BAB 2 Landasan Teori -...

55
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Menurut Tersine (1994, p3), persediaan mempunyai banyak perngertian terhadap beberapa hal yang berbeda, diantaranya adalah : 1. Stock on hand pada seuatu waktu tertentu (aset dapat dilihat, dihitung, dan diukur). 2. Daftar per item dari semua aset fisik. 3. Untuk menentukan jumlah item yang harus ada di tangan. 4. Nilai stok barang yang dimiliki perusahaan pada waktu tertentu (dalam konteks dokumen bagian keuangan dan akuntansi). Menurut Sipper et al (1997, p206), persediaan adalah suatu kuantitas dari komoditas yang dikontrol oleh perusahaan dan disimpan agar sewaktu-waktu dapat digunakan untuk dapat memenuhi permintaan di masa mendatang. Menurut Smith (1989, p108), persediaan didefinisikan sebagai stock of goods (persediaan barang), dimana secara umum dianggap sebagai suatu sumber yang memiliki nilai ekonomi. Persediaan terbuat oleh satu atau lebih item, dimana masing- masing item tersebut merupakan supply item, bahan baku, part yang dibeli atau dimanufaktur, assembly (perakitan), ataupun produk akhir yang unik. Menurut Elsayed (1994, p63), persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang setengah jadi dan barang perakitan, dan finished goods atau barang jadi yang berada di dalam sistem produksi pada titik waktu yang tepat. Persediaan menjadi buffer

Transcript of BAB 2 Landasan Teori -...

Page 1: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Persediaan

Menurut Tersine (1994, p3), persediaan mempunyai banyak perngertian

terhadap beberapa hal yang berbeda, diantaranya adalah :

1. Stock on hand pada seuatu waktu tertentu (aset dapat dilihat, dihitung,

dan diukur).

2. Daftar per item dari semua aset fisik.

3. Untuk menentukan jumlah item yang harus ada di tangan.

4. Nilai stok barang yang dimiliki perusahaan pada waktu tertentu (dalam

konteks dokumen bagian keuangan dan akuntansi).

Menurut Sipper et al (1997, p206), persediaan adalah suatu kuantitas dari

komoditas yang dikontrol oleh perusahaan dan disimpan agar sewaktu-waktu dapat

digunakan untuk dapat memenuhi permintaan di masa mendatang.

Menurut Smith (1989, p108), persediaan didefinisikan sebagai stock of goods

(persediaan barang), dimana secara umum dianggap sebagai suatu sumber yang

memiliki nilai ekonomi. Persediaan terbuat oleh satu atau lebih item, dimana masing-

masing item tersebut merupakan supply item, bahan baku, part yang dibeli atau

dimanufaktur, assembly (perakitan), ataupun produk akhir yang unik.

Menurut Elsayed (1994, p63), persediaan didefinisikan sebagai bahan baku,

barang setengah jadi dan barang perakitan, dan finished goods atau barang jadi yang

berada di dalam sistem produksi pada titik waktu yang tepat. Persediaan menjadi buffer

Page 2: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

21

antara tahapan-tahapan dalam sistem produksi, dan diantara sistem produksi dan

pelanggan.

Jadi persediaan adalah kuantitas dari barang (raw material, work in process,

dan finished goods) yang memiliki nilai ekonomi dan dimiliki oleh perusahaan untuk

dapat memenuhi permintaan di masa mendatang.

2.2 Tujuan Persediaan

Menurut Frazelle (2002, p91), goal dari manajemen persediaan adalah

meningkatkan financial return pada persediaan, sementara customer service level juga

ditingkatkan. Untuk dapat meningkatnya kedua hal tersebut dan begitu juga ketersediaan

persediaan, terdapat lima langkah untuk mengawalinya :

1. Meningkatkan ketepatan dari peramalan.

2. Mengurangi cycle times (waktu siklus).

3. Menurunkan biaya pemesanan/setup.

4. Meningkatkan inventory visibility.

5. Menurunkan biaya penyimpanan persediaan.

Persediaan terjadi karena penyediaan dan permintaan sulit diselaraskan dengan

tepat dan diperlukan waktu untuk melakukan kegiatan tersebut. Hal-hal berikut ini

merupakan faktor-faktor yang mendukung fungsi persediaan (Tersine, 1994, p6), antara

lain :

1. Faktor waktu, yang berhubungan dengan lamanya proses produksi dan

distribusi yang terjadi sebelum barang sampai ke konsumen.

2. Faktor diskontinuitas, yang dimaksudkan agar menjaga barang tersedia

terus menerus sehingga diperlukan persediaan sehingga tidak terjadi .

Page 3: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

22

3. Faktor ketidakpastian, yang merupakan hal-hal yang tidak diduga yang

dapat terjadi seperti saat mesin mengalami breakdown, bencana, dan

sebagaianya. Karena itu, persediaan dibutuhkan sebagai antisipasi

kemungkinan terjadinya kejadian tersebut.

4. Faktor ekonomi, yang memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam

mengurangi biaya yang terdiri dari pemesanan barang, pembelian dengan

discount, pengiriman, man power, dan sebagainya.

Cara lain untuk dapat menjelaskan tujuan pengadaan persediaan adalah dengan

menjelaskan klasifikasi fungsi dari persediaan itu sendiri. Berdasarkan utilitasnya,

semua persediaan dapat tergolong dalam satu atau lebih kategori berikut.

1. Working Stock (Lot Size Stock)

Merupakan persediaan yang dibutuhkan dan diadakan dalam mendukung

kebutuhan terhadap barang sehingga pemesanan dapat dilakukan dalam

bentuk lot size dibandingkan dengan ukuran dasar yang dibutuhkan. Lot

size mempunya manfaat untuk mengurangi atau meminimalisasikan biaya

pemesanan dan penyimpanan, mendapatkan discount pemesanan

kuantitas, dan biaya pengiriman.

2. Safety Stock

Merupakan persediaan yang diadakan dalam mengantisipasi

ketidakpastian persediaan dan permintaan. Safety Stock atau dapat juga

disebut sebagai stok pengaman ini pada umumnya dipakai selama waktu

kedatangan barang yang telah dipesan sehingga tidak terjadi kekurangan

barang.

Page 4: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

23

3. Anticipation Stock

Merupakan persediaan yang diadakan sehubungan dengan penyelarasan

permintaan yang bersifat musiman, tidak menentu, atau kurangnya

kapasitas produksi.

4. Pipeline Stock (Work In Process)

Merupakan persediaan yang ada dalam perjalanan yang membutuhkan

waktu dari penerimaan barang pada saat masuk, pengiriman bahan dlam

proses produksi, pengiriman barang sampai ke outputnya. Secara

eksternal, pipeline stock dapat digambarkan sebagai persediaan dalam

perjalan di truk, ataupun kapal. Sedangkan secara internal digambarkan

sebagai sebuah proses dimana menunggu untuk dapat diproses dan

dipindahkan.

5. Decoupling Stock

Merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

6. Psychic Stock

Merupakan persediaan barang yang digunakan untuk dapat

menstimulasikan permintaan dan bertindak seperti seorang penjual yang

diam. Kategori ini meningkatkan kesempatan sebuah item untuk dapat

terlihat dan dipertimbangkan untuk dapat dibeli oleh pelanggan. Seperti

halnya rak yang penuh di supermarket dapat meningkatkan penjualan

dengan memperlihatkan pelanggan terhadap banyaknya persediaan yang

ada, dan menciptakan visibility yang lebih tinggi terhadap suatu produk.

