BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis...

42
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data 2.1.1 Sistem Menurut Hornby (2000,p1373), sistem adalah set ide dan teori yang terencana atau cara khusus melakukan sesuatu. Menurut Connolly dan Begg (2005, p270), sistem adalah suatu cara untuk mengumpulkan, mengatur, mengendalikan, dan menyebarkan informasi ke seluruh organisasi. Menurut O‟Brien (2003, p8), sistem adalah kumpulan elemen yang saling terhubung atau berinteraksi membentuk suatu kesatuan atau sekumpulan komponen yang saling terhubung dan bekerja sama untuk mencapai sasaran dengan menerima input dan menghasilkan output dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir. 2.1.2 Data Menurut Inmon (2002, p388), data adalah kumpulan fakta, konsep ataupun instruksi yang terekam pada sebuah media penyimpanan untuk kegunaan komunikasi, pengambilan, dan pemrosesan dengan cara otomatis untuk dipresentasikan sebagai informasi yang dapat dimengerti oleh manusia.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

2.1.1 Sistem

Menurut Hornby (2000,p1373), sistem adalah set ide dan teori

yang terencana atau cara khusus melakukan sesuatu.

Menurut Connolly dan Begg (2005, p270), sistem adalah suatu

cara untuk mengumpulkan, mengatur, mengendalikan, dan menyebarkan

informasi ke seluruh organisasi.

Menurut O‟Brien (2003, p8), sistem adalah kumpulan elemen

yang saling terhubung atau berinteraksi membentuk suatu kesatuan atau

sekumpulan komponen yang saling terhubung dan bekerja sama untuk

mencapai sasaran dengan menerima input dan menghasilkan output

dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir.

2.1.2 Data

Menurut Inmon (2002, p388), data adalah kumpulan fakta, konsep

ataupun instruksi yang terekam pada sebuah media penyimpanan untuk

kegunaan komunikasi, pengambilan, dan pemrosesan dengan cara

otomatis untuk dipresentasikan sebagai informasi yang dapat dimengerti

oleh manusia.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

9

Menurut Laudon (2000, p8), data merupakan aliran fakta yang

mewakili kejadian yang terjadi dalam organisasi atau dalam lingkugan

fisik sebelum mereka diatur menjadi sebuah bentuk yang dapat

dimengerti dan digunakan oleh pengguna.

Menurut Navathe dan Elmasri (2000, p4), data adalah fakta yang

dapat disimpan dan memiliki arti.

Menurut O‟Brien (2003, p13), data adalah fakta-fakta atau

observasi yang belum diolah, biasanya mengenai kejadian atau transaksi

bisnis.

2.1.3 Basis Data

Menurut Date (2001, p5), sistem basis data adalah sebuah sistem

penyimpanan data yang terkomputerisasi yang memiliki tujuan untuk

menyimpan informasi dan memungkinkan user untuk mengambil dan

mengubah informasi yang dibutuhkan.

Menurut Sumathi dan Esakkirajan (2007, p2), basis data adalah

kumpulan data yang terorganisasi dengan baik dan terhubung yang dapat

diakses dengan perintah logikal yang berbeda.

Menurut Connolly dan Begg (2005,p15), basis data adalah koleksi

data bersama yang terhubung secara logikal dengan deskripsi dari data

tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu

organisasi.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

10

Menurut O‟Brien (2003, p145), basis data adalah kumpulan yang

terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara logikal. Elemen data

mendeskripsikan entiti-entiti dan hubungan antar entitas.

2.1.4 Database Management System (DBMS)

Menurut Inmon (2002, p388), DBMS adalah sistem piranti lunak

berbasis komputer yang digunakan untuk membuat dan mengatur data.

Menurut Sumathi dan Esakkirajan (2007, p3), DBMS adalah

sistem yang kompleks yang memungkinkan user untuk melakukan

banyak hal kepada data(memasukkan data, mengubah data, manipulasi

data, dsb).

Sedangkan menurut Connoley-Begg (2005, p16), DBMS adalah

piranti linak yang memungkinkan user untuk mendefinisikan, membuat,

menjaga, dan mengontrol akses ke basis data.

DBMS adalah perangkat lunak yang berinteraksi dengana aplikasi

pengguna dan basis data yang dirancang untuk mengatur basis data. Pada

umumnya DBMS memiliki fasilitas sebagai berikut :

1. Memungkinkan user untuk mendefinisikan basis data dengan

cara menspesifikasikan tipe data, struktur, dan batasan data

yang akan disimpan di basis data dengan menggunakan DDL

(Data Definition Language).

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

11

2. Memungkinkan user untuk melakukan insert, update, delete,

dan retrieve data dari basis data dengan melalui Data

Manipulation Language (DML). Dengan memiliki

penyimpanan pusat untuk semua data dan deskripsi data,

memungkinkan DML untuk menyediakan fasilitas inquiry

umum untuk data, yang disebut dengan query language.

Query language yang paling umum adalah SQL (Structured

Query Language).

3. Menyediakan akses yang terkendali pada basis data.

Contoh :

Sistem keamanan, yang mencegah user yang tidak

terdaftar untuk mengakses basis data.

Sistem integritas, yang memelihara konsistensi data yang

tersimpan.

Sistem kontrol konkurensi, yang memungkinkan akses

bersama pada sebuah basis data.

Sistem control recovery, yang mengembalikan basis data

ke keadaaan sebelumnya yang konsisten jika peranti keras

atau peranti lunak mengalami kegagalan.

Sistem katalog akses, yang berisi penjelasan data pada

sebuah basis data.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

12

Gambar 2.1 Hal-hal yang dapat dilakukan pada DBMS

Kemampuan DBMS

Menurut Connolly-Begg (2005, p18-21), ada lima komponen

utama pada lingkungan DBMS yaitu :

1. Hardware ( perangkat keras )

DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras agar dapat

berjalan. Perangkat keras itu dapat berkisar dari sebuah komputer

pribadi ke sebuah mainframe, sampai pada sebuah jaringan dari

komputer. Perangkat keras tertentu mungkin diperlukan,

tergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang

digunakan.

