BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian...
-
Upload
truongkiet -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Mathiassen et al (2000, p9), sistem adalah kumpulan komponen yang
mengimplementasikan kebutuhan fungsi dan antarmuka permodelan.
Menurut McLeod (2001, p13), sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana unsur-
unsur dari sistem meliputi input, transformasi, output, mekanisme pengendalian, tujuan
dan umpan balik (feedback).
Menurut O’Brien (2002, p8), sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan
menerima input dan menghasilkan output melalui proses transformasi yang terorganisir.
Jadi, sistem adalah sekumpulan komponen yang terintegrasi, berinteraksi dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang sama.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Davis (1993, p28), informasi adalah data yang telah diolah menjadi
suatu bentuk yang berarti bagi penerima dan bermanfaat dalam membantu pengambilan
keputusan, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Data adalah angka-
angka yang secara relatif belum mempunyai arti bagi pemakai.
Menurut McLeod (2001, p12), informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang memiliki arti.
8
Menurut O’Brien (2002, p15), informasi adalah data yang telah diubah menjadi
berarti dan berguna khususnya bagi pengguna akhir.
Jadi, informasi adalah data yang telah diproses sehingga memiliki arti yang berguna bagi
pengguna akhir.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2002, p7), sistem informasi adalah kombinasi yang
terorganisasi antara sumber daya manusia, hardware, software, jaringan komunikasi dan
sumber daya data yang dikumpulkan kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi
yang disebarluaskan ke seluruh organisasi.
Menurut Turban (2001, p8), sistem informasi adalah sistem yang
mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menganalisa data, dan menyebarkan
informasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
2.1.4 Peran Fundamental dari Sistem Informasi dalam Bisnis
Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p6), ada 3 alasan fundamental untuk
semua aplikasi bisnis dari teknologi informasi. Alasan tersebut dapat ditemukan dalam 3
peran penting yang dapat diberikan sistem informasi pada bisnis proses:
• Mendukung bisnis proses itu sendiri
• Mendukung pengambilan keputusan dari pegawai dan manajer
• Mendukung strategi perusahaan untuk mencapai keuntungan kompetitif
9
2.2 Analisis dan Perancangan Sistem
2.2.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut McLeod (2001, p128), analisis sistem adalah mempelajari sistem yang
sudah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau melakukan peningkatan pada
sistem.
Menurut Mulyadi (2001, p41), analisis sistem adalah mengidentifikasikan
informasi yang diperlukan oleh pemakai untuk melaksanakan pekerjaannya. Masalah
yang sering dihadapi oleh analisis sistem pada tahap ini adalah membedakan apa yang
diminta, dengan apa yang diinginkan, dan dengan apa yang diperlukan oleh pemakai
informasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah mempelajari sistem yang
sudah ada untuk merancang sistem yang baru atau untuk melakukan peningkatan pada
sistem dengan cara mengidentifikasikan jenis informasi yang diperlukan oleh pemakai
informasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.2.2 Langkah-Langkah dalam Tahap Analisis
Menurut McLeod (2001, p128), langkah-langkah dalam analisis sistem adalah
sebagai berikut :
1. Mengumumkan pembelajaran sistem
Memberikan penjelasan kepada pegawai mengenai alasan perusahaan melakukan
proyek untuk menerapkan aplikasi komputer yang baru, dan menerangkan kepada
pegawai bagaimana sistem yang baru akan menguntungkan perusahaan dan pegawai.
2. Mengorganisasikan tim proyek
Tim proyek akan melakukan penelitian sistem
10
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi
Sistem analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam
berbagai kegiatan pengumpulan informasi seperti wawancara, pengamatan, dan
survei.
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
Merumuskan dengan tepat mengenai hal-hal yang harus dicapai oleh sistem.
5. Menyiapkan usulan rancangan
6. Menyetujui atau menolak rancangan sistem
2.2.3 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, p130), perancangan sistem adalah penentuan proses dan
data yang akan diperlukan oleh sistem yang baru. Untuk sistem yang terkomputerisasi,
perancangan dapat memasukkan spesifikasi perlengkapan yang digunakan.
Menurut Mulyadi (2001, p51), perancangan sistem adalah suatu proses
penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem
informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
2.2.4 Langkah-Langkah dalam Tahap Perancangan
Menurut McLeod (2001, p130), langkah-langkah dalam perancangan sistem
adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang rinci
2. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem tersebut
4. Memilih konfigurasi yang terbaik
11
5. Menyiapkan usulan penerapan
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
2.3 Penjualan
2.3.1 Jenis Penjualan
Menurut Mulyadi (2001, p202), kegiatan penjualan terdiri dari transaksi
penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai.
2.3.1.1 Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001, p210), penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan
dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan
untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang pertama
kepada seorang pembeli selalui didahului dengan analisis terhadap dapat atau tidaknya
pembeli tersebut diberi kredit.
Menurut Mulyadi (2001, p213), informasi yang diperlukan oleh manajemen dari
kegiatan penjualan kredit adalah :
1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama
jangka waktu tertentu.
2. Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit.
3. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
4. Nama dan alamat pembeli.
5. Kuantitas produk yang dijual.
6. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.
12
7. Otorisasi pejabat yang berwenang.
2.3.1.2 Penjualan Tunai
Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli.
2.3.2 Konsinyasi
2.3.2.1 Pengertian Konsinyasi
Menurut Kieso (2004, p934), dalam beberapa perjanjian pengiriman barang dari
perusahaan manufaktur ke dealer/retailer, tidak bisa dianggap sepenuhnya sebagai
penjualan karena barang tersebut sebenarnya masih merupakan milik perusahaan
manufaktur yang bersangkutan. Metode pemasaran yang khusus ini sering juga disebut
sebagai konsinyasi.
Dalam konsinyasi, akan dikenal dua istilah, yakni consignor dan consignee.
