BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf ·...

18
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Struktur Beton Bertulang 2.1.1. Pengertian dan Definisi Beton Bertulang Beton bertulang adalah gabungan antara beton dan tulang baja. Beton merupakan campuran antara semen, pasir, kerikil dan air yang setelah mengeras membentuk massa padat. Sedangkan beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tertentu untuk mendapatkan penampang yang berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama – sama dalam menahan gaya yang bekerja. Gambar 2.1. Kolom beton bertulang ( Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design )

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Struktur Beton Bertulang

2.1.1. Pengertian dan Definisi Beton Bertulang

Beton bertulang adalah gabungan antara beton dan tulang baja. Beton merupakan

campuran antara semen, pasir, kerikil dan air yang setelah mengeras membentuk massa

padat. Sedangkan beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah

tulangan tertentu untuk mendapatkan penampang yang berdasarkan asumsi bahwa kedua

material bekerja bersama – sama dalam menahan gaya yang bekerja.

Gambar 2.1. Kolom beton bertulang ( Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design )

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

6

2.1.2. Tipe – Tipe Kolom

Secara umum kolom beton bertulang ada 3 macam menurut bentuknya yaitu :

a. Kolom berbentuk bujursangkar atau persegi panjang dengan tulangan

memanjang dan pengikat lateral terpisah (sengkang).

b. Kolom berbentuk lingkaran dengan tulangan melingkar dengan pengikat lateral

terus ( spiral ).

c. Kolom dengan bentuk tak tentu dengan tulangan mengikuti bentuk tak tertentu

tersebut.

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Kolom persegi dengan tulangan sengkang; (b) kolom lingkaran dengan tulangan melingkar ( Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design )

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

7

2.1.3. Tujuan Perencanaan Struktur Beton

Struktur harus memenuhi 4 (empat) kriteria utama yaitu :

1. Ketetapan

Pengaturan Ruang, bentang, ketinggian plafon, akses dan arus lalu lintas

harus memenuhi kebutuhan pemakai. Struktur harus sesuai dengan

lingkungan dan Estetika.

2. Ekonomi

Biaya total struktur tidak boleh malampaui anggaran dari pemilik.

3. Persyaratan struktur.

Hal ini meliputi 2 (dua) aspek utama :

a. Struktur harus cukup kuat sehingga dapat menerima semua beban dengan

aman.

b. Struktur tidak boleh melendut, terangkat, bergetar atau retak sehingga

menggangu fungsi dari bangunan tersebut.

4. Desain struktur harus sedemikian sehingga memerlukan pemeliharaan

minimum dam pemeliharaan tersebut dapat dilaksanakan secara sederhana.

(a) (b) Gambar 2.3 (a) Kolom persegi dengan tulangan sengkang; (b) Kolom lingkaran dengan tulangan spiral

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

8

2.1.4. Proses Desain

Proses desain adalah proses pengambilan keputusan yang berurutan dan

berulang, 3 tahap utamanya adalah :

1. Penentuan kebutuhan dan prioritas pemilik

Semua bangunan atau struktur lain dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pemilik atau

pemakai seharusnya terlibat pada penentuam fungsi estetika, anggaran yang

diperlukan, dan penyelesaian bangunan yang cepat.

2. Pengembangan Konsep Proyek

Berdasarkan kebutuhan dan prioritas pemilik dapat dikembangkan berbagai

kemungkinan anggaran. Rencana anggaran awal dapat menjadi pilihan terakhir

untuk memenuhi prioritas kebutuhan pemilik sesuai dengan anggaran yang tersedia.

Selama tahap ini dapat dipilih konsep seluruh struktur. Ukuran elemen struktur dapat

diestimasi dari hasil analisis besaran momen , gaya geser dan gaya aksial. Tahap

desain struktur ini adalah untuk memenuhi kriteria desain yang berhubungan dengan

ketepatan, ekonomi, dan pemeliharaan.

