer, trend, dan musiman (metode

Winter)

Teknik MA dan ES sederhana yang telah dijelaskan di depan hanya tepat bila

datanya stasioner. Bila data permintaan bersifat musiman dan mempunyai trend,

maka dapat diselesaikan dengan salah satu teknik ES yang biasa disebut Metode

Winter (WM).

a. Model Winter dengan Trend

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

24  

Model winter menggunakan model trend dari Holt, dimana model ini dimulai

dengan perkiraan trend sebagai berikut (Nasution & Prasetyawan, 2008, p. 47)

:

Tt = 1 (8)

Dimana β merupakan konstanta pecahan, Tt adalah perkiraan trend pada

periode-t dan Ft adalah rata-rata eksponensial pada periode - t. dalam

memperbaharui rata-rata eksponensial ditambah trend, sehingga (Nasution &

Prasetyawan, 2008, p. 47) :

ft = Ft-1 + Tt-1 (9)

b. Model Winter dengan Faktor Musiman

Pola-pola dari permintaan musiman merupakan karakteristik dari beberapa

rangkaian permintaan, seperti peningkatan permintaan sirup dan kue pada

musim lebaran, peningkatan permintaan jas hujan pada musim penghujan dan

sebagainya. Proses umum dari permintaan musiman ini dapat dinyatakan

dalam persamaan matematis sebagai berikut (Nasution & Prasetyawan, 2008,

p. 49) :

At = μ.δt + εt (10)

Di mana μ adalah tingkat permintaan rata-rata, δ adalah faktor musiman, dan

�t adalah distribusi permintaan normal dengan mean nol.

c. Metode Winter lengkap

Dalam pengembangannya, model ini secara lengkap mempunyai empat

persamaan utama, yaitu (Nasution & Prasetyawan, 2008, pp. 52-53) :

Ft = 1 (11)

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

25  

Tt = 1 (12)

It = 1 (13)

Ft+1 = (14)

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat peramalan, yaitu

(Nasution, Manajemen industri, 2006, p. 239) :

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi

ketidakpastian yang akan terjadi tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian

tersebut.

2. Peramal seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan. Ini

berarti bahwa karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting

bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin

terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal

ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang

periode peramalan, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan pada

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

2.3.2 Pengukuran Kesalahan Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan

merupakan ukuran kesalahan peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan

antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang

biasa digunakan, yaitu (Nasution & Prasetyawan, 2008, pp. 34-35) :

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

26  

1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan

kenyataannya. Secara matematika MAD dirumuskan sebagai berikut :

MAD = ∑ (15)

dimana :

At = Permintaan Aktual pada periode t

Ft = Peramalan Permintaan (Forecast) pada periode t

n = Jumlah periode peramalan yang terlibat

2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada

setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara

matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

MSE = ∑ (16)

3. Rata-rata kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama periode

tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bias, maka

nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua

kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah

periode peramalan. Secara matematis, MFE dinyatakan sebagai berikut :

MFE = ∑ (17)

4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error =

MAPE)

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

27  

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti

dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil

peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan

memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Banyak peneliti, seperti Chatfield (1998) mempercayai bahwa pengukuran

kesalahan lainnya tidak mendukung keakuratan dari pengukuran, karena sejumlah

besar observasi dapat mendominasi pengukuran dan sulit untuk meneliti kesalahan

secara mendetil (Ren & Glasure, 2009). Pada MFE, nilai error bisa terkadang

positif dan negatif yang mempertentangkan satu sama lain sehingga nilai MFE tidak

mencerminkan error yang sesungguhnya. Pada MAD, jumlah mutlak dari sebuah

error sulit untuk mempertentangkan apakah error positif atau negatif, karena kedua

hal itu sama-sama memiliki arti ketidakakuratan. Pada MSE, sama halnya dengan

MAD, hanya saja MSE dalam bentuk pengkuadratan deviasi (Saputra & Suef,

2005).

Secara sistematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

MAPE = ∑ At - (18)

5. Tracking Signal

Tracking signal adalah suatu metode yang menunjukkan keandalan suatu

peramalan. Tracking signal memiliki pusat nol. Tracking signal yang mendekati nol

akan semakin baik, berarti positive error dan negative error nya seimbang.

Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan lebih

besar dari ramalan, sedangkan tracking signal yang negatif berarti nilai aktual

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

28  

permintaan lebih kecil dari ramalan. Secara sistematis, tracking signal dapat

dirumuskan sebagai berikut (Gasperz, 2001, p. 81) :

TS = RSFE MAD

(19) 

TS = ∑ – (20)

2.4 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah sebuah pembelajaran mengenai pengukuran dari

sampel waktu kerja yang diamati pada sejumlah waktu tertentu. Dengan pengukuran

waktu kerja, maka kita bisa mengetahui perencanaan sumber daya manusia, produksi

dan material dengan tepat bahkan biaya yang dikeluarkan dapat ditekan. Untuk

menentukan waktu kerja ini, harus memperhatikan faktor-faktor yang ada pada pekerja

dan kondisi perusahaan (Thomas, 2006).

2.4.1 Perhitungan Waktu Siklus

Perhitungan waktu siklus rata-rata didapat dengan cara sebagai berikut :

Ws = ∑ (21)

Dimana X1 adalah jumlah dari waktu siklus dari satu jenis elemen kegiatan yang

dilakukan saat pengamatan. N adalah banyaknya percobaan pengukuran satu jenis

elemen kegiatan yang dilakukan (Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979,

p. 137).

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

29  

2.4.2 Perhitungan Waktu Normal

Perhitungan waktu normal didapat dengan cara sebagai berikut :

Wn = Ws x p (22)

Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur

berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil

perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu

siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor

penyesuaiannya p sama dengan 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika

bekerjanya terlalu lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus member harga

p1, dan sebaliknya p1, jika dianggap bekerja cepat. (Sutalaksana, Anggawisastra, &

Tjakraadmadja, 1979, p. 137).

Weshinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap memnetukan

kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja

dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilai masing-masing

(Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979, p. 140).

Keterampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja

yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai

ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat

diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan

aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan dapat menurun yaitu bila

telah terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain

seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh

lingkungan sosial dan sebagainya (Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979,

p. 140).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

30  

Untuk usaha Effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan ciri

masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang

ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Dari uraian diatas

terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha. Dalam prakteknya banyak

terjadi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah bekerja dengan usaha yang lebih

sungguh-sungguh sebagai imbangannya. Kadang-kadang usaha ini begitu besarnya

sehingga tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan. Sebaliknya seseorang yang

mempunyai keterampilan tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak didukung

dihasilkannya performance yang lebih baik. Jadi walaupun hubungan antara “kelas

tinggi” pada keterampilan dengan usaha tampak erat sebagaimana juga dengan kelas-

kelas rendah (misalnya Exellent dengan excellent, Fair dengan Fair dan selanjutnya),

kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah didalam pelaksanaan

pekerjaan. Karenanya cara Westinghouse memisahkan faktor keterampilan dari usaha

dalam rangka penyesuaian (Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979, pp.

142-144).

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada cara Westinghouse

adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan

kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha dan konsisten

merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu

diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan

merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen,

karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya

(Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979, p. 144).

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

31  

Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor ini

perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka

yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja

selalu berubah-berubah dari siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari

ke hari. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika

variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan (Sutalaksana, Anggawisastra,

& Tjakraadmadja, 1979, p. 144).

Tabel 2. 2 Penyesuaian menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan

Superskil A1 + 0.15 A2 + 0.13

Excellent B1 + 0.11 B2 + 0.08

Good C1 + 0.06 C2 + 0.03

Average D 0.00

Fair E1 - 0.05 E2 - 0.10

Poor F1 - 0.16 F2 - 0.22

Usaha

Excessive A1 + 0.13 A2 + 0.12

Excellent B1 + 0.10 B2 + 0.08

Good C1 + 0.05 C2 + 0.02

Average D 0.00

Usaha Fair E1 - 0.04

E2 - 0.08

Poor F1 - 0.12 F2 - 0.17

Kondisi Kerja

Ideal A + 0.06 Excellently B + 0.04

Good C + 0.02

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

32  

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Kondisi Kerja

Average D 0.00 Fair E - 0.03 Poor F - 0.07

Konsistensi

Perfect A + 0.04 Excellent B + 0.03

Good C + 0.01 Average D 0.00

Fair E - 0.02 Poor F - 0.04

2.4.3 Perhitungan Waktu Baku

Akhirnya setelah perhitungan diatas selesai, waktu baku bagi penyelesaian

pekerjaan kita dapatkan dengan

Wb = Wn + 1 (23)

Dimana l adalah kelonggoran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Di dalam praktek banyak terjadi

penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran

dan menghitung rata-ratanya, namun di samping itu, untuk mengukur waktu baku perlu

memperhatikan penyesuian dan kelonggaran. Setelah melakukan penyesuaian seperti

sub bab lalu maka penting untuk melakukan pengukuran kelonggaran. Kelonggaran ini

diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan

gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh pekerja

(Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraadmadja, 1979, pp. 137-144).