Consignor adalah pihak yang menitipkan barang, sementara consignee adalah pihak
yang menerima titipan barang.
Menurut Kieso (2004, p934), consignee akan bertindak sebagai agen bagi
consignor dalam menjual barang-barang yang dititipkan oleh consignor. Baik consignor
maupun consignee sama-sama bertujuan untuk menghasilkan penjualan dalam rangka
untuk memperoleh keuntungan atau untuk mengembangkan pasar. Sementara barang-
barang yang dititipkan tersebut sepenuhnya adalah milik consignor sampai barang
tersebut berhasil dijual kepada customer.
Consignee menerima barang dari consignor, menjaganya dan menjualnya.
Nantinya, consignee akan menyerahkan pendapatan penjualan yang berhasil
13
dilakukannya kepada consignor, setelah terlebih dahulu dikurangi dengan komisi
penjualan dan biaya lainnya.
Consignor akan menerima laporan secara periodik dari consignee yang
menunjukkan jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang dijual, dan pendapatan
yang diperoleh. Di bawah perjanjian konsinyasi, consignor harus menerima risiko jika
barang mereka tidak berhasil dijual oleh consignee.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana
consignor (pihak yang memiliki barang) menyerahkan sejumlah barang kepada
consignee (pihak yang menerima barang) untuk dijualkan dengan memberikan komisi.
Ada unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk melakukan konsinyasi, yakni:
1. Unsur perjanjian
2. Unsur consignor
3. Unsur consignee
4. Unsur barang yang dititipkan
5. Unsur penjualan
6. Unsur komisi
2.3.2.2 Perbedaan Penjualan Reguler dengan Penjualan Konsinyasi
Perbedaan penjualan reguler dengan penjualan konsinyasi adalah sebagai berikut
1. Perpindahan hak milik atas barang yang bersangkutan
Dalam transaksi penjualan reguler hak milik barang berpindah kepada pembeli pada
saat barang diserahkan, kemudian keadaan demikian dipakai sebagai dasar
pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Sedangkan penjualan pada penjualan
14
konsinyasi tidak berarti adanya penyerahan hak milik atas barang yang
bersangkutan.
2. Pengakuan pendapatan
Perbedaan pengakuan pendapatan antara penjualan reguler dan penjualan konsinyasi
akan berdampak pada laporan rugi laba. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
bukunya yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan, pengertian pendapatan adalah:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi modal”
Sumber: aabisnis.blogspot.com/2008/04/penjualan-konsinyasi.html
2.3.2.3Keuntungan Penjualan Konsinyasi
Adapun keuntungan-keuntungan dari penjualan konsinyasi dari kedua pihak
adalah sebagai berikut:
• Bagi pihak consignor, adalah untuk memperluas daerah pemasaran, terutama jika:
1. Permintaan akan produk tidak diketahui
2. Penjualan tahun lalu tidak menguntungkan
3. Barang tersebut mahal
• Bagi pihak consigne
1. Terlepas dari risiko mengalami kerugian
2. Dapat menghindari risiko kerusakan fisik dan fluktuasi harga
Sumber: aabisnis.blogspot.com/2008/04/penjualan-konsinyasi.html
15
2.3.3 Retur Penjualan
Menurut Mulyadi (2001, p203), dalam transaksi penjualan, tidak semua
penjualan berhasil mendatangkan pendapatan (revenue) bagi perusahaan. Adakalanya
pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya kepada perusahaan. Transaksi
pengembalian barang oleh pembeli ini ditangani perusahaan melalui sistem retur
penjualan.
Menurut Mulyadi (2001, p231), informasi yang diperlukan oleh manajemen
dalam transaksi retur penjualan adalah :
1. Jumlah rupiah retur penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama
jangka waktu tertentu
2. Jumlah berkurangnya piutang karena retur penjualan
3. Jumlah harga pokok yang dikembalikan oleh pembeli
4. Nama dan alamat pembeli
5. Kuantitas produk yang dikembalikan oleh pembeli
6. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan produk yang dikembalikan oleh pembeli
7. Otorisasi pejabat yang berwenang
2.3.4 Biaya Pengangkutan
Menurut Weygandt at al (2005, p188), persetujuan penjualan harus menyatakan
apakah penjual ataukah pembeli yang harus membayar biaya pengiriman barang ke
lokasi pembeli.
Menurut Weygandt at al (2005, p232), ada dua jenis biaya pengangkutan, yakni:
1. Free On Board (FOB) Shipping Point, artinya hak barang berpindah dari penjual ke
pembeli sejak barang keluar dari gudang penjual, sedangkan biaya angkut sejak
16
barang keluar dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli ditanggung oleh
pembeli.
2. Free On Board (FOB) Destination, artinya hak barang berpindah dari penjual ke
pembeli pada saat barang sudah sampai digudang pembeli (sampai tujuan),
sedangkan biaya angkut sejak dari penjual sampai ke gudang pembeli ditanggung
oleh penjual.
2.3.5 Peramalan Penjualan
Menurut Assauri (1994, p7), peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
peramalan penjualan adalah kegiatan memperkirakan berapa banyak penjualan yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
Peramalan sangat penting dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan.
Peramalan penjualan dibutuhkan untuk mengetahui kapan penjualan akan terjadi
sehingga perusahaan dapat mempersiapkan kebijakan atau tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan.
Menurut Weygandt at al (2005, p973), peramalan penjualan menunjukkan
potensi penjualan industri dan pangsa pasar yang diharapkan penjual. Masukan dari
pegawai bagian penjualan atau manajemen level atas memiliki peranan penting dalam
peramalan penjualan.
Peramalan penjualan melibatkan beberapa pertimbangan, yakni:
1. Kondisi ekonomi secara umum
2. Trend dalam industri
3. Penelitian mengenai pasar
17
4. Tindakan antisipasi, iklan dan promosi
5. Market share yang lalu
6. Perubahan harga
7. Pengembangan teknologi
2.3.5.1 Jenis Peramalan
Menurut Assauri (1994, p4), dilihat dari jangka waktunya, peramalan dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu:
1. Peramalan jangka panjang: dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka
waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan jangka
panjang biasanya digunakan untuk model perencanaan lini produk dan keputusan
investasi.