Page 5: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

24

2.3 Biaya Persediaan

Tujuan dari persediaan adalah untuk mendapatkan jumlah yang tepat untuk

barang pada tempat dan waktu yang tepat, serta mempunyai biaya yang rendah. Ada

beberapa parameter ekonomi dasar untuk model persediaan yang relevan untuk sebagian

besar sistem, yaitu : (Tersine, 1994, p13)

1. Purchase Cost (Biaya Pembelian)

Biaya pembelian dair suatu barang adalah biaya untuk membeli satu

satuan barang jika diperoleh dari sumber eksternal atau memproduksi

satu satuan barang jika barang tersebut diproduksi secara internal. Biaya

per unit ini harus selalu dibebankan ketika barang tersebut ditempatkan

sebagai persediaan. Untuk barang yang dibeli, pembelian ini termasuk

biaya transportasi, sedangkan untuk barang yang diproduksi, biaya

pembelian ini upah karyawan, biaya bahan baku dan overhead pabrik.

2. Order / Setup Cost (Biaya Pemesanan)

Biaya pemesanan ini berasal dair biaya yang timbul pada saat dilakukan

pemesanan untuk pemenuhan kembali persediaan yang dimiliki. Pada

saat pemesanan yang dilakukan, sejumlah biaya tertentu yang berkaitan

yaitu pemrosesan, persiapan, pendistribusian, penanganan, dan pembelian

sejumlah barang yang dipesan.

3. Holding Cost (Biaya Penyimpanan)

Biaya penyimpanan adalah biaya yang diasosiasikan dengan investasi

dalam persediaan dan untuk mempertahankan investasi fisik dalam

gudang. Menurut Elsayed (1994, p64), komponen-komponen pembentuk

biaya simpan adalah :

Page 6: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

25

a. Opportunity cost atau biaya kesempatan atas modal yang

diinvestasikan dalam persediaan, storage and space costs atau biaya

pergudangan yang meliputi biaya penyewaan gudang, biaya

penanganan (biaya penyimpanan) dan biaya maintenance atau biaya

pemeliharaan bahan baku di gudang, dan biaya administrasi gudang.

b. Storage and space costs atau biaya pergudangan yang meliputi

biaya penyewaan gudang, biaya penanganan (biaya penyimpanan)

dan biaya maintenance atau biaya pemeliharaan bahan baku di

gudang, dan biaya administrasi gudang.

c. Taxes and insurances atau pajak dan asuransi, dan biaya

penyusutan, serta pencegahannya, seperti contoh penyimpanan

sayuran, produk-produk yang terbuat dari susu, dan beberapa

produk keramik dan produk elektronika.

d. Cost of obsolescene atau biaya keusangan yang termasuk

didalamnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan bila ada

pergantian teknologi seperti penggantian komputer, alat

komunikasi, dan lainnya.

4. Stockout Cost (Biaya kekurangan persediaan)

Biaya ini juga dikenal sebagai shortage cost. Merupakan biaya yang

dikenakan jika tidak terdapat persediaan yang cukup untuk memenuhi

permintaan berlebih yang datang pada suatu saat tertentu. Ada dua jenis

yakni backorder cost dan lost sales cost. Keduanya sulit diukur secara

akurat.

Page 7: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

26

a. Backorder cost merupakan biaya yang dikenakan ketika terjadi

pemesanan yang baru dapat dipenuhi pada saat mendatang. Biaya

ini dapat menyebabkan tambahan biaya seperti dalam hal

transportasi dan pemesanan. Biaya backorder lebih mudah

diprediksi dibandingkan dengan lost sales cost atau biaya karena

kehilangan penjualan.

b. Lost sales cost atau biaya yang terjadi ketika kita tidak dapat

memenuhi pesanan konsumen, sehingga mereka membatalkan

pesanan tersebut. Biaya ini biasanya termasuk keuntungan yang

akan diterima dan kemungkinan negatif dalam hal penjualan di

masa yang akan datang.

2.4 Terminologi Sistem Persediaan

Di dalam terminologi sistem persediaan ini, Elsayed (1994, p64)

mengungkapkan definisi dari beberapa hal yang berhubungan dengan persediaan.

1. Demand. Keputusan penentuan persediaan (kebijakan, jumlah yang akan

dipesan, dan sebagainya) ditentukan berdasarkan permintaan di masa

mendatang. Jenis permintaan dapat berupa deterministic dan statis

ataupun dinamis secara alamiah.

2. Lead Time and Replenishment Rate. Lead time merupakan waktu jeda

antara saat dimana dilakukan pemesanan dan saat dimana pemesanan itu

diterima sebagai persediaan. Waktu lead time dapat bervariasi

(deterministic atau probabilistic dan konstan atau waktu yang

bervariasi). Replenishment rate merupakan rate dimana persediaan

diselesasaikan (build up).

Page 8: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

27

3. Reorder Level, yang merupakan level ataupun titik dimana dilakukan

pemesanan untuk pemenuhan persediaan.

4. Safety Stock, yang merupakan persediaan yang dipersiapkan untuk

menghindari terjadinya stockout atau kehabisan barang yang dapat

terjadi karena ketidakpastian terhadap proses pemenuhan barang atau

terhadap permintaan yang tinggi.

Menurut Sipper (1998, p207), Lingkungan persediaan diklasifikasikan menjadi

dua kategori utama, yaitu :

1. Deterministic atau stochastic. Deterministic berarti permintaan masa

mendatang diketahui secara pasti, sedangkan stochastic berarti memiliki

persediaan di masa mendatang yang tidak menentu. Di dalam kategori

ini, masing-masing memiliki analisis yang cukup berbeda. Stochastic

umumnya lebih realistis tetapi sulit untuk ditangani.

2. Permintaan independent atau permintaan dependent. Permintaan

independent tidak bergantung ataupun dipengaruhi oleh barang lainnya.

Contohnya seperti penjualan ritel atau produk jadi dalam industri

manufaktur. Sedangkan permintaan dependent bergantung terhadap

barang lainnya. Umumnya permintaan ini terdapat dalam industri

manufaktur dimana jumlah komponen ataupun bahan baku tergantung

dari jumlah produk yang ingin dihasilkan.

2.5 Aliran Biaya Persediaan

Persediaan memiliki 2 karakteristik, yaitu karakteristik fisik (aliran barang) dan

karakteristik finansial (aliran biaya). Metode aliran persediaan terkait dengan caranya

barang-barang ditambah dan diambil dari persediaan. Perkiraan persediaan barang untuk

Page 9: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

28

keperluan accounting tidak selalu sama dengan persediaan fisik barang yang aktual.

Pemilihan metode perkiraan aliran barang di dalam satu perusahaan akan menentukan

aliran biaya. Menurut Werner et al (2004, p314) terdapat tiga metode yang umum

digunakan, antara lain :

1. FIFO (First In First Out)

Di dalam metode ini, diperkirakan bahwa barang yang pertama kali

ditempatkan sebagai persediaan akan menjadi barang yang pertama kali

akan dijual. Ketika harga pembelian satu barang berubah, maka hal yang

terjadi adalah pendapatan penjualan akan dipasangkan dengan biaya yang

tercatat pada awalnya, bukan dengan biaya yang tercatat pada saat terjual.