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

33  

Tabel 2. 3 Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1. Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk tanpa beban   

2. Sangat Ringan Bekerja di meja, berdiri 0.00 - 2.25 kg 0.0 - 6.0 0.0 - 6.0 3. Ringan Menyekop, ringan 2.25 - 9.00 6.0 - 7.5 6.0 - 7.5 4. Sedang Mencangkul 9.00 - 18.00 7.5 - 12.0 7.5 - 16.0 5. Berat Mengayun palu yang berat 19.00 - 27.00 12.0 - 19.0 16.0 - 30.0 6. Sangat Berat Memanggul beban 27.00 -50.00 19.0 -30.0 7. Luar biasa berat Memanggul karung berat diatas 50 kg 30.0 - 50.0 B. Sikap Kerja 1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0.00 - 1.0

2. Berdiri diatas dua kaki Badan Tegak, ditumpukan dua kaki 1.0 - 2.5

3. Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2.5 - 4.0

4. Berbaring Pada bagian sisi, Belakang atau depan badan 2.5 - 4.0

5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4.0 - 10

C. Gerakan Kerja 1. Normal Ayunan bebas dari pali 0 2. Agar terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 - 5

3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0 - 5

4. Pada anggota-nggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5 - 10

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

34  

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) C. Gerakan Kerja 5. Seluruh anggota badan terbatas

Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10 - 15

D. Kelelahan Mata *)   Pencahayaan

baik buruk

1. Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0.0 – 6.0 0.0 – 6.0 2. Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6.0 – 7.5 6,0 – 7.5 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah Memeriksa cacat-catcat pada kain 7.5 – 12.0 7.5 – 16.0

4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap pemeriksaan yang sangat teliti   

12.0 – 19.0 16.0 – 30.0

E. Keadaan Temperatur tempat kerja **) Temperatur (C)

  Kelemahan

Normal Berlebihan

1. Beku dibawah 0 diatas 10 diatas 12 2. Rendah 0 - 13 10 - 0 12 - 5 3. Sedang 13 - 22 5 - 0 8 - 0 4. Normal 22 -28 0 - 5 0 - 8 5. Tinggi 28 - 38 5 - 40 8 - 100 6. Sangat tinggi diatas - 38 diatas 40 diatas 100 F. Keadaan atmosfer ***)

1. Baik Ruangan yang berventilasi baik, udara segar 0

  

2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0 - 5

  

3. Kurang baik Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak 5 - 10

  

4. Buruk

Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernapasan   

10 - 20   

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

35  

Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) G. Keadaan lingkungan yang baik         1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0

  2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0 - 1

  

3. Siklus kerja berulang-ulang 0 - 5 detik 3 -1 4. Sangat bising    0 - 5 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas   

0 - 5 6. Terasa adanya getaran lantai    5 - 10 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, keberhasilan, dll)      

5 - 15

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

36  

2.5 Perencanaan Agregat

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai

input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga

harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan sparepart

dan servis, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan

sebagaimana yang telah ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis. Peramalan

permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa

memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khusunya selama periode waktu yang

panjang (Ginting, 2007, p. 70).

Jika kapasitas produksi tetap berdasarkan perencanaan jangka panjang telah

dipasang, adalah menjadi kewajiban perencanaan produksi agregat untuk menetapkan

kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan dengan

biaya yang minimum. Dengan kata lain, perencanaan agregat dibuat untuk

menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak

pasti dengan mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi yang

tersedia sehingga ongkos total produksi dapat ditekan seminim mungkin. Jika pesanan

yang diterima bersifat tetap dalam waktu yang relatif panjang, maka perencanaan

produksi tidak akan mengalami kesulitan dalam menetapkan rencana produksi bulanan.

Akan tetapi pada kenyataannya, pola permintaan seringkali menunjukkan pola yang

dinamis daripada pola statis, sehingga menyulitkan dalam menetapkan rencana produksi

bulanan. Disinilah peranan metode perencanaan agregat dalam mengatasi kesulitan

tersebut (Ginting, 2007, pp. 72-73).

Tujuan perencanaan produksi adalah menyusun suatu rencana produksi untuk

memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

37  

alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum keseluruhan

produk. Perencanaan agregat merupakan langkah awal aktivitas perencanaan produksi

yang dipakai sebagai pedoman untuk langkah selanjutnya, yaitu penyusunan jadwal

induk produksi (JIP) (Nasution, Manajemen industri, 2006, p. 157).

Perencanaan agregat merupakan perencanaan produksi jangka menengah. Horizon

perencanaannya biasanya berkisar antara 1 -24 bulan atau bisa bervariasi dari 1 sampai 3

tahun. Horizon tersebut tergantung pada karakteristik produk dan jangka waktu

produksi. Periode perencanaan disesuaikan dengan periode peramalan, biasanya 1 bulan.

Perencanaan agregat adalah suatu langkah pendahuluan perencanaan kapasitas secara

terperinci. Perencanaan agregat merupakan dasar untuk membuat jadwal induk produksi

(JIP). JIP menyajikan rencana produksi detail untuk setiap produk akhir. Pada sistem

manufaktur faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membuat perencanaan agregat

adalah semua sumber daya berupa mesin yang tersedia, jumlah tenaga kerja yang ada,

tingkat persediaan yang ditentukan dan penjadwalannya. Langkah awal dalam proses

perencanaan agregat adalah menyamakan kuantitas dari total jenis item yang akan

diproduksi (unit grup produk, ton, liter, dan lain-lain) (Nasution, Manajemen industri,

2006, p. 257).

Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan peramalan permintaan ke dalam

produksi bulanan. Pola permintaan dapat dipengaruhi oleh empat komponen yaitu

kecenderungan (trend), siklus bisnis, musiman, dan random. Komponen kecenderungan

menyatakan kenaikan dan penurunan rata-rata permintaan untuk jangka waktu yang

sangat panjang. Komponen siklus bisnis mengindikasikan penyimpangan yang cukup

besar dari permintaan terhadap kecenderungan yang disebabkan aktivitas bisnis yang

bervariasi. Pengaruh musiman juga dapat menaikkan atau menurunkan tingkat

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

38  

permintaan. Komponen musiman selalu mengikuti pola yang tetap setiap tahunnya.

Komponen terakhir adalah faktor random yang bisa dianggap sebagai noise dari pola

permintaan Penyesuaian dari kapasitas produksi untuk mengantisipasi komponen

kecenderungan merupakan tanggung jawab dari perencanaan produksi strategis,

sedangkan komponen random akan diantisipasi pada perencanaan produksi harian

(penjadwalan). Komponen musiman dan siklus bisnis menjadi perhatian utama dari

perencanaan produksi agregat (Gasperz, 2001, p. 72).

Pada umumnya, ada empat jenis strategi yang dapat dipilih dalam membuat

perencanaan agregat. Pemilihan strategi tersebut tergantung dari kebijaksanaan

perusahaan, keterbatasan perusahaan dalam prakteknya dan pertimbangan biaya.

Keempat strategi tersebut adalah antara lain (Ginting, 2007, pp. 76-78) :

1. Memproduksi banyak barang pada saat permintaan rendah, dan menyimpan

kelebihannya sampai saat yang dibutuhkan, Alternatif ini akan menghasilkan

tingkat produksi yang relative konstan, yang mengakibatkan ongkos persediaan

tinggi atau terjadinya backorder.

2. Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan

memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah. Penambahan

tenaga kerja memerlukan biaya rekruitmen dan pelatihan. Biaya kompensasi dan

reorganisasi sering kali harus dikeluarkan jika dilakukan pengurangan tenaga kerja.