3. Perencanaan masing – masing sistim

Setelah dipilih konsep struktur secara umum maka dapat direncanakan sistim,

struktur yang meliputi 3 (tiga) langkah utama, yaitu :

a. Analisis struktur untuk menghitung atau menentukan harga momen dan gaya

aksial dalam struktur.

b. Merancang ukuran tiap elemen sehingga dapat menahan gaya – gaya tersebut.

c. Menyiapkan gambar kerja dan spesifikasi.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

9

2.1.5 Diagram interaksi dari beban aksial – momen lentur

2.1.6 Asumsi Perencanaan Kolom

Asumsi – asumsi yang dipakai dalam perencanaan kolom adalah sebagai

berikut :

1. Regangan tekan beton maksimum = 0,003.

2. Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral.

3. Tegangan tarik dari beton diabaikan dan tidak ikut diperhitungkan.

4. Tegangan pada baja tulangan fs = ε.Es ≤ fy.

Pn (maks)

Mb 0 Mn

Tension Controls Region

M(kNm)

P(kN)

P0

Compresion Controls Region

Pb

Gambar 2.4 Diagram interaksi dari beban aksial dan momen lentur

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

10

2.1.7 Perhitungan Gaya – Gaya Aksial dan Momen Lentur

Jika Kolom dibebani secara bertahap dari mulai nilai beban yang ringan sampai

beban batas aman, maka kolom mengalami keadaan lentur. Proses peningkatan beban

berakibat terjadinya kondisi tegangan dan regangan yang berbeda pada tahapan

pembebanan pola yang berbeda ini dinyatakan dalam sifat elastis dan plastis. Rasio /

perbandingan antara momen lentur Mn terhadap beban aksial dinyatakan sebagai

eksentrisitas e, di mana :

n

n

PM

e =

Terdapat tiga kondisi utama yang membedakan pola tegangan dan regangan yaitu

kondisi seimbang, kondisi beton retak dan kondisi tulangan leleh. Kondisi seimbang

adalah kondisi di mana beton dan tulangan bekerja di bawah batas aman, kondisi beton

retak adalah kondisi di mana beton retak karena nilai regangan pada serat beton sama

dengan atau melebihi regangan hancur beton yaitu 0,003. Kondisi tulangan leleh adalah

kondisi tulangan leleh karena regangan tulangan lebih kecil regangan batas tulangan

baja, bergantung pada luas tulangan baja.

Gambar 2.5 Penampang kolom dengan tulangan atas dan bawah

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

11

Dengan adanya momen, kolom akan melentur sehingga timbul tegangan tekan

dan tarik pada tepi – tepi serat luar dalam arah momen kerjanya. Bergantung pada

besaran relative dari beban aksial dan momen lenturnya, maka kolom akan mengalami

keruntuhan dalam berbagai pola yaitu :

1. Keruntuhan Tarik ( Tension Failure )

Keruntuhan terjadi diawali dengan lelehnya tulangan pada sisi serat tarik.

2. Keruntuhan Tekan ( Compresion failure )

Keruntuhan tekan terjadi diawali dengan lelehnya beton pada sisi serat tekan.

3. Keruntuhan Seimbang ( Balance failure )

Keadaan di mana keruntuhan tekan dan tarik terjadi secara

simultan/bersamaan.

Cb

ε' = 0.003

Titik seimbang

(a)

ε' = 0.003

Cb

Cb

ε' = 0.003

Titik seimbang

Titik seimbang

(b) (c)

Gambar 2.6 Diagram tegangan – regangan (a) kondisi seimbang; (b) kondisi beton retak; (c) kondisi tulangan leleh

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

12

Beban aksial nominal dinyatakan dengan Pn dan beban aksial nominal dalam

keadaan seimbang dinyatakan dengan Pb, maka 3 macam pola keruntuhan tersebut di

atas dapat ditulis sebagai berikut :

1. Pn < Pb ----> Keruntuhan Tarik.

2. Pn = Pb ----> Keruntuhan Seimbang

3. Pn > Pb ----> Keruntuhan Tekan.

Jika suatu gaya normal bekerja pada suatu kolom pendek yang mempunyai

tulangan atas dan bawah, maka dapat dilihat berbagai kasus sehubungan dengan lokasi

gaya normal terhadap titik berat plastisnya :

1. Gaya Tekan Aksial ( 0P ) :

Adalah kasus di mana secara teoritis dianggap bekerja suatu gaya aksial yg besar

atau bertitik tangkap pada titik berat plastisnya, tidak ada momen lentur dan

(a) (b)

Gambar 2.7 (a) kolom karena keruntuhan tekan; (b) kolom karena keruntuhan tarik (sumber : pelajaran dari gempa dan tsunami )

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

13

eksentrisitas bekerja, e = o, M = 0. Dengan besar reduksi kekuatan untuk 0P =

0,8.