FIFO dapat menjadi satu informasi yang baik untuk menentukan kondisi

perusahaan yang sekarang, karena FIFO menghitung nilai persediaan

dengan biaya yang paling terbaru.

Tabel 2.1 Contoh Rincian Pembelian Barang dalam Perhitungan Metode FIFO

Sumber: Yamit (1999, p201)

Tanggal Transaksi Unit Harga/unit Total Biaya

1 Januari Persediaan awal 200 Rp 1.000,00 Rp 200.000,00 31 Januari Pembelian 300 Rp 1.100,00 Rp 330.000,00 28 Februari Pembelian 400 Rp 1.160,00 Rp 464.000,00 31 Maret Pembelian 100 Rp 1.260,00 Rp 126.000,00 Jumlah 1000 Rp 1.120.000,00

Page 10: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

29

Tabel 2.2 Contoh Rincian Penjualan Barang dalam Perhitungan Metode FIFO

Sumber: Yamit (1999, p201)

Unit Penjualan Harga/unit Total Biaya

200 Rp 1.000,00 Rp 200.000,00 300 Rp 1.100,00 Rp 330.000,00 200 Rp 1.160,00 Rp 232.000,00 700 Rp 762.000,00

Tabel 2.3 Contoh Rincian Persediaan Akhir dalam Perhitungan Metode FIFO

Sumber: Yamit (1999, p201)

Persediaan Akhir Unit Harga/unit Total Biaya Pembelian Februari 200 Rp 1.160,00 Rp 232.000,00 Pembelian Maret 100 Rp 1.260,00 Rp 126.000,00 Jumlah 300 Rp 358.000,00

Harga pokok barang yang dijual dengan metode FIFO adalah Rp.

762.000,00, dan nilai persediaan akhir adalah Rp.1.120.000,00 –

Rp762.000,00 = Rp.358.000,00 untuk 300 unit.

2. LIFO (Last In First Out)

Di dalam metode ini, diperkirakan bahwa barang yang terakhir kali

ditempatkan sebagai persediaan akan menjadi barang yang pertama kali

akan dijual. Metode ini memasangkan harga pembelian satu barang

sekarang ini dengan pendapatan penjualan, sehingga kemungkinan

informasi terbaik bagi pembuat keputusan di bidang finansial untuk

menentukan potensi pendapatan perusahaan di masa mendatang. Namun

hal ini berakibat biaya persediaan akhir dianggap terlalu kuno.

Page 11: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

30

Tabel 2.4 Contoh Rincian Pembelian Barang dalam Perhitungan Metode LIFO

Sumber: Yamit (1999, p203)

Tanggal Transaksi Unit Harga/unit Total Biaya 1 Januari Persediaan awal 200 Rp 1.000,00 Rp 200.000,00 31 Januari Pembelian 300 Rp 1.100,00 Rp 330.000,00 28 Februari Pembelian 400 Rp 1.160,00 Rp 464.000,00 31 Maret Pembelian 100 Rp 1.260,00 Rp 126.000,00 Jumlah 1000 Rp 1.120.000,00

Tabel 2.5 Contoh Rincian Penjualan Barang dalam Perhitungan Metode LIFO

Sumber: Yamit (1999, p203)

Unit Penjualan Harga/unit Total Biaya 100 Rp 1.260,00 Rp 126.000,00 400 Rp 1.160,00 Rp 464.000,00 200 Rp 1.100,00 Rp 220.000,00 700 Rp 810.000,00

Tabel 2.6 Contoh Rincian Persediaan Akhir dalam Perhitungan Metode LIFO

Sumber: Yamit (1999, p203)

Persediaan Akhir Unit Harga/unit Total Biaya Pembelian 1 Januari 200 Rp 1.000,00 Rp 200.000,00 Pembelian Januari 100 Rp 1.100,00 Rp 110.000,00 Jumlah 300 Rp 310.000,00

Harga pokok barang yang dijual dengan metode LIFO adalah Rp.

810.000,00, dan nilai persediaan akhir adalah Rp.1.120.000,00 –

Rp810.000,00 = Rp.310.000,00 untuk 300 unit.

3. Average Cost Method

Di dalam metode ini, biaya yang digunakan adalah biaya rata-rata per unit

untuk menentukan harga pokok penjualan, dan harga barang-barang dalam

persediaan akhir. Menurut Yamit, metode ini terbagi menjadi 3, yaitu:

Page 12: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

31

(contoh soal yang digunakan dalam metode ini adalah sama dengan metode

FIFO maupun LIFO)

a. Rata-rata Sederhana

Perhitungan biaya per unit

= 4

1260116011001000 +++ = Rp.1.130,00 per unit.

Nilai persedian akhir

= (persediaan akhir*biaya per unit) = (300*1130) = Rp.339.000,00

Harga pokok penjualan

= (unit dikeluarkan*biaya per unit) = (700*1130) = Rp.791.000,00

b. Rata-rata Tertimbang

Perhitungan biaya per unit

= 1000

)100(1260)400(1160)300(1100)200(1000 +++=∑

NQP

ii

= Rp.1.120,00 per unit.

Nilai persedian akhir

= (persediaan akhir*biaya per unit) = (300*1120) = Rp.336.000,00

Harga pokok penjualan

= (unit dikeluarkan*biaya per unit) = (700*1120) = Rp.784.000,00

Page 13: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

32

c. Rata-rata Bergerak

Tabel 2.7 Contoh Catatan Persediaan dengan Perhitungan Metode Rata-rata Bergerak

Sumber: Yamit (1999, p205)

Tanggal Unit Harga/unit Total Biaya Rata-rata bergerak 1 Januari 200 Rp 1.000,00 Rp 200.000,00 Rp 1.000,00 31 Januari 300 Rp 1.100,00 Rp 330.000,00 Rp 1.060,00 28 Februari 400 Rp 1.160,00 Rp 464.000,00 Rp 1.104,44 31 Maret 100 Rp 1.260,00 Rp 126.000,00 Rp 1.120,00

Nilai persediaan akhir

= (persediaan akhir*biaya per unit) = (300*1120) = Rp.336.000,00

Harga pokok penjualan

= (unit dikeluarkan*biaya per unit) = (700*1120) = Rp.784.000,00

2.6 Kebijakan Persediaan

Kebijakan persediaan dikaitkan dengan waktu pemeriksaan dan kedisiplinan

pemesanan yang digunakan untuk pengontrolan persediaan (kapan dilakukan pemesanan

dan berapa banyak jumlah pemesanan tersebut). Kebijakan persediaan yang umum

digunakan antara lain (Elsayed, 1994, p67)

1. Periodic Review Policy

Pada kebijakan ini, tingkat persediaan diperhatikan (diperiksa) dalam

jangka waktu tertentu. Jika pada ketetapan waktu yang sudah ditentukan,

tingkat persediaan berada di atas titik reorder level, maka tidak ada

tindakan yang dilakukan, namun jika tingkat persediaan berada atau di

bawah titik reorder level maka akan dilakukan pemesanan hingga pada

tingkat target (maksimum).