2. Software ( perangkat lunak )

Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS

itu sendiri dan program aplikasi, bersama-sama dengan sistem

operasi, mencakup perangkat lunak jaringan jika sebuah DBMS

digunakan melalui sebuah jaringan. Secara khusus, program

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

13

aplikasi ditulis dalam bahasa pemrograman generasi ketiga (3GL),

seperti Visual Basic .NET atau menggunakan bahasa

pemrograman generasi keempat (4GL), seperti SQL, yang

tertanam dalam 3GL.

3. Data

Data merupakan komponen DBMS yang terpenting. Data

berperan sebagai penghubung/jembatan antara komponen mesin

dan komponen manusia.

4. Prosedur

Prosedur adalah instruksi atau aturan yang mengatur perancangan

dan penggunaan dari sebuah basis data. User dari sebuah sistem

dan staf yang mengatur basis data membutuhkan prosedur yang

terdokumentasi tentang bagaimana menggunakan atau

menjalankan suatu sistem.

Prosedur mungkin terdiri atas instruksi tentang bagaimana untuk :

masuk ke sebuah DBMS,

menggunakan fasilitas DBMS atau program aplikasi,

memulai dan menghentikan DBMS,

membuat salinan backup basis data,

menangani kesalahan hardware atau software,

mengubah struktur tabel, menata kembali basis data pada

multiple disk, meningkatkan performance, atau menyimpan

data ke secondary storage.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

14

5. People ( Manusia )

Adalah komponen terakhir yang terlibat dalam sebuah sistem.

Ada empat jenis peran atau tugas manusia dalam lingkungan

DBMS, yaitu: data administrator dan database administrator,

logical database designer dan physical database designer,

application developer, dan end useR (naïve user dan sophisticated

user).

DBMS memberikan banyak keuntungan seperti:

1. Mengurangi / mengontrol redudansi data (Control of data

redundancy), pada sistem penyimpanan berbasis file yang lebih

tradisional sering terjadi pemakaian ruang yang berlebih

disebabkan oleh data yang sama. Dengan DBMS hal ini dapat

dikurangi dengan mengintegrasikan file yang ada.

2. Meningkatkan konsistensi data (Data consistency), dengan

mengurangi atau mengontrol redudansi data kita mengurangi

resiko inkonsistensi.

3. Meningkatkan integritas data (Improve data integrity). Integritas

data merujuk kepada kevalidan dan konsistensi dari data yang

tersimpan. Integritas ini biasanya tercermin dari batasan

(constraint) yang adalah aturan konsistensi yang tidak boleh

dilanggar oleh basis data.

4. Mendapatkan informasi yang lebih dari jumlah data yang sama

(more information from the same amount data), hal ini

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

15

dimungkinkan karena integrasi dari data operasional

memungkinkan organisasi memperoleh informasi yang lebih

banyak dari jumlah data yang sama.

5. Penggunaan data bersama (Sharing of data), apabila pada sistem

berbasis file setiap file dimiliki oleh perorangan atau per

departemen yang menggunakannya. Sedangkan dengan

menggunakan basis data yang dimiliki oleh organisasi maka

semua user yang berhak dapat mengakses data tersebut.

6. Meningkatkan keamanan (Improve security), keamanan pada

basis data adalah proteksi kepada basis data agar tidak diakses

oleh user yang tidak terotorisasi.

7. Meningkatkan standar (Enforcement of standards). Terdiri dari

sebuah standar format data dari departemen, organisasi, nasional,

maupun internasional seperti fasilitas perubahan data, penamaan,

dan peng-update-an prosedur.

8. Penghematan (Economy of scale). Penghematan biaya bisa

dilakukan dengan menggabungkan semua data operasional suatu

organisasi ke dalam satu basis data sehingga aplikasi yang

bekerja dengan satu sumber data saja dan menyebabkan

penghematan biaya.

9. Menyeimbangkan kebutuhan yang berbenturan (Balance of

conflicting requirements). DBA (Database Administrator) akan

merancang dan memutuskan penggunan basis data secara

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

16

operasional yang akan menyediakan penggunaan terbaik dari

sumber daya yang adalah terbaik untuk keseluruhan organisasi.

10. Meningkatkan akses dan ketersediaan data dan informasi

(improved data accesibility and responsiveness), ini adalah hasil

dari integrasi karena data melewati batasan departemental

sehingga dapat langsung diakses oleh pengguna akhir.

11. Meningkatkan produktivitas (Increased productivity). DBMS

menyediakan standardisasi fungsi sehingga mengurangi beban

dari Programmer dan DBMS terdiri dari tool yang dapat

menyederhanakan pengembangan dari suatu aplikasi database

sehingga dapat meningkatkan produktivitas programmer dan

mengurangi waktu pengembangan.

12. Meningkatkan pemeliharaan melalui independensi data

(Improved maintenance through data independence), DBMS

memisahkan deskripsi basis data dari program aplikasi, sehingga

program aplikasi tidak dapat mengubah database.

13. Meningkatkan konkurensi (increased concurrency). Pada sistem

yang lebih tradisional apabila satu file diakses oleh lebih dari satu

maka dapat terjadi kemungkinan masing-masing proses akan

saling mengganggu yang akan meyebabkan hilangnya informasi

bahkan hilangnya integritas. DBMS memiliki kemampuan untuk

mengatur konkurensi data dan memastikan masalah di atas tak

terjadi.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

17

14. Meningkatkan backup dan perbaikan (Improved backup and

recovery services), File-based system menyediakan batasan-

batasan terhadap user untuk menjaga data dari kesalahan dari

sistem komputer atau program aplikasi. Jika terjadi kesalahan,

backup akan di-restore dan pekerjaan setelah backup akan

dihilangkan.