Biaya-biaya ini biasanya diikuti oleh biaya tak tampak seperti : kemerosotan moral

kerja dan turn over tenaga kerja yang tinggi. Kerena kapasitas fasilitas produksi

adalah tetap, maka penurunan produktivitas mungkin akan terjadi jika penambahan

tenaga kerja tanpa disertai dengan penambahan peralatan produksi.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

39  

3. Melemburkan pekerja. Alternatif ini sering dipakai dalam perencanaan agregat,

tetapi ada keterbatasannya dalam menjadwalkan kapasitas mesin dan tenaga kerja.

Jika permintaan naik, maka kapasitas produksi dapat dinaikkan dengan

melemburkan pekerja. Tetapi penggunaan lembur hanya dapat dilakukan dalam

batas-batas maksimum kerja lembur yang diijinkan.

4. Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk. Alternatif ini akan

mengakibatkan tambahan ongkos karena subkontrak terhadap perusahaan lain.

Berdasarkan keempat strategi di atas, maka ongkos-ongkos yang terlibat dalam

perencanaan agregat adalah (Ginting, 2007, pp. 78-80) :

• Hiring Cost (Ongkos penambahan tenaga kerja)

Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi

dan training. Ongkos yang besar merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja

yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.

• Firing Cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhetian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan

akan produk yang dihasilkan , sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.

Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon

bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan

yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat sosial. Semua akibat ini dianggap

sebagai ongkos pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggung perusahaan.

• Inventory cost dan backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan

persediaan).

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

40  

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada

saat-saat tertentu. Konsekuensi dari kebijakan persediaan bagi perusahaan adalah

timbulnya ongkos penyimpanan. Apabila kehabisan persediaan, maka perusahaan

harus mengeluarkan sejumlah ongkos sebagai ongkos menunggu untuk pelanggan,

yang dinamakan dengan backorder cost.

2.6 Master Production Schedule (MPS)

Master production schedule (MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk

akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri

manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan

periode waktu. Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan

bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (master production

schedule = MPS), memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan-catatan MPS,

mengevaluasi efektivitas dari MPS dan memberikan laporan evaluasi dalam periode

waktu yang teratur untuk keperluan umpan balik dan tinjauan ulang (Gasperz, 2001, p.

141).

Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan

empat fungsi utama berikut (Gasperz, 2001, p. 142):

1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan

material dan kapasitas (material and capacity requirement planning = M&CRP).

M&CRP merupakan aktivitas perencanaan level 3 dalam hirarki perencanaan

prioritas dan perencanaan kapasitas pada sistem MRP II.

2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase

orders) untuk item-item MPS.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

41  

3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.

4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery

promise) kepada pelanggan.

Penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan input utama (Gasperz, 2001, pp.

142-143) :

1. Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan

produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales

forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).

2. Status inventori berkaitan dengan informasi tentang on hand inventory, stok yang

dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stok), pesanan-pesanan produksi

dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchased orders) dan

firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventori

yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan.

 

Gambar 2. 2 Proses Penjadwalan Produksi Induk

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

42  

3. Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus

menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori dan sumber-

sumber daya lain dalam rencana produksi.

4. Data perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus

digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock) dan waktu tunggu (lead

time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item

(Item Master File).

5. Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan

MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP menentukan kebutuhan kapasitas

untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan

umpan balik kepada perencana atau penyusun jadwal produksi induk (Master

Scheduler) untuk mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya

ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas yang tersedia.

2.7 Material Requirement Planning (MRP)

Material requirement planning adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik

pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan “jadwal induk

produksi” atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi “kebutuhan bersih” atau

NR (Net Requirement) untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan untuk membantu

perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih

baik dan efisien. Selain itu, sistem MRP dedesain untuk melepaskan pesanan-pesanan

dalam produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam

proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Hal ini

memungkinkan perusahaan memelihara tingkat minimum dari item-item yang

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

43  

kebutuhannya dependent, tetapi tetap dapat menjamin terpenuhinya jadwal produksi

untuk produk akhirnya. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan

berdasarkan tahapan waktu (“time phases requirements planning”) (Nasution &

Prasetyawan, 2008, p. 245).

Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu (Ginting, 2007,

p. 165) :

1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus

diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas

produk akhir yang sudah direncanakan pada jadwal induk operasi.

2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.

Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara

tepat system penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua

kebutuhan minimal setiap item komponen.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan

terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau

dibuat sendiri

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah

direncanakan.

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan

pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk

melakukan rencana penjadwalan dengan menentukan prioritas pesanan yang

realistis.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

44  

Ada 3 input yang dibutuhkan oleh assembly MRP, yaitu (Ginting, 2007, pp. 168-

171) :

1. Jadwal Induk Produksi (JIP), didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap

produk akhir yang akan dibuat. Secara garis besar pembuatan JIP biasanya

dilakukan atas tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Identifikasi sumber permintaan dan jumlahnya, sehingga dapat diketahui

besarnya permintaan produk akhir setiap periodenya.

b. Menentukan besarnya kapasitas produksi yang diperlukan untuk memenuhi

permintaan yang telah diidentifikasikan. Perencanaan ini biasanya dibuat pada

tingkat agregat, sehingga masih merupakan perencanaan global. Dalam tahap

ini, identifikasi kemampuan dari setiap sumber daya yang dimiliki untuk

menentukan kesanggupan berproduksi.

c. Menyusun rencana rinci dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Tahap ini

merupakan penjabaran (disagregasi) dari rencana agregat, sehingga akan

didapat jadwal produksi setiap produk akhir dibuat dan periode waktu

pembuatannya. Selain itu dijadwalkan sumber daya yang diperlukan.

2. Catatan Keadaan Persediaan, catatan keadaan persediaan menggambarkan status

semua item yang ada dalam persediaan, yang berkaitan dengan :

a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory)

b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang

(on order inventory)

c. Waktu ancang-ancang (lead time) dari setiap bulan.

3. Struktur Produk, berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen

dalam suatu proses assembling.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

45  

Struktur produk dapat digambarkan sebagai sebuah pohon dengan cabang-cabangnya

seperti tampak pada gambar di bawah ini (Astana, 2007, p. 187) :

Gambar 2. 3 Struktur Produk

Gambar di atas menunjukkan contoh struktur produk yang artinya : produk A

merupakan produk akhir (level 0) terbentuk dari 2 sub rakitan B dan 4 sub rakitan C

(level 1). Setiap sub rakitan B terdiri dari 1 bagian D, 3 bagian E dan 2 bagian F

(level 2). Demikian juga pada sub rakitan C terdiri dari 2 bagian E (level 2). Angka

dalam kurung menunjukkan jumlah unit komponen yang bersangkutan. Sistem MRP

dapat digambarkan sebagai berikut (Astana, 2007, p. 187) :

 

Gambar 2. 4 struktur MRP

Ouput dari perhitungan MRP adalah penentuan jumlah masing-masing BOM dari

item yang dibutuhkan bersamaan dengan tanggal yang dibutuhkannya. Informasi ini

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

46  

digunakan untuk merencanakan pelepasan pesanan (order release) untuk pembelian dan

pembuatan sendiri komponen-komponen yang dibutuhkan. Pelepasan pesanan yang

direncanakan (planned order release) secara otomatis dihasilkan oleh sistem komputer

MRP bersamaan dengan pesanan-pesanan yang harus dijadwalkan kembali,

dimodifikasi, ditangguhkan atau dibatalkan.

Dengan cara ini MRP menjadi suatu alat untuk perencanaan operasi bagi manajer

produksi. Berdasarkan uraian di atas, output yang dapat diperoleh dari sistem MRP

dapat dirangkum sebagai berikut (Ginting, 2007) :

1. Menentukan jumlah material serta waktu pemesanannya dalam rangka memenuhi

permintaan produk akhir yang sudah direncanakan dalam JIP.

2. Menentukan jadwal pembuatan komponen yang menyusun produk akhir. Dengan

diketahuinya jumlah kebutuhan produk akhir maka MRP dapat menentukan secara

tepat cara penjadwalan setiap komponen atau material sehingga ongkos yang

dikeluarkan minimum.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang berarti MRP mampu

memberikan indikasi kapan pembatalan atas pesanan harus dilakukan. Suatu

pemesanan dalam hal ini dapat dilakukan melalui pembelian atau merupakan proses

pembuatan yang dilakukan di pabrik sendiri.