Untuk mencari P0 digunakan rumus :

( ) st.0 A..'.85,0 ystgc fAAfP +−=

0P = Kuat beban aksial nominal ( N )'

gA = Luas Bruto Penampang kolom ( mm2 )

'cf = Kuat Tekan Beton yang disyaratkan ( mpa )

stA = Luas Total tulangan longitudinal ( mm2 )

yf = Tegangan leleh tulangan yang disyaratkan ( mpa )

2. Gaya Aksial Nominal Maksimum yang Diizinkan Pn ( max ) :

Adalah kasus di mana gaya normal yang bekerja pada penampang mengandung

eksentrisitas minimum sesuai dengan Standar Tatacara yang berlaku yaitu

0,7. 0P .

3. Kondisi Keadaan Seimbang ( Pb , Mb )

Pada kasus ini keadaan seimbang dicapai di mana regangan tekan beton

mencapai 0,003 dan regangan tarik tulangan mencapai s

yy E

fe = secara

bersamaan, dengan demikian keruntuhan beton terjadi bersamaan pada saat

tulangan mengalami pelelehan. Dengan reduksi kekuatan 0,7 untuk Pb dan Mb.

Untuk mencarinya digunakan rumus :

- Kuat beban aksial

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

14

ysssbcb fAfAbafP .'.'..'.85,0 −+=

'sf = εs'.Es

ba = β1.Cb

β1 = 0,85 – 0,008 ( 'cf – 30 )

y

b fdC

+=

600.600

( )

003,0.c

'c'

b

bs

d−=ε

bP = Kuat beban aksial kondisi seimbang ( N )

ba = Tinggi balok tegangan tekan ( mm )

d = Jarak tulangan terluar ke serat tepi beton ( mm )

'sf = Tegangan leleh tulangan yg terjadi ( mpa )

Es = modulus elastisitas besi (200.000 mpa)

d' = selimut ( mm )

b = lebar penampang ( m )

'sA = luas tulangan desak ( mm2 )

sA = luas tulangan tarik ( mm2 )

- Momen Lentur

( ) ( )ydfAdyfAa

yafM ysssb

bcb −−−+⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛ −= ..' .' 2

..' .85,0

y 2h

=

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

15

bM = Momen Lentur pada saat seimbang ( Nm )

y = titik berat penampang ( mm )

h = panjang penampang ( mm )

4. Kondisi Lentur Murni

Adalah kasus di mana secara teoritis gaya normal yang bekerja P = 0 disertai

dengan momen lentur Mn. Dengan reduksi kekuatan untuk Mn adalah 0,7.

Untuk mencarinya digunakan rumus :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−=2

.. adfAM ysn

Karena gaya aksial yang bekerja sama dengan 0 maka untuk mencari a

digunakan rumus :

'.b.85,0.

c

ys

ffA

a =

nM = Momen Lentur Murni ( Nm )

Untuk penampang bujursangkar dan persegi panjang yang mempunyai tulangan

di empat sisinya seperti gambar 2.8

Gambar 2.8 (a) kolom dengan tulangan di semua sisi; (b) diagram tegangan - regangan

Cb

esc1

esc2

est3

est4

(a) (b)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

16

Menggunakan rumus :

( ) st.0 A..'.85,0 ystgc fAAfP +−=

∑∑==

−+=n

nstnsn

n

nscnsnbcb fAfAbafP

11.'.'..'.85,0

( ) ( )ydfAdyfAa

yafM st

n

nstnsnsc

n

nscnsn

bbcb −+−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −= ∑∑

== 11.'.'