Page 14: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

33

2. Order Up to R Policy

Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan khusus periodic review

dengan penggunaan reorder level, target stock level, dan review time

period. Titik reorder level adalah sama dengan target stock level.

Pemesanan akan dilakukan pada akhir waktu pemeriksaan yang telah

ditentukan sejumlah dari selisih antara target stock level dengan persediaan

pada akhir waktu pemeriksaan tersebut.

3. Continuous Review Policy

Kebijakan ini adalah sama dengan kebijakan Order Up to R, hanya saja

pemeriksaan persediaan dilakukan setiap hari. Hal yang membedakan

dengan kebijakan tersebut adalah ketidak harusan melakukan pemesanan di

akhir periode, tergantung dari jumlah persediaan pada saat tersebut.

4. Fixed Reorder Quantity Policy

Kebijakan ini tidak begitu berbeda dengan kebijakan continuous review,

kecuali pada jumlah pemesanan yang tetap setiap dilakukan pemesanan

pada saat jumlah persediaan berada di / di bawah titik pemesanan kembali.

5. Base Stock Policy

Pada kebijakan ini, reorder level adalah sama dengan target stock level,

dan pemesanan dilakukan ketika terjadi penarikan barang dari persediaan.

Jumlah persediaan di tangan, dan jumlah yang dipesan adalah sama dengan

target stock level di setiap waktu.

2.7 Klasifikasi ABC

Analisa ABC yang dikenal sebagai “Always Better Control” ini merupakan

pendekatan yang sangat berguna dalam manajemen material yang berbasiskan hukum

Page 15: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

34

Pareto, “Vital few and trivial many”, yang digunakan pada investasi terhadap suatu

barang. (Gupta et al, 2007, p325). Jika mengikuti hukum Pareto, maka secara ideal

klasifikasi ABC adalah sebagai berikut (Frazelle, 2002, p74) :

1. Produk kelas A berjumlah 5 % dan menghasilkan 80% penjualan.

2. Produk kelas B berjumlah 15% dan menghasilkan 15% penjualan.

3. Produk kelas C berjumlah 80% dan menghasilkan 5% penjualan.

2.8 Pengujian Distribusi Normal

Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika adalah

sebaran/distribusi normal dengan kurvanya yang berbentuk genta. Untuk mengetahui

apakah suatu populasi mengikuti sebaran normal atau tidak, dapat digunakan goodness

of fit (uji kebaikan suai). Uji kebaikan suai merupakan uji yang digunakan untuk

menentukan apakah populasi memiliki suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini

didasarkan pada seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam data

sampel dengan frekuensi harapan pada distribusi yang dihipotesakan.

Langkah-langkah uji kebaikan suai distribusi normal

1. Tentukan H0 dan H1

H0: populasi data mengikuti distribusi normal

H1: populasi data tidak mengikuti distribusi normal

2. Tentukan taraf nyata (α)

3. Menentukan daerah kritis

Tolak H0 jika tabelhitung22 χχ >

Page 16: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

35

4. Perhitungan:

a. Membuat selang kelas dengan langkah-langkah yang telah diajarkan

pada statistik modul pertama

b. Masukkan data-data yang ada pada tabel perhitungan

5. Kemudian hitung jumlah 2χ

Rumus:

( )∑ −=

eieioi 2

dimana:

oi: Frekuensi observasi (pengamatan)

ei: frekuensi harapan

6. Membuat kesimpulan

Terima atau tolak H0 dan simpulkan bahwa populasi mengikuti atau tidak

mengikuti distribusi normal.

Catatan:

a. Nilai ei pada setiap kelas harus>=5, jika ada kelas yang memiliki ei<5 ,

maka kelas tersebut harus digabung dengan kelas lainnya sedemikian rupa

sehingga ei μ 5.

b. tabel2χ dicari dengan menggunakan tabel distribusi Khi-kuadrat dengan v

(derajat kebebasan) v=k-1-m dimana :

k = jumlah kelas terakhir setelah tidak ada lagi sel yang berjumlah kurang

dari 5.

Page 17: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

36

m = jumlah parameter yang digunakan (untuk binomial = 1 , untuk poisson

= 1 , untuk normal = 2).

Goodness of Fit (Uji Kebaikan Suai) terdiri dari banyak metode, misalnya chi-

square test, Kolgomorov-Smirnov Test dan Anderson-Darling Test . Namun White et al

(1975, p338) mengutarakan bahwa uji yang disarankan untuk digunakan adalah

Kolmogorov-Smirnov Test karena secara statistik terbukti lebih baik dibandingkan

dengan Chi-Square Test.

Uji 1 sampel Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menentukan seberapa baik

sebuah sampel random data menjajagi distribusi teoritis tertentu (normal, uniform,

poisson, eksponensial). Uji ini didasarkan pada perbandingan fungsi distribusi kumulatif

sampel dengan fungsi distribusi kumulatif hipotesis.

1 Hipotesis:

H0: Sampel ditarik dari populasi dengan distribusi tertentu

H1: Sampel ditarik bukan dari populasi dengan distribusi tertentu

2 Kaidah pengambilan keputusan:

Asymp. Sig < taraf signifikansi atau taraf nyata Tolak H0

Asymp. Sig > taraf signifikansi atau taraf nyata Terima H0

Pengujian Uji 1 sampel Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan menggunakan

aplikasi SPSS dengan langkah-langkah berikut ini.

1. Mendefinisikan data pada kolom pertama.

2. Memasukkan data pada kolom pertama.

3. Pada menu utama, pilih : Analyze Nonparametric Test 1 Sample KS

a. Pada Test Variable List masukkan variabel yang akan diuji

b. Pada Test Distribution pilihlah normal.

Page 18: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

37

4. Klik OK.

Gambar 2.1 Kotak Dialog One Sample Kolmogorov-Smirnov

Sumber: http://www.mathnstuff.com/math/spoken/here/2class/90/normal.htm

Gambar 2.2 Distribusi Normal

2.9 Peramalan

Peramalan menurut Makridakis (1999,p14) adalah suatu kemampuan untuk

memperkirakan / menduga keadaan permintaan produk di masa datang yang tidak pasti.

Dengan memperkirakan hal yang akan terjadi, tindakan yang tepat dapat diambil untuk

dapat menanganinya.

Page 19: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

38

Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan menjadi 3

kategori, yaitu :

1. Peramalan Jangka Pendek

Peramalan jangka pendek adalah peramalan yang jangka waktunya

mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini

digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah

tenaga kerja, penugasan dan tingkat produksi.

2. Peramalan Jangka Menengah

Peramalan jangka menengah adalah peramalan yang jangka waktunya

diantara tiga bulan sampai tiga tahun. Permalan ini digunakan untuk

merencanakan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi,

penganggaran kas dan menganalisis berbagai rencana operasi.

3. Peramalan Jangka Panjang

Peramalan jangka penjang adalah peramalan yang jangka waktunya lebih

dari tiga tahun atau lebih. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan

produk baru, pengeluaran modal, pemilihan lokasi fasilitas-fasilitas atau

ekspansi dan penelitian serta pengembangan.

2.10 Pendekatan Peramalan

Ada dua pendekatan umum dalam peramalan, yaitu (Baroto, 2002, p27):

1. Peramalan kualitatif (subjektif)

Metode kualitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa

lalu tersedia. Dalam metode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka

dijadikan dsar untuk menetapkan permintaan yang akan datang. Metode

Page 20: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

39

kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok

nominal (nominal group technique).