4. Menentukan jadwal ulang produksi atau pembatalan atas suatu jadwal produksi

yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas produksi yang sudah ada tidak mampu

memenuhi pesanan yang telah dijadwalkan pada waktu yang telah ditentukan, maka

MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana ulang penjadwalan

produksi. Rencana ulang ini akan dapat dilakukan setelah adanya kesepakatan

penyerahannya. Jika kesepakatan ini tidak dapat dicapai, maka berarti bahwa

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

47  

pembatalan atas suatu pemesanan terpaksa dilakukan. Dengan demikian MRP

mampu memberikan indikasi tindakan yang perlu dilakukan apabila terjadi

ketidakseimbangan antara permintaan dan kemampuan yang dimiliki.

2.8 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, yang bekerja sama

dalam mencapai suatu tujuan dengan menerima masukan (input) dan menghasilkan

keluaran (output) dengan melalui proses transformasi. Oleh karena itu, sistem

mempunyai 3 komponen dasar yang saling berinteraksi atau fungsi dasar, yaitu (O'brien,

2003, p. 8) :

- Masukan, yaitu bagian yang meliputi pengambilan elemen yang masuk ke dalam

sistem untuk diproses. Contoh : bahan mentah, energi, data, dan sumber daya

manusia harus bisa mengatur prosesnya.

- Proses, yaitu bagian yang meliputi perubahan dari input menjadi output. Contoh :

proses manufaktur, kalkulasi matematika.

- Keluaran, yaitu bagian yang meliputi elemen yang dihasilkan dari proses

transformasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh : produk jadi.

Konsep sistem juga dilengkapi dengan dua komponen tambahan, yaitu feedback dan

kontrol. Feedback adalah data-data kinerja sistem yang didapatkan selama sistem

berjalan. Sedangkan kontrol adalah pengawasan dan pengevaluasian feedback untuk

menentukan apakah sistem yang sedang berjalan akan mencapai tujuannya atau tidak.

Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang saling terintegrasi dengan maksud

yang sama untuk mencapai suatu tujuan (Raymond Mcleod, 2001, p. 9).

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

48  

Pengertian sistem menurut Hall adalah sekelompok dua atau lebih komponen

komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu

untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose) (Hall, 2001, p. 5).

Menurut pendapat Mathiassen menyatakan sistem adalah sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan kebutuhan pemodelan, fungsi dan antar muka (Mathiassen, 2000,

p. 9).

Jadi dapat disimpulkan sistem adalah sekelompok elemen yang saling berkaitan dan

bersatu untuk mecapai tujuan tertentu.

2.9 Pengertian Informasi

Informasi menjadi hal yang penting yang patut diketahui pada zaman teknologi

sekarang ini. Dengan adanya informasi maka perusahaan dapat melakukan berbagai

kepentingan. Untuk mendapatkan informasi yang baik maka diperlukan suatu data yang

akurat. Data mengandung fakta atau deskripsi yang secara relatif tidak berarti bagi

pemakai, sedangkan informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang telah

memiliki arti (Raymond Mcleod, 2001, p. 15).

Informasi adalah data yang sudah diubah menjadi bentuk yang berarti dan berguna

bagi pengguna tertentu (O'brien, 2003, p. 13).

Informasi didefinisikan sebagai data yang diproses, namun definisi ini tidak

memadai. Informasi ditentukan oleh efeknya pada para pemakai, bukan pada bentuk

fisiknya (Hall, 2001, p. 14).

Dari pengertian dan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa informasi dan

data merupakan konsep pengertian yang berbeda. Informasi dihasilkan dari sekumpulan

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

49  

data yang tidak memiliki makna dan pengertian yang diolah menjadi sebuah fakta yang

bermakna dan bernilai.

2.10 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi menurut Hall adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana

data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistrisbusikan kepada para pemakai

(Hall, 2001, p. 7).

Sistem informasi sebagai kombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak,

jaringan komunikasi dan sumber daya data, yang mengumpulkan, mengubah atau

mengolah, dan menghasilkan informasi dalam sebuah organisasi. Manusia bergantung

pada sistem informasi untuk melakukan komunikasi dengan peralatan fisik (hardware),

instruksi pemrosesan informasi atau prosedur (software), jaringan komunikasi

(network), dan data (data resources). Manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data,

dan jaringan merupakan 5 sumber daya utama yang dibutuhkan sebuah sistem informasi.

Sumber daya manusia meliputi pengguna akhir (end-user) dan spesialis sistem

informasi, sumber daya perangkat keras meliputi mesin dan medianya, sumber daya

perangkat lunak meliputi program-program dan prosedur, sumber daya data meliputi

data itu sendiri, dan sumber daya jaringan meliputi media komunikasi dan pendukung

jaringan (O'brien, 2003, p. 7).

Sistem informasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah,

menganalisa, menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, Rainer, & Potter,

2003, p. 15).

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

50  

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur

formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan

kepada para pemakai.

2.11 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

Sebuah sistem informasi yang akan dibangun harus dianalisa dan dirancang terlebih

dahulu. Agar sistem informasi yang dibangun sesuai dengan yang diharapkan maka

diperlukan sebuah pengembangan sistem itu sendiri.

Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem

baru (Raymond Mcleod, 2001, p. 192).

Pengembangan sistem adalah kumpulan aktivitas yang diperlukan dalam

membangun sebuah solusi sistem informasi untuk masalah-masalah dan peluang-

peluang bisnis. Dalam hal ini, Turban menjabarkan sebuah siklus hidup pengembangan

sistem tradisional. Siklus hidup ini adalah pola pikir terstruktur yang berisi proses yang

berurutan tentang bagaimana sistem informasi dikembangkan. Turban menjelaskan ada

8 tahap dalam siklus hidup tersebut. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah investigasi

sistem, analisis sistem, perancangan sistem, pemrograman, pengetesan, implementasi,

operasi, dan pemeliharaan (Turban, Rainer, & Potter, 2003, pp. 461-463).

Whitten menjabarkan dua konsep penting dalam analisis dan perancangan sistem

informasi. Pertama, analisis sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang

menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan

mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi

untuk meraih tujuan mereka. Kedua, perancangan sistem adalah sebuah teknik

pemecahan masalah yang saling melengkapi dengan analisis sistem, yang merangkai

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

51  

kembali bagian-bagian komponen menjadi sebuah sistem yang lengkap. Dalam hal ini,

sistem mengalami perbaikan dari awalnya. (Whitten, Bentley, & Dittman, 2004, p. 176).

Ada beberapa pendekatan atau metode yang digunakan dalam menganalisis dan

merancang sebuah sistem. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk analisis sistem

adalah analisis terstruktur, teknik informasi, discovery prototyping, dan analisis

berorientasi objek. Analisis terstruktur berfokus pada aliran data melalui proses-proses

bisnis dan perangkat lunak. Teknik informasi adalah teknik yang berfokus pada struktur

data tersimpan dalam sebuah sistem. Dalam analisis terstruktur digunakan diagram

aliran data, sedangkan teknik informasi menggunakan diagram hubungan entitas.

Discovery prototyping adalah pendekatan analisis sistem terakselerasi yang menekankan

konstruksi prototip. Prototip adalah contoh sistem berskala kecil, tidak lengkap, tetapi

berfungsi. Dalam bahasan selanjutnya, pendekatan analisis dan perancangan sistem yang

digunakan adalah pendekatan analisis dan perancangan sistem berorientasi objek

(Whitten, Bentley, & Dittman, 2004, p. 176).

Secara umum dari beberapa pengertian di atas, bisa kita simpulkan bahwa

perancangan sistem adalah suatu riset untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan akan

informasi untuk merancang sistem baru yang akan dibangun serta penentuan fitur-fitur

dalam suatu rancangan sistem yang baru atau diperbaharui untuk memenuhi kebutuhan

pemakai.

2.12 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek

Analisis dan perancangan berorientasi objek (OOAD) adalah pendekatan dengan

menggunakan konsep objek. Konsep yang digunakan dalam orientasi objek adalah

pembungkusan semua data yang mendeskripsikan orang, tempat, kejadian dalam suatu

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

52  

wadah, yaitu objek itu sendiri. Beberapa tipe diagram yang berbeda yang secara kolektif

memodelkan sebuah sistem informasi atau aplikasi dalam artian objek didefinisikan

dengan Unified Modeling Language (UML) (Whitten, Bentley, & Dittman, 2004, p.