2. Peramalan jangka pendek: dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka
waktunya kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan jangka
pendek biasanya mencakup peramalan penjualan, perubahan harga, permintaan
konsumen, pengeluaran modal jangka pendek, dan prosedur manajemen persediaan.
2.3.5.2 Langkah-Langkah Peramalan Penjualan
Menurut (Handoko, p260), proses peramalan biasanya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan. Langkah pertama terdiri atas penentuan macam estimasi yang
diinginkan. Tujuan peramalan tergantung pada kebutuhan-kebutuhan informasi para
manajer. Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui
kebutuhan mereka dan menentukan variabel-variabel yang akan diestimasi, orang
18
yang akan menggunakan hasil peramalan, tujuan yang diinginkan dari penggunaan
hasil peramalan, dan estimasi jangka pendek atau jangka panjang yang diinginkan.
2. Pengembangan model. Setelah tujuan ditetapkan, langkah berikutnya adalah
mengembangkan suatu model yang merupakan penyajian secara lebih sederhana
sistem yang dipelajari. Dalam peramalan, model adalah suatu kerangka analitik yang
bila dimasukkan data masukkan, menghasilkan estimasi penjualan di waktu
mendatang (variabel apa saja yang diramal).
3. Pengujian model. Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk menentukan
tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang diharapkan. Ini sering mencakup
penerapannya pada data historik, dan penyiapan estimasi untuk tahun-tahun sekarang
dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketepatan
hasil peramalan dengan kenyataannya (aktual). Dengan kata lain, pengujian model
bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediktif secara logik suatu
model.
4. Penerapan model. Dalam tahap ini, data historik dimasukkan dalam model untuk
menghasilkan suatu ramalan.
5. Revisi dan evaluasi. Ramalan-ramalan yang telah dibuat harus senantiasa diperbaiki
dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin dilakukan karena adanya perubahan-
perubahan dalam perusahaan atau lingkungannya, seperti tingkat harga produk
perusahaan, karakteristik-karakteristik produk, pengeluaran-pengeluaran
pengiklanan, tingkat pengeluaran pemerintah, kebijaksanaan moneter dan kemajuan
teknologi. Evaluasi, di lain pihak, merupakan pembandingan ramalan-ramalan
dengan hasil nyata untuk menilai ketepatan penggunaan suatu metodologi atau
19
teknik peramalan. Langkah ini perlu dilakukan untuk menjaga kualitas estimasi-
estimasi di waktu yang akan datang.
2.3.5.3 Model Peramalan Penjualan
Model peramalan penjualan yang akan digunakan adalah analisis runtun waktu,
yakni:
1. Trend Analysis
Dalam model ini, garis trend berbentuk garis lurus dan persamaan yang
digunakan adalah Σ Y = n a + b Σ X
Dari trend penjualan, akan dicari nilai dari a dan b, untuk kemudian mendapatkan
hasil peramalan, dimana:
a = nilai trend pada periode dasar
b = tingkat pengembangan nilai yang diramal
Y = besarnya nilai peramalan yang ingin diketahui
X = unit tahun yang dihitung dari periode dasar
2. Moving Average
Persamaan Moving Average (MA) diperoleh melalui penjumlahan dan
pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, setiap kali menghilangkan
nilai terlama dan menambah nilai baru.
MA = Σ X_________
Jumlah Periode
3. Exponential Smoothing
Merupakan suatu model peramalan yang melakukan penimbangan terhadap
data masa lalu dengan cara eksponensial sehingga data paling akhir mempunyai
20
bobot atau timbangan lebih besar dalam rata-rata bergerak. Persamaan peramalan
Exponential Smoothing adalah:
F t = T t-1 + α ( A t-1 – F t-1 )
dengan keterangan sebagai beikut:
F t = ramalan untuk periode sekarang (t)
F t-1 = ramalan yang dibuat untuk periode terakhir (t-1)
α = smoothing consonant ( 0 ≤ α < 1 )
A t-1 = permintaan nyata periode terakhir
Untuk menentukan nilai α dapat digunakan rumus:
α = 2__
n + 1
dimana n adalah jumlah periode.
4. Exponential Smoothing with Trend
Merupakan suatu model peramalan yang mempertimbangkan naik turunnya
trend dalam data yang dikumpulkan selama suatu rangkaian periode waktu.
Persamaan peramalannya adalah:
Forecast termasuk trend (FTT) = F t + koreksi trend
= F t + T t
T t = T t-1 + β ( F t – F t-1 )
Dimana nilai β ( 0 ≤ β < 1 ) menentukan seberapa cepat trend memberikan
tanggapan terhadap perbedaan-perbedaan dua ramalan sebelumnya.
21
2.3.5.4 Pengukuran Kesalahan Peramalan
Satuan ukuran kesalahan ramalan yang umum digunakan adalah Mean Absolute
Deviation (MAD). Secara sederhana, ukuran ini merupakan perbedaan antara
permintaan nyata ( D t ) dengan peramalan. MAD dapat dituangkan dalam rumus:
MAD = | D t – Forecast |
Rumus tersebut mengabaikan apakah perbedaannya bernilai positif atau negatif.
MAD digunakan untuk menentukan model peramalan yang terbaik. Semakin
kecil angka MAD, semakin cocok model tersebut digunakan untuk peramalan.
2.3.5.5 Peramalan Penjualan sebagai Input bagi Perencanaan dan Pengambilan
Keputusan
Menurut Makridakis at al (2000, p241), dari sudut pandang proses manajemen,
kaitan antara peramalan, perencanaan dan pengambilan keputusan bisa dirangkum
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Elemen Hakiki dari penggambaran ini adalah
bahwa peramalan pada umumnya mendahului perencanaan, yang pada gilirannya
mendahului pengambilan keputusan peramalan organisasi.