DBMS juga memiliki kelemahan seperti :

1. Kompleksitas (Complexity)

DBMS merupakan software yang sangat kompleks. Salah

mengerti sistem akan mengakibatkan rancangan yang buruk,

yang akan mengakibatkan konsekuensi yang serius kepada suatu

organisasi.

2. Ukuran (Size)

Kekompleksan DBMS membuat ukurannya menjadi sangat besar

sehingga harus menyediakan disk dan memory dengan kapasitas

besar agar dapat berjalan dengan lancar.

3. Biaya DBMS (Cost of DBMS)

Biaya sebuah DBMS tergantung dari lingkungan dan fungsi yang

disediakan.

4. Harga hardware (Additional hardware costs)

Untuk mendapatkan tampilan yang bagus, membutuhkan mesin

yang bagus dengan menambahkan hardware yang harganya tidak

murah.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

18

5. Biaya perubahan (Cost of conversion)

Jika terjadi perubahan akan memakan banyak biaya seperti biaya

hardware, DBMS yang baru, termasuk biaya pelatihan karyawan.

6. Tampilan (Performance)

DBMS hanya bisa dijalankan pada beberapa aplikasi saja.

7. Tingkat kegagalan tinggi (Higher impact of failure)

Dengan adanya sentralisasi penyimpanan akan mengakibatkan

sistem cepat rusak. Penggunaan DBMS akan mengakibatkan

operasi berhenti jika terjadi kesalahan.

2.1.5 Data Definition Language (DDL)

Menurut Connolly-Begg (2005, p40), DDL adalah bahasa yang

memungkinkan DBA atau pemakai untuk menggambarkan dan

mendefinisikan entity, atribut, dan relationship yang diperlukan oleh

aplikasi, beserta batasan integritas dan batasan keamanan.

DDL digunakan untuk mendefinisikan suatu skema atau

memodifikasi DDL yang ada.

2.1.6 Data Manipulation Language (DML)

Menurut Connolly-Begg (2002, p41), DML adalah bahasa yang

menyediakan sekumpulan operasi untuk mendukung manipulasi data

pada suatu basis data. Operasi manipulasi data yang dijalankan berupa:

Penambahan (insert) data baru pada basis data.

Pengubahan (update) data yang ada pada basis data.

Pencarian (retrieve) data yang ada pada basis data.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

19

Penghapusan (delete) data yang ada dari basis data.

Ada 2 macam tipe dasar DML yang digunakan yaitu :

1. Procedural DML

Merupakan bahasa yang memungkinkan pemakai untuk

memberitahu sistem tentang data apa saja yang dibutuhkan dan

bagaimana caranya untuk menerima data.

2. Non-procedural DML

Merupakan bahasa yang memungkinkan pemakai untuk

mengetahui data apa saja yang dibutuhkan daripada mengetahui

bagaimana data tersebut diperoleh.

2.1.7 Relation Database Management System (RDBMS)

RDBMS adalah produk yang digunakan untuk

mengimplementasikan basis data relasional. RDBMS memungkinkan

pembuatan tabel relasional menjadi mudah dengan cara pendefinisian dan

pembuatan tabel dan mengisinya dengan data.

Gambar 2.2 Gambar RDBMS

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

20

RDBMS pertama dicetuskan oleh Edgar F Codd. Codd

mencetuskan Codd's 12 rules yang berisi 13 aturan (0 sampai dengan 12)

yang mengatur apakah suatu DBMS pantas disebut RDBMS. (Sumathi,

Esakkirajan, 2007, p65).

Aturan 0 : Sistem harus memiliki kualifikasi sebagai relasional, basis data,

dan sistem manajemen.

Agar sebuah sistem dianggap memiliki kualifikasi sebagai

RDBMS, sistem tersebut harus menggunakan fasilitas

relasionalnya saja untuk mengatur basis data.

Aturan 1 : Aturan informasi

Semua informasi yang terdapat di dalam basis data relasional

harus dapat diwakilkan secara eksplisit oleh satu dan hanya satu

cara, dengan menggunakan nilai pada posisi kolom dan baris pada

tabel.

Aturan 2 : Aturan jaminan akses

Semua data harus dapat diakses tanpa ambiguitas dengan

menggunakan kombinasi nama tabel, nama kolom, dan nilai

primary key.

Aturan 3 : Pemberlakuan nilai Null

Pada DBMS harus diizinkan untuk sebuah field bernilai kosong

atau Null. Secara khusus harus dapat mendukung “informasi yang

hilang dan informasi yang tidak dapat diaplikasikan”

Aturan 4 : Katalog aktif online berdasar model relasional

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

21

Sistem harus dapat mendukung sebuah katalog online , inline ,

relasional yang dapat diakses oleh pengguna yang terotorisasi

untuk kegunaan bahasa query regular . User harus dapat

mengakses struktur basis data (katalog) dengan menggunakan

bahasa query yang mereka gunakan untuk mengakses data pada

basis data.

Aturan 5 : Aturan subbahasa yang komprehensif

Sistem harus mampu mendukung minimal satu bahasa relasional

yang :

1. Memiliki sintaks linear

2. Dapat digunakan baik secara interaktif dan di dalam aplikasi.

3. Mendukung operasi definisi data (termasuk definisi view),

operasi manipulasi data, keamanan dan integritas konstrain,

dan operasi manajemen transaksi (begin, commit, dan

rollback).

Aturan 6 : Aturan update view

Semua view yang secara teoritis dapat diupdate harus dapat

diupdate juga oleh sistem.

Aturan 7 : Insert, update, dan delete tingkat tinggi.

Sistem harus mampu mendukung operasi insert, update, dan

delete secara set pada satu waktu. Yang berarti data dapat diambil

dari basis data relasional dengan set data yang dibangun dari data

yang terdiri dari banyak baris dan banyak tabel. Aturan ini

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

22

mengatakan bahwa operasi insert, update, dan delete harus

mendukung pengambilan set bukan hanya satu baris atapun satu

tabel saja.