179).

Analisis dan perancangan berorientasi objek adalah suatu koleksi pedoman umum

untuk melakukan analisis dan desain. Kegiatan utama dari OOAD adalah analisis

problem domain, analisis application domain, desain arsitektur, dan desain komponen.

Dalam OOAD, blok-blok pembangun yang paling dasar adalah objek. Selama analisis,

objek digunakan untuk mengorganisasikan pengertian terhadap konteks sistem (system

context). Sedangkan selama perancangan, objek digunakan untuk mengerti dan

mendeskripsikan sistem itu sendiri. Objek adalah sebuah entitas dengan identitas, status,

dan perilaku. Dalam analisis, objek adalah abstraksi sebuah fenomena dalam konteks

sistem, misalnya pelanggan. Dalam perancangan, objek adalah bagian dari sistem.

Biasanya objek-objek dideskripsikan dalam kelas-kelas. Contohnya, sebuah kelas

pelanggan dapat berisi objek pelanggan yang spesifik, tetapi dalam kelas tersebut juga

terdapat pelanggan-pelanggan lain. Dimana masing-masing memiliki identitas, status,

dan perilaku yang unik. Jadi, kelas adalah sebuah deskripsi koleksi objek yang saling

berbagi struktur, pola perilaku, dan atribut. Atau dengan kata lain, kelas adalah

kumpulan objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Kesuksesan pengembangan sistem

sangat bergantung pada pemahaman pengembang terhadap praktisi dari aplikasi itu

sendiri. Pada gambar 2.5, konteks sistem dapat dilihat dari dua perspektif yang saling

melengkapi yaitu sistem memodelkan sesuatu (problem domain) dan sistem

dioperasikan oleh pemakai (application domain). Problem domain adalah bagian

konteks yang diadministrasikan, diawasi, atau dikontrol oleh sistem. Sedangkan

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

53  

application domain adalah organisasi yang mengadministrasikan, mengawasi, atau

mengontrol problem domain (Mathiassen, 2000, pp. 3‐4). 

 

Gambar 2. 5 Konteks Sistem

Dalam banyak analisis dan perancangan tradisional, metode, fungsi, data dan aliran

adalah kunci dari konsep. Konsep-konsep ini cocok untuk menggambarkan fenomena

dalam kantor dan sistem yang terkomputerisasi. Objek, status, dan perilaku dan lainnya

adalah konsep umum dan cocok untuk menggambarkan kebanyakan fenomena yang

diekspresikan dalam bahasa alamiah. Keuntungan dari menggunakan analisis dan

perancangan berorientasi objek adalah memberikan suatu informasi yang jelas tentang

konteks sistem. Metode tradisional sangat efektif dalam pemodelan sistem awal, yang

tujuannya adalah untuk mengotomatisasi tugas-tugas pengolahan informasi tenaga kerja

yang intensif. Kebanyakan sistem tersebut sekarang telah dikembangkan, sistem baru

dibangun untuk mendukung pemecahan masalah individual, komunikasi dan koordinasi.

Fungsi dari sistem baru ini tidak hanya untuk menangani sejumlah besar data yang

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

54  

seragam, tetapi juga untuk menyebarkan data khusus secara terinci pada organisasi. Oleh

karena itu, sangat diperlukan untuk menggunakan metode yang memusatkan, dengan

kejelasan yang sama, pada sistem dan konteksnya. Keuntungan lainnya dari metode

berorientasi objek adalah koneksi yang dekat antara analisis berorientasi objek,

perancangan berorientasi objek, tampilan pemakai berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek. Objek dapat menjadi kondisi model yang sosial, ekonomis dan juga

pada tampilan, fungsi, proses dan komponen sistem. Dalam analisis, pengembang

menggunakan objek untuk menentukan kebutuhan sistem. Dalam perancangan,

pengembang menggunakan objek untuk menggambarkan sistem itu sendiri. Pengembang

juga menggunakan objek sebagai konsep pokok dalam pemrograman (Mathiassen, 2000,

pp. 5-6).

Objek memberikan koherensi material struktur sistem. Objek juga menyediakan

koherensi mental yaitu objek menawarkan pengembang cara alami berpikir tentang

masalah yang mendukung abstraksi tanpa memaksa satu sudut pandang dari sisi teknis

saja. Jadi dalam hal ini, OOAD merupakan suatu kumpulan metode dan langkah-langkah

untuk menganalisa dan membuat perancangan dengan pemodelan ke dalam objek

(Mathiassen, 2000, p. 6).

Menurut Mathiassen (2000,p15) OOAD memiliki empat aktivitas utama yaitu

problem domain analysis, application domain analysis, architectural design dan

component design. Secara umum empat aktivitas utama ini dapat digambarkan sebagai

berikut (Mathiassen, 2000, p. 15) :

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

55  

Gambar 2. 6 Empat Kegiatan Utama OOAD

2.13 Pemilihan Sistem

Sebuah pengembangan proyek dimulai dengan sekumpulan koleksi ide-ide berbeda

tentang sistem yang diinginkan.Pengembangan proyek ini dimulai dengan analisis awal

atau dengan daftar keputusan yang telah dibuat. Hal ini menjadi pekerjaan dan tanggung

jawab pengembang sistem untuk mengambil langkah-langkah sebelumnya dan

mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan utama. Beberapa pertanyaan itu tentang

masalah apa yang ingin dipecahkan, apakah sistem yang rencanakan berguna untuk

solusi dan apa yang terjadi apabila kita menerapkan sistem yang berbeda secara

keseluruhan (Mathiassen, 2000, p. 23).

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

56  

 

Gambar 2. 7 Subaktivitas Dalam Memilih Sistem

2.13.1 Definisi Sistem

Definisi sistem adalah sebuah gambaran singkat dari sistem terkomputerisasi yang

dinyatakan dalam bahasa alami. Definisi sistem menyatakan properti mendasar untuk

pengembangan sistem dan penggunaannya. Definisi sistem menggambarkan sistem di

dalam konteksnya, hal-hal apa yang seharusnya ada di dalam informasi, fungsi mana

yang menyediakan informasi tersebut, dimana informasi tersebut digunakan dan kondisi

pengembangan seperti apa yang akan diterapkan (Mathiassen, 2000, p. 24).

2.13.2 Pemilihan sistem

Pada pemilihan sistem terdapat tiga subaktivitas yang terjadi. Pada subaktivitas

pertama, yaitu subaktivitas dimana kita mendapatkan gambaran mengenai situasi dan

interprestasi orang yang berbeda. Subaktivitas kedua adalah membuat dan mengevaluasi

ide-ide untuk perancangan sistem. Pada subaktivitas ini metode-metode kita

menyediakan satu rangkaian teknik untuk mendukung kreativitas dan memperkenalkan

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

57  

pola pikir yang baru. Subaktivitas yang ketiga adalah merumuskan dan memilih definisi

sistem, mendiskusikan dan mengevaluasi alternatif definisi sistem dalam hubungannya

dengan situasi tertentu (Mathiassen, 2000, p. 25).

2.13.3 Menggambarkan Situasi

Pengertian tentang situasi user haruslah kaya dan luas. Untuk memperoleh

pengertian dan memahami aspek penting dari suatu situasi, dapat digunakan rich picture.

Dengan adanya rich picture kita dapat menjelaskan pandangan-pandangan pemakai yang

penting terhadap situasi, masalah fasilitas, dan mendapatkan sebuah tinjauan situasi

dengan cepat. Tujuan disini adalah bukan untuk membuat gambaran detil dari seluruh

kemungkinan keadaan, tetapi lebih ke arah untuk mendapatkan gambaran singkat.

Rich picture adalah sebuah gambar yang tidak formal yang menyajikan pemahaman

ilustrator mengenai situasi (Mathiassen, 2000, pp. 26-28).

2.13.4 Membuat Ide

Suatu pemahaman yang kuat dari situasi yang ada adalah sebuah poin awal yang

baik untuk pengembangan proyek. Hal ini akan membawa kepada ide-ide selanjutnya

dan pola pikir yang baru. Hasil dari subaktivitas ini adalah koleksi dari ide-ide. Ide-ide

ini menggambarkan solusi-solusi yang terkomputerisasi yang diringkas dalam satu atau

lebih definisi sistem (Mathiassen, 2000, pp. 31-33).