22
Gambar 2.1 Mengaitkan Peramalan, Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Sumber: Makridakis at al (2000, p242)
Menurut Makridakis at al (2000, p243), tugas-tugas manajemen yang biasanya
dikaitkan dengan keputusan perencanaan kapasitas adalah sebagai berikut:
• Menilai situasi dan lingkungan perusahaan
• Menentukan kapasitas yang tersedia
• Meramal kapasitas yang diperlukan
• Menyusun rencana-rencana alternatif untuk mencapai kapasitas yang diperlukan
• Membuat analisis kuantitatif dan finansial mengenai alternatif-alternatif kapasitas
• Menganalisis isu-isu kualitatif untuk masing-masing alternatif
• Meramal hasil masing-masing alternatif
• Memilih suatu alternatif tertentu yang bisa dikejar
• Mengimplementasikan alternatif yang telah dipilih
• Mengaudit dan meninjau hasil-hasil yang sebenarnya
Perencanaan
Sumber daya yang tersedia
Pembatasan
Harapan & Aspirasi Manajemen
Sasaran, tujuan, strategi, keputusan
Alokasi & komitmen sumber daya
Implementasi & pengontrolan kebijakan
Peramalan
23
2.4 Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001, p455), penerimaan kas perusahaan berasal dari dua
sumber utama: penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
Menurut Mulyadi (2001, p462), informasi yang umumnya diperlukan oleh
manajemen dari penerimaan kas adalah :
1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama
jangka waktu tertentu
2. Jumlah kas yang diterima dari penjualan
3. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu
4. Nama dan alamat pembeli
5. Kuantitas produk yang dijual
6. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
7. Otorisasi pejabat yang berwenang
2.5 Letter of Credit
2.5.1 Pengertian dan Peranan Letter of Credit
Menurut Amir (2003, p1) Letter of Credit atau biasa disebut L/C digunakan
sebagai sarana untuk memudahkan penyelesaian utang piutang. L/C adalah suatu surat
yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir nasabah bank devisa
bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi dari
importir tersebut.
Isi surat tersebut menyatakan bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh
importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas Bank Pembuka
untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan menjamin
24
untuk mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan
memenuhi semua syarat yang tercantum di dalam surat itu. Untuk kepentingan eksportir
L/C harus dibuka terlebih dulu sebelum barang dikirim.
Peran L/C dalam perdagangan internasional adalah:
1. Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor
2. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor
3. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan
Pihak yang Terlibat Pembukaan Letter of Credit
Menurut Amir (2003, p3), pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan suatu L/C
adalah :
1. Opener atau Applicant
Importir yang meminta bantuan bank devisanya unuk membuka L/C guna keperluan
penjual atau eksportir, disebut sebagai opener atau applicant dari L/C itu
2. Opening bank atau Issuing bank
Bank devisa yang dimintai bantuannya oleh importir untuk membuka suatu L/C
untuk keperluan eksportir disebut opening bank atau issuing bank.
Bank devisa inilah yang memberikan jaminan kepada eksportir. Oleh karena itu,
nilai L/C sangat tergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang
membuka L/C tersebut.
3. Advising
Opening bank membuka L/C untuk eksportir melalui bank lain di negara eksportir
yang menjadi koresponden dari opening bank tersebut. Bank korespondensi ini
berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang terkandung dalam L/C kepada
25
eksportir yang berhak. Oleh karena itu, bank koresponden bersangkutan disebut
Advising Bank atau Bank Penyampaian Amanat.
4. Beneficiary
Eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang dari
dana L/C yang tersedia itu disebut sebagai penerima L/C atau beneficiary.
5. Negotiating bank
Di dalam L/C biasanya disebutkan bahwa beneficiary boleh menguangkan
(menegosiasikan shipping document) melalui bank mana saja yang disukainya
asalkan memenuhi syarat L/C. Bank yang membayar dokumen itu disebut sebagai
negotiating bank.
Di dalam L/C adakalanya disebutkan bahwa negosiasi L/C itu hanya boleh dilakukan
melalui bank tertentu saja; maka L/C semacam itu disebut restricted L/C. Bila L/C
menyebutkan bahwa negosiasi dokumen boleh dilakukan di bank mana saja, maka
disebut open L/C. Oleh karena itu, advising Bank tidak selalu menjadi negotiating
bank.
2.5.3 Prosedur Pembukaan Letter of Credit
Menurut Amir (2003, p99), prosedur pembukaan L/C adalah sebagai berikut:
1. Pembeli dan penjual menandatangani kontrak jual beli dengan mencantumkan syarat
pembayaran melalui pembukaan L/C berdokumen
2. Pembeli meminta bank-nya yaitu issuing bank untuk menerbitkan L/C berdokumen
untuk penjual (beneficiary)
26
3. Issuing bank membuka L/C dan minta kepada bank korespondennya (advising Bank)
lazimnya di negara penjual untuk menyampaikan (to advise) atau memberikan
konfirmasi atas L/C tersebut
4. Advising bank memberitahukan kepada penjual bahwa L/C sudah dibuka untuknya
5. Segera setelah penjual menerima L/C tersebut dan ternyata sesuai dengan syarat
kontrak jual-beli dan penjual sanggup memenuhi persyaratan L/C yang tercantum,
maka penjual sudah dapat menyiapkan pengapalan barang
6. Penjual menyampaikan dokumen yang diperlukan kepada bank dimana kredit itu
tersedia (Bank yang ditunjuk atau nominated bank)
7. Bank yang ditunjuk memeriksa dokumen tersebut dan mencocokkannya dengan
dokumen yang diisyaratkan dalam kredit itu. Jika dokumen itu cocok, maka bank
akan melakukan pembayaran-mengakseptasi atau menegosiasi sesuai dengan
persyaratan yang disebut dalam kredit itu.