Aturan 8 : Independensi data fisikal

Perubahan yang terjadi pada level fisikal (bagaimana data

disimpan, baik dengan array maupun linked list) tidak harus

menyebabkan perubahan pada aplikasi dan bagaimana user

mengakses data.

Aturan 9 : Independensi data logikal

Perubahan pada tingkat logikal (tabel, kolom, baris, dst) tidak

harus membutuhkan perubahan kepada aplikasi berdasar

strukturnya. Independensi data logikal lebih sulit dicapai daripada

independensi data fisikal.

Aturan 10 : Independensi integritas

Integritas konstrain harus dispesifikasikan secara terpisah dari

program aplikasi dan disimpan di katalog. Harus dapat

dimungkinkan untuk merubah konstrain tanpa perlu

mempengaruhi aplikasi yang ada.

Aturan 11 : Independensi distribusi

Sebaran dari porsi pada basis data ke lokasi yang beragam

sebaiknya tak tampak dari sudut pandang pengguna basis data.

Aplikasi yang ada harus dapat melanjutkan pekerjaan dengan

baik.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

23

1. Pada saat versi tersebar dari DBMS pertama diperkenalkan;

2. Pada saat data tersebar yang sudah ada disebar kembali ke

sistem.

Aturan 12 : Aturan nonsubversi

Apabila sistem menyediakan antar-muka tingkat rendah, maka

antar-muka tidak dapat dipakai untuk meng-subvert sistem.

Contohnya untuk bypass keamanan relasional ataupun integritas

konstrain.

2.1.8 Perancangan Basis Data

2.1.8.1 Perancangan Basis Data Konseptual

Perancangan basis data konseptual menurut Connoly-Begg

(2005,p439) adalah proses membangun model informasi yang

digunakan organisasi, bebas dari semua pertimbangan fisik.

Langkah-langkah dalam metodologi conceptual database design

yaitu :

Langkah 1 – Membangun Local Conceptual Data Model

untuk setiap pandangan pengguna

o Langkah 1.1 Mengidentifikasi tipe entitas

Mengidentifikasikan kata benda atau frase kata benda

pada spesifikasi kebutuhan pengguna, objek besar

seperti orang, tempat, benda, atau konsep dapat

digunakan untuk mencari tipe entitas. Cara lain adalah

dengan mencari obyek bebas.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

24

o Langkah 1.2 Mengidentifikasi tipe relasi

Untuk mengidentifikasi relasi yang penting antara tipe-

tipe entitas yang telah diidentifikasi.

o Langkah 1.3 Mengidentifikasi dan menghubungkan

atribut dengan entitas dan relasi

Tujuannya untuk menghubungkan atribut dengan

entitas dan tipe relasi yang tepat. Atribut yang dimiliki

oleh setiap entitas dan relasi wajib memenuhi

karakteristik atribut yaitu simple/composite attribute ,

single/multi-valued attribute , dan derived attribute .

o Langkah 1.4 Menentukan domain atribut

Domain adalah kumpulan nilai dimana satu atau lebih

atribut memperoleh nilai true atau benar.

o Langkah 1.5 Menentukan atribut Candidate Key,

Primary Key, dan Alternate Key

Untuk identifikasi candidate key setiap tipe entitas,

dan jika ada lebih dari satu candidate key maka terpilih

satu sebagai primary key dan sisanya dijadikan

alternate key.

o Langkah 1.6 Pertimbangkan penggunaan enhance

modeling concepts

Untuk menentukan specialization, generalization,

aggregation, dan composition. Specialization adalah

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

25

proses memaksimalkan perbedaan antara anggota

sebuah entitas dengan mengidentifikasi karakteristik

yang membedakan entitas tersebut. Generalization

adalah proses meminimalkan perbedaan antar entitas

dengan mengidentifikasi sifat umum entitas.

Aggregation menggambarkan relationship „memiliki‟

atau „bagian dari‟ antar tipe entitas dimana yang

satunya mewakili „keseluruhan‟ dan yang satunya

mewakili „sebagian‟.

o Langkah 1.7 Memeriksa redundansi

Untuk mencek conceptual model untuk menghindari

adanya redundansi dalam model. Dua kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini :

Memeriksa kembali One-to-One Relationship

(1:1)

Kemungkinan ada dua entitas atau lebih yang

menggambarkan objek yang sama dalam

organisasi.

Menghilangkan relasi yang redundan

Suatu relasi adalah redundan jika informasi yang

dihasilkan sama dengan relasi yang lainnya.

o Langkah 1.8 Memvalidasi conceptual model dengan

transaksi

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

26

Untuk memastikan local conceptual data model

mendukung transaksi yang dibutuhkan oleh user. Dua

pendekatan yang memungkinkan untuk memastikan

local conceptual data model mendukung kebutuhan

transaksi :

Menggambarkan transaksi (describing the

transaction)

Memeriksa semua informasi yang dibutuhkan

setiap transaksi yang disediakan oleh model.

Menggunakan transaction pathways

Memvalidasi data model terhadap kebutuhan

transaksi dengan penggambaran diagram yang

mewakili pathway yang diambil oleh setiap

transaksi secara langsung pada E- R diagram.

o Langkah 1.9 Melihat kembali conceptual data model

dengan pengguna

Untuk memastikan data model merupakan representasi

yang benar bagi setiap pandangan.

2.1.8.2 Perancangan Basis Data Logikal

Perancangan basis data logikal menurut Connoly-Begg

(2005,p439) adalah proses membangun model informasi yang

digunakan organisasi berdasarkan model data tertentu, tetapi tidak

tergantung dari Database Management System (DBMS) dan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

27

pertimbangan fisik lainnya. Langkah-langkah dalam metodologi

logical database design yaitu :

Langkah 2 Membangun dan validasi logical data model

o Langkah 2.1 Membuat relasi untuk logical data model

Untuk menyaring konseptual logical data model

sehingga fitur yang tidak sesuai dengan model

relasional dihilangkan. Langkah-langkahnya :

Menentukan tipe entitas kuat

Untuk semua entitas kuat, buat sebuah entitas yang

memiliki semua atribut yang dimilikinya. Untuk

composite attribute, sertakan atribut pokoknya

saja.