2. Peramalan kuantitatif

Pada metode ini, suatu set data historis (masa lalu) digunakan untuk

mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua

kelompok besar metode kuantitatif, yaitu metode time series yang

menggunakan waktu sebagai dasar peramalan, dan metode nontime series

(structural models). Metode kuantitatif nontime series adalah metode-

metode ekonometrik, metode analisis input-output, metode regresi dengan

variabel bebas bukan waktu.

Beberapa metode time series diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Double Exponential Smoothing

Metode peramalan ini mudah digunakan dan efisien. Metode ini

menggunakan Faktor penghalusan yakni nilai alpha. Nilai alpha ini

bersifat bebas atau subjektif dengan rentang dari 0 sampai 1.

Dibawah ini adalah rumus – rumus yang digunakan dalam Metode

Double Exponential Smoothing:

S’T= ( ) ( )11. −−+ tT SX αα

S”T= ( ) ( )1"1'. −−+ tT SS αα

a =t tt SS "'2 −

b =t ( )TT SS "'1

−−αα

mbaF ttmT +=+

Page 21: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

40

Inisialisasi : X1 = S’1 = S”1

2. Double Moving Average

Metode ini termasuk dalam moving averages atau rata-rata bergerak.

Metodi ini digunakan bila kita mengasumsikan bahwa permintaan

pasar tetap stabil sepanjang waktu.

Rumus yang dipakai yaitu :

S’T=

NXXXX Ntttt 121 ... +−−− ++++

S”T=

NSSSS Ntttt 121 '...''' +−−− ++++

a =t ( ) ttttt SSSSS "'2"'' −=−+

b =t ( )TT SSN

"'1

2−

mbaF ttmt +=+

3. Regresi Linier

Pada metode ini, penjualan akan disebut variabel tidak bebas

(dependent variable) dan variabel-variabel lain disebut variabel bebas

(independent variable). Model peramalan kausal kuantitatif yang

paling umum adalah analisis regresi linear.

Rumus regresi linear sederhana, yaitu :

y tt ba +=

( )∑ ∑−

∑ ∑ ∑−=

22 ttn

yttynb

a = −−

− tby

Page 22: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

41

dimana

y = nilai peramalan

a = konstanta y

b = nilai kemiringan

n = jumlah data

t =indeks penunjuk

Pada metode time series, salah satu langkah dalam memilih metodenya

adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data terbagi

menjadi :

1. Pola Stasioner atau Horizontal (H)

Terjadi jika nilai data berfluktuasi di sekitar nilai mean atau rata-rata

yang konstan. Deret seperti itu stasioner terhadap nilai rata-ratanya. Suatu

produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu

tertentu termasuk jenis ini.

Waktu

Sumber: Yamit (1999, p20)

Gambar 2.3 Pola Data Horisontal

2. Pola musiman (S)

Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya

kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).

Page 23: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

42

Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan bahan bakar

pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Waktu

Sumber: Yamit (1999, p20)

Gambar 2.4 Pola Data Musiman

3. Pola Siklis (C)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka

panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk

seperti mobil, baja dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola

data ini.

Waktu

Sumber: Yamit (1999, p21)

Gambar 2.5 Pola Data Siklis

4. Pola trend (T)

Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka

panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional

Page 24: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

43

(GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti pola

trend selama perubahannya sepanjang waktu.

Waktu

Sumber: Yamit (1999, p21)

Gambar 2.6 Pola Data Trend

2.11 Pemilihan Metode Peramalan

Jika Xt merupakan data aktual untuk periode t dan Ft merupakan ramalan (atau

nilai kecocokan / fitted value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan

sebagai :

ttt FXe −=

Pertimbangan diterimanya sebuah metode peramalan adalah melalui kriteria-

kriteria berikut ini :

1. Mean Absolute Error (MAE)

∑==

n

t ten

MAE1

1

2. Mean Square of Error (MSE)

21

1t

n

te

nMSE ∑=

=

Page 25: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

44

3. Mean Absolute Procentage of Error (MAPE)

tn

tPE

nMAPE ∑ =

=1

1

Dimana :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −=

t

tt

XFX

PE *100%

4. Isyarat Tracking Signal

Isyarat arah merupakan pengukuran tentang sejauh mana ramalan

memprediksi nilai aktual dengan baik. Jika ramalan diperbaharui setiap

minggu, bulan, atau kuartal, maka data permintaan yang baru tersedia akan

dibandingkan dengan nilai ramalannya.

Isyarat arah ini dihitung sebagai jumlah kesalahan ramalan yang berjanalan

(running sum of the forecast error atau RSFE) dibagi dengan Mean

Absolute Deviation (MAD).

Rumus:

Isyarat tanda (tracking signal) = MADRSFE

= ( )MAD

iPeriodeRamalantaanPerPeriodedalamAktualtaanPer∑ − minmin

dimana,

( )n

PeramalanKesalahanMAD ∑=

Jika hasil perhitungan menunjukkan isyarat arah positif maka berarti bahwa

permintaan lebih besar dari ramalan. Jika isyarat arah negatif menunjukan

bahwa permintaan lebih kecil dari ramalan. Isyarat arah yang baik, yaitu

Page 26: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

45

yang memiliki RSFE rendah dan memiliki bias positif sebanyak bias

negatifnya. Dengan kata lain, bias yang kecil tidak masalah, tetapi bias

positif dan negatif seharusnya saling menyeimbangkan sehingga tanda

penelurusan berada disekeliling bias nol.

2.12 Metode Pemesanan

Terdapat empat metode perancangan dasar untuk melakukan pemesanan yang

kerap digunakan di dalam industri manapun, antara lain : (ROP, EOQ), (ROP, OUL),

(RTP, OUL), dan (RTP, ROP, OUL) (Frazelle, 2002, p129).

Keterangan :

ROP : Reorder Point (dikenal juga sebagai Reorder Level)

EOQ : Economic Order Quantity

OUL : Order Up to Level (dikenal juga sebagai Target Stock Level)

RTP : Review Time Period

1. (ROP, EOQ)

Metode ini termasuk dalam continuous review, dimana sejumlah quantity

atau sejumlah EOQ dipesan ketika level persedian menurun hingga titik

reorder point atau titik pemesanan kembali. Ini merupakan kebijakan

pengontrolan persediaan yang paling mudah. ROP biasanya terhitung

dengan safety stock ditambahkan dengan permintaan selama lead time yang

sudah diramalkan. Kelebihan menggunakan EOQ adalah meminimasikan

jumlah pemesanan dan biaya penyimpanan pemesanan, namun yang

menjadi kekurangannya adalah diperlukannya pemeriksaan persediaan

setiap saat.

Page 27: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

46

2. (ROP, OUL)

Metode ini termasuk dalam continuous review, dimana sejumlah persediaan

dipesan hingga titik target stock level, dan pemesanan tersebut dilakukan

ketika level persediaan menurun hingga titik reorder point. OUL ditetapkan

untuk menghindari terjadinya stockout.