8. Bank yang menerima dokumen itu lalu meneruskannya kepada bank yang membuka
L/C (issuing bank)
9. Issuing bank memeriksa lagi dokumen itu, dan sekiranya cocok dengan dokumen
yang disyaratkan dalam L/C, maka issuing bank membayar kembali (reimburse)
kepada bank yang telah melunasi, mengakseptasi atau menegosiasi dokumen itu
seperti confirming bank atau bank lain yang ditunjuk sesuai dengan tata cara yang
telah ditetapkan bersama sebelumnya di antara mereka.
10. Bila dokumen itu telah diperiksa oleh issuing bank dan ternyata cocok dengan
persyaratan L/C, maka dokumen itu diteruskan kepada pembeli.
11. Issuing bank lantas memperoleh pelunasan dari pembeli sesuai ketentuan yang
disepakati sebelumnya
27
12. Pembeli meneruskan dokumen pengangkutan kepada kantor pelayaran setempat atau
agen pengangkut yang akan melakukan penyerahan barang kepada pembeli
2.5.4 Aplikasi Pembukaan Letter of Credit
Menurut Amir (2003, p101), dalam aplikasi pembukaan L/C mencantumkan:
1. Nama dan alamat lengkap dari Penerima L/C (beneficiary) atau penjual
2. Jumlah kredit dan kode valuta
3. Jenis kredit, apakah:
• revocable: dapat dibatalkan
• irrevocable: tidak dapat dibatalkan
• irrevocable dengan tambahan bahwa bank yang ditunjuk (nominated bank)
diminta atau diberi kuasa oleh issuing bank melakukan "konfirmasi" atas kredit
4. Bagaimana sifat tersediannya kredit:
• by payment
• deferred payment
• acceptance, atau
• negotiation
5. Kepada siapa wesel harus ditarik bunyi kalimat dalam wesel itu
6. Uraian ringkas barang, termasuk rincian jumlah dan harga satuan bila ada
7. Rincian dari dokumen yang diminta
8. Tempat pemberangkatan barang, tempat ambil alih atau tempat dimuat ke atas kapal
serta tempat tujuan atau nama pelabuhan pembongkaran
9. Apakah ongkos angkut akan dibayar dimuka (prepaid) atau tidak
28
10. Apakah alih kapal (transhipment) diperkenankan atau tidak
11. Apakah pengapalan sebagian diperkenankan atau tidak
12. Tanggal pengapalan terakhir
13. Jangka waktu yang diperbolehkan setelah tanggal pengapalan dimana dokumen
harus diajukan untuk pembayaran, akseptasi atau negosiasi
14. Tempat dan tanggal kadaluarsa kredit
15. Apakah kredit itu transferable atau tidak
16. Bagaimana cara penyampaian kredit. Apakah lewat surat atau kawat
(teletransmission)
2.6 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
2.6.1 Pengertian Object
Menurut Mathiassen et al (2000, p51), object merupakan suatu entitas yang
memiliki identity, state dan behaviour. Pada dasarnya semua yang ada di dunia ini
adalah object.
2.6.2 Pengertian Object Oriented
Object Oriented atau orientasi objek merupakan suatu cara untuk melakukan
permodelan sistem dengan berorientasikan pada object yang terlibat dalam sistem
tersebut. Beberapa keuntungan dari Object Oriented adalah:
1. Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir semua
fenomena yang ada di dunia dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural
language).
2. Memberikan informasi yang jelas tentang konteks dari sistem.
29
3. Mengurangi biaya maintenance atau development.
2.6.3 Pengertian Object Oriented Analysis
Menurut Mathiassen et al (2000, p13), analisis melihat sistem dari sisi luarnya.
Analisis merupakan suatu kegiatan dimana beberapa hal dipisahkan dan kemudian
dijelaskan.
Menurut Larman (2002, p7), Object Oriented Analysis merupakan suatu analisis
yang menekankan pada penemuan dan penjabaran objek-objek atau konsep-konsep di
dalam problem domain.
2.6.4 Pengertian Object Oriented Design
Menurut Larman (2002, p6) desain lebih menekankan pada sebuah penyelesaian
konseptual yang memenuhi kebutuhan atau permintaan dibandingkan dengan
penerapannya.
Menurut Mathiassen et al (2000, p13), desain melihat sistem dari sisi dalamnya.
Desain adalah aktivitas yang membangun bagian yang telah dikenal dan disatukan
dengan cara yang baru.
Menurut Larman (2002, p7) object oriented design menekankan pada
pendefinisian objek-objek software dan bagaimana mereka bekerja sama dalam
memenuhi kebutuhan atau permintaan.
30
2.6.5 Pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Mathiassen et al (2000, p15), Object Oriented Analysis and Design
menawarkan sebuah pendekatan sistematis dan lengkap terhadap analisis dan
perancangan berorientasi objek.
2.6.6 Tahap dalam Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Mathiassen et al (2000, p15), Object Oriented Analysis and Design
mempunyai empat aktivitas pokok, yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kegiatan Utama dan Hasilnya dalam OOAD
Sumber: Mathiassen et al (2000, p15)
Berdasarkan gambar 2.2, kegiatan utama dalam OOAD, yaitu :
1. Problem Domain Analysis
2. Application Domain Analysis
Problem Domain Analysis
Component Design
Application Domain Analysis
Requirements for use
Model
Architectural Design
Specification of Architecture
Specification of Components
31
3. Component Design
4. Architectural Design
2.6.6.1 Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al (2000, p45), problem domain adalah bagian dari
konteks yang diadministrasi, dimonitor dan dikendalikan oleh sebuah sistem. Tujuan
dari aktivitas ini adalah mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Model
merupakan deskripsi dari class, structure, dan behavior di problem domain.
Problem domain merupakan aktivitas yang sangat penting dalam membangun
sebuah sistem karena model yang dihasilkan dalam problem domain analysis
memberikan sebuah pemahaman mengenai kebutuhan sistem. Sumber dari aktivitas
problem domain adalah system definition.