Menentukan tipe entitas lemah

Untuk setiap entitas lemah, buat suatu entitas yang

termasuk semua atribut yang dimilikinya. Tapi,

primary key dari entitas ini belum bisa ditentukan

sampai relasinya dengan entitas kuat dibuat.

Membuat One-to-Many (1:*) Relationship

Pada jenis ini, entitas pada „sisi satu‟ dianggap

sebagai entitas induk sedangkan entitas pada „sisi

banyak‟ dianggap sebagai entitas anak.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

28

Membuat One-to- One (1:1) Binary Relationship

Relasi 1:1 lebih sulit ditentukan hubungannya.

Karena Cardinality dan Participation Constraints

juga akan menentukan dalam mengidentifikasi

entitas induk dan anak di relasi ini.

Membuat One-to- One (1:1) Recursive

Relationship

Untuk memecahan hubungan ini, bisa dengan cara

yang sama dengan saat memecahkan hubungan 1:1

relationship.

Memecah Superclass/Subclass Relationship

Untuk setiap superclass/subclass relationship kita

harus mengidentifikasikan superclass sebagai

entitas induk sedangkan subclass sebagai entitas

anak.

Menghilangkan Many-to-Many (*:*) Binary

Relationship Types

Untuk mengidentifikasikan sebuah entitas tengah

sehingga relationship ini digantikan dengan dua

buah one-to-many (1:*) relationship , dengan

entitas tengah berada di antara dua buah entitas

yang lama.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

29

Menghilangkan complex relationship types

Untuk mengidentifikasikan entitas tengah.

Kemudian complex relationship ini akan

digantikan dengan beberapa one-to-many (1:*)

binary relationship .

Menghilangkan multi-valued attributes

Caranya dengan memecah atribut ini untuk

mengidentifikasikan sebuah entitas. Setelah itu,

kirim Primary Key pada entitas induk sebagai

Foreign Key pada entitas anak.

o Langkah 2.2 Validasi relasi dengan menggunakan

normalisasi

Normalisasi adalah teknik untuk menghasilkan

himpunan relasi dengan property yang diinginkan

berdasarkan kebutuhan data suatu organisasi.

Unormalized form (UNF) adalah tabel yang terdiri dari

satu atau lebih kelompok yang berulang. Tingkatan

normalisasi yang digunakan yaitu :

First Normal Form (1NF)

Relasi dikatakan bentuk 1NF jika perulangan

groupnya sudah hilang. Ada dua pendekatan untuk

menghilangkan repeating group pada tabel yang

tidak normal, yaitu :

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

30

• Memasukkan data yang sesuai ke dalam kolom

yang kosong dari baris yang ada data berulang

• Menempatkan data yang berulang bersama

salinan atribut kunci pada relasi yang terpisah

Second Normal Form (2NF)

Relasi dikatakan 2NF jika relasi tersebut berada

pada 1NF dan setiap atribut yang bukan primary

key bergantung penuh kepada primary key.

Third Normal Form (3NF)

Relasi dikatakan 3NF jika relasi tersebut berada

dalam bentuk 1NF dan 2NF, dan tidak ada atribut

yang bukan primary key bergantung secara transitif

o Langkah 2.3 Validasi relasi terhadap transaksi

pengguna

Untuk memastikan bahwa relasi pada local logical

data model mendukung transaksi yang dibutuhkan

oleh pengguna.

o Langkah 2.4 Menentukan intregrity constraint

Menentukan batasan-batasan yang harus ditentukan

untuk melindungi basis data agar tetap konsisten. Ada

lima jenis integrity constraint , yaitu :

Required data

Attribute domain constraint

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

31

Multiplicity

Entity integrity

Referential integrity

General constraint

o Langkah 2.5 Meninjau kembali local logical data

model yang dibuat dengan pengguna

Untuk memastikan bahwa local logical data model dan

dokumentasi pendukung yang menggambarkan model

merupakan perwakilan yang benar dari pandangan

user.

o Langkah 2.6 Menggabungkan model data logikal

menjadi sebuah model data global

Cara pandang satu atau beberapa user terhadap basis

data. Sedangkan model data global menggambarkan

pandangan semua pengguna terhadap basis data.

o Langkah 2.7 Memeriksa untuk mengantisipasi

perkembangan

Untuk memeriksa akan adanya perubahan signifikan

dalam waktu dekat dan memeriksa apakah model data

logikal yang dibuat bisa mengakomodasi perubahan

itu.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

32

2.1.8.3 Perancangan Basis Data Fisikal

Perancangan basis data fisikal adalah proses menghasilkan

penjelasan dari implementasi suatu basis data pada media

penyimpanan, juga menjelaskan base relation, pengaturan file,

dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses data yang

efisien, integrity constraint, serta ukuran keamanan. Langkah-

langkah metodologi perancangan basis data fisikal :

Langkah 3 Menterjemahkan logical data model untuk

target DBMS

o Langkah 3.1 Membuat base relations

Untuk setiap relasi yang diidentifikasikan pada global

logical data model, definisinya teridiri dari nama

relasi, daftar simple attribute yang diikuti tanda

kurung, primary key beserta alternate key dan foreign

key jika ada, dan referential integrity constraint bagi

foreign key yang teridentifikasi.

o Langkah 3.2 Membuat representasi dari derived data

Untuk menentukan cara untuk merepresentasikan

derived data yang ada dalam data model logikal secara

umum ke dalam target DBMS.

o Langkah 3.3 Merancang general constraints .