3. (RTP, OUL)

Pada metode RTP, waktu untuk dilakukan pemesanan sudah ditetapkan,

dan pemesanan dilakukan rutin pada RTP tersebut. Jumlah pemesanan

adalah jumlah yang akan menaikkan level persediaan hingga titik target

stock level. Salah satu kekurangan dari penggunaan metode ini adalah

persediaan yang akan selalu penuh akan mengacu pada biaya penyimpanan

pemesanan yang cukup tinggi. Disamping hal tersebut, karena pemeriksaan

dilakukan hanya secara berkala, sehingga dapat terjadi stockout sebelum

dilakukan pemesanan kembali.

4. (RTP, ROP, OUL)

Pada metode ini, setiap RTP dilakukan pemesanan hingga titik target stock

level jika titik persediaan sudah berada atau dibawah titik ROP. Metode ini

dapat dikatakan sebagai metode yang paling sedikit mengeluarkan biaya,

tetapi paling sulit untuk dimengerti dan memungkinkan terjadinya stockout

ketika pada periode pemeriksaan tersebut titik persediaan sudah berada

dekat dengan titik ROP.

2.12.1 Penghitungan Reorder Point

Penghitungan reorder point menurut Waters (1992, p156) adalah sebagai

berikut

Page 28: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

47

Reorder Point = ROP = lead time demand + Safety Stock

= ( D * LT ) + (Z * σ * LT )

2.12.2 Penghitungan Review Time Period

Penghitungan review time period yang dilakukan adalah untuk multi item

(jumlah item yang dipesan pada satu supplier adalah lebih dari satu item).

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

=

=

=

n

jjj

n

jj

DCi

AT

1

1*

2 j=1,2,3,...n

Dimana :

A = Biaya pemesanan

C = Biaya pembelian item tersebut

D = Rata-rata permintaan untuk setahun

2.12.3 Penghitungan Order Up to Level

Penghitungan order up to level adalah dengan menghitung target stock level

sebagai titik maksimum suatu persediaan. Penghitungan target stock level disesuaikan

dengan waktu pemeriksaan (T) yang telah dihitung dari review time period.

Target Stock Level = ( demand over T+LT ) + ( Safety Stock over T+LT )

= ( D * ( T + LT ) ) + ( Z * σ * )( LTT + )

2.13.4 Penghitungan Safety Stock

Seperti yang diutarakan pada subbab 2.2, safety stock atau stok pengaman

merupakan persediaan yang diadakan dalam mengantisipasi ketidakpastian persediaan

dan permintaan. Menurut Baroto (2002, p97), penggunaan safety stock tidak dapat

diterapkan pada semua item. Penggunaan safety stock haruslah tepat, sehingga tidak

Page 29: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

48

terjadi stockout pada item yang permintaannya tinggi, dan biaya persediaan yang tinggi

terhadap item yang sulit terjual. Karena itu, permasalahan ini diselesaikan dengan

klasifikasi ABC, sehingga hanya item yang dianggap vital yang diberlakukan

penggunaan safety stock.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan safety stock :

LTZSS **σ=

Dimana :

Z = Nilai yang didapatkan berdasarkan service level yang ditetapkan

σ = Standar Deviasi

LT = lead time = waktu pengiriman

Tabel 2.8 Tabel Nilai Z

Sumber: Waters (1992, p155)

Z Percentage of cycles with shortages (%)

Cycle service level (%)

0,00 50,0 50,0 0,84 20,0 80,0 1,00 15,9 84,1 1,04 15,0 85,0 1,28 10,0 90,0 1,48 7,0 93,0 1,64 5,0 95,0 1,88 3,0 97,0 2,00 2,3 97,7 2,33 1,0 99,0 2,58 0,5 99,5 3,00 0,1 99,9

Page 30: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

49

2.13 Sistem Informasi

2.13.1 Pengertian Sistem

Menurut McLeod (2001, p11) sistem merupakan sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu

organisasi atau bidang fungsional cocok untuk menggambarkan ini, dimana organisasi

terdiri dari bidang-bidang fungsional yang semuanya mengacu pada tercapainya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.

Sistem ini sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu sistem terbuka dan sistem

tertutup. Suatu sistem yang dihubungkan dengan lingkungannya melalui arus sumber

daya disebut sistem terbuka, sedangkan jika sistem tidak lagi dihubungkan dengan

lingkungannya maka ini disebut sistem tertutup.

Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sebuah kelompok yang terintegrasi

dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menerima masukan (inputs)

dan menghasilkan keluaran (outputs) dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir

dengan baik.

Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu

untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan atau mencapai tujuan tertentu dari

perusahaan.

Model dasar dari sistem ialah sebagai berikut:

a. Input

Merupakan sekumpulan data baik dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.

Page 31: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

50

b. Process

Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari data input menjadi

lebih berarti bagi manusia.

c. Output

Merupakan proses mendistribusikan informasi kepada orang atau kegiatan

yang memerlukannya.

d. Feedback

Merupakan output yang dikembalikan kepada orang-orang dalam organisasi

untuk membantu mengevaluasi input.

e. Subsistem

Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-

masing subsistem itu sendiri mempunyai komponen input, process, output, dan

feedback.

Sistem terdiri dari elemen-elemen yang menunjang terbentuknya sistem itu

sendiri yaitu input, proses transformasi, output. Dimana elemen umpan balik (feedback)

terkadang digunakan untuk menampung informasi dari output system dan memberikan

kepada sistem sebagai input baru.

2.13.2 Pengertian Informasi

McLeod (2001, p12) berpendapat informasi adalah data yang telah diproses

atau data yang memiliki arti. Sedangkan menurut O’Brien (2004, p13) informasi adalah

data yang telah dikonversikan menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai

tertentu.

Terdapat empat dimensi informasi menurut McLeod (2001, p145), yaitu :

Page 32: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

51

• Ketepatan waktu

Informasi harus dapat tersedia untuk memcahkan masalah pada waktu yang

tepat sebelum situasi menjadi tidak terkendali atau kesempatan yang ada

menghilang.

• Kelengkapan

Perusahaan khususnya manajer harus dapat memperoleh informasi yang

memberi gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun

pemberian informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.

• Akurasi

Secara ideal, semua informasi harus akurat untuk menunjang terbentuknya

system yang akurat pula. Akurasi ini terutama diperlukan dalam aplikasi-

aplikasi tertentu seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti

informasi yang diinginkan maka biaya pun semakin bertambah.

• Relevansi

Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan

masalah yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang

diperlukan.

2.13.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2003, p7), sebuah sistem informasi dapat berupa kombinasi

teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang

mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.

Menurut Laudon (2003, p7), sistem informasi adalah sebuah kumpulan dari

komponen-komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (atau mengambil

Page 33: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

52

kembali), mengolah, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung

pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi.

Jadi sistem informasi adalah elemen-elemen yang saling berkaitan dengan

menggunakan sumber daya untuk mengolah masukan berupa data menjadi keluaran

berupa informasi, sehingga berguna bagi pihak yang membutuhkannya.

2.14 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah metode untuk

menganalisa dan merancang sistem dengan pendekatan berorientasi object (Mathiassen

et al, 2000, p135). Object diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki identitas, state

dan behavior (mathiassen et al, 2000, p4). Pada analisa, identitas sebuah object

menjelaskan bagaimana seorang user membedakannya dari object lain, dan behavior

object digambarkan melalui event yang dilakukannya. Sedangkan pada perancangan,

identitas sebuah object digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya

sehingga dapat diakses, dan behavior object digambarkan dengan operation yang dapat

dilakukan object tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem.