2..' .85,0

( ) ( )ydfAdyfAadfAM st

n

nstnsnsc

n

nscnsnysn −+−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−= ∑∑

== 11.'.'

2..

Untuk lingkaran diasumsikan perhitungan menggunakan perhitungan persegi

panjang dengan tulangan hanya di dua sisi yaitu atas dan bawah dengan asumsi :

- panjang persegi panjang = 0,8 x diameter lingkaran

- lebar persegi panjang = luas lingkaran / panjang persegi panjang

- d' = 2

))selimut -lingkaran(diameter -panjang persegi(lebar

contoh :

lingkaran dengan diameter 20 cm dengan selimut 4 cm maka diasumsikan

Panjang persegi panjang = 0,8 x 20 cm

= 16 cm

Lebar persegi panjang = ( )

16

20.414,3 2

= 19,63 cm

d' = ( ) cm63,32

42063,19=

−−

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

17

Contoh Soal :

Diketahui suatu kolom bujursangkar 400 mm x 400 mm dengan 4 batangan tulangan

diameter 32 mm. Mutu beton 'cf = 30 MPa dan baja yf = 400 Mpa dibebani dengan

gaya tekan rencana Pu = 1500 Kn dan momen rencana Mu = 180 kN. Apakah kolom

tersebut mampu untuk menahan gaya dan momen rencana tersebut ?

Jawab :

d = 400 – 50 – 10 – 32/2 = 324 mm

As = As' = 0,01 x 400 x 324 = 1296 mm2

As = As' = 2D - 32 = 1608 mm2

b = 400 mm ; h = 400 mm; d' = 76 mm

*Titik P-M pada beban sentris

( ) st.0 A..'.85,0 ystgc fAAfP +−=

= (0,85 x 30 x ((160000-3216) + (3216 x 400)

= 5284392N= 5284 kN

P0 maks = 0,8 x P0 = 4227 kN

Batas maksimum yang diizinkan (Pa) adalah 0,7 dari P0 maks

Pa = 0,7 .4227 = 2959 kN

*Titik P-M pada beban seimbang

ysssbcb fAfAbafP .'.'..'.85,0 −+=

= 1629,859N dan dengan Φ 0,7 maka

Φ0,7 = 1141kN.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

18

( ) ( )ydfAdyfAayafM yssSb

bcb −−−+⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ −= ..' .' 2..' .85,0

= 350,46 kNm dan dengan Φ 0,7 maka

Φ0,7 = 245 kNm.

*Titik P-M pada keadaan lentur murni

Pn = 0

( )2.. adfAM ysn −=

= 1608 x 400 ( 324 – (63,059/2))

= 188,12 kNm, dan dengan Φ0,7 untuk lentur murni,maka

ΦMun = 132 kNm

* Titik P-M pada C = 295 mm > Cb : keruntuhan tekan

εs'= 00222,0295

76295.003,0 =−

fs' = εs'. Es = 0,00222 x 200000 > 400 Mpa

fs' = fy = 400 Mpa

εs= 0029492,0295

295324.003,0 =−

fs = εs . Es = 0,00294 92 x 200000 = 58,983 Mpa

ab = 0,85 x 295 = 250,75 mm

ysssbcb fAfAbafP .'.'..'.85,0 −+=

= 3106 kN dengan Φ 0,7 , maka

Pb = 2174 kN

( ) ( )ydfAdyfAayafM yssSb

bcb −−−+⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ −= ..' .' 2..' .85,0

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

19

= 282,38 kNm dengan Φ 0,7 , maka

= 198 kNm

* Titik P-M pada C = 108 mm < Cb : keruntuhan tarik

εs'= 4108889,8108

76108.003,0 −=− x

fs' = εs'. Es = 4108889,8 −x x 200000 = 177,7778 Mpa

εs= 006,0108

108324.003,0 =−

fs = εs . Es = 0,006 x 200000 = 1200 Mpa > 400 Mpa

fs = fy = 400 Mpa

ab = 0,85 x 108 = 91,80 mm

ysssbcb fAfAbafP .'.'..'.85,0 −+=

= 579 kN dengan Φ 0,7 , maka

Pb = 405 kN

( ) ( )ydfAdyfAayafM yssSb

bcb −−−+⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ −= ..' .' 2..' .85,0

= 259,50 kNm dengan Φ 0,7 , maka

= 182 kNm

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

20

Grafiknya :

Gaya tekan rencana dan momen rencana masih masuk didalam grafik, jadi kolom

tersebut masih dapat menahan gaya dan momen tersebut.