Menurut Mathiassen et al (2000, p24), system definition adalah deskripsi singkat
dan jelas dari sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami. Terdapat tiga
subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system definition, yaitu usaha untuk
mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi, membuat dan mengevaluasi ide-ide
untuk pendesainan sistem, dan diakhiri dengan memformulasi dan mengevaluasi system
definition sesuai dengan situasi yang ada.
Rich picture dapat digunakan untuk memperjelas pandangan user mengenai
situasi dan permasalahan secara menyeluruh. Menurut Mathiassen et al (2000, p26),
Rich Picture adalah gambar informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator
mengenai situasi. Rich picture adalah bagian yang berguna dalam system definition.
Menurut Mathiasssen (2000, p39-40), di dalam system definition terdapat enam elemen
kriteria FACTOR, yaitu:
32
1. Functionality: fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain
2. Application Domain: bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor atau
mengontrol suatu problem domain
3. Conditions: kondisi dimana suatu sistem dikembangkan dan digunakan
4. Technology: teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan teknologi
saat sistem dijalankan
5. Objects: object-object utama di dalam problem domain
6. Responsibility: tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan konteks
Problem Domain Analysis dibagi menjadi tiga aktivitas utama, seperti yang
terlihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.3 Aktivitas-Aktivitas dalam Problem Domain Modeling
Sumber: Mathiassen et al (2000, p46)
Problem Domain Analysis dibagi menjadi tiga aktivitas utama, yaitu :
1. Classes
Pada tahap ini, dilakukan penentuan objects, classes dan events yang akan
menjadi elemen dalam model problem domain. Menurut Mathiassen et al (2000,
p49), class adalah deskripsi dari kumpulan object yang saling berbagi struktur,
Classes
Behaviour
System Definition
Model Structure
33
behavioral pattern dan atribut yang sama. Events adalah kejadian yang terjadi
seketika yang melibatkan satu object atau lebih.
Kriteria evaluasi untuk class, antara lain :
a. Mengidentifikasi objek-objek dari class.
b. Class harus mempunyai informasi yang unik.
c. Class mempunyai banyak objek.
d. Sebuah Class harus mempunyai sejumlah event yang cocok dan dapat diatur.
Aktifitas-aktifitas dari class menghasilkan event table, yaitu tabel sederhana
yang terdiri dari class-class dan event-event yang saling terkait.
2. Structure
Aktivitas structure berfokus pada hubungan antara classes dan objects.
Structure dalam OOAD dibagi menjadi dua macam, yaitu class structure dan object
structure.
a. Class Structure
Menurut Mathiassen et al (2000, p72), terdapat dua jenis class structure,
yaitu:
• Generalization Structure, yaitu hubungan antara dua atau lebih subclass
dengan satu atau lebih superclass. Superclass (sebuah class yang umum)
mendeskripsikan property umum kepada kelompok dari subclass. Secara
ilmu bahasa, generalization diekspresikan dengan “is a”.
34
Gambar 2.4 Generalization Structure
Sumber: Mathiassen et al (2000, p73)
• Cluster Strucutre
Cluster adalah kumpulan dari classes yang berhubungan. Cluster
dapat membantu memberikan pemahaman secara menyeluruh terhadap
problem domain dengan cara mengelompokkam classes dalam subdomain
yang lebih kecil.
Gambar 2.5 Cluster Structure
Sumber: Mathiassen et al (2000, p75)
b. Object Structure
Menurut Mathiassen et al (2000, p75), terdapat dua jenis object structure,
yaitu aggregation strucutre dan association structure.
35
• Aggregation Structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih objects,
dimana satu object merupakan dasar dan mendefinisikan bagian object
lainnya.
• Association Structure, merupakan hubungan yang berarti antara sejumlah
objects.
Gambar 2.6 Association Structure
Sumber : Mathiassen et al (2000, p77)
3. Behavior
Menurut Mathiassen et al (2000, p89), behavioral pattern merupakan
deskripsi dari event yang mungkin terjadi untuk semua objects di dalam sebuah
class.
Konsep yang ada dalam behavior yaitu :
a. Event trace, yang merupakan runtutan events yang terlibat dalam objects
tertentu.
b. Behavioral pattern, yang menggambarkan event traces yang mungkin untuk
semua objects dalam class.
c. Attribute, yang merupakan deskripsi properti dari suatu class atau event.
Menurut Mathiassen et al (2000, p93) behavioral pattern memiliki struktur
kontrol sebagai berikut:
• Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu per satu (secara
berurutan). Notasinya: “+”.
Car Person 1..* 0..*
36
• Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set events. Notasinya: “|”.
• Iteration adalah satu event yang terjadi berulang-ulang kali. Notasinya: “*”.
Jika menghadapi situasi behavior patterns yang kompleks, akan sulit sekali
untuk mengekspresikannya dalam notasi-notasi umum sehingga untuk
pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan Statechart Diagram.
Gambar 2.7 Notasi Dasar Statechart Diagram
2.6.6.2 Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al (2000, p6), tahap ini mendefinisikan kebutuhan atau
permintaan dari suatu sistem. Application Domain merupakan bagian yang mengatur,
memantau, atau mengendalikan problem domain. Menurut Mathiassen et al (2000,
p117), application domain dibagi menjadi tiga aktivitas utama yang terlihat dalam
gambar sebagai berikut :
37
Gambar 2.8 Application Domain Analysis
Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)
1. Usage
Menurut Mathiassen et al (2000, p119), tujuan utama dari aktivitas ini adalah
menentukan bagaimana actors berinteraksi dengan sistem. Actor adalah abstrakasi
dari user atau sistem lainnya yang berinteraksi dengan sistem target. Sedangkan use
case adalah sebuah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam application
domain.