Untuk merancang batasan organisasi untuk target

DBMS.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

33

Langkah 4 Merancang organisasi file dan indeks

o Langkah 4.1 Menganalisis transaksi

Untuk memahami fungsi dari transaksi yang

dijalankan pada basis data dan menganalisis transaksi

yang penting. Kriteria pekerjaan yang harus

diidentifikasi seperti:

Transaksi yang sering digunakan dan yang

memiliki dampak yang signifikan pada pekerjaan

Transaksi yang penting bagi kegiatan operasional

bisnis

Peak load

o Langkah 4.2 Memilih organisasi file

Untuk menentukan organisasi file yang efisien untuk

setiap base relation.

o Langkah 4.3 Memilih indeks

Untuk menentukan apakah penambahan indeks akan

meningkatkan pekerjaan sistem. Ada tiga jenis indeks

yaitu:

Primary Index

Clustering Index

Secondary Index

o Langkah 4.4 Memperkirakan kebutuhan ruang

penyimpanan

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

34

Memperkirakan besar ruang penyimpanan yang

dibutuhkan untuk mendukung implementasi basis data

pada tempat penyimpanan kedua.

Langkah 5 Merancang pandangan user

Untuk merancang pandangan pengguna yang

diidentifikasikan selama tahap pengumpulan kebutuhan

dan analisis pada daur hidup aplikasi basis data relasional

Langkah 6 Merancang mekanisme keamanan

Untuk menentukan bagaimana kebutuhan keamanan akan

direalisasikan. Dua tipe keamanan basis data, yaitu :

o Keamanan sistem

o Keamanan data

2.2 Perancangan Aplikasi

2.2.1 Prototype

Menurut Connoly-Begg (2005,p439) ,prototipe adalah model

kerja yang tidak perlu bekerja secara normal dan memiliki semua feature

atau fungsi dari sistem akhir. Tujuan utamanya adalah memberi contoh

hasil akhir dari sistem kepada user. Memungkinkan user memberikan

pendapat terhadap pengembangan kedepannya sistem ini. Dengan cara

ini, kita dapat dengan jelas memahami kebutuhan user. Prototipe

memiliki kelebihan yaitu tidak terlalu mahal dan cepat dibangun.

Ada dua macam dalam membuat prototipe. Yang pertama adalah

prototipe kebutuhan. Prototipe ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

35

user. Jika sudah jelas kebutuhannya, maka prototipe ini akan dibuang.

Yang kedua adalah prototipe evolusi. Prototipe ini juga memiliki tujuan

yang sama tapi setelah tujuan tercapai, prototipe tidak dibuang, tapi

dikembangkan lagi untuk menjadi proyek utama.

2.3 Enterprise Resource Planning (ERP)

2.3.1 Pengertian ERP

Menurut Gerald Grant (2003, chapter 3 introduction), ERP adalah

infrastruktur perangkat lunak yang dilekatkan dengan evaluasi terbaik,

memilih jalan terbaik untuk melakukan bisnis berdasarkan evaluasi bisnis

umum atau teori akademis. Tujuan dari sistem ERP adalah untuk

meningkatkan kerjasama dan hubungan antar semua departemen dalam

perusahaan, seperti perencaaan produksi, manufaktur, pembelian,

penjualan, dan layanan kustomer.

Menurut Daniel O‟Leary (2007,p27), sistem ERP adalah sistem

dasar computer yang di desain untuk memproses transaksi organisasi dan

integrasi fasilitas dan rencana real time, produksi dan juga respon dari

kostumer.

Menurut Wallace dan Kremzar (2001,p4) ,suatu set usaha secara

luas dari alat manajemen yang menstabilkan permintaan dan persediaan,

memiliki kemampuan untuk menghubungkan kustomer dan pemasok

untuk menjadi rantai persediaan yang lengkap, memakai pembuktian

proses bisnis untuk pengambilan keputusan, dan menyediakan integrasi

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

36

fungsional tingkat tinggi diantara penjualan, marketing, manufaktur,

operasi, logistik, pembelian, keuangan, pengembangan produk baru dan

sumberdaya manusia.

Jadi, ERP adalah suatu sistem informasi yang dibuat sedemikian

rupa sehingga dapat mengintegrasikan basis data pada semua bagian

departemen dalam suatu perusahaan baik manufaktur maupun jasa.

2.3.2 Sejarah ERP

Menurut Dimitris N. Chorafas (2001, p14), pada 1960 diciptakan

DBMS (database management system) yang dibuat untuk menyatukan

data dalam suatu pulau atau benua. Pada tahun 1970 MIS (management

information system) mulai populer, termasuk beberapa operator logika,

seperti analisa akuntansi, pengaturan pemesanan, dan kontrol inventori

atau penyimpanan. Pada 1980-an, MIS dikembangan untuk satu pulau

dan menyediakan form untuk akses ke database. Pengembangan paling

signifikan adalah expert system. Ditahun 1990-an, internet mulai ramai

digunakan sehingga perusahaan wajib mengembangkan hubungan dengan

mitra bisnis lokal maupun luar negeri agar tidak kalah saingan dengan

para pesaing. Tahun 2001, badai teknologi sudah merambah ke semua

bidang, mulai dari automobile, pesawat luar angkasa, telekomunikasi, dan

lain-lain. Untuk mengikuti perubahan jaman yang sangat cepat, MIS

dipaksa diubah menjadi ERP sebagai jawaban dari kebutuhan teknologi

yang berkembang pesat.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

37

Perbedaan MIS dan ERP :

ERP bisa mengakses database secara online atau remote dan

dapat mengintegrasi basis data, sedangakan MIS hanya bisa

diakses melalui computer server.

MIS biasanya dibuat di rumah, dan vendor hanya sebagai

sarana penyedia bantuan saran. ERP merupakan sistem yang

komplit dan terintegrasi dengan live-database yang dapat

dengan cepat untuk di-tes dan diimplementasikan.