2.2 Fungsi Parabola

2.2.1. Definisi Parabola

Parabola adalah himpunan titik – titik P yang berjarak sama dari garis arah l tetap

(garis arah) dan fokus F – yaitu, yang memenuhi hubungan

|PF| = |PL|

oleh karena parabola itu simetrik terhadap sumbunya, kita dapat menempatkan satu dari

sumbu koordinat misal sumbu x pada sumbu simetri kurva tersebut. Kita ambil fokus F

di sebelah kanan titik asal, misalnya di ( p , 0 ). Garis arah kita ambil di sebelah kirinya

dengan persamaan x = -p. Dengan demikian, puncak parabola ada di titik asal sistem

koordinat.

4227

132 245

1141

180

1500

M (kNm)

P(Kn)

0 182

405

198

2174

2959

Gambar 2.9 Diagram Interaksi beban aksial dan momen lentur

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

21

dari syarat |PF|=|PL| dan rumus jarak, kita peroleh

2222 )()()0()( yypxypx −++=−+−

setelah ruas kiri dan kanan dikuadratkan dan kemudian disederhanakan, kita peroleh

y2 = 4px

2.2.2. Bentuk Umum Persamaan Parabola

Bentuk umum persamaan parabola adalah fungsi kuadrat yang ditulis dengan :

cbxaxy ++= 2 dengan a ≠ 0.

2.2.3. Sifat – sifat Parabola

Parabola dengan persamaan cbxaxy ++= 2 ; a ≠ 0 mempunyai sifat :

(i). Parabola terbuka keatas jika a>0 dan terbuka kebawah jika a < 0.

(ii). Parabola memotong sumbu y pada x = 0. Titik potong dengan sumbu y adalah

( )c,0 .

P(x,y)

F(p,0)

x = - p

L = (-p,y)

Gambar 2.10 Parabola

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2006-2-01279-MTIF-Bab 2.pdf · Regangan pada beton dan tulangan proportional terhadap jarak garis netral. 3. Tegangan

22

(iii). Jika D > 0 maka parabola memotong sumbu x di dua titik

Jika D = 0 maka parabola menyinggung sumbu x.

Jika D < 0 maka parabola tidak memotong dan tidak menyingung sumbu x.

Dengan D adalah diskriminan dan D = b2 – 4ac.

Titik potong dan titik singgung dengan sumbu x diperoleh pada y = 0.

(iv). Parabola mempunyai sumbu simetri dengan persamaan abx

2−

=

(v). Parabola mempunyai titik ekstrim yaitu ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−

aD

ab

4,

2

untuk a > 0 maka titik ekstrim adalah titik minimum dan untuk a < 0 maka titik ekstrim

adalah titik maksimum.

2.2.4. Menentukan Persamaan Parabola

Persamaan parabola dapat ditentukan jika diketahui tiga titik sembarang yang

dilalui parabola, atau titik potong dengan sumbu X dan satu titik sembarang yang dilalui

parabola.

(i). Jika diketahui tiga titik yang dilalui, maka persamaan parabola dapat dinyatakan

dengan cbxaxy ++= 2 .

(ii). Jika diketahui titik – titik potong dengan sumbu X, misalnya ( )0,1x dan ( )0,2x dan

satu titik yang dilalui maka persamaan parabola dapat dinyatakan

dengan ( )( )21 xxxxay −−= .

(iii). Jika diketahui titik ekstrim parabola misalnya ( )ee yx , dan satu titik yang dilalui

maka persamaan parabola dapat dinyatakan dengan ( )2ee xxayy −=−