2.13.5 Pengujian Dengan Prototipe

walaupun prototipe kurang kompleks dibandingkan dengan sistem yang ditargetkan,

namun hal ini dapat membantu kita membicarakan dan mengevaluasikan atribut dari

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

58  

sistem kita. Batasan prototipe bisa bermacam-macam. Sebagai contoh, misal, kita

mengkarakteristikan tiga komponen utama sistem adalah tampilan, fungsi, dan model.

Sebuah prototipe mungkin saja berisi hanya satu atau dua dari komponen tersebut.

Secara umum prototipe tidak menyediakan komponen-komponen secara lengkap. Secara

teknis prototipe terbatas pada fungsi-fungsi tertentu, mungkin ada beberapa fungsi diluar

cakupan prototipe tersebut (Mathiassen, 2000, pp. 34-35).

2.13.6 Menentukan Sistem

Tujuan dari subaktivitas ini adalah untuk memilih sistem aktual yang akan

dikembangkan. Penentuan sistem ini dilakukan secara sistematis untuk memperjelas

penafsiran, kemungkinan-kemungkinan dan konsekuensi dari beberapa alternatif solusi.

Pada umumnya prinsip dari penentuan sistem ini adalah untuk menentukan alternatif

dari sistem-sistem. Pada subaktivitas sebelumnya memberikan penafsiran-penafsiran dan

kemungkinan dari situasi yang ada dan kemudian membuat ide-ide baru untuk solusi.

Proses ini secara tipikal akan membutuhkan banyak pengarahan yang berbeda dan hal

ini sangat sulit untuk mempertahankan seluruh alternatif-alternatif yang ada dan

membuat satu pilihan yang konsisten ide mana yang harus diikuti (Mathiassen, 2000, pp.

37-38).

2.13.7 Kriteria FACTOR

Kriteria FACTOR terdiri dari enam elemen, yaitu (Mathiassen, 2000, p. 39) :

1. Functionality : fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain.

2. Application domain : bagian-bagian dari organisasi yang mengurus, mengawasi, dan

mengendalikan problem domain.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

59  

3. Conditions : kondisi sistem dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan

4. Technology : teknologi terdiri dari dua yaitu teknologi yang digunakan dalam sistem

dan teknologi dimana sistem itu dijalankan.

5. Object : objek utama yang ada di dalam problem domain.

6. Responsibility : tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya

terhadap konteks sistem itu sendiri.

2.13.8 Evaluasi dan Pemilihan

Pemilihan sistem bukan pekerjaan dari pengembang sistem, tugas dari pengembang

sistem adalah menyediakan pilihan-pilihan. Apabila sistem itu ingin dipakai, hal itu

harus dipilih berdasarkan negosiasi di antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam beberapa

situasi pengembang sistem memiliki kepentingan profesional untuk memilih sistem

karena mereka memiliki alasan perdebatan sendiri untuk kualitas sistem yang dipilih

dibandingkan sistem yang lain. Tetapi pada akhirnya, pemilihan sistem tetap menjadi

tanggung jawab pemakai dan pelanggan untuk memilih sistem mana yang menjadi dasar

untuk analisis dan perancangan (Mathiassen, 2000, pp. 41-42).

2.14 Analisis Problem Domain

Hal yang dijelaskan mengenai analisis problem domain adalah bahwa problem

domain berfokus pada pertanyaan kunci mengenai informasi apa yang harus disepakati

dengan sistem. Jawaban dari pertanyaan ini penting selama aktivitas analisis, karena

model problem domain menyediakan sebuah bahasa untuk menyatakan kebutuhan

sistem. Selama perancangan, model diubah menjadi sebuah komponen yang

menyediakan status problem domain saat ini dan sejarah sebelumnya. Tujuan analisis

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

60  

problem-domain adalah membangun suatu model untuk merancang dan

mengimplementasikan sebuah sistem yang dapat memproses, menyampaikan dan

menyajikan laporan informasi mengenai problem-domain (Mathiassen, 2000, p. 5).

Analisis problem domain memiliki tiga aktivitas utama, yaitu kelas, struktur, dan

perilaku. Analisis dilakukan dengan menggunakan sistem definisi yang telah dibuat, dan

hasilnya adalah sebuah model problem domain (Mathiassen, 2000, p. 45).

Classes

Structure

Behavior

System definition

Model

Gambar 2. 8 Aktivitas Pemodelan Problem Domain

2.14.1 Kelas

Kelas adalah deskripsi koleksi objek yang saling berbagi struktur, pola perilaku, dan

atribut. Tujuan kelas adalah untuk memilih elemen-elemen dari sebuah model problem

domain. Untuk memodelkan problem domain, aktivitas dimulai dengan aktivitas kelas

dan pertanyaan penting tentang objek dan kejadian (event) apa yang harus dimasukan

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

61  

dan yang tidak dimasukan ke dalam model. Mathiassen (2000,p49) menjelaskan bahwa

kejadian adalah sebuah peristiwa instan yang berhubungan dengan satu objek atau lebih

(Mathiassen, 2000, p. 49).

Berikut ini adalah elemen-elemen dari kelas (Mathiassen, 2000, pp. 51-53) :

- Objek (object)

Objek adalah suatu entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku. Object

diberi karakter melalui event-nya

- Kelas (class)

Kelas adalah deskripsi koleksi objek yang saling berbagi struktur, pola perilaku, dan

atribut. Class candidates dapat diperoleh dari kata benda di dalam keterangan atau

pembicaran dengan user. Penamaan class harus sederhana, mudah dibaca, tepat,

tidak membingungkan, dan digunakan di dalam problem-domain.

- Kejadian (event)

Kejadian (event) adalah sebuah kejadian instan yang melibatkan satu atau lebih

objek. Sebuah event adalah abstraksi dari kegiatan atau proses dalam problem-

domain yang dialami oleh satu atau lebih object. Suatu event harus bersifat

instantaneous dan atomic.

Pemilihan kelas akan mendefinisikan dasar dari blok-blok pembangun dalam model

problem domain. Untuk memfasilitaskan proses ini, sangat penting untuk mendaftarkan

semua kemungkinan atau kandidat kelas yang potensial, tanpa mengevaluasi kandidat-

kandidat kelas tersebut secara rinci. Tujuannya menghasilkan sebuah daftar kandidat

kelas yang bervariasi (Mathiassen, 2000, p. 49).

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

62  

Tabel 2. 4 Contoh Event Table

Event Classes Customer Assistant Apprentice Appointment Plan

Reserved v v v v Cancelled v v v Treated v v Employed v v Resigned v v Graduated v Agreed v v v

2.14.2 Sktuktur

Tujuan struktur adalah untuk menggambarkan hubungan struktur antara kelas dan

objek di dalam problem domain. Hasil dari structure adalah sebuah class diagram

dengan class dan structure. Class diagram menyediakan gambaran ikhtisar problem

domain secara utuh dengan menggambarkan seluruh hubungan struktural antara classes

dan objects dalam model. Di dalam struktur terdapat dua konsep yaitu struktur kelas dan

struktur objek (Mathiassen, 2000, p. 69).

1. Struktur kelas

Ada dua jenis struktur kelas, yaitu generalization dan cluster.

- Generalization

Generalization adalah sebuah kelas umum ( super class) yang menggambarkan

properti secara umum dari sekumpulan kelas-kelas spesialnya (Mathiassen, 2000,

p. 72).

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

63  

 

Gambar 2. 9 Struktur Generalisasi

- Cluster

Custer adalah sebuah koleksi dari kelas-kelas yang berhubungan. Cluster adalah

sebuah koleksi dari kelas-kelas yang membantu kita mendapatkan gambaran

tentang problem domain. Cluster membawa suatu pengertian secara keseluruhan

dari sebuah problem domain dengan membagi problem domain itu ke dalam

subdomain yang lebih kecil. Notasi yang digunakan adalah file folder yang

didalamnya terdapat kumpulan class yang berkaitan. Class-class dalam cluster

yang sama dihubungkan dengan generalization structure ataupun aggregation

structure, sedangkan class-class yang ada pada cluster yang berbeda

dihubungkan dengan assosiation structure (Mathiassen, 2000, p. 74).

Gambar 2. 10 Struktur Cluster

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

64  

2. Struktur Objek

Ada dua jenis struktur objek, yaitu struktur agregasi dan struktur asosiasi. Kedua

struktur objek menggambarkan suatu hubungan dinamis antara objek-objek di dalam

problem domain (Mathiassen, 2000, p. 75).