2. Functions
Menurut Mathiassen et al (2000, p137), tujuan utama dari aktivitas ini adalah
menentukan kemampuan sistem dalam memproses informasi. Secara konseptual,
function adalah suatu fasilitas yang digunakan utnuk membuat sebuah model yang
berguna bagi actor. Aktivitas ini menghasilkan sebuah function list yang lengkap
beserta tingkat kerumitan dari functions tersebut.
3. Interfaces
Menurut Mathiassen et al (2000, p151), tujuan utama dari aktivitas ini adalah
menentukan interface sistem yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas-
fasilitas yang menjadikan model dan fungsi sistem menjadi tersedia bagi actors.
Usage
Functions
Interfaces
Requirements
System Definition
38
Menurut Mathiassen et al (2000, p152) ada dua tipe interface, yaitu user
interface dan system interface.
a. User Interface, menghubungkan sistem dengan users. Terdapat empat user
interface pattern, yaitu:
• Menu selection pattern, yang diekspresikan dalam bentuk daftar pilihan yang
mungkin terdapat dalam user interface
• Form fill-in pattern, yang merupakan pola klasik untuk memasukkan data
dengan menggunakan terminal berbasis karakter
• Command language pattern, dimana users secara sederhana mengaktifkan
perintah yang telah dibuat
• Direct manipulation pattern, yang membiarkan users bekerja dengan
menggunakan representasi-representasi object
b. System Interface, menghubungkan sistem satu dengan sistem lainnya. Terdapat
dua system interface pattern, yaitu :
• Real external device
• Interaction protocol
2.6.6.3 Architectural Design
Menurut Mathiassen et al (2000, p173), architectural design bertujuan untuk
merestrukturisasi sistem yang terkomputerisasi. Menurut Mathiassen et al (2000, p176),
architectural design dibagi menjadi tiga aktivitas utama, seperti yang terlihat pada
gambar sebagai berikut :
39
Gambar 2.9 Kegiatan dalam Architectural Design
Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)
1. Criteria
Menurut Mathiassen et al (2000, p176), criteria merupakan properti yang
lebih disukai dalam suatu arsitektur. Sementara, kondisi adalah peluang dan batasan
secara teknis, organisasional, dan human yang terlibat dalam menjalankan tugas-
tugas. Hasil yang diperoleh dalam tahap ini adalah kumpulan criteria yang telah
diprioritaskan.
Tabel 2.1 Criteria Klasik untuk Mengukur Kualitas Software
Criteria Pengukuran dari
Usable Kemampuan adaptasi sistem terhadap konteks organisasi, hubungan kerja dan teknikal
Secure Suatu pencegahan melawan akses yang tidak terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada
Efficient Eksploitasi secara ekonomis dari fasilitas technical platform Correct Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan Reliable Pemenuhan terhadap eksekusi function yang benar-benar tepat Maintainable Besarnya usaha untuk melokasikan dan memperbaiki
kecacatan sistem Testable Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan
fungsi-fungsi yang telah ditentukan Flexible Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian yang
masuk akal terhadap sistem Reusable Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain
yang terhubung
Criteria
Process architecture
Component architecture Architectural
specification
Analysis document
40
Criteria Pengukuran dari Portable Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke teknikal
platform Interoperable Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem
lain
2. Components
Menurut Mathiassen et al (2000, p190), component architecture adalah
sebuah struktur sitem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terhubung.
Component adalah kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk sistem
dan memiliki tanggung jawab yang telah terdefinisikan dengan jelas.
3. Process
Menurut Mathiassen et al (2000, p209), tujuan dari tahap ini adalah untuk
mendefinisikan struktur fisik dari sebuah sistem. Process architecture adalah suatu
struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantungan.
Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment diagram. Processor adalah
suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi sebuah program.
2.6.6.4 Component Design
Menurut Mathiassen et al (2000, p231), tujuan dari component design adalah
untuk menentukan implementasi dari kebutuhan dalam kerangka kerja arsitektural.
Aktivitas yang ada dalam component design dapat digambarkan sebagai berikut:
41
Gambar 2.10 Component Design
Sumber : Mathiassen et al (2000, p232)
1. Model component
Menurut Mathiassen et al (2000, p235), model component merupakan bagian
dari sistem yang mengimplementasikan model dalam problem domain. Hasilnya dari
aktivitas ini adalah class diagram yang telah direvisi karena adanya aktivitas
analisis.
2. Function component
Menurut Mathiassen et al (2000, p251), function component adalah bagian
dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari function
component adalah agar user interface dan komponen sistem yang lain dapat
melakukan akses ke model. Function component menghubungkan model dengan
usage.
3. Connecting components
Menurut Mathiassen et al (2000, p271), tujuan dari aktivitas ini adalah untuk
menghubungkan komponen-komponen sistem yang akan menghasilkan class
diagram dari komponen-komponen yang terlibat. Dalam aktivitas ini, akan dirancang
Design of Component connections
Design of components
Architectural specifications
Component specification
42
hubungan antar komponen untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel dan dapat
dimengerti.
2.7 Pengertian Jaringan Lokal Komputer
Jaringan lokal atau Local Area Network (LAN) adalah sekumpulan dua atau
lebih komputer yang berada dalam batasan jarak lokasi satu dengan yang lain, yang
saling terhubung langsung atau tidak langsung.
Menurut Stalling (2001, p375), Topologi LAN mengacu pada suatu cara untuk
menginterkoneksi end-point atau station ke jaringan. Beberapa macam topologi LAN:
a. Topologi Bus
Topologi bus menggunakan multiple medium. Transmisi dari banyak station
dapat diterima oleh semua station yang lain. Setiap akhir dari bus merupakan
terminator, yang menyerap sinyal dan menghilangkannya dari bus.