2.14.1 Objek dan Class

Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku

(Mathiassen et al., 2000,p4). Contoh dari objek misalnya pelanggan yang merupakan

entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan yang lain. Sedangkan class merupakan

deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut yang

sama (Mathiassen et al., 2000,p4). Untuk dapat lebih memahami objek, biasanya objek-

objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk class.

Page 34: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

53

2.14.2 Konsep Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam proses analisa dan

perancangan berorientasi objek, yaitu:

1. Encapsulation

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana

berarti pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan agar developer

tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama, melainkan hanya perlu

memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.

2. Inheritance

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana

berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat dan

karakteristik-karakteristik sama dengan yang dimiliki class induknya

disamping sifat-sifat dan karakteristik-karakteristk individualnya.

3. Polymorphism

Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang

berbeda atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan atribut

dan operasi yang sama.

2.14.3 Keuntungan dan Kelemahan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Mathiassen et al. (2000, p5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

Page 35: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

54

2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek.

Selain keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan OOAD seperti yang

telah disebutkan di atas, ternyata juga terdapat beberapa kelemahan yang berhasil

diidentifikasi oleh McLeod (2001, p615) yaitu:

1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk

sistem bisnis.

2.14.4 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Mathiassen et al. (2000, p14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama

dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan dalam Gambar 2.7

berikut ini.

Page 36: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

55

Sumber: Mathiassen et al (2000, p15)

Gambar 2.7 Aktivitas Utama dalam OOAD menurut

Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai keempat aktivitas

utama dalam melakukan analisa dan perancangan berorintasi objek menurut Mathiassen

et al. (2000, pp14-15):

1. Analisis Problem Domain

Problem domain merupakan bagian dari situasi yang diatur, diawasi, dan

dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem domain adalah

mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Analisis problem

domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang digambarkan dalam Gambar 2.8,

yaitu:

a. Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model

problem domain.

b. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi

struktural antara class dan objek.

Page 37: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

56

c. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.

Sumber : Mathiassen et al (2000, p46)

Gambar 2.8 Aktivitas Analisis Problem Domain

Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah

menentukan class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table

yang dapat membantu menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap.

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya akan

dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi, agregasi,

atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class diagram.

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan diperluas

dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari masing-masing

class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

• Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

• Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

• Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

Page 38: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

57

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang menunjukkan

perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan oleh event

tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state.

2. Analisis Application Domain

Menurut Mathiassen, et al (2000, p115) application-domain adalah

organisasi yang mengatur, memonitor atau mengendalikan problem-domain.

Analisis application-domain memfokuskan bagaimana target dalam sistem

akan digunakan dengan menentukan function dan interface sistem. Sama

seperti analisis problem domain, analisis application domain juga terdiri

dari beberapa aktivitas antara lain:

a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi

dengan user.

b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah

informasi.

c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.

Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada saat

melakukan analisis application domain.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)

Gambar 2.9 Aktivitas Analisis Application Domain

Page 39: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

58

• Usage

Menurut Mathiassen, et al (2000, p119-120) kegiatan usage adalah

kegiatan pertama dalam analisis application-domain yang bertujuan

untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna

atau sistem yang berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi

antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case

diagram.

Use case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil dari

analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use

case dan aktor yang ada yang digambarkan dalam tabel aktor atau use

case diagram. Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah mengetahui

alasan aktor menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki

alasan yang berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu

dengan melihat peran dari aktor seperti yang dinyatakan oleh use case

dimana aktor tersebut terlibat. Masing-masing aktor memiliki peran

yang berbeda-beda.

Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use

case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan

dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan

function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena

use case adalah sebuah fenomena yang dinamik

Page 40: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

59

• Function

Menurut Mahiassen, et al (2000, p137-138). Function memfokuskan

pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam

melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe yang

berbeda, yaitu:

1. Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan

menghasilkan perubahan status model.

2. Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan

menghasilkan reaksi di dalam context.

3. Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

4. Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi

dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun

oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang

dilakukan.

Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan

sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

daftar function-function yang merinci function-function yang

kompleks. Daftar function harus lengkap menyatakan secara

Page 41: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

60

keseluruhan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor sehingga

harus konsisten dengan use case.

Cara untuk mengidentifikasi function adalah dengan melihat deskripsi

problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat

deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas

dapat menyebabkan munculnya kebutuhan terhadap function update,

sementara usecase dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe

function.

• User Interface

Menurut Mahiassen, et al (2000, p151-152). Interface

menghubungkan sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam

konteks. Ada dua jenis interface, yaitu: interface pengguna yang

menghubungkan pengguna dengan sistem dan interface sistem yang

menghubungkan sistem dengan sistem lainya.

Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan

pekerjaan dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface

pengguna ditentukan oleh kegunaan atau usability interface tersebut

bagi pengguna.Usability bergantung pada siapa yang menggunakan

dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan. Oleh sebab itu,

usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari

kegiatan analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan

functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

deskripsi elemen-elemen interface pengguna dan interface sistem

Page 42: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

61

yang lengkap, dimana kelengkapan menunjukan pemenuhan

kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi dengan sebuah

diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-

elemen user interface dan perubahan antara elemen-elemen tersebut

(p159).

3. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses

sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang

terkomputerisasi.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria, component

architecture, dan process architecture seperti yang digambarkan pada

Gambar 2.10

Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)

Gambar 2.10 Aktivitas Architectural Design

Criterion merupakan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. Tabel

2.9 menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh para peneliti untuk

menentukan kualitas dari sebuah software.

Page 43: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

62

Tabel 2.9 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software Sumber: Mathiassen (2000, p178)

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform Correct Kesesuaian dengan kebutuhan Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya

Flexible Biaya memodifikasi sistem Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria usable,

flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus

dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan

sistem.

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-komponen

yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang

paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

• Generic Architecture Pattern

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan

class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks.

Page 44: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

63

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari

proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga

perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola

distribusi yang ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan

processor dengan komponen program dan active objects.

4. Component Design

Menurut Mathiassen, et al. (2000, p231) Component design bertujuan untuk

menentukan implementasi kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural.

Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan

kebutuhan sistem. Hasilnya adalah deskripsi mengenai komponen-

komponen yang saling berhubungan dengan sistem. Component design terdiri

dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Menurut Mathiassen, et al (2000, p235) Model component adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Konsep utama dalam desain komponen model adalah

struktur. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang

telah direvisi.

Page 45: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

64

b. Function component

Menurut Mathiassen, et al (2000, p251) komponen function adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.

Tujuan dari function komponen adalah memberikan akses bagi usr

interface dan komponen sistem lainnya ke model.

c. Connecting component

Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh

rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah

class diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen

sistem. Gambar 2.10 berikut ini menggambarkan aktivitas-aktivitas

yang terdapat dalam component design.