- Struktur agregasi

Struktur agregasi adalah sebuah hubungan antara dua atau lebih objek. Struktur

ini menyatakan bahwa satu objek merupakan dasar dan menentukan bagian yang

lainnya (Mathiassen, 2000, p. 76).

 

Gambar 2. 11 Struktur Agregasi

- Struktur asosiasi

Struktur asosiasi adalah Hubungan yang ada dalam dua atau lebih objek, tetapi

hubungan ini bukan merupakan hubungan yang sangat kuat seperti agregasi

karena objek yang satu tetap ada walaupun objek yang lain tidak ada. Asosiasi

diterjemahkan sebagai garis yang menghubungkan objek-objek (Mathiassen,

2000, p. 77).

 

Gambar 2. 12 Struktur Asosiasi

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

65  

2.14.3 Perilaku

Pada aktivitas perilaku, definisi kelas dalam kelas diagram dikembangkan lagi

dengan menambahkan deskripsi pola perilaku (behavioral pattern) dan atribut pada

setiap kelas. Tujuan dari perilaku adalah untuk memodelkan dinamika dari problem

domain. Ada tiga konsep dari dalam perilaku yaitu event trace, behavioral pattern, dan

atribut (Mathiassen, 2000, p. 89) :

1. Event trace

Event trace adalah sebuah urutan kejadian yang melibati objek tertentu.

2. Behavioral pattern

Behavioral pattern adalah deskripsi dari semua event trace yang mungkin untuk

semua objek di dalam kelas.

3. Atribut

Atribut adalah deskripsi dari properti dari sebuah kelas atau kejadian.

Ketiga konsep ini akan menghasilkan sebuah behavioral pattern dengan atributnya

untuk setiap kelas di dalam diagram kelas.

2.15 Analisis Application Domain

Analisis application domain berfokus pada pertanyaan bagaimana sistem target

digunakan. Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk menentukan kebutuhan akan fungsi

dan tampilan sistem. Konsep dari application domain adalah sebuah organisasi yang

mengawasi, menggontrol dan mengevaluasi problem domain. Hasil dari kegiatan ini

berupa daftar yang lengkap tentang kebutuhan sistem secara keseluruhan (Mathiassen,

2000, p. 56).

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

66  

Aktivitas-aktivitas dalam application domain adalah penggunaan (usage), fungsi,

dan tampilan. Analisis application domain menghasilkan gambaran kebutuhan untuk

digunakan (Mathiassen, 2000, p. 56).

Gambar 2. 13 Analisis Application Domain

2.15.1 Usage

menghasilkan informasi rinci yang sangat banyak yang bernilai sedikit pada

proses pengembangan. Untuk efisiensi, hanya difokuskan pada interaksi antara

pengguna dengan sistem. Dalam hal ini digunakan use case. Use case adalah pola

interaksi antara sistem dan aktor pada application domain. Aktor adalah sebuah abstraksi

pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem (Mathiassen, 2000, pp. 119-

120).

- Use case

Use case adalah pola interaksi antara sistem dengan aktor dalam application domain.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

67  

- Aktor

Aktor adalah abstraksi dari pemakai atau sistem lain yang berinteraksi langsung

dengan sistem target.

2.15.2 Fungsi

Fungsi berfokus pada pertanyaan sistem apa yang dapat membantu aktor-aktornya

di dalam pekerjaan mereka. Ketika menentukan kebutuhan untuk fungsi-fungsi yang

ada, maka sebuah pertanyaan muncul mengenai apa yang akan dilakukan sistem. Dalam

aktivitas penggunaan sistem itu, pertanyaan lebih berfokus pada bagaimana sistem akan

digunakan. Akan tetapi untuk menjawab pertanyaan sistem apa yang digunakan sangat

sulit tanpa mengetahui bagaimana sistem digunakan. Oleh karena itu, fungsi dan

penggunaan memiliki hubungan yang erat (Mathiassen, 2000, p. 137).

Fungsi adalah sebuah fasilitas untuk membuat suatu model berguna bagi aktornya.

Tujuan dari fungsi adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan informasi sistem.

Hasil dari fungsi adalah sebuah daftar lengkap dari fungsi-fungsi dengan spesifikasi

fungsi yang kompleks (Mathiassen, 2000, p. 137).

Ada empat tipe fungsi yaitu (Mathiassen, 2000, p. 138) :

- Update

Fungsi diaktifkan oleh kejadian yang berasal dari problem domain dan

mengakibatkan perubahan status dalam model.

- Signal

Fungsi diaktifkan oleh perubahan di dalam status model dan mengakibatkan suatu

reaksi dalam konteks sistem. Reaksi ini mungkin berupa suatu tampilan untuk aktor

dalam application domain, atau suatu intervensi langsung dalam problem domain.

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

68  

- Read

Fungsi diaktifkan oleh suatu kebutuhan untuk informasi dalam suatu tugas pekerjaan

aktor dan menghasilkan tampilan bagian model yang relevan.

- Compute

Fungsi diaktifkan oleh suatu kebutuhan untuk informasi dalam suatu tugas pekerjaan

aktor dan dan terdiri dari suatu perhitungan yang melibatkan informasi yang

disajikan oleh aktor atau model, hasilnya berupa hasil perhitungan.

2.15.3 Tampilan

Tampilan adalah fasilitas yang memungkinkan model fungsi sistem tersedia bagi

aktor. Tampilan digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sebuah sistem. Analisis

dimulai dari use case (bagian dari problem-model), dan kebutuhan fungsional dan

hasilnya ditentukan oleh elemen dari Tampilan, karena Tampilan yang menjembatani

hubungan antar pengguna (user) dengan komputer dengan menggunakan software.

Hasilnya berupa navigation diagram. Navigation diagram terdiri dari gambar tiap

window, dan panah yang menandakan bagaimana tombol-tombol yang digunakan dan

pilihan lainnya akan mengaktifkan fungsi atau membuka window lain. Ada dua tipe dari

tampilan yaitu (Mathiassen, 2000, pp. 151-152) :

1. Tampilan pemakai

Tampilan pemakai adalah tampilan untuk pemakai.

2. Tampilan sistem

Tampilan sistem adalah tampilan untuk sistem-sistem lainnya.

Ketika menentukan tampilan pemakai, gaya dialog menjadi pilihan penting. Ada

empat jenis pola dialog yaitu (Mathiassen, 2000, pp. 154-155) :

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

69  

1. Menu selection

Menu selection dinyatakan dalam sebuah daftar dari berbagai kemungkinan pilihan

di dalam tampilan pemakai.

2. Form fill-in

Form fill-in merupakan pola klasik untuk pencatatan data pada terminal yang

berdasarkan karakter.

3. Command language

Pada command language pemakai dapat dengan mudah memasukkan perintah yang

telah ada formatnya.

4. Direct manipulation

Direct manipulation memungkinkan pemakai bekerja dengan representasi objek.

Dengan pola ini, pemakai dapat memilih objek dan melakukan fungsi dengan hasil

yang nyata secara langsung.

2.16 Perancangan Arsitektur

Perbedaan sistem yang sukses dan perbedaan sistem yang yang tidak sukses adalah

terletak pada perancancangan arsitektur yang kuat. Tujuan dari perancangan arsitektur

adalah untuk menyusun sistem yang terkomputerisasi. Konsep yang dipakai dalam

perancangan arsitektur adalah criterion, component architecture, process architecture.

Kriteria berisi kondisi dan kriteria apa yang digunakan untuk perancangan. Komponen

berisi bagaimana sistem distrukturkan pada komponen-komponen. Sedangkan proses

berisi bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikoordinasikan (Mathiassen, 2000,

p. 173).

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

70  

 

Gambar 2. 14 Aktivitas Perancangan Arsitektur

2.16.1 Kriteria

Tujuan dari Kriteria adalah untuk menetapkan prioritas dari rancangan. Ada dua

konsep di dalam criteria yaitu criterion dan condition (Mathiassen, 2000, p. 177).

- Criterion

Criterion adalah sebuah properti pilihan dari arsitektur

- Condition

Condition adalah Analisa keterbatasan dan peluang manusia, teknis, dan organisasi

yang terlibat dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Tabel 2. 5 Kriteria Sistem

Kriteria Ukuran

Usable Kemampuan beradaptasi sistem terhadap organisasi, berkaitan dengan kerja, dan konteks secara teknis.