2.3.3 Kelebihan ERP

2 Integrasi data keuangan. Untuk mengintegrasikan data keuangan

sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja

keuangan perusahaan dengan lebih baik.

2 Standarisasi Proses Operasi. Melakukan standartisasi proses operasi

melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan

produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.

2 Standarisasi Data dan Informasi. Melakukan standartisasi data dan

informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan

besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah

dan jenis bisnis yg berbeda-beda.

Menurut David L. Olson (2005,p4) banyak alasan mengapa ERP

dipakai banyak orang, pertama karena ERP menawarkan integrasi sistem

yang dapat dipakai semua user dibandingkan dengan aplikasi yang

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

38

terpisah-pisah dan jarang bisa memiliki data yang terintegrasi. Kedua,

ERP men-eliminasi penyelesaian masalah per divisi, yang dengan ERP,

bisa dilakukan penyelesaian per organisasi untuk masalah yang sama.

Ketiga, ERP diharapkan dapat membuat biaya perawatan komputer dan

data dalam jangka waktu panjang.

2.3.4 Kekurangan ERP

Kemampuan untuk menentukan pengaruh dari sistem ERP

sangatlah penting dari sisi teori maupun praktek. Namun,kendala yang di

hadapi :

1. Tidaklah mungkin untuk menggambarkan secara eksplisit

keuntungan dari penelitian sistem informasi sistem ERP.

2. Adanya ketidak-konsistenan dan kontradiksi pencarian dari

penelitian di teknologi informasi dan perubahan dalam

perusahaan.

3. Kebergantungan antara sistem ERP dan perusahaan

membutuhkan interpretif dan metode analisa secara

menyeluruh.

4. Kepastian dari efektifitas perusahaan sulit dipastikan, dan

kompleks.

5. Kurangnya teori pustaka dalam bidang IT.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

39

Menurut David L. Olson (2005,p4), pada kenyataannya sistem

ERP ada yang tidak berjalan sesuai perkiraan. Penyebabnya adalah

sulitnya menyatukan detail tiap divisi dan co-operasi dari tiap user.

Kendala lainnya adalah masalah pendanaan untuk pelatihan user

menggunakan aplikasi baru yang berbeda.

Menurut Fiona Fui-Hoon Nah (2002,viii) , masalah dalam

implementasi ERP adalah mahalnya biaya ERP dan saat implementasi

biasanya terdapat biaya yang tersembunyi sehingga terjadi

pembengkakan anggaran. Hal lainnya adalah kegagalan dalam mendisain

ulang kebutuhan user karena salah paham dengan proses bisnis dengan

user saat sebelum dan sesudah implementasi.

2.3.5 Alur Hidup ERP

Alur hidup ERP menurut Gerald Grant (2003, chapter 3 ERP

lifecycle)

Gambar 2.3 Alur Hidup ERP

1. Pada fase adopsi keputusan, manajer menentukan untuk

menginvestasikan pada sistem ERP untuk menggantikan

infrastruktur sistem informasi yang ada. Sistem ERP

diharapkan dapat menjawab tantangan bisnis pada perusahaan

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

40

dan dapat meningkatkan strategi dan performa dari

perusahaan.

2. Pada fase akuisisi, membandingkan seleksi pada sistem ERP

yang paling cocok sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk

meminimalisir kebutuhan akan perubahan. Keputusan diambil

berdasarkan pengumpulan informasi yang berguna dari

departemen yang berbeda.

3. Pada fase Iimplementasi, berhubungan dengan perubahan,

memparameterkan tiap bagian, dan mengadaptasikan ERP

yang telah dipilih. Fase implementasi biasanya dibawahi oleh

seorang konsultan yang memberikan informasi jalan terbaik

untuk implementasi dan menawarkan pelatihan.

4. Di fase pemakaian dan perawatan, produk sudah dipakai dan

sudah dapat memberikan keuntungan yang diharapkan dan

meminimalisir gangguan. Karena itu, sistem yang berjalan dan

efek dari proses bisnis harus dikontrol secara berkala.

5. Pada fase evolusi, penambahan kemampuan pada sistem ERP.

6. Di fase akhir alur hidup, akan ada penggantian sistem ERP

dengan teknologi yang baru.

2.3.6 Pengaruh Sistem ERP Dalam Perusahaan

ERP saat ini memiliki dampak yang luar biasa dalam organisasi

dan bisnis di dunia. Sistem ERP digunakan untuk mengembangkan suatu

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

41

aspek dalam suatu perusahaan, sebagai contoh : strategi, organisasi,

bisnis, manajemen, operasional ataupun infrastuktur di IT.

Penelitian membuktikan adanya perkembangan, seperti

pengembangan proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan

perkembangan integrasi antar unit bisnis. Untuk mencapai hal diatas,

diperlukan perombakan dalam perusahaan. Karena itulah sistem ERP

sering diasumsikan sebagai teknologi pasti, karena perusahaan wajib

mengatur struktur organisasi, proses bisnis, dan alur kerja untuk

penerapan logika dalam sistem ERP. Bagaimanapun juga, relasi antara

sistem ERP dan perubahan dalam perusahaan telah dipertanyakan.

Pengaruh dan keuntungan dari sistem ERP tidaklah jelas. Tapi satu hal

yang sudah pasti adalah implementasi sangat memakan biaya.

Perbedaan implementasi antara metode pengembangan sistem

informasi tradisional dan proses dari pemilihan dan implementasi sistem

ERP adalah tidak lagi membicarakan analisis dan desain di metode

tradisional, karena yang diperlukan adalah evaluasi dari model referensi

dan fungsi pembuatan sistem ERP yang diikuti oleh proses seleksi. Di

sistem ERP mempertimbangkan tiga hal dasar pilihan, yaitu : menerima,

menerima dengan perubahan, dan menolak semuanya.