Gambar 2.11 Topologi Bus
Sumber: Stalling (2001, p376)
b. Topologi Tree
Topologi tree merupakan generalisasi dari topologi bus. Medium transmisi
yaitu kabel bercabang dengan loop yang terbuka. Layout tree diawali dengan
headend. Satu atau lebih kabel mulai pada headend dan masing-masing memiliki
cabang. Setiap transmisi dari banyak station dapat diterima oleh station lain.
43
Gambar 2.12 Topologi Tree
Sumber: Stalling (2001, p376)
c. Topologi Ring
Topologi ring terdiri dari sekumpulan repeater yang digabungkan dengan
link point-to-point dalam loop tertutup. Repeater merupakan peralatan sederhana
yang mampu menerima data dari satu link dan mentransmisikan mereka, bit per bit
pada link lain secepat yang mereka terima.
Gambar 2.13 Topologi Ring
Sumber: Stalling (2001, p376)
d. Topologi Star
Pada topologi star, setiap station dihubungkan secara langsung ke node
pusat. Secara khusus, setiap station ditambahkan ke node pusat dengan link point-to-
point, satu transmisi dan satu penerima.
44
Gambar 2.14 Topologi Star
Sumber: Stalling (2001, p376)
2.8 Metode Analisa Bisnis (Lima Kekuatan Porter)
Menurut Porter (1998, p3), ada lima kekuatan yang mampu mempengaruhi
persaingan dalam suatu industri. Lima kekuatan tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 2.15 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber: Porter (1998, p4)
45
Berikut penjelasan singkat mengenai lima kekuatan Porter:
1. Ancaman dari pesaing baru
Pendatang baru dalam suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk meraih pangsa pasar dengan sumber daya yang penting. Sebagai dampaknya,
harga produk dapat menurun sehingga mengurangi tingkat keuntungan. Akuisisi
suatu perusahaan dengan tujuan meraih pangsa pasar dapat dipandang sebagai
pendatang baru, walaupun tidak tercipta suatu entitas yang sepenuhnya baru.
Ancaman dari pendatang baru bergantung pada barrier to entry dan reaksi dari
perusahaan yang sudah ada terhadap pendatang baru tersebut.
Ada enam sumber dari barrier to entry, yaitu skala ekonomis, differensiasi
produk, syarat modal, switching cost, akses ke saluran distribusi, dan kebijakan
pemerintah. Selain itu, ada juga skala kerugian biaya independen, yang berupa
hambatan berbasis pengalaman.
2. Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan terjadi karena satu atau lebih perusahaan merasakan adanya
tekanan untuk bertahan atau melihat adanya suatu peluang untuk melakukan
peningkatan atas posisi yang telah dicapai. Strategi dari suatu perusahaan dapat
ditanggapi oleh pesaingnya dengan mengeluarkan strategi untuk menandingi strategi
tersebut. Jika pola aksi dan reaksi ini berlarut-larut maka semua perusahaan dalam
suatu industri akan mengalami kerugian.
Persaingan disebabkan oleh faktor struktural antara lain, pesaing yang
banyak dengan kekuatan yang seimbang, pertumbuhan industri yang lambat, biaya
tetap atau penyimpanan yang tinggi, kurangnya diferensiasi atau switching cost,
46
menambah kapasitas, pesaing yang beragam, risiko strategi yang besar, dan
tingginya hambatan untuk keluar dari industri (exit barriers).
3. Tekanan dari produk pengganti (substitusi)
Produk substitusi dapat membatasi keuntungan potensial dari suatu industri.
Semakin menarik harga yang ditawarkan oleh produk substitusi semakin kuat
pengaruhnya terhadap keuntungan industri. Produk substitusi adalah produk yang
dapat melakukan fungsi yang sama dengan produk dari industri. Produk substitusi
yang patut diperhitungkan adalah produk yang harganya bersaing dengan produk
industri dan produk yang diproduksi oleh industri yang menghasilkan keuntungan
yang besar.
4. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli mempengaruhi industri dengan menawar harga lebih rendah dan
mengharapkan kualitas atau pelayanan yang lebih tinggi, serta membandingkan
kekuatan antara pesaing satu dengan yang lainnya.
Kelompok pembeli dikatakan kuat jika pembeli membeli barang dalam
jumlah yang besar, produk dari industri standar / tidak memiliki perbedaan yang
mencolok, menghadapi switching cost yang sedikit, memperoleh laba yang rendah,
pembeli memiliki informasi lengkap, jika produk dari industri tidak penting
dibandingkan dengan produk dan jasa pembeli, dan pembeli memberikan ancaman
besar terhadap integrasi ke belakang.
5. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan mengancam akan menaikkan
harga atau menurunkan kualitas dari barang dan jasa yang akan dibeli. Sehingga
47
pemasok yang kuat dapat mengakibatkan penurunan laba perusahaan, karena
menyebabkan biaya produksi semakin tinggi.
Kelompok pemasok kuat jika didominasi oleh sedikit perusahaan, industri
bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok, produk dari pemasuk penting
untuk produksi, memiliki switching cost yang tinggi dan differensiasi, mengancam
integrasi ke depan pembeli, dan tidak bersaing dengan produk substitusi lain.
2.9 Critical Success Factor (CSF)
Menurut Martin (1990, p89), CSF adalah sejumlah area terbatas dimana hasil yang
memuaskan akan menjamin kinerja yang kompetitif untuk suatu individu, departemen,
atau organisasi. CSF merupakan beberapa area kunci dimana segala sesuatunya harus
berjalan dengan benar agar bisnis dapat berkembang dan tujuan manajer dapat dicapai.
Analisis CSF cenderung memberikan dua dampak bagi eksekutif. Pertama, CSF
membantu eksekutif untuk fokus pada aktivitas-aktivitas yang penting. Dan yang kedua,
CSF membantu eksekutif untuk berpikir mengenai informasi-informasi yang mereka
butuhkan. CSF dapat membantu mengidentifikasikan informasi-informasi yang penting
dan memberikannya kepada eksekutif yang membutuhkan. CSF mendukung untuk
membuat perencanaan dan mengambil keputusan.