Secure Tindakan pencegahan terhadap akses yang tidak diotorisasi terhadap data dan fasilitas.

Efficient Penghematan atas fasilitas platform teknis. Correct Pemenuhan kebutuhan Reliable Pemenuhan atas ketepatan yang diperlukan fungsi eksekusi.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

71  

Kriteria Ukuran Maintainable Biaya untuk penempatan dan perbaikan sistem yang rusak.

Testable Biaya untuk memastikan sistem berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

Flexible Biaya memodifikasi sistem.

Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memperoleh pemahaman atas sistem.

Reusable Kemampuan untuk menggunakan bagian sistem ke sistem lain yang terhubung.

Portable Biaya memindahkan sistem ke platform teknis lain. Interoperable Biaya menggabungkan sistem ke sistem yang lain.

2.16.2 Komponen

Arsitektur komponen adalah sebuah pandangan sistem secara terstruktur yang

saling berhubungan sedangkan komponen adalah sebuah kumpulan bagian program

yang saling berhubungan dan memiliki tanggung jawab dengan baik. Sebuah arsitektur

komponen yang baik membuat sebuah sistem lebih mudah memahami dan

mengorganisasikan rancangan kerja dan mencerminkan stabilitas konteks sistem. Tujuan

dari komponen adalah untuk membuat struktur sistem yang dapat dipahami dan

fleksibel. Hasil dari komponen adalah sebuah diagram dengan spesifikasi komponen

yang kompleks (Mathiassen, 2000, p. 189).

Berikut ini adalah pola-pola yang digunakan dalam arsitektur sistem adalah

(Mathiassen, 2000, pp. 193-198) :

1. Layered architecture pattern

Pola ini memiliki komponen-komponen yang bertingkat yang disebut sebagai layer.

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

72  

 

Gambar 2. 15 Layered architecture pattern

2. Generic Architecture Pattern  

Pola  ini menghubungkan  komponen‐komponen  antarmuka,  fungsi, model,  dan  technical 

platform. 

 

Gambar 2. 16 Generic Architecture Pattern

 

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

73  

3. Client Server Architecture Pattern 

Client  server  architecture  pattern  dibangun  untuk  mengatasi  sistem  yang  terdistribusi 

dalam beberapa prosesor  yang  tersebar di beberapa  tempat. Komponen architecture  ini 

terdiri dari sebuah server dan beberapa client. Server memiliki sekumpulan operation yang 

dapat digunakan oleh client. 

 

Gambar 2. 17 Client Server Architecture Pattern

 

2.16.3 Proses

Tujuan dari proses adalah untuk menentukan struktur fisik dari sebuah sistem.

Beberapa konsep yang ada di dalam proses adalah arsitektur proses, prosesor, komponen

program, dan objek aktif. Arsitektur proses adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang

terdiri dari proses yang saling ketergantungan. Prosesor adalah peralatan yang dapat

mengeksekusi program. Komponen program adalah sebuah modul fisik dari kode

program. Objek aktif adalah sebuah objek yang ditugaskan sebuah proses. Hasil dari

sebuah proses adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan prosesor dengan

komponen program dan objek aktif yang telah diberi tugas. (Mathiassen, 2000, p. 209)

Ada tiga pola distribusi pada proses yaitu (Mathiassen, 2000, pp. 215-219) :

1. The Centralized Pattern

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

74  

Pola ini memungkinkan untuk menyimpan seluruh data pada server pusat dank lien

hanya menangani tampilan pemakai.

 

Gambar 2. 18 The Centralized Pattern

2. The Distributed Pattern

Pola ini berlawanan dengan centralized pattern. Pada pola ini segala sesuatu

didistribusikan kepada klien dan server hanya menyebar luaskan update model

antara klien.

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

75  

 

Gambar 2. 19 The Distributed Pattern

3. The decentralized Pattern

Pola ini berada di antara kedua pola sebelumnya. Ide pola ini adalah klien memiliki

data mereka masing-masing, hanya data pada umumnya saja yang tersedia di server.

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

76  

 

Gambar 2. 20 The Decentralized Pattern

2.17 Perancangan Komponen

Tujuan dari perancangan komponen adalah untuk menentukan kebutuhan

implementasi di dalam kerangka arsitektural. Perancangan komponen menggunakan

spesifikasi arsitektur untuk merancang komponen dan merancang hubungan komponen

itu. Konsep dari perancangan komponen adalah komponen dan koneksi. Hasil dari

perancangan komponen adalah sebuah deskripsi dari komponen-komponen sistem. Ada

tiga aktivitas dalam perancangan komponen yaitu model component, function

component, dan connecting component (Mathiassen, 2000, p. 231).

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

77  

 

Gambar 2. 21 Aktivitas Perancangan Komponen

2.17.1 Model Component

Menurut Mathiassen (2000, p235) model component adalah bagian dari sistem yang

mengimplementasikan problem domain. Tujuan dari model component adalah untuk

menunjukkan sebuah model pada problem domain. Selain itu, Mathiassen juga

mengatakan bahwa tujuan dari model component adalah untuk mengirimkan data saat

ini dan masa lalu ke dalam fungsi, tampilan, pemakai dan sistem lainnya. Hasil dari

model component adalah sebuah diagram kelas model component yang telah

terestrukturisasi (Mathiassen, 2000, p. 235).

Subaktivitas dari model component adalah merepresentasikan kejadian privat

(private event) dan kejadian umum (common event), lalu menstruktur ulang kelas-kelas.

Kejadian privat adalah kejadian yang berhubungan dengan satu objek problem domain.

Sedangkan kejadian umum adalah kejadian yang berhubungan dengan beberapa objek.

Keduanya dilihat berdasarkan pola perilaku. Jika kejadian privat terjadi pada urutan dan

pilihan, maka kejadian tersebut direpresentasikan sebagai atribut pada kelas. Sedangkan

jika kejadian privat tersebut terjadi pada perulangan, maka kejadian tersebut

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

78  

direpresentasikan sebagai kelas baru. Selanjutnya, jika kejadian umum berhubungan

dalam diagram statechart dalam cara berbeda, maka direpresentasikan dalam relasi pada

kelas yang menawarkan representasi paling sederhana. Sedangkan bila kejadian umum

berhubungan dalam diagram statechart dalam cara yang sama, harus dipertimbangkan

representasi antara keduanya yang mungkin (Mathiassen, 2000, pp. 239-249).

2.17.2 Function Component

Function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan fungsional. Tujuan dari function component ini menurut Mathiassen adalah

untuk menentukan implementasi dari fungsi dan untuk memberikan akses untuk

tampilan pemakai dan komponen sistem pada model. Fungsi dirancang dan

diimplementasikan dengan menggunakan operasi pada kelas sistem. Operasi adalah

sebuah properti proses yang dispesifikasikan pada kelas dan diaktifkan melalui objek

kelas. Hasil dari function component adalah sebuah diagram kelas dengan operasi dan

spesifikasi operasi yang kompleks (Mathiassen, 2000, p. 251).

2.17.3 Connecting Components

Tujuan dari connecting components adalah untuk menghubungkan komponen-

komponen sistem. Ada dua konsep yang digunakan dalam connecting components, yaitu

coupling dan cohesion. Hasil dari konsep ini adalah sebuah diagram kelas yang melibati

komponen-komponen (Mathiassen, 2000, p. 271).

Berikut ini adalah dua konsep yang digunakan dalam connecting components

(Mathiassen, 2000, pp. 272-274) :

1. Coupling

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00683-TISI Bab 2.pdf · Rough cut capacity planning (RCCP) menentukan apakah sumber daya

79  

Coupling adalah sebuah pengukuran mengenai seberapa dekat dua kelas atau

komponen itu saling berhubungan. Ada empat tipe dari coupling, yaitu :

- Outside coupling

Outside coupling adalah sebuah kelas atau komponen yang mengacu langsung

pada properti umum dari kelas atau komponen lainnya.

- Inside Coupling

Inside coupling adalah sebuah operasi yang mengacu langsung pada properti

privat dalam kelas yang sama.

- Coupling from below

Coupling from below adalah sebuah kelas special yang mengacu langsung pada

properti privat pada super class.

- Sideaways Coupling

Sideaways Coupling adalah sebuah kelas yang mengacu langsung pada properti

privat pada kelas lainnya.

2. Cohesion

Cohesion adalah sebuah pengukuran mengenai seberapa baik setiap kelas atau

komponen saling terikat satu sama lainnya.