Sumber: Mathiassen (2000, p232)

Gambar 2.11 Aktivitas Component Design

2.15 Unified Modeling Language (UML)

2.15.1 Sejarah UML

Pada akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, sudah banyak terdapat metode

pemodelan berorientasi objek yang digunakan pada industri-industri, diantaranya Booch

Page 46: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

65

Method, Object Modeling Technique (OMT) yang diperkenalkan oleh James Rumbaugh,

dan Object-Oriented Software Engineering (OOSE) yang diperkenalkan oleh Ivar

Jacobson. Keberadaan berbagai metode tersebut justru menjadi masalah utama dalam

pengembangan sistem berorientasi objek, karena dengan banyaknya metode pemodelan

objek yang digunakan akan membatasi kemampuan untuk berbagi model antar proyek

dan antar tim pengembang. Hal tersebut disebabkan oleh berbedanya konsep masing-

masing metode pemodelan objek sehingga menghambat komunikasi antara anggota tim

dengan user yang berujung pada banyaknya kesalahan atau error pada proyek.

Dikarenakan masalah-masalah tersebut, maka diperlukanlah suatu standarisasi

penggunaan bahasa pemodelan.

Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh bekerja sama dan

menyatukan metode pengembangan berorientasi objek mereka dengan tujuan untuk

menciptakan sebuah sistem pengembangan berorientasi objek yang standar. Pada tahun

1995 Ivar Jacobson ikut bergabung dengan mereka dan ketiganya memusatkan perhatian

untuk menciptakan sebuah bahasa pemodelan objek yang standar, bukan lagi

berkonsentrasi pada metode atau pendekatan berorientasi objek. Berdasarkan pemikiran

ketiga tokoh tersebut, maka akhirnya pada tahun 1997 bahasa pemodelan objek standar

Unified Modeling Language (UML) versi 1.0 mulai diperkenalkan kepada masyarakat

luas.

UML bukan merupakan metode untuk mengembangkan sistem, melainkan

hanya berupa notasi yang kemudian pada saat ini diterima dengan luas sebagai bahasa

pemodelan objek yang standar. Object Management Group (OMG) mengadopsi UML

pada bulan November 1997 dan sejak saat itu terus mengembangkannya berdasarkan

Page 47: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

66

pada kebutuhan dunia industri. Pada tahun 2004, telah diluncurkan UML versi 1.4 dan

pada saat itu juga OMG telah mulai merencanakan pengembangan UML versi 2.0.

2.15.2 Notasi UML

Notasi (Mathiassen et al, 2000, p237) adalah bahasa textual dan graphical

untuk menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya yang diformalisasikan secara

terpisah. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi.

2.15.2.1 Class Diagram

Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Class diagram

menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural diantara

class objek tersebut (Mathiassen et al., 2000, p336). Terdapat tiga jenis hubungan antar

class yang biasa digunakan dalam class diagram (Whitten et al., 2004, p455-459).

Ketiga jenis hubungan tersebut antara lain:

1. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class. Hubungan ini

menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class

lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan

objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan.

Gambar 2.12 Contoh Hubungan Asosiasi

2. Generalisasi (atau Spesialisasi)

Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype

dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan

behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak

Page 48: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

67

memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan

behavior milik class induknya. Class induk merupakan generalisasi dari class

anaknya, sedangkan class anak merupakan spesialisai dari class induknya.

Gambar 2.13 Contoh Hubungan Generalisasi

3. Agregasi

Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan

bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B

merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari

objek B. Pada hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu

tidak akan memiliki atribut atau behavior dari objek tersebut.

Gambar 2.14 Contoh Hubungan Agregasi

2.15.2.2 Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis dari

sebuah objek dalam sebuah class yang spesifik dan berisi state dan transition

(Mathiassen et al., 2000, p341). Statechart diagram mengilustrasikan siklus objek hidup

Page 49: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

68

yaitu berbagai status yang dapat dimiliki objek dan event yang menyebabkan status

objek berubah menjadi status lain (Whitten et al., 2004, p700).

Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut (Whitten et

al., 2004, p700):

1. Mengidentifikasi initial dan final state.

2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425)

Gambar 2.15 Contoh Statechart Diagram

2.15.2.3 Use Case Diagram

Use Case Diagram menggambarkan interaksi antara sistem dan user (Whitten

et al., 2004, p441). Use case diagram mendeskripsikan secara grafis hubungan antara

actors dan use case (Mathiassen et al., 2000, p343). Penjelasan use case biasa

ditambahkan untuk menjelaskan langkah-langkah interaksi.

Page 50: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

69

Library System

Visitor

Patron

Apply formembership

Search libraryinventory

Check out books

Sumber: Whitten et al. (2004, p282)

Gambar 2.16 Contoh Use Case Diagram

2.15.2.4 Sequence Diagram

Bennet et al. (2006, p253) mengemukakan bahwa sequence diagram

menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence

diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda untuk

memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem.

Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk menggambarkan interaksi

antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

Bennet et al. (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram

harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang

merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet et al. (2006, p270) juga

menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang

terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

Page 51: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

70

a. alt

Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan

bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

b. opt

Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang

memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika

syarat tertentu dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame

tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa

operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

f. seq

Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti

operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan

manapun.

g. strict

Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang

menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

Page 52: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

71

h. neg

Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan

operasi yang tidak valid.

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi

yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang

dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam

interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang

valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa

frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah

sequence diagram tertentu.

Page 53: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

72

Campaign Manager :Client

getName()

listCampaigns()

:Campaign

getCampaignDetails()

:Advert

loop [for all client’s campaigns]

listAdverts()

getAdvertDetails()loop [for all campaign’s adverts]

addNewAdverts()

AdvertnewAd:Advert

Sumber: Bennet et al. (2006, p254)

Gambar 2.17 Contoh Sequence Diagram

2.15.2.5 Navigation Diagram

Navigation Diagram merupakan statechart diagram khusus yang berfokus

pada user interface (Mathiassen et al., 2000, p344). Diagram ini menunjukkan window-

window dan transisi diantara window-window tersebut.

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki

nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya

sebuah tombol yang menghubungkan dua window.

Page 54: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

73

2.15.2.6 Component Diagram

Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk

menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan

bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga

menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak dengan dua

kotak kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua komponen menunjukkan

bagaimana kedua komponen tersebut saling berkomunikasi.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201)

Gambar 2.18 Contoh Component Diagram

2.15.2.7 Deployment Diagram

Deployment Diagram, sama seperti component diagram, juga merupakan

diagram implementasi yang menggambarkan arsitektur fisik sistem. Perbedaannya,

deployment diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur fisik software saja,

Page 55: BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00456-TISI-Bab 2.pdf · Meningkatkan inventory visibility. ... Jenis permintaan dapat berupa

74

melainkan software dan hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software,

processor, dan peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem (Whitten et al., 2004,

p442). Menurut Mathiassen et al. (2000, p340), deployment diagram menunjukkan

konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang terhubung dengan processor

tersebut.

Setiap kotak dalam deployment diagram menggambarkan sebuah node yang

menunjukkan sebuah hardware. Hardware dapat berupa PC, mainframe, printer, atau

bahkan sensor. Software yang terdapat di dalam node digambarkan dengan simbol

komponen. Garis yang menghubungkan node menunjukkan jalur komunikasi antar

device. Gambar 2.18 berikut ini menunjukkan sebuah contoh deployment diagram.

:Client

UserInterface

SystemInterface

Function

Model

:Server

SystemInterface

more clients

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

Gambar 2.19 Contoh Deployment Diagram