ERP sering disebut sebagai Back Office System yang

mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak

dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

42

langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce,

Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

Gambar 2.4 Bagian-bagian yang dapat dikerjakan oleh suatu sistem ERP.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

43

2.4 Refactoring

2.4.1 Pengertian Refactoring

Refactoring adalah salah satu cara untuk membersihkan kode

yang meminimalkan kemungkinan terkena bug atau pada intinya ketika

dilakukan refactor ,kita meningkatkan rancangan kode yang sudah ditulis

(Fowler,1999, preface).

Berdasarkan pengertian dalam Bahasa Inggris :

1. Refactoring (noun): a change made to the internal structure of

software to make it easier to understand and cheaper to modify

without changing its observable behavior.

Refactoring (kata benda) : perubahan yang dibuat pada struktur

internal dari peranti lunak untuk membuatnya lebih mudah

dimengerti dan lebih murah untuk dirubah tanpa merubah

prilakunya yang tampak.

2. Refactor (verb): to restructure software by applying a series of

refactorings without changing its observable behavior.

Refactor (kata kerja) : untuk me-restrukturisasi peranti lunak

dengan menerapkan sekumpulan refactoring tanpa merubah

prilaku yang terlihat.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

44

2.4.2 Masalah Dalam Basis Data

Masalah yang terdapat pada basis data (database smells)

didefiniskan oleh Ambler, Sadalage (2006, bab 1):

1. Kolom yang multiguna

2. Tabel yang multi guna

3. Data yang redundan

4. Tabel dengan terlalu banyak kolom

5. Tabel dengan terlalu banyak baris

6. Kolom yang “smart”

7. Takut akan perubahan

2.4.3 Alasan Pemilihan Refactoring Basis Data

1. Agar dapat memperbaiki basis data warisan. Basis data warisan

tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri dan dari sudut pandang

teknikal refactoring basis data adalah cara yang aman, simple

untuk meningkatkan data dan basis data, dan kualitas seiring

dengan waktu.

2. Untuk mendukung pengembangan yang evolusioner.

Database refactoring adalah perubahan kecil untuk merubah

skema basis data yang meningkatkan rancangannya tetapi tetap

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

45

mempertahankan baik prilaku dan informasi semantiknya.

(Ambler, Sadalage, 2006, bab 2).

Kategori Deskripsi Contoh

Struktural Perubahan ke struktur tabel

dari skema basis data.

Memindahkan sebuah kolom

dari satu tabel ke tabel lainnya

atau memecah sebuah kolom

yang multi-guna ke beberapa

kolom berbeda untuk tujuan

berbeda. (Drop Column, Drop

Table, Drop View, Rename

Column, Rename Table, Split

Column, Split Table, dll).

Kualitas Data Perubahan yang memastikan,

meningkatkan konsistensi

dan kualitas dari nilai

informasi yang terdapat pada

basis data

Membuat sebuah kolom

menjadi tidak dapat di-null-kan

untuk memastikan kolom selalu

memiliki nilai atau menerapkan

format yang umum untuk

memastikan konsistensinya.

(Add Lookup Table, Drop

Column Contraints, Move Data,

Make Column Non-Nullable,

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

46

dll).

Integritas

referensial

Perubahan untuk memastikan

bahwa sebuah baris yang

direferensikan ada pada

sebuah tabel lainnya yang

atau memastikan di mana

baris yang tidak lagi

dibutuhkan dihapus.

Dengan menambahkan trigger

untuk memungkinkan

penghapusan ID antara 2

entitas, kode yang semula

diterapkan di luar basis data.

(Add Foreign Key Constraint,

Add Trigger for Calculated

Column, Introduce Cascading

Delete, Introduce Hard Delete,

dll).

Arsitektural Perubahan yang

meningkatkan keseluruhan

perilaku di mana program

eksternal berinteraksi dengan

basis data.

Dengan menggantikan kode

operasi Java yang sudah ada

pada perpustakaan kode

bersama dengan stored

procedure pada basis data.

Membuatnya menjadi stored

procedure membuatnya dapat

digunakan di aplikasi non-Java.

(Add CRUD Methods, Add

Mirror Table, Introduce Index,

Migrate Method To /From

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

47

Database, dll).

Metode Perubahan kepada metode

(stored procedure, stored

function, atau trigger) yang

akan meningkatkan kualitas.

Banyak code refactoring

dapat diaplikasikan ke

metode basis data.

Menamakan kembali sebuah

stored procedure agar lebih

mudah dimengerti. (Add

Parameter, Extract Method,

Rename Method, Remove

Parameter, dll)

Non-

Refactoring

Transformation

Perubahan kepada semantik

pada skema basis data

dengan menambahkan

elemen baru atau merubah

yang sudah ada.

Menambahkan kolom baru ke

tabel yang sudah ada. (Insert

Data, Introduce New Column,

Introduce New Table, Introduce

View, Update Data, dll).

Tabel 2.1 Kategori dari Database Refactoring

2.4.4 Langkah-Langkah Dalam Me-Refactor Basis Data

1. Memulai dari sandbox pengembangan.

a. Pastikan refactoring basis data sesuai.

b. Pilih refactoring basis data yang sesuai.

c. Lihat skema basis data original yang tidak sesuai.

d. Lakukan test sebelum, pada, dan sesudah.

e. Lakukan perubahan pada skema basis data.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

48

f. Migrasikan data sumber.

g. Lakukan perubahan pada akses program eksternal.

h. Lakukan tes regresi.

i. Lakukan kontrol versi.

j. Umumkan refactoring.

Gambar 2.5 Pengembangan Sandbox

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00081-IF Bab 2.pdf · 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

49

2. Penerapan pada sandbox integrasi.

3. Install Ke dalam produksi.

a. Secara efektif melakukan deploy antara kedua sandbox.

b. Menerapkan sekumpulan refactoring basis data.

c. Melakukan penjadwalan deployment.

d. Melakukan deploy sistem.

e. Menghapuskan skema yang lama.

Gambar 2.6 Instalasi ke Dalam Produk